Anda di halaman 1dari 2

4.

Baru saja dilantik, anggota DPRD NTT periode 2014-2019 dari partai PKPI atas
nama Jefri Un Banunaek langsung ditahan. Jefri resmi menjadi
tersangka dalam kasus korupsi pembangunan embung di Desa Mnela Lete,
Kecamatan Amanuban Barat, Kabupaten TTS tahun 2015. Perbuatannya itu
terbukti merugikan negara hingga Rp 756 juta.

Analisis:

Analisis kasus korupsi dihubungan dengan UU No. 20 Tahun 2001 sebagai


aspek melawan hukum. Tindak Pidana Korupsi merupakan salah satu bagian
dari hukum pidana khusus (ius singular, ius special atau bijzonder strafrecht)
dan ketentuan hukum positif (ius constitutum) Indonesia tentang tindak pidana
korupsi diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001.

Secara yuridis formal pengertian tindak pidana korupsi I terdapat dalam Bab
II tentang Tindak Pidana Korupsi Pasal 2 sampai dengan 20 Bab III tentang
Tindak Pidana lain yang berkaitan dengan Tindak Pidana Korupsi Pasal 21
sampai dengan 24 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999.
Dengan bertitik tolak pada ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999, unsur-unsur dari Tindak Pidana Korupsi dalam pasal tersebut
adalah :
1. Setiap orang
2. Perbuatan tersebut sifatnya melawan hukum
3. Perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
4. Dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara.
Dari unsur-unsur Tindak Pidana Korupsi tersebut maka rumusan mengenai
unsur Perbuatan Melawan Hukum penjabarannya lebih lanjut terdapat dalam
penjelasan Pasal 2 ayat (1) UU Nomor 31 Tahun 1999 yang menentukan
bahwa yang dimaksud dengan “secara melawan hukum” dalam pasal ini
mencakup perbuatan melawan hukum dalam arti formil maupun dalam arti
materiil, yakni meskipun perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan
perundang-undangan namun apabila perbuatan tersebut dianggap tercela
akan tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma kehidupan social
dalam masyarakat, maka perbuatan tersebut dapat dipidana. Dalam
ketentuan ini kata “dapat” sebelum frasa “merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara” menunjuk bahwa Tindak Pidana Korupsi cukup
dengan dipenuhinya unsure-unsur perbuatan yang sudah durumuskan
dengan timbulnya akibat.

5. Kasus tentang hak pilih warga negara yang tidak terdaftar dalam pemilihan
tetap (DPT) Menurut mahkamah konstitusi Nomor. 102/PUU-VII/2009.

Analisi:

Bahwa Para Pemohon mengajukan pengujian Pasal 28 dan Pasal 111 ayat
(1) UU 42/2008, yang didalilkan bertentangan dengan UUD 1945 dengan
alasan-alasan yang pada pokoknya adalah dalam pelaksanaannya Pasal 28
dan Pasal 111 ayat (1) UU 42/2008 telah menghilangkan hak memilih
sebagian warga negara yang telah berusia 17 tahun dan/atau sudah kawin.
Padahal hak memilih adalah pengejawantahan hak atas kesempatan yang
sama dalam hukum dan pemerintahan sebagaimana diatur dalam Pasal 27
ayat (1) serta Pasal 28D ayat (1) dan ayat (3) UUD 1945, yang juga secara
spesifik dimuat dalam Pasal 43 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia yang berbunyi, “Setiap warga negara berhak
untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan
hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
dan adil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.” Hak
memilih juga tercantum dalam International Covenant on Civil and Political
Rights (ICCPR) yang telah diratifikasi oleh Indonesia melalui Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant
on Civil and Political Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil
Dan Politik), Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 119 Tahun 2005,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4558, yakni di
dalam Pasal 25.

Anda mungkin juga menyukai