Anda di halaman 1dari 72

Standar Operasional Prosedur

Klinik 2016

, Solusi Kesehatan Anda!


Kami Berkomitmen Membantu Anda Meningkatkan Kesehatan untuk
Kualitas Hidup yang Lebih Baik.
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

DAFTAR ISI

A. DAFTAR ISI.................................................................................................................... 1
B. LAYANAN MEDIS.......................................................................................................... 2
1. SOP PASIEN KONSUL KE KONSULEN DI EMERGENSI................................ 3
2. SOP PASIEN OBSERVASI.................................................................................. 4
3. SOP PEMERIKSAAN/ TINDAKAN PASIEN EMERGENSI............................... 5
4. SOP PEMERIKSAAN/ TINDAKAN PASIEN NON BEDAH DI EMERGENSI ROOM 7
5. SOP PENGOPERASIAN NEBULIZER.............................................................. 10
6. SOP PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS........................................................ 11
7. SOP RUJUKAN MEDIS..................................................................................... 12
8. SOP PASIEN ANAK DENGAN DEMAM TIFOID............................................. 13
9. SOP PASIEN ANAK DENGAN ASTHMA.......................................................... 15
10. SOP PASIEN DENGAN HIPERTENSI.............................................................. 19
11. SOP PASIEN DENGAN STROKE..................................................................... 22
12. SOP PASIEN DENGAN TB PARU.................................................................... 29
13. SOP PASIEN DENGAN MCI............................................................................. 32
C. LAYANAN NON-MEDIS............................................................................................... 37
14. SOP PERLENGKAPAN DAN PERALATAN..................................................... 38
15. SOP LAYANAN PARKIR................................................................................... 40
16. SOP LAYANAN PETUGAS SATPAM................................................................ 41
17. SOP KEBERSIHAN HALAMAN....................................................................... 42
18. SOP KEBERSIHAN RUANGAN DAN PRASARANA........................................ 43
19. SOP PETUGAS DAN GREETING..................................................................... 44
20. SOP PENDAFTARAN PASIEN......................................................................... 46
21. SOP ALUR LAYANAN KESEHATAN............................................................... 48
22. SOP REKAM MEDIK........................................................................................ 56
D. DESKRIPSI KERJA TENAGA KLINIK.........................................................................58
23. SOP PIMPINAN KLINIK.................................................................................. 59
24. SOP PENANGGUNGJAWAB MEDIS............................................................... 60
25. SOP DOKTER PELAYANAN............................................................................. 62
26. SOP PERAWAT................................................................................................. 64
27. SOP MARKETING............................................................................................ 66
28. SOP REKAM MEDIK/ ADMINISTRASI.......................................................... 68
29. SOP PETUGAS PENDAFTARAN...................................................................... 70

Page 1 of
72
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

LAYANAN
MEDIS 1
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
LAYANAN MEDIS MELIPUTI:
1. Pasien Konsul Ke Konsulen Di
Emergensi
2. Pasien Observasi
3. Pemeriksaan/ Tindakan Pasien Emergensi
4. Pemeriksaan/Tindakan Pasien Non Bedah
Di Emergensi Room
5. Pengoperasian Nebulizer
6. Persetujuan Tindakan Medis
7. Rujukan Medis
8. Penanganan Penyakit Tertentu
a. Pasien Anak Dengan Demam Tifoid
b. Pasien Anak Dengan Asthma
c. Pasien Dengan Hipertensi
d. Pasien Dengan Stroke
e. Pasien Dengan TB Paru
f. Pasien Dengan MCI
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PENANGANAN PASIEN
KONSUL KE KONSULEN DI EMERGENSI
No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 1 dari 1

1. TUJUAN
Sebagai pedoman dalam melakukan konsul ke konsulen.

2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini di laksanakan di Emergensi.

3. DEFINISI
Konsul ke konsulen adalah dokter jaga Emergensi dalam menangani pasien
memandang perlu untuk di konsulkan ke dokter ahli.

4. INFORMASI UMUM
4.1. Konsul ke konsulen bisa lewat telpon atau datang langsung.
4.2. Konsul ke rawat jalan.

5. URAIAN PROSEDUR
5.1. Di luar jam kerja.
5.1.1. Dokter jaga memastikan bahwa pasien tersebut harus di tangani oleh
dokter ahli.
5.1.2. Dokter/perawat jaga Emergensi menghubungi dokter konsulen melalui
telpon.
5.1.3. Dokter jaga Emergensi menunggu jawaban dari dokter konsulen bila
dalam 2 x 15 menit tidak ada jawaban maka di alihkan ke dokter
konsulen lain.
5.2. Pada waktu jam kerja/jam praktek.
5.2.1 Dokter/perawat menghubungi. unit rawat jalan untuk memastikan
dokter ahli praktek.
5.2.2 Dokter/perawat memastikan keadaan umum pasien bila terdapat
kegawatan, dokter ahli di minta untuk datang ke Emergensi.
5.2.3 Petugas Emergensi akan mengantar pasien ke rawat jalan/dokter ahli
yang dituju bila keadaan umum pasien memungkinkan.
5.2.4 Petugas Emergensi melakukan serah terima dengan petugas rawat jalan.

Page 3 of 72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PENANGANAN PASIEN OBSERVASI


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 1 dari 1

1. TUJUAN
Untuk memudahkan penanganan pasien – pasien observasi

2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini dilaksanakan di bagian observasi

3. DEFINISI
Pasien observasi adalah pasien – pasien yang berobat di Emergensi yang
memerlukan pengawasan sampai keadaan stabil atau pasien–pasien poliklinik yang
karena kondisinya memerlukan observasi

4. INFORMASI UMUM
4.1. Konsul ke konsulen bisa lewat telpon atau datang langsung.
4.2. Konsul ke rawat jalan.

5. URAIAN PROSEDUR
Pasien observasi di ruang observasi yang memerlukan pengawasan sampai keadaan
stabil :
5.1. Dokter jaga Emergensi memastikan bahwa pasien tersebut harus diobservasi
dan memerlukan pengawasan ketat sampai keadaan stabil minimal selama 6
jam.
5.2. Dokter jaga melakukan anamnesa dan melakukan konsultasi dengan konsulen
jika diperlukan
5.3. Dokter/perawat melakukan tindakan sesuai kasus pada saat pasien di observasi.
5.4. Perawat melakukan pengawasan ketat dengan pemeriksaan keadaan umum,
tingkat kesadaran dan pengukuran tanda-tanda vital.
5.5. Perawat memesan makan pasien sesuai dengan dokter untuk pasien – pasien
yang memungkinkan untuk makan via oral pada waktu jam makan.
5.6. Jika kondisi pasien sudah stabil maka pasien dapat pulang dan atau dirujuk ke
rumah sakit terdekat bila memerlukan terapi lanjutan yang lebih
komprehensif.

Page 4 of 72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PEMERIKSAAN/ TINDAKAN PASIEN
EMERGENSI
No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 1 dari 2

1. TUJUAN
Sebagai pedoman dalam melakukan pemeriksaan/tindakan pasien emergensi.

2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini dilaksanakan di gawat darurat.

3. DEFINISI
Pemeriksaan/pelayanan pasien emergensi adalah suatu bentuk pelayanan yang di
berikan oleh gawat darurat untuk paien-pasien yang memerlukan penanganan
dengan segera.

4. INFORMASI UMUM
4.1 Air way adalah pembebasan jalan nafas.
4.2 Breathing adalah pemberian bantuan nafas.
4.3 Circulation adalah pemberian bantuan sirkulasi cairan.

5. URAIAN PROSEDUR
5.1. Petugas gawat darurat menerima pasien emergensi dan di bawa ke ruang
tindakan emergensi
5.2. Petugas gawat darurat dan dokter melakukan anamnesis singkat riwayat
penyakit pasien saat pasien datang, kepada keluarga.
5.3. Perawat gawat darurat melakukan pemeriksaan keadaan umum, kesadaran
(GCS), tekanan darah, nadi, suhu, setelah melakukan anamnese singkat.
5.4. Perawat gawat darurat melakukan identifikasi kepada pasien apakah ada
gangguan terhadap (Air way, breathing, circulasion) pada pasien.
5.5. Dokter/perawat memberikan obat – obat life saving bila di perlukan
5.6. Dokter/perawat melakukan Resusitasi Jantung Paru terhadap pasien yang
mengalami gagal jantung paru.
5.7. Perawat melakukan suction pada pasien bila terdapat pasien yang mengalami
gangguan jalan nafas.
5.8. Perawat memberikan oksigen pada pasien yang mengalami sesak nafas.
5.9. Perawat memasang monitor ECG terhadap pasien – pasien yang di
perkirakan terdapat gangguan jantung atas kolaborasi dengan dokter.
5.10. Perawat melakukan ECG pada pasien – pasien emergensi untuk mengetahui
keadaan jantungnya atas kolaborasi dengan dokter.
5.11. Dokter/perawat yang memiliki sertifikat ACLS melakukan tindakan DC Shock
terhadap pasien yang mengalami ventrikel fibrilasi.
5.12. Perawat melakukan pemasangan infus sesuai kebutuhan cairan yang di
perlukan atas kolaborasi dengan dokter.
5.13. Perawat/ petugas laboratorium melakukan pengambilan darah untuk
pemeriksaan laboratorium sesuai keadaan pasien.
5.14. Perawat melakukan pemasangan NGT terhadap pasien – pasien yang tidak
bisa makan peroral.

Page 5 of 72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN/ TINDAKAN PASIEN
EMERGENSI
No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 2 dari 2
5.15. Perawat melakukan tindakan pemasangan folly kateter atas kolaborasi
dengan dokter.
5.16. Perawat gawat darurat mencatat hasil dari pemeriksaannya ke dalam status
pasien setelah melakukan pemeriksaan.
5.17. Perawat menimbang berat badan pasien bila pasien anak untuk memberikan
jumlah therapy sebelum di lakukan pemeriksaan.
5.18. Dokter melakukan pemeriksaan fisik pasien dengan cara anamnesa, keadaan
umum, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, inspeksi,
auskultasi, palpasi, perkusi, pemeriksaan penunjang.
5.19. Perawat melakukan pengambilan darah ke pasien bila dokter memerlukan
pemeriksaan laboratorium.
5.20. Perawat menghubungi/memanggil lewat telpon petugas radiologi untuk
pemeriksaan bila dokter memerlukan.
5.21. Dokter memberikan therapy kepada pasien bila data pemeriksaan sudah
lengkap.
5.22. Perawat mencatat perawatan yang di berikan bila pasien di rawat saat pasien
akan naik ke ruang rawat inap.
5.23. Perawat membuat laporan pasien yang telah dilayani sesuai yang diberikan
setelah pelayanan selesai.
5.24. Perawat menginput data ke komputer sesuai pemeriksaan yang diberikan.
5.25. Perawat/ dokter melakukan observasi di gawat darurat minimal selama 6
jam atau bila hemodinamik stabil.

Page 6 of 72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PEMERIKSAAN/TINDAKAN PASIEN NON
BEDAH DI EMERGENSI ROOM
No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 1 dari 3

1. TUJUAN
Sebagai pedoman dalam melakukan pemeriksaan/tindakan Emergensi pasien non
bedah

2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini dilaksanakan di Emergensi.

3. DEFINISI
Pemeriksaan/tindakan pasien non bedah adalah suatu bentuk pelayanan yang di
berikan oleh Emergensi pada pasien yang tidak memerlukan pemeriksaan/
tindakan bedah.

4. INFORMASI UMUM
4.1. Pemeriksaan non bedah :
4.1.1. Pemeriksaan fisik adalah Pemeriksaan yang di lakukan dokter/ perawat
dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi.
4.1.2. Pemeriksaan Penunjang adalah pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
radiology, ECG.
4.1.3. Pemeriksaan tanda – tanda vital adalah pemeriksaan tensi, nadi, suhu, dan
pernafasan.
4.2. Tindakan pasien non bedah:
4.2.1. Pasang infus
4.2.2. Ambil sample darah
4.2.3. Inhalasi
4.2.4. Kompres dingin
4.2.5. Klisma
4.2.6. Pemberian oksigen

5. URAIAN PROSEDUR
5.1. Petugas Emergensi menerima pasien langsung di bawa ke ruang non bedah.
5.2. Petugas Emergensi menganamnese singkat riwayat penyakit pasien saat pasien
datang.
5.3. Perawat Emergensi melakukan pemeriksaan tensi, nadi, suhu, setelah
melakukan anamnese singkat. (sesuai standar profesi perawatan)
5.4. Perawat Emergensi mencatat hasil dari pemeriksaannya ke dalam status
pasien setelah melakukan pemeriksaan.
5.5. Perawat menimbang berat badan pasien bila pasien anak untuk memberikan
jumlah therapy sebelum di lakukan pemeriksaan.

Page 7 of 72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN/TINDAKAN PASIEN NON
BEDAH DI EMERGENSI ROOM
No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 2 dari 3
5.6. Dokter melakukan pemeriksaan fisik pasien dengan cara inspeksi, auskultasi,
palpasi, perkusi, penunjang. (sesuai standar profesi medik).
5.7. Dokter melakukan pencatatan selurah hasil pemeriksaannya dan rencana
tindakannya bila selesai pemeriksaan.
5.8. Perawat melakukan pengambilan darah ke pasien bila dokter memerlukan
pemeriksaan laboratorium. (sesuai standar profesi laboratorium)
5.9. Pos mengantar sample darah ke laboratorium bila sample darah sudah di
ambil untuk di lakukan pemeriksaan.
5.10. Perawat atau pos memberitahu kepada pasien untuk menunggu hasil
laboratorium kurang lebih 30 menit.
5.11. Dokter/Perawat memberi tahu kepada pasien bila hasil laboratorium sudah
ada.
5.12. Perawat/pos mengantar pasien ke radiology untuk pemeriksaan bila dokter
memerlukan.
5.13. Dokter memberikan therapy kepada pasien bila data pemeriksaan sudah
lengkap.
5.14. Dokter memberikan nasehat kepada pasien setelah selesai memberi pelayanan.
5.15. Perawat melakukan tindakan pemasangan infus bila pasien memerlukannya
atas kolaborasi dengan dokter. (sesuai standar profesi perawatan)
5.16. Perawat melakukan ECG bila dokter memerlukan data pasien. (sesuai standar
profesi perawatan)
5.17. Perawat melakukan tindakan inhalasi saat pasien memerlukan atas kolaborasi
dengan dokter. (sesuai standar profesi perawatan)
5.18. Perawat memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien bila pasien
memerlukannya atas kolaborasi dengan dokter. (sesuai standar profesi
perawaratan)
5.19. Perawat melakukan tindakan klisma bila terdapat pasien konstipasi atas
kolaborasi dengan dokter. (sesuai standar profesi perawratan)
5.20. Perawat memberikan posisi setengah duduk bila pasien memerlukannya.
5.21. Perawat melakukan tindakan pemberian obat – obat injeksi atas kolaborasi
dengan dokter. (sesuai standar profesi perawatan).
5.22. Perawat melakukan tindakan kompres dingin bila terdapat pasien panas.
(Sesuai standar profesi perawatan)
5.23. Perawat memberikan obat oral pada pasien yang memerlukan atas kolaborasi
dengan dokter. (sesuai standar profesi perawatan)
5.24. Perawat memberikan obat per rectal pada pasien yang memerlukan atas
kolaborasi dengan dokter. (sesuai standar profesi perawatan)
5.25. Perawat mencatat perawatan yang di berikan setelah selesai melakukan
tindakan.
5.26. Perawat meng-input pelayanan yang di berikan setelah selesai melakukan
tindakan.

Page 8 of 72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN/TINDAKAN PASIEN NON
BEDAH DI EMERGENSI ROOM
No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 3 dari 3
5.27. Perawat menginput data pemeriksaan ke dalam komputer sesuai hasil
pemeriksaan dan tindakan yang diberikan.
5.28. Perawat membuat laporan pasien yang telah di layani setelah pelayanan
selesai di dalam buku laporan.Khusus pasien Jamaah Haji setelah melakukan
pemeriksaan atau tindakan, dokter mengisi surat keterangan yang
menyatakan pasien masih dirawat/ dapat dipulangkan/ rujuk/ pulang paksa.
5.29. Surat keterangan untuk pasien Jamaah Haji dibuat rangkap 2, lembar
pertama diserahkan kepada petugas Haji sedangkan lembar kedua
didokumentasikan di dalam status/ dokumen rekam medis pasien.

Page 9 of 72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PENGOPERASIAN NEBULIZER
No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 1 dari 1

1. TUJUAN
1.1. Sebagai pedoman untuk pengoperasian alat Nebulizer agar dapat dipergunakan
setiap saat.
1.2. Sebagai pedoman untuk mencegah terjadinya kerusakan dan kesalahan
pengoperasian pada alat Nebulizer.
1.3. Sebagai pedoman untuk memudahkan penggunaan dalam mengoperasikan alat
Nebulizer.

2. RUANG LINGKUP
2.1. Perawat
2.2. Petugas Alat Kesehatan

3. DEFINISI
Nebulizer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengeluarkan mullus agar tidak
terjadi suatu pengentalan sputum sehingga mengakibatkan tersumbatnya jalan
nafas.

4. INFORMASI UMUM
Suatu alat yang digunakan untuk melancarkan jalan nafas akibat pengentalan
sekret.

5. TAHAPAN KERJA
5.1. Penggunaan alat Nebulizer sesuai dengan kondisi pasien
5.2. Siapkan obat dan alat yang diperlukan
5.3. Hubungkan kabel listrik ke stop kontak
5.4. Campurkan obat dan masukkan ke dalam tabung nebulizer lalu tutup
5.5. Nebulizer didekatkan ke pasien, kemudian pasang sungkup
5.6. Atur “timer” kurang lebih 15 menit
5.7. Pengaturan ulang, lepaskan kabel listrik dari stop kontak
5.8. Rapihkan alat dalam keadaan siap pakai.

Page 10 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 1 dari 1

1. TUJUAN
1.4. Sebagai pedoman untuk pemberian tindakan medis pada pasien
1.5. Sebagai pedoman untuk mencegah terjadinya ketidaksetujuan keluarga pasien
terhadap tindakan medis yang dilakukan
1.6. Sebagai pedoman untuk menjadi dasar bagi petugas medis melakukan tindakan
medis

2. RUANG LINGKUP
1.7. Dokter
1.8. Perawat

3. DEFINISI
Persetujuan tindakan medis (Informed Consent) adalah pernyataan
persetujuan (consent) atau izin dari pasien yang diberikan dengan bebas, rasional,
tanpa paksaan (voluntary) tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan
terhadapnya sesudah mendapatkan informasi yang cukup tentang tindakan
kedokteran yang dimaksud

4. TAHAPAN KERJA
Persetujuan tindakan medis dilakukan melalui ketentuan berikut:
5.1. Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan untuk tindakan medis
yang dinyatakan secara spesifik.
5.2. Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan tanpa paksaan
(voluntary).
5.3. Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan oleh seorang (pasien)
yang sehat mental dan yang memang berhak memberikannya
5.4. Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan setelah diberikan cukup
informasi dan penjelasan yang diberikan
5.5. Persetujuan tindakan medis ditandatangani oleh pasien, dokter, saksi keluarga
pasien dan perawat/klinik
5.6. Contoh Formulir Persetujuan Tindakan Medis (Informed Concent) terlampir.

Page 11 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

RUJUKAN MEDIS
No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 1 dari 1

1. TUJUAN
Sebagai acuan penatalaksanaan pengantaran rujukan sampai rumah sakit tujuan
dengan cepat dan aman.

2. RUANG LINGKUP
2.1. Dokter
2.2. Perawat

3. DEFINISI
Rujukan medis adalah pasien yang atas pertimbangan dokter/ perawat/ bidan
memerlukan pelayanan di RS baik untuk diagnostik penunjang atau terapi.

4. TAHAPAN KERJA
5.1. Petugas menyatakan pasien perlu rujukan
5.2. Petugas menjelaskan dan meminta persetujuan kepada keluarga pasien untuk
dirujuk.
5.3. Keluarga pasien setuju.
5.4. Petugas membuat surat rujukan
5.5. Petugas membuat rincian biaya pasien dan biaya penggunaan ambulan
5.6. Keluarga pasien membayar dan menerima kwitansi dan surat rujukan
5.7. Petugas menerima pembayaran
5.8. Petugas mempersiapkan kesiapan pasien dan Petugas yang lain segera
menghubungi sopir Ambulan.
5.9. Sopir menyiapkan ambulan (jika sudah siap sopir segera menghubungi
petugas bahwa ambulan sudah siap)
5.10. Petugas mendampingi dan mengantarkan pasien ke tempat tujuan dengan
ambulan.
5.11. Setelah selasai mengantarakan dan Petugas menulis laporan kegiatan pada
rekam medis.

Page 12 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PASIEN ANAK DENGAN DEMAM TIFOID


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 1 dari 3

1. PENGERTIAN
Demam Tifoid adalah penyakit infeksi pada usus yang menimbulkan gejala-gejala
sistemik yang disebabkan oleh Salmonella Thyposa, Salmonella Parathipi A, B dan
C. Penularan terjadi secara fokal-oral, melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Sumber infeksi terutama carrier baik yang akut (Carrier yang
sedang sakit), carier menahun yang terus mengeluarkan kuman atau carrier pasif
yang mengeluarkan eksreta mengandung kuman tetapi tak pernah sakit.

2. GAMBARAN KLINIK
Masa inkubasi rata-rata 2 minggu dengan gejala-gejala: penderita cepat lelah,
malaise, anoreksia, sakit kepala, nyeri perut dan nyeri seluruh tubuh. Terdapat
demam pada sore dan malam hari selama minggu pertama, pada minggu kedua
dan ketiga demam terus menerus tinggi, kemudian turun secara lisis, demam
kadang-kadang disertai epistaksis. Gangguan gastrointestinal berupa: bibir pecah-
pecah, lidah kotor, perut agak kembung dan nyeri tekan. Pada permulaan penyakit
biasanya terjadi diare kemudian menjadi obstipasi. Kesadaran penderita menurun
dari ringan sampai berat, umumnya apatis. Gejala lainnya mungkin timbul roseola
atau bercak merah pada akhir minggu pertama. Bradikardi relatif dan tanda-tanda
toksemia yaitu muka basah dan kemerahan sedangkan tubuh kering.

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan laboratorium didapati leukositopeni dengan limfositosis relatif,
anemia dan eosinofilia. Pada kultur darah positif pada minggu pertama, kultur
urine dan fases positif pada minggu kedua dan ketiga kultur empedu ditemui
kuman pada darah, urine dan fases. Pada pemeriksaan serologik digunakan test
widal yang bernilai positif bila titer aglutinin 0 1/200 atau lebih dan bila ada
kenaikan yang progresif.

4. PENANGANAN
No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi
1. Perubahan nutrisi kurang Anak dapat 1. Kolaborasi dengan ahli gizi
dari yang dibutuhkan mempertahankan berat tentang penentuan diit sesuai
berhubungan dengan badannya normal dan instriksi dokter.
2. Berikan makanan dengan porsi
mual, muntah dan tidak menunjukkan
kecil dan keadaan hangat.
anoreksia. penurunan yang berarti. 3. Berikan therapi anti emetik
sesuai program.
2. Perubahan pola eliminasi Diare teratasi dan tidak 1. Monitor tanda-tanda vital tiap
diare berhubungan terjadi tanda-tanda 4 jam atau sesuai kebutuhan.
dengan efek penyakitnya. dehidrasi. 2. Monitor frekuensi, konsistensi,
jumlah dan warna

Page 13 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PASIEN ANAK DENGAN DEMAM TIFOID


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 2 dari 3
No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi
feses.Monitor intake dan output
cairan.
3. Monitor tetesan infus untuk
mencegah dehidrasi.
4. Monitor adanya tanda-tanda
dehidrasi.
5. Anjurkan pasien untuk banyak
minum.
6. Berikan terapi sesuai program.
3. Perubahan pola Anak dapat BAB 1. Kaji pola eliminasi anak
eliminasi ; konstipasi dengan normal, dirumah.
berhubungan dengan minimal 1 kali sehari. 2. Anjurkan pasien untuk
melakukan mobilisasi sesuai
proses penyakitnya dan
dengan toleransi dokter.
immobilisasi.
3. Beri minum hangat dan
makanan lunak.
4. Beri laxatif sesuai program.
4. Gangguan rasa nyaman Rasa nyeri teratasi, 1. Kaji tingkatan rasa nyeri dan
nyeri berhubungan distensi abdomen atau penyebabnya.
dengan adanya proses kembung berkurang. 2. Sarankan pasien agar tetap
inflamasi. bedrest.
3. Sarankan pasien agar tetap
melakukan terapi sesuai
program.
5. Peningkatan suhu tubuh Temperatur tubuh anak 1. Monitor tanda-tanda vital tiap
berhubungan dengan normal dan anak jam atau sesuai kebutuhan.
proses penyakitnya. menunjukkan rasa 2. Monitor intake dan output
nyaman. pasien.
3. Beri kompres dingin kalau
perlu lakukan surface cooling
bila suhu lebih dari 40
derajat celcius.
4. Kolaborasi dalam pemberian
terapi antipireutik.

Page 14 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PASIEN ANAK DENGAN ASTHMA


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 1 dari 4

1. PENGERTIAN
Asthma adalah proses tersumbatnya jalan nafas yang berulang, ditandai dengan
keadaan exaserbasi dan juga perbaikan, dimana terjadinya spasme pada bronkus
dan menghalangi jalan nafas.

2. GAMBARAN KLINIK
Pernafasan:
 Nafas pendek
 Expirasi panjang dan wheezing
 Retraksi bahu
 Tachipnue
 Batuk kering (gejala yang paling sering)
 Rhonchi
 Nasal plaring
Kardiovaskuler
 Tachipnue
Neurologi
 Keletihan
 Kecemasan
 Kesulitan tidur
Integumen
 Cianosis
 Pallor

3. PENANGANAN
No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi
1. Gangguan pertukaran Terjadi peningkatan 1. Dorong anak untuk
udara berhubungan pertukaran udara pada melakukan batuk dan latihan
dengan penyempitan anak dengan: hilangnya deep breathingexercise setiap 2
bronkus/jalan nafas atas. whezzing (mengi) dan jam, suruh anak untuk nafas
retraksi dada, dalam 2 – 4 kali, lalu batuk
berkurangnya batuk. dengan posisi anak dalam
Kulit kemerahan, waktu keadaan duduk.
refill kapiler antara 3 2. Suction, bila diperlukan untuk
sampai dengan 5 detik menghilangkan lendir dari
dan menurunnya jalan nafas.
keletihan. 3. Bila anak tersumbat dengan
dengan parah atau terjadi
pneumonia, lakukan chect 3-4
kali sehari.

Page 15 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PASIEN ANAK DENGAN ASTHMA


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 2 dari 4
No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi
4. Periksa resp rate anak dan
auskultasi untuk mengetahui
suara nafas.
5. Letakkan anak pada posisi high
fowler.
6. Beri bronchodilator seperti
albiterol dan steroid seperti
metylpredrisolone (solu
medrol) atau steroid dengan
menggunakan inhalasi.
7. Berikan Oksigen sesuai
instruksi.
8. Monitor Peak Flow Rate (PFR)
7. Hilangkan alergan potensial
dari kamar anak.
2. Keletihan berhubungan Anak dapat mengurangi 1. Periksa tanda hipoksia atau
dengan hipoksia keletihan dengan tanda- hiperkapnia, termasuk
tanda penurunan agitasi, keletihan, agitasi, cianosis
gangguan tidur, tidak penaikkan HR/nadi dan
ada gangguan penaikkan RR.
pernafasan. 2. Posisikan anak terlentang
dengan kepala tempat tidur
diangkat 45°.
3. Buat anak istirahat yang cukup
dan tenang.
3. Perubahan nutrisi Berkurangnya 1. Layani anak untuk makan
dengan kebutuhan gangguan sedikit tetapi sering (5-6 kali
tubuh berhubungan gastrointestinal pada perhari), terdiri dari makanan
dengan gangguan yang anak suka.
anak dengan tanda
gastrointestinal. 2. Sediakan (…...) makanan
berkurangnya naisea rendah lemak. Gunakan warna
dan muntah dan sebagai penunjuk makanan
menaikkan intake berwarna putih seperti kentang
nutrisi (makan dan agar agar-agar
sekurangnya 80% tiap menggunakan susu rendah
makan) lemak
3. Hindari makanan yang dapat
menyebabkan alergi seperti
telur, tepung & coklat.
4. Defisit volume cairan Tercukupinya 1. Periksa turgor kulit anak.
berhubungan dengan kebutuhan cairan 2. Monitor urine yang keluar
hilangnya cairan dari dengan tanda turgor setiap 4 jam.
saluran nafas. kulit baik, dan urine 3. Dorong anak untuk minum 3
sebanyak 1 s/d ml/kg s/d 8 gelas (240 ml/glas) cairan
/jam. perhari, tergantung usia.

Page 16 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PASIEN ANAK DENGAN ASTHMA


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 3 dari 4
No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi
5. Ketidakpatuhan Anak mematuhi 1. Ijinkan anak untuk menentukan
berhubungan dengan penanganan medis dan kegiatan rutin selama
kehilangan kontrol dini. keperawatan dan perawatan, seperti waktu chest
ditandai dengan anak fisioterapi dan makanan.
mau mengikuti 2. Terangkan anak seluruh
pengobatan dengan prosedur sebelum kegunaan
benar dan ikut terapi pemeriksaan labs dan chest
rutin. fisioterapi dan juga alasan dia
membutuhkan pengobatan.
Terangkan bahwa pemeriksaan
laboratorium berguna bagi
Dokter dan perawat
mengevaluasi
keefektifanpengobatan dan
chest fisioterapi membantu
menghilangkan lendir paru dan
agar dapat batuk efektif
bernafas lebih mudah.
6. Kekurangan Anak dan orang tua 1. Terangkan fisiologi penyakit ke
pengetahuan tentang memahami akan anak dan orang tua.
home care. instruksi home care. 2. Ajarkan tentang faktor yang
mungkin mencetus terjadinya
serangan, seperti menyebabkan
alergi, infeksi, latihan,
perubahan cuaca, stess.
3. Ajarkan anak dan atau keluarga
tentang kepentingan
pengobatan yang telah
ditentukan dan tentang
kemungkinan terjadinya reaksi
kebalikan.
4. Ajarkan anak dan keluarga
tentang kepentingan untuk
menjalankan pengobatan sesuai
instruksi dan tentang
kemungkinan efek kebalikan.
Terangkan bahwa :
Metaproteranol (alupent) dan
bronchilator dapat
menyebabkan gangguan GI.
5. Corticosteroid (agen anti
radang) dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan,
gangguan GI, gangguan respon
imonulogi dan retensi cairan
(bila diberikan peroral atau IV).

Page 17 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PASIEN ANAK DENGAN ASTHMA


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 4 dari 4
No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi
6. Ajarkan anak bagaimana
menghirup obat dengan
inhalasi, alat spacer atau
keduanya sesuai kebutuhan.

Page 18 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PASIEN DENGAN HIPERTENSI


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 1 dari 3

1. PENGERTIAN
Hipertensi adalah tekanan darah yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan
diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan
darah (TD) normal tinggi maupun sampai hipertensi maligna.

2. GAMBARAN KLINIK
 Peningkatan frekuensi jantung.
 Perubahan irama jantung.
 Kenaikan tekanan darah.
 Tachikardia.
 Terdapat distensi vena jugularis.
 Perubahan warna kulit atau sianosis.
 Adanya edema.
 Keluhan pusing.
 Perubahan status mental

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
3.1. BUN/Kreatinin: memberi informasi tentang perfusi ginjal.
3.2. Kalium: Hipokalemia.
3.3. Kalsium: Hipokalsemia, diduga dapat meningkatkan hipertensi.
3.4. Kolesterol dan Trigliserida serum: peningkatan kadar mengindikasikan
adanya pembentukan plak ateromatosa.
3.5. Urinalisa: darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal.
3.6. Asam urat: Hiperurisemia menjadi implikasi dengan faktor resiko terjadinya
hipertensi.
3.7. IVP: mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti batu ginjal atau ureter .
3.8. Foto dada: dapat menunjukkan obstruksi klasifikasi pada area katup
perbesaran jantung.
3.9. CT - Scan: mengkaji adanya tumor serebral, ensepalopati.
3.10. EKG: menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi.

4. PENANGANAN
No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi
1. Resiko tinggi terhadap Pasien dapat 1. Monitor tekanan darah.
penurunan curah jantung mempertahankan 2. Auskultasi bunyi jantung dan
berhubungan dengan tekanan darah dalam pola nafas.
peningkatan afterload, rentang normal. 3. Amati warna kulit,
iskemia miokardia. kelembaban, suhu dan waktu
pengisian kapiler.
4. Catat edema umum atau
tertentu.

Page 19 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PASIEN DENGAN HIPERTENSI


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 2 dari 3
5. Ciptakan lingkungan tenang.
6. Pertahankan pembatasan
aktivitas.
7. Ajarkan teknik relaksasi,
panduan imajinasi, aktivitas
pengalihan.
8. Kolaborasi dalam pemberian
terapi sesuai indikasi seperti
diuretik, inhibitor simpatis dan
vasodilatator.
9. Berikan pembatasan cairan
dan diit natrium sesuai
indikasi.
2. Intoleransi aktivitas Pasien dapat 1. Kaji respon pasien terhadap
berhubungan dengan meningkatkan aktivitas aktivitas, perhatikan frekuensi
kelemahan umum sesuai dengan toleransi nadi lebih dari 20 kali
yang dapat diukur. permenit diatas frekuensi
istirahat, peningkatan tekanan
darah yang nyata selama atau
sesudah aktivitas (Sistolik
meningkat 40 mmHg atau
diastolik meningkat 20
mmHg), dyspnoe atau nyeri
dada, keletihan, kelemahan,
diaphoresis, pusing atau
pingsan.
2. Instruksikan pasien tentang
teknik penghematan energi
seperti melakukan aktivitas
secara perlahan.
3. Dorong pasien untuk
melakukan aktivitas
perawatan diri bertahap,
bantu sesuai kebutuhan.
3. Nyeri atau sakit kepala Pasien menyatakan 1. Anjurkan tirah baring selama
berhubungan dengan nyeri atau ketidak fase akut.
peningkatan vasculer nyamanan hilang atau 2. Berikan tindakan non
serebral. terkontrol. farmakologi seperti kompres
dingin pada dahi. Ciptakan
lingkungan tenang, berikan
teknik relaksasi (Panduan
imajinasi, distraksi).
3. Minimalkan aktivitas
vasokontriksi yang dapat
meningkatkan nyeri seperti
mengejan, batuk dan
4. membungkuk.
5. Bantu pasien dalam ambulasi
sesuai kebutuhan.

Page 20 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PASIEN DENGAN HIPERTENSI


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 3 dari 3
6. Beri cairan, makanan lunak,
perawatan mulut bila terjadi
epistaksis atau kompres hidung
untuk menghentikan perdarahan.
7. Kolaborasi dalam pemberian
terapi analgetik.
4. Inefektif koping individu Pasien dapat 1. Kaji keefektifan strategi
berhubungan dengan mengidentifikasi koping dengan mengobservasi
krisis situasional, perilaku koping efektif. perilaku seperti kemampuan
relaksasi tidak adekuat. menyatakan perasaan dan
perhatian.
2. Catat laporan gangguan tidur,
peningkatan keletihan,
kerusakan konsentrasi dan
peka rangsangan.
3. Bantu pasien dalam
mengidentifikasi stress
spesifik dan kemungkinan
strategi untuk mengatasinya.
4. Libatkan pasien dalam
perencanaan perawatan dan
beri dorongan partisipasi
maksimum dalam rencana
pengobatan.

Page 21 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PASIEN DENGAN STROKE


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 1 dari 7

1. PENGERTIAN
Stroke adalah kelainan neurologik fokal yang timbul mendadak akibat gangguan
aliran peredaran darah di otak atau gangguan peredaran darah di otak sepintas.

2. GAMBARAN KLINIK
2.1. Gangguan tonus otot (flaksid, spastis), paralitik (hemiplegi) dan kelemahan umum
2.2. Nyeri kepala yang berat
2.3. Penurunan tingkat kesadaran
2.4. Penurunan memori, pemecahan masalah
2.5. Afasia
2.6. Perubahan pola berkemih seperti inkotenensia urine
2.7. Kesulitan menelan
2.8. Hilangnya rangsang sensorik kontralateral atau ipsilateral

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
3.1. Lab: (Darah tepi, trombosit, HT, agregasi platelet, ureum, creatinin, asam urat,
profil lipid).
3.2. Scan Otak: memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan infark.
3.3. Angiografi: menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti pendarahan,
obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau ruptur.
3.4. Punksi lumbal: tekanan yang meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjukan adanya pasien darahan subarakhnoid atau intrakanial.
3.5. MRI: menunjukan daerah yang mengalami infrak, haermorhagik, malformasi
arteriovena.
3.6. EEG: mengidentifikasi masalah pada gelombang otak dan mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
3.7. USG Doppler: mengidentifikasi penyakit arteria vena.

4. PENANGANAN
No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi
1. Perubahan perfusi Pasien dapat 1. Pantau status neurologis ,
jaringan serebral mempertahankan dengan menggunakan GCS
berhubungan dengan tingkat kesadaran tiap 2–4 jam.
interupsi aliran darah, biasanya/ membaik, 2. Pantau tanda – tanda vital
gangguan oklusif, fungsi kognitif dan tiap 2-4 jam, seperti
hemorrhagi, vasospasme motorik/sensorik  Tekanan darah
serebral, edema serebral membaik, tanda-tanda (hipertensi/ hipotensi )
vital stabil dan tidak  Frekuensi dan irama
terdapat tanda-tanda jantung (adanya murmur)
peningkatan TIK.

Page 22 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PASIEN DENGAN STROKE


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 2 dari 7
 Pola dan irama
pernafasan (periode
apnea setelah pernafasan
hiperventilasi, Cheyne-
Stokes
3. Evaluasi pupil, catat ukuran,
bentuk, kesamaan,dan
reaksinya terhadap cahaya.
4. Catat adanya perubahan
dalam penglihatan, fungsi
bicara bila pasien sadar.
5. Letakkan kepala dalam posisi
elevasi kepala 15 – 30
derajat dan dalam posisi
anatomis/ netral.
6. Pertahankan keadaan tirah
baring.
7. Ciptakan lingkungan
yangtenang, batasi
pengunjung serta lamanya
prosedur.
8. Cegah mengejan saat defekasi
dan pernafasan yang memaksa
(batuk terus–menerus ).
9. Kaji adanya kedutan,
kegelisahan yang meningkat,
peka rangsang dan serangan
kejang.
10. Berikan oksigen sesuai
indikasi.
11. Kolaborasi dalam pemberian
therapi :
 Anti koagulasi, seperti
heparin, anti trombosit,
dipiramidol ( Persantin )
 Antifibrolitik, seperti
asam aminokaproid
 Antihipertensi
 Vasodilatasi perifer,
seperti papaverin
(Vasospan)
 Fenitoin , fenobarbital
 Pelunak feses.
12. Pantau nilai laboratorium
sesuai indikasi.
2. Kerusakan mobilitas fisik Pasien dapat 1. Kaji kemampuan pasiensecara
berhubungan dengan mempertahankan posisi fungsional dan klasifikasikan
kelemahan, parastesia, - optimal yang menurut skala ( 0 – 4 ).
dibuktikan oleh tak 2. Ubah posisi tiap 2 jam.

Page 23 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PASIEN DENGAN STROKE


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 3 dari 7
paralisis, kerusakan adanya kontraktur, 3. Lakukan latihan rentang gerak
perseptual/ kognitif. footdrop, dapat aktif dan pasif.
meningkatkan kekuatan 4. Sokong ekstrimitas dalam
dari fungsi tubuh yang posisi fungsional, pertahankan
terkena, dan pasien posisi kepala netral.
dapat mempertahankan 5. Tinggikan tangan dan kepala.
integritas kulit. 6. Posisikan lutut dan panggul
dalam posisi ekstensi.
7. Pertahankan kaki pada posisi
netral dengan gulungan/
bantalan.
8. Bantu untuk mengembangkan
keseimbangan duduk seperti
meninggikan bagian kepala
tempat tidur, bantu duduk
disisi tempat tidur, tingkatkan
waktu duduk.
9. Observasi daerah yang
terkena termasuk warna,
edema dan gangguan sirkulasi
lainnya.
10. Inspeksi kulit terutama area
yang menonjol secara teratur,
Lakukan masase pada area
kemerahan dan berikan
bantalan lunak sesuai
kebutuhan.
11. Libatkan pasien dan orang
terdekat untuk berpartisipasi
dalam aktivitas/latihan dan
mengubah posisi.
12. Anjurkan pasien menmbantu
pergerakan dengan
menggunakan ekstrimitas
yang tidak sakit untuk
menyokong ekstrimitas yang
lemah.
13. Konsultasikan dengan ahli
fisioterapi.
3. Kerusakan komunikasi Memahami obyek 1. Kaji tipe/derajat disfungsi .
verbal berhubungan pembicaraan saat 2. Perhatikan kesalahan dalam
dengan kerusakan berkomunikasi, ada komunikasi dan berikan
sirkulasi serebral, metode yaang tepat umpan balik.
kerusakan untuk digunakan saat 3. Mintalah pasien untuk
neuromuskuler, berkomunikasi dengan mengikuti perintah sederhana,
kehilangan tonus/kontrol pasien. seperti “ buka mata “
otot fasial, kelemahan 4. Mintalah pasien untuk
umum. mengucapkan suara sederhana
seperti “Sh” atau “Pus”.

Page 24 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PASIEN DENGAN STROKE


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 4 dari 7
5. Mintalah pasien untuk
menulis nama atau kalimat
pendek.
6. Antisipasi dan penuhi
kebutuhan pasien.
7. Bicara perlahan dan tenang
dengan pasien.
8. Berikan waktu untuk berespon
pada pasien.
9. Gunakan pertanyaan terbuka
dengan jawaban “ya” atau
tidak., selanjutnya
kembangkan pada pertanyaan
yang lebih kompleks.
Anjurkan orang terdekat
untuk mempertahankan
usahanya untuk
berkomunikasi dengan pasien,
diskusi tentang hal-hal yang
terjadi di keluarga.
10. Diskusikan mengenai hal-hal
yang dikenal pasien seperti
pekerjaan, keluarga dan hobi.
11. Hindari merendahkan
kemampuan komunikasi
pasien.
12. Konsultasikan dengan ahli
terapi wicara.
4. Perubahan persepsi Pasien dapat 1. Evaluasi adanya gangguan
sensori berhubungan mempertahankan penglihatan seperti adanya
dengan kerusakaan area tingkat kesadaran dan penurunan lapang pandang,
pusat bicara di otak fungsi perseptual, perubahan ketajaman
mengakui adanya persepsi dan diplopia.
perubahan dalam 2. Dekati pasien dari arah
kemampuan . penglihatan yang normal.
3. Letakkan benda dalam
jangkauan lapang pandang
normal.
4. Ciptakan lingkungan yang
sederhana, pindahkan perabot
yang membahayakan.
5. Kaji kemampuan sensorik
seperti membedakan
panas/dingin, tajam/tumpul,
posisi bagian tubuh.
6. Beri stimulasi terhadap rasa
sentuhan, biarkan pasien
menyentuh, meraba suatu
benda.

Page 25 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PASIEN DENGAN STROKE


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 5 dari 7
7. Observasi respon prilaku
pasien seperti rasa
bermusuhan, menangis, afek
tidak sesuai, agitasi,
halusinasi.
8. Hindari kebisingan/stimulasi
eksternal yang berlebihan.
9. Bicara dengan tenang,
perlahan dengan
menggunakan kalimat
pendek, pertahankan kontak
mata.
10. Orientasikan pasien secara
teratur dengan lingkungan,
staf dan tindakan yang akan
dilakukan.
5. Kurang perawatan diri Pasien dapat melakukan 1. Kaji kemampuan dan
(uraikan) Berhubungan perawatan diri sesuai tingkat ketergantungan
dengan kerusakan neuro dengan kemampuan dengan skala 0 – 4 .
muskuler, penurunan yang dimilikinya. 2. Berikan bantuan sesuai
kekuatan dan tahanan, kebutuhan pasien.
kehilangan 3. Beri pasien waktu yang cukup
kontrol/koordinasi otot, untuk melakukan pemenuhan
nyeri, kerusakan kebutuhannya secara mandiri.
perseptual/kognitif , 4. Letakkan makanan dan alat-
depresi. alat lainnya disisi pasien yang
tidak sakit.
5. Bawa pasien secara teratur
pada waktu tertentu untuk
berkemih jika
memungkinkan.
6. Identifikasi pola defekasi, dan
kembalikan pada kebiasaan
pola normal. Berikan
makanan berserat, anjurkan
minum banyak dan
tingkatkan aktivitas.
7. Kolaborasi dalam pemberian
therapi supositoria dan
pelunak feses.
8. Konsultasi dengan ahli
fisioterapi.
6. Gangguan harga diri Pasien dapat menerima 1. Kaji luasnya gangguan
berhubungan dengan perubahan yang terjadi persepsi dan hubungkan
perubahan biofisik, psiko pada dirinya , dan mau dengan derajat
sosial, perseptual kognitif. berkomunikasi dengan ketidakmampuannya.
orang terdekat tentang 2. Anjurkan pasien untuk
situasi dan perubahan mengekspresikan
yang terjadi. perasaannya.

Page 26 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PASIEN DENGAN STROKE


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 6 dari 7
3. Jelaskan bahwa pasien masih
dapat menggunakan bagian
tubuhnya yang tidak sakit dan
belajar untuk mengontrol
bagian tubuh yang sakit.
4. Gunakan kata-kata ( seperti
lemah, sakit, kanan-kiri ) yang
tidak mengasumsikan bahwa
bagian tersebut sebagai
bagian dari seluruh tubuh.
5. Beri kesempatan pada pasien
untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri, dan
berikan penguatan terhadap
kemampuannya.
6. Kaji adanya gangguan tidur,
kesulitan berkonsentrasi,
letargi dan menarik diri.
7. Rujuk pada evaluasi
neuropsikologis.
7. Resiko tinggi terhadap Pasien dapat tercegah 1. Kaji ulang kemampuan
kerusakan menelan dari aspirasi, makan menelan pasien, catat luasnya
berhubungan dengan dengan metode yang paralisis fasial , gangguan
kerusakan tepat, dan lidah, dan kemampuan
neuromuskuler/perseptual. mempertahankan berat melindungi jalan nafas.
badan. 2. Letakkan pasien pada posisi
duduk/tegak selama dan
setelah makan.
3. Letakkan makanan pada
daerah mulut yang tidak
terganggu.
4. Berikan makan dengan
perlahan pada lingkungan
yang tenang.
5. Mulai dengan memberikan
makanan per oral setengah
cair, makanan lunak ketika
pasien dapat menelan air.
Berikan makanan yang kecil,
tidak perlu mengunyah dan
mudah ditelan seperti
telur, agar – agar.
6. Anjurkan pasien
menggunakan sedotan untuk
meminum cairan.
7. Anjurkan keluarga
membawakan makanan
kesukaan pasien.

Page 27 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PASIEN DENGAN STROKE


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 6 dari 7
8. Pertahankan masukan dan
haluaran dengan akurat, catat
jumlah kalori yang masuk.
9. Kolaborasi dalam pemberian
cairan melalui intra vena atau
melalui NGT.

Page 28 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PASIEN DENGAN TB PARU


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 1 dari 3

1. PENGERTIAN
TB Paru adalah penyakit infeksi di paru yang bersifat kronik dan menular,
disebabkan oleh Mycobacterium Tubercolosis. Penyakit ini biasanya menyerang paru-
paru tetapi dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain seperti meningen, ginjal dan
nodus limfe.

2. GAMBARAN KLINIK
2.1. Demam lebih dari 38 derajat celcius.
2.2. Batuk.
2.3. Sesak nafas.
2.4. Nyeri dada (Bila infiltrasi radang sampai ke pleura).
2.5. Malaise (Anoreksia, berat badan turun, meriang dan nyeri otot).
2.6. Berkeringat malam.

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
3.1. Kultur sputum: positif untuk mycobacterium tubercolosis pada tahap aktif
penyakit.
3.2. Test kulit (PPD, Mantoux test): reaksi positif bila area indurasi 10 mm atau
lebih, terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intradermal antigen.
3.3. Foto thorax: menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan
kalsium lesi sembuh primer atau effusi cairan.
3.4. Analisa Gas Darah: dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa
paru.
3.5. Histologi atau kultur jaringan: positif terdapat mycobacterium tubercolose.
3.6. Pemeriksaan fungsi paru: terdapat penurunan kapasitas vital, peningkatan
ruang mati, peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total.

4. PENANGANAN
No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tidak Gangguan jalan nafas 1. Kaji fungsi pernafasan.
efektif berhubungan teratasi dalam waktu 2 x 2. Catat kemampuan untuk
dengan sekret kental 24 jam yang ditandai mengeluarkan sputum atau
kelemahan, upaya batuk dengan : bersihan jalan batuk efektif.
buruk, edema trakea atau nafas efektif, Pasien 3. Catat karakter, jumlah sputum
faringeal. dapat mempertahankan dan adanya haemoptisis.
jalan nafasnya dan 4. Berikan pasien posisi semi
dapat mengeluarkan fowler.
sputum tanpa bantuan. 5. Bantu pasien untuk batuk dan
latihan nafas dalam.
6. Lakukan suction sesuai
kebutuhan.

Page 29 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PASIEN DENGAN STROKE


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 2 dari 3
7. Pertahankan masukkan cairan
kurang lebih 2500 ml/hari
kecuali ada kontraindikasi.
8. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian terapi.
2. Resiko tinggi kerusakan Gangguan kerusakan 1. Kaji dyspnoe, tachypnoe, tak
pertukaran gas pertukaran gas dapat normalnya atau menurunnya
berhubungan dengan diatasi dalam waktu 2 x bunyi nafas, peningkatan
penurunan permukaan 24 jam yang ditandai upaya pernafasan, terbatasnya
efektif paru, kerusakan dengan : pasien dapat ekspansi dinding dada dan
membran alveolar-kapiler, mengeluarkan sputum kelemahan.
sekret kental, tebal, tanpa bantuan, 2. Evaluasi adanya penurunan
edema bronchial. melaporkan sesak tingkat kesadaran, sianosis
berkurang, penurunan pada membran mukosa dan
dyspnoe, bebas dari kuku.
gejala distress 3. Dorong bernafas bibir selama
pernafasan dan exhalasi.
menunjukkan perbaikan 4. Tingkatkan tirah baring atau
ventilasi dan batasi aktivitas dan bantu
oksigenisasi jaringan perawatan diri.
adekuat dengan GDA 5. Awasi nilai GDA.
dalam rentang normal. 6. Beri oksigen sesuai
kebutuhan.
3. Perubahan nutrisi kurang Kebutuhan nutrisi 1. Catat status nutrisi pasien saat
dari kebutuhan tubuh pasien tercukupi yang pengkajian awal, meliputi :
berhubungan dengan ditandai dengan : keadaan turgor kulit, berat
kelemahan, sering batuk, menunjukkan badan dan derajat kekurangan
peningkatan produksi peningkatan berat berat badan, integritas
sputum dan anorexia. badan, nilai mukosa oral, ketidak
laboratorium dalam mampuan menelan,
batas normal dan bebas penurunan tonus otot, riwayat
tanda-tanda malnutrisi. mual, muntah atau diare.
2. Monitor masukan atau
pengeluaran dan berat badan
secara periodik.
3. Monitor keluhan anorexia,
mual dan muntah serta catat
kemungkinan hubungan
dengan obat. Awasi volume,
frekuensi dan konsistensi
feses.
4. Dorong dan berikan periode
istirahat sering.
5. Dorong diit porsi kecil tapi
sering dengan makanan tinggi
protein dan karbohidrat.
6. Dorong orang terdekat untuk
membawa makanan dari
rumah kecuali kontra indikasi.

Page 30 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PASIEN DENGAN STROKE


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 3 dari 3
7. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan komposisi
diit.
4. Resiko tinggi penyebaran Pasien terhindar dari 1. Kaji adanya potensial
atau aktivasi ulang infeksi resiko penyebaran penyebaran infeksi melalui
berhubungan dengan infeksi, menunjukkan droplet udara selama batuk,
pertahanan primer tidak teknik melakukan bersin, meludah, dll.
adekuat, penurunan kerja perubahan pola hidup 2. Identifikasi orang lain yang
silia, penekanan proses untuk meningkatkan beresiko seperti anggota
inflamasi, malnutrisi, lingkungan yang aman. keluarga.
terpajan lingkungan, 3. Anjurkan pasien untuk bersin
kurang pengetahuan atau batuk dengan
untuk menghindari menggunakan tissue dan
pemajanan patogen. menghindari meludah.
4. Kaji tindakan kontrol infeksi
sementara seperti penggunaan
masker.
5. Awasi suhu sesuai indikasi.
6. Tekankan pentingnya tidak
menghentikan terapi obat.
7. Dorong pasien untuk
mengkonsumsi makanan yang
seimbang.
8. Awasi pemeriksaan
laboratorium seperti hasil
usap sputum.
9. Kolaborasi dalam pemberian
terapi.

Page 31 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PASIEN DENGAN MCI


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 1 dari 5

1. PENGERTIAN
Nekrosis jaringan Miokard akibat dari pada penurunan secara tiba-tiba aliran
darah arteri koronaria kejantung atau terjadinya peningkatan oksigen secara tiba-
tiba tanpa perfasi arteri koronaria yang cukup.

2. GAMBARAN KLINIK
2.1. Nyeri dada kiri seperti ditusuk atau menjalar ke lengan kiri volain.
2.2. Dada terasa tertekan seperti ditindih benda berat, leher terasa tercekik.
2.3. Rasa nyeri hebat sebagai pasien gelisah, takut, keluar keringat dingin, lemas
dan tanda-tanda pre syok atau syok.

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
3.1. EKG: tampak gambaran MCI akut yaitu sebagai tanda elevasi convey diikuti
gelombang T yang kuat.
3.2. Lab: Px enzym CPK , MB meningkatkan antara 4-6 jam memuncak dalam 12-
24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam. LDH akan meningkat dalam 12-24
jam, memuncak dalam 24-48 jam dan memakan waktu lama untuk kembali
normal. AST meningkat terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam dan
kembali normal dalam 3-4 hari.
3.3. Elektrolit: mungkin terjadi hipokakmia atau hiperkakmia.
3.4. Selkosit: 10.000-20.000 tampak pada hari kedua setelah serangan,
sehubungan dengan proses inflamasi.
3.5. Kimia: mungkin normal tergantung abnormalitus fugsi atau prefusi organ akut
atau kronis.
3.6. GDA (Analisa Gas Darah): terdapat hipoksia.
3.7. Kolesterol atau trigliserida serum: miningkat
3.8. Anglografi koroner: mengambarkan sumbatan arteri koroner.
3.9. Foto dada: mungkin normal atau menunjukan pembesaran jantung.

4. PENANGANAN
No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri ( akut ) Pasien menyatakan 1. Pantau dan catat karakteristik
berhubungan dengan nyeri dada hilang/ nyeri, laporan verbal,
iskemia jaringan terkontrol, petunjuk non verbal dan
sekunder terhadap mendemonstrasikan respon hemodinamik
sumbatan arteri koroner. penggunaan teknik meringis, gelisah, berkeringat,
relaksasi, tampak rileks nafas cepat, TD / frekuensi
dan mudah bergerak. jantung berubah.

Page 32 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PASIEN DENGAN MCI


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 2 dari 5
2. Kaji karakteristik nyeri pasien,
termasuk lokasi, intensitas (
0- 10 ) , lamanya, kualitas
(dangkal / menyebar ) dan
penyebaran.
3. Berikan lingkungan yang
tenang, aktifitas perlahan dan
tindakan nyaman seperti
menggosok punggung.
4. Ajarkan teknik relaksasi
seperti nafas dalam perlahan,
perilaku distraksi, visualisasi,
bimbingan imajinasi.
5. Periksa tanda vital sebelum
dan sesudah pemberian
therapi narkotik.
6. Berikan oksigen tambahan
dengan kanula nasal atau
masker sesuai indikasi.
7. Pantau tanda-tanda
vitalselama nyeri berlangsung.
8. Pantau EKG dan segera
beritahu dokter bila terdapat
kelainan.
9. Berikan terapi sesuai indikasi,
contoh : Antiangina
(nitrogliserin), penyekat – B
(propanolol ), analgesik
( morfin ), penyekat saluran
kalsium ( verapamil ).
2. Intoleran aktivitas Pasien dapat melakukan 1. Catat frekuensi jantung ,
berhubungan dengan aktivitas sesuai toleransi irama, dan perubahan tekanan
ketidak seimbangan dengan frekuensi darah sebelum, selama dan
antara suplai oksigen jantung/irama dan TD sesudah aktivitas. Kaji adanya
miokard dengan dalam batas normal, keluhan nyeri dada yang
kebutuhan, adanya kulit hangat, merah dihubungkan dengan aktivitas.
iskemia /nekrotik muda dan kering. 1. Tingkatkan waktu istirahat
jaringan miokard. pasien dan berikan aktivitas
senggang yang tidak berat.
2. Batasi pengunjung pasien.
3. Anjurkan pasien menghindari
peningkatan tekanan
abdomen seperti mengejan
pada saat defekasi.
4. Jelaskan pola peningkatan
bertahap dari aktivitas seperti
bangun dari kursi bila tak ada

Page 33 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PASIEN DENGAN MCI


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 3 dari 5
nyeri, ambulasi dan istirahat
selama 1 jam setelah makan.
5. Ajarkan pasien cara
menghitung nadi sendiri.
6. Anjurkan pasien segera
menghentikan aktivitas bila
ada nyeri dada tiba-tiba atau
nadi > 100 kali/menit.
7. Observasi tekanan darah, nadi
dan keluhan pasien sebelum
latihan mobilisasi.
8. Bila ada kelainan segera
informasikan ke dokter.
3. Ansietas (uraikan Pasien dapat mengenal 1. Identifikasi persepsi pasien
tingkatan ) berhubungan perasaannya dan terhadap ancaman atau
dengan ancaman atau menyatakan penurunan situasi. Dorong
perubahan status ansietas. mengekspresikan dan jangan
kesehatan. menolak perasaan marah,
kehilangan, takut, dll.
2. Kaji tanda verbal/non verbal
kecemasan pasien. Lakukan
tindakan bila pasien
menunjukkan perilaku
merusak.
3. Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang prosedur
pemeriksaan yang akan
dilaksanakan.
4. Dorong pasien untuk berbagi
masalah dengan orang
terdekat .
5. Berikan periode istirahat yang
cukup, ciptakan lingkungan
tenang dan kurang rangsang
internal.
6. Dorong kemandirian,
perawatan sendiri dan
pembuatan keputusan dalam
rencana pengobatan.
7. Dorong keputusan tentang
harapan setelah pulang.
8. Kolaborasi dalam pemberian
terapi anti cemas/hipnotik
sesuai indikasi, contoh
diazepam (Valium),
flurazepam (Dalmane),
lorazepam (Ativan).

Page 34 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PASIEN DENGAN MCI


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 4 dari 5
4. Resiko tinggi Pasien dapat 1. Auskultasi TD. Bandingkan
menurunnya curah mempertahankan kedua tangan dan ukur
jantung berhubungan stabilitas hemodinamik, dengan tidur, duduk dan
dengan adanya kerusakan TD, curah jantung berdiri bila bisa.
otot miokard akibat dari dalam rentang normal, 2. Evaluasi kualitas dan
infark . haluaran urine adekuat, kesamaan nadi.
penurunan/ tak adanya 3. Catat adanya S3, S4 tiap 4 jam.
disritmia. 4. Pantau frekuensi jantung dan
iramanya.
5. Berikan pispot disamping
tempat tidur bila tak mampu
kekamar mandi.
6. Berikan makanan dalam porsi
kecil dan mudah dikunyah.
Batasi asupan kafein.
7. Kolaborasi dalam pemberian
therapi oksigen.
8. Pertahankan cara masuk IV/
heparin-lok sesuai indikasi
9. Pantau dan rekam EKG secara
teratur.
10. Kaji gambaran foto dada.
11. Bantu pemasangan /
mempertahankan pacu
jantung bila digunakan.
12. Pantau data laboratorium,
contoh enzim jzntung, GDA,
elektrolit.
1. Berikan obat antidisritmia
sesuai indikasi.
5. Resiko tinggi perubahan Perfusi jaringan 1. Selidiki adanya perubahan
perfusi jaringan adekuat, kulit hangat tiba-tiba atau gangguan
berhubungan dengan dan kering, nadi perifer mental kontinu contoh cemas,
menurunnya curah kuat, tanda vital dalam bingung, letargi, pingsan.
jantung, hipoksemia batas normal, pasien 2. Kaji adanya sianosis, pucat,
jaringan dan sadar, intake dan output kulit dingin, lembab tiap 2 jam
kemungkinan trombus seimbang, tidak 3. Kaji tanda Homan ( nyeri
atau emboli. terdapat edema, bebas pada betis dengan posisi
nyeri. dorsofleksi ), eritema dan
edema.
4. Dorong latihan kaki
aktif/pasif.
5. Pantau irama dan frekuensi
pernafasan.
6. Kaji fungsi gastrointestinal,
adanya anoreksia, penurunan
atau tak adanya bising usus,
mual/muntah, distensi
abdomen, konstipasi.

Page 35 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PASIEN DENGAN MCI


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 5 dari 5
7. Pantau intake dan output
cairan. Catat adanya
perubahan haluaran urine.
8. Pantau nilai laboratorium,
contoh GDA, BUN, kreatinin,
elektrolit.
9. Kolaborasi dalam pemberian
obat sesuai indikasi, misal :
Heparin, Simetidin,
Ranitidine, Antasid.
10. Siapkan untuk / membantu
pemberian agen trombolitik, t-
PA, streptokinase,
memindahkan ke unit kritis
dan tindakan lain sesuai
indikasi.
6. Resiko tinggi kelebihan Pasien dapat 1. Auskultasi bunyi nafas untuk
volume cairan mempertahankan adanya krekels.
berhubungan dengan keseimbangan cairan, 2. Kaji adanya distensi vena
berkurangnya curah TD dalam batas normal, jugularis.
jantung, penurunan tidak terdapat distensi 3. Kaji TD tiap 2 jam.
perfusi organ (ginjal) perifer/vena dan edema 4. Ukur intake dan output
dependen, bunyi paru cairan, catat penurunan
bersih dan BB stabil. pengeluaran .
5. Timbang BB/ hari.
6. Pertahankan pemasukan total
cairan 2000 ml/24 jam dalam
toleransi kardiovaskuler.
7. Kolaborasi dalam pemberian
diet rendah natrium.
8. Berikan therapi diuretik,
contoh furosemid
(Lasix),spironolakton dengan
hidronolakton (Aldacton)
9. Pantau kalium sesuai
indikasi..

Page 36 of
72
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

2
LAYANAN
NON-MEDIS
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
LAYANAN NON-MEDIS MELIPUTI:
1. Mutu dan Operasional Klinik
2. Layanan Parkir
3. Greeting dokter
4. Penggunaan baju (seragam)
5. Standar Sarana Ruangan Klinik
6. Standar papan Petunjuk Layanan
7. Standar kebersihan tiap ruangan
8. Alur Layanan Kesehatan
9. Rekam Medik
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PERLENGKAPAN DAN PERALATAN


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 1 dari 2

1. STANDAR MUTU RUANGAN KLINIK


1.1. Bersih, Terang, Nyaman.
1.2. Ada petunjuk/informasi layanan yang jelas.
1.3. Kursi tunggu yang cukup, bersih dan memadai.

2. STANDAR PRASARANA RUANGAN KLINIK


2.1. Petunjuk Layanan.
2.2. Ruang Tunggu.
2.3. Ruang Layanan Resep.
2.4. Ruang Konsultasi.
2.5. Ruang Praktek Dokter.
2.6. Kamar Mandi/Toilet.

3. PETUNJUK PELAYANAN
Diruang Tunggu Klinik harus ada papan petunjuk yang jelas, yaitu :
3.1. Papan petunjuk “Informasi & Pendaftaran”
3.2. Papan petunjuk “Ruang Perawat”
3.3. Papan petunjuk “Ruang dan Nama Dokter”
3.4. Papan petunjuk “Kasir”
3.5. Papan petunjuk “Ruang Tunggu”
3.6. Papan petunjuk “Jenis Pelayanan Kesehatan yang diselenggrakan Klinik”
3.7. Papan petunjuk “Informasi Kesehatan” (Majalah Dinding).

4. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR - RUANG TUNGGU


4.1 Terdapat back drop indentitas “Klinik Pratama KF”.
4.2 Terdapat tempat pembuangan sampah yang tertutup.
4.3 Tersedia keset di depan pintu masuk.
4.4 Tersedia TV/Musik.
4.5 Tersedia AC/Kipas.
4.6 Tersedia Bacaan.
4.7 Terdapat tanaman hidup.
4.8 Terdapat cek list/daftar periksa kebersihan ruangan.

5. RUANG KLINIK
5.1. RUANG TUNGGU
5.1.1. Terdapat Meja pendaftaran dengan petugas jaga yang siap melayani.
5.1.2. Terdapat Timbangan badan.
5.1.3. Terdapat Kursi tunggu dengan jumlah cukup.
5.1.4. Terdapat Tanaman hias.

Page 38 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PERLENGKAPAN DAN PERALATAN


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 2 dari 2
5.1.5. Terdapat Televisi/musik.
5.1.6. Menggunakan pendingin ruangan (AC) atau Kipas angin.
5.2.RUANG PERIKSA
5.2.1. Ada meja Dokter.
5.2.2. Ada tempat tidur periksa.
5.2.3. Ada timbangan badan.
5.2.4. Ada tempat cuci tangan/wastafel.
5.2.5. Tersedia almari alat.
5.2.6. Menggunakan pendingin ruangan (AC) atau Kipas angin.
5.3.KAMAR MANDI/TOILET
5.3.1. Air bersih dan tersedia cukup.
5.3.2. Ada pewangi ruangan.
5.3.3. Terdapat cek list/daftar pemeriksa kebersihan ruangan.
5.3.4. Terdapat tempat pembuangan sampah yang tertutup.
5.3.5. Disediakan keset di depan pintu masuk kamar mandi.
5.3.6. Dilengkapi tissue gulung dan sabun cair.

Page 39 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

LAYANAN PARKIR
No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 1 dari 1

1. LAYANAN KENDARAAN MASUK


1.1. Petugas parkir memakai Kartu Tanda Pengenal Klinik Kimia Farma
1.2. Petugas parker mengucapkan salam pembuka sesuai SOP Greeting
1.3. Petugas parker memandu kendaran ke tempat parkir
1.4. Petugas mencacat nomor kendaraan pada karcis parkir
1.5. Petugas member karcis parkir
1.6. Bila hari hujan, petugas parker harus memayungi pelanggan sampai ke
pintu masuk ruangan Klinik dan sebaliknya.

2. LAYANAN KENDARAAN KELUAR


2.1. Petugas meminta karcis parkir
2.2. Petugas memeriksa karcis parkir dengan nomor kendaraan.
2.3. Bila sesuai, kendaraan dipandu agar dapat keluar dengan aman dan mudah.
2.4. Bila karcis parkir hilang, pelanggan harus menunjukkan STNK yang masih
berlaku.
2.5. Ucapkan penutup sesuai SOP Greeting.

Page 40 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

LAYANAN PETUGAS SATPAM


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 1 dari 1

1. LAYANAN KEPADA PELANGGAN


1.1. Kepada pelanggan yang datang, petugas satpam berdiri dan membukakan
pintu sambil mengucapkan salam pembuka sesuai SOP Greeting.
1.2. Petugas satpam wajib mempersilahkan masuk pelanggan dengan mengucapkan
“Silahkan masuk Bapak/ Ibu”, jika pelanggan loyal, ucapkan dengan
menyebut namanya “Silahkan masuk Bapak/ Ibu (nama)”.
1.3. Kepada pelanggan yang mau keluar, petugas satpam berdiri dan
mengucapkan salam penutup sesuai SOP Greeting.

2. PENANGANAN KONDISI KHUSUS


2.1. Bila terjadi kebakaran, petugas satpam harus segera berupaya untuk
memadamkan api dan menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran.
2.2. Bila terjadi tindak kejahatan, petugas satpam harus segera mengambil langkah
awal penanganan kejadiaan, kemudian melapor kepada Pimpinan atau petugas
Klinik atau kepada yang berwajib.

Page 41 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

KEBERSIHAN HALAMAN
No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 1 dari 1

1. Dibersihkan atau disapu minimal dua kali sehari (pagi dan sore)
2. Tanaman hias disiram minimal dua kali sehari (pagi dan sore)
3. Tanaman dirapikan minimal satu kali seminggu.
4. Penerangan yang cukup, minimal 4 lampu ukuran 100 watt untuk area seluas
60 M persegi.
5. Pastikan lampu NeonSign Kimia Farma menyala ketika hari mulai gelap
dan walaupun klinik dalam keadaan tertutup.

Page 42 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

KEBERSIHAN RUANGAN DAN PRASARANA


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 1 dari 1

1. KEBERSIHAN RUANGAN
1.1. Lantai disapu dan dibersihkan/dipel setiap 3 (tiga) jam sekali dengan
menggunakan cairan pewangi (bukan Lisol).
1.2. Setiap terdapat kotoran sampah atau ceceran cairan, harus segera
dibersihkan dan dipel saat itu juga. Pastikan tempat sampah dalam
keadaan tertutup dan sampah dibuang sebelum penuh sekurang-kurangnya
tiga kali sehari.
1.3. Diberi pengharum ruangan,
1.4. Kursi tunggu dilap dan dibersihkan minimal 3 (tiga) kali sehari (pagi, siang
dan sore)
1.5. Pastikan suhu ruangan diantara 25oC.
1.6. Pastikan exhause atau air purifier berfungsi dengan baik dan dicuci
sekurang- kurangnya satu bulan sekali.
1.7. Dinding, asesoris ruangan dan atap dijaga dalam keadaan bersih, tidak
buram, tidak ada sarang laba-laba dan minimal dicat satu tahun sekali.

2. PRASARANA RUANGAN
2.1. Terdapat tempat pembuangan sampah yang tertutup.
2.2. Disediakan keset didepan pintu masuk.
2.3. Terdapat AC
2.4. Disediakan musik/ TV dan bacaan di ruang tunggu.
2.5. Terdapat ceklist daftar control kebersiahan ruangan.
2.6. Khusus toilet diberi sabun cair, air bersih tersedia cukup, tempat sampah,
keset didepan pintu, tissue gulung, ember dan gayung.

Page 43 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PETUGAS DAN GREETING


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 1 dari 2

1. Prosedur dan Standar Personel Petugas


1.1. Petugas berpenampilan rapih dan memakai pakaian dinas yang telah
ditentukan dan dilengkapi atrtibut yaitu papan nama SIK, dan profesi
1.2. Petugas pendaftaran harus terampil dalam mengopersikan komputer

2. Prosedur Penerimaan dan Pelayanan Pengunjung


Petugas berdiri dan menyambut tamu dengan ramah dan disertai senyum
2.1. Lakukan komunikasi yang baik dengan posisi tubuh berhadapan dengan
pasien, ucapkan sapa/ salam : "Selamat pagi/ siang/ sore/ malam, Bapak /Ibu
ada yang bisa kami bantu ?" dan menanyakan nama pasien (boleh saya tahu
dengan Bapak/ Ibu siapa?).
2.2. Petugas menanyakan, pasien sudah pernah terdaftar di klinik kimia farma
atau belum. (maaf boleh Saya tahuBapak/ Ibu sudah pernah terdaftar di klinik
kimia farma atau belum?).
2.3. Jika pasien Baru, petugas menanyakan jenis layanan yang digunakan. (Bapak
menggunakan jenis layanan apa? Jaminan Kesehatan atau umum?) dan
mendata biodata pasien (nama, umur alamat, dan nomor telpon Bapak/ Ibu
?,dst”).
2.4. Pasien Sudah Terdaftar: petugas menyapa dengan nama panggilan pasien
("Selamat pagi/ siang/ sore/ malam, Bapak /Ibu ada yang bisa kami bantu
?") menanyakan kartu palanggan kimia farma atau mengkonfirmasi nama
pasien dengan medical record yang sudah terdaftar di KIS (kimia farma
information system).
2.5. Petugas mencari/ membuat kartu rekam medis pasien lalu memberi nomor
urut pelanggan sesuai jenis layanan pasien (lihat alur layanan pasien UMUM,
Asuransi (kredit) atan BPJS).
2.6. Petugas memberikan nomor antrian kepada pengunjung dan
menginformasikan bahwa pasien akan dipanggil sesuai dengan nomor urut
antrian (“Bapak/Ibu, silahkan duduk menuggu panggilan, nanti akan kita
panggil sesuai nomor antrian, terima kasih”).
2.7. Petugas mempersilahkan pasien menunggu di ruang tunggu yang sudah
disesuaikan berdasarkan jenis layanan dan mempersilahkan menggunkan
fasilitas yang sudah disediakan.
2.8. Petugas mempersilahkan pengunjung/ Pasien menunggu diruang tunggu
yang disediakan berdasarkan jenis layanan sampai panggilan antrian.
2.9. Setelah ada panggilan antrian pengunjung, petugas mengantarkan ke ruang
periksa. (“Bapak/ Ibu, mari silahkan masuk ke ruang periksa”)
2.10. Petugas menanyakan apakah pasien memerlukan surat keterangan sakit
("Apakah Bapak/Ibu memerlukan Surat Keterangan Sakit?")

Page 44 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PETUGAS DAN GREETING


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 2 dari 2
2.11. Petugas senantiasa membuatkan kuitansi/ tanda pemberian layanan dokter
yang kemudian diserahkan kepada petugas apotek untuk diberikan kepada
pasien bersama-sama dengan penyerahan obat ("Kuitansi pembayaran jasa
dokter dapat Bapak/Ibu terima di apotek bersama obat nya")
2.12. Mengucapkan terima kasih sebelum berpisah ("terima kasih atas kunjungannya,
bila nanti Bapak/Ibu memerlukan bantuan atau pertanyaan, silahkan
menghubungi kami kembali").

Page 45 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PENDAFTARAN PASIEN
No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 1 dari 2

1. PENGERTIAN
Pasien Rawat Jalan adalah pasien yang datang berobat ke Klinik Kimia Farma.
Pasien Gawat Darurat adalah suatu kondisi dimana pasien tiba-tiba dalam keadaan
gawat, karena mengancam nyawa atau kecacatan anggota badannya sehingga
memerlukan penanganan segera

2. TUJUAN
Memberikan pelayanan pendaftaran pasien yang akan berobat.

3. PROSEDUR
3.1. Pasien Umum
3.1.1. Petugas menanyakan Kartu Berobat pasien (untuk pasien lama) atau
mencatat data/ identitas pasien dengan lengkap (untuk pasien baru).
3.1.2. Menanyakan kepada pasien tentang Poli yang akan dituju.
3.1.3. Petugas menyerahkan pendaftaran pasien ke bagian Rekam Medis
untuk dicarikan berkas Status Pasien Rawat Jalan sesuai dengan
Nomor Rekam Medik dan selanjutnya Status Pasien Rawat Jalan
diantarkan oleh petugas Rekam Medis ke POLI.
3.1.4. Arahkan pasien ke POLI yang dituju sambil memberikan Kartu Berobat
Pasien.
3.1.5. Bagian Rekam Medik mencatat di buku kunjungan pasien.
3.2. Pasien dengan Menggunakan Jaminan Kesehatan.
3.2.1. Petugas menanyakan Kartu Berobat pasien (untuk pasien lama) atau
mencatat data/ identitas pasien dengan lengkap (untuk pasien baru).
3.2.2. Menanyakan kepemilikan kartu Jaminan Kesehatan pasien.
3.2.3. Petugas meminta photo copy kartu Jaminan Kesehatan dan meminta
pasien melengkapi persyaratan lainnya yang berhubungan dengan
tagihan Jaminan Kesehatan yang dimiliki.
3.2.4. Petugas menyerahkan pendaftaran pasien ke bagian Rekam Medis dan
Pasien diantarkan oleh petugas Rekam Medis ke POLI yang dituju.
3.2.5. Unit POLI melakukan pemeriksaan dan pengobatan pasien.
3.2.6. Bagian Rekam Medik mencatat di buku kunjungan pasien.
3.3. Pasien IGD
3.3.1. Pasien diberikan pertolongan pertama emergency
3.3.2. Perawat memberitahu petugas administrasi dan pendaftaran bahwa ada
pasien IGD dengan Rawat Jalan.

Page 46 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PENDAFTARAN PASIEN
No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 1 dari 2
3.3.3. Perawat mengarahkan keluarga/ penanggungjawab pasien ke petugas
administrasi dan pendaftaran untuk melengkapi administrasi.

Page 47 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

ALUR LAYANAN KESEHATAN


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 1 dari 8

1. LANDASAN HUKUM
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 09 / MENKES / PER / II /
2014 tentang Klinik.

2. PENGERTIAN
2.1. Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau
spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan
dipimpin oleh seorang tenaga medis
2.2. Tenaga medis adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, atau dokter gigi
spesialis
2.3. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan
2.4. Klinik menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif
2.5. Pelayanan kesehatan yang dimaksud dapat dilaksanakan dalam bentuk rawat
jalan, one day care, rawat inap dan atau homecare
2.6. Klinik yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan 24 (dua puluh empat )
jam harus menyediakan dokter serta tenaga kesehatan lain sesuai kebutuhan
yang setiap saat berada di tempat.
2.7. Klinik yang menyelenggarakan rawat inap, one day care harus berbentuk
Badan Usaha
2.8. Klinik harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan dan ruangan, prasarana,
peralatan dan ketenagaan.

3. JENIS KLINIK & PELAYANANNYA


Berdasarkan jenis pelayanannya Klinik dibagi menjadi KLINIK PRATAMA dan KLINIK
UTAMA,
3.1. Klinik Pratama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik
dasar dan dipimpin oleh seorang dokter umum dan atau dokter gigi umum
3.2. Klinik Utama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik
spesialistik atau pelayanan medik dasar dan medik spesialistik, Klinik Utama
dipimpin oleh dokter spesialis
3.3. Pimpinan klinik dapat dibantu oleh seorang tenaga medis sebagai pelaksana
harian
3.4. Pelayanan medik dasar adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh dokter
umum dan dokter gigi umum.

Page 48 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

ALUR LAYANAN KESEHATAN


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 2 dari 8
3.5. Pelayanan medik dasar spesialistik adalah pelayanan yang meliputi pelayanan
kesehatan anak, bedah, obstetric & ginekologi serta penyakit dalam.
3.6. Pelayanan medik spesialistik adalah pelayanan yang meliputi THT, mata,
jantung, syaraf, bedah ortopedi, rehabilitasi medik, dan lain-lain
3.7. Pelayanan penunjang medik adalah pelayanan radiologi, laboratorium,
anastesi dan fisioterapi.
3.8. Pelayanan penunjang non medik adalah farmasi.

Layanan kesehatan terpadu yang disiapkan sangat tergantung pada data


kependudukan, pendapatan, lingkungan sosial dan tingkat ketersediaan sarana
kesehatan lain yang akan menjadi kompetitor. Yang terpentimg adalah Layanan
kesehatan terpadu Kimia Farma harus memiliki produk diferensiasi yang dapat
dijadikan unggulan.

4. ALUR KEGIATAN PELAYANAN


4.1 Alur Pelayanan Pasien Rawat Jalan/ Poliklinik

Pasien
Pendaftaran Pasien
Umum/ Jaminan Kesehatan Pihak
ke 3

Layanan Observasi
Poliklinik

Penunjang Medis
Kasir

Kasir Pulang / Rujuk

Page 49 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

ALUR LAYANAN KESEHATAN


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 3 dari 8
4.2 Alur Pelayanan Unit Emergensi

PASIEN

Layanan Emergensi

Pendaftaran

Triase Penunjang Poliklinik

Observasi Penunjang medis


medis
Tindakan

Kasir Pulang/Rujuk Kasir

4.3 Alur Pelayanan Unit Observasi

R
e Poliklinik Penungjang
g Medis
P
i
A
s
S t
I OBSERVASI PULANG/
r RUJUK
E a
N s
i Kasir
LAYANAN Penungjang
EMERGEN Medis

Page 50 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

ALUR LAYANAN KESEHATAN


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 4 dari 8
4.4 Alur Pelayanan Apotek

P
A internal
S
I Registrasi Apotek
E
N eksternal

Kasir

Pulang

4.5 Alur Pelayanan Laboratorium

P
A Internal
S
I Registrasi Laboratorium
E
N Eksternal

Kasir

Pulang

Page 51 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

ALUR LAYANAN KESEHATAN


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 5 dari 8
4.6 Alur Pelayanan Radiologi

P
A Internal
S
Registrasi Radiologi
I
E
N Eksternal

Kasir

Pulang

4.7 Alur Pelayanan Administrasi

Petugas
Administrasi

Modal
Transaksi
Harian
KASIR

Setiap
Hari
Transaksi

Bukti transaksi +
fisik uang

Page 52 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

ALUR LAYANAN KESEHATAN


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 6 dari 8
4.8 Alur Pelayanan Informasi Dan
Pendaftaran

Pasien

Petugas Informasi
& pendaftaran

Poliklinik

Informasi Status Lab/RO


/Registras
Emerg/observ

4.9 Alur Pelayanan Rekam Medis

Kegiatan klinik/
Status penunjang medis
Pasien

Informasi/
Registrasi
output Laporan aktv
Petugas RM medis

Page 53 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

ALUR LAYANAN KESEHATAN


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 7 dari 8
4.10Alur Pelayanan Logistik/ Umum

Unit Kerja

Permintaan
kebutuhan Unit
Pemenuhan
Kebutuhan

Unit Logistik / Umum

output

Laporan
Pembelian

Page 54 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

ALUR LAYANAN KESEHATAN


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 8 dari 8

5. BISNIS MAPPING KEGIATAN KLINIK


Pasien / Pelanggan

Internal Eksternal

Registrasi
Poliklinik

Unit Emergensi Apotik

Status
Observasi
Laporan
aktv
medis Lab/RO

Unit Administrasi Kasir

Pulang / Rujuk
Laporan
keuangan

Unit Logistik/ Umum

Laporan pembelian

Page 55 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

REKAM MEDIK
No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 1 dari 2

1. Penyelengaraan Rekam Medis


1.1. Petugas menerima pasien sesuai dengan nomor antrian pendaftaran
1.2. Petugas penerimaan pasien menginput ke dalam komputer dan mencatat
pada buku register: Nama pasien, Nomor Rekam Medis, Identitas dan data
sosial pasien, dan mencatat keluhan pasien.
1.3. Petugas penerimaan pasien membuat kartu berobat untuk diberikan kepada
pasien, kartu tersebut harus dibawa apabila pasien tersebut berobat ulang.
1.4. Untuk pasien ulangan pasien diminta menunjukkan kartu berobat
sebelumnya kepada petugas penerimaan pasien. Petugas akan mengambil
berkas rekam medis ulangan tersebut.
1.5. Kartu rekam medis dikirimkan ke ruang dokter yang dituju sesuai dengan
keluhan pasien.
1.6. Petugas ruangan mencatat pada buku register pasien , berisi : nama, Nomor
RM, jenis kunjungan, tindakan/ pelayanan yang diberikan, dsb
1.7. Dokter pemeriksa mencatat riwayat penyakit, hasil pemeriksaan, diagnosis,
terapi pada kartu rekam medis.
1.8. Petugas ruangan membuat laporan/ rekap harian pasien .
1.9. Setelah pelayanan medis selesai dilakukan, petugas ruangan dokter
mengirimkan seluruh berkas rekam medis pasien berikut rekapitulasi harian
pasien ke Unit Rekam Medis/ bagian penyimpanan arsip rekam medis setelah
selesai pelayanan shift tersebut.
1.10. Petugas/ bagian penyimpanan rekam medis memeriksa kembali kelengkapan
pengisian rekam medis, dan untuk yang masih belum lengkap segera
diupayakan kelengkapannya.
1.11. Berkas rekam medis pasien disimpan menurut abjad nama pasien
1.12. Petugas rekam medis membuat rekapitulasi setiap akhir bulan, untuk
membuat laporan dinas kesehatan dan statistik layanan jasa medis.

2. Penyusutan dan Penghapusan Rekam Medis


2.1. Petugas memindahkan arsip rekam medis "in aktif" (5 tahun) dari rak aktif ke
rak in aktif dengan cara memilah pada rak penyimpanan sesuai dengan tahun
kunjungan
2.2. Petugas "memicrofilmisasi" (menyalin dalam bentuk soft copy/scanning) rekam
medis "in aktif " sesuai dengan ketentuan berlaku
2.3. Dibuat panitia pemusnahan berkas rekam medis
2.4. Petugas memusnahkan berkas rekam medis yang telah di " mikrofilm"
dengan cara tertentu sesuai ketentuan.
2.5. Petugas membuat berita acara pemusnahan dengan data: periode tahun
rekam medis, Jumlah koli / dus, tempat lokasi pemusnahan.

Page 56 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

REKAM MEDIK
No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 2 dari 2
2.6. Panitia membuat laporan atas pelaksanaan pemusnahan kepada Kepala
Kantor Dinas Kesehatan setempat.

Page 57 of
72
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

3
DESKRIPSI KERJA
TENAGA KLINIK
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
DESKRIPSI KERJA TENAGA KLINIK
MELIPUTI:

1. Pimpinan Klinik
2. Penanggungjawab Medis
3. Dokter Pelayanan
4. Perawat
5. Marketing
6. Rekam Medik/ Administrasi
7. Petugas Administrasi Dan Pendaftaran
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PIMPINAN KLINIK
No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 1 dari 1

1. IDENTIFIKASI JABATAN
1.1. Nama Jabatan: Pimpinan Klinik
1.2. Atasan Langsung: Bisnis Manager Apotek

2. RINCIAN TUGAS
2.1. Penyelenggaraan alur proses pelayanan mulai dari alur pasien masuk, alur
pelayanan hingga alur pasien keluar klinik.
2.2. Penyelenggaraan program-program klinik
2.3. Berkoordinasi dengan penanggungjawab medis, dokter spesialis, dokter
umum, dokter gigi, perawat, rekam medik, petugas administrasi& pendaftaran,
marketing dan seluruh karyawan klinik kimia farma setempat.

3. RINCIAN KEWENANGAN
3.1. Melakukan evaluasi dan perbaikan sistem agar sistem dapat berjalan lebih
efektif dan efisien
3.2. Melakukan pembinaan terhadap karyawan yang berada dalam koordinasinya.
3.3. Mengusulkan pemberian sanksi administratif dalam bentuk pembinaan hingga
pemberian SP1 terhadap karyawan yang berada di bawah koordinasinya yang
melakukan pelanggaran disiplin kerja serta peraturan perusahaan kepada
Manager Klinik.

4. SPESIFIKASI
4.1. Pendidikan: Profesi Apoteker
4.2. Pengalaman: Menjabat struktural minimal 1 thn
4.3. Ketrampilan:
4.3.1. Memiliki jiwa kepemimpinan
4.3.2. Komunikatif
4.3.3. Memiliki inisiatif dalam merancang program klinik

Page 59 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PENANGGUNGJAWAB MEDIS
No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 1 dari 2

1. IDENTIFIKASI JABATAN
1.1. Nama Jabatan: Penangungjawab Medik
1.2. Atasan Langsung: Pimpinan Klinik

2. RINCIAN TUGAS
2.1. Rawat Jalan
2.1.1. Menyusun dan mengevaluasi sistem pelayanan rawat jalan mulai
pasien datang hingga Pasien pulang
2.1.2. Memantau ketersediaan kebutuhan opersional pelayanan rawat jalan
yang efisien dan efektif
2.1.3. Menyelesaikan permasalahan internal unit rawat jalan dan lintas
fungsinya
2.1.4. Penetapan sasaran kerja kelompok menjadi sasaran kerja individu dan
melakukan
2.1.5. Penilaian pencapaian sasaran kinerja individu yang menjadi tanggung
jawabnya
2.2. Observasi
2.2.1. Menyusun dan mengevaluasi sistem pelayanan observasi mulai pasien
datang hingga pasien pulang/rujuk
2.2.2. Memantau ketersediaan kebutuhan operasional pelayanan observasi
yang efisien dan efektif
2.2.3. Penyelesaian masalah internal unit observasi dan lintas fungsinya
2.2.4. Penetapan sasaran kerja kelompok menjadi sasaran kerja individu dan
melakukan Penilaian pencapaian sasaran kinerja individu yang
menjadi tanggung jawabnya
2.3. Gawat Darurat/Emergensi
2.3.1. Pemantauan terhadap terselenggaranya sistem penanganan
kegawatdaruratan yang tepat
2.3.2. Dan legeartis dengan respon time yang efektif
2.3.3. Memantau ketersediaan kebutuhan operasional pelayanan gawat
darurat yang efisien dan Efektif.
2.3.4. Penyelesaian masalah internal unit gawat darurat dan lintas fungsinya
2.3.5. Penetapan sasaran kerja kelompok menjadi sasaran kerja individu dan
melakukan penilaian Pencapaian sasaran kinerja individu yang
menjadi tanggung jawabnya.
2.4. Rekam Medis
2.4.1. Menyusun dan mengevaluasi sistem pelayanan rekam medis.
2.4.2. Pemantauan terhadap ketersediaan data rekam medis yang cepat dan
update bagi Kepentingan opersional rumah sakit.

Page 60 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PENANGGUNGJAWAB MEDIS
No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 2 dari 2
2.4.3. Penyelesaian masalah internal unit rekam medis dan lintas fungsinya.
2.4.4. Penetapan sasaran kerja kelompok menjadi sasaran kerja individu dan
melakukan penilaian Pencapaian sasaran kinerja individu yang menjadi
tanggung jawabnya.

3. RINCIAN KEWENANGAN
3.1. Melakukan evaluasi dan perbaikan sistem agar sistem dapat berjalan lebih
efektif dan efisien
3.2. Melakukan pembinaan terhadap karyawan yang berada dalam koordinasinya
3.3. Mengusulkan pemberian sanksi administrative dalam bentuk pembinaan
hingga pemberian SP1 terhadap karyawan yang berada di bawah koordinasinya
yang melakukan pelanggaran disiplin kerja serta peraturan perusahaan kepada
Manager Klinik.

4. SPESIFIKASI
4.1. Pendidikan: dokter umum/dokter spesialis/drg umum/drg. Spesialis
4.2. Pengalaman:
4.2.1. Menjabat struktural minimal 1 thn
4.2.2. Menjadi dokter perusahaan minimal 1 tahun
4.2.3. Diutamakan yang memiliki sertifikasi ATLS/ACLS dan atau K3
4.3. Ketrampilan:
4.3.1. Memiliki jiwa kepemimpinan
4.3.2. Komunikatif
4.3.3. Memiliki inisiatif dalam merancang program klinik
4.3.4. Mampu melakukan evaluasi terhadap program klinik yang
telah terlaksana
2.3.6. Mampu melakukan evaluasi kinerja karyawan yang berada dibawah
koordinasinya.
4.3.5. Mampu melakukan evaluasi terhadap program klinik yang
telah terlaksana
2.3.7. Mampu melakukan evaluasi kinerja karyawan yang berada dibawah
koordinasinya.

Page 61 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

DOKTER PELAYANAN
No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 1 dari 2

1. IDENTIFIKASI JABATAN
1.1. Nama Jabatan: Dokter Pelayanan Medik (dokter umum, dokter gigi, dokter
purna waktu atau dokter paruh waktu) yang bekerja di Klinik Kimia Farma.
1.2. Atasan Langsung: Penanggungjawab Medis Klinik dan/ atau Pimpinan Klinik.

2. IKHTISAR/TUJUAN JABATAN
Dokter pelayanan sebagai pelaksana pelayanan medis, pendidikan dan pelatihan
serta penelitian dan pengembangan di bidang medis.

3. SIFAT JABATAN
Sifat jabatan sebagai pelaksana medis.

4. TUGAS POKOK
4.1. Melaksanakan kegiatan profesi yang meliputi prosedur diagnosis,
pengobatan, pencegahan, pencegahan akibat penyakit peningkatan dan
pemulihan
4.2. Meningkatkan kemampuan profesinya, melalui program pendidikan/
pelatihan berkelanjutan.
4.3. Menjaga agar kualitas pelayanan sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan medis dan etika kedokteran yang sudah ditetapkan.
4.4. Menyusun, mengumpulkan, menganalisa dan membuat laporan pemantauan
indikator mutu klinik.

5. AKTIVITAS PENUNJANG TUGAS POKOK


Bekerja sama dengan bagian terkait seperti Farmasi (Apotek), Laboratorium,
Radiologi, Perawat, dan serta rekam medis.

6. WEWENANG
Wewenang melakukan tindakan medis.

7. TANGGUNG JAWAB
7.1. Bertanggungjawab terhadap ketepatan diagnosa penyakit pasien.
7.2. Bertanggungjawab terhadap tindakan medis yang telah dilakukan terhadap
pasien.
7.3. Melakukan diagnose dan tindakan medis sesuai etika dan standar baku
kedokteran.

Page 62 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

DOKTER PELAYANAN
No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 2 dari 2

8. KARAKTERISTIK/PESIFIKASI JABATAN
8.1. Pendidikan: Profesi Dokter
8.2. Karakteristik Fisik: Sehat jasmani dan rohani.

Page 63 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PERAWAT
No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 1 dari 2

1. IDENTIFIKASI JABATAN
1.1. Nama Jabatan: Perawat Klinik
1.2. Atasan Langsung: Penanggungjwab Klinik

2. IKHTISAR/TUJUAN JABATAN
Melaksanakan tugas keperawatan pada layanan rawat jalan

3. SIFAT JABATAN
Sifat jabatan sebagai pelaksana

4. TUGAS POKOK
4.1. Melakukan persiapan kelengkapan kebutuhan pelayanan di klinik meliputi
kesiapan BHP, obat-obatan, alat kesehatan, formulir-formulir pemeriksaan, dan
cetakan lain yang dibutuhkan dokter dalam memberikan pelayanan di klinik
4.2. Memastikan kebersihan dan kerapihan klinik
4.3. Menyiapkan status pasien/RM.
4.4. Membantu dokter dalam memberikan layanan kesehatan .
4.5. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dokter pada status pasien

5. AKTIVITAS PENUNJANG TUGAS POKOK


Bekerja sama dengan bagian terkait seperti Lab, Radiologi, Observasi dan
Emergensi serta rekam medis

6. WEWENANG
Wewenang melakukan tindakan keperawatan

7. TANGGUNG JAWAB
7.1. Bertanggungjawab terhadap kesiapan kelengkapan klinik.
7.2. Bertanggungjawab terhadap kebersihan dan kerapihan setiap poliklinik
7.3. Bertanggungjawab terhadap setiap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan.

8. KARAKTERISTIK/PESIFIKASI JABATAN
8.1. Karakteristik Fisik: Sehat jasmani dan rohani
8.2. Karakteristik Khusus :
8.2.1. Penglihatan : Penting
8.2.2. Pendengaran : Penting
8.2.3. Berbicara : Penting
8.2.4. Penciuman : Penting
8.2.5. Meraba : Penting
8.2.6. Koordinasi penglihatan &gerak : Penting

Page 64 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PERAWAT
No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 2 dari 2
8.2.7. Tenaga Fisik : Relatif
8.2.8. Tinggi Badan : Relatif
8.2.9. Inisiatif : Penting
8.2.10. Kecerdasan : Penting
8.2.11. Membuat keputusan : Penting
8.2.12. Kemampuan menghitung : Penting
8.2.13. Lainnya
8.3. Pendidikan: SPK / D3 Keperawatan
8.4. Pengalaman:
8.4.1. Diutamakan yang pernah bekerja di klinik
8.4.2. Terampil dalam tindakan keperawatan
8.5. Tolak ukur kinerja atas tugas-tugas dilaksanakan secara sukses :
8.5.1. Bekerja sesuai standar asuhan keperawatan
8.5.2. SOP Klinik.

9. HUBUNGAN KERJA DENGAN PEKERJAAN / JABATAN LAIN


9.1. Customer Internal:Seluruh karyawan Layanan Kesehatan Terpadu Kimia Farma.
9.2. Customer External
9.2.1. Pasien
9.2.2. Pengunjung
9.2.3. Keluarga Pasien

Page 65 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

MARKETING
No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 1 dari 2

1. RINCIAN TUGAS
1.1. Tugas Pokok
1.1.1. Menyusun rencana kegiatan marketing baik yang bersifat promotif,
kerjasama dengan pihak ketiga maupun program edukasi kesehatan
1.1.2. Menjalin komunikasi dengan seluruh bagian klinik
1.1.3. Melakukan evaluasi terhadap setiap kegiatan marketing
1.1.4. Melakukan survey kepuasan customer baik customer internal maupun
external
1.1.5. Mnganalisa data kunjungan pasien dan pertumbuhan pasien
1.1.6. Membuat laporan bulanan tentang hasil kegiatan marketing dan hasil
survey
1.2. Bertanggung jawab langsung ke Manager Klinik.
1.3. Melakukan komunikasi dan koordinasi dengan penanggungjawab klinik dan
selruh dokter

2. RINCIAN KEWENANGAN
2.1. Melakukan koordinasi dan persiapan sarana dan prasaranan bila akan
mengaplikasikan program marketing
2.2. Membuat dan mengajukan anggaran marketing kepada TIM SOP
2.3. Mengusulkan perubahan alur proses bila alur proses menimbulkan
ketidaknyamanan pasien

3. SPESIFIKASI
3.1. Pendidikan: S1 bidang ilmu apa saja diutamakan S1 Komunikasi /marketing.
3.2. Karakteristik:
3.2.1. Sehat jasmani dan rohani
3.2.2. Usia maximal 30 th
3.2.3. Bisa mengendarai motor/memiliki SIM C
3.2.4. Memiliki semangat kerja
3.3. Pengalaman:
3.3.1. Sebagai marketing perusahaan minimal 1 th
3.3.2. Menguasai area kerja yg telah ditetapkan

Page 66 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

MARKETING
No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 2 dari 2
3.4. Ketrampilan :
3.4.1. Memiliki kemampuan strategi marketing
3.4.2. Komunikatif
3.4.3. Memiliki inisiatif dalam merancang program marketing
3.4.4. Mampu melakukan evaluasi terhadap program marketing yang telah
terlaksana.

Page 67 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

REKAM MEDIK/ ADMINISTRASI


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 1 dari 2

1. IDENTIFIKASI JABATAN
1.1. Bagian: Rekam Medik/ administrasi
1.2. Atasan Langsung: Penangungjawab Klinik

2. SIFAT JABATAN
Sifat jabatan sebagai Pelaksana.

3. TUGAS POKOK
3.1. Menyiapkan pelayanan administrasi.
3.2. Menyiapkan status rekam medik (administrasi) pasien sesuai nomor urut
pendaftaran.
3.3. Melakukan input data ke komputer tentang pelayanan klinik
3.4. Melaksanakan tugas inventerisasi ATK dan ART yang ada di Klinik.

4. WEWENANG
4.1. Mengingatkan petugas tentang jam pelayanan.
4.2. Mendahulukan pasien jika dianggap perlu.

5. TANGGUNGJAWAB
5.1. Mempersiapkan fasilitas ATK dan ART pada Klinik.
5.2. Mencatat jenis pasien dan menginput ke dalam komputer.
5.3. Mengatur no. rekam medis pasien
5.4. Membuat laporan kunjungan pasien yang meliputi jenis pasien, cara bayar
dan pertumbuhan pasien
5.5. Membuat laporan 10 penyakit tertinggi yang dilayanai klinik

6. KARAKTERISTIK/SPESIFIKASI JABATAN
6.1. Karakteristik Fisik: Sehat jasmani dan rohani.
6.2. Karakteristik Khusus:
6.2.1. Penglihatan : Penting
6.2.2. Pendengaran : Penting
6.2.3. Berbicara : Penting
6.2.4. Penciuman : Sedang
6.2.5. Koordinasi penglihatan & gerak : Penting
6.2.6. Tenaga Fisik : Penting
6.2.7. Tinggi Badan : Sedang
6.2.8. Inisiatif : Penting
6.2.9. Kecerdasan : Penting
6.2.10. Membuat keputusan : Sedang
6.2.11. Kemampuan menghitung : Sedang
6.2.12. Lainnya

Page 68 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

REKAM MEDIK/ ADMINISTRASI


No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 2 dari 2
6.3. Pendidikan: SMA + diutamakan D3 Rekam medis
6.4. Pengalaman: 1 tahun sebagai Pelaksana Administrasi Klinik
6.5. Pelatihan: Customer Service, pengarsipan
6.6. Keahlian: Komputer

7. HUBUNGAN KERJA DENGAN PEKERJAAN / JABATAN LAIN


7.1. Customer Internal
7.1.1. Seluruh Karyawan
7.1.2. Marketing
7.1.3. Seluruh dokter
7.2. Customer External
7.2.1. Pasien, keluarga pasien
7.2.2. Pihak ketiga.

Page 69 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PETUGAS PENDAFTARAN
No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 1 dari 2

1. IDENTIFIKASI JABATAN
1.1. Nama Jabatan: Administrasi/ Petugas Pendaftaran Klinik
1.2. Atasan Langsung: Penanggungjwab Klinik

2. IKHTISAR/TUJUAN JABATAN
Melaksanakan tugas administrasi dan pendaftaran pasien.

3. SIFAT JABATAN
Sifat jabatan sebagai pelaksana

4. TUGAS POKOK
4.1. Melakukan persiapan kelengkapan kebutuhan adminitrasi dan pendaftaran
pasien di klinik meliputi: formulir pendaftaran, nomor urut pemeriksaan dan
cetakan lain yang dibutuhkan oleh pasien.
4.2. Memastikan pasien mendapat informasi pendaftaran dan alur pemeriksaan
yang jelas.
4.3. Memastikan kebersihan dan kerapihan klinik

5. AKTIVITAS PENUNJANG TUGAS POKOK


Bekerja sama dengan bagian terkait seperti Laboratorium, Radiologi, Observasi dan
Emergensi serta rekam medis

6. WEWENANG
Wewenang melakukan pendataan adminstrasi dan pendaftran pasien.

7. TANGGUNG JAWAB
7.1. Bertanggungjawab terhadap keamanan asset yang ada pada ruang
administrasi dan pendaftaran.
7.2. Bertanggungjawab terhadap kebersihan dan kerapihan ruang adminstrasi
dan pendaftaran.

8. KARAKTERISTIK/PESIFIKASI JABATAN
8.6. Karakteristik Fisik: Sehat jasmani dan rohani
8.7.Karakteristik Khusus :
8.2.1. Penglihatan : Penting
8.2.2. Pendengaran : Penting
8.2.3. Berbicara : Penting
8.2.4. Penciuman : Penting
8.2.5. Meraba : Penting
8.2.6. Koordinasi penglihatan &gerak : Penting
8.2.7. Tenaga Fisik : Relatif

Page 70 of
72
STANDAR OPERASIONAL 2016
PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PETUGAS PENDAFTARAN
No. Dokumen : U-KLINIK/ADS/III/2016 Revisi : 00
Tgl. Terbit : Halaman : 2 dari 2
8.2.8. Tinggi Badan : Relatif
8.2.9. Inisiatif : Penting
8.2.10. Kecerdasan : Penting
8.2.11. Membuat keputusan : Penting
8.2.12. Kemampuan menghitung : Penting
8.2.13. Lainnya
8.8. Pendidikan: Setaraf SMA/ SMK
8.9. Pengalaman:
8.4.1. Diutamakan yang pernah bekerja di klinik
8.4.2. Terampil dalam mengoperasikan computer
8.4.3. Mampu berkomunikasi dengan baik.
8.10. Tolak ukur kinerja atas tugas-tugas dilaksanakan secara sukses :
8.5.3. Bekerja sesuai standar Petugas Administrasi dan Pendaftaran
8.5.4. SOP Klinik.

9. HUBUNGAN KERJA DENGAN PEKERJAAN / JABATAN LAIN


9.1. Customer Internal:Seluruh karyawan Layanan Kesehatan Terpadu Kimia Farma.
9.2. Customer External
9.2.1. Pasien
9.2.2. Pengunjung
9.2.3. Keluarga Pasien

Page 71 of
72

Anda mungkin juga menyukai