Anda di halaman 1dari 2

DAMPAK PENCEMARAN UDARA TERHADAP KESEHATAN MANUSIA

Pencemaran udara merupakan masalah global. Sumber pencemaran udara adalah


terutama pembakaran bahan bakar fosil untuk mendapatkan energi untuk industri dan
transportasi. Pencemaran udara pada dasarnya berbentuk partikel (debu, gas, timah hitam)
dan gas (Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Oksida (NOx) , Sulfur Oksida (SOx), Hidrogen Sulfida
(H2S), hidrokarbon). Udara yang tercemar dengan partikel dan gas ini dapat menyebabkan
gangguan kesehatan yang berbeda tingkatan dan jenisnya tergantung dari macam, ukuran
dan komposisi kimiawinya.

Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat


menyebabkan terjadinya:

1. Iritasi pada saluran pernafasan. Hal ini dapat menyebabkan pergerakan silia menjadi
lambat, bahkan dapat terhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan.
2. Peningkatan produksi lendir akibat iritasi oleh bahan pencemar.
3. Produksi lendir dapat menyebabkan penyempitan saluran pernafasan.
4. Rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan.
5. Pembengkakan saluran pernafasan dan merangsang pertumbuhan sel, sehingga saluran
pernafasan menjadi menyempit.
6. Lepasnya silia dan lapisan sel selaput lendir.

Akibat dari hal tersebut di atas, akan menyebabkan terjadinya kesulitan bernafas
sehingga benda asing termasuk bakteri/mikroorganisme lain tidak dapat dikeluarkan dari
saluran pernafasan dan hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan.

Artikel terkait :

Polusi Udara Ancam Tumbuh Kembang Bayi

Polutan tidak hanya merusak paru-paru bayi yang sedang berkembang,


tapi juga bisa menimbulkan kerusakan permanen pada otak mereka.

Ada sekitar 17 juta bayi di seluruh dunia yang tinggal di wilayah-wilayah dengan
tingkat polusi udara enam kali di atas ambang batas yang direkomendasikan, Badan
PBB Urusan Anak-anak (UNICEF) mengatakan, Rabu (6/12). Kondisi udara yang
buruk itu mengancam perkembangan otak para bayi.
Mayoritas bayi-bayi ini atau sekitar 12 juta bayi, bermukim di Asia Selatan, UNICEF
mengatakan dalam studi terhadap anak-anak di bawah usia satu tahun. Studi ini
menggunakan gambar satelit untuk mengidentifikasi wilayah-wilayah yang paling
parah polusi udaranya.

"Polutan tidak hanya merusak paru-paru bayi yang sedang berkembang, tapi juga bisa
menimbulkan kerusakan permanen pada otak mereka. Dan akibatnya, (merusak)
masa depan mereka," kata Anthony Lake, direktur eksekutif UNICEF.

Polusi udara apa saja yang di atas ambang batas yang ditetapkan Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), berpotensi merusak pertumbuhan anak-anak, dan risiko
terus meningkat seiring dengan memburuknya polusi, kata UNICEF.

Polusi udara sangat berkaitan dengan penyakit asma, pneumonia, bronkitis dan
infeksi saluran pernafasan lainnya, kata badan PBB tersebut.

Temuan-temuan ilmiah mengenai hubungan antara polusi dan perkembangan otak


masih belum meyakinkan, namun semakin banyak bukti yang "menjadi alasan untuk
mendapat perhatian," kata penulis laporan itu, Nicholas Rees dari UNICEF, kepada
Thomson Reuters Foundation.

Perkembangan otak dalam 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak sangat
penting untuk kemampuan belajar, berkembang dan untuk mereka "mampu
melakukan apa saja yang mereka mau dan cita-citakan dalam kehidupan mereka,"
kata Rees.

"Kebanyak perhatian tertumpu pada memastikan anak-anak mendapatkan pendidikan


berkualitas, tapi perkembangan otak mereka juga sama pentingnya," kata dia.

(voaindonesia.com)

Anda mungkin juga menyukai