Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN


DENGAN BRONKHOPENUMONIA
DI RS MEDIKA BSD
Diajukan untuk salah satu syarat Tugas Profesi Ners

Disusun oleh:

ROSITA APRIANI, S.Kep


201741007

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ICHSAN MEDICAL CENTER
BINTARO - BANTEN
2019-2020
LAPORAN PENDAHULUAN
BRONKOPNEUMONIA

A. Pengertian
Bronchopneumoni merupakan salah satu jenis pneumonia yang memiliki pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi &
meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 ,
dalam NANDA NIC NOC, 2015)
Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli
atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran
langsung melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus.(Riyadi
sujono&Sukarmin,2009, NANDA NIC NOC, 2015)

B. Klasifikasi
Berikut merupakan klasifikasi pneumonia :
1. Community Acquired Pneunomia dimulai juga sebagai penyakit pernafasan umum &
dapat berkembang menjadi sebuah pneumonia. Pneumonia Streptococal ialah
suatu organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini umumnya menimpa kalangan
anak-anak atau kalangan orang lanjut usia.

2. Hospital Acquired Pneumonia dikenal juga sebagai pneumonia nosokomial.


Organisme seperti ini ialah suatu aeruginisa pseudomonas. Klibseilla / aureus
stapilococcus, ialah bakteri umum penyebab hospital acquired pneumonia.

3. Lobar & Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi. Saat Ini
ini pneumonia diklasifikasikan berdasarkan organisme, bukan cuma menurut lokasi
anatominya.

4. Pneumonia viral, bakterial & fungi dikategorikan berdasarkan dari agen penyebabnya,
kultur sensifitas dilakukan untuk dapat mengidentifikasikan organisme perusak.(
Reeves, 2009).
C. Etiologi
Umumnya individu yg terserang bronchopneumonia diakibatkan karena adanya
penurunan mekanisme pertahanan daya tahan tubuh terhadap virulensi organisme patogen.
Orang yg normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ
pernafasan yg terdiri atas : reflek glotis & batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yg
menggerakkan kuman ke arah keluar dari organ, & sekresi humoral setempat.

Timbulnya bronchopneumonia biasanya disebabkan oleh virus, jamur, protozoa, bakteri,


mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain:
1. Virus : Legionella pneumoniae

2. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans

3. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.

4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru

5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
Manurut (Barbara C. long, 1996, dalam nanda NIC NOC 2015)
1. Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktusrespiratoris bagian atas
selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40 derajat
celcius dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
2. Sangat gelisah, dispenia pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping
hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah dan
diare.
3. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari
mula-mula kering kemudian menjadi produktif.
4. Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi
dengan adanya nafas dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan sianosis
sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia.
5. Hasil pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi yang terkena, pada
perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya
terdengar ronchi basah nyaring halus dan sedang.

1. Pnemonia bakteri
Gejala :
- Anoreksi
- Rinitis ringan
- Gelisah
Berlanjut sampai :
- Nafas cepat dan dangkal
- Demam
- Malaise (tidak nyaman)
- Ekspirasi berbunyi
- Leukositosis
- Foto thorak pneumonia lebar
- Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
- Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan
2. Pnemonia Virus
Gejala awal :
- Rhinitis
- Batuk
Berkembang sampai :
- Ronkhi basah
- Emfisema obstruktif
- Demam ringan, batuk ringan dan malaise sampai demam tinggi batuk hebat dan lesu

3. Pneumonia mikroplasma
Gejala :
- Anoreksia
- Menggigil
- Sakit kepala
- Demam
Berkembang sampai :
- Rhinitis alergi
- Sakit tenggorokan batuk kering berdarah
- Area konsolidasi pada penatalaksanaan pemeriksa thorak

F. Pemeriksaan Penunjang

Manurut (Barbara C. long, 1996, dalam nanda NIC NOC 2015)

Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara:

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah

Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis ( meningkatnya

jumlah neutrofil)
b. Pemeriksaan sputum

Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk

pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensifitas untuk mendeteksi agen

infeksius.

c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa (Sandra

d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia.

e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen
mikroba.

2. Pemeriksaan Radiologi

a. Rontgenogram thoraks

Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal

atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan

haemofilus.

b. Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh

benda padat.

G. Komplikasi

Manurut Nurarif amin dalam NIC NOC 2015)

Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :

1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru yang

merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang.

2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga pleura

yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.

3. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang.

4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.

5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.


H. Penatalaksanaan

Manurut (Barbara C. long, 1996, dalam nanda NIC NOC 2015)

1. Oksigen 1-2 liter per menit.

2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melaui selang

nasogastrik dengan feeding drip.

3. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta

agonis untuk transport muskusilier.

4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit.

I. Pencegahan Pada Anak


1. Hindari anak dari adanya paparan asap rokok, polusi dan tempat keramaian yang

berpotensi terjadinya penularan.

2. Hindari kontak langsung anak dengan penderita ISPA.

3. Membiasakan melakukan pemberian ASI.

4. Segera berobat apabila terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai suara sesak

dan sesak pada anak.

5. Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
BRONCOPNEUMONIA
A. Pengkajian
1. Pengkajian Fokus
a. Demografi meliputi;nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak nafas, disertai
batuk ada secret tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk menetap dengan
produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun pagi selama minimum 3 bulan
berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum (hijau, putih/ kuning) dan
banyak sekali. Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat
hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyi nnafas krekels, warna kulit pucat
dengan sianosis bibir, dasar kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah menderita kasus
yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang dapat memicu terjadinya
bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi kima dalam jangka panjang
misalnya debu/ asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan faktor
keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti merokok.

2. Pola Pengkajian
1) Pernafasan
Gejala :
- Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap dengan produksi
sputum setiap hari ( terutama pada saat bangun) selama minimum 3 bulan berturut-
turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun.
- Produksi sputum (Hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali Riwayat pneumonia
berulang, biasanya terpajan pada polusi kimia/ iritan pernafasan dalam jangka
panjang (misalnya rokok sigaret), debu/ asap (misalnya : asbes debu, batubara,
room katun, serbuk gergaji)
- Pengunaaan oksigen pada malam hari atau terus -menerus.
Tanda :
- Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untukbernafas, penggunaan otot bantu
pernafasan (misalnya : meninggikan bahu, retraksi supra klatikula, melebarkan
hidung).
- Dada : Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP ( bentuk barel),
gerakan difragma minimal.
- Bunyi nafas : Krekels lembab, kasar.
- Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu keseluruhan.

2) Sirkulasi
Gejala :
- Pembengkakan ekstremitas bawah.
Tanda :
- Peningkatan tekanan darah, Peningkatan frekuensi jantung / takikardi berat,
disritmia, distensi vena leher (penyakit berat) edema dependen, tidak berhubungan
dengan penyakit jantung.
- Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP dada).
- Warna kulit / membrane mukosa : normal atau abu-abu/ sianosis perifer. Pucat
dapat menunjukan anemia.

3) Makanan / cairan
Gejala :
- Mual / muntah.
- Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema).
- Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.
Tanda :
- Turgor kulit buruk.
- Berkeringat.
- Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali.
4) Aktifitas / istirahat
Gejala :
- Keletihan, keletihan, malaise.
- Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari- hari
- karena sulit bernafas.
- Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam
- posisi duduk tinggi.
- Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau istirahat.
Tanda :
- Keletihan.
- Gelisah/ insomnia.
- Kelemahan umum / kehilangan masa otot.

5) Integritas ego
Gejala :
- Peningkatan faktor resiko.
Tanda :
- Perubahan pola hidup.
- Ansietas, ketakutan, peka rangsang.

6) Hygiene
Gejala :
- Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan
- melakukan aktifitas sehari- hari.
Tanda :
- Kebersihan buruk, bau badan.
7) Keamanan
Gejala :
- Riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / faktor lingkungan.
- Adanya infeksi berulang.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobonkial.
Pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli.
3. ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan, penurunan masukan oral.
C. Intervensi Keperawatan
Manurut,
No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Tujuan dan Kriteria hasil intervensi
1. Bersihan jalan nafas tidak Tujuan : Mengidentifikasi / menunjukan Intervensi
efektif berhubungan dengan perilaku mencapai bersihan jalan nafas - Kaji frekuensi / kedalaman pernafasan
inflamasi trakeobronkial, Kriteria hasil : dan gerakan dada.
pembentukan edema, - Batuk Efektif - Auskultasi area paru, catat area
peningkatan produksi - Produksi sputum Berkurang penurunan atau / tak ada aliran udara
sputum. - Tidak Menunjukan suara, Wheezing, dan bunyi nafas adventius. Misalnya :
DS : Kien biasannya ronkhi krekels atau mengi
mengalami batuk. - Frekuensi nafas normal. - Bantu pasien latihan nafas sering.
Bantu pasien mempelajari melakukan
DO : batuk, misalnya dengan menekan dada
- Batuk Tidak Efektif dan batuk efektif sementara posisi
- TIdak Mampu Batuk duduk tinggi.
- Sputum Berlebih - Edukasi Fisioterapi dada
- Mengi, Wheezing dan
Ronkhi kering Kolaborasi :
- Berikan cairan sedikitnya 1000 ml/ hari
(kecuali kontraindikasi). Tawarkan air
hangat daripada dingin
- Lakukan penghisapan sesuai indikasi
- Berikan sesuai indikasi : mukolitik,
ekspektoran, bronkodilator, analgesik
2. Pola nafas tidak efektif Tujuan : Intervensi
berhubungan dengan proses Menunjukan pola nafas tidak efektif dengan Dukungan Ventilasi
inflamasi dalam alveoli frekuensi dan kedalaman rentang normal dan - Identifikasi adannya kelelahan otot
DS : - paru bersih bantu nafas
DO : Kriteria Hasil : - Identifikasi efek perubahan posisi
- Penggunaan otot bantu - Tanda-tanda vital Normal terhadap pernafasan
pernapasan - Tekanan Ekspirasi menurun - Monitor status respirasi dan
- Fase ekspirasi - Tekanan Inspirsi Menurun oksigenisasi (mis. frekuensi dan
memanjang - Tidak ada penggunaan otot bantu nafas kedalaman napas, penggunaan otot
- Pola nafas abnormal - frekuensi nafas bantu nafas, bunyi nafas tambahan
(mis. Takhipnea, - kedalamaan nafas Terapeutik
bradipnea, - Pertahankan kepatenan jalan napas
hiperventilasi, - Berikan posisi semi fowler atau
kussmaul, chyene fowler
stokes) - Fasilitasi mengubah posisi senyaman
- Pernapasaan cuping mungkin
hidung - Berikan oksigen sesuai kebutuhan
Edukasi
- Ajarkan tehnik relaksasi napas
dalam
- Ajarkan mengubah posisi secara
mandiri
- Ajarkan tehnik batuk efektif

Kolaborasi
- Pemberian bronkodilator.
3. ketidakseimbangan cairan Tujuan : Manajemen cairan dan elektrolit
dan elektrolit berhubungan Menunjukan ketidakseimbangan elektrolit - Identifikasi tanda dan gejala
dengan kehilangan cairan normal dengan ketidakseimbangan cairan dan
berlebihan, penurunan Kriteria Hasil : elektrolit
masukan oral. - asupan cairan - Identifikasi penyebab
- kelembapan membrane mukosa ketidakseimbangan elektrolit
- asupan makanan - Identifikasi kehilangan elektrolit
- tekanan darah, deyut nadi radial, melalui cairan (mis. diare, drainase)
- turgor kulit normal atau elastis - Monitor kadar elektroit
- Mata tidak cekung Terapeutik
- berat badan normal. - Berikan Cairan
- Berikan diet yang tepat (mis. tinggi
kalium, rendah natrium)
- Pasang akses intravena
Edukasi
- Jelaskan jenis penyebab dan
penanganan ketidakseimbangan
elektroit

Kolaborasi
- Pemberian suplemen elektrolit
Daftar Pustaka

Nuraruf amin dkk, 2015, aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis dan NANDA
NIC NOC, jilid 3, Mediaction : Yogyakarta
Tim pokja SIKI DPP PPNI, 2017, Satandar Intervensi Keperawatan Indonesia, DPPPPNI,
Jakarta.
Tim pokja SIKI DPP PPNI, 2017, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, DPPPPNI, Jakarta.
Tim pokja SIKI DPP PPNI, 2017, Satandar Luaran Keperawatan Indonesia, DPPPPNI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai