SKRIPSI INTAN Perbaikan
SKRIPSI INTAN Perbaikan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Diabetes melitus yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau
penyakit gula darah merupakan golongan penyakit kronis yang ditandai dengan
meningkatnya kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia, ini terjadi akibat
adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh dimana organ pankreas tidak
mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh (Smeltzer & Bare,
insulin atau keduanya, penyakit ini berkaitan dengan faktor genetik dan perilaku
merupakan penyebab utama untuk kebutaan, serangan jantung, stroke, gagal ginjal
dan amputasi kaki. Sebanyak 415 juta orang dewasa terkena diabetes 80%
tertinggi di dunia setelah negara China, India, USA, Brazil, Rusia, dan Mexico
dengan jumlah estimasi orang dengan diabetes sebesar 10 juta (Riskesdas, 2015).
Diabetes Melitus disebut juga silent killer karena sering tidak sadari oleh
penyandangnya dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi. Dari hasil Riset
2
dan perkiraan jumlah penduduk usia diatas 15 tahun Sumatera Utara merupakan
Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, dan Jawa Timur dengan proporsi 1,8% dan
imitatator karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan
menimbulkan berbagai macam keluhan dan gejala yang sangat bervariasi, seperti
minum lebih banyak, buang air kecil lebih sering, berat badan menurun dan
keluhan lainnya berupa kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi pada pria, dll
(Misnadiary, 2006).
individu. Hal ini bertujuan untuk mengendalikan kadar gula darah tetap normal
tersebut dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama dan komplek. Akibatnya
permasalahan misalnya pasien merasa lemah dan tidak berdaya. Akibatnya pasien
DM akan memandang dirinya secara negatif, misalnya pasien merasa putus asa
3
dan tidak dapat menerima keadaan sehingga dapat mempengaruhi konsep diri
pasien. Penilaian terhadap diri sendiri merupakan suatu konsep yang ada pada
setiap manusia yang disebut konsep diri. Pada penderita timbul prasangka bahwa
dirinya dengan keadaannya saat ini akan mendapat penolakan dari orang lain
konsep diri dan menutupi diri dari kehidupan sosial (Respati, 2014).
orang pasien di ruang rawat inap di RSUD Arifin Achmad pekanbaru tentang
hubungan antara stress dengan konsep diri pada penderita pasien diabetes melitus
didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki konsep diri yang
diri dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain. Konsep diri terdiri atas
gambaran diri, harga diri, ideal diri, peran dan identitas personal.
dengan ulkus diabetik di Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin dari
bulan Juni hingga November 2018 adalah sebnyak 56 orang. Hasil wawancara
menderita ulkus diabetik mereka tidak dapat bekerja lagi, merasa sedih, putus asa,
tentang “Hubungan perawatan kaki pada pasien ulkus diabetik dengan konsep diri
pada pasien ulkus diabetic dengan konsep diri di ruang Rawat Inap RSU Bunda
penderita ulkusdiabetik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
atau karena pankreastidak dapat memproduksi insulin (Smeltzer & Bare, 2001).
7,5gram).
8
7
a. DM tipe I
jika lebih dari 90% sel-sel beta pankreas telah rusak. Pada kondisi yang
lebihburuk ketika seluruh sel beta telah rusak maka akan timbul gejala
lain :
leucocyteantigen).
tubuhmenganggap sel-sel beta dan insulin pada pada pankreas sebagai benda
8
tidakdapat diproduksi.
b. DM tipe II
Wayne, Bradley. 2007). Resistensi insulin disebabkan oleh faktor genetik seperti
tipe II, seperti usia, obesitas, riwayat keluarga dan kelompok etnik (Smeltzer &
Bare, 2001). ADA (2015) mengatakan bahwa pada orang dewasa dengan obesitas
dan mempunyai lebih dari 2 (dua) faktor resiko yang menyebabkan DM, harus
melakukan pemeriksaan dini walaupun belum mengalami tanda dan gejala dari
DM. Jika didapatkan hasil tes normal, maka 3 (tiga) tahun kemudian harus
c. DM gestasional
yang secara abnormal berukuran besar), untuk mencegah hal tersebut maka ibu
hamilharus mengontrol kadar gula darah dengan cara diet dan penggunaan insulin
2.1.3. Patofisiologi DM
a. Fisiologi normal
Smeltzer & Bare (2001) mengatakan sel-sel beta pada pulau Langerhans
dalam sel-sel otot, hati serta lemak. Dalam sel-sel tersebut insulin menimbulkan
efek berikut :
b. Patofisiologi DM tipe II
menderitadiabetes dan nondiabetes adalah 1:1 dan sekitar 90% merupakan carrier
kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Kelainan ini disebabkan oleh
diantaranya adalah :
sehingga ginjal tidak mampu menyerap kembali semua glukosa yang tersaring
cairan dan elektrolit juga akan ikut tertarik dan keluar bersama urin, keadaan
f. Poliuria
g. Polidipsia
2.1.5. Komplikasi DM
a. Komplikasi makrovaskular
2) Penyakit serebrovaskular
12
bawah,yang ditandai oleh nyeri pada pantat atau betis ketika berjalan (Smeltzer
b. Komplikasi mikrovaskular
1) Retinopati diabetik
2) Nefropati
3) Neuropati diabetes
13
baiksaraf perifer, otonom dan spinal (Smeltzer & Bare, 2001). Ketika
terdapatsatu penderita DM yang meninggal dunia dan setiap 20 detik terdapat satu
dengan baik. Hal inidisebabkan karena hanya sedikit orang yang berminat
macam ulkus kaki berdasarkan penyebabnya, yaitu ulkus kaki neuropati, ulkus
kaki iskemik dan ulkus kaki neuroiskemik. Berikut ini merupakan perbedaan
yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Baik
kerentanan infeksi dan aliran darah yang kurang pada penderita DM membuat
keparahan dari ulkus tersebut, sehingga dapat diberikan tindakan sesuai dengan
tingkat keparahan dari ulkus tersebut. Berikut beberapa klasifikasi dari ulkus
diabetik:
b) Klasifikasi Wagner (1981) (dalam Singh, Pai, Yunhui. 2013) membagi ulkus
(1) Grade 0 : Tidak ada ulkus pada kaki yang beresiko tinggi
16
(2) Grade 1 : Ulkus superfisial pada seluruh ketebalan kulit tapi tidak sampai
ke otot
(3) Grade 2 : Ulkus dalam, sampai ke ligament dan otot, tapi tidak sampai ke
(4) Grade 3 : Ulkus dalam beserta selulitis dan bernanah, sering juga disertai
dengan osteomyelitis
c) Klasifikasi Texas (dalam Singh, Pai, Yunhui. 2013) membagi ulkus diabetik ke
Tabel 2.3 Klasifikasi ulkus diabetik menurut Texas (dalam Singh, Pai, Yunhui.
2013)
Stage Grade
0 1 2 3 3
A Pre atau post Luka Luka penetrasi Luka penetrasi
ulkus pada superfisial sampai ke sampai ke
seluruh jaringan tendon tulang
epitel
B Infeksi Infeksi Infeksi Infeksi
C Iskemi Iskemi Iskemi Iskemi
D Infeksi dan Infeksi dan Infeksi dan Infeksi dan
Iskemi Iskemi iskemi Iskemi
tinggi grade dari ulkus maka semakin tinggi resiko amputasi dengan waktu
penyembuhan yang lama. Klasifikasi menurut Texas memiliki prediksi hasil yang
dari infeksi. Namun klasifikasi menurut Wagner lebih sering digunakan karena
pengklasifikasian yang lebih mudah dipahami dari klasifikasi Texas (Singh, Pai,
Yuhhui, 2013).
disipliner.Berbagai hal yang harus ditangani dengan baik agar memperoleh hasil
a. Kontrol metabolik
Keadaan umum pasien harus dikontrol, mulai dari kadar glukosa darah
hingga status nutrisi juga harus diperhatikan. Kadar glukosa darah diusahakan
agar selalu dalam batas normal, gunakan insulin jika memang diperlukan untuk
vitamin C, mineral dan asam amino dalam jumlah yang cukup. Asam amino
diperlukan untuk sintesis protein struktural seperti kolagen dan untuk melakukan
sintesa protein yang berperan di dalam respon imun. Ketika seseorang kekurangan
protein, maka tidak hanya akan memperlambat penyembuhan luka, tetapi juga
Hal lain yang harus diperhatikan adalah kadar albumin serum, kadar Hb
dan kadar oksigenasi jaringan (Sudoyo, dkk. 2006). Oksigen berperan penting
pengendalian infeksi. Kebutuhan oksigen pada daerah luka sangat tinggi, dimana
pengiriman oksigen pada daerah luka dipengaruhi oleh tekanan parsial oksigen di
dalam darah, tingkat perfusi jaringan dan volume darah total. Terhambatnya
b. Kontrol vaskular
Jika faktor-faktor penting dalam penyembuhan luka seperti oksigen, asam amino,
vitamin dan mineral sangat lambat mencapai luka karena lemahnya vaskularisasi,
maka penyembuhan luka akan terhambat, meskipun pada pasien dengan nutrisi
seperti daerah tibia, sehingga trauma kecil pun dapat menyebabkan ulkus tungkai
yang sulit dikelola dengan baik pada beberapa pasien (Morison, 2003).
Kelainan pembuluh darah perifer dapat dikenali melalui warna dan suhu
kulit, perubahan arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior serta dengan
mengukur tekanan darah. Selain itu, saat ini juga telah tersedia berbagai fasilitas
c. Kontrol luka
Perawatan luka merupakan hal yang harus dikerjakan dengan baik danteliti
sejak pertama kali pasien datang. Perawatan luka yang baik dapat dilakukan
yang harusdikeluarkan tubuh sehingga akan mengurangi produksi pus atau cairan
debridement yangadekuat untuk melihat kondisi luka secara jelas (Sudoyo, dkk.
2006).
antara lain :
2) Mengurangi tekanan
membersihkan lukaseperti NaCl, iodine encer dan senyawa silver (Sudoyo, dkk.
2006).
d. Kontrol infeksi
hemolyticstreptococci. Pada luka yang kronis, bakteri yang muncul akan semakin
banyakseperti aerobic gram negative rods dan anaerobes (Mendes & Neves,
2012).
gramnegatif seperti kuman anaerob pada luka yang dalam dan berbau. Sehingga
harusdiberikan antibiotik yang dapat membunuh kuman gram positif dan negatif
mengurangi penetrasi jaringan misalnya pada pasien dengan suplai vaskular yang
kurang,selain itu juga bermanfaat pada pasien yang tidak memperlihatkan tanda
e. Kontrol mekanik/tekanan
Jikaterdapat luka pada kaki terutama pada bagian plantar akan sulit untuk
sepertidekompresi ulkus atau abses dengan insisi abses, prosedur koreksi bedah
f. Kontrol edukasi
kondisi kaki yang rutin serta menjelaskan prinsip-prinsip dasar dalam perawatan
kaki.
antara lain :
5) Menghindari berjalan tanpa alas kaki atau memakai sepatu tanpa kaus kaki
baikrealistis maupun tidak, sosial diri: penilaian masyarakat terhadap individu dan
kejadiandan situasi.
24
a. Citra tubuh
(Potter, 2005). Citra tubuh terdiri dari aspek kognitif dan afektif. Aspek
yang telah berubahakibat penyakit atau trauma. Selain itu juga akan menunjukkan
sikap tidakberdaya, putus asa dan tidak mampu mengendalikan situasi (Kozier,
2010).
b. Ideal diri
1) Faktor budaya
c. Harga diri
terjadiketika individu dapat menerima dengan baik kondisi dirinya, baik ketika
diri rendahterjadi ketika individu kehilangan cinta dan penghargaan dari orang
Harga diri terdiri dari dua jenis yaitu harga diri umum dan harga
d. Peran
lahirmencakup harapan dan standar perilaku yang diterima oleh keluarga dan
yangditetapkan dan peran yang diterima. Peran yang ditetapkan merupakan peran
peranyang diterima merupakan peran yang dipilih oleh individu tersebut untuk
sepertikonflik peran, ketegangan peran dan ambiguitas peran. Ketika peran yang
dijalaniindividu tidak sesuai dengan harapan maka akan terjadi konflik peran.
Keteganganperan terjadi ketika individu merasa tidak nyaman dengan peran yang
26
harapanyang jelas dan tidak tau apa yang harus dilakukan (Kozier, 2010).
e. Identitas
dirinya danperan yang dijalani dalam berbagai situasi (Potter, 2005). Identitas
terdiridari identitas yang nyata dan tidak nyata. Identitas nyata meliputi nama,
antaralain:
a. Perkembangan
olehorang tua. Selain itu, teman sebaya juga mempengaruhi konsep diri anak.
27
c. Sumber daya
nilaiyang ada.
e. Penyakit
Fisikyang tidak sehat akan cenderung membentuk konsep diri yang negatif,
f. Stressor
membentukkonsep diri positif. Sedangkan jika seseorang menarik diri dan tidak
dengan diri sediri. Hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas, panik dan
kegagalan dalam uji realitas. Individu merasa dirinya tidak nyata dan asing, dan
dari citra tubuh, idealdiri, harga diri, peran dan identitas diri.
kerangkapenelitian dalam upaya mengkaji sejauh mana hubungan dari konsep diri
denganperawatan kaki pada pasien ulkus diabetik. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dari variabel independen dan dependen yang tergambar pada skema 2.1
berikut :
BAB III
METODE PENELITIAN
suatumetode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mencari ada tidaknya
data yang dilakukan sekaliguspada satu saat (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini
Lokasi penelitian ini dilakukan di Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bunda
3.3.1. Populasi
tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah
Inap di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan. Dimana jumlah pasien ulkus
33
31
diabetik berdasarkan data pada buku registrasi kunjungan pasien dari bulan juni
3.3.2. Sampel
a) Ukuran sampel
N
𝑛=
1 + N (d)2
Keterangan :
N : Besar populasi
n : Besar sampel
N
𝑛=
1 + N (d)2
56
𝑛=
1 + 56 (0,1)2
olehpeneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
a. Kriteria inklusi
b. Kriteria ekslusi
Primer yaitu data yang diperoleh atau di kumpulkan oleh peneliti secara langsung
survei. Setelah mendapat izin balasan dari lokasi penelitian, peneliti dapat
menjadi responden. Peneliti juga meyakinkan bahwa hal ini tidak akan
menimbulkan resiko atau bahaya bagi responden, serta kerahasian dari data
3.5.1.Variabel Penelitian
1) Variabel Independen
independen dari penelitian ini adalah perawatan kaki pada pasien ulkus
diabetik.
34
2) Variabel Dependen
terikat. Yang menjadi variabel dependen dari penelitian ini adalah Konsep
diri pada pasien ulkus diabetic, meliputi: citra tubuh, ideal diri, harga diri,
skor yang ada aspek pengukuran (Arikunto, 2009). Aspek pengukuran dalam
penelitian ini menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden dan diisi
oleh responden dimana bagian dari kuesioner tersebut akan dijabarkan sebagai
berikut :
status perkawinan, alamat, pekerjaan, lama menderita DM, kejadian ulkus kaki
yaitu : selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah. Kuesioner B terdiri dari
kadang-kadang diberi skor 2 dan tidak pernah diberi skor 1. Maka nilai
X
X =
n
40−10
=
2
= 15
Keterangan :
Baik = 25-40
Kurang = 10-24
ya dan tidak. Kuesioner C terdiri dari 13 pertanyaan positif yaitu soal nomor 5,
6, 7, 8,9 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 20, dan 9 pertanyaan negatif yaitu soal
nomor 1, 2, 3, 4, 10, 13, 19, 21, dan 22. Setiap pertanyaan positif, jawaban
“ya” diberi skor 2 dan jawaban “tidak” diberi skor 1, sedangkan pertanyaan
negatif jawaban “ya” diberi skor 1 dan jawaban “tidak” diberi skor 2.
Untuk penentuan alat ukur konsep diri dengan menggunakan rumus yang
X
X =
n
44−22
=
2
= 11
Keterangan :
Positif = 33-44
Negatif = 22-32
Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan suatu alat ukur benar
suatu alat ukur, maka semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur.
a. Content validity
Content validity atau disebut juga validitas isi merupakan suatu keputusan
dikaji. Sebuah kuesioner dikatakan memiliki validitas isi apabila dapat mengukur
tujuan khusus tertentu yang sesuai dengan materi atau konsep dalam materi
Hasil uji conten validity terhadap kuesioner konsep diri, didapatkan hasil
18, 19, 20, 21 dan 22. Sedangkan hasil uji conten validity terhadap kuesioner
perawatan kaki, didapatkan hasil berupa terdapat beberapa item pertanyaan yang
dilakukan revisi pada kalimatnya yaitu pertanyaan no 7,9, 10, 12, 13, 14, 15, 16,
sejauh mana hasilpengukuran ini tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua
kali atau lebihterhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang
hasildengan nilai r table product moment. Nilai r hasil adalah nilai perhitungan
angkahasilnya (r hasil) sama atau lebih dari angka kritis (r tabel), maka alat ukur
1. Editing
2. Coding
Kodeyang digunakan dalam penelitian ini adalah kode responden yang diawali
3. Transferring
Yaitu data yang telah diberi kode kemudian disusun secara berurutan
4. Tabulating
1. Analisa Univariat
frekuensi dan persentase dari setap variabel yang diteliti,. Bentuknya tergantung
dari jenis datanya. untuk data kategorik hanya dapat menjelaskan angka/nilai
jumlah dan persentase masing – masing kelompok, sedangkan untuk data numeric
digunakan nilai mean, median, standar deviasi dan lain – lain. Pada analisa
2. Analisa bivariat
sedangkan jika p-value lebihkecil dari 0,1 maka Ho ditolak (Arifin, 2009).
dalam penelitian. Masalah etika yang perlu diperhatikan menurut Hidayat (2009)
adalah :
41
1. Informed Consent
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Keterangan