Perhitungan Sudu Turbin Impuls PDF
Perhitungan Sudu Turbin Impuls PDF
Di dalam ilmu fisika ditunjukkan bahwa konsep usaha dan konsep energi tumbuh
berdasarkan hukum-hukum gerak Newton. Impuls merupakan kosep yang mirip dengan
konsep tersebut, yakni juga timbul berdasarkan hukum-hukum tersebut. Dalam ilmu
mekanika impuls pada sutu benda terjadi akibat adanya perubahan momentum benda
tersebut dalam selang waktu tertentu. Namun perlu diketahui bahwa impuls diartikan
sebagai gaya yang bekerja pada benda dalam waktu yang sangat singkat. Hal ini menjadi
dasar persamaan impuls nantinya. Sedangkan momentum suatu benda tersebut dalam fisika
didefinisikan sebagai hasil kali massa benda dengan kecepatan gerak benda tersebut. Secara
matematis ditulis :
p = mv …………………………………………………………………….. (3.1)
p adalah lambang momentum, m adalah massa benda dan v adalah kecepatan benda.
Momentum merupakan besaran vektor, jadi selain mempunyai besar alias nilai, momentum
juga mempunyai arah. Besar momentum p = mv. Arah momentum sama dengan arah
kecepatan.
Dari persamaan di atas, tampak bahwa momentum (p) berbanding lurus dengan
massa
(m) dan kecepatan (v). Semakin besar kecepatan benda, maka semakin besar juga
momentumsebuah benda. Demikian juga, semakin besar massa sebuah benda, maka
p ..........................................................................................
F= .............(3.2)
t
p = perubahan momentum
Jika ditinjau suatu partikel bermassa m yang bergerak dalam suatu bidang xy dan
mengalami gaya resultan F yang besar dan arahnya dapat berubah, maka berdasarkan hukum
F = m. a
Jika :
dv
a= , maka
dt
dv
F = m.
dt
F.dt = m.dv
t2 v2
1t
F.dt =
1
v
m.dv
t2
1t
F.dt = m. v 2 – m. v 1 = m ( v 2 – v 1 )
Bila t 1 = 0 dan t 2 = t, maka :
F.t = m ( v2 – v1 )
o
F = m ( v2 – v1 )
..............................................................................................(3.3)
Pada roda turbin terdapat sudu dan fluida kerja mengalir melalui ruang di antara
sudu tersebut. Apabila kemudian ternyata bahwa roda turbin dapat berputar, maka ada gaya
yang bekerja pada sudu. Gaya tersebut timbul karena terjadinya perubahan momentum dari
fluida kerja yang mengalir di antara sudu yang dianggap sangat efektif untuk menghasilkan
gaya dorong. Gaya dorong harus lebih besar atau sekurang-kurangnya sama dengan berat
turbin dan porosnya, agar turbin dapat berputar dengan lebih ringan.
Karena sudu-sudu tersebut dapat bergerak bersama-sama dengan roda turbin, maka
sudu tersebut dinamakan sudu gerak. Sebuah roda turbin bisa saja terdapat beberapa
baris sudu gerak yang dipasang berurutan dalam arah aliran fluida kerja. Setiap baris sudu
terdiri dari sudu-sudu yang disusun melingkari roda turbin, masing-masing dengan
bentuk yang sama. Turbin dengan satu baris sudu gerak dinamai bertingkat tunggal.
Sedangkan turbin dengan beberapa baris sudu gerak dinamai turbin bertingkat ganda. Proses
fluida kerja mengalir melalui baris sudu yang pertama, kemudian baris kedua, ketiga dan
seterusnya. Namun sebelum mengalir ke setiap baris sudu berikutnya, fluida kerja
melalui baris sudu yang bersatu dengan rumah turbin. Dan karena sudu tersebut terakhir
tidak berputar, sudu tersebut dinamakan sudu tetap, yang berfungsi mengarahkan aliran
fluida kerja masuk kedalam sudu gerak berikutnya, bisa juga sebagai nosel
Turbin uap adalah mesin rotari yang bekerja karena terjadi perubahan energi kinetik
uap menjadi putaran poros turbin. Proses perubahan itu terjadi pada sudu-sudu turbin.
Fluida uap dengan energi potensial yang besar berekspansi sehingga mempunyai energi
kinetik
tinggi yang akan medorong sudu, karena dorongan atau tumbukan tersebut, sudu
Turbin impuls adalah turbin yang mempunyai roda jalan atau rotor dimana terdapat sudu-
sudu
impuls. Sudu-sudu impuls mudah dikenali bentuknya, yaitu simetris dengan sudut 1 dan
masuk
sudut keluar 2 yang sama. Bentuk turbin impuls pendek dengan penampang yang konstan. Ciri
yang lain adalah secara termodinamika penurunan energi terbanyak pada nosel, dimana pada nosel
terjadi
proses ekspansi atau penuruan tekanan. Sudu-sudu turbin uap terdiri dari sudu tetap dan sudu gerak.
Sudu tetap berfungsi sebagai nosel dengan energi kinetik yang naik, sedangkan pada sudu begerak
tekanan adalah konstan atau tetap. Dari karakteristik tersebut, turbin impuls sering disebut turbin
tekanan sama. Bentuk dari sudu tetap turbin impuls ada dua macam yaitu bentuk simetris dan
bentuk
tidak simetris. Pada bentuk sudu tetap simetris, profile kecepatan dan tekanan adalah sama, tidak ada
perubahan kecepatan dan tekanan. Sedangkan pada sudu tetap yang berfungsi sebagi nosel
mempunyai bentuk seperti nosel yaitu antar penampang sudu membetuk penampang yang
menyempit pada ujungnya. Karena bentuknya nosel, kecepatan akan naik dan tekanan turun. Bentuk
pertama simetris dipakai pada turbin uap Curtis dan bentuk yang kedua dipakai turbin uap Rateau.
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pada turbin uap agar sudu gerak dapat berputar
maka dibutuhkan semburan uap yang akan memberikan dorongan (impuls) pada sudu jalan
tersebut. Uap yang disemburkan harus memiliki kecepatan tinggi agar memperoleh energi
kecepatan yang besar. Untuk itu maka sebelum memasuki sudu jalan, uap dari ketel harus
nosel, yang mana di dalam nosel tersebut akan terjadi penurunan tekanan uap dan
Po To
Pi
Co Ci
i
o
Bila uap berekspansi melalui penampang yang kecil, akan menghasilkan energi yang
seimbang dengan perubahan entalpinya. Energi kinetis diserap oleh sudu-sudu turbin yang
akan menghasilkan ekspansi isentropis. Kecepatan uap keluar nosel sangat dipengaruhi oleh
besarnya perbandingan tekanan keluar dan tekanan masuk. Dengan hukum kekekalan
energi
disebutkan bahwa energi sebelum dan sesudah nosel harus sama, maka :
c o + p .v o + u o = c12t + p 1 .v 1 + u 1
2
o
2 2
; p.v + u = h, maka :
2
co + h c1t2 + h 1
o =
2 2
2
c1t co2 - h1
- = ho
2 2
c 1t = ………………kJ/kg
c 1t =
…….....J/kg c 1t = 44,72
; jika c o = 0, maka
c 1t = 44,72
Uap yang keluar dari dalam nosel dengan kecepatan mutlak c 1 memasuki laluan-
laluan sudu pada sudut α 1 . Disebabkan oleh perputaran cakram turbin, kecepatan uap
pada jalan masuk ke laluan-laluan sudu akan mempunyai kecepatan relative terhadap
dinding laluan sudu tersebut. Kecepatan relative tersebut akan memiliki nilai dan arah yang
gerak, dapat dibentuk suatu skema aliran uap. Skema tersebut dapat dilihat berikut ini.
1 = sudut nosel
proses aliran uap yang terjadi, mulai dari masuk hingga keluar turbin. Untuk itu posisi
nosel dan sudu turbin perlu diperhatikan, karena hal tersebut akan mempengaruhi proses
Gambar diatas adalah skema turbin de-laval atau turbin impuls satu tahap. Turbin
terdiri satu atau lebih nosel konvergen divergen dan sudu-sudu impuls terpasang pada
roda
jalan (rotor). Tidak semua nosel terkena semburan uap panas dari nosel, hanya sebagian
saja. Pengontrolan putaran dengan jalan menutup satu atau lebih nosel konvergen divergen.
Adapun cara kerjanya adalah sebagai berikut. Aliran uap panas masuk nosel
Berbarengan dengan penurunan tekanan, kecepatan uap panas naik, hal ini berarti terjadi
kenaikan energi kinetik uap panas. Setelah berekspansi, uap panas menyembur keluar nosel
dan menumbuk sudu-sudu impuls dengan kecepatan abolut c 1 . Pada sudu-sudu impuls uap
u. Tekanan pada sudu-sudu turbin adalah konstan atau tetap, sedangkan kecepatan uap keluar
Berdasarka arah aliran uap yang mengalir melalui nosel atau sudu pengarah
dan melalui sudu gerak turbin maka dapat digambarkan suatu skema segi tiga kecepatan
uap,
yang kemudiam melalui skema tersebut dapat ditentukan kecepatan uap tersebut.
1
2
2 1
Dari segitiga kecepatan diatas, panjang pendeknya garis adalah mewakili dari besar
kecepatan masing-masing. Sebagai contoh, fluida masuk sudu dari nosel dengan kecepatan
c 1 kemudian keluar dari nosel sudah berkurang menjadi w1 dengan garis yang lebih
pendek, artinya sebagian energi kinetik fluida masuk sudu diubah menjadi energi kinetik
sudu dengan
kecepatan u, kemudian fluida yang sudah memberkan energinya meningglkan sudu
dengan kecepatan c 2 .
c 1 = c 1t ) ..……………………………………………...........................................
(3.5)
c 1 = 44,72 H
.d ..........................................................................................
u= ............(3.6)
.n
60
w1 = c 2 2 2 u c1 ....................................................................
u
1 cos 1 .........(3.7)
w1 sin 1 = c 1 sin 1
=c1 w1
sin 1
sin 1 ... ......... ....................................................................(3.8)
... .........
5. Sudut relatif uap keluar sudu gerak
2 = ................................................................................................
1 .................(3.9)
Atau kadang 2 = 1-
o o
(3 - 5 )
w 2 = w1
.......................................................................................................
(3.10)
0,86
w2 sin 2 = c 2 sin 2
w2 sin ...............................................................................
sin 2 = .........(3.12)
2
c2
Gaya tangensial turbin ditentukan berdasarkan prinsip impuls yang terjadi pada sudu.
Yang mana impuls tersebut terjadi akibat adanya perubahan momentum pada sudu,
dan perubahan momentum tersebut diakibatkan oleh adanya perubahan kecepatan uap yang
o
(c 1 cos 1 - c 2 cos 2 )
Fu = m .................................................................(3.13)
o
= m (c 1 cos 1 – (- c 2 cos 2 ))
o
= m (c 1 cos 1 + c 2 cos 2 )
; w2 = w1
cos 2 w1 cos 1
= (1 +
)
cos 1
cos w1 cos
c 1 cos 1 + c 2 cos 2 = (1 + 2 1
)
cos 1 ; w 1 cos 1= c 1 cos 1 – u
cos ( c1 cos 1 – u)
c 1 cos 1 + c 2 cos 2 = (1 + 2
)
cos 1
……………………….(3.14)
jadi :
o
Fu = m (c 1 cos 1 + c 2 cos 2 )
o
cos ( c1 cos 1 – u)
Fu = m (1 + 2
)
cos 1
..............................................................(3.15)
3.7. Daya Mekanis yang dihasilkan Turbin :
Daya mekanis yang dihasilkan oleh turbin ditentukan berdasarkan gaya dan
kecepatan tangensial turbin tersebut yang akan menghasilkan torsi pada poros turbin.
Sehingga dengan menerapkan persamaan daya mekanis turbin, maka akan diperoleh :
o
Pu = m .u (c 1u – c 2u )
karena
c 2u = c 2 cos 2
c 1u = c 1 cos 1
maka
o
Pu = m .u (c 1 cos 1 - c 2 cos 2 )
o
= m .u (c 1 cos 1 – (- c 2 cos 2 ))
o
Pu = m .u (c 1 cos 1 + c 2 cos 2 ) ………………………………………...(3.16)
Dari persamaan 3.14, diketahui bahwa :
cos 2
c 1 cos 1 + c 2 cos 2 = (1 + ( c 1 cos 1 – u)
)
cos 1
persamaan :
o ( c 1 cos 1 – u) ..................................................
Pu = m .u (1 + cos 2
(3.17)
)
cos 1
P u = Mt . ω
...........................................................................................................
(3.15)
Mt = Fu . r
ω= ur
P u = (Fu . r) (u/r)
P u = Fu . u
..........................................................................................................
(3.18)
o ( c 1 cos 1 – u)
Pu = m .u (1 + cos 2
)
cos 1
Kerja teoritis uap pada pinggir cakram untuk turbin ideal, dengan kata lain
tidak adanya kerugian baik pada nosel ataupun sudu akan menjadi :
2
o
c 1t
P= m
......................................................................................................
(3.18)
2
Pu ................................................................................................
u
......(3.19)
P
o
cos 2
m u 1 cos u
c
1 1
cos 1
u
o
m c12t
2
cos 2 1
2 u 1 c cos 1 u
cos 1
u
c2
1t
c12
; c1t2 2
cos 2
2 u 1 c1 cos 1 u
cos 1
u
c12
2
2 cos 2 cos u
2 1 c 1 u 2
u cos 1
1
c1
2
2 1 cos 2
cos u
u
u c
cos
1 1
c1
2
1
cos 2
u
u
u
2 2 1 cos 2 cos 1 2
1 c 1 c1
cos u u ..............................................
2 1 cos
2 2
c1 c1 (3.20)
u
cos
1
1
Jika ; 1 2, maka :
=
u u ...............................................................
u 2 2
1 cos (3.20)
1
c1 c1
BAB IV
ANALISIS VARIASI SUDUT SUDU-SUDU IMPULS
TERHADAP DAYA MEKANIS TURBIN
Semburan uap yang keluar dari nosel atau kelompok nosel yang diam akan
memberikan gaya pada sudu turbin yang besarnaya adalah Fu (Newton) dalam arah
putarnya. Gaya Fu yang dihasilkan oleh uap sewaktu uap tersebut di dalam laiannya melalui
sudu turbin duibah menjadi kerja mekanis pada pinggir sudu. Kerja yang dilakukan oleh
Gaya yang diberikan oleh uap ke sudu-sudu dapat dicari dengan menggunakan
pendekatan ilmu mekanika. Dari mekanika dapat diketahui bahwa perubahan momentum
selama periode waktu tertentu adalah sama dengan gaya yang diberikan. Dan dengan
Fu .t = m ( c1 – c2 )
o
Fu = m ( c 1 – c 2 ) ……………… …………………………………………. (4.2)
Gambar 4.1 Semburan uap dari nosel
Semburan uap yang mengalir melalui bentuk penampang sudu yang berbeda,
ternyata menghasilkan gaya dan energi yang berbeda pula. Artinya bentuk dari penampang
suatu sudu akan mempengaruhi bedar kecilnya energi mekanis yang akan dihasilkan.
Gambar 4.2 menunjukkan prinsip aksi uap pada berbagai bentuk benda.
Dapat ditunjukkan bahwa gaya Fu yang diberikan oleh uap pada berbagai bentuk benda
dengan
kondisi aliran yang serupa, tidak akan sama. Untuk jenis aliran yang berbeda
seperti ditunjukkan pada gambar 4.2, gaya-gaya ini dengan mudah dapat dievaluasi.
Misalkan kecepatan awal uap pada sisi keluar nosel untuk ketiga penampang
tersebut adalah sama, sama dengan c 1t , tetapi dalam arah yang berbeda sesuai dengan
permukaan yang menerimanya. Untuk hal khusus ini misalkan kecepatan c 1 sama dengan
Kasus (a)
Uap dengan kecepatan awal c 1t menubruk benda A dalam arah tegak lurus terhabap
o
permukaan yang menerimanya dan mengalami perubahan arah aliran sebesar 90 sewaktu
c 2 terhadap arah aksi gaya F1 semburan uap sama dengan nol. Dangan mensubstitusikan
kecepatan-kecepatan awal dan akhir uap c 1t dan c 2 , kita akan mendapatkan gsys
o
F1 = m ( c 1t – c 2 )
F1 = 500 N
Kasus (b)
c 2 = – c 1t
Jadi gaya F 2 yang bekerja searah dengan kecepatan c 1t dari persamaan (4.2), akan
sama dengan :
o
F2 = m ( c 1t – c 2 )
Kasus (c)
c 2 = – c 1t
Dalam hal ini semburan uap pada tempat masuk kepermukaan sudu tidak mengalir
dalam arah yang sejajar dengan arah gaya F3 yang brkerja pada benda tersebut. Dan oleh
sebab itu segera terbukti bahwa pada suku-suku kecepatan c 1t dan c 2 harus disubstitusikan
nilai-nilai
jadi
o
F3 = m ( c’ 1t – c’ 2 )
F3 = 866 N
diperoleh untuk kasus (b) dimana semburan uap yang mengalir sepanjang permukaan sudu
o
mengalami pembalikan arah sebesar 180 . Akan tetapi dalam pembuatan turbin uap,
aliran uap yang bemikian itu tidak mungkin diperoleh, dan oleh sebab itu, seperti yang
ditunjukkan
pada kasus (c), semburan uap diarahklan dengan suatu besar sudut tertentu, baik dari sisi
keluar nosel diam maupun dari sudu gerak. Akan tetapi sudut kemiringan ini terhadap
Untuk bisa mendapatkan kerja yang berguna dari aksi uap, adalah perlu bahwa
bwnda yang ditubruknya dapat bergerak leluasa. Bila kita andaikan bahwa benda-benda
A,B, dan C, akibat aksi uap berpindah searah dengan tanda panah, maka dengan
mengetahui kecepatan perpindahan u, kita dapat dengan mudah menghitung gaya F dan
kerja P. Anggap bahwa akibat aksi semburan uap benda-benda A,B, dan C berpindah
searah dengan gaya F, dengan kecepatan u yang sama. Maka gaya F pada ketiga kasus
Kasus (a)
Kecepatan uap relatif terhadap benda A yang bergerak akan sama dengan
:
w1 = c 1t – u
Kecepatan relatif uap sesudah perubahan arah aliran pada benda A akan sama dengan
w2 = c 2 = 0
o o
F’ 1 = m ( w1 – w2 ) = m ( c 1t – u ) …………………………...…(4.3a)
Kasus (b)
sama dengan :
w1 = c 1t – u
Kecepatan relatif uap yang meninggalkan permukaan sudu B yang cekung akan sama dengan
w2u = w1u = – c 1t cos 30 + u
Oleh sebab itu gaya yang diberikan oleh semburan uap pada benda B adalah :
o o
F’ 2 = m ( w1 – w2 ) = 2 m ( c 1t – u ) …………………………………….(4.3b)
Kasus (c)
w1u = c 1t cos 30 – u
o o
F’ 3 = m ( w1u – w2u ) = 2 m ( c 1t cos 30 – u ) …………………………......(4.3c)
Bila sekarang diandaikan bahwa kecepatan awal uap c 1 dan kecepatan perpindahan u
ketiga benda tersebut adalah sama yakni = 100 m/s dan u = 50 m/s, maka dengan
c 1t
Oleh sebab itu, dari persamaan (4.3c) ternyata bahwa gaya F’ 3 semburan uap
tergantung pada nilai cosinus sudut α 1. Dengan nilai yang minimum-nol, gaya F’ 3
akan mencapai nilai batasnya F’ 2. Dalam hal nilai sudut α 1 yang membesar, gaya yang
o
diberikan yang searah dengan arah putaran akan terus berkurang sampai pada nilai α 1 = 90 ,
gaya ini akan menjadi nol. Jadi, kecermatan harus diberikan sewaktu memilih nilai α 1
yang sesuai untuk nosel-nosel dan sudu-sudu turbin uap, biasanya yang diperbolehkan
o
adalah 11 sampai
o
20 (lit. 1 halaman 16).
Untuk membantu dalam penyelesaian skripsi ini, maka dilakukan survey studi ke Pabrik
Kelapa Sawit PTP Nusantara IV, yang dalam memenuhi kebutuhan energi listriknya
menggunakan turbin uap sebagai penggerak mula generator listrik. Dari survey
tersebut diperoleh beberapa informasi yang berkaitan dengan data-data yang dibutuhkan.
Data Turbin :
o
5. Sudut masuk sudu ( 1) : 24
o
6. Sudut keluar sudu ( 2 ) : 31
Untuk mendapatkan besarnya gaya tangensial dan daya mekanis yang dihasilkan
a) Panas Jatuh
o
Pada tekanan uap masuk 15 bar dan temperatur 240 C, diperoleh :
h 1 = 2899,3 kJ/kg
3
v 1 = 0,1483 m /kg
h f = 560,34 kJ/kg
h fg = 2164, 52 kJ/kg
3
v f = 0,001073 m /kg
3
v fg = 0,603227 m /kg
maka
h 2 = h f + x h fg
h 2 = 2616,63 kJ/kg
v 2 = v f + x v fg
3 3
= 0,001073 m /kg + (0,95) 0,603227 m /kg
3
= 0,57413 m /kg
∆h = h 1 - h 2
= 282,66 kJ/kg
Dengan hukum kekekalan energi disebutkan bahwa energi sebelum dan sesudah nosel
c o + p .v o + u o = c12t + p 1 .v 1 + u 1
2
o
2 2
; p.v + u = h, maka :
2
co + h c1t2 + h 1
o =
2 2
2
c1t co2 - h1
- = ho
2 2
1t
c = 2(ho h1 ) 2
………………kJ/kg
co
1t
c = 2.1000.(ho h1 ) …….....J/kg2
co
1t
c = 44,72 .(ho h1 ) c o
2
; jika c o = 0, maka
c 1t = 44,72 .(ho h1 )
c 1t = 44,72 h (m/det)………………………………………………………………(4.5)
c 1 = c 1t ;
= 714 m/s
Q m.v
Q A.c
m.v = A.c
Dimana :
A= .d.l
Untuk mengetahui laju aliran masa uap, maka rumus luas penampang
juga dipengaruhi oleh sudut masuk uap ( 1 ) dan pemasukan uap parsial ( ), sehingga
A= .d .l. .sin 1
3,14(0,8)(0,02)(0,25)(714)
m= 5kg
0,57413 m3/kg
4.4 Perhitungan Kerja Turbin Berdasarkan Prinsip Aksi Uap.
mendukung performa turbin, semuanya merujuk kepada proses aliran uap yang terjadi
ketika memasuki sudu hingga meninggalkan sudu. Skema aliran tersebut ditunjukkan pada
gambar
4.4 berikut.
a) Kecepatan tangensial :
ð .d ð .(0,8.m)(3000.rpm)
u= =
.n 60
60
u = 125 m/s
1
2
2 1
w1 = c12 2 2 u c1 cos 1
u
2 2
= 714,21 125 2 714,21 125 cos 20 m/s
598,27
w1 sin 1 = c 1 sin 1
c1 sin 1
sin 1=
w1
o
2 = 1= 24
Kecepatan uap keluar sudu gerak dipengaruhi oleh kerugian pada sudu-sudu 0,86
w2 = w1
c 2 = w22 u 2 2 u w2 cos 2
c 2 = 403,52 m/s
g) Sudut mutlak uap keluar sudu gerak :
w2 sin 2 = c 2 sin 2
w2 sin
sin 2 = 2
c2
o
2 = arc sin 0,5186 = 31,2
Fu = m (c 1 cos 1 - c 2 cos 2 )
= m (c 1 cos 1 – (- c 2 cos 2 ))
= m (c 1 cos 1 + c 2 cos 2 )
Jika :
maka :
Fu = m (c 1u + c 2u )
i) Daya Turbin
P u = m.u (c 1u - c 2u )
P u = m.u (c 1u – (- c 2u ))
P u = m.u (c 1u + c 2u )
P u = 635 kWatt
4.5 Hubungan Variasi 1 terhadap F u dan P u
mempengaruhi nilai dari gaya tangensial (F u ) dan daya mekanis (P u ) turbin. Jika
α 1 divariasikan, maka nilai Fu dan P u juga akan ikut bervariasi. Berdasarkan literatur yang
ada dan juga data di lapangan, batas variasi sudu yang diperbolehkan itu adalah berkisar
antara
o o
11 s/d 20 .
Fu = m (c 1 cos 1 - c 2 cos 2 )
= m (c 1 cos 1 – (- c 2 cos 2 ))
= m (c 1 cos 1 + c 2 cos 2 )
Karena :
; w2 = w1
cos 2 w1 cos 1
= (1 +
)
cos 1
; 1= 2
; w 1 cos 1= c 1 cos 1 – u
jadi :
Fu = m (c 1 cos 1 + c 2 cos 2 )
Fu = m (1 + ) ( c 1 cos 1 – u)
Pu = m.u (c 1u + c 2u )
Pu = m.u (1 + ) ( c 1 cos 1 – u)
beda jika 1 divariasikan, seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Pengaruh variasi sudut terhadap Gaya dan Daya turbin
1 F u (kN) P u (kW)
o
0 5,47965 684,956
o
5 5,45437 681,796
o
10 5,37874 672,342
o
15 5,25332 656,665
o
20 5,08008 635,085
o
25 4,85733 607,166
o
30 4,58977 573,721
1
1
Gambar 4.6 Grafik pengaruh perubahan sudut terhadap gaya tangensial
1
Gambar 4.7 Grafik pengaruh perubahan sudut terhadap Daya mekanis turbin
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa jika sudut semakin kecil maka
gaya tangensial dan daya mekanis turbin akan semakin besar, demikian juga
sebaliknya. Hal
tersebut disebabkan karena jika 1 semakin kecil (mendekati 0), maka dorongan/ semburan
uap yang diterima sudu akan semakin besar. Hal ini dikerenakan sumburan uap tersebut
cos u u
2 1 cos
2
u
2
cos
1
1 c1 c1
Dari persamaan di atas ternyata bahawa besaran u tergantung pada nilai u/c 1 , sudut nosel,
Hubungan u/c 1 agaknya merupakan karakteristik dasar tingkat turbin. Jika nilai-nilai
sudut 1 , 1 , 2 dan koefisien kecepatan dan tetap konstan pada persamaan 3.20,
maka
u u u
2
u
cos 1 cos 1 ……………...…………….(4.4)
c1c c1 c 1
1
Jika u/c 1 = 0 dan u/c 1 = cos α, rumus di atas akan menjadi nol dan akibatnya u
adalah sama dengan nol. Untuk menentukan nilai optimum u/c 1 akoefisien turunan
(diferensial)
u u
2
d cos 1
c1 c
1
0
u
d
c1
u
cos 1 2 0
c1
= 1 ....................................................................................(4.5)
u cos
c 2
1 opt
Dengan mensubstitusikan nilai u/c 1 dari persamaan 4.5 ke persamaan 3.20, maka
diperoleh nilaiefisiensimaksimum.
cos
u. max
2
1
cos
2
cos 2 1 ………………………….…….(4.6)
1
Jika :
1 = 2 , maka
2 cos ………………………………….....................(4.7
2
u.max 1 1
Dari analisis dan perhitungan yang dilakukan, diketahui bahwa besar sudut sudu
turbin sangat mempengaruhi besarnya gaya dan daya mekanis turbin tersebut. Namun
perlu diketahui satu besar sudut tertentu yang paling baik untuk perencanaan turbin. Hal
tersebut dapat ditentukan berdasarkan hubungan effisiensi turbin tersebut terhadap besar
Menurut Muin (1993) bahwa nilai koefisien kecepatan optimum (u/c 1 ) = 0,483.
(u/c 1 )
0,000 0,000
0
0,100 0,3216
0,200 0,5671
0,300 0,7420
0,351 0,8016
0,400 0,8407
0,483 0,8663
0,500 0,8652
0,600 0,8154
0 .9
0 .8
0 .7
ef0 .6
f 0 .5
is
ie0 .4
ns
0 .3
0 .2
0 .1
00 0 .1 0 .2 0 .3 0 .4 0 .5
0 .6 u /c
Hasil yang diperoleh dari tabel dan juga grafik di atas ditentukan
kecepatan.
Dari grafik dan tabel di atas menunjukkan bahwa hubungan koefisien kecepatan
dan efisiensi tidaklah linier dan ditemukan bahwa nilai optimum (u/c 1 ) = 0,483.
Berdasarkan
u
Cos α 1 = 2
c
1
u
α 1 = arcos 2 = arcos (2. 0,483)
c1
o o
α 1 = 14,98 = 15
Atau
Untuk memperoleh akurasi yang lebih baik maka dilakukan perhitungan dan analisis
dengan
c1 =
714.2100
Kecepatan tangensial
>> u=pi*d*n/60
u =
125.6637
Kecepatan relatif uap masuk sudu turbin
>> w1=sqrt(c1^2+u^2-2*c1*u*cos(A1*(pi/180)))
w1 =
597.6721
sinB1 =
0.4087
>> B1=asin(0.4087)/(pi/180)
B1 =
24.1232
Sudut relatif keluar sudu gerak
>> B2=B1
B2 =
24.1232
w2 =
513.9980
c2 =
402.5980
sinA2 =
0.5218
>> A2=asin(0.5218)/(pi/180)
A2 = 31.4531
Gaya Tangensial dan Daya Mekanis Turbin
Fu = m (c 1 cos 1 - c 2 cos 2 )
= m (c 1 cos 1 – (- c 2 cos 2 ))
= m (c 1 cos 1 + c 2 cos 2 )
Jika :
maka :
Fu = m (c 1u + c 2u )
Daya Turbin
P u = m.u (c 1u + c 2u )
Perhitungan di atas tentunya merujuk kepada persamaan gaya tangensial dan daya
mekanis turbin yang diturunkan dari perhitungan analisis aliran kecepatan uap melalui sudu
tubin.
Untuk bisa melakukan perhitungan seperti diatas, maka data-data yang bersangkutan
Ketik :
>> a1=20;
>> a2=31.2;
>> m=5;
>> c1=714.21;
>> c2=403.52;
>> u=125;
>> c1u=c1*cos(a1*(pi/180));
>> c2u=c2*cos(a2*(pi/180));
>> F=m*(c1u+c2u)
Enter
F =
5.0815e+003
>> P=u*m*(c1u+c2u)
P =
6.3518e+005
Ketik :
>> a=10:1:20;
>> m=5;
>> u=125;
>> c=714.21;
>> b=cos(a*(pi/180));
>> F=1.86*m*(c*b-u)
Enter.
1.0e+003 *
Columns 1 through 6
Columns 7 through 11
1 F u (kN)
o
10 5,3787
o
11 5,3576
o
12 5,3345
o
13 5,3094
14o 5,2824
15o 5,2533
16o 5,2223
o
17 5,1894
o
18 5,1546
o
19 5,1178
20o 5,0791
Untuk melihat grafik, ketik :
>> plot(a,F)
Grafikubunga
h
sudutapmasuk n g
₁vs aya angensial
u
5400
u α t F
)n
t
5350
o
e 5300
w
N
(u 5250
F
ila
s
5200
e
n
g
n
5150
a
ta
a 5100
y
G
5050
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Sudutapmasuk₁ ( ..°
u α )
Gambar 4.15 Grafik hubungan sudut dengan Gaya tangensial
turbin
>>P=u*1.86*m*(c*b-u)
Enter
P =
1.0e+005 *
Columns 1 through 6
Columns 7 through 11
1 P u (kW)
o
10 672,34
o
11 669,70
o
12 666,81
o
13 663,68
14o 660,30
15o 656,67
16o 652,79
o
17 648,68
o
18 644,32
o
19 639,72
20o 634,89
>> plot(a,P)
Grafikubunga
sudutapmasuk
h ₁nvs ayamekanisu
675 u α d P
670
tt 665
)a
( 660
W
k
P 655
u
s
in 650
a
e
k
m 645
y
a 640
a
D
635
630
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Sudutapmasuk₁ (
u α ..°)
(u/c 1 )
0,000 0,000
0
0,100 0,3216
0,200 0,5671
0,300 0,7420
0,351 0,8016
0,400 0,8407
0,483 0,8663
0,500 0,8652
0,600 0,8154
Ketik :
>> ef=[0 .3216 .5671 .7420 .8016 .8407 .8663 .8652 .8154];
>> plot(X,ef)
enter
0 .9
0 .8
0 .7
ef0 .6
f 0 .5
is
ie0 .4
ns
0 .3
0 .2
0 .1
00 0 .1 0 .2 0 .3 0 .4 0 .5
0 .6 u /c
Gambar 4.17 Grafik hubungan nilai (u/c 1 ) optimum terhadap effisiensi maksimum
Jika kita ingin melihat berbagai variasi effisiensi sebagai fungsi u/c jika sudut
fplot('[3.3573*(cos(0*(pi/180))-X)*X,3.3573*(cos(15*(pi/180))-
X)*X,3.3573*(cos(20*(pi/180))-X)*X]',[0,.6])
Enter
G r a f ik e f f isie n si vs
u/c
1
0.8
Ef
f
is 0.6
ie 0 derajat
n 15 derajat
s i 0.4 20 derajat
T
ur
0.2
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
0.6
u /c
Gambar 4.18 Grafik effisiensi sebagai fungsi u/c
Hubungan antara sudut masuk sudu dengan efisiensi turbin dapat juga dilihat seperti berikut
: Ketik :
>> fplot('[3.72*(cos(a*(pi/180))-
0.6)*0.6,3.72*(cos(a*(pi/180))-0.5)*0.5,3.72*(cos(a*(pi/180))-
0.483)*0.483,3.72*(cos(a*(pi/180))-0.25)*0.25]',[0,30])
Efi 0.8
si
en
si
0.75
tur
bi 0.7
n
0.65
0.6
0.550 5 10 15 20 25 30
Sudut masuk sudu
Gambar 4.19 Grafik effisiensi dengan sudut uap masuk sudu
Grafik di atas menunjukkan bahwa efisiensi turbin juga akan semakin maksimal jika
1 = 0. Namun hal tersebut tidak mungkin dilakukan. Jadi harus ditentukan 1 yang paling
o
optimal (mendekati ideal). Grafik di atas menunjukan bahwa grafik untuk 1 = 15 hampir
dan seluruh grafik yang diperoleh digabungkan dalam satu grafik, maka akan terlihat pada
sudut berapa sudu turbin yang paling efektif dan efisien. Hal tersebut dapat dilihat dari
Tabel 4.6 Pengaruh variasi sudut terhadap Daya dan Effisiensi Turbin
1 (.. )o
2 (.. ) P u (kW)
o
2
110
100
90
80
70 u/ c 1=0. 5
u/ c 1=0.
60 483 u/ c
1=0. 6
50
0 5 10 15 20 25 30
1
Gambar 4.20 Grafik hubungan sudut dengan daya dan efisiensi turbin
4.9 Perbandingan Hasil Perhitungan Manual Dengan Simulasi
Dari hasil perhitungan yang dilakukan secara manual dan secara simulasi, maka
didapatkan hasil yang tidaka jauh berbeda antara kedua cara tersebut. Hasilanay dapat
Perbandingan perhitungan
daya manual dan simulasi
650
645
640
Da
ya
tur
bi 635
n
(k
W)
630
625
620
17 17.5 18 18.5 19 19.5 20 20.5 21 21.5 22
Sudut uap masuk (derajat)
Gambar 4.21 Grafik perbandingan hasil perhitungan daya manual dengan simulasi
Dari hasil perbandingan yang dilakukan terhadap perhitungan manual dengan
simulasi maka dapat diketahui bahwa keakuratan dengan cara simulasi lebih teliti daripada
dengan cara perhitungan manual. Namun perbedaan hasil yang didapatkan masih dapat
5.1 Kesimpulan
Dari proses analisis dan simulasi yang dilakukan terhadap data-data dan
spesifikasi turbin uap jenis impuls, maka didapatkan suatu kesimpulan bahwa :
Ø Gaya tangensial dan daya mekanis turbin akan semakin besar jika sudut uap masuk
( 1 ) semakin kecil.
Ø Gaya tangensial dan daya turbin yang besar belum tentu akan memperoleh
Ø Besar sudut 1 yang paling optimal untuk mendapatkan performa turbin yang palilng
o
baik dan maksimal yakni pada sudut 15 .
Ø Hasil analisis secara manual dan simulasi menunjukkan hasil yang tidak jauh
berbeda.
5.2 Saran
Skripsi ini disadari masih membahas sebagian kecil mengenai turbin uap yang
digunakan sebagai power plant, dan juga masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
bagi mahasiswa yang hendak mengambil tugas skripsi dapat melanjutkan sekripsi ini
dengan pembahasan yang lain dan variasi yang berbeda. Hal tersebut sangat baik untuk
dilakukan, karena dengan demikian secara bertahap analisis yang dilakukan terhadap turbin