Anda di halaman 1dari 3

Di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dibuat oleh

pemerintah terdapat tiga sumber penerimaan yang menjadi pokok bagi suatu negara, yaitu:

1. Penerimaan dari sektor pajak

2. Penerimaan dari sektor minyak dan gas bumi, dan

3. Penerimaan dari sektor bukan pajak.1

koperasi memiliki peran strategis terhadap pemerataan kesejahteraan masyarakat.

Oleh karena itu koperasi harus tumbuh berkualitas agar kontribusi terhadap pemerataan
semakin besar.

kontribusi koperasi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional tercermin dalam PDB


koperasi.

Melalui reformasi total koperasi, sumbangan PDB koperasi yang hanya 1,71 persen
tahun 2014 telah meningkat menjadi 4,48 persen tahun 2017.

“Pertumbuhan ekonomi nasional harus turut dirasakan oleh semua masyarakat. Jika
pertumbuhan tinggi tapi tidak merata berarti hanya dirasakan oleh segelintir orang,

Mencapai tujuan tersebut, Menkop dan UKM mengatakan fokus kebijakan


pembangunan Presiden Joko Widodo pada pemerataan ekonomi seperti membangun
infrastruktur, menurunkan pajak koperasi dan UKM menjadi 0,5 persen.

Pertumbuhan ekonomi nasional bertujuan untuk memberikan pemerataan kesejahteraan


masyarakat yang berkeadilan, oleh karena itu pertumbuhan ekonomi nasional harus
turut dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Kementerian Koperasi dan UKM melaksanakan Reformasi Total Koperasi untuk mengubah hal-hal
yang prinsip dalam tata kelola koperasi.

1
Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton, Hukum Pajak, Edisi 5, Penerbit Salemba Empat, Jakarta,
2010, hal 10
dalam rangka meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi untuk memberikan pemerataan
kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan, maka koperasi memiliki peran penting dan strategis.
Pertumbuhan ekonomi bisa saja tercapai, tapi belum tentu terjadi pemerataan kesejahteraan
masyarakat. Solusi yang tepat untuk melakukan
pemerataan pendapatan tersebut adalah melalui koperasi.

Guna meningkatkan peran koperasi dalam pertumbuhan ekonomi, sesuai dengan arahan
Presiden Jokowi, Kementerian Koperasi dan UKM menjalankan Reformasi Total Koperasi melalui
tiga langkah strategis, yakni Reorientasi, Rehabilitasi dan Pengembangan. Reorientasi koperasi
mengubah paradigma pemberdayaan koperasi kepada kualitasnya, bukan lagi pada kuantitas
koperasi.
Reorientasi koperasi mengubah paradigma pemberdayaan koperasi kepada kualitasnya, bukan
lagi pada kuantitas koperasi.

Oleh karena itu, koperasi beserta para Pembina koperasi di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota
mulai menggerakkan pembangunan koperasi yang berkualitas, dari
aspek kelembagaan, usaha dan keuangannya. Rehabilitasi koperasi yang dimulai dengan
membuat database koperasi di seluruh Indonesia sebagai dasar untuk pembenahan koperasi.

Dari keseluruhan jumlah koperasi sebanyak 212.570 unit koperasi pada tahun 2014 saat ini telah
berkurang menjadi 152.714 koperasi. Dimana sebanyak 80.008 koperasi telah
melaksanakan RAT dan yang belum melaksanakan RAT sebanyak 72.706. Sebanyak 40.013 telah
dibubarkan dan sisanya sebanyak 19.843 koperasi dalam tahap kurasi dan rekonsiliasi data. Saya
meminta kepada para Gubernur, Bupati, Walikota dan seluruh Gerakan Koperasi untuk
mendorong koperasi melakukan RAT, sehingga semua koperasi menjadi sehat, “papar
Puspayoga.”

Pengembangan, yakni meningkatkan kapasitas koperasi sebagai badan usaha berbasis anggota
yang sehat, kuat, mandiri dan tangguh serta setara dengan badan usaha lainnya melalui regulasi
yang kondusif, perkuatan SDM, Kelembagaan, Pembiayaan, Pemasaran dan Kemajuan
Teknologi.

Contoh koperasi masuk bursa efek, koperasi sebagai penyalur KUR dan memperbanyak Lembaga
Sertifikasi Profesi (LSP). Sementara untuk memperkuat UMKM dan koperasi, pertama
pemerintah mempermudah akses pembiayaan bagi UMKM, dengan menurunkan suku Bunga
Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari 22 persen tahun 2014 menjadi 9 persen dan mulai 1 Januari
2018 menjadi 7 persen.

Kedua, menurunkan pajak UMKM. Pemerintah telah menurunkan Pajak Penghasilan (PPh) final
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan koperasi dari 1 persen menjadi 0,5 persen mulai
1 Juli 2018. Subjek pajak yang terkena PPh final 0,5 persen adalah Wajib Pajak Orang Pribadi dan
Wajib Pajak Badan Usaha termasuk koperasi yang memiliki penghasilan bruto (omzet) tidak
melebihi Rp 4,8 miliar dalam satu tahun.
https://mediaindonesia.com/read/detail/191881-empat-tahun-reformasi-total-koperasi

Kementerian Koperasi dan UKM mencatat ada peningkatan dari sisi


perkembangan koperasi di Indonesia. Kontribusi koperasi terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) naik jadi 5,1%.

Kementerian Koperasi dan UKM, Rabu (31/7/2019), tren PDB koperasi


terlihat terus bertumbuh. Pada 2014, PDB koperasi hanya tercatat 1,71%.
Namun PDB koperasi pada 2017 melonjak menjadi 4,48% dan pada 2018
naik ke angka 5,1 persen.

Secara nilai kontribusi koperasi pada 2017 sebesar Rp 451.953,01 miliar


meningkat tajam menjadi Rp 753.842,32 miliar pada 2018. Artinya, terjadi
lompatan PDB koperasi hingga tiga kali lipat dibandingkan tahun 2014.

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4646163/pdb-koperasi-ri-naik-jadi-51-tapi-kalah-
dari-singapura-dan-thailand
Data hasil olahan Kementerian Koperasi dan UKM menggambarkan sejak dilaksanakan Reformasi
Total Koperasi lima tahun terakhir, tren PDB koperasi terus bertumbuh. Pada 2014, PDB koperasi
hanya tercatat 1,71 persen. Perlahan namun pasti, PDB koperasi pada 2017 melonjak menjadi 4,48
persen dan pada 2018 menukik ke angka 5,1 persen.
Peningkatan nilai-nilai indikator koperasi memberi makna terjadinya peningkatan aktivitas usaha
koperasi.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul PDB Koperasi Melonjak Menjadi 5,1
Persen, https://www.tribunnews.com/nasional/2019/08/03/pdb-koperasi-melonjak-menjadi-51-persen.

pengetahuan perpajakan merupakan suatu hal penting bagi wajib pajak termasuk gerakan koperasi. Apalagi
dalam perkembangannya regulasi perpajakan banyak mengalami perubahan.

, diskusi perpajakan semacam ini merupakan salah satu bentuk kepedulian lembaganya terhadap ketentuan
perpajakan yang belum secara optimal dipahami masyarakat wajib pajak termasuk generasi mudanya.

salah satu pemicu beberapa koperasi di Buleleng tidak bisa melaksanakan RAT adalah selain SDM pembuat
laporan masih rendah juga belum bisa memenuhi ketentuan lain seperti membayar pajak

Kondisi tersebut ditunjang oleh beberapa kelonggaran atau relaksasi regulasi dari
pemerintah. Salah satunya adalah penurunan pajak koperasi dan beberapa kemudahan
lainnya. "Pajak diturunkan menjadi 0,5 persen."
koperasi gatau regulasinya makanya masih ada yg malas bayar pajak.

Anda mungkin juga menyukai