Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PANCASILA

“RUMUSAN PANCASILA, TATA URUTAN PERUNDANG-


UNDANGAN, NKRI DALAM BAHAYA, DAN REKAMAN
PIDATO JENDERAL NURMANTYO”

KELOMPOK 3:

1. Niken Eriza ( A1F018033 )


2. Rarah Sanggita Rolenza ( A1F018055 )
3. Pratiwi Kiki Ramadhianti ( A1F0180 )

DOSEN PENGAMPU:

Dr. M. Ilham Abdullah, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmatnya,


inayahnya, taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya berharap makala ini dapat berguna bagi para pembaca dan juga semoga makala
ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan .
Terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi untuk
penyelesaian makalah ini meskipun sangat jauh dari kesempurnaan.
Saya akui bahwa makala ini masih sangat banyak kekurangan didalamnya
karna pengetahuan dan pengalaman saya yang masih sangat minim. Oleh karna itu
Saya harapkan kepada pembaca agar terus memberikan saran yang bersifat
membangun.

Bengkulu, September 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2


DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB I ........................................................................................................................................ 5
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 5
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 5
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 6
BAB II....................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 7
2.1 Pengertian Pancasila ....................................................................................................... 7
2.2 Sejarah Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara ...................................................... 7
2.3 Tata Urutan Perundang-Undangan................................................................................ 11
2.4 NKRI Dalam Bahaya .................................................................................................... 14
2.5 Pidato Jenderal Gatot Nurmantyo ................................................................................. 15
BAB III ................................................................................................................................... 16
KESIMPULAN ....................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia telah
diterima secara luas dan telah bersifat final. Hal ini kembali ditegaskan dalam
KetetapanMPR No XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia No. II/MPR/1978 tentang Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) dan Penetapan
tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara jo Ketetapan MPR No.
I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 1960 sampai dengan Tahun
2002. Selain itu Pancasila sebagai dasar negara merupakan hasil kesepakatan
bersama para Pendiri Bangsa yang kemudian sering disebut sebagai sebuah
“Perjanjian Luhur” bangsa Indonesia.
Namun di balik itu terdapat sejarah panjang perumusan sila-sila Pancasila
dalam perjalanan ketatanegaraan Indonesia. Sejarah ini begitu sensitif dan salah-
salah bisa mengancam keutuhan Negara Indonesia. Hal ini dikarenakan begitu
banyak polemik serta kontroversi yang akut dan berkepanjangan baik mengenai
siapa pengusul pertama sampai dengan pencetus istilah Pancasila. Artikel ini
sedapat mungkin menghindari polemik dan kontroversi tersebut. Oleh karena itu
artikel ini lebih bersifat suatu "perbandingan" (bukan "pertandingan") antara
rumusan satu dengan yang lain yang terdapat dalam dokumen-dokumen yang
berbeda. Penempatan rumusan yang lebih awal tidak mengurangi kedudukan
rumusan yang lebih akhir.
Dari kronik sejarah setidaknya ada beberapa rumusan Pancasila yang telah
atau pernah muncul. Rumusan Pancasila yang satu dengan rumusan yang lain ada
yang berbeda namun ada pula yang sama. Secara berturut turut akan dikemukakan
rumusan dari Muh Yamin, Sukarno, Piagam Jakarta, Hasil BPUPKI, Hasil PPKI,
Konstitusi RIS, UUD Sementara, UUD 1945 (Dekrit Presiden 5 Juli 1959), Versi
Berbeda, dan Versi populer yang berkembang di masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja rumusan dari Pancasila menurut sejarah?
2. Bagaimana Tata Urutan Perundang-undangan di Indonesia?
3. Mengapa NKRI saat ini di katakan dalam bahaya?
4. Apa isi pidato dari Jenderal Nurmantyo?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui rumusan dari Pancasila menurut sejarah?
2. Mengetahui Tata Urutan Perundang-undangan di Indonesia?
3. Mengetahui NKRI saat ini di katakan dalam bahaya?
4. Mengetahui isi pidato dari Jenderal Nurmantyo?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pancasila


Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari
dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asal
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara
bagi seluruh rakyat Indonesia.

Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4
Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.

Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang
berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun
1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.

2.2 Sejarah Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara


Secara historis-sosiologis Pancasila yang sekarang kita miliki merupakan
pandangan dan falsafah hidup hasil penggalian dan pemikiran yang dalam oleh
Bapak Pendiri Negara (the founding fathers). Selanjutnya hal tersebut
dikristalisasikan dan dirumuskan menjadi lima prinsip dasar yang dinamakan
Pancasila. Proses ini dimulai sejak Jepang secara resmi menguasai Indonesia pada
tanggal 9 maret 1942 setelah jenderal Ter Poorten sebagai Panglima Tertinggi
Angkatan darat Sekutu di Jawa menyerah tanpa syarat di Kalijati. Setelah dua
tahun menguasai Indonesia, secara pelan tapi pasti Jepang mulai terdesak. Untuk
menenangkan bangsa Indonesia agar tidak melakukan pemberontakan, pada
tanggal 7 September 1944 Perdana Menteri Jepang Kiso, mengumumkan janji
pemerintah Jepang kepada Indonesia bahwa Hindia Belanda akan diberi
kemerdekaan kelak dikemudian hari.
Untuk mendapatkan dukungan dan simpati dari bangsa Indonesia, sebagai
realisasinya tanggal 1 maret 1945 di pantai utara pulau Jawa, diumumkan antara
lain dibentuk Dokuritsu Zyuunbi Tioosakai atau badan untuk menyelidiki usaha-
usaha persiapan kemerdekaan atau Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Badan penyelidik tersebut baru dibentuk tanggal 29 April 1945, yaitu pada
saat hari ulang tahun Tenno Heika, Maharaja Jepang. Tanggal 28 Mei 1945
diadakan upacara pembukaan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia. Sususnan badan penyelidik itu terdiri dari ketua Dr.
Radjiman Wediodiningrat, ketu muda Ichibangse (dari Jepang), Ketua Muda R.P
Soeroso, dengan 60 orang anggota.

Sidang BPUPKI Tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945 Membahas Dasar


Negara
Sidang BPUPKI ini dilaksanakan selama 4 hari berturut-turut, yang tampil
berpidato menyampaikan usulannya adalah sebagai berikut :
A. Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945)
Dalam pidatonya pada tanggal 29 Mei 1945, beliau mengusulkan rumusan
dasar negara yaitu sebagai berikut :
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat (Keadilan Sosial)
Selain usulan tersebut, pada akhir pidatonya Mr. Muh. Yamin
menyerahkan naskah lampiran yaitu suatu rancangan usulan sementara berisi
rumusan UUD RI dan rancangan itu dimulai dengan pembukaan yang rumusan
dasar negaranya adalah sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kebangsaan dan Persatuan Indonesia.
3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
4. Kerakyatan yang di Pimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
5. Keadilan bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Dari hasil yang dikemukakan oleh Mr. Muh. Yamin ini, jelas bahwa
beliau adalah penggali Pancasila yang lebih khusus, yakni Pancasila sebagai
Dasar Negara.
B. Mr. Soepomo (31 Mei 1945)
Dalam pidatonya pada tanggal 31 Mei 1945, beliau lebih menekankan
pengertian dasar negara sebagai staatsidee (cita-cita) dengan konsep
integralistik, yaitu mampu mengatasi semua aliran. Adapun mengenai dasar
negara, secara garis besar disampaikan usulan sebagai berikut :
1. Paham negara persatuan (negara integralistik).
2. Hubungan antara agama dan negara harus terpisah. Warga negara hendaknya
tunduk dan patuh kepada Tuhan.
3. Sistem badan permusyawaratan.
4. Sosialisme negara.
5. Hubungan antarbangsa yang bersifat Asia Timur Raya.

C. Ir. Soekarno (1 Juni 1945)


Usulan dasar Negara dalam sidang BPUPKI pertama berikutnya adalah
dari Ir.Soekarno. Beliau mengusulkan rumusan dasar negara yang diberi nama
Pancasila yaitu sebagai berikut :
1. Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (peri kemanusiaan)
3. Mufakat (demokrasi)
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa (Ketuhanan Yang Berkebudayaan)
Kelima dasar tersebut kemudian diberi nama Pancasila yang menurut
Bung Karno sendiri, atas petunjuk dari teman beliau yang seorang ahli bahasa.
Kemudian dengan suara bulat sidang menerima Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia yang abadi.
Dengan selesainya rapat tanggal 1 Juni, selesai pula persidangan
pertama Badan Penyelidik.

D. Rumusan Dasar Negara menurut Piagam Jakarta (tanggal 22 juni 1945)


Setelah sidang pertama selesai, dibentuk panitia perumus yang tugasnya
adalah menggolong-golongkan usulan-usulan pada rapat BPUPKI pertama.
Jumlah tim perumus tersebut adalah delapan orang. Pada tanggal 22 juni 1945
diadakan pertemuan antara panitia kecil (tim perumus) dengan sebagian
anggota BPUPKI yang kebetulan ada acara di Jakarta. Disepakati dibentuk
panitia kecil yang jumlahnya sembilan orang yang terkenal dengan Panitia
Sembilan. Anggita panitia tersebut adalah:
1. Ir. Soekarno,
2. Wachid Hasyim,
3. Mr. Muh. Yamin,
4. Mr.Maramis,
5. Drs Moh. Hatta,
6. Mr. Soebardjo,
7. Kyai Abdul Kahar Moezakir,
8. Abikoesno Tjokrosoejoso, dan
9. Haji Agus Salim.
10.
Panitia sembilan ini setelah mengadakan pertemuan secara masak dan
sempurna telah mencapai suatu hasil yang baik yaitu suatu modus atau
persetujuan antara golongan islam dan golongan nasionalis. Modus atau
persetujuan tersebut dituangkan dalam suatu rancangan pembukaan hukum
dasar, yang terkenal dengan Piagam Jakarta dengan rumusan dasar negara
sebagai berikut :
1. Ketuhanan dengan Kewajiban menjalankan Syari’at Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Konsep itu diterima dengan suatu perubahan penting, yakni sila pertama
yang tercantum pada Pembukaan itu, yang semula berbunyi “Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan Syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti
dengan “Ketuhanan Yang Maha Esa”, sehingga pada pembukaan UUD 1945
yang telah ditetapkan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada
tanggal 18 Agustus 1945, rumusan Pancasila adalah sebagai berikut :
1) Ketuhan Yang Maha Esa.
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Persatuuan Indonesia.
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesi
Dengan disahkannya UUD 1945 yang didalamnya terdapat Pancasila sebagai
dasar Negara, maka secara resmi Pancasila sebagai dasar Negara Lahir.

2.3 Tata Urutan Perundang-Undangan

Peraturan perundang-undangan pada hakekatnya merupakan salah satu bentuk


kebijaksanaan tertulis yang bersifat pengaturan (relegen) yang dibuat oleh
aparatur negara mulai dari MPR sampai dengan Direktur Jenderal/Pimpinan
LPND pada lingkup nasional dan gubernur kepala daerah tingkat I,
bupati/walikotamadya kepala daerah tingkat II pada lingkup wilayah/daerah yang
bersangkutan. Tidak termasuk dalam peraturan perundang-undangan adalah
ketentuan yang sifatnya konkret, individual dan final (beschiking), misalnya
pemberian IMB, SIUP dan sebagainya.

Tata urutan peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini diatur dalam
Undang-undang nomor 10 Tahun 2004:
a. Undang-undang Dasar 1945
b. UU/Perpu
c. Peraturan Pemerintah
d. Peraturan Presiden
e. Peraturan Daerah

Penjelasan lebih lanjut mengenai urutan perundangan-undangan ini adalah


sebagai berikut:

1. UUD 1945

Undang-Undang Dasar 1945 merupakan Hukum Dasar tertulis Negara


Kesatuan Republik Indonesia dan berfungsi sebagai sumber hukum tertinggi.
Menurut. L.J. van Apeldom, Undang-Undang Dasar adalah bagian tertulis dari
suatu konstitusi. Sementara itu E.C.S. Wade menyatakan, bahwa Undang-
Undang Dasar adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas-tugas pokok
dan badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara
kerja badan-badan tersebut. Miriam Budiardjo, menyatakan bahwa Undang-
Undang Dasar memuat ketentuan-ketentuan mengenai organisasi negara, hak-hak
asasi manusia, prosedur mengubah UUD dan memuat larangan untuk mengubah
sifat tertentu dari Undang-Undang Dasar.
Dalam tata peraturan perundang-undangan di negara Indonesia, menurut
Miriam Budiardjo ( 1981: 106-107) Undang-Undang Dasar 1945 mempunyai
kedudukan yang istimewa dibandingkan dengan undang-undang lainnya, hal ini
dikarenakan

a. UUD dibentuk menurut suatu cara istimewa yang berbeda dengan


pembentukan UU biasa
b. UUD dibuat secara istimewa untuk itu dianggap sesuatu yang luhur.
c. UUD adalah piagam yang menyatakan cita-cita bangsa Indonesia dan
merupakan dasar organisasi kenegaraan suatu bangsa

2. Undang-Undang
Undang-undang merupakan peraturan perundang-undangan untuk
melaksanakan UUD 1945. Yang berwenang membuat UU adalah DPR bersama
Presiden. Adapun kriteria agar suatu masalah diatur dengan UU antara lain :
a) UU dibentuk atas perintah ketentuan UUD 1945,
b) UU dibentuk atas perintah Ketetapan MPR,
c) UU dibentuk atas perintah ketentuan UU terdahulu,
d) UU dibentuk dalam rangka mencabut, mengubah dan menambah UU yang
sudah ada,
e) UU dibentuk karena berkaitan dengan hak sasai manusia,
f) UU dibentuk karena berkaitan dengan kewajiban atau kepentingan orang
banyak.

Adapun materi muatan yang harus diatur dengan Undang-Undang berisi:


a. pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
b. perintah suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-Undang;
c. pengesahan perjanjian internasional tertentu;
d. tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi; dan/atau
e. pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.

3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu)

Peraturan Pemerintah pengannti Undang-Undang (PERPPU) dibentuk


oleh presiden tanpa terlebih dahulu rnendapat persetujuan DPR. Hal ini
dikarenakan PERPU dibuat dalam keadaan "darurat" dalam arti persoalan yang
muncul harus segera ditindaklanjuti. Namun demikian pada akhirnya PERPU
tersebut harus diajukan ke DPR untuk mendapatkan persetujuan. ladi bukan
berarti presiden dapat seenaknya mengeluarkan PERPPU, karena pada akhirnya
harus diajukan kepada DPR pada persidangan berikutnya. Sebagai lembaga
legislatif DPR dapat menerima atau menolak PERPPU yang diajukan Presiden
tersebut, konsekwensinya kalau PERPPU tersebut ditolak, harus dicabut,
dengan kata lain harus dinyakan tidak berlaku lagi.

Materi muatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang sama


dengan materi muatan Undang-Undang, yakni:

a. pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. perintah suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-Undang;
c. pengesahan perjanjian internasional tertentu;
d. tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi; dan/atau
e. pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.

4. Peraturan Pemerintah (PP)

Untuk melaksanakan suatu undang-undang, maka dikeluarkanlah


Peraturan Pemerintah. Jadi peraturan pemerintah tersebut merupakan bentuk
pelaksanaan dari suatu undang-undang. Itulah sebabnya materi muatan
Peraturan Pemerintah (PP) berisi materi untuk menjalankan Undang-Undang
sebagaimana mestinya.

Adapun kriteria untuk dikeluarkannya Peraturan pemerintah adalah


sebagai berikut :

a. PP tidak dapat dibentuk tanpa adanya UU induknya,


b. PP tidak dapat mencantumkan sanksi pidana. jika UU induknya tidak
mencantumkan sanksi pidana,
c. PP tidak dapat memperluas atau mengurangi ketentuan UU induknya.
d. PP dapat dibentuk meskipun UU yang bersangkutan tidak menyebut secara
tegas, asal PP tersebut untuk melaksanakan UU.

5. Peraturan Presiden

Peraturan Presiden merupakan peraturan perundang-undangan yang


dibentuk Presiden berdasarkan pasal 4 UUD 1945. Dilihat dari sifatnya
Presiden dapat membuat dua macam keputusan yaitu yang bersifat pengaturan
dan yang bersifat penetapan. Yang termasuk jenis peraturan perundang-
undangan adalah keputusan presiden yang bersfat pengaturan atau yang dikenal
dengan Peraturan Presiden. Materi muatan Peraturan Presiden berisi materi
yang diperintahkan oleh Undang-Undang, materi untuk melaksanakan
Peraturan Pemerintah, atau materi untuk melaksanakan penyelenggaraan
kekuasaan pemerintahan.

6. Peraturan Daerah (Perda)


Peraturan Daerah adalah peraturan yang dibuat oleh Pemerintah daerah
Propinsi dan daerah Kabupaten dan/atau Daerah Kota. Masuknya Peraturan
Daerah dibuat untuk melaksanakan peraturan perundangundangan yang lebuh
tinggi. Selain itu Peraturan daerah inijuga dibuat dalam rangka melaksanakan
kebutuhan daerah. Dengan demikian kalau Peraturan Daerah terse but dibuat
sesuai kebutuhan daerah, dimungkinkan Perda yang berlaku di suatu daerah
KabupatenlKota belum tentu diberlakukan di daerah kabupaten/ kota lain.
Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan
otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus
daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang
lebih tinggi.

2.4 NKRI Dalam Bahaya


Saat ini bangsa indonesia sedang berada di tengah – tengah bahaya akibat
sejumlah acaman seperti bahaya ancaman narkoba, terorisme yang mengancam
seluruh bangsa. Selain itu munculnya kekerasan pornografi terjadi pada
generasi yang sangat belia dan berita yang bersifat HOAX semakin beredar
secara luas yang dapat membuat NKRI semakin terancam keutuhannya.

Media sosial itu bagai pisau tajam bermata dua. Kehadirannya di Indonesia
telah mempersatukan banyak teman yang terpisah, mengumpulkan keluarga
yang berbeda lokasi dan memperkenalkan teman-teman baru. Media sosial di
Indonesia juga terbukti mempersatukan cinta kita akan NKRI dan membuat kita
semakin menghayati pentingnya Bhinneka Tunggal Ika. Tetapi, media sosial
juga merupakan senjata digital yang digunakan oleh berbagai pihak untuk
memecah belah bangsa dan negara kita
2.5 Pidato Jenderal Gatot Nurmantyo
Sekali lagi, bahwa sampai kapanpun TNI akan setia dan menjunjung tinggi
sumpah prajurit yang tadi disampaikan Bapak Presiden.
Bagi kami, kesetiaan kepada NKRI yang berdasarkan UUD 1945, Pancasila adalah
sendi utama yang melekat erat pada setiap jiwa raga TNI.
Pada saat yang sama, saya menegaskan pula bahwa politik TNI adalah politik
negara.
Politik yang diabdikan bagi tegak kokohnya NKRI yang di dalamnya terangkum
ketaatan pada hukum, sikap yang selalu menempatkan kepentingan rakyat di atas
kepentingan apapun. Serta taat pada atasan, yaitu Presiden RI yang dipilih secara sah
sesuai dengan konstitusi. Dan sekali lagi, jangan ragukan TNI kesetiaannya.
BAB III

KESIMPULAN
Berdasarkan sejarah perumusan Pancasila ada beberapa pendapat dari para tokoh
yaitu sebagai berikut :

A.Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945)


Dalam pidatonya pada tanggal 29 Mei 1945, beliau mengusulkan rumusan
dasar negara yaitu sebagai berikut :
1) Peri Kebangsaan
2) Peri Kemanusiaan
3) Peri ketuhanan
4) Peri Kerakyatan
5) 10.Kesejahteraan Rakyat (Keadilan Sosial)
B.Mr. Soepomo (31 Mei 1945)
Adapun mengenai dasar negara, secara garis besar disampaikan usulan
sebagai berikut :
a. Paham negara persatuan (negara integralistik).
b. Hubungan antara agama dan negara harus terpisah. Warga negara hendaknya
tunduk dan patuh kepada Tuhan.
c. Sistem badan permusyawaratan.
d. Sosialisme negara.
e. Hubungan antarbangsa yang bersifat Asia Timur Raya.
C. Ir. Soekarno (1 Juni 1945)
Usulan dasar Negara dalam sidang BPUPKI pertama berikutnya adalah
dari Ir.Soekarno. Beliau mengusulkan rumusan dasar negara yang diberi nama
Pancasila yaitu sebagai berikut :
1. Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (peri kemanusiaan)
3. Mufakat (demokrasi)
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa (Ketuhanan Yang Berkebudayaan)
E. Piagam Jakarta
Piagam Jakarta dengan rumusan dasar negara sebagai berikut :
a. Ketuhanan dengan Kewajiban menjalankan Syari’at Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
c. Persatuan Indonesia.
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Tata urutan peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini diatur dalam
Undang-undang nomor 10 Tahun 2004:
a. Undang-undang Dasar 1945
b. UU/Perpu
c. Peraturan Pemerintah
d. Peraturan Presiden
e. Peraturan Daerah
DAFTAR PUSTAKA

selatika08.blogspot.com › 2016/06 › makalah-kronologi-sejarah-perumusan

https://makalahahli.blogspot.com › ... › undang undang dasar

nomensensitompul.blogspot.com › Pelajaran › Pkn › Sejarah

Anda mungkin juga menyukai