SPM Neuro
SPM Neuro
NEUROLOGI
DEPARTEMEN NEUROLOGI
RSUP. Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2012
Editor :
1. dr. H. Syafruddin Yunus, SpS(K)
2. dr. Hj. Rasrinam Rasyad, SpS(K)
3. dr. Billy Indra Gunwan, SpS(K)
4. dr. Alwi Shahab, SpS(K)
5. dr. H.A.R. Toyo, SpS(K)
6. dr. H. Zahirwan, SpS
7. dr. H. Hasnawi, SpS
8. dr. A. Junaidi, SpS
9. dr. T. Christin, SpS
EPILEPSI
ICD G40
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis:
Suatu keadaan neurologik yang ditandai oleh bangkitan epilepsi yang berulang, yang timbul
tanpa provokasi. Sedangkan bangkitan epilepsi sendiri adalah suatu manifestasi klinik yang
disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang abnormal, berlebih dan sinkron, dari neuron
yang (terutama) terletak pada korteks serebri. Aktivitas paroksismal abnormal ini umumnya
timbul intermiten dan “self-limited”.
Sindroma Epilepsi adalah penyakit epilepsi yang ditandai oleh sekumpulan gejala yang
timbul bersamaan (termasuk tipe bangkitan, etiologi, anatomi, faktor presipitan usia saat
awitan, beratnya penyakit, siklus harian dan prognosa).
Laboratorium/Pemeriksaan Penunjang:
1. EEG
2. Laboratorium: (atas indikasi)
A. Untuk penapisan dini metabolik
Perlu selalu diperiksa:
1. Kadar glukosa darah
2. Pemeriksaan elektrolit termasuk kalsium dan magnesium
Atas indikasi
1. Asam amino
2. Asam organik
3. NH3
4. Enzim lysosomal
5. Serum laktat
6. Serum piruvat
B. Pada kecurigaan indeksi SSP akut
Lumbal Pungsi
Radiologi
Gold standard
Patologi Anatomi
Hanya khas pada keadaan tertentu seperti hypocampal sclerosis dan mesial temporal
sclerosis.
DIAGNOSIS BANDING
1. Bangkitan Psychogenik
2. Gerak Involunter (tics, headnodding, paroxysmal choreoathethosis/dystonia, bnign sleep
myoclonus, paroxysmal torticolis, startle response, jitterness, dll)
3. Hilangnya tonus atau kesadaran (sinkop, drop attacks, TIA, TGA, narkolepsi, attention
deficit)
4. Gangguan respirasi (apnea, breath holding, hiperventilasi)
5. Gangguan perilaku (night terrors, sleepwalking, nightmares, confusion, sindroma
psikotik akut)
6. Gangguan persepsi (vertigo, nyeri kepala, nyeri abdomen)
7. Keadaan episodik dari penyakit tertentu (tetralogy speels, hydrocephalic spells, cardiac
arrhythmia, hipoglikemi, hipokalsemi, periodic paralysis, migren, dll)
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Pemilohan obat anti epilepsi (OAE) sangat tergantung pada bentuk bangkitan dan sindroma
epilepsi, selain itu juga perlu dipikirkan kemudahan pemakaiannya. Penggunaan terapi
tunggal dan dosis tunggal menjadi pilihan utama. Kepatuhan pasien juga ditentukan oleh
harga dan efek samping OAE yang timbul
Antikovulsan Utama
1. Fenobarbital : dosis 2-4 mg/kgBB/hari
2. Phenitoin : 5-8 mg/kgBB/hari
3. Karbamasepin : 20 mg/kgBB/hari
4. Valproate : 30-80 mg/kgBB/hari
Penghentian OAE: dilakukan secara bertahap setelah 2-5 tahun pasien bebas kejang,
tergantung dari bentuk bangkitan dan sindroma epilepsi yang diderita pasien (Dam,
1997).penghentian OAE dilakukan secara perlahan dalam beberapa bulan.
STATUS EPILEPTIKUS
(ICD G41.0)
(epilepsi Foundation of America’s Working Group on Status Epilepticus)
Adalah bangkitan yang berlangsung lebih dari 30 menit atau dua atau lebih bangkitan, diman
diantara dua bangkitan tidak terdapat pemulihan kesadaran. Penanganan kejang harus dimulai
dalam 10 menit setelah awitan suatu kejang.
Stadium Penatalaksanaan
Stadium IV (30-90 menit) Bila kejang tetap tidak teratasi selama 30-60 menit,
transfer pasien ke icu, beri propofol (2mg/kgBB bolus iv,
diulang bila perlu) atau thiopentone (100-250 mg bolus
iv pemberian dalam 20 menit, dilanjutkan dengan bolus
50 mg setiap 2-3 menit_, dilanjutkan sampai 12-24 jam
setelah bangkitan klinis atau bangkitan EEG terakhir,
lalu tapering off.
Memonitor bangkitan dan EEG, tekanan intrakranial,
memulai pemberian OAE dosis maintenance
Tindakan:
1. Operasi
Indikasi operasi:
a. Fokal epilepsi yang intraktabel terhadap obat-obatan
b. Sindroma epilepsi fokal dan simptomatik
Kontraindikasi:
Kontraindikasi absolut
a. Penyakit neurologik yang progresif (baik metabolik maupun degeneratif)
b. Sindroma epilepsi yang benigna, dimana diharapkan terjadi remisi dikemudian hari
Jenis-jenis operasi:
a. Operasi reseksi: pada mesial temporal lobe, neokortikal
b. Diskoneksi: korpus kalosotomi, multiple supial transection
c. Hemispherektomi
PENYULIT
Prognosis pengobatan pada kasus baru pada umunya baik, pada 70-80% kasus bangkitan
kejang akan berhenti dalam beberapa tahun pertama. Stetelah bangkitan epilepsi berhenti,
kemungkinan rekurensinya rendah, dan pasien dapat menghentikan OAE.
Prognosis epilepsi akan menjadi lebih buruk bila terdapat hal-hal sebagai berikut:
a. Terdapat lesi struktural otak
b. Bangkitan epilepsi parsial
c. Sindroma epilepsi berat
d. Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga
e. Frekuensi bangkitan tonik klonik yang tinggi sebelum dimulainya pengobatan
f. Terdapat kelainan neurologis maupun psikiatris
KONSULTASI
Konsultasi : (atas indikasi)
1. Bagian Psikiatri
2. Bagian Interna
3. Bagian Anak
4. Bagian Bedah Saraf
5. Bagian Anestesi (bila pasien masuk ICU)
JENIS PELAYANAN
1. Rawat jalan
2. Rawat inap
Indikasi rawat inap:
1. Status epileptikus
2. Bangkitan berulang
3. Kasus bangkitan pertama
4. Epilepsi intraktabel
TENAGA
1. Spesialis Saraf
2. Epileptologist
3. Electro Encephalographer
4. Psychologist
5. Teknisis EEG
LAMA PERAWATAN
1. Pada kasus bukan status epileptikus : pasien dirawat sampai diagnosis dapat ditegakkan
2. Pada status epileptikus: pasien dirawat sampai kejang dapat diatasi dan pasien kembali ke
keadaan sebelum status
STROKE
Definisi :
Stroke adalah suatu keadaan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi neurologis (defisit
neurologik fokal atau global) yang terjadi secara mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam
atau menyebabkan kematian, yang semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah
otak karena berkurangnya suplai darah (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah
secara spontan (stroke perdarahan).
Pembagian Stroke
1. Etiologi :
1.1. Infark : aterombotik, kardioembolik, lakunar
1.2. Perdarahan : Perdarahan Intra Serebral, Perdarahan Subarachnoid,
Perdarahan Intrakranial et causa AVM
2. Lokasi :
2.1. Sistem Karotis
2.2. Sistem Vertebrobasiler
Dasar Diagnosis :
1. Anamnesa dari pasien, keluarga atau pembawa pasien
2. Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum, kesadaran (Glasgow Coma Scale/kwantitas/kwalitas), tanda vital,
status generalis, status neurologis.
3. Alat Bantu Scoring (skala) :
Siriraj Stroke Score (SSS), Algoritme Stroke Gajah Mada (ASGM).
4. Pemeriksaan Penunjang :
Pungsi lumbal (bila neuroimajing tidak tersedia).
Neuroimejing : CT Scan, MRI, MRA, Angiografi, DSA.
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
Anamnesis :
Defisit neurologis yang terjadi secara tiba-tiba, saat aktifitas/istirahat, kesadaran
baik/terganggu, nyeri kepala/tidak, muntah/tidak, riwayat hipertensi (faktor risiko strok
lainnya), lamanya (onset), serangan pertama/ulang.
Pemeriksaan Fisik (Neurologis dan Umum) :
Ada defisit neurologis, hipertensi/hipotensi/normotensi.
Pemeriksaan Penunjang
Tergantung gejala dan tanda, usia, kondisi pre dan paska stroke, resiko pemeriksaan, biaya,
kenyamanan pemeriksaan penunjang.
Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan Darah Perifer Lengkap (DPL), Gula Darah Sewaktu (GDS), Fungsi
Ginjal (Ureum, Kreatinin dan Asam Urat), Fungsi Hati (SGOT dan SGPT), Protein darah
(Albumin, Globulin), Hemostasis, Profil Lipid (Kolesterol, Trigliserida, HDL, LDL),
Homosistein, Analisa Gas Darah dan Elektrolit. Jika perlu pemeriksaan cairan serebrospinal.
Radiologis
Pemeriksaan Rontgen dada untuk melihat ada tidaknya infeksi paru maupun kelainan
jantung
Brain CT Scan tanpa kontras (Golden Standard)
MRI Kepala
EKG
Echocardiography ( TTE dan atau TEE)
Carotid Doppler (USG Carotis)
Transcranial Doppler (TCD)
DIAGNOSIS BANDING
PENATALAKSANAAN / TERAPI
Penatalaksanaan Umum
1. Umum :
Ditujukan terhadap fungsi vital: paru-paru, jantung, ginjal, keseimbangan eletrolit dan
cairan, gizi, higiene.
2. Khusus :
Pencegahan dan pengobatan komplikasi
Rehabilitasi
Pencegahan Stroke : tindakan promotif, primer dan sekunder.
Penatalaksanaan Khusus
1. Stroke iskemik / infark :
- Anti agregasi platelet : Aspirin, tiklopidin, klopidogrel, dipiridamol
- Trombotik : rt-PA (harus memenuhi kriteria inklusi)
- Antikoagulan : heparin, LMWH, heparinoid, (untuk stroke emboli)
(Guidelines stroke 2004)
2. Perdarahan subarachnoid :
- Antivasospasme : Nimodipin
- Neuroprotektan
3. Perdarahan Intraserebral :
Konservatif :
- Memperbaiki faal hemostasis (bila ada gangguan faal hemostasis)
- Mencegah/mengatasi vasospasme otak akibat perdarahan : Nimodipine
- Neuroprotektan
Operatif :
Dilakukan pada kasus yang indikatif /memungkinkan :
- Volume perdarahan lebih dari 30 cc atau diameter > 3cm pada fossa posterior
- Letak lobar dan kortikal dengan tanda-tanda peninggian TIK akut dan ancaman
herniasi otak
- Perdarahan serebellum
- Hidrosefalus akibat perdarahan intraventrikel atau serebellum
- GCS >7
Terapi komplikasi :
- Antiedema : Larutan Manitol 20%
- Antibiotika, Antidepressan, Antikonvulsan, : atas indikasi
- Anti trombosis vena dalam dan emboli paru
Penatalaksanaan Faktor Risiko :
- Antihipertensi : fase akut stroke dengan persyaratan tertentu (guidelines stroke 2004)
- Antidiabetika : fase akut stroke dengan persyaratan tertentu (guidelines stroke 2004)
- Antidislipidemia : atas indikasi
Terapi Nonfarmaka
- Operatif
- Phlebotomi
- Neuroestorasi (dalam fase akut) dan Rehabili Medik
- Edukasi
Komplikasi / Penyulit :
Fase Akut :
- Neurologis:
Stroke susulan
Edema Otak
Infark Berdarah
Hidrosefalus
- Non Neurologis :
Hipertensif / hiperglikemia
Edema Paru
Gangguan Jantung
Infeksi
Gangguan Keseimbangan
Fase Lanjut :
- Neurologis : gangguan fungsi luhur
- Non neurologi :
Kontraktur
Dekubitus
Infeksi
Depresi
KONSULTASI
- Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Ginjal/Hipertensi, Endokrin), Kardiologi bila
ada kelainan organ terkait
- Dokter Spesialis Bedah Saraf untuk kasus hemorhagis yang perlu dioperasi
(aneurisma, SVM, evakuasi hematom)
- Gizi
- Rehabilitasi medik (setelah dilakukan prosedur Neurorestorasi dalam 3 bulan
pertama pasca onset)
JENIS PELAYANAN
Rawat inap : Stroke Corner, Stroke Unit atau Neurologic High Care Unit pada
fase akut
Rawat jalan pasca fase akut
TENAGA STANDAR
Dokter Spesialis Saraf, Dokter umum, Perawat, Terapis
LAMA PERAWATAN
Stroke perdarahan : rata-rata 3-4 minggu (tergantung keadaan umum penderita)
Stroke iskemik : 2 minggu bila tidak ada penyulit / penyakit lain
PROGNOSIS
Ad vitam
Tergantung berat stroke dan komplikasi yang timbul
Ad Functionam
Penilaian dengan parameter :
- Activity Daily Living (Barthel Index)
- NIH Stroke Scale (NIHSS)
Risiko kecacatan dan ketergantungan fisik / kognitif setelah 1 tahun : 20% - 30%
DEFINISI/ETIOLOGI
Patogenesis
Mikroorganisme (MO mencapai parenkim otak melalui) :
- Hematogen : dari suatu tempat infeksi yang jauh
- Perluasan di sekitar otak : sinusitis frontalis, otitis media
- Trauma tembus kepala/operasi otak
- Komplikasi dari kardiopulmoner, meningitis piogenik
- 20% kasus tak diketahui sumber infeksinya
Lokasi :
- Hematogen paling sering pada substansia alba dan grisea
- Perkontinutatum : daerah yang dekat dengan permukaan otak
Sifat :
- Dapat soliter atau multiple. Yang multiple sering pada jantung bawaan sianotik karena
ada shunt kanan ke kiri
Tahap-tahap :
- Awal : Reaksi radang yang difus pada jaringan otak (infiltrat leukosit, edema,
perlunakan dan kongesti) kadang disertai dengan bintik-bintik perdarahan
- Beberapa hari-minggu : Nekrosis dan pencairan pada pusat lesi sehingga membentuk
rongga abses. Astroglia, fibroblas, makrofag mengelilingi jaringan yang nekrotik
sehingga terbentuk abses yang tidak berbatas tegas
- Tahap lanjut : Fibrosis yang progresif sehingga terbentuk kapsul dengan dinding yang
konsentris
Stadium :
- Serebritis dini (hari I-III)
- Serebritis lanjut (hari IV-IX)
- Serebritis kapsul dini (hari X-XIII)
- Serebritis kapsul lanjut (hari > XIV hari)
KRITERIA DIAGNOSIS
Gambaran kliniknya tidak khas, kriteria terdapat tanda infeksi + TIK khas bila
terdapat trias : gejala infeksi + TIK + tanda neurologik fokal
Darah rutin : 50-60% didapati leukositosis 10.000-20.000/ cm2
70-95% LED meningkat
LP : bila tak ada kontraindikasi untuk kultur dan tes sensitifitas
Radiologi :
- Foto polos kepala biasanya normal
- CT Scan kepala tanpa kontras dan pakai kontras bila abses berdiameter >10mm
- Angiografi
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin (leukosit, LED)
LP : bila tak ada kontraindikasi untuk kultur dan tes sensitifitas
Rontgen : foto polos kepala, CT Scan kepala tanpa kontras dan pakai kontras, atau
angiografi.
DIAGNOSIS BANDING
Space Occupying lesion lainnya (metastase tumor, glioblastoma)
Meningitis
TATALAKSANA
Prinsipnya menghilangkan fokus infeksi dan efek massa
Kausal :
- Ampisilin 2 gr/6 jam iv (200-400 mg/kgBB/hari selama 2 minggu)
- Kloramfenikol 1 gr/6 jam iv selama 2 minggu
- Metronidazole 500 mg/8 jam iv selama 2 minggu
- Anti edema : dexamethason / manitol
- Operasi bila tindakan konservatif gagal atau abses berdiameter 2 cm
PENYULIT
Herniasi
Hidrosefalus Obstruktif
Koma
KONSULTASI
Bedah Saraf
TEMPAT PELAYANAN
Perawatan di RS A atau B
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Minimal 6 minggu
PROGNOSIS
Sembuh, sembuh + cacat, atau meninggal
Prognosis : tergantung dari : umur penderita, lokasi abses dan sifat absesnya.
MENINGITIS TUBERKULOSA
DEFINISI ETIOLOGI
Meningitis tuberkulosa adalah reaksi peradangan yang mengenai selaput otak yang
disebabkan oleh kuman tuberkulosa
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis
Didahului oleh gejala prodormal berupa nyeri kepala, anoreksia, mual/muntah, demam
subfebris, disertai dengan perubahan tingkah laku dan penurunan kesadaran, onset subakut,
riwayat penderita TB atau adanya fokus infeksi sangat mendukung
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda rangsangan meningeal berupa kaku kuduk dan tanda lasegue dan kernig
Kelumpuhan saraf otak dapat sering dijumpai
Pemeriksaan Penunjang
DIAGNOSIS BANDING
Meningoensefalitis karena virus
Meningitis bakterial yang pengobatannya tidak sempurna
Meningitis oleh karena infeksi jamur / parasit ( Cryptococcus neofarmans atau
Toxoplasma gondii), Sarkoid meningitis
Tekanan selaput yang difus oleh sel ganas, termasuk karsinoma, limfoma, leukemia,
glioma, melanoma, dan meduloblastoma
TATALAKSANA
Umum
Terapi kausal : Kombinasi Obat Anti Tuberkulosa (OAT)
o INH
o Pyrazinamida
o Rifampisin
o Etambutol
Kortikosteroid
PENYULIT / KOMPLIKASI
Hidrosefalus
Kelumpuhan saraf kranial
Iskemi dan infark pada otak dan mielum
Epilepsi
SIADH
Retardasi Mental
Atrofi nervus optikus
KONSULTASI
Bedah saraf
JENIS PELAYANAN
Rawat Inap
TENAGA STANDAR
Dokter spesialis saraf, dokter umum, perawat
LAMA PERAWATAN
Minimal 3 minggu, tergantung respon pengobatan
PROGNOSIS
RABIES
ICD A 82
DEFINISI/ETIOLOGI
Rabies adalah penyakit peradangan akut SSP oleh virus rabies, bermanifestasi sebagai
kelainan neurologi yang umumnya berakhir dengan kematian
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis
Penderita mempunyai riwayat tergigi tercakar atau kontak dengan anjing, kucing atau
binatang lainnya yang:
- Positif rabies (hasil pemeriksaan orak hewan tersangka)
- Mati dalam waktu 10 hari sejak menggigit (bukan dibunuh)
- Tak dapat diobservasi setelah mengigit (dibunuh, lari, dan sebagainya)
- Tersangka rabies (hewan berubah sifat, malas makan, dll)
Gambaran Klinik
- Stadium prodromal (2-10 hari)
Sakit dan rasa kesemutan di sekitar luka gigitan (tanda awal rabies), sakit kepala,
lemah, anoreksia, demam, rasa takut, cemas, agitasi
- Stadium kelainan neurologis (2-7 hari)
o Bentuk spastik: peka terhadap rangsangan ringan, kontraksi otot faring dan
esofagus, kejang, aerofobia, hidrofobia, kaku kuduk, delirium, semikoma,
meninggal setelah 3-5 hari
o Bentuk dimensia
o Kepekaan terhadap rangsangan bertambah, gila mendadak, dapat melakukan
tindakan kekerasan, koma, mati
o Bentuk paralitik (7-10 hari)
- Gejala tidak khas, penderita meninggal sebelum diagnosis tegak, terdapat monoplegi
atau paraplegi flaksis, gejala bulbar, kematian karena kelelahan otot napas.
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan laboratorium: leucosis, hematokrit, Hb, Albumin urine, dan leukosit urin,
Likuor Serebrospinal bila perlu
- Pemeriksaan radiologik: Dapat dilakukan pemeriksaan CT Scan kepala untuk
menyingkirkan kausa lain
- Pemeriksaan penunjang lain: tidak ada
DIAGNOSIS BANDING
- Intoksikasi obat-obatan
- Ensefalitis
- Tetanus
- Histerikal pseudorabies
- Poliomyelitis
TERAPI
- Bila sudah timbul gejala prodromal prognosis infaust dalam 3 hari
- Terapi hanya bersifat simptomatik dan supportif (infus dextrose, antikejang)
- Vaksin antirabies/serum antirabies: tidak diperlukan
PENYULIT
Dehidrasi, gagal nafas
KONSULTASI
Anestesi
JENIS PELAYANAN
Perawatan RS diperlukan untuk menenangkan pasien
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Dirawat di kamar isolasi 1-10 hari (umumnya penderita meniggal dalam 1-2 hari perawatan)
PROGNOSIS
Infaust/meninggal dunia
PENATALAKSAAN PENDERITA TERGIGIT ANJING ATAU HEWAN TERSANGKA DAN POSITIF RABIES
No Indikasi Tindakan Jenis VAR + Booster Keterangan
Dosis
1. Luka Gigitan 1. Dicuci dengan ----- ----- Menunda
air sabun penjahitan
(detergen) 5-10 luka, jika
menit kemudian penjahitan
dibila dengan air diperlukan
bersih gunakan anti
2. Alcohol 40-70%
serum lokal
3. Berikan yodium,
Bila
betadin solusio
diindikasikan
atau senyawa
dapat
ammonium
diberikan
kuartener 0,1%
4. Penyuntikan toxoid tetanus,
DEFINISI/ETIOLOGI
- Suatu penyakit demam akut dengan kerusakan jaringan parenkim sistem saraf pusat
yang menimbulkan kejang, kesadara menurun, atau tanda-tanda neurologi fokal.
- Etiologi
o Virus DNA
Poxviridae : Poxvirus
Herpetoviridae : Virus Herpes simplex, Varicela zoster, Virus
sitomegalik
o Virus RNA
Paramiksoviridae : Virus Parotitis, Virus Morbili
Picornaviridae : Enterovirus, Virus Poliomielitis, Echovirus
Rhabdoviridae : Virus Rabies
Togaviridae : Virus ensefalitis alpha, Flavivirus ensefalitis
jepang B, Virus demam kuning, Virus Rubi
Bunyaviridae : Virus ensefalitis California
Arenaviridae : Khoriomeningitis Limfositaria
Retroviridae : Virus HIV
KRITERIA DIAGNOSIS
- Bentuk asimtomatik:
Gejala ringan, kadang ada nyeri kepala ringan atau demam tanpa diketahui
penyebabnya, diplopia, vertigo, parestesi berlangsung sepintas. Diagnosis ditegakkan
dengan pemeriksaan cairan cerebrospinal
- Bentuk abortif
Nyeri kepala, demam yang tidak tinggi, kaku kuduk ringan. Umumnya terdapat
infeksi saluran nafas bagian atas atau gastrointestinal.
- Bentuk fulminant:
Berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari yang berakhir dengan kematian.
Pada stadium akut demam tinggi, nyeri kepala difus yang hebat, apatis, kaku kuduk,
disorientasi, sangat gelisah dan dalam waktu singkat masuk ke dalam koma dalam.
Kematian biasanya terjadi dalam 2-4 hari akibat kelainan bulbar atau jantung.
- Bentuk khas ensefalitis:
Gejala awal nyeri kepala ringan, demam, gejala infeksi saluran nafas bagian atas atau
gastrointestinal selama beberapa hari. Kaku kuduk, tanda kernig positif, gelisah,
lemah, dan sukar tidur. Defisit neurologis yang timbul tergantung tempat kerusakan.
Selanjutnya kesadaran menurun sampai koma, kejang fokal atau umum, hemiparesis,
gangguan koordinasi, kelainan kepribadian, disorientasi, gangguan bicara, dan
gangguan mental.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
- Pungsi lumbal (bila tidak ada kontra indikasi)
o Cairan serebrospinal jernih dan tekanannya dapat normal atau meningkat
o Fase dini dapat dijumpai peningkatan sel PMN diikuti pleositosis limfositik,
umumnya kurang dari 1000/ul
o Glukosa dan klorida normal
o Protein normal atau sedikit meninggi (80-200 mg/dl)
- Pemeriksaan darah
o Leukosit : normal atau lekopeni atau lekositosis ringan
o Amilase serum sering meningkat pada parotitis
o Fungsi hati abnormal dijumpai pada hepatitis virus dan mononukleosis
infeksiosa
o Pemeriksaan antibodi-antigen spesifik untuk HSV, cytomegalovirus, dan HIV
Pemeriksaan Radiologik
- Foto thoraks
- CT Scan
- MRI
DIAGNOSIS BANDING
- Infeksi bakteri, mikobakteri, jamur, protozoa
- Meningitis tuberkulosa, meningitis karena jamur
- Abses otak
- Lues serebral
- Intoksikasi timah hitam
- Infiltrasi neoplasma (Lekemia, Limfoma, Karsinoma)
TERAPI
- Perawatan umum
- Anti udema serebri : Deksamethason dan manitol 20%
- Atasi kejang : Diazepam 10-20 mg iv perlahan-lahan dapat diulang sampai 3 kali
dengan interval 15-30 menit. Bila masih kejang berikan fenitoin 100-200 mg/12
jam/hari dilarutkan dalam NaCl dengan kecepatan maksimal 50mg/menit.
- Terapi kausal: Untuk HSV: Acyclovir
PENYULIT/KOMPLIKASI
- Defisit neurologis sebagai gejala sisa
- Hidrosefalus
- Gangguan mental
- Epilepsy
- SIADH
KONSULTASI –
JENIS PERAWATAN
Rawat inap, segera
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
- Satu bulan bila tidak ada sequale neurologis
- Minimal 1 minggu
PROGNOSIS
Beratnya sequel tergantung pada virus penyebab
MENINGITIS BAKTERIAL
ICD G 00
DEFINISI/ETIOLOGI
- Meningitis bacterial (disebut juga meningitis piogenik akut atau meningitis purulenta)
adalah suatu infeksi cairan likuor serebrospinalis dengan proses peradangan yang
melibatkan piamater, arakhnoid, ruang subarakhnoid dan dapat meluas ke permukaan
otak dan medula spinalis.
- Etiologi: Streptococcus pneumonia, Neisseria meningitides, H. influenza,
Staphylococci, Listeria monocytogenes, basil gram negative.
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis
Gejala timbul dalam 24 jam setelah onset, dapat juga subakut antara 1-7 hari. Gejala berupa
demam tinggi, menggigil, sakit kepala, fotofobia, myalgia, mual, muntah, kejag, perubahan
status mental sampai penurunan kesadaran.
Pemeriksaan fisik
- Tanda-tanda rangsang meningeal
- Papil edema biasanya tampak beberapa jam setelah onset
- Gejala neurologis fokal berupa gangguan saraf kranialis
- Gejala lain: infeksi ekstrakranial misalnya sinusitis, otitis media, mastoiditis,
pneumonia, infeksi saluran kemih, arthritis (N. meningitidis).
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
- Lumbal pungsi
- Pemeriksaan likuor
- Pemeriksaan kultur likuor dan darah
- Pemeriksaan darah rutin
- Pemeriksaan kimia darah (gula darah, fungsi ginjal, fungsi hati) dan elektrolit darah
Radiologis
- Foto polos paru
- CT Scan Kepala
Pemeriksaan penunjang lain: pemeriksaan antigen bakteri spesifik seperti C-Reactive Protein
atau PCR (Polymerase Chain Reaction).
DIAGNOSIS BANDING
Meningitis virus, Perdarahan Subarakhnoid, Meningitis Khemikal, Meningtis TB, Meningitis
Leptospira, Meningoensefalitis fungal.
TATALAKSANA
- Perawatan umum
- Kausal: Lama pemberian 10-14 hari
Bila bakteri penyebab tidak dapat diketahui, maka terapi antibiotik empiris sesua dengan
kelompok umur, harus segera dimulai
- Terapi tambahan: dianjurkan hanya pada penderita risiko tinggi, penderita dengan
status mental sangatn terganggu, edema otak atau TIK meninggi yaitu dengan
deksametason 0,15 mg/kgBB/16 jam/IV selama 4 hari dan diberikan 20 menit
sebelum pemberian antibiotic
- Penanganan peningkatan TIK
o Meninggikan letak kepala 30° dari tempat tidur
o Cairan hiperosmoler: manitol atau gliserol
o Hiperventilasi untuk mempertahankan pCO2 antara 27-30 mmHg
PENYULIT
- Gangguan serebrovaskuler
- Edema otak
- Hidrosefalus
- Perdarahan otak
- Shock sepsis
- ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome)
- Disseminated Intravascular Coagulation
- Efusi subdural
- SIADH
KONSULTASI
Konsultasi dengan bagian lain sesuai sumber infeksi.
JENIS PELAYANAN
Perawatan RS diperlukan segera
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
1-2 bulan di ruang perawatan intermediet
PROGNOSIS
Bervariasi dari sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, meninggal
TETANUS
ICD X : A 35
DEFINISI
Penyakit sistem saraf yang perlangsungannya akut dengan karakteristik spasme tonik
persisten dan eksaserbasi singkat.
KRITERIA DIAGNOSIS
Hipertoni dan spasme otot
o Trismus, risus sardonikus, otot leher kaku dan nyeri, opistotonus, dinding perut
tegang, anggota gerak spastik.
o Lain-lain: Kesukaran menelan, asfiksia dan sianosis, nyeri pada otot-otot di
sekitar luka.
Kejang tonik dengan kesadaran tidak terganggu
Umumnya ada luka/riwayat luka
Retensi urine dan hiperpireksia
Tetanus lokal
Pemeriksaan Penunjang
Bila memungkinkan, periksa bakteriologik untuk menemukan C. Tetani.
EKG bila ada tanda-tanda gangguan jantung.
Foto toraks bila ada tanda-tanda komplikasi paru-paru.
DIAGNOSIS BANDING
Kejang karena hipokalsemia
Reaksi distonia
Rabies
Meningitis
Abses retrofaringeal, abses gigi, subluksasi mandibula
Sindrom hiperventilasi/reaksi histeri
Epilepsi/kejang tonik klonik umu
TATALAKSANA
IVFD dekstrose 5% : RL = 1 : 1 / 6 jam
Kausal :
o Antitoksin tetanus:
a. Serum antitetanus (ATS) diberikan dengan dosis 20.000 IU/hari/i.m. selama
3-5 hari. TES KULIT SEBELUMNYA. ATAU
b. Human Tetanus Immunoglobulin (HTIG). Dosis 500-3.000 IU/i.m. tergantung
beratnya penyakit. Diberikan SINGLE DOSE.
o Antibiotik :
a. Metronidazole 500 mg/8 jam drips i.v.
b. Ampisilin dengn dosis 1 gr/8 jam i.v. (TES KULIT SEBELUMNYA).
Bila alergi terhadap Penisilin dapat diberikan:
Eritromisin 500 mg/6 jam/oral. ATAU
Tetrasiklin 500 mg/6 jam/oral.
o Penanganan luka :
Dilakukan cross incision dan irigasi menggunakan H2O2.
PENYULIT
Asfiksia akibat depresi pernapasan, spasme jalan napas
Pneumonia aspirasi
Kardiomiopati
Fraktur kompresi
KONSULTASI
Dokter gigi
Dokter ahli bedah
Dokter ahli kebidanan dan kandungan
Dokter ahli THT
Dokter ahli anestesi
JENIS PELAYANAN
Rawat segera, bila diperlukan, rawat di ICU
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum/residen, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
2 minggu-1 bulan
PROGNOSIS/LUARAN
Angka kematian tinggi bila :
o Usia tua
o Masa inkubasi singkat
o Onset periode yang singkat
o Demam tinggi
o Spasme yang tidak cepat diatasi
Sebelum KRS : Tetanus Toksoid (TT1) 0,5 ml i.m.
TT2 dan TT3 : diberikan masing-masing dengan interval waktu 4-6 minggu.
MALARIA SEREBRAL
KRITERIA DIAGNOSIS
Merupakan komplikasi dari malaria. Paling sering disebabkan oleh P. Falciparum. Diagnosis
ditegakkan pada penderita malaria (terbukti dari pemeriksaan apusan darah) yang mengalami
penurunan kesadaran (GCS < 7) disertai gejala lain gangguan serebral (ensefalopati).
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan apusan darah tebal : ditemukan parasit malaria
DIAGNOSIS BANDING
Penurunan kesadaran sebab lain :
Hipoglikemi, asidosis berat, syok karena hipotensi.
TERAPI
Antimalaria : Kinin dihidroklorida IV
Terapi suportif : Antikonvulsan
Antipirektika
Penanganan hipoglikemia
Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
Pencegahan : Anti malaria oral sejak dua minggu sebelum perjalanan ke daerah endemis
PENYULIT
Hipoglikemia, asidosis, edema paru, syok hemodinamik, gagal ginjal
KONSULTASI
Bag. Ilmu Penyakit Dalam
JENIS PELAYANAN
Rawat inap
TENAGA
Perawat, dokter umum/residen, dokter spesialis saraf
LAMA RAWAT
Tergantung klinis
PROGNOSIS
Sequele jangka panjang : ataksia, buta kortikal, kejang, hemiparesis
SINUS TROMBOFLEBITIS
KRITERIA DIAGNOSIS
Definisi : adalah infeksi sinus venosus intrakranial yang disebabkan berbagai bakteria.
Biasanya berasal dari penjalaran infeksi sekitar wajah atas (furunkel) dan kepala (mastoiditis
dll). Gejala tergantung sinus venosus mana yang terkena. Pada trombosis sinus cavernosus,
bisa didapat oftalmoplegi dan khemosis. Pada sinus sagitalis trombosis bisa didapatkan
paraplegi.
Pemeriksaanpenunjang
Pseudotumor serebri
TATALAKSANA
KOMPLIKASI/PENYULIT
Meningitis purulenta
Abses otak
KONSULTASI :
JENIS PELAYANAN
Rawat inap
TENAGA
PROGNOSIS
KRITERIA DIAGNOSIS
Predisposisisi : gangguan imunitas berat (AIDS, penerima transplantasi jaringan atau sedang
dalam terapi keganasan )
Pemeriksaan penunjang :
DIAGNOSIS BANDING
TATALAKSANA
PENYULIT
Herniasi
KONSULTASI
JENIS PELAYANAN
TENAGA
Buruk.
Definisi WHO untuk AIDS di Asia Tenggara adalah pasien yang memenuhi kriteria A dan B
di bawah ini :
A. Hasil positif untuk antibodi HIV dari dua kali test yang menggunakan dua antigen
yang berbeda.
B. Salah satu dari kriteria di bawah ini :
1. Berat badan menurun 10% atau lebih yang tidak diketahui sebabnya.
2. Tuberkulosis millier atau menyebar
3. Kandidiasis esofagus yang dapat didiagnosis dengan adanya kandidiasis
mulut yang disertai disfagia/ odinofagia.
4. Gangguan neurologis disertai gangguan kativitas sehari-hari yang tidak
diketahui sebabnya.
5. Sarkoma kaposi.
Infeksi HIV akan menimbulkan penyakit yang kronik dan progresif sehingga setelah
bertahun-tahun tampaknya mengancam jiwa. Pengobatan yang tersedia sekarang dapat
mem[erpanajng masa hidup dan kualitas hidup dengan cara memperlambat penurunan sistem
imun dan mencegah infeksi oportunistik. Terdapat variasi yang luar dari respons imun
terhadap efek patologik HIV. Kerana itu mungkin saja sebagian dari mereka tetap hidup dan
sehat dalam jangka masa [anjang sekitar 40-50% dari mereka menjadi AIDS dalam waktu 10
tahun.
HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual dan non seksual. Di dalam tubuh HIVakan
menginfeksi sel yang mempunyai reseptor CD$ seperti sel limfosit, monosit dan makrofag
dan beberapa sel tertentu, walaupun tidak mempunyai CD$ misalnya sel glia dan sel
Langehans. Secara umum ada dua kelas sel dimana HIV dapat berreplikasi yaitu di dalam sel
T limfosit dan sel makrofag, karena itu disebut T-tropik atau syncytium inducing isolates dan
Makrofag-tropik atau non- syncytium inducing isolates. Isolated M-tropik lebih sering tertular
tetapi isolat T-tropik terlihat pada 505 dari infeksi HIV stadium lanjut dan menimbulkan
progresivitas penyakit yang sangat cepat. Bahkan diketahui bahwa yang menimbulkan
perbedaan tropisme adalah kadar ko-reseptor yang penting yaitu CXCR4 dan CCR5.
KRITERIA DIAGNOSIS
a. Kandidiasis esofagus : nyeri retrosternal saat menelan dan bercak putih di atas dasar
kemerahan.
b. Retinitis virus sitomegalo
c. Mikobakteriosis
d. Sarkoma kaposi : bercak merah atau ungu pada kulit atau selaput mukosa.
e. Pneumonia pnemosistis karini : riwayat sesak nafas / batuk non-produktif dalam 3
bulan terakhir.
f. Toksoplasmosis otak.
Pemeriksaan penunjang :
DIAGNOSIS BANDING
- Massa intrakranial
- TBC
- Polineuropathy karena penyebab lain
- Demensia karena penyebab lain.
TATALAKSANA
Nucleosida
- zidovudine 300mg@12jam
Protease inhibitors
- indinavir/ritonavir 800mg/100mg@12jam
Infeksi Opportunistik
1. sitomegalovirus pada HIV : pada funkuskopi = retinitis sitomegalovirus Gansiklovir
5mg/KgBB dua kali sehari parenteral selama 14-21 hari. Selanjutnya 5mg/KgBB
sekali sehari dianjurkan sampai CD4 lebih dari 100 sel/ml
2. ensefalitis toksoplasma : pirimetamin 50-75mg per hari dengan sulfadiazin
100mg/KgBB/hari. Asam folat 10-20 mg per hari.
Atau : fansidar 2-3 tablet per hari dan klindamisisn 4x600mg perhari disertai
leukovorin 10mg perhari. Untuk mencegah kekambuhan : kotrimoksazol 2 tab per
hari.
3. Meningitis cryptococcus : terapi primer fase akut : amfoterisin B 0.7 mg/KgBB/hari
iv selama 2 minggu.selanjutnya fluconazol 400mg per hari peroral selama 8-
10minggu.
Terapi pencegahan kekambuhan : fluconazole 100mg per hari seterusnya selama
jumlah sel CD4 masih dibawah 300 sel/mL
PENYULIT/KOMPLIKASI
1. Drug toxicity
2. Mononeuropati
3. Focal brain lession
4. Inflammatory demyelinating polyneuropathy
5. Progressive polyradiculopathy
6. Mononeuritis multiplex
7. Spinal cord syndrome
KONSULTASI
JENIS PELAYANAN
TENAGA STANDAR
KELUHAN INTRASEREBRAL
SHUNT ( KP)
EVALUASI CSF
LESI MASSA
POSITIF NEGATIF
EFEK MASSA (-) GAMBAR 2
TERAPI SESUAI OBSERVASI
Gambar 2 : algoritme penatalaksanaan lesi massa intrakranial pada penderita HIV/AIDS
- Stupor – coma
- Alert- lethargic - Perburukkan cepat
- Stabil Steroid ?? - Massa besar dengan resiko herniasi
perbaikan
tidak
Obat antitoksoplama
seumur hidup
DEMENSIA ALZHEIMER
ICD F.00
DEFINISI DEMENSIA :
KRITERIA DIAGNOSIS
KLINIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radioimaging :
Laboratorium
Urinalisis
Elektrolit serum
Kalsium
BUN
Fungsi hati
Hormon tiroid
Kadar asam Folat dan vitamin B12
Absorpsi antibodi treponemal fluoresen neurosifilis dan pemeriksaan HIV pada
pasien resiko tinggi
Pemeriksaan cairan otak untuk biomarker
EEG
Demensia Vaskuler
Demensia Lewi body
Demensia lobus frontal
Pseudodemensia (depresi)
PENATALAKSANAAN
Farmakologi
Simptomatik :
o Penyekat Asetilkolinesterase:
Donepezil HCl tablet 5 mg, 1x1 tablet /hari
Rivastigmin tablet, interval titrasi 1 bulan, mulai dari 2x 1,5 mg sampai maksimal
2x6 mg
Galantamin tablet, interval titrasi 1 bulan mulai dari 2x4 mg sampai maksimal
2x16 mg
Gangguan perilaku
o Depresi
Antidepresan golongan SSRI (pilihan utama): sertraline tablet 1x 50 mg,
Fluoxetine tablet 1x 20 mg
Golongan Monoamine Oxidase (MAO) Inhibitors : Reversible MAO-A inhibitor
(RIMA) : Moclobemide
o Delusi/halusinasi/agitasi
Neuroleptik atipikal
Risperidon tablet 1x 0,5 mg – 2 mg/ hari
Olanzapin
Quetiapin tablet : 2 x 25 mg – 100 mg
Neuroleptik tipikal
Haloperidol tablet : 1 x 0,5 mg – 2mg/ hari
Non farmakologis
TINDAKAN
Tidak ada tindakan spesifik
PENYULIT
Infeksi saluran kemih dan pernafasan
Gangguan gerak dan jatuh pada tahap lanjut
KONSULTASI
Bila diagnosa demensia belum tegak/ragu-ragu seperti presentasi klinik spesifik atau
terdapat progresifitas yang tidak khas.
Bila keluarga membutuhkan pendapat kedua
Bila tidak ada perbaikan dengan terapi farmakologi spesifik
JENIS PELAYANAN
Poliklinik konsultatif
TENAGA
Dokter spesiais Ilmu Penyakit Saraf
LAMA PERAWATAN
Perawatan hanya dibutuhkan bila terdapat penyulit
DEMENSIA VASKULER
ICD F.01
DEFINISI:
Demensia vaskuler (VaD) meliputi semua kasus demensia yang disebabkan oleh gangguan
serebrovaskuler dengan penurunan kognisi mulai dari yang ringan sampai paling berat dan
meliputi semua domain, tidak haurs prominen gangguan memori.
Deteriorasi fungsi memori sehingga terjadi gangguan fungsi okupasi kompleks dan
sosial yang bukan disebabkan oleh gangguan fisik karena stroke
Riwayat defisit neurologi sebagai bagian dari CVD : hemiparese, parese otot wajah,
tanda Babinski, gangguan sensorik, disartri, gangguan berjalan, gangguan
ekstrapiramidal yang berhubungan dengan lesi subkortikal otak
KLINIS:
a. Episode gangguan lesi UMN ringan seperti drifting, reflex asimetri, dan inkoordinasi
d. Urgensi miksi yang dini yang tidak berhubungan dengan kelainan urologi
f. Gangguan perilaku dan psikis seperti depresi, perubahan kepribadian, emosi labil,
dan retasdasi psikomotor
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Radiologis :
Foto thorak
Radioimaging
Computed Tomography
o Perdarahan Intraserebral
o Perdarahan subarachnoid
VaD subkortikal
a. Lesi luas periventrikuler dan sustansia alba atau multiple lakuner (>5) di substansia
grisea dalam dan paling sedikit ditemukan lesi substansia alba moderat
DIAGNOSA BANDING
PENATALAKSANAAN
Farmakologi
o Penyekat Asetilkolinesterase:
ii. Rivastigmin tablet, interval titrasi 1 bulan, mulai dari 2x 1,5 mg sampai
maksimal 2x 6 mg
iii. Galantamin tablet, interval titrasi 1 bulan mulai dari 2x 4 mg sampai maksimal
2x 16 mg
Gangguan perilaku
o Depresi
Antidepresan golongan SSRI (pilihan utama): sertraline tablet 1x 50 mg,
Fluoxetine tablet 1x 20 mg
Golongan Monoamine Oxidase (MAO) Inhibitors : Reversible MAO-A inhibitor
(RIMA) : Moclobemide
o Delusi/halusinasi/agitasi
Neuroleptik atipikal
Risperidon tablet 1x 0,5 mg – 2 mg/ hari
Olanzapin
Quetiapin tablet : 2 x 25 mg – 100 mg
Neuroleptik tipikal
Haloperidol tablet : 1 x 0,5 mg – 2mg/ hari
Non farmakologis
Orientasi realitas
Stimulasi kognisi : memory enhancement program
Reminiscence
Olahraga Gerak Latih Otak
Edukasi pengasuh
Training dan konseling
Intervensi lingkungan
TINDAKAN
PENYULIT
KONSULTASI
Bila diagnosa demensia belum tegak/ragu-ragu seperti presentasi klinik spesifik atau
terdapat progresifitas yang tidak khas.
Bila keluarga membutuhkan pendapat kedua
Bila tidak ada perbaikan dengan terapi farmakologi spesifik
RUJUKAN :
JENIS PELAYANAN:
Poliklinik konsultatif
TENAGA :
LAMA PERAWATAN
TUMOR INTRAKRANIAL
ICD C 71
DEFINISI
Massa intrakranial--baik primer maupun sekunder-- yang memberikan gambaran klinis
proses desak ruang dan atau gejala fokal neurologis.
KRITERIA DIAGNOSIS
Gejala tekanan intrakranial yang meningkat:
Sakit kepala kronik, tidak berkurang dengan obat analgesic
Muntah tanpa penyebab gastrointestinal
Papil edema (sembab papil = choked disc)
Kesadaran menurun/berubah
Gejala fokal:
True location sign
False location sign
Neighbouring sign
Tidak ada tanda-tanda radang sebelumnya.
Pemeriksaan neuroimaging terdapat kelainan yang menunjukkan adanya massa (SOL)
Pemeriksaan Penunjang
Foto polos tengkorak
Neurofisiologi : EEG, BAEP
CT scanning/ MRI kepala + kontras
DIAGNOSIS BANDING
Abses serebri
Subdural hematom
Tuberkuloma
Pseudotumor serebri
TATALAKSANA
Kausal
Operatif
Radioterapi
Kemoterapi
Obat-obat dan tindakan untuk menurunkan tekanan intrakranial
Deksamethason
Manitol
Posisi kepala ditinggikan 20-300
Simptomatik (bila diperlukan dapat dibicarakan):
Antikonvulsan
Analgetik/antipiretik
Sedativa
Antidepresan bila perlu
Rehabilitasi medik
PENYULIT/KOMPLIKASI
Herniasi otak
Perdarahan pada Tumor
Hidrosefalus
KONSULTASI
Bedah Saraf
Radiologi
JENIS PELAYANAN
Perawatan RS bila:
Telah terdapat keluhan dan kelainan saraf yang berat
Gangguan hormonal dan metabolik
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Minimal 2 minggu (untuk diagnostik dan persiapan operasi)
PROGNOSIS
Tergantung jenis tumor, lokalisasi, perjalanan klinis.
NEURALGIA TERMINAL (TN)
KRITERIA DIAGNOSIS
Serangan nyeri paroksismal, spontan, tiba-tiba, nyeri tajam, superfisial, seperti ditusuk,
tersentrum, terbakar pada wajah atau frontal (umumnya unilateral) beberapa detik sampai < 2
mennit, berulang, terbatas pada ≥ 1 cabang N.trigeminus (N.V).
Nyeri umumnya remisi dalam jangka waktu bervariasi. Intensitas nyeri berat. Presipitasi
dapat dari trigger area (plika nasolabialis dan/ pipi) atau pada aktivitas harian seperti bicara,
membasuh muka, cukur jenggot, gosok gigi (triggerd factors). Bentuk serangan masing-
masing pasien sama. Diantara serangan umumnya asimtomatis. Umumnya tidak ada defisit
neurologik.
KLASIFIKASI TN :
1. TN idiopatik
2. TN simtomatik (lesi primer menekan N.V : tumor, sklerosis multipel)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
MRI pada TN simtomatik, MRA
DIAGNOSIS BANDING
Nyeri wajah atipikal.
TERAPI
Terapi farmakologik :
Antikonvulsan : karbamasepin, okskarbamasepin, fenitoin, gabapentin, asam valproat,
balklofen.
Terapi Non-farmakologik : TENS
Bedah : bila terapi farmaka adekuat gagal
Terapi kausal : pada TN simtomatik
Catatan : terapi simtomatik sama pada neuralgia yang lain.
PENYULIT : -
KONSULTASI
Bagian bedah saraf (atas indikasi pada TN simtomatik)
JENIS PELAYANAN
Poliklinik rawat jalan
TENAGA
Dokter Spesialis Saraf
PROGNOSIS
TN idiopatik : baik
TN simtomatik : tergantung kausal
KLINIS
Pada area bekas ruam :
Anestesia dolorosa, dengan rangsang raba terasa nyeri (alodinia)
LABORATORIUM : -
RADIOLOGI : -
GOLD STANDARD : -
PATOLOGI ANATOMI
Populasi serabut saraf bergeser, banyak mengandung serabut saraf diameter kecil yang tidak
bermielin dan bermielin dan hilangnya serabut saraf diameter besar. Atropi kornu dorsalis
medula spinalis.
DIAGNOSIS BANDING : -
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
Antidepresan trisiklik : amitriptilin, imipramin
Antikonvulsan : gabapentinoid, karbamasepin, fenitoin, Na valproat
Lain-lain : meksiletin, klonidin
Topiksl : Meksiletin, klonidin
Topikal : krim kapsaisin, jeli lidoderm, aspirin dalam kloroform
Nonmedikamentosa:
TENS
Ice pack
Terapi behaviour
Pada Nyeri Zoster Akut :
Asetominofen, NSAID, ketorolak, tramadol
Kombinasi amitriptilin dan flufenasin
Infiltrasi ruam : triamsinolon 0,2% dalam NaCl 0,9%
PENCEGAHAN NPH
Asiklovir 5 dd 800 mg/hari (dimulai dalam 72 jam aawitan ruam zooster selama 7-10 hari)
KONSULTASI
Bagian Kulit Kelamin
JENIS PELAYANAN
Instalasi rawat jalan
TENAGA
Dokter umum, Dokter Spesialis saraf
LAMA PERAWATAN : -
KLINIS
Pembagian klinis NPB untuk triage :
- NPB dengan tanda bahaya (red flags) :
Neoplasma/karsinoma
Infeksi
Fraktur vertebra
Sindrom kauda ekwina
NPB dengan kelainan neurologik berat
- NPB dengan sindroma radikuler
- NPB nonspesifik
Sekitar ≥ 90% NPB akut atau kronik (>3 bulan) merupakan NPB non spesifik.
LABORATORIUM
Atas indikasi :
- Laju endap darah
- Daerah perifer lengkap
- C-reaktif protein (CRP)
- Faktor rematoid
- Fosfatase alkali / asam
- Urinalisa
- Likwor serebrospinal
NEUROFISIOLOGI
Atas indikasi, terutama pada kasus NPB dengan sindroma radikuler dan mungkin NPB
dengan tanda bahaya :
- Kecepatan hantar saraf (NCV) : MNCV dan SNCV
- Elektromiografi (EMG)
- Respon lambat : gelombang F dan reflek H
- Cetusan potensial somatosensorik (SEP)
- Cetusan potensial motorik (MEP)
NEURORADIOLOGI
- Foto polos : tidak rutin, terutama untuk menyingkirkan kelainan tulang
- Mielografi
- Computer tomogrphy scan (Ct-Scan)
- Mielogram - Ct-Scan
- Magnetic Resonance Imaging (MRI)
GOLD STANDARD :-
PATOLOGI ANATOMI
Pada neoplasma, infeksi tergantung penyebabnya.
DIAGNOSIS BANDING
Sesuai etiologi
PENATALAKSANAAN
Kausal : terutama kasus NPB dengan tanda bahaya (red flags)
NPB AKUT :
Medikamentosa
- Aseteaminofen, ASA, NSAID
- Relaksan otot : eperison, tizanidin, diazepam
Nonmedikamentosa
Edukasi : - Reassurance
- Kembali aktivitas normal dini dan bertahap
- Mengenal dan menangani yellow flags (faktor biopsikososial)
- Heat wrap therapy
Tindakan : Injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) pada sindroma radikuler
NPB KRONIK
Medikamentosa : antidepresan, antikonvulsan
Nonmedikamentosa :
- Edukasi
- Terapi perilaku
- Intensive exercise theraphy
PENYULIT
Terutama pada NPB dengan tanda bahaya (red flags) dan NPB dengan sindroma radikuler
KONSULTASI :
Bagian ortopedi
Bagian bedah saraf
Unit rehabilitasi medik
Psikologi
JENIS PELAYANAN
- Rawat jalan
- Rawat inap
TENAGA
Dokter umum : NPB nonspesifik
Dokter spesialis saraf/konsultan
LAMA PERAWATAN
Lama rawat 0-3 hari pada NPB nonspesifik
SINDROMA TOLOSA-HUNT
KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri sedang sampai berat di daerah orbita yang episodik disertai dengan paralisis salah satu
atau lebih N.III, N.IV, dan N.VI serta nyeri daerah N.V1 dan 2. Dapat sembuh spontan tetapi
dapat relaps kembali. Dihubungkan dengan kelainan inflamasi idiopatik.
Serangan dapat berlangsung beberapa minggu atau bulan, kontinyu atau intermiten tanpa
faktor pemicu.
KLINIS
- Nyeri unilateral episodik di daerah orbita dan area N.V1,2 ± 8 minggu bila tanpa
pengobatan
- Penglihatan ganda, juling
- Parese N. III, N.IV, N.VI
LABORATORIUM : -
RADIOLOGI :
MRI : terutama untuk ekslusi penyebab lain
GOLD STANDARD : -
PATOLOGI ANATOMI
Jaringan granuloma di sekeliling A.karotis interna bagiana interkavernosus
DIAGNOSIS BANDING :
- Lesi vaskuler : aneurisma
- Lesi desak ruang (SOL) / tumor di fissura superior, fossa posterior
- Migren optalmoplegik
- Iskemik mononeuropati diabetika kranial
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Steroid : nyeri mereda setelah 72 jam
Nonmedikammentosa : -
PENYULIT : -
KONSULTASI
Bagian bedah saraf
JENIS PELAYANAN
Instalasi rawat inap
TENAGA
Dokter spesialis saraf/konsultan
LAMA PERAWATAN
Sesuai lama pemberian steroid dan diagnostik
KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri neuropati diabetika ditnadai dengan rasa terbakar, ditusuk, ditikam, kesetrum, disobek,
diikat dan alodinia.
Bisa disertai gejala negatif berupa baal, kurang tangkas, sulit mengenal barang dalam
kantong, hilang keseimbangan, cedera tanpa nyeri, borok.
Diperkirakan >505 penderita diabetes lama menderita neuropati diabetika.
KLINIS
- Ulserasi kaki
- Charcot joint
- Deformitas claw toe
- Tes laseque, reverse laseque, tes tinel, tes phalen
- Tes saraf otonom
LABORATORIUM
Kadar gula darah :
Plasma vena sewaktu : >200 mg/dl.Puasa : >140 mg/dl. 2 jam PP : >200 mg/dl
Darah kapiler >200 mg.dl >120 mg/dl >200 mg/dl
HbA1c
NEUROFISIOLOGI
Indikasi terutama adanya gejala dan tanda otonom murni atau hanya ada nyeri
RADIOLOGI : -
GOLD STANDARD : -
PATOLOGI ANATOMI : -
DIAGNOSIS BANDING :
Neuropati oleh sebab lain selain DM
PENATALAKSANAAN
Kausal
Pengendalian optimal kadar gula darah. Kadar HbA1c dipertahankan 7%
Medikamentosa
- NSAID : nyeri muskuloskletal, neuroartropati
- Antidepresan trisiklik : amitriptilin, imipramin
- Antikonvulsan : karbamasepin, gabapentinoid
- Antiaritmik : meksiletin
- Topikal : krim kapsaisin
- Blok saraf lokal
Nonmedikamentosa
Edukasi : perawatan kaki teliti
Splint
TENS
PENYULIT
- Ulserasi kaki
- Charcot joint
- Deformitas claw toe
KONSULTASI
Bagian penyakit dalam
PERAWATAN
Instalasi rawat jalan
Instalasi rawat inap
TENAGA
Dokter umum
Dokter spesialis daraf/konsultan
LAMA PERAWATAN
Tergantung kasus
KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri pada sindroma terowongan karpal (STK, carpal tunnel syndrome, CTS) berupa
kesemutan, rasa terbakar, dan baal di jari tangan I,II,III dan setengah bagian lateral jari IV
terutama malam atau dini hari akibat jebakan N. Medianus di dalam terowongan karpal. Pada
keadaan berat rasa nyeri dapat menjalar ke lengan atas dan atrofi otot tenar.
KLINIS
Tes provokasi : tes tinel, tes phalen, tes wormser (reverse phalen) positif
LABORATORIUM
Atas indikasdi. Sesuai dengan penyakit medik yang mendasarinya : laju endap darah, gula
darah, rhematoid factor, asam urat.
NEUROFISIOLOGI
Studi Konduksi saraf (NCV)
RADIOLOGI
Foto polos pergelangan tangan, MRI
GOLD STANDARD : -
PATOLOGI ANATOMI : -
DIAGNOSIS BANDING : -
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Suntikan lokal (steroid dan anestesi)
Analgetik ajuvan
Nonmedikamentosa
Edukasi : Hindari trauma berupa gerkan berulang pergelangan tangan immobilisasi,
splint
Bedah : Bila terapi konservatif gagal dalam waktu 6 bulan atau nyeri membandel
STK akut dan berat
PENYULIT :-
KONSULTASI
Atas indikasi, bagian bedah
PERWATAN
Instalasi rawat jalan
TENAGA
Dokter umu
Dokter spesialis saraf / konsultan
LAMA PERAWATAN : -
NYERI SENTRAL
KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri spontan berupa panas seperti terbakar, diiris, ngilu, tersobek, ditusuk jarum, disestesi,
dan hiperestesi, bisa disertai baal di area persarafan sensorik lesi susunan saraf pusat seperti
pada sklerosis multipel, pasca stroke, siringomieli, mielopati toksik, infeksi SSP, kelainan
degenerasi. Nyeri sedang sampai berat dan sering diperburuk bila melakukan aktivitas ringan,
aktivitas viseral seperti berkemih, perubahan cuaca dan stres emosional.
KLINIS
Riwayat/ditemukan lesi di otak atau medula spinalis
Biasanya ada defisit neurologik
Nyeri umumnya spontan, kontinyu dan meningkat bertahap
LABORATORIUM
Darah rutin
Cairan likuor serebrospinalis
NEUROFISIOLOGI
Evoked potensial
Quatitative sensory testing
RADIOLOGI
Foto polos
Mielografi- CT scan, CT scan
MRI, MRA
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Antidepresen trisiklik : amitriptilin, imipramin, nortriptilin
Antikonvulsan : karbamasepin, gabapentin, klonasepam
Nonmedikamentosa
Edukasi : hidup berdampingan dengan nyeri
Terapi behavior
TENS, stimulasi elektrik lain
Bedah
PENYULIT : -
JENIS PELAYANAN
Instalasi rawat jalan
Instalasi rawat inap
Kriteria Diagnosis
Klinis:
Migren tanpa aura (G43.0):
a. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan nyeri kepala berulang dengan manifestasi
serangan berlangsung 4-72 jam, yang mempunyai sedikitnya 2 karakteristik
berikut: unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat, bertambah berat
dengan aktivitas fisik.
b. Selama nyeri kepala disertai salah satu berikut: nausea dan atau muntah, fotofobia
dan fonofobia.
c. Serangan nyeri kepala tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.
a. Serangan migre dengan intensitas berat yang berlangsung ≥72 jam (tidak hilang
dalam 72 jam).
b. Tidak berkaitan dengan gangguan lain.
Laboratorium : darah rutin, elektrolit, kadar gula darah, dll (atas indikasi,
untuk menyingkirkan penyebab sekunder).
Radiologi : atas indikasi ( untuk menyingkirkan penyebab sekunder).
Gold Standard : Kriteria diagnostik Nyeri Kepala Kelompok Studi Nyeri
Kepala Perdossi 2005 yang diadaptasi dari IHS (International Headached Society).
Patologi Anatomi :-
DIAGNOSIS BANDING
1. Nyeri kepala penyakit lain: TT gigi mulut, mata, hipertensi, infeksi toksik, gangguan
metabolik/ elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
2. SOL (space-occupying lesion) misal: subdural hematom, neoplasma, dll.
3. Temporal arteritis.
4. Medication-related headache.
5. Trigeminal neuralgia.
TATALAKSANA
Status Migren
Jika obat bebas gagal/tidak jika obat anti migren gagal/ Jika
berhasil muntah sehingga dehidrasi
PENYULIT
Adanya penyakit penyerta misalnya stroke, infark miokard, epilepsi dan ansietas,
penderita hamil (efek teratogenik).
KONSULTASI
JENIS PELAYANAN
TENAGA
LAMA PERAWATAN
Tergantung kondisi klinis ( lama dan intensitas nyeri, gejala penyerta dan respon terhadap
pengobatan.
TENSION-TYPE HEADACHE (TTH)
ICD : G44.2
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
a. Sekurang-kurangnya terdapat 10 episode serangan nyeri kepala.
b. Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
c. Sedikitnya memiliki 2 karakteritik nyeri kepala berikut :
1. Lokasi bilateral.
2. Menekan/mengikat (tidak berdenyut).
3. Intensitas ringan atau sedang.
4. Tidak diperberat oleh aktivitas seperti berjalan atau naik tangga.
d. Tidak dijumpai :
1. Mual atau muntah (bisa anoreksia).
2. Lebih dari keluhan : fotofobia atau fonofobia.
e. Tidak berkaitan dengan kelainan lain.
Laboratorium : darah rutin, elektrolit, kadar gula darah, dll (atas indikasi untuk
menyingkirkan penyebab sekunder)
Radiologi : atas indikasi (untuk menyingkirkan penyebab sekunder)
Gold Standard : Kriteria diagnostik Nyeri Kepala Kelompok Studi Nyeri Kepala
Perdossi 2005 yang diadaptasi dari IHS (International Headached Society).
Patologi Anatomi : -
DIAGNOSA BANDING
1. Nyeri kepala penyakit lain: TT gigi mulut, mata, hipertensi, infeksi toksik, gangguan
metabolik/ elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
2. Nyeri kepala servikogenik.
3. Psikosomatis.
TATALAKSANA
Medikamentosa :
1. Analgetik : aspirin, asetaminofen, NSAIDs.
2. Caffein 65 mg (analgetik ajuvan).
3. Kombinasi : 325 mg aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein.
4. Antidepressan : amitriptilin.
5. Antiansietas : gol. Benzodiazepin, butalbutal.
Terapi Non-farmakologis:
a. Kontrol diet.
b. Hindari faktor pencetus.
c. Hindari pemakaian harian obat analgetik, sedatif dan ergotamin.
d. Behaviour treatment.
Terapi fisik.
PENYULIT
Rebound headache (efek paradoksikal obat analgetik), adanya penyakit penyerta seperti
ansietas, depressi yang dapat memperberat atau menyebabkan TTH.
KONSULTASI
JENIS PELAYANAN
TENAGA
LAMA PERAWATAN
PROGNOSIS
Baik.
NYERI KEPALA KLASTER
G44.0
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
a. Sekurang-kurangnya terdapat 5 serangan kepala hebat atau sangat hebat sekali di
orbita, supraorbita dan/atau temporal yang unilateral, berlangsung 15-180 menit bila
tak diobati.
b. Nyeri kepala disertai setidak-tidaknya satu dari berikut :
1. Injeksi konjungtiva dan atau lakrimalisasi ipsilateral
2. Kongesti nasal dan atau rhinorrhoe ipsilateral
3. Oedema palpebra ipsilateral
4. Dahi dan wajah berkeringat ipsilateral
5. Miosis dan atau ptosis ipsilateral
6. Perasaan kegelisahan atau agitasi
c. Frekuensi serangan:
Dari 1kali setia dua hari sampai 8 kali per hari
d. Tidak berkaitan dengan gangguan lai
Laboratorium : darah rutin
Radiologi : CT-scan/MRI (menyingkirkan penyebab lain)
Gold Standard : Kriteria diagnostik Nyeri Kepala Kelompok Studi Nyeri Kepala Perdossi
2005 yang diadaptasi dari IHS (International Headached Society).
Patologi Anatomi : -
DIAGNOSIS BANDING
1. Migren
2. Nyeri kepala klaster simptomatik : meningioma paraseler, adenoma, kelenjar pituitari
aneurisma arteri karotis, kanker nasofaring.
3. Neuralgia trigeminus.
4. Temporal arteritis.
TATALAKSANA
Medikamentosa :
Serangan akut (terapi abortif) :
1. Inhalasi O2 100% (masker muka) 7l/menit selama 15 menit.
2. Dihydroergotain (DHE) 0,5-1,5 mg IV
3. Sumatripta inj. SC 6 mg, dapat diulang setelah 24 jam.
4. Zolmitriptan 5-10 mg per-oral.
5. Anestesi lokal : 1 ml Lidokain intranasal 4%.
6. Indometasin (rektal suppositoria).
7. Opioids.
8. Ergotamin aerosol 0,36-1,08 mg (1-3 inhalasi) efektif 80%.
9. Gabapentin atau topiramat.
10. Methoxyflurane ( rapid acting analgesic) : 10-15 tetes pada saputanga dan inhale
selama beberapa detik.
Tindakan : penyuntikan dan blokade saraf
PENYULIT
KONSULTASI
JENIS PELAYANAN
Rawat inap
TENAGA
LAMA PERAWATAN
DIAGNOSA BANDING
1. Nyeri kepala penyakit lain: TT gigi mulut, mata, hipertensi, infeksi toksik, gangguan
metabolik/ elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
2. Pendarahan Intrakranial (subdural, subarachnoid, intrakranial)
3. Psikosomatis.
TATALAKSANA
PENYULIT
KONSULTASI
JENIS PELAYANAN
TENAGA
KRITERIA DIAGNOSTIK
Klinis
Nyeri kepala akibat induksi Monosodium glutamat (G44.83)
a. Myeri kepala dengan paling tidak satu karakteristik di bawah :
1. Bilateral
2. Lokasi fronto-temporal
3. Diperberat aktivitas fisik.
b. Mengkomsumsi MSG
c. Nyeri kepala timbul satu jam setalah mengkomsumsi MSG
d. Nyeri kepala sembuh 72 jam setalah konsumsi sekali saja.
DIAGNOSA BANDING
1. Nyeri kepala penyakit lain: TT gigi mulut, mata, hipertensi, infeksi toksik, gangguan
metabolik/ elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
2. Migren
3. TTH
4. Psikosomatis
TATALAKSANA
Terapi Nyeri kepala oleh karena MSG sama seperti nyeri kepala migren.
1. Simtomatik (analgetik)
2. Domapin agonis
3. Betabloker
4. Terapi behaviour
PENYULIT
Gangguan psikiatri
KONSULTASI
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
TENAGA
LAMA PERAWATAN
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis
Nyeri kepala servikogenik (cervicogenic headache) (G44.841)
a. Dekripsi :
1. Nyeri kepala atau muka unilateral dan menetap atau bilateral
2. Lokasi nyeri pada oksipital, frontal, temporl atau orbita.
3. Intensitas nyeri sedang atau berat.
4. Serangan intermitten nyeri beberapa jam sampai bebrapa hari, nyeri konstan
atau nyeri konstan yang disertai dengan serangn nyeri.
5. Nyeri kepala biasanya terasa dalam dan todak berdenyut nyeri akan berdenyut
jika diserti seranga igren.
6. Nyeri kepala dicetuskan oleh gerakan leher, potur tertentu dari leher,
penekanan degan jari pada suboksipital, daerah C2, C3 atau C4 atau di atas
daerah oksipitalis, valsavah, batuk, bersin juga dapat merupakan pemicu CH.
7. Penguranga geraka leher baik aktif maupu pasif, kaku kuduk.
8. Tanda dan simptom ikutan dapat menyerupai dengan igrain yaitu berupa
nausea, vomitus, fotofobia, dizziness, dan pengelihata kabur ipsilateral,
lakrimalisasi dan kemerahan pada konjungtiva, atau nyeri tengkuk, bahu,
leher.
b. Nyeri bersumber dari daerah tengkuk/leher, dapat menyebar ke depan lebih dari 1
regio kepala dan wajah.
c. Terbukti secara klinik, laboratorium, dan imaging adanya gangguan atau lesi di
servikal spinal atau jaringan ikat di daerah leher yang bisa dianggap penyebab
nyeri kepala.
d. Adanya bukti kaitan yeri dengan kelainan di leher atau lesi lain di leher yang
paling tidak satu kriteria dibawah ini :
1. Menunjukkan gejala klinik adanya sumber nyeri di leher
2. Nyeri kepala akan menghilang setelah dilakuka blokade memakai plasebo atau
zat lainnya terhadap struktur servikal atau sarf-saraf servikal.
3. Nyeri akan berkurang dalam 3 bulan sesudah keberhasilan pengobatan
terhadap penyebab.
Laboratorium : darah rutin, kimia darah
Radiologi : rontgen foto servikal, MRI atas indikasi (menyingkirkan penyebab
lain)
Gold Standard : Kriteria diagnostik Nyeri Kepala Kelompok Studi Nyeri Kepala
Perdossi 2005 yang diadaptasi dari IHS (International Headached Society).
Patologi Anatomi : -
DIAGNOSA BANDING
TATALAKSANA
Medikamentosa :
o Antidepressan trisiklik
o Obat anti epilepsi
o Relaksan otot
o NSAID
Tindakan : blokade anestesi, operasi sesuai indikasi
PENYULIT
KONSULTASI
Bedah saraf
JENIS PELAYANAN
TENAGA
LAMA PERAWATAN
DEFINISI :
PENYAKIT PARKINSON : adalah bagian dari parkinsonism yang patologis ditandai dengan
degenerasi gangglia basalis terutama di pars comacta substansia nigra disertai dengan inklusi
sitoplastik eosinofilik (Lewy’s bodies)
PARKINSONISM : adalah sindroma yang ditandai dengan tremor waktu istirahat, rigiditas,
bradikinesia dan hilangnya refleks postural akibat penurunan dopamine karena beberapa
sebab.
KRITERIA DIAGNOSIS :
A. KLINIS :
Umum :
- Gejala dimulai pada satu sisi (hemiparkinson).
- Tremor pada saat istirahat.
- Tidak dapat didapatkan gejala neurologis lain.
- Tidak dijumpai kelainan laboratorium dan radiologis.
- Perkembangan penyakit lambat.
- Respon terhadap levodopa cepat dan dramatis
- Refleks postural tidak dijumpai pada awal penyakit
Khusus :
- Tremor : laten, saat istirahat, bertahan saat istirahat.
- Rigiditas.
- Akinesia/ bradikinesia
o Kedipan mata berkurang
o Wajah seperti topeng
o Hipotonia
o Hipersalivasi
o Takikinesia
o Tulisan semakin kecil-kecil
o Cara berjalan langkah kecil-kecil
- Hilangnya refleks postural
- Gambaran motik lain :
o Distonia
o Rasa kaku
o Sulit memulai gerak
o Palilalia
Perjalanan klinis penyakit Parkinson dilihata berdasarkan tahapan menurut Hoehn dan Yahr
1. Stadium I :
- Gejala dan tanda pada satu sisi
- Gejala ringan
- Gejala yang timbul mengganggu tapi tidak menimbulkan cacat
- Tremor pada satu anggota gerak
- Gejala awal dapat dikenali orang terdekat
2. Stadium II :
- Gejala bilateral
- Terjadi kecacatan minimal
- Sikap/ cara berjalan terganggu
3. Stadium III :
- Gerakan tubuh nyata lambat diri
- Gangguan keseimbangan saat berjalan/berdiri
- Disfungsi umum sedang
4. Stadium IV :
- Gejala lebih berat
- Keterbatasan jarak berjalan
- Rigiditas dan bradikinesia
- Tidak mampu mandiri
- Tremor berukarang
5. Stadium V :
- Stadium kakesia
- Kecacatan kompleks
- Tidak mampu berdiri dan berjalan
- Memerlukan perawatan tetap
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis
Neuralgia Trigeminal Klasik (G44.847)
a. Serangan nyeri paroksismal beberapa detik sampai dua menit melibatkan satu atau
lebih cabang N. Trigeminus.
b. Memenuhi paling sedikti satu karakteristik berikut :
1. Kuat, tajam, superfisial atau rasa menikam
2. Dipresipitasi dari trigger area atau oleh faktor pencetus
c. Jenis serangan stereotyped pada masing-masing individu
d. Tidak ada defisit neurologi
e. Tidak berkaitan dengan gangguan lain
Patologi Anatomi :-
DIAGNOSIS BANDING
1. Migren
2. Nyeri kepala Klaster
3. Gangguan pada gigi-mulut
4. Nyeri kepala servikogenik
TATALAKSANA
1. Kausal
2. Terapi farmaka: sama dengan neuralgia trigeminal idiopatik
3. Terapi bedah : menghilangkan kausal seperti angkat tumor
Terapi terhadap Neuralgia Oksipital
PENYULIT
Lesi Strutural
KONSULTASI
JENIS PELAYANAN
TENAGA
LAMA PERAWATAN
KRITERIA DIAGNOSTIK
Klinis
a. Nyeri kepala timbul. 15 hari/ bulan diikuti paling sedikit satu dari gejala di bawah ini :
1. Bilateral
2. Kualitas seperti menekan/mengikat (tidak berdenyut)
3. Intensitas ringan atau sedang
b. Pemakaian analgesik ringan. 15 hari/ bulan selama 3 bulan
c. Nyeri kepala makin bertambah buruk selama penggunaan berlebihan analgesik
d. Nyeri kepala membaik atau ke pola sebelumnya dalam waktu 2 bulan setelah
penghentian analgesik
Laboratorium : Darah rutin, kimia darah, urine
Radiologi : atas indikasi menyingkirkan penyebab lain
Gold Standard : Kriteria diagnostik Nyeri Kepala Kelompok studi Nyeri
Kepala Perdossi 2005 yang diadaptasi dari IHS (International
Headache Society)
Patologi Anatomi : -
DIAGNOSIS BANDING
1. TTH
2. Psikosomatis
DEFINISI
Distonia adalah sindroma neurologis yang ditandai dengan gerakan involunter, terus menerus,
dengan pola tertentu akibat dari kontraksi otot antagonis yang berulang-ulang sehingga
menyebabkan gerakan/ posisi tubuh yang abnormal.
KLASIFIKASI
1.A. BLEPHAROSPASME :
KRITERIA DIAGNOSIS
A. KLINIS :
Gerakan involunter pada penutupan kedua mata berupa kontraksi spasmodik dari
otot orbikularis okuli di pretarsal, pretarsal dan periorbital.
Biasanya disertai distonia dari kelopak mata, pranasal, wajah, bibir, lidah,
pharing, laring dan otot leher.
Blepharospasme dipicu oleh cahaya yang menyilaukan, polusi udara dan air,
aktifitas dan stree. Blepharospasme diawali dengan kontraksi klonik kelopak
mata, secara bertahap memberat sehingga mata tertutup kuat. Kadang penderita
mengalami kesulitan membaca, melihat TV, mengendarai dan aktifitas sehari-hari
yang melibatkan penglihatan.
B. LAB : tidak ada
C. RADIOLOGIS : tidak ada
D. GOLD STANDARD : tidak ada
E. PATOLOGI ANATOMI : tidak ada
DIAGNOSIS BANDING
tidak ada
TATALAKSANA
A. Medikamentosa :
Anticholinergic, benzodiazepine, baclofen, dan tetrabenasik biasanya hasilnya
kurang memuaskan.
Toksin botulinum merupakan obat pilihan
B. Non medikamentosa :
Operasi myectomi atau pemotongan saraf fasial selektif
Rehabilitasi medik
PENYULIT
Ptosis, ecchymosis, diplopia, ectropion, blurred vision, dry eyes.
KONSULTASI
Bagian rehabiltasi medis
Bedah saraf
JENIS PELAYANAN
Poliklinik dan rawat inap
TENAGA
Spesialis Saraf
Spesialis Bedah Saraf
Psychiatrist
LAMA PERAWATAN
-
PROGNOSIS
sulit disembuhkan
KRITERIA KLINIS :
A. KLINIS :
Gerakan involunter berupa spasme pada dagu, mulut dan otot lidah sehingga dagu
menutup rapat, gigi tergigit rapat, trismus dengan akibat kerusakan gigi, sendi
temporomandibular.
Adanya gerakan involuntary pada lidah menyebabkan kesulitan mengecap,
berbicara dan mencucu
B. LAB : tidak ada
C. RADIOLOGIS : tidak ada
D. GOLD STANDARD : tidak ada
E. PATOLOGI ANATOMI : tidak ada
DIAGNOSIS BANDING
1. Hemimasticatory spasm
2. Hemifacial spasm
3. Temporomandibular syndrome
TATALAKSANA
Medikamentosa : toksin botulinum, benzodiazepin, anticholinergic, baclofen
biasanya kurang bermanfaat
Non Medikamentosa : speech terapy, operasi
PENYULIT
nyeri lokal, kesulitan mengunyah dan berbicara
KONSULTASI
JENIS PELAYANAN
Poliklinik dan rawat inap
TENAGA
Spesialis Saraf
Spesialis Bedah Saraf
Spesialis Kesehatan Jiwa
LAMA PERAWATAN
-
PROGNOSIS
Sulit disembuhkan
1.C. DISTONIA SERVIKAL
KRITERIA KLINIS
A. KLINIS :
Tortikolis, rotasi kepala ke lateral, laterokolis, retrokolis dan anterokolis
Sepertiga penderita mengalami scoliosis, nyeri lokal akibat spasme otot dan
spondilotik radikulomyelopati
Dipicu oleh kondisi stress dan kelelahan
Kadang disertai dengan tremor tang dan kepala
B. LAB : tidak ada
C. RADIOLOGIS : tidak ada
D. GOLD STANDARD : tidak ada
E. PATOLOGI ANATOMI : tidak ada
DIAGNOSIS BANDING
distonia karena keracunan obat metok5pramide, neroleptik
TATALAKSANA
Medikamentosa : biasanya tidak banyak bermanfaat.
Obat pilihan : triheksiphenidilm injeksi toksin botulinum.
Bensodiazepin bisa mengurangi nyeri
Haloperidol jangan digunakan karena dapat menyebabkan tardive dyskinesia.
Non Medikamentosa :
Hypnosis, biofeedback, relaksasi, psikoterapi, tusuk jarum, brace.
Terapi ini tidak banyak membantu
PENYULIT
distonia generalisata
KONSULTASI
rehabiltasi medis, psikiater
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
TENAGA
Neurologist, physiatrist, psikiater
PROGNOSIS
20% remisi spontan, eksaserbasi terjadi beberapa bulan kemudian. Sebagian besar
mengalami distonia sepanjang hidup dan sebagian menjadi distonia generalisata.
KRITERIA KLINIS
A. KLINIS :
Latar Belakang penderita : guru dan penyanyi
Distonia pada laring menyebabkan 2 tipe kelainan yaitu tipe adductor oleh
karena hiperadduksi korda vokalis dan tipe abductor oleh karena kontraksi m.
Krikoaritenoid posterior selama berbicara sehingga abduksi korda vokalis
terganggu. Keluhan berupa suara serak, berat, bergetar.
B. LAB : tidak ada
C. RADIOLOGIS : tidak ada
D. GOLD STANDARD : tidak ada
E. PATOLOGI ANATOMI : tidak ada
DIAGNOSIS BANDING
Psychogenic voice disorder, tremor esensial, kelainan korda vokalis, radang korda
spinalis.
TATALAKSANA
Medikamentosa : tidak banyak membantu. Toksin botilinum harus digunakan
secara hati-hati, oleh karena dapat menyebabkan aphonia, disfagi.
Non Medikamentosa : terapi vocal, tindakan operasi
PENYULIT
aphonia dan disfagi
KONSULTASI
Rehabiltasi medis, dokter bedah leher dan kepala
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan dan rawat inap
TENAGA :
Spesialis Saraf
Spesialis Kesehatan Jiwa
Spesialis Bedah Kepala dan Leher
LAMA PERAWATAN
-
PROGNOSIS
Biasanya sulit disembuhkan
KRITERIA KLINIS
A. KLINIS :
Ada 2 bentuk yaitu :
a. Idiopatik : biasanya diawali dengan aksi distonia
b. Sekunder L
Oleh karena lesi saraf sentral dan perifer. Gejala biasanya muncul saat
istirahat. Gejala distonia fokal berupa cramp yang berkaitan pekerjaan
(graphospasm, Writer’s cramp) pada distonia idiopatik sedangkan pada yang
sekunder berupa distonia spesifik yang muncul saat menulis, mengetik,
makan, olahraga, atau saat bermain musik. Kadang-kadang disertai dengan
termor esensial.
B. LAB : tidak ada
C. RADIOLOGIS : tidak ada
D. GOLD STANDARD : tidak ada
E. PATOLOGI ANATOMI : tidak ada
DIAGNOSIS BANDING
Parkinson dan parkinsonism
TATALAKSANA
A. Medikamentosa :
Trihexyphenidil, benztropin. Biasanya hasilnya kurang memuaskan
toksin botulinum merupakan obat pilihan
B. Non Medikamentosa :
Operasi
Rehabilitasi Medis
PENYULIT
segmental atau distonia
KONSULTASI
Bagian rehabiltasi medis
Bedah saraf
JENIS PELAYANAN
Poliklinik dan rawat inap
TENAGA
Spesialis Saraf
LAMA PERAWATAN
-
PROGNOSIS
Sulit disembuhkan
PENYAKIT HUNTINGTON
DEFINISI
Penyakit Huntington (PH) adalah penyakit neurodegenerasi progressif genetik autosomal
dominan, yang muncul pada umur dewasa pertengahan. Manifestasi klinis triad adalah
movement disorders (chorea), demensia (subcortical demensia) dan gangguan psikiatri atau
tingkah laku.
KLINIS
1. Manifestasi klinis onset tidak pasti (insidious), umur 30-40 tahun, prevalensi 4-
8/100.000 penduduk, diturunkan secara 100% autosomal dominal (triplet expansi
CAG pada kromosom 4).
2. Chorea timbul pada 90% PH adalah gerakan yang tidak disadari, spontan, mendadak,
berlebihanm ireguler, kasar, berubah-ubah arah, random.
4. Subkortikal demensia pada PH dengan ciri khas bradyphrenia, atau gangguan atensi
dan sequencing tanpa disertai apraxia, agnosia, atau aphasia. Registrasi informasai
baru dan immediate memory dan recall masih utuh, meskipun retrieval recent dan
remote memory terganggu.
5. Ganggun Psikiatri dan tingkah laku, kadang psikosis, dengan halusinasi visual dan
pendengaran, maniam apatis, tingkah laku obsesif dan depresi.
LABORATORIUM
Bila memungkinkan laboratorium genotyping khusus untuk PH (triplet expansi CAG pada
kromosom 4).
RADIOLOGIS
Pada CT atau MRI terlihat atropi berat pada caput cauda dan puntamen, atropi sedang globus
pallidus, kortek, substansia nigra, nucleus subthalmus, dan locus coerolus.
GOLD STANDARD
tidak ada
PATOLOGI ANATOMI
Pada PH atropi berat pada caput cauda dan puntamen, atropi sedang globus pallidus, kortek,
substansia nigra, nucleus subthalamus, dan locus coerolus
DIAGNOSA BANDING
Klasifikasi chorea :
Primary chorea Secondary chorea others
- Senile Chorea
- Paroxysmal
choreathetose
TATALAKSANA
A. MEDIKAMENTOSA
Remacide dan Coenzyme Q10 600mg/hari dapat menghambat progresivitas
Untuk depresi diberikan Tricyclic antidepresan (amitriptylin atau imipramine,
nortriptylin) SSRI (fluoxetine atau sertraline)
Chorea dapat diberikan :
- Haloperidol 0,5 – 5 mg/hari,
- Dopamine blocking agent
- Benzodiazepines seperti clonazepam bisa dipakai
Emosi tak terkontrol, iritabel diberikan clobazepam, carbamazepin atau valrpoic acid
ditambah dengan antidepresan
B. TINDAKAN :
tidak ada
PENYULIT
- Gangguan Psikiatri dan tingkah laku
- Parkinsonism seperti rigiditas, bradikinesia, gangguan postural, dystonia, myoclonus,
ataxia, dysphagia
-
KONSULTASI
Dokter spesialis jiwa
JENIS PELAYANAN
- Ringan rawat jalan
- Berat rawat jalan
TENAGA
Dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
-
PROGNOSIS
PH adalah penyakit neurodegeneratif yang progresif berakhir fatal. Sebab kematian biasanya
aspirasi pneumonia atau trauma sekunder akibat jatuh
Sydenham’s Chorea
KRITERIA DIAGNOSA
Syndenham’s chorea (SC) adalah komplikasi lambat dari infeksi Aβ Haemolytic streptococcal
dan merupakan kriteria mayor acute rheumatic fever, dengan cirri khas chorea, kelamahan
otot dan beberapa gejala neuropsikiatri, akibat penyakit autoimun.
KLINIS
1. Didahulu adanya innfeksi Aβ Haemolytic streptococcal (20-30%)
2. Umur 5-15 tahun
3. Perempuan predominan.
4. Chorea general, simetris, gerakan lebih cepat dibanding chorea dari Huntington
5. Perubahan tingkah laku, gangguan obsesif-kompulsif dan iritabel
6. Sembuh sendiri 5-16 minggu
LABORATORIUM
Kadar ASTO (Anti Streptolisin O) meningkat
RADIOLOGIS
MRI lesi di nucleus caudatus dan putamen
PATOLOGI ANOTOMI
Tidak ada data
DIAGNOSA BANDING
Secondary Chorea
Syndenham’s chorea
Immune mediate chorea
Vascular chorea
Hormonal disorders
Drug induced chorea
Infectious chorea:
Bacterial
Syndenham’s (post streptococcal)
Sub-acute bacterial endocarditis
Neurosyphilis
Tuberculosis
Viral
Measles
Mumps
Influenza
Cytomegalovirus
Subacute sclerosing panencephalitis
Human immune deficiency virus
Epstein-Barr virus (mononucleosis)
Borrelia burgdorferi (Lyme disease)
Varicella
Prion
Creuzfeldt-Jakob disease
TATALAKSANA
A. MEDIKAMENTOSA :
Chorea dapat diberikan:
Haloperidol 0,5-5 mg/hari
Benzodiazepines seperti clonazepam bisa dipakai.
Amantadine 100-300 mg
B. TINDAKAN : -
KONSULTASI
-
JENIS PELAYANAN
Ringan rawat jalan
TENAGA
Dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
-
PROGNOSIS
Sembuh sendiri
TREMOR ESENSIAL
KRITERIA DIAGNOSIS
KLINIS
TREMOR Essensial (TE) berdasarkan Core And Secondary Criteria
(Lihat Tabel)
Kriteria Inti Kriteria Sekunder
LABORATORIUM
-
RADIOLOGI
-
GOLD STANDARD
-
PA
Tidak ada keluhan
DIAGNOSA BANDING
Parkinson, MS, Wilson disease, Huntington
Cerebrallar degenerative disease
Efek samping obat : obat asma, anti depresan
Toksin logam berat : timah, merkuri
Thypoid disease
TATALAKSANA
A. MEDIKAMENTOSA :
Obat Dosis awal Dosis Tx Efek samping
Propanolol 3mg/hr 160 -320 mg/hr Kelelahan, impoten, depresi,
sesak nafas, bradycardia
Primidone 12,5-2,5 62,5-350 mg/hr Sedasi, nausea, muntah
mg/hr
Gabapentine 300 mg/hr 1200-3600 Drownies, kelelahan, nausea,
mg/hr dizzine, sempoyongan
Alprazolam 0,75 mg/hr 0,74-2,75 mg/hr Sedasi, kelelahan
Topimaret 25 mg/hr 100-300 mg/hr Prestesia , BB menurun, batu
ginjal
Nimodipine 120 mg/hr 120 mg/hr Hipotensi ortostatik
Theophylin 150-300 15-300 mg/hr Insomnia, restlessness, sakit
mg/hr kepala
B. TINDAKAN
Bedah : continus deep brain stimulation with electrode implanted pada ventral
intermediate nucleus of the thalamus dan thalamotomy
Physical terpai : speech terapi
PENYULIT
Stres, kopi, alkohol
KONSULTASI
Bedah
Rehab medik
JENIS PELAYANAN
Rawat Jalan
TENAGA :
Dokter Spesialis Saraf
Fisioterapis
LAMA PERAWATAN
-
PROGNOSIS
Baik
KRITERIA DIAGNOSIS
A. KLINIS
Usia 50-60 tahun
Gejala meliputi : gangguan keseimbangan (imbalance), gangguan penglihatanm
disartri, disfagi, gangguan fungsi intelektual, perubahan kepribadian, atau
insomnia. Tidak semua gejala ada pada setiap pasien, tetapi sebagian besar muncul
selama perjalanan penyakit.
Biasanya dimulai dengan gangguan visual, gangguan postur, dan gaya berjalan
yang tampak pada awal penyakit. Pada fase dini penderita sering tiba-tiba terjatuh
tanpa penyebab yang jelas (paroxysmal disequilbrium). Sebagian besar cenderung
jatuh ke belakang, tetapi bisa jatuh ke segala arah.
Ciri khasnya hipokinesia, dan rigiditas otot-otot axial dan anggota gerak
Gangguan gerakan ocular pursuit, khususnya ke arah bawah, biasanya tampak
pada saat pertama kali memeriksakan diri. Paresis menimbulkan pergerakan kepala
pasif mengaktifkan reflek oculocephalic (supranuclear). Pasien kesulitan apabila
menuruni tangga, membaca atau mengambil makanan dari piring.
Gangguan bicara dan menelan, akdang tercekik.
Ditemukan horizontal square-wave jerk, saccadic lambat dan hipometrik, dan
paresis gerakan ke atas. Paresis lateral gaze terjadi pada tahap lanjut dari penyakit.
Apraxia gerakan kelopak mata dan blepharospasme sering terjadi
Tremor jarang ditemukan
Gangguan mental sering ditemukan, seringkali berupa perubahan kepribadian,
emotional incontinence, atau depresi. Demensia biasanya sama dengan Penyakit
Lobus Frontalis
Kombinasi disartria, disfagia dan disabilitas menyebabkan kematian karena
aspirasi
Respon terapi terhadap levodopa buruk
B. PENUNJANG
MRI otak untuk menyingkirkan dementia multi-infark hidrosefalus
Single photon emission computed tomography (PET) scan
DIAGNOSA BANDING
Parkinson’s disease idiopatik. Sulit dibedakan apabila gerakan bola mata masih normal
Degenerasi corticobasal ganglionic, multiple system atrophy
Normal pressure hydrocephalus
Multiple cerebral infark
TATALAKSANA
A. Medikamentosa
Terapi PSP masih belum memuaskan. Pada 1/3 pasien Levodopa memperbaiki
bradikinesia dan rigiditas. Bila tidak ditemukan perbaikan motor dengan
Levodopa, obat di stop.
Amantadin dan amitriptilin, tetapi penggunaannya terbatas karena efek
sampingnya.
Zolpidem memperbaiki keseimbangan dan abnormalitas pada gerakan bola mata.
Terapi wicara untuk manajemen disartri dan disfagi.
Blepharospasme memberi respon baik terhadap injeksi toxin botulinum. Mata
kering akibat jarang berkedip jarang berkedip diberi lubrikasi topikal.
B. Tindakan : -
PENYULIT
Aspirasi pneumoni
Mata kering
KONSULTASI
-
JENIS PELAYANAN
Rawat Jalan
Rawat Inap
TENAGA
Spesialis Saraf
Spesialis Paru
MIOKLONUS
DEFINISI
Mioklonus adalah gerakan tidak disadari tiba-tiba, sebentar, jerky, shock-like, akibat kontraksi
otot (positif mioklonik, disebabkan gangguan di CNS timbul di anggota, wajah atau badan.
KLINIS
KLASIFIKASI : berbagai klasifikasi
Berdasarkan distribusi mioklonus : fokal, segmental, general
Berdasarkan neurofisiologi : kortikal, batang otak, spinal
Berdasarkan waktu : ireguler, ritmik, osilatori, mioklonus bisa saat istirahat atau saat
kerja
Mioklonus bisa reflektoris atau sensitifterhadap stimulus sensoris atau suara
Marsdens membagi mioklonus :
-Fisiologik – Esensial – Epileptik - Simptomatik
1. Fisiologik mioklonus : timbulnya gerakan mendadak sekelompok otot saat mulai
tidur, biasanya sesudah aktivitas berat, emosi atau stress Hiccup bisa dimasukkan
jenis ini.
2. Essensial Mioklonus : Onset dekade kedua, Laki dan perempuan sama, timbul
gerakan mioklonus
Saat Kerja, hilang saat tidur, meningkat saat emosi
3. Epileptik Mioklonus : adalah fenomena epilepsi terutama anak-anak, tipe progresif
multifokal atau mioklonus general, ditandai dengan timbulnya kelainan neurologis
progresif seperti ataxia, spastisitas, demensia, tuli.
4. Simptomatik mioklonus : dihubungkan dengan infeksi, degenerasi, metabolik,
toxic encefalopati.
Etiologi mioklonus :
1. Drug induced mioklonus :
Antikonvulsan, Levodopa, Lithium, Clozapine, Penicilin, Vigabatrin, Cyclosporin,
Tricyclic Antidepressan, MAO inhibitor.
2. Opsoklonus-mioklonus sindrome :
Viral, Ca ovarii, Melanoma, Lympoma, Hipoglikemia
3. Asterixis : Metabolik Encefalopati (misal Hepatik), Lesi Thalamus, putamen, lobus
parietal
4. Kortikal mioklonus : Tumor, angioma, encefalitis
5. Palatal mioklonus : Idiopathic, Stroke, MS, neurodegenerasi
6. Spinal mioklonus : mielopati inflamasi, Cervical spondilosis, Tumor, Ischemik
7. Post Anoxic encefalopati
8. Progressive Myoclonic Ataxia ( Ramsay Hunt Syndrome)
9. Trauma
10. Metal Toxic : Mangan, besi
11. MPTP
ELEKTROFISIOLOGI
1. EMG : untuk menentukan aktivitas otot segmental
2. SSEP
3. MRI Otak, spinal
4. Elektron mikroskop pada kulit, konjungtiva dan otot
RADIOLOGIS
-
GOLD STANDARD
-
PATOLOGI ANATOMI
-
DIAGNOSA BANDING
Chorea
Tics
TATALAKSANA
A. Medikamentosa
Cari faktor etiologi dan diobati
Klonazepam : 4 – 10 mg/hr
Sodium Valproat : 250 – 4500 mg/hr
Lisirude
Asetasolamide (Sindrom Ramsay Hunt)
Karbamazepin
Pada post hipoksi mioklonus bisa ditambahkan 5-hidroksi-tryptophan dan
carbidopa
Asteriksis (negative-mioklonus) bisa dipakai ethosuximide dan koreksi metabolit
B. Tindakan : -
PENYULIT
-
KONSULTASI
-
JENIS PELAYANAN
Rawat inap / jalan
TENAGA
Medis, paramedis
LAMA PERAWATAN
-
PROGNOSIS
Tergantung penyebab
SINDROMA TOURETTE
KRITERIA DIAGNOSIS
DEFINISI
Sindroma Tourette (ST) adalah sindroma waxing, waning tik motorik baik simpel atau
komplek, disertai minimal satu vokal tics (phonic tics), disertai obsesive-compulsive
disorders tetapi gangguan tingkah laku bukan kriteria untk diagnosis, tetapi penting untuk
pasien.
KLINIS
Onset Sindroma Tourette pada umur antara 5 – 20 tahun, dengan ratio laki-laki : perempuan
yaitu 4 :1.
1. TICS
a. Singkat, mendadak, timbul iregular dan berulang dari gerakan maupun suara. Dua
bentuk tiks adalah motor dan fokal, selanjutnya masing-masing dibagi dalam
bentuk simpel dan kompleks
b. Simpel motor Tics muncul tiba-tiba, tidak bertujuan, mengenai kelompok-
kelompok otot, misalnya angkat bahu, kedipan mata, jerking kepala
c. Simpel motor Tics sering tampak lebih lambat, terus-menerus dan gerakan-gerakan
tonik yang menyerupai distonia (disebut distonic tics)
d. Complex motor Tics : gerakan koordinatif dan berurutan yang menyerupai gerakan
motorik normal atau gerakan badan yang kurang tepat dalam intensitas dan
waktunya. Gerakan menyentuh, melempar memukul dan melompat-lompat.
Contoh lain Complex motor Tics adalah menunjukkan alat genitalia atau
echopraxia.
e. Tics suara dihasilkan dari mulut, tenggorokan maupun hidung
f. Tics suara sederhana suara yang tidak terartikulasi ; sedangkan yang komplek
antara lain, kata, elemen musik
g. Kata-kata kotor (Koprolalia)
h. Tics motor dan phonik bisa muncul selama tidur
2. Gangguan Tingkah Laku (GTL)
a. Manifestasi timbul beberapa tahun bersama onset tics
b. Tingkah laku abnormal atau adanya Obsesive, gerakan kompulsif, Attention Defisit
Hyperactivity Disorder (ADHD), disleksia, depresi, fobi, tingkah laku anti sosial
dan kelainan kepribadian.
c. Obsesi adalah pikiran, ide-ide, bayangan-bayangan, implus keinginan, juga
perasaan kekurangan, keseimbangan, ketakutan yang menganggu keluarga atau
sekitarnya.
d. Compulsions adalah tingkah laku sadar, berulang-ulang respons dari obsesinya,
seperti : kebiasaan mengulangi perintah/kebiasaan, menghitung, mengecek pintu,
cuci tangan berulang-ulang dsb.
e. ADHD adalah tingkah laku impulsive dan hiperaktif dengan menurunnya atensi.
ADHD timbul pada 50% ST, onset ADHD pada umur 4 – 5 tahun dan 2 – 3 tahun
mendahului tics.
LABORATORIUM
Tidak ada
RADIOLOGIS
Tidak diperlukan, ST hanya diagnosa klinis saja
GOLDEN STANDARD
Tidak ada.
Tes Neuro-psychiatric diperlukan pada OCD dan ADHD.
PATOLOGI ANATOMI
Tidak spesifik, lesi di ganglia basalis terutama nucleus caudatus, kortek inferior parietal.
DIFFERENTIAL DIAGNOSA
1. TICS : Distonia, korea, mioklonus, hiperefleksia
2. Kelainan TICS sesaat : serangan pada anak
3. Kelainan TICS motorik primer
4. Kelainan TICS multiple kronis
5. TICS pada huntington disease, parkinson
6. Kelainan pertumbuhan anak
7. Rheumatoid Heart Disease
TATALAKSANA
a. Medikamentosa : Starting dose
Dopamine-receptors blockers : (mg / day)
Fluphenazine 1.0
Pimozide 2.0
Haloperidol 0.5
Risperidone 0.5
Ziprasidone 20.0
Trifluperazine 1.0
Molindone 1.0
CNS Stimulants for ADHD
Methylphnidate 5.0
Pemoline 18.7
Dextroamphetamine 5.0
Noradrenaline drugs for impuls control and ADHD
Clonidine 0.1
Guanfacine 1.0
Serotonergic drugs for OCD
Flouxetin 20 - 60
Sertalin 50 - 200
Paroxetin 20 - 60
Clomipramin 25
Fluvoxamin 50
Venlafazin 25
Tripthophan
MAOI, mianserin, benzodiazepin
b. Tindakan
TICS : Psiko terapi
Hipnotis
Kelainan tingkah laku operasi bedah : Thalamotomy, tracheotomy,
cingulotomy
PENYULIT
-
KONSULTASI
Spesialis Saraf
Spesialis jiwa
Psikolog
JENIS PELAYANAN
Rawat Jalan
TENAGA
Dokter Spesialis Saraf
Dokter Spesialis Jiwa
Psikolog
LAMA PERAWATAN
Tidak ada data
PRONOSIS
Baik
DEFINISI
Cedera otak ( CO) adalah cedera yang mengenai kepala dan otak, baik yang terjadi secara
langsung ( kerusakan primer / primary effect) maupun tidak langsung ( kerusakan sekunder /
secondary effect). Cederan otak yang terjadi sebagian besar adalaha cedera otak tertututp,
akibat kekerasan ( rudakpaksa), karena kecelakaan lalu lintas, dan sebagian besar (84%)
menjalani terapi konservatif dan sisanya sebanyak 16% yang membutuhkan tindakan
operatif.
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis
* Tergantung berat ringannya cedera otak yang terjadi, dibagi dalam:
1). Minimal = Simple Head Injury (SHI)
Nilai Skala Koma Glasgow 15 (normal)
Kesadaran baik
Tidak ada amnesia
2). Cedera Otak Ringan (COR)
Nilai Skala Koma Glasgow 14 atau
Nilai Skala Koma Glasgow 15, dengan
- amnesia pasca cedera <24 jam, atau
- hilang kesadaran <10 menit
Dapat disertai gejala klinik lainnya misalnya : mual, muntah sakit
kepala atau vertigo.
3). Cedera Otak Sedang (COS)
Nilai Skala Koma Glasgow 9-13
Hilang kesadaran >10 menit tetapi kurang dari 6 jam
dapat atau tidak ditemukan adanya defisit neurologi
amnesia pasca cedera selama kurang lebih 7 hari (bisa positif atau
negatif)
4). Cedera Otak Berat (COB)
Nilai Skala Koma Glasgow 5-8
Hilang kesadaran > 6 jam
Ditemukan defisit neurologis
Amnesia pasca cedera > 7 hari
5). Kondisi Kritis
Nilai Skala Koma Glasgow 3-4
Hilang kesadaran > 6 jam
Ditemuka defisit neurologis
* Perdarahan Epidural
Lusid interval
Anisokori pupil
Hemiparesis yang terjadi kemudian
Refleks Babinski yang terjadi kemudian
Laboratorium
Darah perifer lengkap
Gula Darah Sewaktu
Ureum / Kreatinin
Analisa Gas Darah (ASTRUP)
Elektrolit
Radiologi
Foto Kepala Polos. Posisi AP/Lat/Tangensial (sesuai indikasi)
Skening Kepala, gambaran bisa normal, kontusio, perdarahan, edema,
fraktur tulang kepala
Standar Baku
Skening Kepala (CT-Scan Kepala)
Patologi Anatomi
Normal, tidak ada kerusakan hanya gangguan fungsional (Simple
Head Injury (SHI) dan Komosio)
Kontusio
Perdarahan
Edema
Iskemia
Infark
Fraktur tulang tengkorak
TATALAKSANA
Tergantung derajat beratnya cedera.
1). Minimal
Tirah baring, kepala ditinggikan sekitar 30 derajat
Istirahat dirumah
Diberi nasehat agar kembali ke rumah sakit bila ada tanda-tanda perdarahan
epidural, seperti orangnya mulai terlihat mengantuk (kesadaran mula turun,
gejala lucid interval)
2). Cedera Otak Ringan (Komosi Serebri)
Tirah baring, kepala ditinggikan sekitar 30 derajat
Observasi di rumah sakit 2 hari
Keluhan hilang, mobilisasi
Simptomatis : anti vertigo, anti emetik, analgetika
Antibiotika (atas indikasi)
3). Cedera Otak Sedang dan Berat (Kontusio Serebri)
a. Terapi Umum
Untuk kesadaran menurun
Lakukan resusitasi
Bebaskan jalan nafas (Airway), jaga fungsi pernafasan (Breathing), Circulation
(tidak boleh terjadi hipotensi, sistolik sama dengan atau lebih dari 90 mmHg),
nadi, suhu (tidak boleh sampai terjadi pireksia)
Keseimbangan cairan dan elektrolit dan nutrisi yang cukup, dengan kalori 50%
lebih dari nomal.
Jaga keseimbangan gas darah
Jaga kebersihan dan kelancaran jalur intravena
Rubah rubah posisi untuk cegah dekubitus
Posisi kepala ditinggikan 30 derajat
Pasang selang nasogastrik pada hari ke 2, kecuali kontra indikasi yaitu pada
fraktur basis kranii
Infus cairan isotonis
Berikan oksigen sesuai indikasi
b. Terapi Khusus
1. Medikamentosa
Mengatasi tkanan tinggi intrakranial, berikan Manitol 20%
Simptomatis : analgetik, anti emetik, antipiretik
Antiepilepsi diberikan bila terjadi bangkitan epilepsi pasca cedera
Antibiotika diberikan atas indikasi
Anti stress ulcer diberikan bila ada perdarahan lambung
2. Operasi bila terdapat indikasi
c. Rehabilitasi
Mobilisasi bertahap dilakukan secepatnya setelah keadaan klinik stabil
Neurorestorasi dan neurorehabilitasi diberikan sesuai dengan kebutuhan
PENYULIT
Perawatan dan konsistensi neurorehabilitasi yang kurang cermat dapat menimbulkan gejala
sisa yang sangat variatif tergantung berat dan lokasi kerusakan otak
KONSULTASI
Bedah Sarah / bedah lainnya sesuai indikasi
Neuroemergensi
Neurobehavior
Neurorestorasi/ Neurorehabilitasi
JENIS PELAYANAN
Rawat Jalan
Rawat Inap
TENAGA
Perawat, Dokter Umum, Dokter Spesialis Saraf, Terapis
LAMA PERAWATAN
Tergantung beratnya, dari 2 hari sampai 1 bulan
Terkadang penyembuhan tidak sempurna, ada gejala sisa dan membutuhkan
perawatan khusus karena kecacatan yang cukup berat.
CEDERA MEDULA SPINALIS
DEFINISI
Cedera Medula Spinalis (CMS) atau cedera spinal adalah cedera pada tulang belakang yang
menyebabka penekanan pada medula spinalis sehingga menimbulkan myelopati dan
merpakan keadaan darurat neurologi yang memerlukan tindakan yang cepat, tepat dan cermat
untuk mengurangi kecacatan. Prognosis penyembuhan tergantung pada 2 faktor yaitu:
a). beratnya defisit neurologis yang timbul dan
b). Lamanya defisit neurologis sebelum dilakukan tindakan dekompresi
CMS merupakan kasus emergengis neurologi dan perlu mendapat perhatian lebih, oleh
karena satu kali medulla spinalis rusak, sebagian besar fungsinya tidak dapat kembali normal.
Pemeriksaan Penunjang
a. Darah Perifer Lengkap
b. Gula Darah Sewaktu, Ureum dan Kreatinin
2. Radiologi
a. Foto vertebra posisi AP/LAT dengan sentrasi sesuai dengan letak lesi
b. CT Scan atau MRI jika diperlukan tindakan operasi
3. neurofisiologi Klini – EMG, NVC, SSEP
PENATALAKSAAN
1.Umum
a) Jika ada fraktur atau dislikasi kolumna vertebralis seviklais, segera pasang kerah fiksasi
leher, jangan gerakkan kepala atau leher
b) Jika ada fraktur kolumna vertebralis torakalis, angkut pasien dalam keadaan
tertelungkup, lakukan fiksasi torakal (pakai korset)
c) Fraktur daerah lumbal, fikasasi dengan korset lumbal
d) Kerusakan medula spinalis dapat menyebabkan tonus pembuluh darah menurun karena
paralisis fungsi sistem saraf ortosimpatik dengan akibat menurunnya tekanan darah.
Beri infus, bila mungkin plasma atau darah, dextran-40 atau eskpafusin. Sebaiknya
jangan diberi cairan isotonik seperti NaCl 0,9% atau glukosa 5%. Bila perlu diberikan
0,2 mg adrnalik s.k, boleh diulang 1 jam kemudian. Bila denyut nadi <44 kali/menit,
berikan sulfas atropin 0,25 mg i.v.
e) Gangguan pernafasan, kalau perlu beri bantuan dengan respirator atau cara lain. Jaga
jalan nafas tetap lapang.
f) Jika lesi diatas C-8, termoregulasi tidak ada, mungkin terjadi hiperhidrosis, usahakan
suhu badan tetap normal.
g) Jika ada gangguan miksi pasang kondom kateter atau dauer kateter dan jika ada
gangguan defekasi, berikan laksan/klisma
2. Medikamentosa
a) Berikan metil-prednisolon 30 mg/kgBB, i.v perlahan-lahan selama15 menit. 45 menit
kemudian per infus 5 mg/kgBB selama 24 jam. Kortikosteroid mencegah peroksidasi
lipid dan peningkatan sekunder asam arakidonat
b) Bila terjadi spastisitas oto:
Diazepam 3 x 5-10 mg/hari
Baklofen 3 x 5 mg hingga 3 x 20 mg/hari
c) Bila ada rasa nyeri dapat diberikan:
Analgetika
Antidepresan : amitriptilin 3 x 10 mg/hari
Antikonvulsan : neurontin 3 x 300 mg/hari
d) Bila terjadi hipertensi akibat gangguan saraf otonom (tensi > 180/100 mmHg),
pertimbangkan pemberian obat antihipertensi.
3. Operasi
Tindakan operatif dilakukan bila :
Ada fraktur, pecahan tulang menekan medulla spinalis
Gambaran neurologis progresif memburuk
Fraktur, dislokasi yang labil
Terjadi herniasi diskus intervertebralis yang mnekan medulla spinalsi
PENYULIT
Tergantung beratnya dan waktu datang ke rumah sakit ( lewat ‘waktu emas’ ), tidak dapat
sembuh sempurna
KONSULTASI
Bedah Saraf / Bedah lainnya tergantung indikasi
Neuroemergensi
Neurorestorasi / neurorehabilitasi
JENIS PELAYANAN
Rawat Jalan
Rawat Inap
TENAGA
Perawat, Dokter Umum, Dokter Spesialis Saraf, Terapis
LAMA PERAWATAN
Sampai masa akut lewat dan selesainya tindakan yang diperlukan, biasanya 7 hari
sampai 1 bulan
Terkadang penyembuhan tidak sempurna, ada gejala sisa dan membutuhkan
perawatan khusus karena kecacatan yang cukup berat
NEUROPATI
DEFINISI
Proses patologi yang mengenai susunan saraf perifer, berupa proses demielinisasi atau
degenerasi aksonal atau kedua-duanya. Susunan saraf perifer mencakup saraf otaj, saraf
spinal dengan akar saraf serta cabang-cabangnya, saraf tepid an bagian-bagian tepi dari
susunan saraf otonom.
ETIOLOGI
1. Metabolik
Neuropati diabetic :
a. Polineuropati : komplikasi diabetes mellitus yang paling sering terjadi
Gejala dan tanda :
- Gangguan motorik tungkai lebih sering terkena daripada tangan
- Gangguan sensorik kaos kaki dan sarung tangan berupa gangguan rasa
nyeri dan suhu, vibrasi serta posisi
b. Otonom neuropati :
Gejala dan tanda :
Keringat berkurang, hipotensi ortostatik, nocturnal diare, inkontinensia alvi,
konstipasi, inkontinensi, & retensio urin, gastroparesis dan impotensi
c. Mononeuropati :
Gejala & tanda :
Terutama mengenai nervi kranialis (terutama nervi untuk pergerakkan bola
mata ) dan saraf tepi besar dengan gejala nyeri
d. Polineuropati uremikum :
Terjadi pada pasien uremia kronis ( gagal ginjal kronis)
Gejala & tanda :
- Gangguan sensorimotor simetris pada tungkai &tangan
- Rasa gatal, geli dan merayap pada tungkai dan paha memberat pada
malam hari, membaik bila kaki digerakkan (restless leg syndrome)
2. Nutrisional
Polineuropati defisiensi :
a. Piridoksin : Pada penggunaan isoniazid (INH)
Gejala dan tanda : Neuropati sensorimotor dan neuropati optika
b. Asam folat : sering pada penggunaan fenitoin dan intake asam folat yang
kurang
c. Niasin : Pada pasien defisiensi multipel
Polineuropati alkoholik : neuropati karena defisiensi multivitamin dan tiamin
Gejala dan tanda : gangguan sensorimotor simetris terutama tungkai tahap lanjut
mengenai tangan .
3. Toksik
Arsenik : keracunan arsen secara kronik (akumulasi kronik)
Gejala dan tanda :
- Gangguan sensoris berupa nyeri dan gangguan motorik yang berkembang
lambat
- Gangguan GIT mendahului gangguan neuropati karena intake arsen.
Merkuri :
Gejala dan tanda : menyerupai keracunan arsen
4. Drug induced
Obat antineoplasma : (Cisplatin, carboplastin, vincristin)
Gejala & tanda :
- Banyak sebagai gangguan sensorik polineuropati setelah beberapa minggu
terapi setelah parastesia
- Gangguan propioseptif, vibrasi sering terganggu samapai mengenai kolum
posterior
- Gangguan motorik terutama tungkai bawah
Antimikrobial :
- INH : Simetrikal polineuropati
- Kloramfenikol & metronidazol : Gangguan sensoris ringan /akral parastesia,
kadang optic neuropati.
5. Keganasan/paraneoplastic polyneuropathy
Gejala & tanda :
- Banyak dalam bentuk Distal simetrikal sensorimotor polineuropati akibat “
remote effect” kegangasan seperti : Mieloma multipel, limfoma
- Gejala motorik seperti ataksia, atrofi tingkat lanjut kelumpuhan.
6. Trauma : neuropati jebakan .
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
- Gangguan sensorik : parastesia, nyeri, erbakar, penurunan rasa raba, vibrasi
dan posisi
- Gangguan motorik : kelemahan otot-otot
- Refleks tendon menurun
- Fasikulasi
Laboratorium :
- Gula darah puasa, fungsi ginjal, kadar vitamin B1, B6, B12 darah, kadar logam
berat, fungsi hormone tiroid.
- Lumbal fungsi : sesuai indikasi.
Gold standard
- ENMG : Degenerasi aksonal dan demielinisasi
- Biopsi saraf
-
DIAGNOSIS BANDING
Miopati
Motor neuron disease
Multipel sklerosis
TATALAKSANA
Terapi kausa
Simpotmatis : Analgetik, antiepileptic
Neurotonik vitamin : B1, B6, B12, asam folat
Fisioterapi
PENYULIT
Penyakit dasar : progresitifitas & komplikasinya
Perawatan & fisioterapi yang kurang cermat meminimalisir atrofi dekubitus, infeksi
saluran kemih dan kontraktur
KONSULTASI
Penyakit dalam (sesuai penyakit dasar)
Bedah saraf/bedah lainnya (sesuai kausa)
Fisioterapi
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
RAwat inap : sesuai penyakit dasar
TENAGA
Perawat, dokter umum & dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Antara 2 minggu s/d 1 bulan bila dirawat
Kadang-kadang penyembuhan tidak sempurna
SINDROM TEROWONGAN KARPAL
DEFINISI
Jebakan n. medianus di dalam terowongan karpal
ETIOLOGI
PEnyempitan ruangan di dalam terowongan
Peningkatan sensibilitas saraf terhadap tekanan
Gangguan endokrin
Gerakan berulang-ulang pada pergelanga tangan
Idiopatik
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
- Parastesia dan nyeri pada pergelangan, tangan & bagian volar 3 jari seringkali
hanya pada ujung jari, terutama pada malam hari
- Tinnel test +
- Phallen test +
Laboratorium :
- Hematologi rutin, gula darah puasa, fungsi ginjal, tiroid
Radiologi :
- Rontgen pergelangan tangan (Osteofit, Deposit kalsium)
Golden standard :
- ENMG
-
DIAGNOSIS BANDING
Radikulopati servikal
Rematik non artrikuler
TATALAKSANA
Medikamentosa : Antiinflamasi, analgetik
Tindakan : - Release n. medianus
- Splint
Terapi kausa
PENYULIT
Penyakit dasar
Komplikasi atrofi otot thenar penekanan jangka panjang
KOMPLIKASI
Penyakit dalam : penyakit sistemik yang mendasari
Fisioterapi
Ortopedi : release n. medianus
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
TENAGA
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
1 Bulan
NEUROPATI ULNAR
DEFINISI
Jebakan n. ulnaris pada berbagai sisi di siku akibat berbagai macam etiologi
ETIOLOGI
Deformitas siku
Trauma
Penekanan eksternal
Tumor
Metabolik
Leprosi
Idiopatik
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
- Gangguan sensoris jari ke 5 dan ½ lateral jari ke 4 bagian dorsal dan palmar
- Kelemahan pada fleksor karpi ulnaris, abductor digiti minimi
- Tahap lanjut atrofi m. hipothenar, claw hand ( jari 4,5)
- Tes fleksi siku +
Laboratorium : Hematologi rutin, gula radah puasa, fungsi tiroid
Radiologi : Rontgen artikulus kubiti (osteofit, deposit kalsium)
Golden Standard : ENMG
DIAGNOSIS BANDING
GAngguan radiks
Gangguan pleksus brakialis
ALS
Syringomeli
TATALAKSANA
Terapi kausa
Medikamentosa : analgetik, antiinflamasi
Tindakan : cubital tunnel decompression
KONSULTASI
Penyakit dalam : sesuai kausa
Bedah ortopedi
Kulit : leprosy
Fisioterapi
JENSI PELAYANAN
Rawat jalan
TENAGA
Paramedik, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
1 bulan
DEFINISI
Jebakan n. unaris di dalam kanalis guyon
ETIOLOGI
Tumor (ganglion,lipoma, dll)
Artritis rheumatoid
Tekananeksternal
Gerakan berulangpada pergelangan tangan
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
- Gangguan sensoris pada jari 5 dan ½ lateral jari ke 4 bagian dorsal dan palmar
- Kelemahan otot intristik ulnaris
- Claw hand (jari ke 4&5)
Laboratorium :
- Hematologi rutin, gula darah puasa
Radiologi :
- Rontgen pergelangan tangan : arthritis, fraktur
- CT Scan pergelangan tangan : ganglion, tumor
Gold standard : ENMG
DIAGNOSIS BANDING
Gangguan aadiks
Gangguan pleksus brakialis
ALS
Syringomeli
TATALAKSANA
Terapi kausa
Medikamentosa : analgetik, antiinflamasi
Tindakan pembedahan
PENYULIT
Penyakit dasar : progresitivitas penyakit
Perawatan fisioterapis yang tidak tepat menimbulkan atrofi dan kontraktur
KONSULTASI
Bedah
Penyakit dalam
Fisioterapi
JENSI PELAYANAN
Rawat jalan
TENAGA
Paramedik, dokter umum, dokter spesialis
LAMA PERAWATAN
1 Bulan
CERVICAL SYNDROME
Definisi
Sekumpulan gejala berupa nyeri tengkuk, nyeri yang menjalar, rasa kesemutan yang
menjalar, spasme otot yang disebabkan karena perubahan structural kolumna vertebra
servikalis akibat perubahan degenerative pada diskus intervertebralis, pada ligamentum
flavum, “facet joints”.
Kausa antara lain :
Spondylosis cervicalis:
- Myelopathy
Mekanik:
- Neck Strain
- Herniasi diskus
Infeksi:
- Osteomyelitis
- Meningitis
Referred
- Thoracic Outlet Syndrome
- Pancoast’s tumor
Neurologik:
- Brachialis plexitis
- Jebakan saraf perifer
Rheumatologik:
- Rheumatoid arthritis
- Fibromyalgia
Neoplasma
- Multiple myeloma
- Syringomyelia
KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri leher, bahu, dan menjalar ke lengan
Nyeri leher sering didahului spasme otot-otot tengkuk, bahu yang berlangsung sampai
beberapa hari dan diperburuk oleh ekstensi yang disertai oleh rotasi lateral leher secara
bersamaan (Spurling manuver)
Nyeri leher dapat diperburuk oleh keadaan yang meninggikan tekanan radikal seperti
batuk, bersin, mengedan, atau maneuver valsava.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Intermitted test
Foto cervical AP/lateral dan oblik
EMNG
Myelografi
CT-Myelo
DIAGNOSIS BANDING
HNP
Menginitis TBC Servikal
TATALAKSANA
Konservatif 3-6 minggu, berupa:
Istirahat servikal Neck Collor bila perlu
NSAID
Suntikan lokal
Fisioterapi
Operatif bila ada penyulit
PENYULIT
Nyeri neuropatik
Kelumpuhan anggota gerak
KONSULTASI
Internist bila ada penyakit sistemik sebagai penyebab ataupun penyerta penyakit.
Psikiater bila tidak ditemukan kelainan lain.
Fisioterapi
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
Rawat inap bila nyeri tidak tertahanyeri kepalaan (obat tak menolong) bila diduga ada
penyebab lain.
TENAGA
Dokter Spesialis Saraf, Dokter Spesialis Bedah Saraf/Ortopedi
LAMA PERAWATAN
Mininal 1 (satu) minggu
PROGNOSIS
Umumnya baik, biasanya diperlukan fisioterapi lanjutan
STRAIN LUMBO-SACRAL
DEFINISI
Merupakan Nyeri Punggung Bawah (NPB) tanpa penjalaran nyeri ke tungkai, hanya menjalar
ke bokong serta paha belakang.
KAUSA
Nyeri timbul akibat perengangan atau trauma pada ligamen, otot-tendon tanpa adanya rupture
atau avulsii pada cedera ringan. Sedangkan pada cedera berat dapat terjadi robekan pada otot.
Merupakan 60-70 % penyebab NPB.
KRITERIA DIAGNOSIS
Pada strain akut dijumpai riwayat trauma seperti mengangkat benda nerat atau dalam
posisi yang salah mencabut tanaman, trauma langsung dan terjatuh.
Terasa nyeri setempat, mula-mula tidak begitu hebat dan pinggang kaku.
Nyeri bertambah hebat bila spasme otot bertambah, bahkan dapat menimbulkan
skoliosis.
Pemeriksaan motorik, sensorik, refleks fisiologi dan otonom normal
Foto lumbosakral mungkin dijumpai akibat sikap tubuh yang salah dan otot kurang
adekuat. Dijumpai pada pekerja kasar, buruh, sering mengangkat beban, duduk bungkuk
seharian.
Terasa pegal difus yang bertambah saat bermulti para aktifitas dan berkurang atau
menetap pada saat berbaring.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto lumbosakral
EMNG
DIAGNOSIS BANDING
Ischialgia : kelainan-kelainan organ abdomen, organ rongga pelvi
Spondilolistesis
TATALAKSANA
NSAID
Relaksan otot
Suntikan anestesi lokal + steroid pada nyeri lokal hebat
Fisioterapi: pasif (masase es) atau panas (mandi hangat) dapat mengurangi nyeri dan
spasme.
Untuk Strain akut, tirah baring cukup 2 hari lalu diikuti latihan fisik aktif yang
terprogram.
Untuk Strain kronik, pengaturan sikap tubuh dalam aktivitas harian serta latihan
yang terprogram untuk memperkuat otot batang tubuh. Perubahan sikap tubuh
memerlukan waktu minimal enam bulan sampai gejala berkurang.
PENYULIT
-
KONSULTASI
Obgin, Internist, bila ada penyakit sistemik sebagai penyebab ataupun penyerta penyakit.
Psikiater.
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
Rawat inap bila nyeri tidak tertahankan (obat tak menolong) di rumah, diduga ada
penyebab lain, yang harus dieksplorasi
LAMA PERAWATAN
Minimal 1 minggu
PROGNOSIS
Perbaikan fase akut terjadi dalam 2 minggu. Pada umumnya 90% pasien akan sembuh dalam
2 bulan. Sepuluh persen menjadi kronik dan mungkin diperlukan dukungan psikiatrik atau
rehabilitasi vokasional.
MIOPATIC
ICD 359
DEFINISI/ETIOLOGI
Suatu kelainan yang ditandai oleh abnormalnya fungsi otot (merupakan perubahan patologik
primer) tanpa adanya denervasi pada pemeriksaan klinik, histologik atau neurofisiologi.
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis:
Kelelahan, kelemahan, atrofi, dan lembeknya otot skelet
Kedutan otot, kram otot, nyeri, pegal pada otot-otot
Dapat disertai gejala sistemik atau gejala lain
Pemeriksaan fisik:
Pemeriksaan sistem motoris meliputi bentuk otot, tonus otot, kekuatan otot dan cara
berdiri/berjalan
Pemeriksaan refleks tendon
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium: Kadar enzim creatinin kinase (CK), lactic dehydorogenase
(LDH), SGOT & SGPT, Kadar kalium, plasma
Pemeriksaan EMG
Pemeriksaan biposi otot
E. MIOTONIA
Diturunkan secara autosomal dominan.
Kontrasi otot berkepanjangan mengikuti kontraksi volunteer, pukulan (mekanik)
atau pacuan elektrik pada otot tersebut.
Onset umur 20-40 tahun.
Distribusi pada otot-otot wajah dan sternokleidomastoideus dan otot-otot
ekstremitas distal.
G. PARALISIS PERIODIK
Diturunkan secara autosomal dominan
Onset umur 10-25 tahun
Berhubungan dengan kadar kalium dalam plasma darah terdapat 3 tipe:
hipokalemik, hiperkalemi, dan normokalemi.
Penderita terserang setelah periode istirahat sehabis latihan otot berat setelah
banun tidur pagi hari.
Tanda awalnya berupa nyeri otot, sangat haus disusul kelemahan otot, dimulai
pada ekstremitas bawah lalu ekstremitas atas, badan, dan leher.
DIAGNOSIS BANDING
Poliomielitis
Motor neuron disease
TATALAKSANA
Pencegahan : “genetic counseling”
Pengobatan
Sesuai kausa
Rehabilitasi medic
Terapi suportif : pemberian prednisone
Distrofi muskuler : 1 mg/kgBB/hr selama 6 bulan
Poliomistis : 1 mg/kgBB/hr selama 3 bulan
Dapat diberikan “continuosly” atau “alternating”
- Obat sitostatika misalnya metotreksat, siklofosfamid, azatioprin,
klorambusil.
- Penggatian plasma.
Bedah
PENYULIT
Disfagia, pneumonia aspirasi, penyakit akan memburuk secara betahap sampai timbulnya
komplikasi kardiopulmonal.
KONSULTASI
Bagian PA
Bagian Bedah
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
TENAGA STANDAR
Dokter Spesialis Saraf
LAMA PERAWATAN
Bervariasi sesuai dengan jenis miopati dan komplikasi.penyulit yang terjadi.
PROGNOSIS
Umurnya kurang baik untuk distrofi muskuler
M I E L O PAT I
ICD G 95.9
DEFINISI
Merupakan suatu gangguan fungsi atau struktur dari medulla spinalis oleh adanya lesi
komplit atau inkomplit.
ETIOLOGI
- Vaskuler - Tumor
- Obat-obatan - Demielinisasi
- Radiasi - Trauma
- Infeksi - Tidak diketahui
- Degenerasi
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis: lemah/ lumpuh anggota gerak, gangguan buang air kecil dan buang air
besar, gangguan sensibilitas.
Fisis: parese/plegi tipe UMN (tergantung lokalisasi lesi, dapat dijumpai gejala UMN
atau campuran UMN dan LMN), hipertensi/anestesi segmental, gangguan fungsi
otonom.
Kejadiannya dapat akut, subakut, kronik progresif.
Tidak ditemui tanda-tanda radang atau penyebabnya tidak diketahui.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium:
Darah rutin, kimia darah, urin lengkap, dan bila perlu tes kadar obat: kokain,
heroin
Likuor serebrospinalis
Pemeriksaan Radiologik:
Foto polos vertebra AP/Lateral/Oblik
Mielografi
CT-mielografi
Pemeriksaan penunjang lain:
EMNG
Tes keringat
Bila perlu dan fasilitas tersedia:
SSEP/VEP
Bone Scanning
MRI
DIAGNOSIS BANDING
Polineuropati
TATALAKSANA
Kausal
Simptomatik
Suportif
Rehabilitatif: Fisioterapi ekstremitas dan latihan buli-buli
PENYULIT
Bronkopneumoni, dekubitus, kontraktur sendi, atrofi otot, infeksi saluran kenih
KONSULTASI
Bedah Saraf
Bedah Ortopedi
Bagian lain yang terkait
JENIS PELAYANAN
Rawat inap
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis
LAMA PERAWATAN
Tergantung etiologi dan berat penyakit, perawat dapat langsung dalam hitungan minggu
hingga bulan.
PROGNOSIS
Tergantung etiologi dan berat penyakit
PERIODIK PARALISIS
KRITERIA DIAGNOSTIK
Familial periodic paralisis hipokalemi adalah penyakit otosomal dominan. Disebabkan
gangguan pada gen yang mengatur saluran ion kalsiumditandai dengan : awitan akut dengan
gejala kelumpuhan anggota gerak.
Otot respirasi dan otot menelan jarang terkena.refleks tendon mungkin menurun. Tidak ada
gangguan sensoris. Serangan terutama pada pagi hari, dan bila tidak dapat menetap sampai 36
jam.
Faktor prepisitasi : makan banyak karbohidrat, terlalu lelah, cuaca dingin Kadar kalium darah
2-3 mEq. Laboratorium lain dalam batas normal Pria lebih banyak dari pada wanita
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium: Kalium darah
EMG : Gambaran lesi miogen
EKG
DIAGNOSA BANDING
Hipokalemi karena gastroenteritis, tirotoksikosis atau sebab lain
TERAPI
Terapi Farmaka :
Fase Akut : pemberian K secara peroral atau parenteral
Profilaksis :
Diet tinggi Kaliun, rendah Na, rendah Karbohidrat
Aldakton 100 mg po/hari
Tiamin Hcl 50mg/hari
Terapi hipertiroidsm
PENYULIT
Gangguan jantung
KONSULTASI
Ilmu Penyakit Dalam
JENIS PELAYANAN
Rawat inap pada fase akut sampai kelumpuhan hilang
PROGNOSIS
Ad bonam
DEKOMPRESI
DEFINISI/ETIOLOGI
Penyakit Dekompresi adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pelepasan dan
pengembangan gelembung-gelembung gas dari fase larut dalam darah/jaringan akibat
penurunan tekanan sekitar.
KRITERIA DIAGNOSIS
Gejala klinis muncul setelah melakukan penyelaman, dapat berupa :
1. Tipe I (Pain only bends, Joint bends, Decompression arhalgia)
-Nyeri terutama di daerah persendian anggota gerak atas dan bawah
-Gatal-gatal dan bercak-bercak kemerahan pada kulit
-Nyeri dan pembengkakan jaringan lunak setempat(obstruksi aliran
limfe):parotis,mamma
-Rasa letih, malaise, anoreksia, yang tidak sesuai dengan berat aktivitas
2. Tipe II (Serious decompression sickness)
2.1 Gejala Neurologis
- Lesi serebrum: afasia, gangguan penglihatan atau lapangan pandang, gangguan saraf
kranialis, hemiparese/hemiplegic,sensorik, sakit kepala, kejang, gangguan kesadaran.
-Lesi serebelum: ataksia , gangguan koordinasi, hipotoni, dismetri, asinergia,
tremor,disdiadokokinesia, dan nistagmus.
-Lesi Medula Spinalis: Paraestesi/hipeestesi/anestesia kedua tungkai,
paraperesis/paraplegi-tetraparesis/tetraplegia,retensi urin-alvi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
-Pemeriksaan Laboratorim : Darah rutin, Urin rutin, kimia darah
-Pemeriksaan Radiologik : Foto thoraks, CTscan bila di perlukan
-Pemeriksaan penunjang lain : EKG, EEG bila diperlukan.
DIAGNOSIS BANDING
Stroke, Trauma SSP, Infeksi SSP
TATALAKSANA
Kausal : Segera terapi oksigen hiperbarik etelah diagnosis ditegakkan
Medikamentosa :
koreksi cairan dan elektrolit,
Antiplatelet: ASA 2x80 mg,
Kortikosteroid: Dexamethasone 2 ampul/IV kemudian 1 ampul/6 jam/IV,
Gliserol (bila kontraindikasi dengan kostikosteroid),
digitalis(bila ada indikasi),diazepam (bila ada indikasi).
KOMPLIKASI/PENYULIT
-Osteonekrosis disabrik (Divers bone disease, Avascular necrosis of bone, Aseptic
bone necrosis, Bone necrosis, Bone rot, Caisson disease of bone)
-Keracunan Oksigen.
JENIS PELAYANAN
-5 hari (rawat inap)
Follow up : untuk mencegah delayed from of DCS (Dysabrik Osteonecrosis) dianjurkan :
-Screening x-ray 2-4 minggu setelah menderita penyakit dekompresi
-Penyelam beresiko tinggi dianjurka screening x-ray interval 5 tahun.
TENAGA
Perawat, Dokter Umum, Dokter Spesialis
LAMA PERAWATAN
5 hari
PROGNOSIS
Tergantung cepatnya mendapat terapi OHB
Sembuh sempurna
Cacat Fisik
Meninggal
KESADARAN MENURUN DAN COMA
ICD R40
DEFINISI
Sadar: disebut sadar bila sadar akan diri dan lingkungannya
Gangguan kesadaran: ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan sekitarnya.
Ketidakmampuan:
Ringan berat: ada derajat/tahapan
Obtundity
Stupor
Semi koma
Koma
Obtundity: dalam keadaan ingin tidur, baru terbangun dan mengikuti perintah bila ada
rangsangan
Stupor:
Penderita tidur terus
Ada gerakan spontan
Ada respon dengan rangsang
Dengan rangsang berurutan ada waktu bebas respon
Semi koma: hanya dengan rangsang sakit ada respon
Koma: tak ada respon dengan rangsang nyeri
ETIOLOGI
I. Lesi Struktural
a. Lesi supratentorial:
Radang
Trauma
SOP: stroke, tumor, abses serebri
Status konvulsivus/epilepsi
b. Lesi infratentorial
Radang
Trauma
SOP: stroke, tumor, abses serebri
II. Non-Struktural/Metabolik
a. Primer
1. Penyakit pada substansia grisea: Pick’s disease, Alzhaimer’s disease
2. Penyakit pada substansia alba: Leukosistropi
b. Sekunder
Hipoksi penurunan kadar dan tekanan oksigen darah, penyakit paru-paru,
penurunan tekanan atmosfir oksigen
Iskemia:
Penurunan CBF karena cardiac output menurun: cardiac arrest, aritmia kordis, Adam
Stokes Syndrom, infark miokard, gagal jantung kongestif.
Penurunan CBF karena tahanan perifer dalamn sirkulasi sistemik menurun:
Sinkop, ortostatik hipotensi, vasofagal refleks.
Penurunan CBF karena peningkatan tahanan vaskuler:
Ensefalopati hipertensi, sindroma hiperventilasi, polisitemia, hipo/hiperkalemia.
KRITERIA DIAGNOSTIK
Anamnesis/Alloanamnesis
1. Riwayat penyakit sebelumnya: hipertensi, diabetes, gagal ginjal, gangguan fungsi
hati, pengguna obat-obat narkotik
2. Keluhan sebelum terjadi gangguan kesadaran: nyeri kepala, muntah-muntah
3. Menggunakan obat-obatan sebelum terjadi gangguan kesadaran: obat diabet, narkotik
Pemeriksaan Neurologi
Pemeriksaan neurologi umum: tanda-tanda rangsang meningeal, pemeriksaan
motorik, pemeriksaan fungsi luhur, pemeriksaan nervi kranialis
Pemeriksaan Glassgow Coma Scale: pemeriksaan yang bersifat kuantitatif dan
kualitatif pada gangguan kesadaran
Pemeriksaan untuk mengetahui fungsi batak otak meliputi:
a. Gerakan bola mata
b. Refleks kornea
c. Refleks mata bonek/refleks kalori
d. Refleks pupil terhadap cahaya
e. Refleks muntah/batuk
Pola pernapasan: hubungan pola pernapasan dengan letak lesi
a. Eupnea: diencephalons atas
b. Chene stokes: lesi di diencephalons bawah
c. Hiperventilasi neurogenik sentral lesi di mesencephalon
d. Ataxic breathing: lesi di pons
e. Apneutic breathing: lesi di pons bawah/medulla oblongata
f. Apnea: lesi di medulla oblongata
Pupil: hubungan reaksi pupil terhadap letak lesi:
a. Pupil kecil reaktif terhadap cahaya: korteksi/disencephalons
b. Pupil besar normal: di tengah mesencephalons
c. Pupil kecil: di tengah pons
d. Pupil sedikit melebar: di tengah tectum
e. Isokor:
Pint point: lesi pons, overdosis morphin
Kecil reaktif: ensefalopati metabolik
Sedang reaktif: ensefalopati metabolik, tidak reaktif terhadap cahaya, lesi
thalamus
Besar/midriasis: antidepressan, ekstasi, cholinesterase inhibitor
f. Anisokor:
Besar/tidak reaktif: parese N. III
Kecil reaktif: Horner Syndrome
Kedudukan bola mata: hubungan kedudukan bola mata dengan letak lesi
a. Deviasi conjugae: lesi di hemispherium serebri besar
b. Strabismus konvergen dan pupil kecil: thalamus
c. Pupil kecil di tengah: lesi di pons
d. Pupil besar di tengah kesulitan melihat ke samping: lesi di cerebellum
e. Pupil anisokor refleks cahaya (-): herniasi tentorial
Refleks sephalic batang otak, termasuk di sini adalah:
a. Refleks pupil
b. Doll’s eye moement
c. Oculo auditory refleks
d. Oculo vestibulo refleks
e. Refleks kornea
f. Refleks muntah
Reaksi Motorik
a. Reaksi abduksi dan fleksi terhadap rangsangan nyeri, lesi pada hemispherium
cerebri
b. Reaksi abduksi dan ekstensi terhadap rangsang nyeri, lesi pada batang otak
c. Postur dekortikasi/hiperekstensi ekstremitas bawah dan fleksi ekstremitas atas, lesi
di korteksi cerebri.
d. Postur Deserebrasi hiperekstensi ektremitas atas dan bawah, lesi di batang otak.
Observasi umum lainnya
Ada gerakan automatisme seperti menguap,membasahi bibir, berarti fungsi otak masih
baik.
Ada gerakan mioklonik jerk berarti ada lesi hemispherium cerebri yang di infuse.
DIAGNOSIS BANDING
1. Tidur : Keadaan non patologis dimana ada penurunan kesadaran yang dengan mudah
dibangunkan
2. Akinetik mutisme : Penderita dalam keadaan bangun, mata terbuka tapi sangat lamban
berespon terhadap pertanyaan yang di ajukan.
3. Sindroma locked-in : Penderita dengan mata terbuka/sadar dengan komunikasi
terganggu , ada sedikit gerakan terutama gerakan mata melirik keatas, kebawah.
4. Status katatonik : sadar penuh fungsi motorik normal tapi tidak bisa berkomunikasi
dengan baik.
TATALAKSANA
Gangguan kesadaran sampai koma adalah keadaan darurat medis, untuk itu perlu penanganan
yang cepat, tepat dan akurat mulai dari ruang unit gawat darurat sampai ke ruang perawatan
intensif. Penanganan terbagi atas dua besar yaitu:
A. Supportif
Penderita kesadaran menurun di lihat /di nilai
-Jalan nafas
-Pernafasan
-Tekanan Darah
-Cairan tubuh (asam basa elektrolit)
-Posisi tubuh
-Pasang Nasogastric tube
-Katheter Urine
1. Jalan nafas
Dilihat:
-Agitasi : Kesan hipoksemia
-Gerakan nafas : dada
-Retraksi sel iga, dinding perut, subcosta clavikula
Didengar suara tambahan berupa dengkuran, kumuran, siulan : ada sumbatan.
Diraba :
-getaran ekspirasi
-getaran dileher
-fraktur mandibuler
Pola pernafasan
Lesi sentral : Pola nafas
-aupnea
-cheyne stoke
-Sentral neurogenik Hiperventilasi
-Apnea
Lesi Perifer
-Nafas intercostal
-Nafas diafragma (dinding perut)
Diusahakan:
Hemodinamik stabil (tidak naik turun)
Kondisi tensi normal
Dihindari: hipertensi/meninggi, syok
Jenis Syok:
Hipovolemik
Kardiogenik
Sepsis
Penimbunan vena perifer (polling)
3. Cairan Tubuh
Cegah hidrasi berlebihan
Cairan hipotonik, hipoprotein dan lama pakai ventilator mudah terjadi hidrasi
Tekanan osmotik dipertahankan dengan albumin
Hindari hiponatrermia
6. Posisi
Hindari posisi Trendelemberg
Posisi kepala 30 derajat lebih tinggi
Pada koma yang lama hindari:
dekubitus: sering alih posisi
Vena dalam thrombosis: pakai stocking
7. Katheter Urine
Untuk memudahkan penghitungan balans cairan
Mencegah kebocoran urin
Berguna pada gangguan kencing
B. Terapi Kausatif/Spesifik
1. Gangguan kesadaran dengan kaku kuduk dengan panas yang mulai beberapa hari
sebelumnya sangat mungkin primer infeksi (meningitis, ensefalitis) di otak bila
gangguan kesadaran tanpa kaku kuduk sangat mungkin primer infeksi bukan di otak.
2. Gangguan kesadaran dengan kaku kuduk tanpa panas sangat mungkin perdarahan
subaraknoid
3. Gangguan kesadaran dengan didapatkan gangguan neurologis fokal (hemiparesis,
heminervikranial palsy) penyebabnya lesi intrakranial.
4. Gangguan kesadaran disertai tanda-tanda tekanan intrakranial meninggi: (muntah-
muntah proyektil, parese N.III, kaku kuduk, penglihatan kabur secepatnya diberi
manitol, dexamethason, dibuat hiperventilasi.
5. Gangguan kesadaran tanpa disertai kaku kuduk dan/atau gejala neurologis fokal,
bradikardi sangat mungkin penyebabnya metabolik
6. Gangguan kesadaran dengan tanda herniasi intrakranial (anisokor, isokor
miosis/midriasis dengan tetraparesis) termasuk gawat darurat secepatnya perlu
tindakan.
7. Gangguan kesadaran dengan penyebab yang sudah jelas, dapat diterapi spesifik untuk
penyebab:
Hipoglikemi: glukosa
Overdosis opiat: nalokson
Overdosis benzodiazepin: flumazenil
Wernicke ensephalopaty: thiamin
PENYULIT
Tenaga kurang profesional
Perawatan kurang lengkap
Ruang perawatan intensif belum memadai
KONSULTASI
Bagian Bedah Saraf
Bagian Penyakit Dalam
Bagian Anestesi
Bagian Kardiologi
Bagian Pulmologi
TENAGA
Perawat, Dokter Umum, Dokter Spesialis saraf
JENIS PELAYANAN
Jenis pelayanan termasuk keadaan darurat neurologis perlu tindakan cepat, tepat, dan akurat,
dan perlu dirawat di ruang pelayanan intensif.
LAMA PERAWATAN
1-5 hari
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis:
Kelemahan ascenden dan simetris
Anggota gerak bawah terjadi lebih dulu dari anggota gerak atas. Kelemahan otot
proksimal lebih dulu terjadi dari otot distal kelemahan otot trunkal, bulbar, dan otot
pernafasan juga terjadi.
Kelemahan terjadi akut dan progresif bisa ringan sampai tetraplegia dan gangguan
nafas.
Puncak deficit dicapai 4 minggu.
Recovery biasanya dimulai 2-4 minggu
Gangguan sensorik biasanya ringan
Gangguan sensorik bisa parasthesi, baal atau sensasi sejenis
Gangguan N. cranialis bisa terjadi: facial drop, diplopia, disartria, disfagia
Banyak pasien mengeluh nyeri punggung dan tungkai
Gangguan otonom dari takikardia, bradikardia, flushing paroxysmal, hipertensi
ortostastik, dan anhidrosis.
Retensio urin dan ileus paralitik
Gangguan pernafasan:
Dyspnoe
Nafas pendek
Sulit menelan
Bicara serak
Gagal nafas
Pemeriksaan Fisik:
Kelemahan N. cranialis VII, VI, III, V, IX, X
Kelemahan ekstremitas bawah, ascenden, asimetris upper extremitas, facial
Reflex: absen atau hiporefleksi
Refleks patologis –
Penunjang:
Laboratorium:
LCS:
Disosiasi sitoalbumin
Pada fase akut terjadi peningkatan protein LCS > 0,55 g/l, tanpa peningkatan
dari sel < 10 lymposit/mm3
Hitung jenis dan panel metabolik tidak begitu bernilai
Peningkatan titer dari agent seperti CMV, EBV/micoplasma membantu
penegakan etiologi. Untuk manfaat epidemiologi
Antibodi glycolipid
Antibodi GMI
Ro: CT/MRI untuk mengeksklusi diagnosis lain seperti mielopati
EMG
DIAGNOSIS BANDING
Polineuropati terutama karena defisiensi metabolik
Tetraparesis penyebab lain
Hipokalemia
Miasthenia gravis
TATALAKSANA
Tidak ada drug of choice
Waspadai memburuknya perjalanan klinis dan gangguan pernafasan
Bila ada gangguan pernafasan rawat ICU
Roborantia saraf parenteral
Perlu NGT bila kesulitan mengunyah/menelan
Kortikosteroid masih controversial, bila terjadi paralisis otot berat maka perlu
kortkosteroid dosis tinggi
Plasmafaresis beberapa pasien memberi manfaat yang besar terutama kasus akut
Plasma 200-250 ml/kgBB dalam 4-6x pemberian sehingga waktu sehari diganti cairan
kombinasi garam +5% albumin
Imunoglobulin intravena (expert consensus): IVIG direkomendasikan untuk terapi
GBS 0,4 g/kgBB/tiap hari untuk 5 hari berturut-turut ternyata sama efektifnya dengan
penggantian plasma. Expert consensus merekomendasikan IVIG sebagai pengobatan
GBS
PENYULIT
Gangguan otot pernafasan → respiratory failure
Konsultasi: IPD, anastesi, paru
Jenis pelayanan: Urgent & emergency
Lama perawatan: 2-4 minggu
MIASTENIA GRAVIS
ICD G 70.7
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis:
Kelemahan/kelumpuhan otot yang tidak berhubungan dengan kelemahan secara umum.
2/3 pasien: Gangguan gerak bola mata, ptosis, diplopia
1/6 pasien: Kelemahan otot farings, kesulitan mengunyah, menelan, dan berbicara
10%:
- Kelemahan ekstremitas
- Kelemahan otot ringan pagi hari dan memberat jika siang, seiring aktivitas
- Kelemahan bersifat progresif
- Setelah 15-20 tahun kelumpuhan menetap
- Faktor yang memperparah gejala:
Emosi, infeksi viral, hypothyreodenasi, kehamilan, panas, obat transmisi
neuromuscular
- Pemeriksaan pita suara
Penunjang:
Laboratorium:
- Pemeriksaan edrophonium chloride (Tensilon)
- Antibodi terhadap acetylcholine receptor (AchR)
Penunjang:
1. Repetitive Nerve Stimulation
2. Simple filter EMG
Gold standard : -
Radiologis :-
DIAGNOSIS BANDING
- Histeria
- Multiple Sclerosis
- Symptomatic myasthenia
- Syndroma moebius
- Cholinergic crisis
TATALAKSANA
- Cholinesterase (CHE) inhibitor menurunkan hidrolisis enzim Ach, pada sinap
cholinergic ChE, kemungkinan menyembuhkan pasien miastenia gravis lebih besar dari
yang lain. Pyrido stigmunobromide (Mestinon) dan Neustigramin Bromide (Prostigmin).
Tidak ada penetapan dosis tertentu, kebutuhan CHE inhibitor sangat bervariatif
- Thymectomy: Pasien MG dianjurkan thymectomy. Respon yang diharapkan muncul 2-5
tahun post op. Thymectomy pada usia > 60 tahun jarang menunjukkan kesembuhan
- Kortikosteroid: Prednison 1,5-2 mg/kgBB
MULTIPLE SKLEROSIS
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis:
- Gejala dan tanda obyektif penyakit tersebar
- Memiliki fase remisi dan eksaserbasi
- Neuritis optic, neuritis retrobulbar
- Skotoma sentral, kepucatan fundus bitemporal, strabismus
- Hilangnya reflex kulit dan abdomen
- Meningginya reflex fisiologi pada tungkai
- Tanda-tanda spastisitas, klonus dan Babinsky sign
- Tremor nistagmus, ataksia
- Gangguan bicara
- Kelainan emosional
Penunjang:
Laboratorium
LCS: LP harus dikerjakan pada setiap pasien yang dicurigai MS
Jumlah sel: Limfositosis pleiositik (>5 sel per mm3) umumnya sel mononuclear jarang
polimorfonuklear. Semakin awal diperiksa semakin tinggi jumlah sel
Kadar protein: dengan sistem pandy positif, kwantitatif kadar gamma globulin meningkat
Fundus: kepucatan fundus bitemporal
EEG: Pemeriksaan EEG tidak menunjukkan kelainan spesifik
Elektro okulo/nistagmograf: mendeteksi nistagmus yang tidak terlihat mata telanjang
Bila CT scan: Positif pada MS bila lesi ½-2 cm
MRI
DIAGNOSIS BANDING
- Hereditary ataxic
- Familial spastic paraplegia
- Vit. B12 deficiency
- Tropical spastic paralysis
- SLE
- Sjogren syndrome
- Bekcet disease
- Acute disseminated encephalomalasia
- Lyme disease
- Adreno leukodistrophy
TATALAKSANA
Kortikosteroid kontinyu sebagai standar pengobatan
- Stabilisasi Blood Brain Barrier
- Mengurani inflamasi dan oedem
- Meningkatkan nerve conduction
- Menghambat sistem imun
INF ↓, IL2 ↓, Antibody immunosupresan, NK cell ↓
AMYOTROPIC LATERAL SCLEROSIS
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis: Progressive
Kelemahan otot asimetrik, atrofi otot, fasikulasi, hiperrefleksia. Ekstremitas bawah gejala
awal kram, kaku bila berjalan/lari. Ekstremitas atas kesulitan beraktivitas mengancing baju,
mengangkat benda ringan, bicara parau atau penurunan volume fasikulasi anggota gerak dan
lidah, nyeri sendi, gangguan menelan siallorhea (salvias berlebih)
Ketakutan, kecemasan, dan depresi. Gangguan emosi berlebih, tertawa, dan menangis
bergantian, kakhexia yang sulit dijelaskan, atrofi otot atau faktor nutrisi.
Diagnosis:
Atrofi, faikulasi, kelemahan progresif, hiperrefleksia.
Pemeriksaan perlu diulang-ulang untuk membuktikan perkembangan hiperrefleksia,
fasikulasi, dan keterlibatan upper & lower motor neuron
Laboratorium
- Tidak ada tes yang pathognomonic
- Serum protein, logam berat pada tiroid dan paratiroid
- High titer antiCN, antibodies
Radiologi: Myelogram of Cervical Spine
Golden Standard: ENMG
DIAGNOSIS BANDING
- Spinal cord lesion
- Spinal bone lesion
- Infection
- Gg. Endokrin
- Toksin
- Post-polio Syndrome, Huntington disease, Freiderich Ataxia, Multiple Sclerosis,
Polimyositis, Myasthenia gravis, Muscular Distrophy
TATALAKSANA
Medikamentosa
- Simptomatik
Spastisitas dikurangi dengan Baclofen (Lioneral) 10-25 gram 3x sehari Valium 2-15
mg 3x1
Diazepam, Dextrolena (Dentrium) 50-100 gram 4x sehari
- Pain
NSAID & antikonvulsi
Karbamazepin 200 g 3x1
Amytriptilin 50-150 malam
- Obat terbaru untuk ALS
Riluzole (Rilutek): terbukti menurunkan pelepasan glutamate 100 mg/hari
Adverse reaction: Asthenia, nausea, dizziness, elevation of liver enzyme,
granulocytopenia
- Supportive teraphy (Fisioterapi)
Terapi fisik dimulai awal, exercise meningkatkan kekuatan, range of motion
dan endurance
Diatermi, massage, TENS
Terapi okupasi
Terapi bicara
VERTIGO
Definisi
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atas rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya
dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan otonomik yang disebabkan oleh
gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit.
Klasifikasi:
Vestibulogenik:
a. Primer: motion sickness, benign positional paroxysmal vertigo, Meniere disease,
neuronitisvestibuler, drug-induced
b. Sekunder: migren vertebrobasiler, insufisiensi vertebrobasiler, neuroma akustik.
Nonvestibuler: Gangguan serebellar, hiperventilasu, psikogenik, dll.
KRITERIA DIAGNOSIS
Vertigo merupakan suatu sindroma atau kumpulan gejala subjektif (symptoms) dan objektif
(signs) dari gangguan alat keseimbangan tubuh.
Gejala subjektif
Pusing, rasa kepala ringan
Rasa terapung, terayun
Mual
Gejala objektif
Keringat dingin
Pucat
Muntah
Sempoyongan waktu berdiri atau berjalan
Nistagmus
Gejala tersebut di atas dapat diperhebat/diprovokasi perubahan posisi kepala.
Dapat disertai gejala berikut:
Kelainan THT
Kelainan Mata
Kelainan Saraf
Kelainan Kardiovaskular
Kelainan Penyakit Dalam lainnya
Kelainan Psikis
Konsumsi obat-obat ototoksik
A. Anamnesis
Bentuk vertigo: melayang, goyang berputar, dsb.
Keadaan yang memprovokasi: perubahan posis kepala dan tubuh, keletihan,
ketegangan.
Profil waktu: Akut, paroksismal, kronik.
Adanya gangguan pendengaran yang menyertai.
Penggunaan obat-obatan misalnya streptomisin, kanamisin, salisilat.
Adanya penyakit sistemik seperti anemia, penyakit jantung, hipertensi,
hipotensi, penyakit paru.
Adanya nyeri kepala.
Adanya kelemahan anggota gerak.
B. Pemeriksaan fisik
Umum: Keadaan umum, anemia, tekanan darah berbaring dan tegak, nadi, jantung,
paru, abdomen.
Pemeriksaan neurologis umum:
Kesadaran
Saraf-saraf otak: visus, kampus, okulomotor, sensori di muka, otot wajah,
pendengaran, dan menelan.
C. Fungsi motorik (kelumpuhan ekstremitas) dam fungsi sensorik (hipestesi, parestesi)
Pemeriksaan khusus oto-neurologis untuk menentukan lesi sentral dan perifer.
Fungsi vestibuler/serebelar
1. Tes Nylen Barany atau Dix Hallpike
2. Tes kalori
3. Tes Romberg, tandem gait, past pointing test, tes Fukuda dll.
Fungsi pendengaran
1. Tes Garputala
2. Audiometri
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium: darah rutin, kimia darah, urin, dan pemeriksaaan
lain sesuai indikasi.
Pemeriksaan Radiologi: Foto tulang tengkorak leher, Stensvers (pada
neurinoma akustik).
Pemeriksaan neurofisiologi: elektroensefalografi (EEG), elektromiografi
(EMG).
Pemeriksaan Neuro-imaging: CT-scan kepala, pneumoensefalografi,
Transcranial Doppler.
TATALAKSANA
Terapi kausal: sesuai dengan penyebab
Terapi simptomatik:
Pengobatan simptomatik vertigo:
Ca-entry blocker (mengurangi aktivitas eksitatori SSP dengan menekan
pelepasan glutamate, menekan aktivitas NMDA spesial channel, bekerja
langsung sebagai depressor labirin): Flunarisin (Sibelium) 3x 5-10 mg/hr
Antihistamin (efek antikolinergik dan merangsang inhibitory-monoaminergik
dengan akibat inhibisi n.vestibularis): Cinnarizine 3x25 mg/hr, Dimenhidrinat
(Dramamine) 3x50 mg/hr.
Histaminik(inhibisi neuron polisinaptik pada n. verstibularis lateralis):
Betahistine (Merislon) 3x8 mg
Fenotiazine (pada kemoreseptortrigger zone dan pusat muntah di medulla
oblongata): Chlorpromazine (largaktil): 3x25 mg/hr
Benzodiazepine (Diazepam menurunkan resting activity neuron pada n.
vestibularis) 3x2-5 mg/hr
Antiepileptik: Carbamazepine (Tegretol) 3x200 mg/hr, Fenotoin (Dilantin)
3x100 mg (bila ada tanda kelainan epilepsy dan kelainan EEG)
Campuran obat-obat di atas
Pengobatan simptomatik otonom (mis.muntah):
Metoclopramide (Primperan, Raclonid) 3x10 mg/hr
Terapi rehabilitasi
Latihan visual-vestibular, Metode Brandt-Daroff, Gait exercise.
PENYULIT
Dehidrasi
Gangguan elektrolit
KONSULTASI
THT dan unit pelayanan lain yang terkait sesuai indikasi.
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
Rawat inap, terutama bila disertai muntah hebat
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Minimal 1 minggu
PROGNOSIS
Tergantung penyebab
HIPERSOMNIA
INSUFFICIENT SLEEP ( Sleep Restriction/Deprivation )
KRITERIA DIAGNOSIS
A. Klinis :
1. Adanya pembatasan jumlah waktu tidur dalam sehari kurang dari 7 jam (6 jam
atau kurang).
2. Mengantuk di siang harinya disertai perubahan mood dan psikomotor.
B. Laboratorium :
Tidak diperlukan
C. Radiologis :
Tidak diperlukan
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Hipersomnia sebab lain
TATA LAKSANA
A. Non Medikamentosa:
Meningkatkan waktu tidur total sampai 8 jam atau lebih.
Kadang kadang dibutuhkan perubahan pola hidup dan pekerjaan.
B. Medikamentosa:
Cara non medikamentosa biasanya berhasil, tetapi bila diperlukan obat stimulant
jangka pendek (Methylphenidate, Ritalin 5 – 20 mg pagi dan atau siang hari)
PENYULIT
- Pembatas tidur parsial ( 4 – 6 jam per-malam), jangka pendek (kurang dari 2
minggu) menyebabkan perubahan mood dan psikomotor serta perubahan endoktrin
seperti peningkatan kadar kortisol dan resistensi insulin yang ringan.
- Pembatasan tidur parsial yang kronis menyebabkan peningkatan angka kematian
karena penyakit jantung dan kematian pada umumnya.
KONSULTASI
Bagian Saraf
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
TENAGA
Biasanya berlangsung jangka pendek, jarang kronis
PROGNOSIS
Baik bila diobati dengan benar
SEDATIN MEDICATION
(Hipersomnia karena obat Sedatif)
KRITERIA DIAGNOSIS
A. Klinis :
Adanya pemakaian obat-obat yang mempunyai efek sedatif seperti obat hiptonik, anti
psikotik (Chlorpromazine, Thioridazine), anti depresan golongan trisiklik
(amitriptyline, doxepine) anti konvulsan, anxiolytics (Benzodiazepine), anti histamine
(Chlorpheniramine, Dyphenhidramine), anti hipertensi (Alpha agonist, Alpha
blockers), melatonin, putus obat golongan amphetamine.
B. Laboratorium : -
C. Radiologis : -
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Hipersomnia sebab lain
TATA LAKSANA:
A. Non Meidkamentosa:
Menghentikan obat atau ganti dengan golongan lain yang kurang mempunyai efek
sedative
B. Medikamentosa :
Jika obat tidak dapat dihentikan dicoba dengan pemberian terapi stimulan antara lain
Methylphenidate (Ritalin) 5 – 80 mg dosis terbagi, Dextroamphetamine (Adderall) 5-
60 mg dosis terbagi, Modafinil (Provigil) 100 – 400 mg (sekali atau dua kali sehari).
PENYULIT
Gangguan mood dan psikimotor di siang hari
KONSULTASI
Bagian Saraf
JENIS PELAYANAN
Rawat Jalan
TENAGA
Spesialis saraf atau Spesialis saraf Sleep Consultant
LAMA PERAWATAN
Segera sembuh dengan penghentian obat sedative.
PROGNOSIS
Baik
NARKOLEPSI
KRITERIA DIAGNOSIS
a. Klinis
1. Gejala biasanya mulai dekade ke-2 (umur 20 – 30 tahun), walaupun kadang terjadi
sebelum usia 10 tahun atau sesudah 50 tahun).
2. Ada 4 gambaran klasik (Classic tetrad) :
a. Hipersomnia : merupakan gejala utama yaitu mengantuk berlebihan pada siang
hari yng segera membaik dan kembali segar setelah tidur singkat kurang dari 30
menit.
b. Cataplexy : mendadak kehilangan tonus otot dan berlangsung sebentar khas terjadi
pada saat sedang emosi kuat, misalnya tertawa terbahak-bahak atau marah yang
berlebihan. Kelumpuhan dapat komplit atau aprisal yang biasanya disingkat (detik
– menit). Terjadi kira – kira 70% penderita narkolepsi.
c. Sleep paralysis (Jawa: tindihen) yaitu ketidakmampuan suatu bergerak atau bicara
yang terjadi awal (hipnagogic) atau akhir tidur (hipnopompic).
d. Hipnagogic hallucination yaitu halusinasi penglihatan atau pendengaran yang
muncul sebagai representasi mimpi dan terjadi segera pada awal tidur, kadang –
kadang terjadi pada saat bangun pagi (hipnopompic). Halusinasi dapat berupa
bayangan orang mengancam, binatang atau biasanya hantu/ monster disertai rasa
takut yang hebat dengan atau tanpa sleep paralisis.
3. Gejala penyerta:
a. Automatic behavior dan amnesia: yaitu saat penderita mengantuk dan berusaha
mengatasinya tiba – tiba muncul aktifitas yang terjadi dibawah alam sadar. Ia
dapat melanjutkan tugasnya dengan benar tetapi tidak dapat menjawab
pertanyaanyang komplek. Kadang keluar kata – kata yang tidak mengandung arti
dan tidak revelan dengan pembicaraan dan hal ini mengakhiri serangan disertai
amnesia terhadap apa yang diperbuat tadi. Serangan berlangsung beberapa detik
tetapi kadang sampai beberapa jam, biasanya saat mengerjakan aktivitas
menonton seperti mengendarai mobil, sehingga sering terjadi kecelakaan. Karena
itu kalau mengantuk sebaiknya berhenti dan tidur singkat (10 – 30 menit) sudah
bisa segar kembali. Dapat terjadi pada orang normal yang sangat mengantuk
seperti dokter yang praktek sampai jauh malam.
b. Disrupted sleep yaitu terbangun beberapa kali semalam.
c. Sleep apneu: 20% penderita laki - laki.
4. Polisomnografi menunjukkan 1 atau lebih sebab :
1. Sleep latency < 10 menit
2. REM sleep latency < 20 menit
3. MSLT yang menunjukkan rata rata sleep latency < 5 menit
4. Sleep-onset REM period (SOREM) < 15 menit, paling sedikit pada 2 dari 5
kesempatan tidur kecil selama rekaman Polysomnography.
5. HLA trapto type-DQB1 0602 dan DR2 positif ( terhadap pada 90-100% penderita
narklepsi tergantung ras-nya)
b. Laboratorium
Polisomnografi (PSG)
Khas : Pemendekan ‘sleep onset’ dan REM latency
Gangguan kerangka tidur, sering terbangun singkat.
Penting untuk menyingkirkan gangguan tidur yang daoat menyebabkan hipersomnia/
MSLT : rata-rata sleep latency <5 menit.
Khas : muncul sleep onset REM (SOREM) kurang dari 15 menit paling sedijit 2 dari
5 kesempatan tidur kecil.
Pada orang normal MSLT > 10 menit (8-10 menit masih dianggap abnormal).
Onset tidur adalah jangka waktu antara lampu dimatikan dan munculnya gambaran
tidur tahap pertama yaitu NREM.
Pergantian NREM dan REM rata-rata antara 60-90 menit. Dianggap normal bila REM
terjadi kurang dari 15 menit. Dianggap abnormal bila Rem terjadi < 15 menit
(SOREM)
c. Radiologis
Neuroimaging dilakukan terutama bila hipersomnia dan cataplexy mulai pada usia < 5
tahun atau sesudah usia 50 tahun.
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
1. DD NARKOLEPSI DENGAN CATAPLEXY
- Narkolepsi sekunder (symptomatic)
- Epilepsy
TATA LAKSANA
a. Medikamentosa
1. Obat stimulan
OBAT DOSIS (mg)
Methylphenidate 5-60 (dosis terbagi)
Methylphenidate-5R 20-60/hari
Dextroamphetamin 5-60/hari
Pemoline 75-150/hari
Modafline 100-400 (sekali atau 2 kali sehari)
2. Obat cataplexy
OBAT DOSIS (mg)
Clomipramine 25-75
Imipramine 75-150
Protryptiline 15-20
Fluoxetin 20-10
Paroxetine 20-40
Sertaline 50-200
Venlafaxine 75-150
Sodium oxybate 3-9 (dosis terbagi pada malam hari)
b. Non Medikamentosa
1. Informasi
Narkolepsi adalah ‘kelainan/penyakit’ seumur hidup. Pasien harus mendapat
informasi yang adekuat tentang penyakitnya.
Akan lebih baik lagi apabila informasi disampaikan kepada anggota keluarga,
teman, guru, dokter keluarga, dll yang berhubungan dekat dengan penderita.
Beberapa penderita sangat tertolong apabila berkomunikasi sesama penderita.
2. Tidur malam dan tidur siang sebentar
Tidur malam yang cukup, dilakukan pada jam yang teratur untuk mencegah
terjadinya ngantuk siang hari.
Tidur siang yang terencana atau tidur singkat di siang hari untuk megurangi
hipersomnia.
3. Pendidikan dan Pekerjaan
Meskipun narkolepsi tidak mengganggu intelektualitas, hipersomnia dapat
mengganggu konsentrasi dan penampilan di sekolah dan tempat bekerja.
Guru harus diberi informasi tentang keadaan penderita sehingga kesulitan anak-
anak penderita narkolepsi dapat dilakukan pendekatan denan simpatik, diberi
jadwal aktifitas yang sesuai dan dapat tidur siang sejenak apabila memungkinkan.
Pasien memilih pekerjaan tertenttu sehingga terhindar dari bahaya untuk pasien
maupun orang lain.
Diperlukan aturan hukum yang relevan untuk penderita narkolepsi misalnya dalam
hal mengemudi kendaraan bermotor.
4. Terapi psikologis
Keluhan psikologis, terutama depresi sering terjadi pada narkolepsi sehingga perlu
diberi support psikologis.
PENYULIT
-
KONSULTASI
- Untuk Diagnosa Awal : Dokter Spesialis Saraf
- Terapi Psikologis Awal : Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa
- Kondisi tidak membaik/memburuk : Dokter Spesialis Saraf
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
TENAGA
Untuk pelaksanaan lanjutan : - Dokter Umum atau Dokter Spesialis Saraf
LAMA PERAWATAN
Untuk mengikuti perkembangan : kontrol secara berkala seumur hidup
PROGNOSIS:
- Penyakit seumur hiduo, sulit disembuhkan
- Kadang-kadang pada beberapa kasus serangan cataplexia dapat menurun
- Dapat disertai gangguan tidur yang lain seperti OSA, PLMS, dan REM Sleep/Behaviour
Disease
KRITERIA DIAGNOSIS
a. Klinis
1. Hipersomnia dan episode tidur malam yang memanjang, sulit bangun dari tidur
2. Tidur kecil-kecil di siang hari yang tidak membuat segar kembali.
3. Kesulitan bangun dari tidur
4. Tidak ada manifestasi dan fenomena REM abnormal.
b. Laboratorium
PSG : yang khas menunjukkan tidur yang memanjang dan efisinsi tidur yang tinggi
dengan proprosi stadium tidur yang normal
MSLT: pemendekan sleep latency (< 10 menit, tetapi lebih lama dari narkolepsi)
tanpa ada periode SOREM.
Sulit dibedakan dengan narkolepsi tanpa cataplexy
c. Radiologis
d. Gold Standard: PSG dan MSLT
e. Patologi Anatomi: -
DIFFERENSIAL DIAGNOSIS
Narkolepsi tanpa cataplexy
TATALAKSANA
a. Non Medikamentosa
Sulit diobati dengan hasil memuaskan
Modifikasi gaya hidup, membatasi pembatasan tidur, dan hygiene tidur yang baik
Tidur kecil-kecilan biasanya tidak berhasil (tidak seperti narkolepsi)
b. Medikamentosa
Modafinil adalah terapi awal pilihan
Bila perlu dapat ditambah amphetamine dan methylphenidate
Kombinasi obat long dan short acting sering memberikan efek terbaik
PENYULIT
-
KONSULTASI
Bagian Saraf
JENIS PELAYANAN
Rawat Jalan
TENAGA
Spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Seumur hidup
PROGNOSIS
Tidak bisa sembuh
KRITERIA DIAGNOSIS
A. Klinis:
- Sering asimtomatik
- Bila berat dan sering timbul, maka gejala kliniknya adalah sebagai berikut
Suara ngorok
Gelisah selama tidur dengan gerakan-gerakan jerky, melompat, dan lain-lain
Sering terbangun dari tidur
Simtom lain selama tidur antara lain nokturia, gastroesophageal reflux, keringat
berlebihan, angina pektoris
Mengantuk berat pada siang hari,
Gangguan kognitif
Sakit kepala di frontal, nyeri tenggorok, penurunan libido, impotensi
B. Laboratorium:
- Pemeriksaan fungsi tiroid, bila ada kecurigaan hipotiroid
- Blood gas analisa
- Kadar hemoglobin
- Pemeriksaan elektrokardiografi dan ekokardiografi
- Foto polos dada/toraks
- Peneriksaan Respiratory Function Test dan Polysomnography
DIFFERENSIAL DIAGNOSIS
UARS (Upper Airway Resistance Syndrome)
TATALAKSANA
- Menghilangkan simtom dan memperbaiki kualitas hidup
- Mengurangi faktor-faktor resiko kejadian fatal
- Mencegah komplikasi hipertensi, infark miokard, stroke, mati mendadak
PENYULIT
-
KONSULTASI
Bagian Saraf, THT, Paru, Bedah Head and Neck
JENIS PELAYANAN
Rawat Jalan
TENAGA
Spesialis saraf, THT
LAMA PERAWATAN
Jangka panjang dan cenderung seumur hidup
PROGNOSIS
OSA dapat disetai dengan peningkatan resikohipertensi, kecelakaan mobil dan penurunan
kualitas hidup.
Berhubungan secara independen dengan penyakit kardiovaskuler (IMA, CHF) dan Stroke)
SNORING (NGOROK)
KRITERIA DIAGNOSIS
a. Klinis
- Suara gaduh/riuh timbul waktu tidur, saat inspirasi
- Ngorok biasanya timbul secara eguler, jika terputus-putus kemungkinan OSA atau
UARS
- Daytime sleepiness
- Mengganggu pasangan tidur
b. Laboratorium:
c. Radiologis:
- Foto X-ray lateral cephalometry, CT scan dan MRI ini semua untuk emnilai bentuk
dan ukuran saluran nafas bagian atas dan level obstruksinya
- Endoskopi/nasoendoskopi dilakukan dalam keadaan bangun dan tidur
TATALAKSANA
- Tujuannya membuat pasangan tidurnya dapat tidur dengan nyenyak
- Sebaiknya pasangan/partner disarankan tidur lebih dahulu daripada penderita
- Untuk penderita pemasangan mandibular advancement device cukup efektif jika snoring
semakin memburuk pada posisi supine
- Dilakukan tindakan pada Upper Airway Surgery:
o Nasal surgery
o Palatal Surgery
o Tonsilectomy/Adenoidectomy
o Linguoplasty
o Excision of Obstructive mass dan orthognatic surgery
PENYULIT
-
KONSULTASI
Bagian saraf, THT, Bedah Head and Neck Bedah Gigi dan Mulut
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan dan rawat inap bila memerlukan tindakan operasi
TENAGA
Spesialis Saraf, THT, Bedah Gigi dan Mulut, Paru
LAMA PERAWATAN
Jangka panjang
PROGNOSIS
Ngorol biasa tidak mempunyai efek yang berat
INSOMNIA
Insomnia akut adalah kesulitan tidur yang dialami < 3 minggu, bersifat temporer dipicu oleh
kecemasan terhadap sesuatu yang diketahui oleh penderita.
KRITERIA DIAGNOSIS
A. Anamnesa:
1. Riwayat kurang tidurm sering terbangun terutama bila ambang emosinya turun
2. Dipengaruhi oleh hal-hal sebgai berikut:
a. Lingkungan tidur yang kurang nyaman seperti suata suara keras, cahaya yang
terlalu terang, gerakan dan suara mendengkur dari teman tidurnya
b. Situasi stress misalnya saat akan menghadapi ujian, memikirkan kondisi kerja yang
tak nyaman, menderita sakit atau nyeri.
c. Higiene tidur yang jelek misalnya: sering minum kopi, alkohol terutama oada
malam hari, pemakaian obat-obat stimulant
d. Sering kumat-kumatan
B. Pemeriksaan fisik biasanya normal, status psikiatri biasanya cemas/depresi
DIAGNOSA BANDING
1. Insomnia sekunder oleh karena gangguan psikiatrik
2. Insomnia sekunder oleh karena faktor organik
3. Insomnia primer
PENATALAKSANAAN
1. Perbaikan gaya hidup
2. Perubahan hygiene tidur yang optimal
Misalnya : - menghindari minum kopi dan alkohol
- menghindari obat-obat stimulan
- menghindari pemakaian diuretik pada malam hari
3. Terapi penyebab yang mendasari
4. Insomnia yang lebih dari beberapa hari dapat diobati dengan obat hipnotik sesuai indikasi:
a. DIS (Difficulty in Initiating Sleep)
Terapi :
-Triazolam
-Flunitrazepam
-Zoliplan
-Zolpidem
-Zopiclan
b. DMS (Difficulty in Monitoring Sleep)
Terapi:
-Temazepam
-Lormetazepam
-Oxazepam
-Zolpidem
-Zopiclan
c. EWM (Early Morning Awakening)
Terapi:
-Temazepam
-Lormetazepam
-Flunazepam
-Nitrazepam
d. EWM+Anxiety
Terapi:
-Nitrazepam
-Diazepam
-Clonazepam
-Clorazepate
-Oxazepam
PENYULIT
Insomia Kronis
KONSULTASI
Bagian Saraf dan Psikiatri
JENIS PELAYANAN
Rawat Jalan
TENAGA
Speseialis Saraf dan Psikiatri
LAMA PERAWATAN
berlangsung sebentar
PROGNOSIS
Biasanya berlangsung tidak lama tapi bila berulang-ulang dapat menyebabkan insomnia
kronis (insomnia kondisional)
ALGORITMA PENATALAKSANAAN
If Insomnia persist
Revised of Diagnosis
Effective Ineffective
DIAGNOSIS BANDING
-
PENATALAKSAAN
A. Medikamentosa : long acting benzodiazepine
B. Tindakan :-
PENYULIT
- Depresi
- Percobaan bunuh diri
KONSULTASI
Bagian Neurologi dan Psikiatri
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
TENAGA
Spesialis Saraf, Spesialis Kesehatan Jiwa
PROGNOSIS
Biasanya membaik dengan pengobatan gangguan psikiatrinya
LAMA PERAWATAN
Tidak lama
GANGGUAN DEPRESI
KRITERIA DIAGNOSIS
a. Anamnesis : Kesulitan tidur terjadi pada awal stadium depresi terutama pada awal
tidur, sering terbangun malam hari, bangun terelalu dini, mimpi buruk, tidur tak
nyenyak berlangsung tiap hari.
b. Pemeriksaan fisik: Depresi
c. Polysomnografi
- Pada pubertas : Normal
- Pada dewasa muda : Abnormal ringan
- Pada usia lanjut :
o TST 1 & 2 NREM Sleep
o Awakening 3 & 4 N REM Sleep
o EWM (+) REM Sleep Latency
o Sleep Latency REM Sleep , Daytime nap +
DIAGNOSA BANDING
Demensia
TATALAKSANA
A. Medikamentosa
- Anti depressant Trisiklik
- SSRIs
- MAOIs
B. Tindakan
- Light therapy
PENYULIT
Percobaan bunuh diri
KONSULTASI
Bagian Kesehatan Jiwa
JENIS PELAYANAN
Rawat Jalan
TENAGA
Spesialis Saraf dan Spesialis Kesehatan Jiwa
LAMA PERAWATAN
Bervariasi
PROGNOSIS
Baik
INSOMNIA PRIMER
PSYCHOPHYSIOLOGICAL INSOMNIA (CONDITIONED INSOMNIA)
KRITERIA DIAGNOSIS
a. Anamnesis:
b. Pemeriksaan Fisik: tension headache & dizziness
c. Polysomnografi:
- TST
- SL
- 1 & 2 REM
- Alpha intrusion (+)
- Awakening
- Multiple sleep latency : Normal
DIAGNOSIS BANDING
1. Gangguan osikiatrik
2. Circadian rhythm disorders
3. Poor Sleep Hyguene
4. Anxiety Sattes
5. Chronic Fatigue Syndrome
6. Fibromyalgia
TATALAKSANA
Hypnotic therapy
Perbaikan sleep hygiene
Terapi tingkah laku
Relaksasi
Restriksi tidur
Kontrol rangsangan
PENYULIT
Insomnia Kronis
KONSULTASI
Bagian neurologi dan psikiatri
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
TENAGA
Spesialis Saraf dan Jiwa
LAMA PERAWATAN
Bervariasi
PROGNOSIS
Baik
CHRONIC FATIGUE SYNDROM
KRITERIA DIAGNOSIS
a. Anamnesa : Sulit tidur/kurang tidur nyenyak dan kelelahan tiap hari yang
berlangsung 6 bulan. Lemas, gangguan konsentrasi dan memori.
b. Pemeriksaan fisik: nyeri pada seluruh otot
c. Polysomnografi:
TST ↓
SL ↑
1 dan 2 REM ?
RM ↑
Alpha intrusion
Awakening :?
DIAGNOSIS BANDING
1. Psychophysiological insomnia
2. Anxiety states
3. Fibromyalgia
TATALAKSANA
Anti depresan dan anti ansietas
Perbaikan sleep hygiene
Mengurangi cahaya saat tidur
Pembatasan gerak
Cognitive therapy
DIAGNOSIS BANDING
a. Short sleepers
b. DSPS
c. Psychophysiological insomnia
d. Malingering
TATALAKSANA
Anti depressant
Anti anxiety
b. Polysomnography
Delapan puluh persen mempunyai PLMS yaitu dorsofleksi ibu jari kaki dan kadang-
kadang fleksi lutut dan panggul yang ritmik (tiap 15-30 detik).
c. Laboratorium
Level ferritin menurun (normal > 40 mg/L)
DIAGNOSIS BANDING: -
TATALAKSANA
a. Dopaminergic agent, merupakan first line therapy dan sangat efektif pada RLS, dan PLMS
Pramipexol: dosis efektif 90,25-1 mg/hari diberikan tiga kali sehari) atau
Ropinirole (0,25-2 mg) dua jam sebelum onset gejala jam 18.00-20.00
L-dopa atau carbidopa (25/100-100/400 mg) diberikan satu jam sebelum onset atau
dapat diberikan tiap 4-6 jam.
Sering memerlukan tambahan obat sedative (seperti gabapentin, benzodiazepine,
trazodon) bila disertai insomnia.
b. Opioid dan gabapentin (second line agent)
c. Benzodiazepine (third line agent)
PENYULIT :-
PROGNOSIS:
a. Kebanyakan kasus adalah kronis dan sulit sembuh
b. RLS dan PMS merupakan prediksi mortality pada penderita dengan stadium akhir
penyakit ginjal.
PARASMONIA
Adalah gejala motorik atau pengalaman sensorik yang abnormal dan komplek yang
muncul waktu tidur
Lebih sering terjadi pada anak-anak (5-15%) dariapada dewasa (1%)
Biasanya jinak tapi kadang-kadang disertai luka trauma, rasa malu atau aspek legal.
b. Laboratorium:
Pada anak: tidak diperlukan karena biasanya jinak dan terbatas waktunya
Pada dewasa: onset baru dan serangan berulang, membutuhkan klinis dan
polysomnography
Pemeriksaan polysomnography ditemukan bagun singkat dari stadium 3-4 NREM pada
saar terjadinya sleep terror (biasanya pada 1-4 jam awal tidur), tetapi tidak mencatat
kejadian parasomnianya, karena itu rekaman video saat kejadian sangat penting
c. Radiologis: Tidak diperlukan
d. Gold standard: Tidak ada
e. Patologi Anatomi: Tidak diperlukan
DIAGNOSIS BANDING
1. Confusional arousal
2. Sleep walking
3. Sleep talking
4. Epilepsi
5. Episodic nocturnal wandering
6. REM Sleep behavior disorder
7. Nightmares
8. Nocturnal Panic attacks
9. Post traumatic stress disorder
TATALAKSANA
1. Perawatan umum
1.a. Reassurance dan penjelasan tentang penyakitnya. Hal ini cukup bila serangan
jarang
1.b. nasehat hygiene tidur, regulasi tidur-bangun yang cukup, hindari pembatasan tidur
1.c. Penjadualan bangun 15-30 menit sebelum biasanya terjadi sleep terror
1.d. Hindari perlukaan pada anak seperti pindahkan barang-barang yang mudah pecah
dan bila perlu kunci pintu dan jendela
1.e. Gali penyebab psikologis anxietas dan stress ang mungkin mencetuskan serangan
1.f. Terapi behavior penting pada penderita dewasa
2. Medikamentosa
2.1. Benzodiazepin (lorazepam 1-3 mg, clonazepam 0,5-2 mg, triazolam 1,125-0,25 mg
sebelum tidur) diindikasikan pada penderita dewasa bila sering terjadi serangan dan
disertai akibat yang membahayakan
2.2. Beta blockers seperti propanolol untuk mengurangi gejala-gejala autonom
PENYULIT
1. Gangguan tidur dan anxietas pada orang tuanya
2. Rasa malu untuk anak-anak
3. Dapat menyebabkan cedera pada anak-anak atau orang lain
PROGNOSIS:
Pada anak-anak biasanya intermiten, jinak, dan terbatas waktunya (terbanyak 4-12
tahun)
Kejadian pada dewasa kadang-kadang dapat menyebabkan tingkah laku seksual dan
tindak kekerasan atau terluka.
SLEEP WALKING (SOMNABULISME)
KRITERIA DIAGNOSIS
1. Klinis
Biasanya terjadi pada 1/3 pertama waktu tidur (NREM stadium 3-4)
Penderita bangun duduk di tempat tidur, membuka mata, membuka selimut,
bergerak berputar seperti bertujuan, dan berusaha meninggalkan temapt tidur
Anak dapat berjalan ke kamar tidur orang tua dan memberika respon sederhana
terhadap pertanyaan dan perintah. Kadang-kadang kencing
Penmderita mencoba berpakaian, kemudian berjalan mengelilingi tempat tidur
tapi menolak rintangan. Mengucapkan beberapa kata, dapat naik tangga, memakai
alat-alat dapur, dan berusaha menyiapkan makanan
Membuka pintu depan rumah, berjalan beberapa jauh, dan bahkan mengndarai
mobil
Kecelakaan dapat terjadi karena jatuh dari tangga, jendela, atau sesudah berjalan
di luar rumah. Penderita biasanya mau diajakketempat tidur kembai tanpa
perlawanan
Usaha untuk menghalang-halangi atau membangunkan harus dihindari karena
menyebabkan kebingungan, kecemasan, dengan keinginan melarikan diri yang
dapat mencetuskan kekerasan mendadak
Tidak ada mimpi, tidak ingat apa yang terjadi dan sedudahnya segera tidur lagi
2. Laboratoris
Polysomnography untuk membedakan dengan gangguan tidur yang lain
Rekaman video sangat membantu melihat pola serangan
3. Radiologis
Tidak ada kelainan
4. Gold Standar
Polysomnography:
Tampak gelombang delta voltase tinggi pada stage 1 dan 2 NREM selama beberapa
detik sebelum terjadinya sleep walking tanpa ada gambaran klinis epilepsi. Sering
terbangun langsung dari stadium 1 dan 2NREM disertai sleep walking. Atau dapat
juga tanpa sleep walking. Rekaman video dapat menunjukkan pola kativitas serangan
TATALAKSANA
1. Medikamentosa
1.1 Benzodiazepin (klonazepam 0,25-2 mg, atau diazepam)
1.2 Antidepresan kadang-kadang bermanfaat
2. Non medikamentosa
2.1. Hygiene tidur
2.2. Pengurangan stress dan pembatasan tidur
2.3. Dibangunkan secara terjadual 15-30 menit sebelum waktu biasanya terjadi sleep
walking
2.4. Proteksi lingkungan seperti tutup dan kunci jendela, tutup tangga, pasang bel pada
pintu kamar tidur, singkirkan benda-benda tajam dan mudah pecah
2.5. Psikoterapi pada penderita dewasa yang potensial berbahaya
PENYULIT
1. Rasa malu
2. Resiko cedera
b. Laboratorium
Pemeriksaan polysomnography sangat penting dalam menegakkan diagnosis
dan menyingkirkan diagnosis lain
Hasil PSG menunjukkan kerangka tidur normal kecualia adanya peningkatan
durasi dan densitas tidur REM dan sedikit pemanjangan stadium 3-4 NREM,
tonus otot tetap ada, periodic limb movement dapat terlihat pada tidur REM
maupun NREM
Rekaman video penting untuk menunjukkan bentuk gerakan-gerakan
c. Radiologis: MRI atau CT scan diperlukan untuk mencari penyebab terutama
kerusakan di batang otak
d. Gold standar: PSG, MRI, atau CT scan
e. Patologi Anatomi
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
1. Nightmare
2. Confusional arousals
3. Sleep terrors
4. Sleep walking
5. Post-traumatic stress disorders
6. Epilepsi terutama epilepsi lobus temporalis
7. Episodic nocturnal wandering
8. Bangun mendadak dari tidur REM pada OSA
9. Serangan panic
10. Malingering
TATALAKSANA
a. Nonmedikamentosa
Proteksi penderita dan pasangannya, bila disertai tindak kekerasan, pindahkan
benda-benda yang dapat digunakan untuk kekerasan, letakkan kasur dilantai
dengan bantal-bantal disekelilingnya
Hindari halangan fisik karena dapat menyebabkan resiko luka
b. Medikamentosa
Turunkan pelan-pelan obat-obat penyebab seperti venlafaxine dan anti-depresi
SSRI
Benzodiazepin seperti conazepam 0,5-4 mg efektif segera pada 90% kasus
Melatonin 3-15 mg malam hari sebelum tidur
Buproprion adalah satu-satunya antidepresan yang tidak menimbulkan RBD,
sehingga dapat diberikan sebagai pengganti antidepresan lain
PROGNOSIS
Penyakit seumur hidup, sulit disembuhkan
Dapat menjadi petanda akan timbulnya penyakit Parkinson 4-10 tahun sebelumnya
NIGHTMARE
KRITERIA DIAGNOSIS
a. Klinis
Biasanya onset terjadi pada usia balita usia 3-6 tahun, laki-laki dan wanita sama,
tetapi pada usia dewasa wanita lebih sering, terjadi pada 1/3 akhir malam
Isi mimpi panjang dan komplek serta menakutkan dan menyebabkan kecemasan
serta ketakutan hebat sewaktu akan bangun tidur. Mimpi dapat diingat kembali
dengan baik, dan sering sulit tidur kembali
Jarang terjadi gerakan motorik dan tingkah laku kecuali sesudah bangun
Gejala otonomnya sedikit, seperti peningkatan detak jantung
Penyebabnya:
Pembatasan tidur yang menyebabkan rebound tidur REM
Narkolepsi
RBD
Schizoprenia
Anxietas
Obat-obatan seperti L-dopa, beta bocker
Penghentian obat mendadak seperti anti depresan, alkohol
b. Laboratorium: -
c. Radiologis: -
d. Golden standar: PSG jarang dibutuhkan, dapat menunjukkan peningkatan densitas
REM ± 10 menit sebelum terbangun dari nightmare
e. Patologi anatomi: -
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
RBD
Serangan panic pada malam hari
Narkolepsi
Sleep terror
TATALAKSANA
a. Non medikamentosa:
Hentikan obat-obat penyebab seperti L-dopa, beta blocker
Kurangi stress dan perbaiki hygiene tidur
Terapi kognitif tingkah laku
b. Medikamentosa: jarang diperlukan, nila menetap dengan cara-cara diatas dapat diberikan
obat supresi tidur REM seperti tricyclic anti depresan
PENYULIT
Nightmare menakutkan penderita dan menyebabkan kecemasan untuk tidur
Menyebabkan bangun malam hari dan sulit kembali tidur
PROGNOSIS : baik
RETARDASI MENTAL (MR)
KRITERIA DIAGNOSIS
American Association in Mental Deficiency
IQ < 70 = retardasi mental sangat ringan
IQ 55-69 = retardasi mental ringan
IQ 40-54 = retardasi mental sedang
IQ 25-39 = retardasi mental berat
IQ < 24 = retardasi menta sangat berat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes psikometri / tes intelegensi:
Bayi : Developmental Quotient (DQ)
Anak usia belum sekolah:
Stanford Binet Scale
Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelegense (WPPSI)
Anak usia sekolah
Wechsler Intelligence Scale For Children (Revised) (WISC-R)
Anak dengan kemampuan fungsi yang sangat rendah:
The Leiter international Performance Scale
Foto polos kepala
Audiometri
EEG
CT Scan
Darah dan urin: mencari gangguan kimia/metabolic
Serologi darah dan titer antibody TORCH
Pemeriksaan kromosom
Pemeriksaan hormonal (kelenjar tiroid)
DIAGNOSIS BANDING
Variasi perkembangan normal
CP dengan gangguan motorik dan bicara
Epilepsi
Gangguan THT
Gangguan mata
Depresi
Gangguan belajar spesifik
TATALAKSANA
Terapi farmaka:
Antikonvulsan bila kejang
Metilfenidat bila hiperaktif
Hormone tiroid pada gangguan tiroid
Terapi non farmaka:
Fisioterapi
Terapi okupasi
Terapi wicara
Sekolah Pendidikan Luar Biasa (SPLB) tipe C
KONSULTASI
Anak
Psikiatri
THT
Mata
TENAGA
Psikolog, dokter spesialis saraf, spesialis anak, terapis
PROGNOSIS
IQ 50-70, MR ringan, slow learner, dapat dididik
IQ < 50, MR sedang dan berat, dapat dilatih kemampuan sederhana tertentu
IQ < 20, MR sangat berat, tidak dapat dilatih, sangat tergantung pada orang lain
ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER
KRIOTERIA DIAGNOSIS
Adalah suatu gangguan neuropsikiatri yang umum, khas dan dapat ditangani. Terjadi pada 3-
9% anak usia sekolah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes psikologik: Profil tes psikometrik mencari mental retardasi, learning diability dan ADHD
CT scan / MRI kepala: mencari lesi
DIAGNOSIS BANDING
Childhood mania
TATALAKSANA
Terapi farmaka: Stimulan (metilfenidat)
Terapi non farmaka: terapi keluarga oleh psikolog
KOMPLIKASI
Gangguan interaksi social
Risiko drug abuse
KONSULTASI
Psikologi anak
Psikiatri anak
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
Tidak perlu perawatan
TENAGA
Psikolog, psikiater, dokter spesialis saraf, terapis
PROGNOSIS
Ad bonam
CEREBRAL PALSY (CP)
KRITERIA DIAGNOSIS
CP adalah keadaan pada anak dengan kelainan motorik dini yang disebabkan suatu cacat otak
atau kerusakan otak non progresif pada usia muda. Ditandai dengan paresis, gerakan
involunter atau gangguan koordinasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes psikologik: Profil tes psikometrik mencari mental retardasi, learning disability
dan ADHD
EEG mencari epilepsy
CT scan / MRI kepala: mencari lesi
Pemeriksaan mata: mencari strabismus, gangguan refraksi, gangguan lapang pandang
dan buta sentral
Pemeriksaan THT: mencari tuli sentral
Pemeriksaan ortopedi: mencari kontraktur sendi, skoliosis, small stotur, subluksasi
sendi
DIAGNOSIS BANDING
Neuromuskuler:
Spinal muscle artrophy
Distrofia muskuler
Degeneratif
Friedriech’s ataxia
Penyakit Chorea Huntington masa anak
Metabolik:
Penyakit Wilson
Kelainan tulang dan sendi:
Arthero gryphosis multiplex congenital
Penyakit gangguan gerak involunter:
Sindrom Tourette
Chorea Sydenham
Spasmus nutans
Penyakit metabolic
Tumor atau AVM medulla spinalis
Spinal dystrophia
TATALAKSANA
Antikonvulsan bila epilepsy
Diazepam, dantrolen, baklofen untuk spastisitas
Terapi non farmaka:
Fisioterapi
Pelatihan okupasi
Sekolah SPLB
Kacamata bila gangguan refraksi
Operasi mata bila strabismus
Alat bantu dengar bila gangguan dengar
Ortopedi
Terapi keluarga oleh psikolog
KOMPLIKASI
Epilepsi
Gangguan kognisi
Gangguan lihat / dengar
Gangguan makan-minum
Gangguan bicara
Gangguan orthopedic: kontraktur, small stature
KONSULTASI
Psikologi anak
Neurofisiologi
Neuroradiologi
Mata
THT
Orthopedi
URM
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
Tidak perlu perawatan, kecuali bila timbul komplikasi status konvulsivus dan aspirasi
pneumonia atau gangguan trkatus respiratorius
TENAGA
Psikolog, Dokter spesialis saraf, spesialis anak, terapis
PROGNOSIS
Tipe tetraplegi: ad vitam dan ad functionam: ad malam
Tiep hemiparesis atau diaparesis ringan: ad bonam
Bila ada retardasi mental, epilepsy, gangguan lihat/dengar: prognosis kurang baik
DUCHENE MUSCULAR DYSTROPHY (DMP)
DEFINISI: kelainan otot herediter yang progresif, timbul sebelum usia 5 tahun, biasanya
pada anak laki-laki. Kelemahan otot tampak di proksimal.
Kriteria diagnosis
KLINIS:
Anamnesis: Anak usia 2-4 tahun, kelemahan otot leher menetap sampai periode infancy,
perkembangan motorik yang lambat, sukar menaiki tangga atau bangun dari lantai,
perkembangan motorik yang lambat dan gangguan kognitif
Pemeriksaan fisik dan neurologi: tanda Gowers, berjalan seperti bebek (waddling gait). Atrofi
pada otot, lordosis pada punggung. Pseudohipertrofi di otot gastroknemius, vastus lateralis,
infraspinosus, deltoid, yang agak jarang di otot gluteus maksimus, masseter dan trisep akibat
timbunan lemak dan hialin.
Kelemahan otot bersifat simetris dan progresif sehingga pada usia 6-12 tahun sudah tidak
dapat menggerakkan kedua tungkainya dan harus menggunakan kursi roda. 50-80% pasien
terdapat gangguan jantung. Retardasi mental ditemukan 30%.
Radiologi :-
Laboratorium:
Kadar kreatinin kinase (CK) sangat tinggi (10.000-30.000)
Elektrodiagnostik: gambaran miogenik
Biopsi otot
DIAGNOSIS BANDING :-
PENATALAKSANAAN :
Tidak ada penatalaksanaan khusus, pengobatan hanya bersifat simptomatik dan
suportif untuk mencegah deformitas yang lebih berat.
Keluarga perlu mengetahui mengenai progresivitas penyakit dan perkiraan mengenai
umur harapan hidup pasien yang seringkali hanya sampai pada dekade kedua
PENYULIT
Kelemahan yang bertambah berat
Gangguan respirasi (infeksi paru)
Gangguan jantung (kardiomiopati, gagal jantung)
Kontraktur, skoliosis
Gangguan emosi dan tingkah laku
KONSULTASI
Psychiatrist, orthopedist, geneticist, cardiologist, pulmonologist, physical therapist,
occupational therapist, psychologist, nutritionist
TICS pada Anak
KRITERIA DIAGNOSIS
Gerakan involunter sederhana berupa kedipan mata, menyeringai, menjulurkan lidah, gerakan
kepala, gerakan jari kaki, gerakan wajah (twitching), gerakan leher, gerakan mengangkat
bahu, batuk, suara mendengkur, sedangkan yang kompleks dapat berupa gerakan menggosok,
melompat, berjongkok, menciumi objek atau bagian tubuh, copropraxia dan echopraxia,
berkata-kata, atau gerakan berurutan, yang stereotipik yang bertambah saat anak stres.
Keluhan ini menetap atau menurun bahkan dapat menghilang. Biasanya berhubungan dengan
ganggguan kompulsif dan ADD.
PENATALAKSANAAN
Tujuan : meningkatkan kualitas hidup pasien dengan tics, dan bukan untuk menghilangkan
tics. Bila anak terganggu saat sekolah, obat hanya diberikan saat sekolah saja.
Non farmakologis
- Situasi kelas/lingkungan sekolah yang tidak menimbulkan stress
- Terapi behaviour
Farmakologis
Prinsip terapi:
1. Mulai dengan dosis rendah dan tingkatkan secara bertahap
2. Evaluasi efektifitas obat dan efek samping yang terjadi
3. Gunakan monoterapi
4. Gunakan Tier 1 terutama pada tics yang ringan
5. Pemeriksaan EKG sebelum menggunakan obat Tier 2
6. Turunkan dosis obat secara bertahap
Tier 1 :
- Klonidin → dosis permulaan 0,05 mg, dapat ditingkatkan menjadi 2 x 0,05 mg. Dosis
dapat ditingkatkan setiap 5-7 hari dan dapat diberikan sampai 0,1 – 0,4 mg/hari
- Guanfasin → dosis permulaan 0,5 mg malam hari dan dapat ditingkatkan bertahap
sampai 3 mg/ hari dibagi dalam dua dosis
- Kloazepam → digunakan sebagai terapi adjuvan pada pasien dengan kecemasan.
Efek samping berupa mengantuk, dizziness, fatigue.
Tier 2 :
Apabila pengobatan pertama dengan Tier 1 tidak berhasil dapat diberikan neuroleptik yang
klasik maupun neuroleptik yang atipik.
Neuroleptik klasik:
- Pimozid → 2-6 mg/ hari, mulai dengan dosis 0,5-1 mg/ hari sebelum tidur, dinaikkan
secara bertahap
- Flufenazin → 2-4 mg/ hari, mulai dengan dosis 1 mg/hari sebelum tidur, dinaikkan
secara bertahap.
- Haloperidol → 1-5 mg/hari dalam dosis terbagi, mulai dengan 0,5 mg sebelum
tidur/hari dinaikkan secara bertahap
Obat lain:
Dopaminergik dopamin antagonis (tetrabenazin 25-100 mg/hari), dopamin agonis
(pergolid 0,1-0,3 mg/hari, dosis terbagi)
Botulinum tuxin (Botox)
Chorea yang banyak terjadi pada anak adalah Sydenham’s chorea (SC, rheumatic chorea,
chorea minor, St. Vitus’ dance). Penyebab dapat bermacam-macam, antara lain : paroxysmal
dyskinesias, penyakit imunologi (SC, SLE, antifosfolipid antibodies), gangguan yang
diturunkan (ataxiateleangiectasia, benignfamilial), gangguan metabolic (hypertiroid,
mitocondrial abnormalities, congenital disorders of glycosylation), infeksi, neoplasma,
gangguan vaskular dan kelainan generatif.
Laboratorium
Elektrolit termasuk Ca
Pemeriksaan darah lengkap dan apus darah tepi
LED
ASO dan titer Dnase B
Antibodi antikardiolipin
Antinuclear antibody
TSH
Ceruloplasmin dan level copper
Skrining toksikologi
MRI kepala
PENATALAKSANAAN
Terapi bila memungkinkan ditujukan pada kelainan yang mendasarinya. Untuk gejala
kliniknya hanya sebagai simptomatik saja. Mekanisme obat yang diapakai bertujuan untuk
mengkoreksi gangguan neurotransmiter seperti meningkatkan GABA dan acetylcholine dan
atau menurunkan reseptor dopamin `
KONSULTASI
Kardiolog anak untuk terapi preventif sekunder terhadap kelainan jantung dan A beta-
hemolytic streptococcus agar tidak terjadi rheumatic fever dan chorea yang berulang.
DISTONIA
KRITERIA DIAGNOSIS
Kontraksi simultan otot agonis dan antagonis yang tansien sehingga postur tubuh menjadi
tidak biasa. Bila kontraksi otot agonis dan antagonis seimbang maka gerakan tidak tampak,
hanya berupa ketegangan otot. Gerakan biasanya perlahan, mengenai satu bagian tubuh,
sampai mkasimal kemudian bertahan selama satu menit atau lebih, tetapi kadang-kadang bisa
lebih cepat.
Manifestasi distonia yang sering adalah spasmodik torticollis, spasmodik retrocollis, inversi
intermitten sehingga postur menjadi equinovarus, otot-otot lidah, blepharospasm, writer’s
cramp dystonia, spasmodic dysphonia.
DIAGNOSIS BANDING
Kelainan kongenital dan perkembangan Benign dystonis of infancy
Cerebral palsy
Dyspeptic dystonia with hiatus hernia
Kelainan degeneratif dan penyabab tidak Ataxia-teleangiectasia
diketahui Focal dystonia
Hallervorden-Spatz syndrome
Hemidystonia
Segawa dystonia with diurnal
fluctuation
Subacute necrotizing
Ensefalomyeopathy
Dystonia Parkinson syndrome
Penyakit infeksi Ensefalitis virus
Gangguan metabolik GM2 gangliosidosis
PKU
Triosephosphate isomerase
Deficiency
Wilson’s disease
Reaksi obat Bethanecol, buthirophenone,carbamazepine,
phenothiazine,reserpine, tetrabenazine
Psychogenic Munchausen syndrome simulating dystonia
Gangguan tidur Paroxysmal sleep dystonia
PENATALAKSANAAN
Distonia primer:
Triheksyphenidyl:
Dosis 6-60 mg/hari dalam dosis terbagi, mulai dengan 0.5 mg/hari pada anak 4 tahun
sedangkan anak yang blebih besar dapat dimulai dengan dosis 1 mg/hari malam hari
dan dinaikkan 1 mg setiap 1 minggu.
Carbipoda/levodopa:
Dosis 4-5 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi, mulai dengan 1 mg/kgBB/hari
Baclofen:
Dosis 10-60 mg/hari dalam dosis terbagi, mulai dari 5 mg malam hari
BOTOX
Distonia sekunder:
Reserpin 20 µg/kg, dinaikkan bertahap sampai 0,25 mg/hari dibagi dalam dua dosis
Difenhidramin 1-1,25 mg/kgBb IM atau IV (maks 50 mg), kemudian dilanjutkan
dengan 1-1,25 mg/kg PO (maks 50 mg) setiap 6-8 jam selama 1-3 hari.
TUMOR OTAK
Tumor otak pada anak berbeda dengan tumor otak pada orang dewasa dalam tipe sel yang
terlibat maupun terapinya.
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis : Gejala sering berhubungan dengan adanya tekanan tinggi intrakranial yaitu nyeri
kepala, muntah (pagi hari), mual, perubahan kepribadian, iritabel, penurunan kesadaran,
penurunan fungsi jantung dan pernapasan.
Menurut lokasi:
Tumor serebri : kejang, gangguan visus, disartria, hemiparesis disertai parese saraf
otak, TTIK, perubahan kepribadian, penurunan kesadaran
Tumor di batang otak : kejang, gangguan endokrin, perubahan visus atau penglihatan
ganda, nyeri kepala, parese saraf otak dan hemiparese motorik, perubahan pernapasan,
TTIK
Tumor di serebelum: TTIK, muntah (pagi hari tanpa mual), nyeri kepala, gangguan
koordinasi, gangguan berjalan (ataxia).
Gejala-gejala ini dapat bercampur.
Pemeriksaan neurologis
Penurunan kesadaran, parese saraf otak, hemiparese motorik, gangguan koordinasi, ataksia,
refleks fisiologi meningkat, reflek patologis positif
DIAGNOSIS BANDING
Abses otak
Tuberkuloma di otak
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa: steroid untuk edema otak (loading: deksametason 1-2 mg/kgBB sampai 10 mg,
kemudian 1-1,5 mg/kgBB/hari, maksimum 16 mg/hari dibagi dalam 4 dosis)
Tindakan:
Operasi
VP Shunt
Radiasi
PENYULIT
Kejang, hidrosefalus
KONSULTASI
JENIS PELAYANAN
Rawat inap RS
TENAGA
LAMA PERAWATAN
Tergantung klinis