Kelompok 7 - Dasar-Dasar Pemprograman
Kelompok 7 - Dasar-Dasar Pemprograman
DASAR-DASAR PEMPROGRAMAN
Disusun Oleh :
KELOMPOK 7:
EKO SARIYANTO ( 12301010036 )
FITRIANI ( 12301010037 )
JUMAYDAH ( 12301010038 )
LUTHFI ABDILLAH ( 12301010039 )
MUHAMMAD HIRID ( 12301010040 )
Page 1
1. Bagaimana melakukan manajemen bisnis air minum pengembangan?
(jelaskan dengan singkat manajemen bisnis air minum pengembangan
tersebut melalui perencanaan pengembangan usaha, penggalian sumber
investasi, strategi kemitraan, kemitraan dengan swasta dan manajemen
resiko).
Jawab:
Page 2
aset infrastruktur air minum dapat berupa tingkat kontinuitas pasokan
air minum harian/jangka panjang, kecukupan tekanan/aliran dan
kualitas air minum yang sesuai dengan standar kesehatan, dan tingkat
buangan limbah operasi dan pemeliharaan infrastruktur air minum.
Perencanaan pengembangan usaha :
Page 3
Penggalian sumber investasi
Page 4
g. Asset disposal/rasionalisation (pembuangan/rasionalisasi aset)
adalah pilihan ketika sebuah aset tidak diperlukan lagi, menjadi
tidak ekonomis untuk dirawat atau direhabilitasi.
Strategi kemitraan
Page 5
Contoh:
1) Melakukan analisis biaya siklus hidup aset. Manajemen
melakukan analisis biaya siklus hidup aset untuk memutuskan
aset yang akan dibeli, dengan mempertimbangkan tidak hanya
harga beli namun juga perkiraan total biaya sepanjang umur
aset. Jadi, ketika mengevaluasi alternatif investasi, manajemen
mempertimbangkan juga perbedaan dalam biaya instalasi,
efisiensi operasi, frekuensi pemeliharaan dan perbaikan, serta
faktor lainnya guna memperoleh gambaran biaya menyeluruh
atas aset tersebut.
2) Asesmen risiko. Manajemen menggunakan asesmen risiko
untuk menentukan seberapa penting dan kritisnya aset tersebut
terhadap operasi perusahaan, dengan mempertimbangkan baik
kemungkinan terjadinya kegagalan aset tersebut dalam
memberikan layanan yang diharapkan perusahaan, maupun
dampak atau akibat yang ditimbulkan terhadap target layanan
yang diharapkan perusahaan. Selanjutnya, atas dasar analisis
tersebut, manajemen menetapkan prioritas dan target
penanganan lebih lanjut.
Page 6
meyakinkan bahwa semua informasi yang relevan telah
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan tersebut.
Page 7
infrastruktur dan prioritasnya, manajemen mengkaji ulang tingkat
kebutuhan investasi yang telah direncanakan dengan
mempertimbangkan dampaknya terhadap pendapatan dan tingkat
pelayanan yang akan dicapai. Namun demikian, menurut para
pendukung manajemen aset, ketika perusahaan menerapkan aspek
tertentu dari proses, seperti memelihara inventarisasi aset dan
riwayat pemeliharaan, perusahaan tidak menyadari kegunaan yang
maksimal dari manajemen aset yang komprehensif jika tidak
semua elemen dasar terintegrasi dalam suatu sistem manajemen.
Manajemen resiko
Manajemen risiko lebih menekankan pada proses
mengelola aset fisik yang sangat besar dan berhubungan dengan
risiko-risiko yang melekat pada proses tersebut dengan melibatkan
penerapanproses manajemen risiko terhadap aset utama
perusahaan untuk mengidentifikasi dan mengelola penyebab
utama kegagalan pencapaian sasaran perusahaan.
Penerapan proses manajemen risiko dapat dilakukan pada
seluruh aktivitas bisnis perusahaan air minum atau secara khusus
lebih menekankan pada aktivitas manajemen aset perusahaan
(setiap aktivitas lifecycle asset management). Tujuan dari
diterapkannya proses manajemen risiko adalah tidak hanya untuk
memberikan perlindungan dan kontinuitas aktivitas bisnis inti dan
jasa yang penting tetapi juga memenuhi kewajiban hukum;
menjaga kesehatan pekerja dan masyarakat; perlindungan
lingkungan; beroperasinya dan perlindungan aset pada biaya
rendah; dan rencana kontinjensi untuk situasi darurat bila terjadi
bencana alam.
a. Mengidentifikasi Risiko
Risiko merupakan peristiwa yang menghambat pencapaian
tujuan perusahaan.Seluruh risiko yang mungkin terjadi dan
Page 8
berdampak negatif bagi perusahaan secara signifikan harus
terlebih dahulu diidentifikasi. Pada perusahaan air minum risiko
yang mungkin terjadi adalah:
1) Ketidaktersediaan air di sumber air - dapat terjadi karena
kegagalan pada struktur sumber air, kekeliruan dalam
mengestimasi hasil/kapasitas penyimpanan, kualitas sumber
air yang tidak memenuhi syarat, kegiatan operasional yang
tidak tepat.
2) Kehilangan air yang sebenarnya (real loss) - dapat terjadi
karena adanya penguapan air di tempat penyimpanan (storage
evaporation); dan kebocoran (leakage) seperti kebocoran pada
pipa jaringan distribusi, dan tempat penyimpanan air/reservoir;
3) Kehilangan air yang jelas terlihat (apparent loss) - dapat
terjadi karena adanya pengukuran meteran yang tidak akurat
(inaccurate metering) seperti alat kalibrasi meteran yang tidak
akurat, alat meteran yang sudah tua, alat meteran yang
berputar rendah; dan adanya pemakaian air yang tidak terukur
dengan meteran (un-metered usage) seperti pemakaian yang
tidak dibenarkan (pemakaian untuk irigasi yang tidak ilegal,
pemakaian hidran yang tidak ilegal, sambungan pipa yang
tidak ilegal) dan pemakaian yang dibenarkan (pemadam
kebakaran, pekerjaan jalan, taman).
4) Pencemaran lingkungan – dapat terjadi karena pembuangan air
limbah yang tidak terkendali dari kegiatan pemeliharaan atau
kegagalan jaringan pipa.
5) Terganggunya keselamatan dan kesehatan masyarakat
pengguna air minum – dapat terjadi karena kerusakan
peralatan dan tercemarnya sumber air minum/produksi air
minum selama pembangunan, pemeliharaan atau
pengoperasian infrastruktur penyedia air.
Page 9
6) Kenaikan harga aset infrastruktur penyedia air – dapat terjadi
karena kenaikan tingkat inflasi, kenaikan nilai tukar mata uang
asing terhadap rupiah, dan kenaikan harga bahan bakar
minyak.
7) Kenaikan tingkat suku bunga pinjaman – dapat terjadi karena
kondisi perekonomian nasional yang tidak baik.
Sedangkan risiko pada tingkatan proses/aktivitas lifecycle asset
management yang mungkin terjadi dapat dilihat pada Tabelberikut
:
Page
10
b. Menganalisis Risiko
Setelah seluruh risiko diidentifikasi, maka dilakukan
pengukuran tingkat kemungkinan dan dampak risiko.Pengukuran
risiko dilakukan setelah mempertimbangkan pengendalian risiko
yang ada.Pengukuran risiko dilakukan mengunakan kriteria
pengukuran risiko secara kualitatif, semi kuantitatif,
ataukuantitatif tergantung pada ketersediaan data tingkat kejadian
peristiwa dan dampak kerugian yang ditimbulkannya.
c. Mengevaluasi Risiko
Setelah risiko diukur tingkat kemungkinan dan dampaknya,
maka disusunlah urutan prioritas risiko mulai dari risiko dengan
tingkat risiko tertinggi sampai dengan terendah.Risiko yang tidak
termasuk dalam risiko yang dapat diterima/ditoleransi merupakan
risiko yang menjadi prioritas untuk segera ditangani.Setelah
diketahui besarnya tingkat risiko dan prioritas risiko, maka perlu
disusun peta risiko.
d. Menangani Risiko
Risiko yang tidak dapat diterima/ditoleransi segera dibuatkan
rencana tindakan untuk meminalkan kemungkinan/dampak
terjadinya risiko dan personil yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan rencana tindakan. Cara menangani risiko berupa
memindahkan risiko kepada pihak lain untuk mengurangi dampak
terjadinya risiko melalui asuransi dan kontrak kerja kepada pihak
ketiga; mengurangi tingkat kemungkinan terjadinya risiko dengan
cara menambah/meningkatkan kecukupan pengendalian internal
yang ada pada proses bisnis perusahaan; dan mengeksploitasi
risiko bila tingkat risiko dinilai lebih rendah dibandingkan dengan
peluang terjadinya peristiwa yang akan terjadi. Pemilihan cara
menangani risiko dilakukan dengan mempertimbangkan biaya dan
manfaat, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan
Page
11
rencana tindakan lebih rendah dari pada manfaat yang diperoleh
dari pengurangan dampak kerugian risiko.
Seluruh risiko yang diidentifikasi, dianalisis, dievaluasi, dan
ditangani dimasukkan ke dalam Register Risiko yang memuat
informasi mengenai nama risiko, uraian mengenai indikator risiko,
faktor pencetus terjadinya peristiwa yang merugikan, dampak
kerugian bila risiko terjadi, pengendalian risiko yang ada, ukuran
tingkat kemungkinan/dampak terjadinya risiko setelah
mempertimbangkan pengendalian yang ada, dan rencana tindakan
untuk meminimalkan tingkat kemungkinan/dampak terjadinya
risiko, serta personil yang bertanggung jawab melakukannya.
e. Memantau Risiko
Perubahan kondisi internal dan eksternal perusahaan
menimbulkan risiko baru bagi perusahaan, mengubah tingkat
kemungkinan/dampak terjadinya risiko, dan cara penanganan
risikonya. Sehingga setiap risiko yang teridentifikasi masuk dalam
Register Risiko dan Peta Risiko perlu dipantau perubahannya.
f. Mengkomunikasikan Risiko
Setiap tahapan kegiatan identifikasi, analisis, evaluasi, dan
penanganan risiko dikomunikasikan/dilaporkan kepada pihak yang
berkepentingan terhadap aktivitas bisnis yang dilakukan
perusahaan untuk memastikan bahwa tujuan manajemen risiko
dapat tercapai sesuai dengan keinginan pihak yang
berkepentingan. Pihak yang berkepentingan berasal dari internal
perusahaan ( manajemen, karyawan ) dan eksternal perusahaan (
pemasok, pemerintah daerah/pusat, masyarakat sekitar lingkungan
perusahaan, konsumen air bersih ).
Walaupun penerapan proses manajemen risiko pada
perusahaan air minum di Indonesia khususnya perusahaan daerah
air minum belum ada peraturan hukumnya, namun karena
manajemen risiko merupakan praktik terbaik (best practice) maka
Page
12
seharusnya sudah mulai diterapkan secara sistematis, terintegrasi,
dan melekat pada setiap aktivitas bisnis perusahaan air minum,
khususnya pada aktivitas manajemen aset.
Agar manajemen risiko dapat diterapkan dengan baik,
maka perlu disiapkan segala infrastruktur manajemen risiko antara
lain berupa pedoman manajemen risiko (kebijakan, pedoman
umum, prosedur, dan formulir), struktur organisasi manajemen
risiko (tugas, wewenang, tanggung jawab personil untuk
melaksanakan manajemen risiko), dan sistem informasi
pelaporan/pemantauan pelaksanaan manajemen risiko.
Page
13
2. Bagaimana melaksanakan manajemen strategic corporate?
(jelaskan dengan singkat melaksanakan manajemen strategic corporate
tersebut melalui perumusan visi-misi analisis SWOT, penetapan tujuan
sasaran, penerapan strategis, penyusunan program/kegiatan dan proyeksi
keuangan perusahaan)
Jawab :
Perencanaan strategis ini melitputi sejumlah proses membuat
rancangan visi dan misi jangka panjang perusahaan, pengorganisasian,
dan menentukan sumber daya apa yang hendak dibutuhkan untuk
memnuhi target-target tersebut .kegiatan perencanaan ini bisanya
melibatkan sejumlah evaluasi terhadap faktor eksternal yang
mempengaruhi perusahaan meliputi faktor ekonomi, teknologi, dan sosial
yang penting untuk menunjang keberhasilan perencanaan strategis
tersebut. perencanaan strategis ini umumnya dirumuskan oleh ‘top level
manager’ dan diaktualisasikan oleh ‘low level manager’ dalam suatu
struktur dan fungsi organisasi perusahaan yang telah ditetapkan. Kedua,
perencanaan practical ialah kegiatan yang melibatkan sejumlah proses
pelaksanaan rencana strategis dengan menindaklanjuti sejumlah isu
koordinasi dan pemberdayaan sumber daya pada tiap-tiap bagian
organisasi yang berbeda, umumnya terkait dengan sejumlah perencanaan
untuk jangka pendek operasional organisasi .Perencanaan ini umumnya
bersifat lebih spesifik daripada perencanaan strategis.
Fungsi pengawasan menyelenggaraan manajemen korporasi
diperlukan untuk mencegah berbagai kendala pelaksanaan kegiatan setiap
organisasi dilingkungan pemerintah, badan usaha milik negara, badan
usaha koperasi dan badan usaha swasta.Kendala dalam penyelenggaraan
manajemen korporasi sangat sulit diberantas adalah korupsi karena
korupsi berasal dari mental pribadi setiap pejabat atau petugas. Karena itu
keberhasilan untuk memberantas korupsi tergantung dari kemampuan
semua pejabat atau petugas untuk membuat dirinya sendiri menjadi orang
yang jujur dalam melaksanakan tugas, kewajiban, wewenang dan
Page
14
tanggung jawabnya.Disamping sikap jujur, pejabat dan petugas dalam
korporasi harus berani menolak ajakan berkorupsi, kolusi dan nepotisme
dalam berbagai bentuk dari pihak yang secara bersembunyi meminta
sesuatu fasilitas dan kesempatan dengan imbalan uang, barang dan jasa
yang dapat memperkaya pejabat dan petugas korporasi.
Page
15
saling mempengaruhi dan bergerak secara serentak (bersama-sama)
kearah yang sama pula.
Merumuskan strategi
Analisis SWOT
Analisis SWOT (SWOT analysis) analisis terhadap
kekuatan¸kelemahan, peluang, dan ancaman yang menentukan kinerja
perusahaan dan para manejer membangun pemahaman mengenai
kekuatan dan kelemahan internal. Kekuatan dan kelemahan internal
adalah karakteristik internal positif yang dapat di manfaatkan oleh
perusahaan untuk mencapai tujuan kinerja strategisnya, sedangkan
kelemahan adalah karakteristik internal yang dapat menghambat atau
mambatasi kinerja perusahaan.
Page
16
Penerapan Strategis
Page
17
3. Bagaimana melaksanakan kepemimpinan visioner?
(jelaskan dengan singkat melaksanakan kepemimpinan visioner tersebut
melalui penerapan gaya kepemimpinan visioner, perubahan internal,
pembinaan berbasis kinerja dan evaluasi efektivitas)
Jawab:
Kepemimpinan visioner adalah pola kepemimpinan yang
ditujukan untuk member arti pada kerja dan usaha yang dilakukan
bersama-sama. Oleh para anggota perusahaan dengan cara member arahan
dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan bersarkan visi yang jelas.
Selain mendukunng unsure kemampuan untuk member makna atau arti
pada kerja dan usaha bawahan dengan memberikan arahan, seorang
pemimpin yang vision haruslah seorang yang bias menjadi agen
perubahan yang unggul dan menjadi penentu arah organisasi yang
memahami prioritas, menjadi pelatih yang professional, serta dapat
membimbing bawahannya untuk bias bekerja secara profesinal seperti
yang diharapkan.
Melaksanakan Kepemimpinan Visioner:
1. Fokus kepada Tujuan Organisasi
Page
18
memimpin dan bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan
tersebut, kompetensi kepemimpinan yang bagaimana yang
diperlukan, lalu bagimana disain pengembangan
kepemimpinannya?. Untuk dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan ini perlu membentuk semacam komite yang ditugaskan
untuk menyiapkan langkah-langkah strategis pencapaian tujuan
jangka panjang, yang lingkup tugasnya antara lain: melakukan
rekrutmen, seleksi, orientasi, pelatihan, performance assessment
dan penetapan tugas dan tanggung jawab masing-masing.
3. Mengembangkan Visi bagi masa depan organisasi.
Kunci perumusan visi adalah menjawab pertanyaan: apabila
kita menginginkan dan bermimpi akan seperti dan menjadi apa
organisasi kita kelak di kemudian hari?. Begitu rumusan visi telah
dibuat, maka seharusnya visi tersebut akan menjadi inspirasi bagi
seluruh aktivitas organisasi, baik dalam rapat-rapat, dalam
perbincangan, dalam menghadapi segala tantangan dan peluang,
dalam arena kerja. Begitu visi telah dirumuskan, maka saat itu
pula, visi disampaikan ke seluruh pihak terkait di dalam
organisasi, bahkan ke ruang-ruang public di luar organisasi.
4. Selalu berada dalam kondisi siap dan dinamis untuk perubahan
Selalu siap berubah dengan cepat akan terbantu dengan
menyajikan informasi-informasi mutakhir tentang segala
perubahan yang terjadi di luar organisasi yang berpotensi
berdampak kepada organisasi 3-5 tahun ke depan. Dorong dan
fasilitasi anggota orgasnisasi untuk membaca, mendengar dan
mencari tahu segala hal yang terkait dengan kejadian-kejadian dan
berita yang relevan dengan tuntutan perubahan. Kemudian setelah
itu munculkan pertanyaan yang menantang: sejauhmana organisasi
mampu secara efektif merespon perubahan dan kecenderungan-
kecenderungan tersebut? Bagaimana pula organisasi lain yang
sejenis menyiapkan diri mereka menghadapi perubahan-perubahan
Page
19
ini? Pertanyaan-pertanyaan iti seyogyanya akan dapat memicu dan
memacu anggota organisasi untuk berfikir dan memposisikan diri
mereka untuk siap berubah.
5. Selalu mengetahui perubahan kebutuhan konstituen/pelanggan.
Keinginan dan kebutuhan pelanggan seringkali mengalami
perubahan.Oleh karena itu, seharusnya organisasi menyediakan
informasi-infromasi aktual yang terkait dengan hal ini. Survey
kepuasan pelanggan, kontak langsung dengan pelanggan,
mengefektifkan layanan ’customer care’, adalah beberapa cara
yang dapat dilakukan agar orgnisasi selalu mengetahui harapan
dan keinginan pelanggan yang baru. Dengan demikian organisasi
akan selalu siap untuk melakukan perubahan dan perbaikan untuk
menjaga kepuasan pelanggan.
.
Page
20
4. Bagaimana melaksanakan system manajeman mutu ?
(jelaskan dengan singkat melaksanakan system manajeman mutu tersebu
tmelalui perencananan manajemenmutu, penerapan system manajemen
mutu, pengendalian mutu dan perbaikanmutu)
Jawab:
Untuk meningkatkan efektifitas danefisiensi proses produksi serta
mutu layanannya, melakukan peninjauan secara berkala atas prosedur-
prosedur system manajemen agar secara berkesinambungan tercipta
perbaikan efektifitas dan efisiensi proses kerja.
Page
21
5. Bagaimana melaksanakan manajeman produktivitas SDM ?
(jelaskan dengan singkat melaksanakan manajemen produktivitas SDM
tersebut melalui analisis kebutuhan suatu proses rekruitmen, penempatan,
pengajian, pembinaan dan jaminan social.)
Jawab:
Dalam melaksanakan manajemen produktivitas SDM bukan hanya
pada bahan mentah, alat-alat kerja, mesin-mesin produksi, uang dan
lingkungan kerja saja, tetapi juga menyangkut karyawan yang mengelola
factor produksi lainnya.Karyawan baru yang belum memiliki
keterampilan dan keahlian dilatih, sehingga menjadi karyawan yang
terampil dan ahli.
Analisis kebutuhan
Page
22
Kegiatan pelatihan memang tidak selalu berjalan mulus dan sesuai
dengan target penyelenggara. Bahkan kondisi di lapangan, ternyata
banyak kegiatan pelatihan yang justru tidak mendapat respon yang positif
dari masyarakat atau anggota organisasi.
Page
23
diselenggarakan akan memberikan program-program yang sesuai dengan
kebutuhan organisasi atau mungkin kebutuhan masing-masing anggota
organisasi.
Page
24
Proses rekruitmen
1. Pengelolaan sumber daya manusia adalah merupakan aspek yang
sangat penting dalam proses pendidikan secara umum. Oleh karena itu
fungsi-fungsi dalam pengelolaan sumber daya manusia harus
dilaksanakan secara optimal sehingga kebutuhan yang menyangkut
tujuan individu, perusahaan, organisasi ataupun kelembagaan dapat
tercapai. Disamping itu dengan prosedur pengelolaan sumber daya
manusia yang baik diharapkan kekurangan dan problem yang dihadapi
oleh bangsa Indonesia, yaitu yang terkait dengan kemampuan daya
saing dapat teratasi.
Page
25
bidang yang digelutinya merupakan apa yang diminati oleh dirinya
dan pekerjaan itu merupakan suatu hal yang di kuasai dengan baik.
4.
Penempatan
Dalam pelaksanaan penempatan pegawai Bedjo Siswanto (1989:
88) mengemukakan bahwa faktor yang harus dipertimbangkan dalam
penempatan pegawai adalah sebagai berikut:
1. Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan bisnis perusahaan akan menciptakan posisi
pekerjaan baru yang menyebabkan terjadinya pengisian posisi
pekerjaan baru, baik melalui promosi karyawan yang sudah ada atau
promosi karyawan baru.
2. Latar Belakang Pendidikan
Prestasi akademis yang dimiliki tenaga kerja selama mengikuti
pendidikan sebelumnya harus dipertimbangkan, khususnya dalam
penempatan tenaga kerja tersebut untuk menyelesaikan tugas
pekerjaan, serta mengemban wewenang dan tanggung jawab.Prestasi
akademis yang perlu dipertimbangkan tidak terbatas pada jenjang
terakhir pendidikan tetapi termasuk jenjang pendidikan yang pernah
dialaminya.
Tenaga kerja yang memiliki prestasi akademis tinggi harus
ditempatkan pada tugas dan pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuannya, sebaliknya tenaga kerja yang memiliki latar belakang
akademis rata-rata atau dibawah standar harus ditempatkan pada tugas
dan pekerjaan ringan dengan beban wewenang dan tanggung jawab
yang relatif rendah.Latar belakang pendidikan pun harus menjadi
pertimbangan dalam menempatkan karyawan.Misalnya, sarjana
ekonomi harus ditempatkan pada pekerjaan yang berhubungan dalam
bidang ekonomi. Latar belakang akademis ini dimaksudkan untuk
Page
26
menempatkan karyawan yang tepat pada posisi yang tepat pula (The
Right Man on The Right Place).
3. Kesehatan Fisik dan Mental
Dalam menempatkan karyawan, faktor fisik dan mental
perludipertimbangkan karena tanpa pertimbangan yang matang, maka
hal-halyang bakal merugikan perusahaan akan terjadi. Penempatan
karyawan pada tugas dan pekerjaan tertentu harus disesuaikan dengan
kondisi fisik danmental karyawan yang bersangkutan.Kesehatan erat
kaitannya dengan sumber daya manusia. Pekerjaan-pekerjaan yang
berat dan berbahaya misalnya hanya mungkin dikerjakan oleh orang-
¬orang yang mempunyai fisik sehat dan kuat, sedangkan sumber daya
manusia yang fisiknya lemah dan berotak cerdas dapat ditempatkan
pada bidang administrasi, pembuatan konsep atau perhitungan-
perhitungan yang memerlukan ketekunan luar biasa, namun faktor
kesehatan ini masih perlu diperhatikan dalam penempatan mereka.
Hal ini dapat dipahami, meskipun tes kesehatan telah meluluskan
semua sumber daya manusia baru, tetapi kadang-kadang tes kesehatan
tersebut dilakukan sepintas kilas kurang dapat mendeteksi kondisi
jasmani secara rinci.
4. Pengalaman Kerja
Pengalaman bekerja pada pekerjaan sejenis perlu mendapatkan
pertimbangan dalam penempatan kerja karyawan. Kenyataan
menunjukkan makin lama karyawan bekerja, makin banyak
pengalaman yang dimiliki karyawan yang bersangkutan, sebaliknya
semakin singkat masa kerja, semakin sedikit pengalaman yang
diperoleh. Pengalaman bekerja benyak memberikan keahlian dan
keterampilan kerja.Pengalaman bekerja yang dimiliki seseorang
kadang-kadang lebih dihargai daripada tingkat pendidikan yang
menjulang tinggi. Karyawan yang berpengalaman dapat langsung
menyelesaikan tugas dan pekerjaanya.Karyawan hanya memerlukan
pelatihan dan petunjuk yang relatif singkat.Sebaliknya karyawan yang
Page
27
hanya mengandalkan latar belakang pendidikan dan gelar yang
disandangnya, belum tentu mampu mengerjakan tugas dan pekerjaan
yang diberikan kepadanya dengan cepat.
5. Faktor Status Perkawinan
Status perkawinan sumber daya manusia perlu menjadi bahan
pertimbangan dalam penempatannya, karena banyak pekerjaan yang
mempersyaratkan penerimaan sumber daya manusia yang belum
menikah.Bagi sumber daya manusia yang sudah menikah apalagi yang
mempunyal anak tentu penempatannya tidak seluas sumber daya
manusia yang belum menikah. Oleh sebab itu banyak perusahaan
mempunyai toleransi besar yang menempatkan kedua suami istri itu
dalam satu kota atau dalam satu kantor. Hal ini dengan pertimbangan
agar para sumber daya manusia yang bersangkutan dapat tenang
bekerja.
6. Sikap
Sikap merupakan bagian hakiki dari kepribadian seseorang. Dalam
penempatankaryawan faktor sikap hendaknya menjadi pertimbangan
bagimanajersumberdaya manusia, karena hal tersebut akan
berpengaruh secara langsung baik bagi individu dan perusahaan
maupun bagi masyarakat sebagai pengguna jasa dari perusahaan itu
sendiri
7. Usia
Faktor usia tenaga kerja yang lulus seleksi perlu dipertimbangkan
dalam penempatan tenaga kerja. Penempatan tenaga kerja
berdasarkan usia perlu dilakukan untuk menghindari rendahnya
produktivitas yang dihasilkan oleh karyawan yang bersangkutan
Page
28
Prinsip yang menganggap manusia sebagai unsur pekerja yang
mempunyai persamaan harga diri, kemauan, keinginan, cita-cita, dan
kemampuan harus di hargai posisinya sebagai manusia yang layak
tidak di anggap mesin.
2. Prinsip Demokrasi
Prinsip ini menunjukan adanya saling menghormati, saling
menghargai, dan saling mengisi dalam melakasanakan pekerjaan.
3. Prinsip the right man on the right place
Prinsip ini penting di laksanakan dalam arti bahwa penempatan
setiap orang dalam setiap organisasi yang berarti bahwa penempatan
setiap orang dalam organisasi perlu didasarkan pada kemampuan,
keahlian, pengalaman, serta pendidikan yang di miliki oleh orang
yang bersangkutan.
4. Prinsip equal pay for equal work
Pemberian balas jasa terhadap karyawan baru didasarkan atas hasil
prestasi kerja yang di dapat oleh pegawai yang bersangkutan.
5. Prinsip Kesatuan Arah
Prinsip ini di terapkan dalam perusahaan terhadap setiap karyawan
yang bekerja agar dapat melaksanakan tugas-tugas, di butuhkan
kesatuan arah, kesatuan pelaksanaan tugas sejalan dengan program
dan rencana yang di gariskan.
6. Prinsip Kesatuan Tujuan
Prinsip ini erat hubungannya dengan kesatuan arah artinya arah
yang dilaksanakan karyawan harus di fokuskan pada tujuan yang di
capai.
7. Prisip Kesatuan Komando
Karyawan yang bekerja selalu di pengaruhi adanya komando yang
di berikan sehingga setiap karyawan hanya mempunyai satu orang
atasan.
Page
29
8. Prinsip Efisiensi dan Produktifitas Kerja
Prinsip ini merupakan kunci ke arah tujuan perusahaan karena
efisiensi dan produktifitas kerja harus dicapai dalam rangka mencapai
tujuan perusahaan.
Page
30
suatu perusahaan.Perusahaan-perusahaan tertentu berusaha untuk
mempertahankan seorang karyawan dengan jalan menyediakan
penempatan temporer atau penempatan sementara pada pekerjaan tertentu
apabila tidak terdapat lowongan pekerjaan yang cocok bagi karyawan
tersebut. Karyawan akan segera dipindahkan pada pekerjaan yang lebih
seseuai bila ada lowongan pekerjaan yang lebih cocok bagi karywan
tersebut. Penempatan karyawan merupakan usaha untuk menyalurkan
kemampuan sumber daya manusia sebaik-baiknya. Penempatan karyawan
dilakukan dengan jalan menempatkan karyawan pada suatu tempat atau
jabatan yang paling sesuai, dengan penempatan kerja karyawan yang tepat
akan meningkatkan semangat kerja karyawan yang bersangkutan.
Bentuk – bentuk Penempatan Kerja SDM
Menurut Sondang P. Siagian (2003: 108) teori manajemen sumber
daya manusia yang mutakhir menekankan bahwa penempatan tidak hanya
berlaku bagi para pegawai baru akan tetapi berlaku pula bagi para
pegawai lama yang mengalami alih tugas dan mutasi. Berarti konsep
penempatan mencakup promosi, transfer dan bahkan demosi maupun
pemutusan hubungan kerja. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa
bentuk-bentuk penempatan pegawai meliputi:
Page
31
pertimbangan bagi seorang pegawai baru untuk ditempatkan pada
posisinya.
Page
32
lama. Banyak organisasi yang menempuh cara ini dengan tiga
pertimbanagn yaitu :
1. Sebagai penghargaan atas jasa- jasa seseorang paling sedikit
dilihat dari segi loyalitas kepada organisasi
2. Penilaian biasanya bersifat objektif karena cukup membandingkan
masa kerja orang- orang terytentu yang dipertimbangkan untuk
dipromosikan
3. Mendorong organisasi mengembangkan para pegawainya karena
pegawai yang paling lama berkarya akhirnya mendapat promosi.
Page
33
c. Penurunan jabatan (demosi)
Demosi adalah pemindahan pegawai dari jabatan lain yang
memiliki tanggung jawab lebih rendah, gaji lebih rendah dan level
organisasi yang lebih rendah atau mengalami penurunan pangkat.
Pada umumnya demosi dikaitkan dengan pengenaan suatu sanksi
disiplin karena berbagai alasan seperti:
1. Penilaian negatif oleh atasan karena prestasi kerja yang terus
menurun atau tingkat absensinya terlalu banyak
2. Perilaku pegawai yang disfungsional seperti tingkat kemangkiran
yang tinggi
Page
34
yang dilaksanakan, tahap demi tahapan meninggalkan prinsip dan asas
yang berlaku.Prosedur penempatan karyawan yang diambil
merupakan pengambilan keputusan yang dilakukan manajer tenaga
kerja, baik yang telah diambil berdasarkan pertimbangan rasional
maupun ilmiah. Pertimbangan rasional dalam pengambilan keputusan
untuk menempatan tenaga kerja merupakan keluaran pengambilan
keputusan yang didasarkan atas fakta keterangan, dan data yang
dianggap representatif. Artinya, pengambilan keputusan dalam
penempatan kerja tersebut atasdasar hasil seleksi yang telah
dilakukan olehmanajer tenaga kerja, khususnya bagian seleksi tenaga
kerja.
Pertimbangan objektif ilmiah berdasarkan data dan keterangan
tentang pribadi karyawan, baik atas dasar referensi dari seseorang
maupun atas hasil seleksi karyawan yang pelaksanaannya tanpa
mengesampingkan metode-metode ilmiah.
Adapun prosedur- prosedur yang harus dilakukanantara lain
adalah manajer tenaga kerja mendelegasikan kekuasaannya kepada
bagian seleksi tenaga kerja untuk melaksanakan seleksi tenaga kerja
guna mengisi formasi yang telah tersedia berdasarkan kulifikasi
tertentu atas pelaksanaan seleksi tenaga kerja, bagian seleksi tenaga
kerja,melaporkan/ mempertanggung jawabkan segala kegiatan yang
telah dilaksanakan dalam rangka seleksi tenaga kerja, kepadamanajer
tenaga kerja yang merupakan atasan langsung kepada bagian
penempatan tenaga kerja untuk menempatkan tenaga kerja yang telah
lulus seleksi berdasarkan kondisi yang ada,dan berdasarkan laporan
bagian seleksi tenaga kerja.
Bagian seleksi tenaga kerja atas dasar pelaksanaan fungsi
memberikan hasil seleksi (calon tenaga kerja yang lulus seleksi )
kepada bagian penempatan tenaga kerja untuk menempatkan tenaga
kerja tersebut pada posisi yang tepat. Atas pelaksanaan fungsi dalam
penempatan tenaga kerja, bagian penempatantenaga kerja
Page
35
melaporkan/mempertanggung jawabkan segala kegiatannya kepada
manajer tenaga kerja yang merupakan pihak yang
mendelegasikankekuasaan/atasanlangsung kepada bagian penempatan
tenaga kerja
Untuk mengetahui prosedur penempatan karyawan harus
memenuhi persyaratan :
Harus ada wewenang untuk menempatkan personalia yang datang
dari daftar personalia yang di kembangkan melalui analisis tenaga
kerja.
Harus mempunyai standar yang di gunakan untuk membandingkan
calon pekerjaan.
Harus mempunyai pelamar pekerjaan yang akan di seleksi untuk
di tempatkan
Apabila terjadi salah penempatan, maka perlu di adakan suatu
program penyesuaian kembali karyawan yang bersangkutan sesuai
dengan keahlian yang di miliki, yaitu dengan melakukan:
o Menempatkan kembali pada posisi yang lebih sesuai.
o Menugaskan kembali dengan tugas-tugas yang sesuai dengan
bakat dan kemampuan.
Para karyawan baru yang telah selesai menjalankan program
orientasi harus segera mendapatkan tempat pekerjaan yang sesuai
dengan bakat dan keahlian yang di milikinya.Salah satu fungsi
MSDM untuk mengurus hal ini adalah placement.Penempatan
karyawan berarti mengalokasikan para karyawan pada posisi kerja
tertentu, hal ini khusus terjadi pada karyawan baru. Kepada karyawan
lama yang telah menduduki jabatan atau pekerjaan termasuk sasaran
fungsi penempatan karyawan dalam arti mempertahankan pada
posisinya atau memindahkan pada posisi yang lain.
Page
36
f. Tujuan Penempatan
Setiap pekerjaan yang di laksanakan pada dasarnya
mempunyai tujuan. Tujuan berfungsi untuk mengarahkan perilaku,
begitu juga dengan penempatan karyawan, manajer sumber daya
manusia, menempatkan seorang karyawan atau calon karyawan
dengan tujuan antara lain agar karyawan bersangkutan lebih berdaya
guna dalam melaksanakan pekerjaan yang di bebankan, serta untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan sebagai dasar kelancaran
tugas.
Tujuan diadakan penempatan karyawan adalah untuk
menempatkan karyawan sebagai unsur pelaksanaan pekerjaan pada
posisi yang sesuai dengan criteria sebagai berikut :
1. Pengetahuan
2. Kemampuan
3. Kecakapan
4. Keahlian
Page
37
Proses rekruitmen dan seleksi yang dilaksanakan dengan benar akan
berpengaruh besar pada penempatan karyawan itu sendiri. Dalam
proses seleksi tersebut akan diketahui keahlian darimasing-masing
calon tenaga kerja yang diseleksi melalui test tertulis dan tesinterview,
sehingga besar pengaruhnya pada penempatan karyawan karena
pihak perusahaan akan dengan mudah menempatkan calon karyawan
tersebut dengankeahlian-keahlian yang dimiliki.
Penempatan tenaga kerja yang tepat akan menghasilkan
kualitas karyawan yang baik, dalam arti bahwa karyawan tersebutakan
memenuhi produktifitas serta kinerja yang tinggi yang tentunya
akanmemberikan keuntungan tersendiri bagi perusahaan karena
tujuan-tujuanperusahaan akan mudah tercapai Dari uraian tersebut di
atas dapat disimpulkan bahwa rekruitmen, seleksi dan ketepatan
penempatan merupakan salah satu proses penting yang
salingbehubungan untuk mendapatkan karyawan yang berkualitas
seperti yangdiharapkan oleh perusahaan.
“Manajemen” mempunyai implikasi, bahwa kegiatan tersebut
harus dilaksanakan sebagai proses manajemen umum, yang dimulai
dengan penetapan sasaran dan di akhiri dengan evaluasi. Proses
tersebut pada garis besarnya terdiri dari lima kegiatan utama yaitu:
Merumuskan tanggung jawab dan tugas yang harus dicapai oleh
karyawan dan rumusan tersebut disepakati bersama.
Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai
oleh karyawan untuk kurun waktu tertentu. Termasuk dalam tahap
ini adalah penetapan standar prestasi dan tolak ukurnya.
Melakukan “monitoring”, melakukan koreksi, memberikan
kesempatan dan bantuan yang diperlukan bawahan.
Menilai prestasi karyawan tersebut dengan cara membandingkan
prestasi yang dicapai dengan standar atau tolak ukur yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dalam tahap penilaian ini harus tercakup
Page
38
pula kegiatan mengidentifikasi bidang-bidang yang ada dan
dirasakan terdapat kelemahan pada orang yang dinilai.
Memberikan umpan balik pada karyawan yang dinilai dengan
seluruh hasil penilaian yang dilakukan. Disini juga dibicarakan
cara-cara untuk memperbaiki kelemahan yang telah diketahui
dengan tujuan meningkatkan prestasi kerja pada priode
berikutnya.
Pengajian, pembinaan dan jaminan social
Yaitu pemberian balas jasa langsung atau tidak langsung
berbentuk uang atau barang kepada karyawan sebagai imbal jasa (out put)
yang diberikannya kepada perusahaan. Prinsip kopmpensasi adalah adil
dan layak sesuai prestasi dan tanggung jawab karyawan tersebut. Adalah
kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan
karyawan, sehingga tercipta kerja sama yang serasi dan saling
menguntungkan kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan
kondisifisik, mental dan loyalitas karyawan agar tercipta hubungan jangka
panjang.
Page
39