Anda di halaman 1dari 5

4.4.

3 Kedalaman

3.5

3 Andro

2.5 Galuh
Ikbar
2
Emir
1.5 Ali
1 Ijul
Figa
0.5
Ivan
0
1 2 3 4 5

Grafik 4.4.3.1 Grafik Data Hasil Pengukuran Kedalaman Menggunakan Jangka Sorong

Grafik diatas menunjukan pengukuran kedalaman dengan menggunakan jangka sorong


pada masing-masing praktikan. Dapat dilihat pada grafik bahwa data acuan adalah 2.95 mm.
Hasil pengukuran oleh Andro diperoleh trendline yang sedikit fluktuatif dengan rata-rata
pengukuran sebesar 2.92 mm dan standart deviasi sebesar 0.1095 mm. Pada pengukuran oleh
Galuh diperoleh trendline yang sedikit fluktuatif dengan rata-rata pengukuran sebesar 2.82 mm
dan standart deviasi sebesar 0.1304 mm. Lalu hasil pengukuran oleh Ikbar diperoleh trendline
yang sedikit fluktuatif dengan rata-rata pengukuran sebesar 2.91 mm dan standart deviasi
sebesar 0.894 mm. Pada pengukuran oleh Emir diperoleh trendline yang sedikit fluktuatif
dengan rata-rata pengukuran sebesar 3.13 mm dan standart deviasi sebesar 0.0758 mm.
Kemudian hasil pengukuran oleh Ali diperoleh trendline yang sedikit fluktuatif dengan rata-
rata pengukuran sebesar 2.88 mm dan standart deviasi sebesar 0.0908 mm. Hasil pengukuran
oleh Ajul diperoleh trendline yang sedikit fluktuatif dengan rata-rata pengukuran sebesar 2.93
mm dan standart deviasi sebesar 0.0274 mm. Hasil pengukuran oleh Figa diperoleh trendline
yang sedikit fluktuatif dengan rata-rata pengukuran sebesar 2.76 mm dan standart deviasi
sebesar 0.0652 mm. Dan yang terakhir hasil pengukuran oleh Andro diperoleh trendline yang
sedikit fluktuatif dengan rata-rata pengukuran sebesar 3.09 mm dan standart deviasi sebesar
0.0652 mm.
Gambar 4.4.3.1 Hasil One-Sample T Pengukuran Kedalaman Menggunakan Jangka Sorong

Pada praktikum ini penggunaan One Sampe T untuk memperoleh rata-rata dan standar
deviasi dari masing-masing praktikan. Hasil pengukuran kedalaman dengan menggunakan one
sample T terlihat bahwa hasil data pengukuran masing-masing praktikan nilai P nya berbeda-
beda. Dengan menggunakan CI (Confidence Interval) 95% dan α = 5% atau sama dengan 0.005
dengan Hipotesis H0, µ1 = µ0 dan H1, µ1 ≠ µ2. Jika diperoleh nilai P value yang lebih besar
dari α/2, menunjukan masih dalam batas toleransi yang diberikan terhadap data acuan. Jika
nilai P lebih kecil dari α/2, menunujkan bahwa H0 ditolak, berarti data hasil pengukuran masuk
H1. Pada penggunaan One Sample T diperoleh nilai P oleh Andro adalah 0.573; nilai P oleh
Galuh adalah 0.090; nilai P oleh Ikbar adalah 0.374; nilai P oleh Emir adalah 0.006; nilai P
oleh Ali adalah 0.160; nilai P oleh Ijul adalah 0.178; nilai P oleh Figa adalah 0.003; nilai P oleh
Ivan adalah 0.009. Dari data hasil pengukuran yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa data
percobaan Andro, Galuh, Ikbar, Emir, Ali, Ijul, Figa dan Ivan bias dikatakan diterima karena
nilai P > α/2
Gambr 4.4.3.2 Hasil One Way ANOVA Kedalaman Menggunakan Jangka Sorong

Pada praktikum ini penggunaan One Way ANOVA untuk membandingkan data satu
kelompok apakah gagal ditolak atau ditolak. Dengan menggunakan CI (Confidence Interval)
95% dan α = 5% atau sama dengan 0.005 dengan Hipotesis H0, µ1 = µ2 = µ3 = µ4 = µ5 = µ6
= µ7 = µ8 = µ9 = µ10 dan H1 paling tidak ada salah satu yang tidak sama. Pengujian
membandingkan nilai P dengan α, apabila nilai P > α maka gagal ditolak, nilai rata rata data
kelompok bias dianggap sama. Namun apabila P < α maka ditolak, ada satu atau lebih nilai
rata-rata data praktikan yang berbeda. Hasil dari perhitungan dengan software minitab
didapatlah hasil nilai P sebesar 0 yang berarti nilai rata-rata kelompok paling tidak ada salah
satu yang tidak sama.

Dari ketiga pembahasan diatas terdapat ketidaksesuaian data kelompok dengan data
acuan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa factor yaitu kesalahan operator yaitu
keterbatasan pengukur akan pengetahuan tentang alat ukur dan kesalahaan pembacaan hasil
pengukuran yang menyebabkan hasil pengukuran tidak sesuai dengan data acuan. Untuk
kesalahan benda ukur pada saat pengukuran disebabkan akibat benda berdeformasi, sehingga
hasil pengukuran tidak sesuai dengan data acuan. Kesalahaan pengunaan alat ukur yang hanya
memiliki ketelitian 0.05 mm sedangkan data acuan mempunyai nilai dibawah itu, sehingga
pengukuran yang dilakukan tidak pernah tepat melainkan mendekati saja.

Anda mungkin juga menyukai