1. Iritasi pada saluran pernafasan. Hal ini dapat menyebabkan pergerakan silia menjadi
lambat, bahkan dapat terhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan.
2. Peningkatan produksi lendir akibat iritasi oleh bahan pencemar.
3. Produksi lendir dapat menyebabkan penyempitan saluran pernafasan.
4. Rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan.
5. Pembengkakan saluran pernafasan dan merangsang pertumbuhan sel, sehingga saluran
pernafasan menjadi menyempit.
6. Lepasnya silia dan lapisan sel selaput lendir.
Akibat dari hal tersebut di atas, akan menyebabkan terjadinya kesulitan bernafas
sehingga benda asing termasuk bakteri/mikroorganisme lain tidak dapat dikeluarkan dari
saluran pernafasan dan hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan.
Artikel terkait :
Ada sekitar 17 juta bayi di seluruh dunia yang tinggal di wilayah-wilayah dengan
tingkat polusi udara enam kali di atas ambang batas yang direkomendasikan, Badan
PBB Urusan Anak-anak (UNICEF) mengatakan, Rabu (6/12). Kondisi udara yang
buruk itu mengancam perkembangan otak para bayi.
Mayoritas bayi-bayi ini atau sekitar 12 juta bayi, bermukim di Asia Selatan, UNICEF
mengatakan dalam studi terhadap anak-anak di bawah usia satu tahun. Studi ini
menggunakan gambar satelit untuk mengidentifikasi wilayah-wilayah yang paling
parah polusi udaranya.
"Polutan tidak hanya merusak paru-paru bayi yang sedang berkembang, tapi juga bisa
menimbulkan kerusakan permanen pada otak mereka. Dan akibatnya, (merusak)
masa depan mereka," kata Anthony Lake, direktur eksekutif UNICEF.
Polusi udara apa saja yang di atas ambang batas yang ditetapkan Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), berpotensi merusak pertumbuhan anak-anak, dan risiko
terus meningkat seiring dengan memburuknya polusi, kata UNICEF.
Polusi udara sangat berkaitan dengan penyakit asma, pneumonia, bronkitis dan
infeksi saluran pernafasan lainnya, kata badan PBB tersebut.
Perkembangan otak dalam 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak sangat
penting untuk kemampuan belajar, berkembang dan untuk mereka "mampu
melakukan apa saja yang mereka mau dan cita-citakan dalam kehidupan mereka,"
kata Rees.
(voaindonesia.com)