Anda di halaman 1dari 24

GENERAL DALAM PERSPEKTIK ISLAM

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK : 1 (SATU)

KETUA :

NOTULEN :

ANGGOTA : 1.

2.

3.

4. DLL

KELAS : A

DOSEN PENGAMPU : DRS. CANDRA R MALIN KAYO

PKUB UMT SERANG


PRODI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
SERANG2019
KATA PENGANTAR

A.Latar Belakang

Manusia diciptakan untuk menjadi Khalifah fil Ard (Pemimpin dimuka bumi ini).
Oleh karenanya, sudah selayaknya manusia memperbagus amal kebajikan dan
berusaha menjadi yang terbaik serta bermanfaat bagi orang lain.
Hal tersebut disampaikan KH. Mudjadi, BA dalam Tausyiah Subuh yang
dilaksanakan setiap bakda Shalat Subuh pada Ahad, 12 Agustus 2012. Mudjadi
menambahkan bahwa dalam menjadi khalifah tentu banyak ujian di alam dunia ini.
Keberhasilan dalam menghadapi ujian tentu tergantung dari pribadi masing-masing.
Apabila berhasil melalui ujian tentu Allah SWT janjikan di Jannah-Nya. Diangkat
derajatnya setelah mengarungi ujian dari Sang Empunya Hidup.
Lebih lanjut Mudjadi mencontohkan layaknya makhluk Allah SWT berupa kayu yang
diuji oleh manusia. Banyak kayu yang tidak teruji, berada dilumpur yang kotor,
dipotong untuk kayu bakar, dibakar karena tidak berguna atau lapuk, atau bahkan
dibuang karena tidak bermanfaat.
Sebaliknya kayu yang teruji, ditempa, dibentuk dengan aturan yang ditetapkan
manusia. Maka kayu tersebut akan menjadi kursi, meja, meubelir yang bagus untuk
selanjutnya memiliki nilai jual yang tinggi. Layaknya barang terbaik, tentunya si
empunya barang akan menempatkannya di tempat yang baik, rumah yang meewah
dan bagus, dan tentu akan diteempatkan di ruangan bagian depan.
Sebagai manusia, hamba Sang Khalik, tentu perintah Allah SWT harus kita
laksanakan. Dan teentu tak luput dari ujian dari Allah SWT. Bagi orang yang
bersungguh-sungguh pastilah dunia ini tidak akan menyusahkan atau akan
mengatakan bahwa dunia itu sempit. Mereka berusaha seoptimal mungkin menggapai
ridho-Nya, menyadari bahwa dunia adalah tempat berperih, tempat berjuang dan
tempat yang tidak mengenakkan (sebentar). Ada tempat kesempurnaan yang telah
Sang Maha Janjikan.
Mereka itulah hamba Allah SWT yang mengikhlaskan diri akan hidupnya yang
sebentar ini untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT dengan beribadah dan selalu
berusaha dalam jalan kebaikan. Semoga kita semua digolongkan kedalam hamba-
hamba Allah SWT yang dijanjikan surga-Nya. Aamiin.
B.Rumusan Masalah

C.Tujuan Pembahasan

Agar Manusia mengetahui hakikatnya sebagai makhluk yang sempurna.


BAB II

PEMBAHASAN
A.Penciptaan Manusia

Dalam ranah biologi penciptaan manusia melalui berbagai tahap dan proses yang
terjadi di dalam rahim wanita. Ternyata Al-Quran juga sudah menjelaskan tentang
proses pembentukan manusia dimulai dari janin hingga menjadi bayi dengan bentuk
yang lengkap. Penjelasan tersebut tertera pada surat al-Mu’minun [23]: 12-14:
‫علَقَةً فَ َخلَ ْقنَا‬ ْ ُّ‫) ث ُ َّم َخلَ ْقنَا الن‬13( ‫ين‬
َ َ‫طفَة‬ ٍ ‫طفَةً فِي قَ َر ٍار َم ِك‬ ْ ُ‫) ث ُ َّم َجعَ ْلنَاهُ ن‬12( ‫ين‬ ٍ ‫س ََللَ ٍة ِم ْن ِط‬
ُ ‫سانَ ِم ْن‬ ِ ْ ‫َولَقَدْ َخلَ ْقنَا‬
َ ‫اْل ْن‬
)14( َ‫سنُ ْالخَا ِل ِقين‬ َ ْ‫َّللاُ أَح‬ َ َ‫ام لَحْ ًما ث ُ َّم أ َ ْنشَأْنَاهُ خ َْلقًا آخ ََر فَتَب‬
َّ َ‫ارك‬ َ ‫ظ‬َ ‫س ْونَا ْال ِع‬ َ ‫ضغَةَ ِع‬
َ ‫ظا ًما فَ َك‬ ْ ‫ضغَةً فَ َخلَ ْقنَا ْال ُم‬
ْ ‫ْالعَلَقَةَ ُم‬
Artinya: Dan sungguh kami telah menciptakan manusia dari saripati (yang berasal)
dari tanah (12) Kemudian kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim) (13) Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang
melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu Kami jadikan tulang-belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah,
Pencipta yang paling baik (14)
Dikutip dari kitab tafsir Tafsir al-Quran al-‘Adzhim yang dikarang oleh Ibnu Katsir
bahwa Allah menciptakan manusia pertama, yaitu Adam as. dari tanah.
Lalu berdasarkan riwayat Imam Ahmad: “telah menceritakan kepada kami Yahya bin
Said, telah menceritakan kepada kami Auf, telah menceritakan kepada kami Qasamah
bin Zuhair dari Abi Musa dari Rasulullah saw. bersabda: sesungguhnya Allah
menciptakan Adam dari segenggam tanah kemudian keturunannya juga diciptakan
dari sebagian tanah ada yang muncul dengan warna merah, hitam, putih, dan lain
sebagainya. Ada yang bentuknya jelek, bagus, dan lain sebagainya”
Dalam riwayat Imam Tirmidzi bahwa mengatakan bahwa status hadis tersebut adalah
hasan sahih.
Berikut tahapan pembentukan tubuh manusia :
1. Nuthfah (air mani)
Ibnu Katsir menafsirkan kata nuthfah yang berarti air yang keluar dari tulang
punggung dan tulang dada perempuan yang kemudian diletakkan di rahim
perempuan.
2. Segumpal darah
Setelah mani ditempatkan di rahim perempuan berubah menjadi ‘alaqoh. Beliau
menafsirkan kata ‘alaqoh dengan segunpal darah.
3. Segumpal daging
Setelah menjadi darah maka mengeraslah menjadi segumpal daging namun belum
terbentuk.
4. Tulang
Di sinilah mulai terbentuk anggota tubuh seperti kepala, tangan, dan kaki bersama
tulang dan otot-otonya.
5. Setelah terbentuk anggota tubuh beserta tulang-tulangnya dibungkuslah dengan
daging yaitu dijadikannya lebih kuat.

6. Peniupan ruh
Proses terakhir dalam pembentukan tubuh manusia dalam rahim adalah peniupan ruh.
Setelah peniupan ruh teruslah ia tumbuh hingga organ-organ yang sudah terbentuk
memiliki fungsinya dan bergerak.
Peniupan ruh terjadi pada bulan keempat berdasarkan hadis yang diriwayatkan Ibnu
Abi Hatim bahwa Rasulullah saw. Bersabda: “Jika mani telah (terbentuk) sempurna
(menjadi janin) selama empat bulan maka diutuslah malaikat untuk meniupkan ruh
pada tubuhnya.”

B. Tujuan Manusia Diciptakan

Segala sesuatu yang ada di dunia ini merupakan penciptaan dari Allah yang Maha
Kuasa. Termasuk dari segala apa yang diciptakannya tidak satu pun memiliki tujuan
dan manfaat. Semut hewan yang kecil saja terdapat manfaat diciptakannya semut
dalam islam. Termasuk terhadap proses penciptaan manusia yang ada di muka bumi
ini beserta segala isi alam semesta.
Air yang mengalir dengan siklus di kehidupan manusia, hewan-hewan yang terus
berkembang sebagai pengelengkap hidup manusia, dan lain sebagainya. Penicptaan
tersebut Allah ciptakan semata-mata untuk kebaikan hidup manusia pula.
Untuk bisa bersyukur dan menghayati betapa besarnya karunia Allah pada manusia,
maka itu perlu kiranya manusia mengetahui apa tujuan penciptaan dirinya atau tujuan
hidup menurut islam sesuai apa yang dikatakan oleh Allah. Dengan mengetahui
hakikat penciptaan manusia, maka manusia akan mengarahkan hidupnya untuk tujuan
hidup yang telah Allah tentukan serta berusaha sekuat mungkin untuk mendapatkan
akhir terbaik dari tujuan hidupnya. Berikut adalah penjelasan mengenai tujuan
penciptaan manusia :
Mengabdi Kepada Allah SWT Sebagai Illah
”Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah
kepada-Ku” (QS Adzariyat : 54)
Allah adalah Zat Yang Maha Agung yang menciptakan manusia. Allah menciptakan
manusia dengan kekuasaanya dan kemaha dahsyatannya membuat manusia tidak ada
pilihan selain dari mengabdi dan melakukan apa yang Allah inginkan. Bahkan ketika
memilih untuk tidak taat dan patuh pun manusia lah yang akan merugi. Allah telah
memberikan jalan terbaik dan dampak yang baik akan didapatkan oleh manusia.
Untuk itu akan sangat banyak manfaat beriman kepada Allah SWT yang akan
menyelamatkan bukan menyesatkan kita.
Konsep manusia menurut islam semata-mata untuk mengabdi atau melaksanakan
ibadah kepada Allah. Ibadah sendiri berasal dari kata Abada yang artinya adalah
sebagai budak. Untuk itu manusia hakikatnya adalah sebagai budak atau hamba dari
Allah. Seorang budak atau hamba tidak lain pekerjaannya adalah mengikuti apa kata
majikannya, menggantungkan hidup pada majikannya, dan senantiasa menjadikan
perkataan majikannya sebagai tuntunan hidupnya.
Perintah Allah untuk taat dan menyembah Allah adalah sebagai bentuk kasih sayang
Allah agar manusia tidak merugi. Ketika manusia menyembah atau menjadikan hal
lain sebagai Illah atau Tuhannya, maka dia tidak akan mendapatkan apa-apa selain
kerugian. Untuk itu Allah memerintahkan manusia untuk beriman pada rukun iman
dan melaksankaan rukun islam sebagai tuntunan dasar islam.
Di zaman dahulu ada masyarakat yang menyembah berhala berupa patung. Tentunya
orang tersebut merugi karena patung yang merupakan batu atau benda mati, tidak bisa
berbuat apapun malah berbicara pun tidak bisa. Manusia yang menjadikan kebebasan
diri dan hawa nafsu sebagai tuhannya juga akan malah merugi. Hawa nafsu dan
kebebasan manusia tidak bisa menuntun manusia malah akan menyesatkan. Untuk
itu, Manusia seharusnya menjadi raja bagi kebebasan dan hawa nafsunya bukan justru
diperbudak.
Contohnya sudah banyak, seperti minum-minuman keras, pergaulan bebas, dan lain
sebagainya membuat manusia akhirnya malah tersesat dan terperosok. Bukan menjadi
baik dan teratur hidupnya malah justru sebaliknya.

C. Manusia Menjadi Khalifah Di Muka Bumi

Tugas manusia adalah menjadi khalifah di muka bumi. Khalifah sendiri bisa
bermakna pemimpin atau penggganti. Misi ini adalah hakikat manusia menurut islam
yang harus dilakukan. Untuk mengetahui apa sebetulnya makna khalifah maka perlu
memahaminya lebih dalam lagi dengan pendekatan ayat Al-Quran.

1. Manusia Menjadi Pemimpin-Pengelola di Muka Bumi

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku


hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS : Al Baqarah :
30)

Bentuk pengabdian manusia kepada Allah salah satunya adalah menjalankan


misi hidupnya sebagaimana yang telah Allah berikan untuk menjadi Khalifah fil Ard.
Khalifah artinya adalah pemimpin. Tugas pemimpin adalah mengelola dan
memperbaiki agar hal yang diatur dan dipimpinnya menjadi baik. Pemimpin atau
Khalifah bukan arti sebagai status yang menjalankannya hanya orang-orang tertentu.

Khalifah di muka bumi dilakukan oleh semua orang dan di semua lingkup.
Keluarga, pekerjaan, lingkungan sekitar, masyarakat, dan negara adalah lingkup dari
khalifah fil ard. Untuk menjalankannya maka kita membutuhkan ilmu pengetahuan
dan skill untuk bisa berkarya bagi kelangsungan dan kelancaran kehidupan manusia
di bumi menjadi seimbang atau mengalami kerusakan.

2. Manusia Tidak Berbuat Kerusakan dan Melakukan Keadilan

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu


(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS.
Al-Qasas [28] : 77)

Sebagaimana ayat diatas maka manusia sebagai khalifah dilarang untuk


berbuat kerusakan, kejahatan yang mampu merusak keadilan dan kemakmuran di
muka bumi, termasuk menjaga pergaulan dalam islam yang sudah diatur untuk umat
islam. Jika kerusakan tetap dilakukan oleh manusia maka yang merugi adalah
manusia itu sendiri. Tentunya manusia yang menggunakan akal dan taat kepada Allah
akan sadar untuk tidak berbuat kerusakan di semua aspek kehidupannya. Apa yang
Allah berikan sudah banyak dan tidak ada kurang satu apapun.

3. Menegakkan Keadilan Antar Sesama Manusia

Sebagaimana yang disampaikan di ayat berikut, bahwa keadilan dan hak-hak


manusia perlu dijaga keadilan dan keseimbangannya oleh umat manusia. Menjadi
khalifah fil ard bukan hanya mengurus alam dan kondisi sendiri, melainkan juga
memperhatikan hak-hak hidup orang lain dan berlaku adil. Hal ini menjaga
kedamaian di muka bumi serta melangsungkan keadilan adalah nilai-nilai dasar dari
ajaran islam yang Rasulullah SAW ajarkan kepada umat islam.

“Dan Syu’aib berkata: “Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan
adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan
janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan”.
(QS. Hud [11] : 85)

2.4 Manusia Hidup Di Dunia Hanya Sementara

Kehidupan di dunia adalah sementara. Untuk itu, dunia bukan tujuan akhir
dari kehidupan manusia dan juga bukan tujuan dari penciptaan manusia untuk tinggal
di bumi. Kehidupan sejati adalah di Akhirat nanti. Untuk itu Allah senantiasa
menyuruh melakukan kebaikan untuk mendapatkan pahala akhirat, menyampaikan
kebahagiaan surga dan penderitaan neraka, serta memotivasi di setiap ibadah dan
perilaku kebaikan dengan balasan pahala. Untuk itu Allah menuntun manusia menuju
akhirat dengan memberikan petunjuk agama. Fungsi agama adalah untuk menuntun
manusia agar tidak terlena dengan kehidupan sementara dan senantiasa mengejar
akhirat.

1. Allah Menyuruh untuk Berlomba-lomba Mengejar Pahala Akhirat

“Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamuberada, pasti


Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala
sesuatu” (QS Al Baqarah : 148)

Dalam ayat di atas diketahui bahwasanya Allah sendiri menyuruh manusia


untuk berlomba-lomba mengejar pahala akhirat dengan kebaikan. Segala kebaikan
tersebut akan diganti dengan kehidupan yang sangat baik yaitu di Surga.
Untuk itu, pahala akhirat bukan hanya simbol belaka namun sebagai credit
poin kehidupan manusia untuk mempersiapkannya hingga akhir hidup nanti. Allah
Maha Adil untuk menghitung poin tersebut sesuai dengan perilaku manusia ketika di
dunia.

2. Segala Kebaikan akan Dibalas Pahala untuk Kehidupan Akhirat yang baik

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan


dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik[839] dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS
An Nahl : 97)

Apa yang dilakukan manusia di muka bumi ini akan mendapatkan balasannya.
Kebaikan akan dibalas dengan kebaikan begitupun keburukan akan dibalas dengan
keburukan. Untuk itu, kebaikan dan keburukan manusia semuanya bukan Allah yang
menentukan, tetapi manusia itu sendiri mau memilih kehidupan akhir yang mana
untuk dipertimbangkan.

Manusia yang memilih kebaikan tentu Allah dengan adil bahkan


membalasnya lebih berkali lipat di akhirat kelak. Sedangkan manusia yang memilih
jalan keburukan dan kemaksiatan sebaliknya akan mendapatkan siskaan yang juga
sangat pedih.

2.5 Dampak Jika Manusia Tidak Tahu Tujuan Hidupnya

Manusia yang tidak tahu tujuan diciptakannya maka hidupnya akan


terombang ambing dan tidak jelas arah kemana dia akan berjalan. Untuk itu,
bersyuukur bagi manusia yang menyadari dan mampu menghayati tujuan
hidupnya. Ia akan mengarahkan jalannya pada jalan keselamatan bukan
kejahiliahan yang menyesatkan. Selain itu jika manusia tidak mengetahui
tujuan hidupnya, ia akan berlaku sombong dan ngkuh di muka bumi dengan
aturan hidupnya sendiri. Sifat sombong dalam islam adalah sifat yang buruk
dan malah akan menjerumuskan manusia, karena orang sombong tidak
pernah mengevaluasi dan bertafakur.

2.6 Kelebihan Manusia Dari Makhluk yang Lainnya, Fungsi


dan Tanggung jawab.

Menurut ajaran Agama Islam, manusia dibandingkan dengan


makhluk lain mempunyai berbagai macam ciri utamanya, diantaranya adalah
:

1. Makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang paling baik,
ciptaan Allah SWT. yang paling sempurna. Firman Allah SWT. :
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya”. (QS. At-Tiin ayat 4).
2. Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin
dikembangkan) beriman kepada Allah SWT. Sebab sebelum ruh
(ciptaan) Allah dipertemukan dengan jasad di rahim ibunya, ruh yang
berada di alam gaib itu ditanyai oleh Allah, sebagaimana yang tertera
dalam QS. Al-A’raf ayat 172 : “Apakah kalian mengakui Aku sebagai
Tuhan kalian? (para ruh itu menjawab) ‘ya’, kami akui (kami
saksikan) Engkau adalah Tuhan kami”.
3. Manusia diciptakan oleh Allah SWT. untuk mengabdi kepada-Nya,
sebagaimana yang tertera di dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 56 :
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepada-Ku”.
4. Manusia diciptakan oleh Allah SWT. untuk menjadi khalifah-Nya di
bumi. Hal ini dinyatakan Allah dalam firman-Nya QS. Al-Baqarah
ayatn 30, bahwa Allah menciptakan manusia untuk menjadi khalifah-
Nya di bumi. Perkataan “menjadi khalifah” dalam ayat tersebut
mengandung makna bahwa Allah menjadikan manusia wakil atau
pemegang kekuasaan-Nya mengurus dunia dengan jalan
melaksanakan segala yang diridhai-Nya di muka bumi ini.
5. Di samping akal, manusia dilengkapi Allah dengan perasaan dan
kemauan atau kehendak. Dengan akal dan kehendaknya manusia akan
tunduk dan patuh kepada Allah, menjadi muslim. Tetapi dengan akal
dan kehendaknya juga manusia dapat tidak percaya, tidak tunduk dan
tidak patuh kepada kehendak Allah, bahkan mengingkari-Nya,
menjadi kafir. Karena itu di dalam Al-Qur’an ditegaskan oleh Allah
SWT. : “Dan katakan bahwa kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu.
Barang siapa yang mau beriman hendaklah ia beriman, dan barang
siapa yang tidak ingin beriman, biarlah ia kafir”. (QS. Al-Kahf ayat
29).
6. Secara individual manusia bertanggung jawab atas segala
perbuatannya. Hal ini dinyatakan oleh Allah SWT dalam QS. Ath-
Thur ayat 21 : “Setiap orang terikat (bertanggung jawab) atas apa
yang dilakukannya”.
7. Berakhlak. Berakhlak adalah ciri utama manusia dibandingkan
makhluk lain. Artinya manusia adalah makhluk yang diberikan oleh
Allah SWT. kemampuan untuk membedakan yang baik dengan yang
buruk. Dalam Islam kedudukan akhlak sangat penting, ia menjadi
komponen ketiga dalam Islam. Kedudukan ini dapat di lihat dalam
As-Sunnah Nabi Muhammad SAW. yang mengatakan bahwa beliau
diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak manusia yang mulia.

Di dalam Al-Qur’an cukup banyak ayat-ayat yang menerangkan


tentang asal usul dan kejadian manusia, antara lain :
1. Firman Allah SWT. :
“Sesungguhnya Aku menjadikan manusia dari tanah liat”. (QS. As-Shaffat
ayat 11).

2. Firman Allah SWT. :


“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat; sesungguhnya
Aku akan menciptakan seorang manusia (Adam) dari tanah kering dan
lumpur hitam”. (QS. Al-Hijr ayat 28).

3. Firman Allah SWT. :


“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari (sari pati) tanah.
Kemudian Kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, lalu segumpal
daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
berbentuk lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
Kemudian sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-banar akan mati.
Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu)
di hari kiamat”. (QS. Al-Mu’minuun ayat 12 s/d 16).

Berdasarkan keimanan dan ketaqwaannya, amal saleh atau amal salah


yang dilakukan manusia baik sebagai abdi maupun sebagai khalifah selama
hidup di dunia ditentukanlah nasib manusia itu. Yang beriman dan taqwa,
mengikuti pedoman yang diberi Allah dan melaksanakannya, dimasukkan ke
dalam jannah yang disebut surga yaitu alam akhirat tempat (ruh) manusia
mengenyam kebahagiaan sempurna sebagai balasan pahala amal salehnya
selama hidup di dunia. Sebaliknya, jikan manusia tidak beriman dan tidak
bertaqwa serta melakukan amal salah selama hidupnya di dunia dimasukkan
ke dalam nar yang disebut juga dengan neraka yaitu tempat penyiksaan
dengan api menyala untuk orang yang tidak beriman dan tidak pula
bertaqwa, beramal salah penuh dosa selama dalam kehidupan di dunia.
Dalam tahap akhir atau kelima ini (ruh) manusia akan hidup abadi, kekal
selama-lamanya.

Dari uraian tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa manusia


adalah makhluk ciptaan Allah SWT. yang terdiri dari jiwa dan raga,
berwujud fisik dan ruh. Sebagai makhluk Ilahi, hidup dan kehidupannya
berjalan melalui lima tahap, masing-masing tahap disebut “alam” yaitu :

1. Di alam gaib (alam ruh/arwah)


2. Di alam rahim
3. Di alam dunia (yang fana ini)
4. Di alam barzah
5. Di alam akhirat (yang kekal = abadi) yakni alam tahapan terakhir
hidup dan kehidupan manusia.

Karena pentingnya kehidupan manusia di dunia, maka selama


hayatnya di alam fana ini, manusia di karunia oleh Allah SWT. dengan
berbagai alat perlengkapan dan bekal supaya manusia dapa melaksanakan
tugasnya sebagai abdi dan khalifah Allah di dunia ini. Selain itu, Allah SWT.
juga memberi kepada manusia pedoman hidup yang mutlak kebenarannya,
agar kehidupan manusia dapat selamat sejahtera di dunia ini dalam
perjalanannya menuju tempatnya yang kekal di akhirat nanti. Pedoman itu
adalah agama.

Dalam menentukan pilihan, manusia memerlukan petunjuk. Petunjuk


yang benar terdapat dalam agama Allah SWT. yang menciptakan manusia itu
sendiri yaitu Agama Islam. Karena Agama Islam adalah agama yang tidak
hanya berorintasi kepada dunia ini saja ( yang dilambangkan oleh kata “ruh”
ciptaan-Nya itu) tetapi kepada keseimbangan antara dunia dan akhirat,
manusia yang menpunyai dua dimensi atau bi-demensional itu akan mampu
menetapkan pilihannya dan melaksanakan tanggung jawabnya di dunia ini
dan di akhirat kelak.

Di dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa agama yang benar di sisi Allah


SWT hanyalah satu yakni Agama Islam. Sebagai mana Allah SWT.
berfirman dalam Surat Ali Imran ayat 19 yang artinya : “Sesungguhnya
agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam”. Al-Qur’an adalah
sumber Agama Islam, mengandung berbagai ajaran termasuk tentang
kehidupan manusia. Melalui Al-Qur’an, manusia mengetahui siapa dirinya,
dari mana ia berasal, di mana ia berada dan kemana ia akan pergi.

Al-Qur’an tidak memandang manusia sebagai makhluk yang tercipta


secara kebetulan, tetapi diciptakan setelah sebelumnya direncanakan untuk
mengemban tugas, mengabdi dan menjadi khalifah di muka bumi ini (QS.
Al-Baqarah ayat 30). Untuk mengemban tugas sebagai khalifah, manusia
dibekali oleh Allah SWT. potensi dan kekuatan positif untuk mengubah
corak kehidupan di dunia ke arah yang lebih baik (QS. Ar-Ra’d ayat 11).
Ditundukkan dan dimudahkan oleh Allah SWT. baginya untuk mengelola
dan memanfaatkan alam semesta (QS. Al-Jatsiyah ayat 12 s/d 13). Antara
lain, ditetapkan arah yang harus ia tuju serta dianugerahkan kepadanya
petunjuk untuk menjadi pelita dalam perjalanannya dan ditetapkan tujuan
hidupnya, yakni mengabdi kepada Allah SWT. (QS. Adz-Dzariyat ayat 56).

1 Manusia Sebagai Khalifah

ALLAH SWT menciptakan alam semesta dan menentukan fungsi-fungsi dari setiap
elemen alam ini. Mata hari punya fungsi, bumi punya fungsi, udara punya fungsi,
begitulah seterusnya; bintang-bintang, awan, api, air, tumbuh-tumbuhan dan
seterusnya hingga makhluk yang paling kecil masing-masing memiliki fungsi dalam
kehidupan. Pertanyaan kita adalah apa sebenarnya fungsi manusia dalam pentas
kehidupan ini? Apakah sama fungsinya dengan hewan dan tumbuh-tumbuhan? atau
mempunyai fungsi yang lebih istimewa ?

Bagi seorang atheis, manusia tak lebih dari fenomena alam seperti makhluk yang
lain. Oleh karena itu, manusia menurut mereka hadir di muka bumi secara alamiah
dan akan hilang secara alamiah. Apa yang dialami manusia, seperti peperangan dan
bencana alam yang menyebabkan banyak orang mati, adalah tak lebih sebagai
peristiwa alam yang tidak perlu diambil pelajaran atau dihubungkan dengan
kejahatan dan dosa, karena dibalik kehidupan ini tidak ada apa-apa, tidak ada Tuhan
yang mengatur, tidak ada sorga atau neraka, seluruh kehidupan adalah peristiwa
alam. Bagi orang atheis fungsi manusia tak berbeda dengan fungsi hewan atau
tumbuh-tumbuhan, yaitu sebagai bagian dari alam.

Bagi orang yang menganut faham sekuler, manusia adalah pemilik alam yang boleh
mengunakannya sesuai dengan keperluan. Manusia berhak mengatur tata
kehidupan di dunia ini sesuai dengan apa yang dipandang perlu, dipandang baik dan
masuk akal karena manusia memiliki akal yang bisa mengatur diri sendiri dan
memutuskan apa yang dipandang perlu. Mungkin dunia dan manusia diciptakan oleh
Tuhan, tetapi kehidupan dunia adalah urusan manusia, yang tidak perlu dicampuri
oleh agama. Agama adalah urusan individu setiap orang yang tidak perlu dicampuri
oleh orang lain apa lagi oleh negara.

Agama Islam mengajarkan bahwa manusia memiliki dua predikat, yaitu sebagai
hamba Allah (`abdullah) dan sebagai wakil Allah (khalifatullah) di muka bumi.
Sebagai hamba Allah, manusia adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan. Oleh
karena itu, tugasnya hanya menyembah kepada-Nya dan berpasrah diri kepada-Nya.
Tetapi sebagai khalifatullah, manusia diberi fungsi sangat besar, karena Allah Maha
Besar maka manusia sebagai wakil-Nya di muka bumi memiliki tanggung jawab dan
otoritas yang sangat besar.
Sebagai khalifah, manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk
kesejahteraan umat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Tuhan untuk
manusia. Sebagai wakil Tuhan manusia juga diberi otoritas ketuhanan; menyebarkan
rahmat Tuhan, menegakkan kebenaran, membasmi kebatilan, menegakkan
keadilan, dan bahkan diberi otoritas untuk menghukum mati manusia. Sebagai
hamba manusia adalah kecil, tetapi sebagai khalifah Allah, manusia memiliki fungsi
yang sangat besar dalam menegakkan sendi-sendi kehidupan di muka bumi. Oleh
karena itu, manusia dilengkapi Tuhan dengan kelengkapan psikologis yang sangat
sempurna, akal, hati, syahwat dan hawa nafsu, yang kesemuanya sangat memadai
bagi manusia untuk menjadi makhluk yang sangat terhormat dan mulia, disamping
juga sangat potensil untuk terjerumus hingga pada posisi lebih rendah dibanding
binatang.

2.4 Hadis tentang manusia sebagai kholifah di bumi


Begitupun di dalam Al-Hadist juga ada riwayat yang menyatakan manusia sebagai khalifah di
muka bumi, Hadist:

Abu Hurairah r.a. menceritakan hadis berikut:


‫اإلثْنَي ِْن َو‬ ِ ‫ش َج َر يَ ْو َم‬ ْ ‫ت َو َخلَقَ ِف ْي َه‬
َّ ‫اال ِجبَا َل يَ ْو َم األ َ َحدِو َخ َلقَ ال‬ َّ ‫ع َّز َو َج َّل الت ُّ ْربَةَ يَ ْو َم ال‬
ِ ‫س ْب‬ ‫ َخ َلقَ ه‬:َ‫ِي فَقَال‬
َ ُ‫لّلا‬ ْ ‫سلَّ َم ِبيَد‬ َ ُ‫صلَّى هلّلا‬
َ ‫ع َل ْي ِه َّو‬ َ ‫ي‬ ُ ِ‫أ َ َخذَ النَّب‬
‫ص ِرمِ ْن َي ْو ِم ْال ُج ُم َع ِة‬ َ ‫ث ِف ْي َها الد ََّوابَّ َي ْو َم ْالخَمِ ي ِْس َو َخ َلقَ آ َد َم‬
ْ ‫علَ ْي ِه الس ََّال ُم َب ْع َد ال َع‬ َّ ‫وم الثُّالَثَاءِ َو َخلَقَ النُّ ْو َر َي ْو َم األ َ ْر ِب َعاءِ َو َب‬ َ ‫َخلَقَ ْال َم ْك ُر ْوهَ َي‬
‫ت ْال ُج ُمعَ ِة‬
ِ ‫عا‬ َ ‫ع ٍة مِ ْن‬
َ ‫سا‬ َ ‫سا‬ ِ ‫فِ ْي آخِ ِر ْالخ َْل‬.
َ ‫ق ف ِْي آخِ ِر‬
(‫)رواه مسلم و أحمد رضي هللا عنهما‬

Nabi SAW. memegang tanganku, lalu bersabda, “Allah SWT. menciptakan bumi pada hari
sabtu, Dia menciptakan padanya gunung-gunung pada hari ahad, Dia menciptakan pohon-
pohonan pada hari senin, Dia menciptakan hal-hal yang tidak disukai pada hari selasa, Dia
menciptakan nur (cahaya) pada hari rabu, dan Dia menyebarkan (menciptakan) hewan-
hewan padanya pada hari kamis, dan Dia menciptakan Adam a.s. sesudah waktu asar pada
hari jumat, sebagai akhir makhluk (yang diciptakan) pada saat yang terakhir dari waktu-waktu
hari jumat.” (riwayat Muslim dan Ahmad)

Dilihat dari asal sahabat yang menceritakan yaitu Abu Hurairah r.a yang beliau tergolong
sebagai seorang yang jujur serta kuat ingatannya serta perawi hadits ini ialah Muslim dan
Ahmad sehingga dilihat dari sanad dan kedhabitannya kuat sehingga hadits ini bisa
digolongkan sebagai hadits shahih.

Begitupun di dalam Al-Hadist juga ada riwayat yang menyatakan manusia sebagai khalifah di
muka bumi, Hadist:
Abu Hurairah r.a. menceritakan hadis berikut:
‫اإلثْنَي ِْن َو‬ِ ‫ش َج َر يَ ْو َم‬ ْ ‫ت َو َخلَقَ ِف ْي َه‬
َّ ‫اال ِجبَا َل يَ ْو َم األ َ َحدِو َخ َلقَ ال‬ َّ ‫ع َّز َو َج َّل الت ُّ ْربَةَ يَ ْو َم ال‬
ِ ‫س ْب‬ ‫ َخ َلقَ ه‬:َ‫ِي فَقَال‬
َ ُ‫لّلا‬ ْ ‫سلَّ َم ِبيَد‬ َ ُ‫صلَّى هلّلا‬
َ ‫ع َل ْي ِه َّو‬ َ ‫ي‬ ُ ِ‫أ َ َخذَ النَّب‬
‫ص ِرمِ ْن يَ ْو ِم ْال ُج ُمعَ ِة‬ َ ‫ث ِف ْي َها الد ََّوابَّ يَ ْو َم ْالخَمِ ي ِْس َو َخ َلقَ آ َد َم‬
ْ َ‫علَ ْي ِه الس ََّال ُم بَ ْع َد الع‬ َّ ‫وم الثُّالَثَاءِ َو َخلَقَ النُّ ْو َر يَ ْو َم األ َ ْربِعَاءِ َو َب‬ َ َ‫َخلَقَ ْال َم ْك ُر ْوهَ ي‬
‫ت ْال ُج ُم َع ِة‬
ِ ‫عا‬ َ ‫ع ٍة مِ ْن‬
َ ‫سا‬ َ ‫سا‬ ِ ‫فِ ْي آخِ ِر ْالخ َْل‬.
َ ‫ق ف ِْي آخِ ِر‬
(‫)رواه مسلم و أحمد رضي هللا عنهما‬
Nabi SAW. memegang tanganku, lalu bersabda, “Allah SWT. menciptakan bumi pada hari
sabtu, Dia menciptakan padanya gunung-gunung pada hari ahad, Dia menciptakan pohon-
pohonan pada hari senin, Dia menciptakan hal-hal yang tidak disukai pada hari selasa, Dia
menciptakan nur (cahaya) pada hari rabu, dan Dia menyebarkan (menciptakan) hewan-
hewan padanya pada hari kamis, dan Dia menciptakan Adam a.s. sesudah waktu asar pada
hari jumat, sebagai akhir makhluk (yang diciptakan) pada saat yang terakhir dari waktu-waktu
hari jumat.” (riwayat Muslim dan Ahmad)

Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua peranan
penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat. Pertama,
memakmurkan bumi (al ‘imarah). Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan
yang datang dari pihak manapun (ar ri’ayah).
Manusia dan Tugasnya Sebagai Khalifah di Bumi

Yang dimaksud dengan khalifah ialah bahwa manusia diciptakan untuk


menjadi penguasa yang mengatur apa-apa yang ada di bumi, seperti tumbuhannya,
hewannya, hutannya, airnya, sungainya, gunungnya, lautnya, perikanannya dan
seyogyanya manusia harus mampu memanfaatkan segala apa yang ada di bumi
untuk kemaslahatannya. Jika manusia telah mampu menjalankan itu semuanya
maka sunatullah yang menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi benar-benar
dijalankan dengan baik oleh manusia tersebut, terutama manusia yang beriman
kepada Allah SWT dan Rasulullah SWT.
Tugas utama manusia sebagai khalifah di bumi ini,yaitu beribadah kepada
Allah,manusia Allah turunkan dengan segala fasilitas yang telah disediakan,tentunya
bukan hanya untuk dipergunakan begitu saja,melainkan juga untuk
dijaga,dirawat,dilestarikan,dan dimanfaatkan keberadaannya.
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna dibanding makhluk ciptaan
Allah lainnya.Karena manusia diberikan Allah pikiran dan dapat memikir dengan
akal.Karena itu Allah mempercayakan manusia sebagai khalifah di muka bumi
ini.Tidak ada yang dapat manusia lakukan tanpa adanya campur tangan dari Allah
swt,karena itu beribadah adalah satu wujud bakti sebagai hamba Allah.
Allah tidak akan menyulitkan hambanya,telah ia berikan umat Islam pedoman
berupa Al-qur’an untuk kita ikuti petunjuk yang ada di dalamnya,dan juga telah Allah
kirimkan Rasulullah sebagai pemimpin bagi umat Islam,yaitu nabi Muhammad
SAW.Menyembah hanya kepada Allah dan beribadah kepadanya adalah sebuah
kewajiban kita sebagai khalifah,kita hanya harus menyembah dan berserah diri
kepadanya.Mengikuti aturannya dan menjauhi larangannya.
Dimana di dalam Surat adz-dzaariyaat (Q.S 51), ayat 56,

Artinya: “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah
kepadaku.” (QS Adz Zariyat : 56)
Surat Adz dzariyat ayat 56 mengandung makna bahwa semua makhluk
Allah, termasuk jin dan manusia diciptakan oleh Allah SWT agar mereka mau
mengabdikan diri, taat, tunduk, serta menyembah hanya kepada Allah SWT. Kata
menyembah sebagai terjemahan dari lafal ‘abida-ya’budu-‘ibadatun (taat, tunduk,
patuh). Beribadah berarti menyadari dan mengaku bahwa manusia merupakan
hamba Allah yang harus tunduk mengikuti kehendaknya, baik secara sukarela
maupun terpaksa.Jadi selain fungsi manusia sebagai khalifah di muka bumi (fungsi
horizontal), manusia juga mempunya fungsi sebagai hamba yaitu menyembah
penciptanya (fungsi vertikal), dalam hal ini adalah menyembah Allah karena
sesungguhnya Allah lah yang menciptakan semua alam semesta ini.

Perilaku yang mencerminkan surat Adz Dzariyat ayat 56


Allah SWT menganjurkan setiap umat islam untuk berdzikir kepada-Nya, artinya
manusia dianjurkan untuk mengiat kebesaran, kemuliaan, dan keagungan Allah
SWT dengan perasaan harap dan takut dengan khusyuk dan rendah diri di hadapan-
Nya. Zikir merupakan pintu pembuka hubungan dengan hamba-Nya, menjadi obat
penawar hati, penyehat badan, cahaya mata, dan zikir merupakan jenis ibadah yang
dapat dikerjakan kapan saja, tidak tergantung pada tempat, waktu, keadaan, dan
dapat dikerjakan sendiri ataupun secara bersama-sama. Oleh karena itu,zikir
sebaiknya dilakukan dengan cara:

1. Di awali dengan wudhu 3. Khusyuk


2. Duduk menghadap kiblat 4. Pada tempat yang tenang dan bersih.

Menyembah kepada Allah artinya hanya Allah tempat kita berbakti,tempat kita
meminta,dan memohon bantuan,serta tempat kita berkeluh kesah.Sebagai umat
Islam. Ibadah muhdah (murni), yaitu ibadah yang telah ditentukan waktunya, tata
caranya, dan syarat-syarat pelaksanaannya oleh nas, baik Al Qur’an maupun hadits
yang tidak boleh diubah, ditambah atau dikurangi.Menyembah kepada Allah tidak
hanya dengan melaksanakan sholat,puasa,zakat,dan naik haji,tetapi sebagai
khalifah di bumi ini Allah telah memberikan perintah kepada kita untuk
menjaga,memelihara,dan memakmurkan bumi ini. Ibadah ‘ammah (umum), yaitu
pengabdian yang dilakuakn oleh manusia yang diwujudkan dalam bentuk aktivitas
dan kegiatan hidup yang dilaksanakan dalam konteks mencari keridhaan Allah SWT

Berikut ini tugas manusia lainnya di bumi ini selain menyembah kepada Allah
SWT.

Manusia Sebagai Khalifah di bumi-Pemimpin Dirinya Sendiri


Manusia sebagai khalifah di bumi artinya setiap manusia adalah khalifah,pemimpin
dirinya sendiri sebelum memimpin saudaranya yang lain.
Dengan belajar mengontrol apa yang dipikirkan kita,hati kita,tingkah laku
kita,perasaan kita,dan sikap yang seharusnya bagaimanaharus ditampilkan,tanpa
kita sadari bahwa kita sedang memimpin diri kita sendiri.
Kita hidup di dunia ini akan selalu dihadapkan pada dua pilihan,yaitu dengan
berujung denganbaik atau buruk.Itulah kelebihan kita lainnya yaitu diberi pilihan.

Tugas Manusia Sebagai Khalifah di Bumi-menjaga alam dan saling


menyayangi
Selain tugas manusia sebagai khalifah di bumi ini yaitu beribadah kepada Sang
Maha Pencipta,tugas lain manusia di bumi ini yaitu menjaga alam dan isinya.Alam
yang memberikan kita keberadaan hidup,oleh karena itu kita harus menjaga dan
melestarikannya.Dengan cara menggunakan apa yang ada di alam ini dengan
secukupnya tanpa berlebihan.Tidak merusak apa yang ada di alam ini,karena itu
akan merugikan diri kita sendiri.
Tugas lain manusia sebagai khalifah di bumi ini yaitu saling menyayangi dan
menjaga setiap sesama umat manusia,menolong sesama saudaranya.Allah
menciptakan umat manusia beragam bukan untuk saling menjatuhkan,atau saling
bermusuhan,melainkan untuk saling mengenal,supaya kita bisa belajar satu sama
lainnya.Karena itu jangan jadikan perbedaan untuk kita saling menjatuhkan dan
perpecahan.Manusia hidup di bumi ini butuh orang lain,antara satu sama lainnya
saling ketergantungan,karena pada hakikatnya kita ini satu turunan,,yaitu turunan
nabi Adam.Tanamkan rasa toleransi dan menyayangi ,senantiasa tolong
menolong,serta selalu mengingatkan dalam perbaikan.

Manusia Sebagai Khalifah di Bumi-memakmurkan dan memelihara bumi.


Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi ini artinya,maksudnya manusia
di ciptakan untuk menjadi penguasa dan pengatur segala yang ada di bumi ini yaitu
menjaga tumbuh-tumbuhan,hewan,hutan,laut,gunung,perikana,dan lain-lain.Manusia
sebagai khalifah di bumi ini harus bisa memanfaatkan semua yang ada di bumi ini
demi kemaslahatannya.
Manusia sebagai khalifah di bumi memiliki kewajiban bersama yang dibebankan
Allah yaitu mengekplorisasi kekayaan bumi untuk kemaslahatan umat
manusia.Selain itu tugasnya yaitu memelihara bumi dan memelihara akidah yang
ada di dalamnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Allah berfirman kepada para malaikat ketika akan menciptakan Adam, ''Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi''. (Al-Baqarah:30). Banyak kaum muslimin
yang keliru dalam memahami ayat ini, yakni sebagai wakil/pengganti Allah dalam mengurus
bumi. Makna khalifah yang benar adalah kaum yang akan menggantikan satu sama lain,
kurun demi kurun, dan generasi demi generasi, demikian penjelasan dalam ringkasan Tafsir
Ibnu Katsier

''Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ''Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.'' Mereka berkata: ''Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?''. Tuhan berfirman: ''Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui''(Al-Baqarah:30)
Allah Ta'ala memberitahukan ihwal pemberian karunia kepada Bani Adam dan
penghormatan kepada mereka dengan membicarakan mereka di al-Mala'ul Ala, sebelum
mereka diadakan. Maka Allah berfirman, ''Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
para malaikat''. Maksudnya, Hai Muhammad, ceritakanlah hal itu kepada kaummu'',
''Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi'', yakni suatu kaum yang akan
menggantikan satu sama lain, kurun demi kurun, dan generasi demi generasi, sebagaimana
Allah Ta'ala berfirman, ''Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi''
(Fathir: 39). Itulah penafsiran khalifah yang benar, bukan pendapat orang yang mengatakan
bahwa Adam merupakan khalifah Allah di bumi dengan berdalihkan firman Allah,
''Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.''

DAFTAR PUSTAKA

http://zaldym.wordpress.com/2010/02/28/fungsi-manusia-sebagai-khalifah-di-muka-bumi/
http://indonesiaindonesia.com/f/9761-makna-allah-menjadikan-manusia-khalifah-muka/
http://alhikmahtoyan.blogspot.com/2012/08/manusia-sebagai-khalifah-dimuka-bumi.html
http://didik-setiya.blogspot.com/2012/03/manusia-sebagai-khalifah-dibumi.html
http://green.kompasiana.com/penghijauan/2011/07/06/manusia-sebagai-khalifah-di-
bumibukan-perusak/

Anda mungkin juga menyukai