publik,blud
SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK
Organisasi memerlukan sistem pengendalian manajemen untuk memberikan jaminan
dilaksanakannya strategi organisasi secara efektif dan efisien sehingga tujuan organisasi
dapat dicapai. Pengendalian manajemen meliputi beberapa aktivitas yaitu :
(1) perencanaan, (2) koordinasi antar berbagai bagian dalam organisasi,
(3) komunikasi informasi, (4) pengambilan keputusan, (5) memotivasi orang-orang dalam
organisasi agar berperilaku sesuai dengan tujuan organisasi, (6) pengendalian, dan
(7) penilaian kinerja.
Proses pengendalian manajemen pada organisasi sektor publik dapat dilakukan dengan
menggunakan saluran komunikasi formal maupun informal. Saluran komunikasi formal
terdiri dari aktivitas formal dalam organisasi yang meliputi:
Faktor-faktor yang mempengaruhi goal congruence tersebut dapat dikategorikan dalam dua
kelompok, yaitu faktor pengendalian formal dan faktor informal. Faktor pengendalian
formal misalnya adalah sistem pengendalian manajemen, sistem aturan (rules of the game),
dan reward & punishment system. Sementara itu, faktor informal terdiri atas faktor
eksternal dan internal. Faktor pengendalian informal yang bersifat eksternal, misalnya etos
kerja dan loyalitas karyawan, sedangkan yang bersifat internal misalnya: kultur organisasi
(organitation culture), gaya manajemen (management style), dan gaya
komunikasi(communication style).
Tujuan Utama
Ciri-ciri BUMDes
Modal bersumber dari desa sebesar 51% dan dari masyarakat sebesar 49% melalui
penyerataan modal (Saham atau andil)
BUM Desa sebagai badan usaha yang dibangun atas dasar inisiatif masyarakat dan
menganut azas mandiri, seharusnya mengutamakan perolehan modal yang berasal dari
masyarakat dan pemerintah desa.
BUM Desa didirikan dengan tujuan yang jelas, tujuan tersebut diantaranya adalah:
Aktivitas yang harus dilakukan dalam pendirian BUM Desa antara lain mencakup:
1. Mendesain struktur organisasi. BUM Desa adalah organisasi sehingga dibutuhkan struktur
organisasi yang menggambarkan bidang pekerjaan yang harus tercakup di dalam organisasi
serta bentuk hubungan kerja antara personil atau pengelola BUM Desa
2. Menyusun uraian tugas ( job description). Penyusunan uraian tugas untuk anggota
pengelola BUM Desa diperllukan agar memperjelas peran setiap orang untuk menghindari
duplikasi( tumpang tindih) yang memungkinkan setiap jabatan atau pekerjaan yang terdapat
dalam BUM Desa diisi dengan orang-orang yang berkompeten dibidangnya sesuai tugas,
tanggung jawab, dan wewenang.
3. Menetapkan sistem koordinasi. Koordinasi itu merupakan aktivitas yang menyatukan
berbagai tujuan parsial kedalam satu tujuan umum, melalui penetapan sistem koordinasi
yang baik memungkinkan terbentuknya kerja sama antar unit usaha berjalan secara efektif.
4. Menyusun bentuk dan aturan kerja sama dengan pihak ketiga. Kerja sama dengan pihak
ketiga baik menyangkut transaksi jual beli atau simpan pinjam diatur didalam perjanjian
kerja sama yang jelas dan saling menguntungkan. Penyusunan bentuk ekrja sama dengan
pihak ketiga di atur bersama Dewan Komisaris BUM Desa
5. Menyusun pedoman kerja organisasi BUM Desa. Agar seluruh pengelola BUM Desa,
Pemerintahan Desa, badan kerja sama antar desa serta para pemangku kepentingan
memahami pedoman kerja organisasi BUM Desa , perlu disusun AD/ART BUM Desa sebagi
rujukan mengelola BUM Desa sesuai prinsip-prinsip tata kelola BUM Des.
6. Menyusun desain sistem informasi. Hal ini dijalankan supaya keberadaannya sebagai
lembaga ekonomi desa memperoleh dukungan dari banyak pihak.
7. Menyusun rencana usaha (business plan). Rencana usaha yang perlu dibuat adalah rencana
usaha didalam periode 1 sampai 3 tahun. Hal ini diperlukan agar pengelola BUM Desa
memiliki pedoman jelas apa yang harus dikerjakan dan dihasilkan dalam upaya mencapai
tujuan yang ditetapkan sehingga kinerjanya terukur.
8. Menyusun sistem administrasi dan akuntansi. Sistem administrasi dan akuntansi itu harus
dibuat dalam format yang mudah dikerjakan tetapi mampu menggambarkan aktivitas yang
dijalankan BUM Desa.
9. Melakukan proses rekrutmen. Untuk menetapkan orang-orang yang bakal menajdi
pengelola BUM Desa dapat dilakukan dalam forum musyawarah desa, berdasarkan kriteria
atau persayaratan tertentu yang sudah di tetapkan.
10. Menetapkan sistem penggajian dan pengupahan. Agar pengelola BUM Desa dapat
melakukan tugas dengan baik, diperlukan sistem imbalan yang tepat dan memacu motivasi,
imbalan tersebut berupa gaji bulanan atau upah kerja borongan bervariasi sesuai beban
kerja.
BUM Desa memerlukan ketersediaan SDM yaitu pengurus, manajer unit usaha, dan staf
pelaksana (staf BUM Desa). Kesuksesan BUM Des tergantung kualitas SDM pengelola, hal-
hal yang harus diperlukan ketika merencanakan SDM. Dua kegiatan utama yang harus
dianalisis ketika mengembangkan proyek usaha BUM Des adalah memilih ketua
pelaksana(manajer proyek) dan memilih anggota tim pelaksana. Hal-hal yang harus di
perhatikan ketika merencanakan SDM antara lain:
1. Analisis jabatan. Analisis jabatan meliputi penentuan jabatan yang diperlukan oleh BUM
Desa adalah penentuan tugas, kewenangan, dan tanggung jawab dari setiap jabatan serta
penentuan kualifikasi seseorang untuk menduduki jabatan tertentu
2. Perencanaan tenaga kerja. Perencanaan tenaga kerja mencakup penentuan jumlah tenaga
kerja yang dibutuhkan dan persyaratan atau kualifikasi yang diinginkan.
Akuntansi BUM Desa adalah metode pencatatan transaksi keuangan BUM Desa dengan
prinsip imbang berpasangan, menggolongkan, menjumlahkan, serta menghitung agar bisa
menyajikan informasi keuangan yang rinci, bermakna, sistematis, lengkap,benar, dan tepat
waktu. Tujuan utama ada adanya sistem akuntansi secara internal adalah pengelola BUM
Desa maupun lembaga pembinanya mampu memperoleh informasi akurat untuk
memantau, menilai, dan mengendalikan kinerja, serta pertumbuhan usaha. Sistem
akuntansi memang harus dirancang agar tetap setia mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku
umum, antara lain:
Kronologis, yaitu transaksi dicatat berdasarkan urutan waktu kejadian
Sistematis, yaitu pencatatan, penggolongan, penomoran, periwayatan, perhitungan
dilakukan dengan urutan proses dan instrumen tertentu yang jernih dan masuk akal
Informatif, yaitu sistem akuntansi itu menghasilkan informasi keuangan usaha yang
bermakna secara benar, lengkap, rinci, dan tepat waktu
Dapat diaudit , yaitu informasi yang dihasilkan harus dapat diperiksa kebenarannya ( formal
maupun material) melalui penelusuran proses, pemeriksaan alat bukti (fisik) dan dokumen
transaksi keuangan asli yang disimpan secara rapi.
AKUNTANSI RUMAH SAKIT
Definisi Keuangan Rumah Sakit
Sampai saat ini tidak ada keterangan rinci mengenai apa arti dari keuangan rumah sakit.
Keuangan rumah sakit di definisikan tergantung dari rumah sakit itu sendiri. Keungan
Rumah sakit digunakan sebagai pengelolaan finansial rumah sakit yang nantinya digunakan
sebagai pengambilan keputusan. Ada beberapa industri yang dijalankan di Rumah Sakit.
Industri tersebut diantaranya
1. Jasa Kesehatan, industri jasa kesehatan terdiri dari para penyedia dari layanan jasa
kesehatan seperti praktik medis, rumah sakit, klinik, rawat inap, dan rumah para agen
kesehatan.
2. Asuransi Kesehatan, industri asuransi kesehatan ini meliputi program pemerintah dalam
memberikan layanan kesahatan bagi seluruh lapisan masyarakat dengan jaminan kesehatan
seperti contoh BPJS Kesehatan.
3. Kepedulian Pengelolaan, mencakup organisasi seperti organisasi perbaikan kesehatan yang
menggabungkan fungsi penyedia jasa sauransi dan kesehatan.
4. Peralatan dan Perlengkapan Medis, mencakup pembuatan perlengkapan medis yang tahan
lama, seperti perlengkapan diagnosis dan wheel chairs maupun peralatan medis yang
dihabiskan misalnya ketersediaan perlatan medis dan bandages.
5. Farmasi dan Bioteknologi, industri ini mengembangkan dan memasarkan obat-obatan dan
produk terapi lainnya.
Secara umum, akuntansi rumah sakit dapat di definisikan sebagai sebagai sistem informasi
yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi
dan kondisi rumah sakit.
Dalam akuntansi dana untuk rumah sakit, penyajian laporan informasi keuangannya
mengharuskan pembentukan dana yang dibagi menjadi dua yaitu :
2. Dana Terikat
Merupakan dana yang dibatasi penggunaannya pada suatu tujuan tertentu yang biasanya
muncul karena permintaan dari pihak eksternal yang memberikan sumbangan. Menurut
sifat pembatasannya, dana dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Dana Terikat Sementara Waktu yaitu dana dengan pembatasan yang bersifat
sementara.
2) Dana Terikat Permanen yaitu dana dengan pembatasan yang bersifat permanen.
Aktiva (aset) yang tergolong terikat dicatat pada Dana Umum, sementara satu atau lebih
dana yang lain digunakan untuk mencatat aktiva yang terikat sementara waktu dan terikat
permanen.
Berikut adalah kelompok dana terikat yang digunakan dalam akuntansi dana untuk rumah
sakit yaitu :
Dana Dana Tujuan Dana Terikat Waktu Dana Penggantian Dana Abadi
Umum Khusus dan Pengembangan
Fasilitas
Dasar Akrual - Pemasukan/sumbangan, transfer, dicatat secara langsung dalam dana yang
Akuntansi bersangkutan
- Sumber daya/dana ditahan dalam masing-masing dana hingga dipindahkan ke Dana
Umum untuk belanja
Deskripsi Dana dibatasi Dana tidak dapat digunakan Dana dibatasi untuk Dana abadi harus
Perbedaan untuk tujuan samapi waktu yang penambahan aktiva dikelola dan tidak
operasional ditentukan pihak sponsor tetap untuk digunakan
Laporan - Neraca
Keuangan - Laporan Operasional
- Laporan Perubahan Aktiva Bersih
- Laporan Arus Kas
Dana Umum
Dana umum digunakan untuk mencatat sumber daya/dana yang diterima dan dibelanjakan
dalam kegiatan menjalankan kegiatan operasional utama dirumah sakit. Dalam dana umum,
direksi dalam rumah sakit dapat menetapkan pembatasan berupa penyisihan atas sumber
daya tertentu. Contohnya :
Rumah sakit telah memberikan jasa kepada para pasiennya total senilai Rp 2.600.000 jika
diukur menggunakan tarif standar. Dari jumlah ini, terdapat penyesuaian kontraktual yang
harus dikurangkan senilai Rp 240.000. ayat jurnal adalah :
Piutang Rp 2.600.000
Piutang Rp 240.000
Dana Terikat
Digunakan untuk mencatat dan yang penggunaannya dibatasi oleh pihak yang merenspon
dana.
1) Dana Tujuan Khusus yaitu dana yang dibatasi penggunaannya pada tujuan tertentu.
Dana ini tidak mencatat belanja, dana ini hanya mencatat aktiva yang
penggunaannya dibatasi sampai dana umum memenuhi persyaratan untuk
menggunakan aktiva tersebut biasanya setelah melakukan belanja operasi yang
sesuai dengan persyaratan. Dalam hal ini aktiva ditransfer dari Dana untuk Tujuan
Khusus ke Dana Umum untuk membayar belanja operasi yang dimaksud. Contoh :
Dana untuk Tujuan Khusus dari Rumah Sakit yang mencatat pendapatan senilai Rp
66.000 dari investasi dengan menggunakan aktiva dalam dana tersebut dan
mencatat sumbangan dari sponsor senilai Rp 115.000. ayat jurnalnya adalah :
Kas Rp 66.000
Pendapatan Investasi Terikat Rp 66.000
Kas Rp 115.000
Sumbangan Terikat Rp 115.000
2) Dana Terikat waktu yaitu dana yang dibatasi penggunaannya sampai batas waktu
tertentu. Contoh :
Selama tahun 20X6 Dana Terikat Waktu dari Rumah Sakit yang mengakui piutang
senilai Rp 12.000 yang langsung di transfer ke Dana Umum senilai Rp 12.000. ayat
jurnalnya sebagai berikut :
Kas Rp 12.000
Piutang Rp 12.000
Pengeluaran Transfer – Pelepasan Saldo Dana Rp 12.000
Kas Rp 12.000
3) Dana Penggantian dan Pengembangan Fasilitas yaitu dana yang khusus di alokasikan
untuk pembangunan dan pengembangan aktiva tetap. Contoh :
Selama tahun 20X6 Dana Penggantian dan Pengembangan Fasilitas dari Rumah Sakit
yang mendapatkan donasi dari pihak sponsor senilai Rp 25.000 dalam bentuk
peralatan dan senilai Rp 60.000 dalam bentuk uang tunai. Selama itu, Rumah Sakit
yang juga memperoleh pendapatan investasi senilai Rp 7.000 dari dana yang dikelola
dalam dana ini. Ayat jurnalnya sebagai berikut :
Aktiva Tetap Rp 25.000
Sumbangan – Terikat Rp 25.000
Kas Rp 60.000
Sumbangan – Terikat Rp 60.000
Kas Rp 7.000
Pendapatan Investasi – Terikat Rp 7.000
Yang termasuk ke dalam Dana Terikat Permanen adalah Dana Abadi. Yang diperhatikan
dalam Dana Abadi adalah hanya boleh digunakan sebagai modal/pokok yang besarnya akan
dikelola/diinvestasikan misalnya deposito. Contoh :
Selama tahun 20X6 Dana Abadi Rumah Sakit yang memperoleh sumbangan dalam bentuk
uang tunai senilai Rp 415.000. dari jumlah ini, seniali Rp 400.000 langsung diinvestasikan.
Ayat jurnalnya adalah :
Kas Rp 415.000
Kas Rp 400.000
AKUNTANSI YAYASAN
Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan
untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak
mempunyai anggota.
KARAKTERISTIK YAYASAN
Sumber daya berasal dari para penyumbang, tanpa mengharapkan imbal balik.
Menghasilkan barang dan jasa tanpa bertujuan menumpuk laba.
Tidak ada kepemilikan
Audit atas hal yang berkaitan dengan keuangan meliputi unsur berikut ini:
a. Segmen laporan keuangan ( seperti laporan pendapatan dan biaya, laporan penerimaan dan
pengeluaan kas, serta laporan aktiva tetap), dokumen permintaan anggaran, dan perbedaan
antara realisasi kinerja keuangan serta yang diperkirakan.
b. Pengendalian internal atas ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku,
seperti ketentuan yang mengatur penawaran, akuntansi, pelaporan bantuan, serta kontrak
pemborong pekerjaan dsb.
c. Pengenadalian atau pengawasan internal atas penyusunan laporan keuangan dan atas
pengamanan aktiva, termasuk pengendalian atau pengawasan atas penggunaan sistem
berbasis kompputer.
d. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dugaan kecurangan.
Audit terhadap siklus belanja organisasi sektor publik terdiri dari audit terhadap belanja
aparat/pegawai/SDM dan belanja pelayanan publik. Belanja aparat dan belanja
pelayanan publik terdiri dari belanja administrasi umum, belanja operasi dan
pemeliharaan, serta belanja modal/pembangunan.
c. Pemeriksaan Aktiva Tetap
Tujuan audit aktiva tetap adalah untuk memperoleh bukti tetap setiap asersi signifikan
yang berkaitan dengan transaksi dan saldo aktiva tetap. Audit atas aktiva tetap sangat
penting karena biasanya aktiva tetap merupakan aset/kekayaan terbesar yang dimiliki
oleh suatu organisasi sektor publik. Masalah berikutnya adalah bahwa aktiva tetap
rentan terhadap terjadintya inefisiensi dan pencurian. Karena itu, perlakuan atas aktiva
tetap organisasi sektor publik harus diperhatikan secara khusus.\
Siklus jasa personalia meliputi semua kejadian dan kegiatan yang berkaitan dengan
kompensasi ( penggajian ) pimpinan/eksekutif organisasi sektor publik serta
pegawai/pekerjanya. Kompensasi tersebut meliputi gaji, insentif, lembur, komisi, dan
berbagai bentuk tujuan lainnya. Transaksi utama dalam siklus ini adalah transaksi gaji.
Saldo kas berasal dari pengaruh kumulatif siklus belanja, siklus investasi, dan siklus jasa
personalia. Entitas harus mengeluarkan kasnya untuk memperoleh berbagai sumber
daya yang diperlakukan organisasi sektor publik ( siklus belanja ). Pengeluaran kas
tersebut juga meliputi pengeluaran untuk menperoleh sumber daya manusia ( siklus
jasa personalia ). Saldo kas meliputi kas di tangan atau yang disimpan dalam entitas, kas
di bank, dan dana tertentu yang disisihkan ( seperti dana kas kecil ).
1) Prosedur analistis
Contoh prosedur analistis adalah membandingkan item belanja menurut anggaran dan item
realisasi anggaran. Hasil perbandingan itu akan menunjukkan ada tidaknya penyimpangan
jumlah realisasi belanja dari jumlah yang dianggarkan sebelumnya.
2) Inspeksi
Contoh kegiatan inspeksi adalah pemeriksaan terhadap bukti-bukti transaksi seperti
rekening bank, kwitansi, atau tanda terima lainnya untuk mengevaluasi apakah transaksi
yang dilakukan telah sesuai atau menyimpang dari rencana dan anggaran yang telah
ditetapkan.
3) Konfirmasi
Contoh kegiatan konfirmasi adalah meminta keterangan kepada Bendahara pengeluaran
terkait bukti-bukti transaksi pembelian atau pengalokasian anggaran yang telah
dilakukannya. Kegiatan ini akan menunjukkan apakah bukti transaksi tersebut fiktif atau
benar adanya, selain keterangan-keterangan lainnya terkait bukti tersebut.
4) Permintaan Keterangan
Contoh kegiataan permintaan keterangan adalah auditor meminta keterangan Bendahara
pengeluaran atas ketidaksesuaian jumlah pengeluaran ( berdasarkan bukti transaksi yang
ada ) dengan jumlah anggaran yang telah diterapkan sebelumnya.
5) Perhitungan
Contoh kegiatan perhitungan adalah auditor menghitung aset yang telah dibeli Bagian
Pengadaan berdasarkan bukti transaksi yang ada.
6) Penelusuran
Contoh kegiatan penelusuran adalah auditor membandingkan antara angka yang tertera
dalam kwitansi transaksi yang telah dilakukan dan jumlah angka yang tertera dalam jurnal.
Hal ini akan menunjukan apakah ada kesesuian penyajian, yaitu penyajian yang lebih rendah
atau lebih tinggi.
7) Pemeriksaan Bukti Pendukung
Contoh kegiatan pemeriksaan bukti pendukung adalah auditor memilih ayat jurnal
“pembelian ATK” di jurnal, kemudian membandingkannnya dengan kwitansi “pembelian
ATK” tersebut atau tanda terima lainnya.
8) Pengamatan
Contoh kegiatan pengamatan adalah auditor mengamati kegiatan Bendahara Gaji dalam
menjurnal ketika mengelurkan gaji kepada para pegawai.
9) Pelaksanaan Ulang
Contoh kegiatan pelaksanaan ulang adalah auditor menghitung ulang penyusutan
kendaraan milik organisasi berdasarkan umur ekonomis yang sebenarnya, kemudian
dibandingkan dengan pencatatan beban penyusutan kendaaan yang telah dilakukan.
10) Teknik Audit Berbantuan Komputer
Contoh kegiatan audit berbantuan komputer adalah auditor, dengan bantuan komputer,
memeriksa angka-angka dalam file jurnal bendahara dan membandingkannya dengan
kwitansi pembelian, kwitansi pendapatan, dan bukti-bukti transaksi lainnya.
11) Pengujian Pengendalian
Contoh kegiatan pengujian pengendalian adalah auditor membandingkan dokumen SOP
atau petunjuk teknis pegawai, dan mengamati pelaksanaannya di lapangan.
12) Pengujian Subtantif
Contoh kegiatan pengujian subtantif adalah auditor memeriksa secara rinci angka dan
jumlah transaksi yang telah terjadi, dimulai dari pemeriksaan seluruh bukti transaksi,
catatan dalam jurnal, posting dalam buku besar, hingga laporan yang telah jadi. Dengan
demikian, dapat ditemukan apakah ada kesalahan atau ketidakberesan.
CONTOH PRAKTEK AUDIT SEKTOR PUBLIK DI ORGANISASI SEKTOR PUBLIK
1. Pemerintah Pusat
Audit atas pemerintah pusat ditujukan pada perolehan bukti audit yang cukup dan tepat.
Sebagai contoh, akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan pemerintah
pusat maupun daerah sebagai organisasi sektor publik merupakan tujuan penting dari
reformasi akuntansi dan administrasi sektor publik.
2. Pemerintah Daerah
Audit yang diselenggarakan atas kegiatan pemerintah daerah dapat dibagi menjadi audit
keuangan dan audit kinerja. Audit dapat mempunyai gabungan tujuan audit keuangan dan
audit kinerja, atau dapat juga mempunyai tujuan yang terbatas pada beberapa aspek dari
masing-masing jenis audit tersebut. Pemeriksaan atas pos pendapatan asli daerah
mencakup:
3. LSM
Di Indonesia ada dua jenis LSM. Pertama, LSM yang melakukan fungsi kontrol masyarakat.
Kedua, LSM yang melaksanakan program entitas. Menjamurnya LSM terutama dipicu oleh
persyaratan-persyaratan yang diajukan oleh lembaga-lembaga keuangan internasional.
Dalam organisasi LSM dilakukan dua jenis audit yaitu Audit kinerja keuangan dan Audit
kinerja nonkeuangan.
4. Yayasan
Audit yang diselenggarakan atas semua kegiatan yang dilaksanakan yayasan dapat dibagi
menjadi audit keuangan dan audit kinerja. Contohnya pelaksanaan audit atas kontrak
pemborongan pekerjaan atau atas bantuan pemerintah kepada yayasan atau badan hukum
lainnya. Tujuan audit semacam ini sering kali mencakup baik tujuan keuangan maupun
tujuan audit kinerja. Audit semacam ini umunya disebut audit kontrak.
5. Partai Politik
Sama seperti organisasi-organisasi sektor publik lainnya, audit dalam organisasi partai politik
juga dibedakan menjadi dua, yaitu audit kinerja keuangan dan audit kinerja nonkeuangan.
BLUD
Pengertian Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) atau Unit Kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang
dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
Latar Belakang diadakan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) adalah untuk peningkatan
pelayanan dan efisiensi anggaran sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun
2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.
Persyaratan PPK-BLUD
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) harus memenuhi
beberapa persyaratan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam. Pemerintah
Daerah harus selektif dan obyektif dalam menetapkan SKPD atau Unit Kerja untuk
menerapkan PPK-BLUD. Sehingga tidak semua SKPD atau Unit Kerja yang memberikan
pelayanan pada masyarakat dapat menerapkan PPK-BLUD
1. Persyaratan substantif
Persyaratan substantif dipenuhi kalau SKPD atau Unit Kerja tersebut menurut tugas dan
fungsinya memberi pelayanan langsung kepada masyarakat dalam bentuk
penyediaan barang dan jasa, seperti penyediaan layanan dalam bidang kesehatan (Rumah
Sakit Daerah, Puskesmas, dan Laboratorium), pendidikan (sekolahan, pendidikan dan
pelatihan), transportasi (terminal, jasa penyeberangan, jasa transportasi), pariwisata
(pengelolaan wisata daerah), perdagangan (pasar tradisional), kebersihan (pengelolaan
sampah, limbah), penyediaan bibit/pupuk, dan lain-lainnya;
pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian
masyarakat atau layanan umum, seperti pengelolaan kawasan ekonomi di suatu wilayah;
pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada
masyarakat, seperti pengelolaan dana bergulir, pengelolaan dana perumahan
2. Persyaratan teknis
Persyaratan teknis terpenuhi, apabila SKPD atau Unit Kerja tersebut kinerja pelayanan di
bidang tugas dan fungsinya layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLUD,
serta kinerja keuangannya sehat
3. Persyaratan administratif
Persyaratan administratif, apabila SKPD atau Unit kerja menyampaikan dokumen
persyaratan, yang meliputi
Penetapan PPK-BLUD
Dari ketiga persyaratan tersebut, persyaratan administratif yang sangat menentukan dapat
tidaknya SKPD atau Unit Kerja menerapkan PPK-BLUD. Hal ini disebabkan dari dokumen
administratif tersebut akan dinilai oleh tim penilai yang ditetapkan oleh Kepala Daerah, yang
anggotanya paling sedikit terdiri dari: