Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gastroesophageal Reflux Disease(GERD) adalah suatu kondisi refluksnya
HCL dari gaster ke esofagus, mengakibatkan gejala klinis dan komplikasi yang
menurunkan kualitas hidup seseorang, GERD merupakan salah satu jenis
gangguan pencernaan yang cukup sering dijumpai di masyarakat sehingga dapat
menurunkan kualitas hidup (Ndraha, 2014).
Prevalensi GERD di Amerika Utara yaitu 18,1%-27,8% di Eropa yaitu
8,8%-25,9% di Asia Timur 2,5%-7,8%, Australia 11,6%, dan Amerika Selatan
yaitu 23,0%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Rumah sakit Cipto
Mangunkusumo,didapatkan peningkatan prevalensi GERD dari 5,7% pada tahun
1997 sampai 25,18% pada tahun 2002, peningkatan ini terjadi akibat adanya
perubahan gaya hidup yang dapat meningkatkan faktor risiko GERD seperti
merokok dan obesitas (Florentina dkk 2017).
GERD dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor genetik, diet,
rokok, nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID), obesitas, faktor pelindung
lambung dan faktor perusak gaster, faktor pelindung gaster diantaranya yaitu
sekresi mukus, sekresi bikarbonat, aliran darah mukosa, dan regenerasi epitel,
sedangkan faktor perusak gaster yaitu asam hidroklorida (HCL) lambung serta
zat-zat yang dapat merangsang sekresi asam HCL gaster berlebihan dan dilatasi
gaster. Tidak adanya keseimbangan faktor pelindung dan faktor perusak pada
organ gaster merupakan inti dari permasalahan GERD. Dengan menghindari
faktor perusak seperti makanan pedas, kopi, dan NSAID, diharapkan dapat
menghindari ke kambuhan GERD (Ndraha, 2014).
Pasien GERD biasanya mengeluhkan bermacam-macam keluhan, seperti
heartburn, regurgitation, dan gangguan makan, tetapi terkadang pasien datang
dengan keluhan sesak, nyeri dada, dan batuk (Patti, 2016).
B. Tujuan Praktikum
1. Mampu menjelaskan tentang patofisiologi dan patologi klinik penyakit
2. Mampu menjelaskan alogaritma terapi penyakit
3. Mampu melakukan tahap-tahap identifikasi DRP pada pasien

1|Page
4. Mampu memberikan rekomendasi dari DRP yang ditemukan dan monitoring
yang harus dilakukan untuk pasien

2|Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Penyakit
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) atau penyakit asam lambung
adalah gejala yang dapat mengurangi kualitas hidup seseorang seperti cedera/
komplikasi yang dihasilkan dari aliran retrograde berupa isi lambung yang naik ke
kerongkongan, orofaring dan atau saluran pernapasan (WGO 2015 hlm 4).
B. Epidemiologi
1. Penyakit refluks gastroesofagel merupakan penyakit gastrointestinal yang
paling umum namun epidemiologi GERD di Indonesia tidak tercatat dengan
jelas.
2. Data dari RS Cipto Mangunkusumo Jakarta bahwa 30 dari 127 pasien
(22,8%) yang menjalani endoskopi gastrointestinal atas dengan indikasi
dispepsia mengalami esofagitis. Angka kejadian esofagitis juga meningkat
dari 5,7% (1997) menjadi 25,18% (2002) dengan rata-rata kasus pertahun
13,13% (Florentina dkk 2017).
C. Patofisiologi
1. Faktor kuncinya adalah refluks abnormal isi lambung dari lambung ke dalam
kerongkongan. Dalam beberapa kasus, refluks dikaitkan dengan kerusakan
esofagus bagian bawah tekanan atau fungsi sphincter (LES). Pasien mungkin
mengalami penurunan tekanan LES dari relaksasi LES transien spontan,
peningkatan sementara di intraabdominal tekanan, atau LES atonic. Beberapa
makanan dan obat-obatan mengurangi tekanan LES.
2. Masalah dengan mekanisme pertahanan mukosa normal lainnya dapat
berkontribusi pada perkembangan GERD, termasuk anatomi esofagus
abnormal, esofagus yang tidak tepat pembersihan cairan lambung,
mengurangi resistensi mukosa terhadap asam, tertunda atau tidak efektif
pengosongan lambung, produksi faktor pertumbuhan epidermis yang tidak
adekuat, dan berkurang buffering asam saliva.
3. Esofagitis terjadi ketika esofagus berulang kali terpapar pada isi lambung
yang direfluks untuk waktu yang lama. Ini dapat berkembang menjadi erosi
epitel skuamosa kerongkongan (esophagitis erosif).

3|Page
4. Zat yang menyebabkan kerusakan kerongkongan setelah refluks ke
kerongkongan meliputi asam lambung, pepsin, asam empedu, dan enzim
pankreas. Komposisi dan volume refluks dan lamanya paparan adalah
penentu utama konsekuensi refluks gastroesofagus.
5. Komplikasi dari paparan asam jangka panjang termasuk esofagitis, striktur
esofagus, Barrett esofagus, dan adenokarsinoma esofagus (Dipiro dkk 9 th
2015 hlm 206).
D. Tanda dan Gejala
Gejala Khas Gejala Atipikal Gejala Komplikasi
Dapat diperburuk oleh Dalam beberapa kasus, Gejala-gejala ini
aktivitas yang gejala extraesophageal mungkin
memperburuk ini mungkin menjadi mengindikasikan
gastroesofageal refluks satu-satunya gejala yang komplikasi GERD
seperti posisi berbaring, ada, membuatnya lebih seperti Barrett
membungkuk, atau sulit untuk dikenali esofagus, striktur
makan-makanan tinggi GERD sebagai esofagus, atau kanker
lemak. penyebabnya, terutama kerongkongan.
• Heartburn (rasa ketika studi endoskopik • Nyeri terus
terbakar didada) normal. menerus
• Produksi air liur • Asma non alergi • Disfagia (sulit
berlebih • Batuk kronis menelan)
(hipersalivasi) • Suara serak • Odynophagia (sakit
• Bersendawa • Faringitis saat menelan)
• Regurgitasi (naiknya • Nyeri dada • Pendarahan
makanan dari • Erosi gigi • Penurunan berat
kerongkongan/ badan yang tidak
lambung) bisa dijelaskan
• Tersedak
(Dipiro dkk 6th 2005
hlm 616).

E. Diagnosis
1. GERD-Q
2. Endoskopi saluran cerna bagian atas (SCBA)
3. Pemeriksaan histopatologi
4. Pemeriksaan pH-metri 24 jam
5. PPI test (PGI 2013 hlm 8-11).

4|Page
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Esofagografi Barium
2. Manometri Esofagus
3. Tes Impedans
4. Tes Bernstein
5. Tes Bilitec (PGI 2013 hlm 12-13).

G. Alogaritma Terapi

5|Page
BAB III
METODEOLOGI PENELITIAN

A. Tanggal dan Waktu Praktikum


Praktikum dilakukan pada hari Selasa, 15 Oktober 2019 pukul 15.30-18.10
WIB
B. Judul Praktikum
Kasus GERD
C. Kasus
Ibu KR (48 th) datang ke RS dengan keluhan utama nyeri ulu hati yang
disertai rasa terbakar hingga ke leher dan panggung. Nyeri tersebut dirasakan
sejak 2 bulan yang lalu dan semakin memburuk sejak 14 hari terakhir, terutama
saat malam hari saat pesien berbaring. Sedikitnya pasien merasakan gejala
tersebut 4 kali seminggu. Gejala ini membuat pasien sulit tidur sehingga pada
siang hari pasien merasa kelelahan. Pasien juga melaporkan terkadang mengalami
regurgitasi setelah pasien makan yang disertai rasa pahit di mulut dan terkadang
pasien merasa sesak nafas. Pasien sudah mencoba mengkonsumsi antasida 3x
sehari sebelum makan selama 2 minggu terakhir, namun gejala hanya membaik
sementara.
Data Pasien :
 Riwayat penyakit : tdk ada riwayat gangguan sal. Pencernaan, DM tipe 2
selama 2 tahun terakhir.
 Riwayat pengobatan sebelumnya : antasida 3 x sehari sejak 2 minggu yang
lalu, metformin 500 mg 3 x 1 dan glibenklamid 5 mg 1 x 1 sehari selama 1
tahun terakhir.
 BB 70 kg, tinggi badan 150 cm, tdk ada darah pada fases.
 Dokter mendiagnosa pasien mengalami GERD dengan gejala moderate

Obat yang diresepkan dokter saat ini :


R/ Antasida tablet No.XXX
S 3 dd 1
Ranitidin 150 mg No.XX
S 2 dd 1

6|Page
Metoklopramid 10 mg No.X
S 1 dd 1
D. Pertanyaan
1. Apa tujuan terapi pada pasien ?
2. Apakah pasien memerlukan terapi pemeliharaan ? Jika iya sebutkan (obat,
dosis serta durasinya) !
3. Bagaimana rencana monitoring terapi pada pasien ?
4. Sebutkan tatalaksana non-farmakologi untuk kasus tersebut !
5. Jelaskan perbedaan GERD dan Ulkus Peptik !
6. Apakah Alarm symptom yang mengindikasikan adanya komplikasi GERD ?

7|Page
BAB IV
PEMBAHASAN

Gastroesophageal Reflux Disease(GERD) adalah suatu kondisi refluksnya


HCL dari gaster ke esofagus, mengakibatkan gejala klinis dan komplikasi yang
menurunkan kualitas hidup seseorang, GERD merupakan salah satu jenis
gangguan pencernaan yang cukup sering dijumpai di masyarakat sehingga dapat
menurunkan kualitas hidup.
Pada kasus Ibu KR (48 th) datang ke RS dengan keluhan utama nyeri ulu
hati yang disertai rasa terbakar hingga ke leher dan panggung dan semakin
memburuk terutama saat malam hari saat pesien berbaring. Pasien juga
melaporkan terkadang mengalami regurgitasi setelah pasien makan yang disertai
rasa pahit di mulut dan terkadang pasien merasa sesak nafas. Pasien sudah
mencoba mengkonsumsi antasida 3x sehari sebelum makan selama 2 minggu
terakhir, namun gejala hanya membaik sementara.

1. Apa tujuan terapi pada pasien ?


Jawaban :
Tujuan terapi pada pasien untuk mengurangi atau menghilangkan gejala,
menurunkan frekuensi dan durasi refluks gastroesophageal, mempromosikan
penyembuhan mukosa terluka dan mencegah perkembangan komplikasi
(dipiro dkk 9 th hlm 207).
2. Apakah pasien memerlukan terapi pemeliharaan ? Jika iya sebutkan (obat,
dosis serta durasinya) !
Jawaban :
Banyak pasien dengan GERD kambuh setelah obat ditarik, sehingga
pengobatan pemeliharaan mungkin diperlukan.
Untuk pengobatan pemeliharaan sedang biasanya diberikan golongan PPI
dosis sekali sehari berupa omeprazole 20 mg, lansoprazole 30 mg,
rabeprazole 20 mg atau esomeprazole 20 mg (dipiro dkk 9 th hlm 212).
3. Bagaimana rencana monitoring terapi pada pasien ?
Jawab :
Pantau frekuensi dan tingkat keparahan gejala GERD, dan edukasi pasien
tentang gejalayang menunjukkan adanya komplikasi yang membutuhkan
perhatian medis segera,seperti disfagia atau odynophagia. Mengevaluasi
pasien dengan gejala persistenadanya penyempitan atau komplikasi lainnya.
Pantau pasien untuk efek obat yang merugikan dan adanya gejala
atipikalseperti radang tenggorokan, asma, atau nyeri dada. Gejala-gejala ini
memerlukan diagnostik lebih lanjutevaluasi. (Dipiro 2015 hal 212).
4. Sebutkan tatalaksana non-farmakologi untuk kasus tersebut !
Jawaban :
 Tinggikan kepala tempat tidur dengan menempatkan 6-8 blok bawah
headposts. Tidur pada irisan busa.

8|Page
 Penurunan berat badan untuk pasien kelebihan berat badan atau obesitas.
 Hindari makanan yang menurunkan tekanan LES
 Makan-makanan kecil dan menghindari makan segera sebelum tidur (dlm 3
jam jika mungkin)
 Hindari alkohol
 Berhenti merokok
 Hindari pakaian ketat
 Untuk obat wajib yang mengiritasi mukosa esofagus, mengambil dalam posisi
tegak dengna banyak cairan auat makanan (Dipiro dkk 9 th hlm 209-210)

5. Jelaskan perbedaan GERD dan Ulkus Peptik !


Keterangan Gerd (Dipiro 2015 Hlm. 206- Ulkus Peptic (Dipiro 2015
212) Hlm. 251-255)

Definisi Gejala atau kerusakan mukosa Ulserasi di mukosa saluran


yang di hasilkan dari reflux cerna di area yang terpapar
abnormal isi lambung ke asam dan pepsin
sofagus.
Etiologi Faktor kuncinya adalah refluks Sebagian besar untuk lambung
abdormal isi lambung dari terjadi dihadapan asam dan
lambung ke dalam pepsin ketika H.pylori, obat
kerongkongan . Dalam NSAID atau factor lain yang
beberapa kasus, refluks mengganggu normal
dikaitkan dengan kerusakan mekanisme pertahanan dan
esophagus bagian bawah penyembuhan mukosa.
tekanan atau fungsi sphingter
(LES)

Patofisiologi Penyakit GERD terjadi pada Insiden PUD yang relative


orang dewasa dan anak-anak. tinggi di Indonesia lansia
Meskipun moralitasyang terkait mungkin karena penggunaan
dengan GERD yang terjadi (1 NSAID yang lebih tinggi.
kematian 100.000 pasien), Meski dirawat di rumah sakit.
gejala GERD memiliki dampak Terkait dengan PUD telah
yang lebih besar pada kualitas menurun selama dua tahun
hidup dari pada ulkus terakhir decade, insiden
duodenum, hipertensi yang komplikasi terkait PUD
tidak diobati, gagal jantung seperti perdarahan dan
kongestif ringan, angina atau perforasi tetap tidak berubah.
menopause.

9|Page
Tanda dan  Nyeri ulu hati (heartbrun) Nyeri : perih, sakit, rasa
Gejala ditandai dengan rasa hangat & terbakar ¨ Duodenal ulcer:
terbakar dari perut hingga ke terjadi 1-3 jam sesudah
leher. makan. Nyeri dapat reda
 Regurgitasi / sendawa. dengan makanan, antasid,
 Gejala memburuk setelah muntah. ¨ Gastric ulcer:
makan makanan berlemak makanan dapat menambah
 Asma non alergik,batuk nyeri, muntah, mual, sendawa,
kronis,suara serak, faringitis, kembung, rasa tidak nyaman
nyeri dada. di daerah dada, anoreksia ¨
 Rasa sakit terus menerus, Mual, muntah dan penurunan
disfagia (susah menelan) berat badan lebih sering pada
tersedak, penurunan BB, Gastric ulcer
pendarahan.
 Gejala ini mengindikasi
komplikasi GERD ( barretis
esophagus dan kanker
esophagus).
Pengobatan  Antasida : Mylanta, Maalox PPI : omeprazole,
 PPI : omeprazole, lansoprazole lansoprazole
 H2RA : ranitidine, cimetidine H2RA : ranitidine, cimetidine
 Pelindung mukosa : sukralfat

6. Apakah Alarm symptom yang mengindikasikan adanya komplikasi GERD ?


Jawaban :
• Nyeri terus menerus
• Disfagia (sulit menelan)
• Odynophagia (sakit saat menelan)
• Pendarahan
• Penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan
• Tersedak
(Dipiro dkk 9 th hlm 206).

10 | P a g e
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada Pasien direkomendasikan untuk melakukan pengurangan bobot
badan sebagai terapi non-farmakologi dan untuk terapi farmakologi diberikan
antasida, obat golongan PPI karena kombinasi obat tersebut bagus untuk gerd
moderate dan penggantian obat golongan H2RA ke golongan PPI dikarenakan
untuk pasien gerd moderate golongan PPI lebih unggul dalam pengobatan
dibanding golongan H2RA.

11 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Ari, F.A. dkk, 2013, Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit


Refluks Gastroesofageal (GERD) di Indonesia, PGI.
Dipiro, J.T., Wells, B.G., Schwinghammer, T.L., Dipiro, C.V., 2005,
Pharmacotherapy Handbook Sixth Edition,The McGraw-Hill Companies, Inc,
United States.
Dipiro, J.T., Wells, B.G., Schwinghammer, T.L., Dipiro, C.V., 2015,
Pharmacotherapy Handbook Ninth Edition,The McGraw-Hill Companies, Inc,
United States.
Florentina, C.P.H. dkk 2017, Prevalence of Gastroesophageal Reflux Disease and
Its Risk Factors In Rural Area. Vol 18, Universitas Indonesia.
Ndraha, S. 2014. Penyakit Reflux Gastroesofageal.Medicinus (Scientific
Journalof Pharmaceutical Development and Medical Application), 5-7
Patti, M. G. 2016.,Medscape:http://emedicine.medscape.com/article/176595-
overview#showall diakses pada 20 oktober 2019
Richard, M. dkk. 2015, Global Perspective on Gastroesophageal Reflux Disease,
WGO.

12 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai