Anda di halaman 1dari 12

Panggung Vol. 26 No.

2, Juni 2016 139

Keberlanjutan dan Perubahan


Seni Pertunjukan Kuda Kepang di Sei Bamban,
Serdang Bedagai, Sumatera Utara

Heristina Dewi
Staf Penganjar Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

In Serdang Bedagai kuda kepang has been living and developing for a long time. Kuda
kepang has had music, dance and trance performed on wedding party, thanksgivings, circumsion
and celebration days. This research to continuity and changes in kuda kepang performan in Sei
Bamban subdistrict, Serdang Bedagai regency, North Sumateraprovince. The aim of this re-
search is to analyse the continuity and changes. It uses qualitative method. Data collection
usages snow ball samplings with observation, interviews and documentation. Field findings
show that the continuity of kuda kepang keeps maintaining due to the locals remain supporting
ang getting guidance from the community. The on going changes are the interests of becoming
kuda kepang players are getting down. Also, seeking the players who want to get tranced are
getting fewer. For keeping the survival of kuda kepang being more attractive the performers
add musical performance, play and sings.

Keywords: kuda kepang, continuity, trance, and changes

ABSTRAK

Di Serdang Bedagai pertunjukan kuda kepang telah lama hidup dan berkembang.
Pertunjukan kuda kepang memiliki unsur musik, tari, dan kesurupan. Sampai sekarang
kuda kepang masih didukung masyarakat setempat. Kuda kepang ditampilkan pada acara
perkawinan, syukuran, sunatan, dan perayaan hari besar. Penelitian terkait dengan
keberlanjutan dan perubahan seni pertunjukan kuda kepang di Kecamatan Sei Bamban,
Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji faktor-
faktor penyebab keberlanjutan dan perubahan. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif. Pengumpulan data memakai teknik snowball sampling dengan melakukan
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil temuan lapangan menunjukkan
keberlanjutan kuda kepang dapat terjaga karena masih mendapat dukungan dan
pembinaan dari komunitas pendukungnya. Perubahan yang sedang terjadi adalah minat
menjadi pemain kuda kepang makin hari menurun. Juga mendapatkan pemain yang
mau kesurupan makin sedikit. Untuk memertahankan kelangsungan hidup kuda kepang
agar lebih menarik para pemain melakukan penambahan peralatan musik, lakon cerita,
dan nyanyian.

Kata kunci: kuda kepang, kesurupan, dan perubahan.


Dewi: Keberlanjutan dan Perubahan Seni Pertunjukan Kuda Kepang 140

PENDAHULUAN kehidupan seperti selamatan, sunatan, dan


Di Kabupaten Serdang Bedagai seni hari besar lainnya.
pertunjukan seperti wayang kulit, kuda Pada hakekatnya pertunjukan Kuda
kepang, ludruk, reog, ketoprak, zapin, Kepang yang mengandung unsur seni,
ronggeng, makyong, serampang dua belas, religi, dan magis, keduanya merupakan
samrah, Gubug, dan jamu laut masih satu kesatuan yang tidak dapat dipisah satu
menjadi tradisi kesenian masyarakat sama lainnya. Apabila dipisah kedua hal
setempat. Dari seni pertujukan ini salah tersebut akan berubah bentuk per-
satunya yang sampai sekarang masih tunjukannya. Menurut pelaku seni, unsur
mendapat dukungan masyarakat adalah magis yang menghadirkan mahluk halus
kuda kepang. Kuda kepang merupakan yang membuat penarinya kesurupan ini
salah satu jenis tradisi seni pertunjukan dapat membuat daya tarik pertunjukan
yang terkait dengan musik, tari, upacara, karena dapat melakukan atraksi. Namun,
hiburan, dan kesurupan. Ciri khasnya untuk mempertahankan unsur magis
menggunakan kuda yang terbuat dari bukanlah hal yang mudah. Para
anyaman bambu sebagai perlengkapan anggotanya sudah ada yang tidak mau
pertunjukan. Pemainnya terdiri atas kesurupan ataupun tidak dapat
pawang sebagai pemimpin pertunjukan kesurupan. Selain hal tersebut kehidupan
dan pengendali pertunjukan, pemain atau keberlanjutan pemeliharaan seni Kuda
musik, dan penari. Kepang daya dukung mulai melemah,
Pada mulanya kuda Kepang hidup bukan hanya dari perekrutan untuk
dalam masyarakat di Jawa, kemudian menjadi anggota pemain kuda kepang
berkembang sampai ke luar budaya tetapi daya dukung dari masyarakat
asalnya. Penyebaran ini terjadi karena or- pengundang untuk menampilkan Kuda
ang Jawa merantau dan membawanya ke Kepang juga menurun. Hal ini salah
daerah rantaunya seperti di Kecamatan Sei satunya dipengaruhi oleh pesatnya
Bamban, Serdang Bedagai. Salah satu daya perkembangan musik modern salah
tarik Kuda Kepang adalah terjadinya satunya organ tunggal (keyboard) yang
peristiwa kesurupan pada penarinya. masuk ke Kabupaten Serdang Bedagai.
Kesurupan ini dipercaya disebabkan Lebih dari satu dekade belakangan ini
karena adanya endang (roh halus) muncul organ tunggal yang akrab di
memasuki tubuh penari. Pada waktu telinga publik dengan sebutan keyboard
kesurupan penari melakukan tingkah laku (kibod). Komersialisasi ekonomi, per-
aneh seperti berguling di tanah, geseran nilai, dan semakin permisifnya
dicambuk, makan padi, makan bara api, masyarakat terhadap urban and pop culture
batang pisang, keladi, kelapa, bunga, dan memproduksi pembiakan kibod yang
makan kaca. Tradisi pertunjukan ini hidup mencapai tiga puluhan jumlahnya. Kibot
dan berkembang di Serdang Bedagai. tersebut juga selalu ditampilkan dalam
Kondisi ini didukung oleh rasa cinta acara pesta perkawinan dan syukuran.
masyarakat Jawa terhadap kesenian Seni pertunjukan yang diundang
daerahnya. Kuda Kepang telah dikenal luas dalam acara syukuran dan pesta di
karena adanya kelompok Kuda Kepang Kabupaten Serdang Bedagai khususnya
yang mengadakan pertunjukan keliling Kecamatan Sei Bamban ada yang
dan ditampilkan dalam acara ritus berkategori musik modern dan tradisi.
Panggung Vol. 26 No. 2, Juni 2016 141

Keadaan seperti ini tentu mengharuskan METODE


seni tradisi mempunyai strategi dalam Tradisi seni pertunjukan kuda kepang
merebut pasar ataupun daya dukung. merupakan salah satu kesenian yang
Kelompok pemain seni kuda kepang tentu terdapat di tengah masyarakat Jawa di
mendapat pengaruh dari kondisi itu. Untuk Kecamatan Sei Bamban, Serdang Bedagai.
dukungan keberlangsungan seni kuda Penelitian ini menggunakan metode
kepang ini, Pemerintah Kabupaten Serdang kualitatif. Spradley (1997) mengemukakan
Bedagai turut mendukung agar seni per- bahwa penelitian kualitatif lebih tepat
tunjukan kuda kepang dapat terus digunakan pada penelitian budaya perilaku
berlangsung kehidupannya yang pernah dalam situasi sosial yakni berusaha
membuat festival pertunjukan kuda mengungkapkan perilaku dan tindakan
kepang. orang-orang dalam berbagai situasi sosial di
Jika melihat landskap cultural yang masyarakat. Peneliti melakukan observasi,
sedang berkembang saat ini terlihat adanya wawancara, dan dokumentasi. Observasi
saling rebut jenis pertunjukan seni per- meliputi persyaratan pada materi per-
tunjukan ini dalam ruang publik. Dengan tunjukan, pendukung, dan perlengkapan
kata lain berlangsung komersialisasi ekonomi pertunjukan, perilaku pemain, dan situasi
dan geseran nilai dalam masyarakat sosial masyarakat tempatan. Wawancara
menandakan masyarakat tengah mengalami dilakukan kepada pemain, penggiat,
perubahan. Perubahan merupakan feno- penonton, dan pemesan kuda kepang.
mena sosial yang wajar karena setiap manusia Sampel penelitian ini adalah kelompok
mempunyai kepentingan yang tidak kuda kepang di Kecamatan Sei Bamban,
terbatas. Perubahan yang terjadi bisa Kabupaten Serdang Bedagai. Analisis data
merupakan kemajuan atau kemunduran dilakukan melalui analisis domain, analisis
(Abdul Sani, 1994:162). Produk budaya lokal observasi terfokus, kompenensial, dan
sedang menghadapi tantangan zaman, taksonomi.
antara lain karena semangat modernisasi
merebak di segala belahan dunia. Ruang HASIL DAN PEMBAHASAN
religiusitas yang terkandung di dalam Kabupaten Serdang Bedagai merupa-
kesenian semakin tidak berkembang. kan salah satu kabupaten baru di Sumatera
Perkembangan ilmu pengetahuan dan Utara. Sebelum tahun 2003, kecamatan-
teknologi modern yang begitu pesat kecamatan yang masuk wilayah administra-
berpengaruh terhadap pandangan hidup tif Serdang Bedagai masuk dalam
orang dalam melanjutkan tradisi. Rasionalitas Kabupaten Deli Serdang. Sebelum tahun
dan daya simboliknya telah berubah makna, 2003, wilayah Kabupaten Deli Serdang
hanya sebagai simbol identitas (Budiono, sangat luas. Kemudian setelah ada tuntutan
1984:127). Jika kesenian hanya menjadi objek masyarakat agar Kabupaten induk Deli
yang dikemas tanpa bermuara pada proses Serdang dipecah dua, Kabupaten Deli
budaya masyarakat akan memperlemah Serdang dan Serdang Bedagai, maka tahun
budaya itu sendiri. Apa faktor-faktor yang 2003 berdiri Kabupaten Serdang Bedagai.
menyebabkan terjadinya perubahan? Bagai- Kabupaten Serdang Bedagai di sebelah
mana upaya yang dilakukan masyarakat Utara berbatasan dengan Selat Malaka,
pendukung dalam meneruskan keber- sebelah Selatan dengan Kabupaten Asahan
lanjutan seni pertunjukan kuda kepang? dan Kabupaten Simalungun, dan sebelah
Dewi: Keberlanjutan dan Perubahan Seni Pertunjukan Kuda Kepang 142

Barat dan Timur dengan Kabupaten Asahan jiwa, dengan rincian 22.122 laki-laki dan
dan Kabupaten Simalungun, dan sebelah 22.541 perempuan. Sementara komposisi
Barat dengan Kabupaten Deli Serdang. penduduk di Sei Bamban etnis Jawa
Kabupaten yang berusia sebelas tahun ini jumlahnya lebih besar dari kelompok etnis
memiliki tujuh belas kecamatan. Salah satu lainnya. Etnis Batak Toba menempati
dari tujuh belas kecamatan ini adalah urutan kedua, sedangkan ketiga etnis
Kecamatan Sei Bamban. Banjar. Namun, kelompok etnik lainnya
Kecamatan Sei Bamban berjarak 45 kilo tidak menempati di desa tertentu, tetapi
meter dari Medan, Provinsi Sumatera menyebar di berbagai desa. Meskipun
Utara. Kecamatan Sei Bamban terletak di Kecamatan Sei bamban dihuni oleh
tepi jalan antara Sei Rampah-Tebing Tinggi. berbagai macam suku, tetapi kesenian
Sebagai wilayah perkebunan yang berlokasi yang masih bertahan hidup hingga
di tepi jalan, akses transportasi relatif sekarang ini adalah kuda kepang. Dalam
mudah. Kemudahan transportasi men- keseharian, masyarakat Sei Bamban
dorong meningkatnya mobilitas sosial. menggunakan bahasa Indonesia, tetapi jika
Mengingat Sei Bamban sedari awal menjadi bertemu dengan orang yang berasal dari
wilayah pertemuan berbagai kelompok kelompok etniknya seperti orang Jawa
etnik dan agama membuat wilayah ini bertemu dengan sesamanya mereka
sampai sekarang menjadi wilayah yang berbahasa Jawa.
terbuka. Kecamatan Sei Bamban terdiri atas Mata pencarian utama di Kecamatan Sei
sepuluh desa yaitu Sukadamai, Sei Belitu, Bamban adalah petani, kemudian disusul
Bakaran Batu, Sei Bamban Estate, Sei Buluh wiraswasta, dan buruh. Mayoritas pen-
Estate, Sei Bamban, Pon, Penggalangan, duduk bekerja sebagai petani. Petani ini ada
Gempolan, dan Rampah Estate. Kecamatan yang memiliki tanah sendiri, tetapi ada pula
yang luasnya 72.269 km2 ini sebelah Utara yang menyewa tanah untuk bertani.
berbatasan dengan Kecamatan Sei Rampah, Sebutan wiraswasta mengacu pada pekerja-
Selatan berbatasan dengan Kecamatan an berdagang atau sektor informal lainnya
Tebing Tinggi, sebelah Timur dengan Mohammad Said (1994) mengatakan
Kecamatan Tanjung Beringin, dan sebelah masyarakat perkebunan umumnya berasal
Barat dengan Kecamatan Sei Rampah. dari Jawa. Mereka datang ke berbagai
Kecamatan Sei Bamban yang luasnya 72.269 wilayah perkebunan membawa budaya dan
km2 ini merupakan daerah pertanian, adat istiadatnya.
terutama pertanian sawah. Irigasi pertanian Anggota pemain kuda kepang di
cukup baik karena kecamatan ini penghasil Kecamatan ini dulunya bekerja sebagai
padi, jagung, dan sayuran, hasil perkebunan petani, buruh tani, hasilnya hanya dapat
sawit, dan karet. Karet dan sawit dimiliki memenuhi kebutuhan hidup yang relatif
perkebunan negara dan swasta. sangat sederhana. Menjadi pemain kuda
Masyarakat Sei Bamban adalah masya- kepang merupakan pekerjaan sampingan
rakat plural yang terdiri atas berbagai yang dapat menambah penghasilan untuk
kelompok etnik dan agama. Mayoritas kebutuhan keluarga. Namun, kini mereka
penduduk Kecamatan Sei Bamban adalah menjadi pemain kuda kepang lebih kepada
etnik Jawa. Mereka bekerja di perkebunan, menyalurkan hobby dan senang terhadap
petani, dan sektor informal. Penduduk seni budaya Jawa, karena pertunjukannya
kecamatan Sei Bamban berjumlah 42.397 tidak dilaksanakan secara rutin.
Panggung Vol. 26 No. 2, Juni 2016 143

Perkembangan Kuda Kepang Jawa yang berada di perkebunan yang


Kuda kepang adalah salah satu seni menyebar di berbagai tempat ini semakin
pertunjukan yang terdiri atas beberapa mempererat kekerabatan orang Jawa.
pemain musik, penari, dan seperangkat alat Berkenaan dengan ini kuda kepang
musik. Kuda lumping atau jaran kepang semakin berkembang di berbagai tempat.
merupakan kesenian rakyat yang bersifat Pemain kuda kepang umumnya karya-
ritual warisan masa lalu itu dapat dilihat dari wan perkebunan, petani, dan pedagang
ciri-ciri sebagai kesenian kuno, yaitu sebagai kecil. Di masa itu para pemain kuda kepang
sarana upacara ritual, gerakan sederhana berusia tua. Sementara itu, pewarisan
diutamakan hentakan kaki, mengandung pemain kuda kepang ini mengalami
unsur magis, intrance, dan bersifat spontan. hambatan karena generasi muda tidak
Seperti halnya kesenian rakyat pada umum- terlalu berminat menekuni kesenian kuda
nya, kesenian jaran kepang kedudukannya kepang. Karena itu menjelang akhir 1960-
di masyarakat memiliki tiga fungsi, yaitu an sampai pertengahan 1970-an setelah para
ritual, pameran atau festival kerakyatan, dan pemain senior kuda kepang pindah tempat
tontonan atau bersifat entertainment, yaitu tinggal dan meninggal, kuda kepang terasa
kepuasan batin semata (Minarto, 2007: 7). sukar melakukan pertunjukan karena tidak
Seni pertunjukan ini ditampilkan di per- lengkapnya pemain. Pada tahun 1980-an,
kebunan saat buruh perkebunan menerima komunitas masyarakat Jawa mendirikan
gaji (gajian). Sebulan sekali pegawai grup kuda kepang yang pemainnya berasal
perkebunan memanggil pertunjukan kuda dari berbagai jenis seni pertunjukan seperti
kepang. Penonton kuda kepang ludruk, wayang, dan wayang kulit.
kebanyakan adalah buruh perkebunan Pertunjukan kuda kepang dapat
yang menetap di afdeeling (pemukiman) ditampilkan kapan saja. Kelompok kuda
perkebunan. Jika ada pertunjukan kuda kepang sering melakukan pertunjukan
kepang, penduduk sekitar perkebunan keliling atau mengamen di berbagai daerah.
berdatangan menyaksikannya. Tujuan mengamen selain media mengasah
Setelah Indonesia merdeka, orang Jawa keterampilan, juga mencari penghasilan.
yang menetap di perkampungan ber- Jika mereka selalu tampil, maka
dekatan dengan perkebunan tetap keterampilan pemain terutama pemain
memelihara kuda kepang. Tradisi per- mudanya akan semakin berkualitas.
tunjukan kuda kepang diteruskan oleh Dengan demikian, pemain itu menjadi
perkebunan negara yang selalu diadakan dikenal luas. Selain itu, mengamen juga
sebulan sekali saat buruh gajian. Pada tahun menjadi media promosi kuda kepang.
1960-an, hampir semua perkampungan or- Karena kuda kepang merupakan kesenian
ang Jawa mengembangkan dan memer- tradisional maka promosi belum dilakukan
tahankan kuda kepang. Kesenian kuda dengan cara mengiklankan diri, tetapi jika
kepang berkembang di Sei Bamban sekitar mereka berlatih di berbagai tempat, publik
tahun 1960-an. Pada masa itu Kecamatan dapat mengenal mereka dari mulut ke
Sei Bamban masih dipenuhi perkebunan mulut. Biasanya jika mereka sudah dikenal,
karet dan sawit. Orang Jawa yang berada di publik akan memanggil atau nanggap
daerah ini ada yang bekerja di perkebunan, mereka. Di samping mengamen sebagai
petani, dan pedagang kecil. Hubungan media promosi, latihan juga sebagai cara
persaudaraan dan perkawinan antara orang menambah penghasilan. Di tahun 1980-an
Dewi: Keberlanjutan dan Perubahan Seni Pertunjukan Kuda Kepang 144

grup kuda kepang masih rutin mengamen waktu, seperti motif, frase, dan akhir
di berbagai tempat, tetapi lama-kelamaan melodi. Sajen merupakan sesaji atau
bersamaan dengan perubahan sosial yang pemberian untuk endang (makhluk halus).
semakin tak terkendalikan, maka Dalam pertunjukan kuda kepang sajiannya
mengamen makin menurun. Menurun terdiri atas bunga kantil, minuman,
karena di masyarakat kecenderungan makanan, kemenyan, minyak wangi, yang
menyaksikan penampilan kuda kepang semuanya itu disediakan untuk meng-
semakin mengecil karena aktivitas hormati endang agar mau datang dan
masyarakat semakin padat sehingga tidak menerimanya sebagai makanannya.
mempunyai waktu luang yang panjang Sajian tersebut dimakan oleh penari
menyaksikan pertunjukan kuda kepang. Di apabila telah kesurupan, dan mereka
samping itu, masyarakat lebih suka masing-masing memilih di antara sajen
meluangkan waktunya di depan telivisi tersebut. Kemenyan yang dibakar oleh
menikmati berbagai macam hiburan. gambuh (pawing) di dupa atau tempat
Demikian pula dengan pemuda dan usia selama berlangsung pertunjukan berguna
sekolah lebih suka mengisi waktu luangnya agar lapangan di sekitar pertunjukan wangi,
bermain game di warnet. Perlahan-lahan sehingga endang yang dipanggil mengenali
daya dukung terhadap kuda kepang mulai tempat tersebut dan dapat datang dengan
menurun. mudah. Kemenyan tersebut merupakan
Belakangan ini dengan perbaikan benda perantara atau membantu meng-
kehidupan ekonomi masyarakat, per- hubungkan gambuh dengan endang.
tunjukan kuda kepang sering mendapat Sedangkan minyak wangi berguna sebagai
undangan tampil di berbagai acara siklus minuman dan untuk mengobati atau
kehidupan seperti selamatan, kelahiran, menyadarkan penari serta memudahkan
sunatan, perkawinan, dan syukuran. Di endang keluar dari tubuh penari dan
samping undangan acara merayakan siklus memudahkan memulangkan ke tempat
kehidupan, kuda kepang juga selalu asalnya. Kuda kepang berunsurkan trance
mendapat undangan dalam acara hari besar yang merupakan suatu fenomena yang
seperti perayaaaan hari kemerdekaan. Juga lazim yang terdapat di Asia Tenggara,
dalam acara penyambutan tamu peme- terutama di Indonesia dan Malaysia
rintahan di Kabupaten Sergai, kuda kepang (Mohammad Kipli Abdurrahman, 2006:17
ditampilkan untuk memeriahkan dan I made Bandem, 1995:2). Menurut
penyambutan tamu seperti perkwainan, Rouget (1985:11) bahwa sifat-sifat trance
sunatan, dan perayan hari besar. (kesurupan) budayawi yang terlatih melalui
Perlengkapan yang digunakan dalam proses budaya adalah sebagai berikut: (1)
pertunjukan kuda kepang terdiri atas: alat- selalu berkaitan dengan gerakan fisik, (2)
alat musik, sajen, kuda-kudaan, pecut selalu berkaitan dengan suasana yang ribut,
(cambuk), pakaian khusus penari, dan (3) terjadi di dalam keramaian, (4) ada krisis,
topeng. Alat-alat musik yang dipergunakan (5) selalu ada yang merangsang pen-
dalam pertunjukan kuda kepang yaitu dengaran, (6) berkaitan dengan hilang
kendang, saron, demung, dan gong. kesadaran, (7) kejadiannya timbul dari
Kendang sebagai pembawa irama, saron kondisi sadar. Menurut Rouget (1985:11)
dan demung sebagai pembawa melodi. bahwa sifat-sifat trance (kesurupan)
Gong sebagai kolotomis yaitu membatasi budayawi yang terlatih melalui proses
Panggung Vol. 26 No. 2, Juni 2016 145

budaya adalah sebagai berikut: (1) selalu Biasanya yang menjadi pemain baru
berkaitan dengan gerakan fisik, (2) selalu cenderung berasal dari anggota keluarga
berkaitan dengan suasana yang rebut, (3) dan kawan terdekat penari kuda kepang.
terjadi di dalam keramaian, (4) ada krisis, Merekrut anggota baru bukanlah pekerjaan
(5) selalu ada yang merangsang pen- yang mudah karena penarinya diharapkan
dengaran, (6) berkaitan dengan hilang nantinya dapat mabok (kesurupan). Saat ini
kesadaran, (7) kejadiannya timbul dari mereka berusaha mempertahankan adanya
kondisi sadar. unsur kesurupan di dalam pertunjukan.
Bentuk pertunjukan kuda kepang Unsur kesurupan merupakan ciri khas
terdiri atas tahap persiapan, tahap babakan kuda kepang. Bisa dikatakan jika tidak ada
kosong, dan tahap permainan. Tahap lagi kesurupan daya tariknya berkurang dan
permainan terdiri dari (1) awal kesurupan, mereka merasa seperti bukan main kuda
(2) puncak kesurupan, dan (3) penyadaran kepang.
dari kesurupan. Saat ini generasi muda jika bermain
Pada saat terjadi kesurupan, para kuda kepang sudah tidak mau kesurupan,
penonton mulai mengeluarkan suara-suara kecuali keturunan pemain kuda kepang.
teriakan karena terkejut atau tertawa lucu. Pemimpin kelompok dan anggotanya tidak
Menurut Karim (1989:120,) trance atau mempermasalahkan jika ada anggota
kesurupan dalam kuda kepang berfungsi penari baru yang tidak bersedia kesurupan.
sebagai pengontrol sosial. Untuk melepas- Hal ini terlihat dari adanya penari yang
kan tekanan dalam kehidupan sehari-hari, hanya ingin menjadi penari saja tanpa
karena apabila tidak dilepaskan bisa kesurupan. Semua ini dilaksanakan demi
menjadi “mengamuk”. Suasana kegembira- keberlanjutan dan keberlangsungan kuda
an seperti inilah yang selalu diharapkan dari kepang. Untuk mengatasi kekurangan
pertunjukan. Di dalam pertunjukan ini para penari kesurupan, mereka mengisinya
penonton dapat memberi saweran kepada dengan meminjam atau memanggil penari
anggota pemain yang berkeliling kuda kepang dari kelompok lain. Dengan
mengumpulkan uang. adanya saling mengisi atau saling pinjam
antara pemain dari kelompok lain, kerja
Keberlanjutan dan PerubahanTradisi sama antara kelompok kuda kepang dapat
Pertunjukan terjaga dan menjadi salah satu modal
Kuda kepang dapat dipertahankan pelestarian tradisi pertunjukan kuda
keberlanjutannya dengan cara melakukan kepang. Usman Pelly (1994: 89) men-
pembinaan dan pengembangan. Pem- jelaskan individu dan masyarakat
binaan dan pengembangan ini dilakukan merupakan satu unit yang tidak dapat
para pekerja seni, sedangkan masyarakat dipisahkan, keduanya merupakan “a mutu-
dapat memberi dukungan dengan ally interdependent relationship,” tidak
menanggap atau menonton kuda kepang. menentukan yang lain. Tingkah laku
Dengan demikian keberlanjutan hidup seseorang tidak ditentukan sepenuhnya
kuda kepang dapat terjaga. oleh orang yang bersangkutan, juga tidak
Pembinaan yang dilakukan oleh oleh masyarakat, tetapi oleh pengaruh
kelompok kuda kepang dilaksanakan keduanya.
dengan mengadakan latihan rutin sambil Dalam pertunjukan kuda kepang
merekrut pemain baru kuda kepang. kesurupan menjadi kebutuhan karena
Dewi: Keberlanjutan dan Perubahan Seni Pertunjukan Kuda Kepang 146

melalui penari yang sedang mabok pengetahuan, keterampilan, dan dana.


(kesurupan) inilah dapat dilakukan atraksi- Perubahan dapat terjadi ketika proses
atraksi yang tidak lazim dilakukan orang internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi
kebanyakan. Pada saat mabok (kesurupan) terjadi pada diri individu. Internalisasi
penari dapat dicambuk atau dipecut seperti adalah suatu proses dari berbagai penge-
kuda, makan kaca, bara api, padi, tahuan yang berada di luar diri individu
mengupas kelapa dengan giginya, bahkan masuk menjadi bagian dari diri individu;
menggigit ayam yang hidup hingga mati sosialisasi adalah proses penyesuaian diri
sambil memakan darahnya. Hal ini seorang individu ke dalam kehidupan
dianggap sajian kepada endang (makhluk kelompok di mana individu tersebut
halus). Para penari yang kesurupan juga berada, sehingga kehadirannya dapat
dapat melakukan adegan-adegan lucu diterima oleh anggota kelompok yang lain;
seperi bertingkah seperti monyet, melawak sedangkan enkulturasi adalah proses ketika
dan lain-lain tanpa rasa malu. individu memilih nilai-nilai yang dianggap
Saat ini melanjutkan tradisi per- baik dan pantas untuk hidup bermasya-
tunjukan kuda kepang sedang menghadapi rakat, sehingga dapat dipakai sebagai
tantangan zaman. Agar dapat memertahan- pedoman bertindak. Ketiga proses ini
kan keberlanjutannya pimpinan kelompok bervariasi dari individu yang satu ke
kuda kepang harus mempunyai kreativitas individu yang lain, meskipun mereka hidup
melakukan terobosan baru dengan cara dalam masyarakat dan kebudayaan yang
melakukan perubahan-perubahan sesuai sama (Lauer, 1989:6).
dengan perkembangan zaman tanpa Dewasa ini pemain musik kuda kepang
meninggalkan tradisi lama. Berkaitan terbatas jumlahnya. Jika pemain musiknya
dengan ini, Salamun Kaulam (2012:135) tidak bisa tampil atau berhalangan, biasanya
menjelaskan bahwa kesenian jaranan (kuda pimpinan grup meminjam atau memanggil
kepang) mengalami pergeseran nilai. Dalam pemain musik dari kelompok lain. Untuk
suatu kegiatan pementasan tidak lagi menghasilkan pemain musik tidaklah
semata-mata tindakan ritual dan bersifat mudah karena berbagai alasan, misalnya
sakral, tetapi kegiatan ini ada upaya jenis pekerjaan sangat memengaruhi minat
menambah unsur kegiatan yang sifatnya pemain musik. Juga karena pemain musik
hiburan. Sehingga bisa dikatakan dalam juga dianggap tidak bisa memenuhi
wilayah budaya idealistis, pertunjukan kebutuhan hidup maka masyarakat kurang
kesenian ini berupa upacara ritual yang berminat menjadi pemain musik kuda
sakral sekaligus hiburan. Unsur-unsur kepang. Karena pekerjaan masyarakat
ritualnya dipertahankan sekaligus beraneka ragam sehingga sulit mengatur
ditambahkan unsur hiburan. Unsur jadual latihan antara pelatih dan yang ingin
hiburan tambahan itu bisa terdapat pada dilatih. Di samping itu, minat masyarakat
atraksi pertunjukan atau pada unsur untuk menjadi pemain musik kuda kepang
musiknya. menurun. Ada pula yang beranggapan
Kuda kepang tidak hanya mengandal- bermain musik kuda kepang sebagai saluran
kan mabok (kesurupan), tetapi juga hobi semata, tidak mampu menopang
diarahkan keindahan tari dan komposisi penghasilan hidup. Menurut L. Dyson,
musik. Hal ini belum sepenuhnya mampu (1997:39). sikap menerima dapat
mereka lakukan karena keterbatasan dipengaruhi oleh beberapa fakkor, yaitu:
Panggung Vol. 26 No. 2, Juni 2016 147

faktor kebutuhan, keuntungan langsung berbeda dengan orang-orang tua terdahulu


yang dapat dinikmati, senang pada suatu hal yang mendukung kuda kepang, dimana
yang baru, sifat inovatif yang selalu ingin mereka berpandangan dengan menjadi
berkreasi. anggota kuda kepang dapat terlindungi
Kuda kepang tetap bertahan karena dari bahaya makhluk-makhluk gaib yang
masyarakat Jawa sebagai pendukung mengganggu untuk dirinya atau
kesenian tradisi sangat mencintai adat masyarakat sekitarnya. Ilmu pengetahuan
istiadatnya. Dengan demikian, mereka agama yang dimiliki juga menjadi faktor
senantiasa menampilkan, memertahankan, yang memengaruhi. Apabila ada acara
dan mengembangkan kuda kepang, selamatan di keluarga lebih sering
meskipun saat ini kuda kepang hidup memanggil perwiritan atau anggota
berdampingan dengan musik modern or- pengajian yang dihadiri oleh ustad untuk
gan tunggal. Dengan demikian, identitas mengadakan doa selamat. Sebagian
diri sebagai orang Jawa ini masih ter- masyarakat mulai tidak mau berhubungan
pelihara dalam masyarakat Sei Bamban. dengan makhluk halus. Seandainya,
Masyarakat setempat memertahankan mengundang pertunjukan kuda kepang
dan menampilkan keseniannya dalam bukan karena supaya terhindar dari
keadaan amat sederhana. Selain itu, makhluk halus, tetapi sebagai orang Jawa
mereka juga memperkenalkan dengan merasa cinta terhadap kesenian Jawa. Kuda
berpartisipasi dalam mengisi acara kepang apabila dipanggil hanya untuk
pertunjukan budaya yang diselenggarakan hiburan saja. Jika sebelumnya pertunjukan
pemerintah dan memenuhi undangan- kuda kepang mengandung makna magis,
undangan pertunjukan. Dalam pandangan yaitu dipercaya dengan mengadakan
Jennifer Lindsay (2006:3) seni tradisi pertunjukan kuda kepang dapat terhindar
kurang erat kaitannya dengan pasar, lebih dari gangguan makhluk halus. Kuda
rekat jalinannya dengan konteks sosial. Saat kepang merupakan media penghubung
ini sedang berlangsung perubahan dalam masyarakat dengan makhluk halus. Inilah
pertunjukan kuda kepang. Perkembangan esensi dari kuda kepang. Kini kuda kepang
dan kemajuan tingkat pendidikan mem- menjadi pertunjukan tradisional yang
buat masyarakat semakin kritis dan mengutamakan seni hiburan, meskipun
berpikir lebih mengutamakan logika di dalam pertunjukannya masih ada unsur
samping tidak melupakan kaidah-kaidah magisnya. Tetapi tidak sepenuhnya
agama atau kepercayaan yang dianutnya. dimaknai agar terjauh dari gangguan
Pengaruh pendidikan secara langsung makhluk halus. Kuda kepang dianggap
berpengaruh pada kurangnya generasi sebagai seni pertunjukan yang atraktif
penerus untuk mengurangi kesurupan. yang jarang dimiliki seni pertunjukan
Hal ini sudah terlihat dari anggota yang lainnya.
dibina, sudah ada yang tidak mau Teknologi dan informasi yang dapat
kesurupan, terutama pada anak usia diterima dengan cepat melalui berbagai
sekolah. Menurut mereka takut media cetak dan elektronik, hampir dapat
mengganggu pikiran dalam belajar. Ada menyeragamkan selera pasar khususnya
kekhawatiran dengan berhubungan dalam hal seni hiburan seperti musik.
dengan makhluk halus dapat mengganggu Secara tidak langsung berdampak pada
pikiran anaknya. Hal ini sudah sangat suguhan hiburan pada acara selamatan di
Dewi: Keberlanjutan dan Perubahan Seni Pertunjukan Kuda Kepang 148

Kecamatan Sei Bamban, lebih cenderung yang biasanya berbentuk plat. Sudah ada
mengundang organ tunggal (kibot). Hal ini yang dilengkapi dengan gong yang
tentu menggeser hiburan seni tradisional digantung yang terbuat dari perunggu atau
seperti kuda kepang. besi dan jumlah peralatan musik ditambah
Melihat kondisi seperti itu, pertunjukan menjadi dua set juga ditambah dengan
kuda kepang dibina dan dikembangkan oleh kenong. Keindahan lain yang ditingkatkan
masyarakat terutama oleh pekerja seni. dari pemberian warna pada kuda-kudaan
Anggota pemain baru direkrut meskipun yang dipakai. Dahulu dalam memberi
ada diantaranya yang tidak mau turut warna, ada kecenderungan seperti warna-
kesurupan. Pertunjukan tanpa menghadir- warna kuda aslinya, seperti hitam, putih,
kan makhluk-makhluk halus pada kuda coklat kemerahan. Saat ini dapat lebih
kepang dapat disikapi dengan bijaksana oleh variatif berdasarkan nilai keindahan yang
para pembina. Pertunjukan tanpa meng- memberi warna ataupun permintaan
hadirkan makhluk halus jika diinginkan kelompok.
pemesan dapat diterima, begitu juga dengan Penambahan melalui meningkatkan
masalah anggotanya, jika tidak ingin ber- estetika seni tari, musik, dan materi
hubungan dengan mahkluk halus pun dapat pertunjukan menjadikan daya jual per-
diterima. Dahulunya para penari kuda tunjukan kuda kepang menjadi tetap
kepang biasanya laki-laki, sekarang diminati oleh masyarakat. Meskipun
perempuan direkrut untuk menjadi penari. bentuk-bentuk pertunjukan yang asli masih
Daya tarik pertunjukan ditingkatkan dari berjalan bersamaan. Pengembangan kuda
nilai estetika dan pertunjukan-pertunjukan kepang ke arah meningkatkan nilai-nilai
atraktif. Topeng barongan, penthul, dan cepet estetika sudah disarankan oleh para
yang biasa dipakai di dalam pertunjukan pembina kesenian tradisional setempat.
lebih ditekankan menampilkan adegan Hanya daya dukung para pemain musik
menakut-nakuti yang bersifat lelucon, yang dikategorikan terampil jumlahnya
menampilkan jurus-jurus atraksi yang masih tergolong kurang. Hal ini terjadi
bersifat akrobatik dan adegan-adegan lucu karena keterbatasan dana dalam pembina-
lainnya. Pertunjukan kuda kepang dapat juga an. Hal ini masih menjadi tugas bersama
dikolaborasikan dengan pertunjukan sendra bagi para seniman kuda kepang untuk terus
tari seperti cerita hanoman dan cerita meningkatkannya.
pewayangan lainnya. Lagu-lagu (gendhing) Hal ini sejalan dengan Usman Pelly
yang dimainkan juga ditambah dengan (1994:162) yang menjelaskan, kebudayaan
adanya seorang sinden yang menyanyikan itu dinamis dan berubah, hanya kecepatan
lagu-lagu tradisi Jawa dan Indonesia. Semula perubahannya yang berbeda. Selanjutnya
gendhing yang sering dimainkan Eling-eling, Edi Sedyawati (1987) mengungkapkan
Ricik-ricik, jathilan, Gudril, Waru Doyong,dan perubahan terjadi karena manusia
Sublak Suweng. Sekarang ditambah Gelang pendukung kebudayaan daerah itu sendiri
Kalung, Joko Melarat, Stasiun Balapan, Trisno telah berubah, karena perubahan cara hidup
Sudro, Alun-Alun Nganjuk, Caping Gunung, dan bergantian generasi. Seperti temuan
Dandang Gulo, Perahu Layar, lagu-lagu lapangan menunjukkan pergantian generasi
tersebut ditambah untuk hiburan. kuda kepang telah mengubah bentuk
Peralatan musik biasanya terdiri atas pertunjukan yang selama ini pemainnya
sebuah saron, demung, kendhang, dan gong harus kesurupan, tetapi saat ini pemainnya
Panggung Vol. 26 No. 2, Juni 2016 149

dibolehkan tidak kesurupan. Ini artinya pola antaranya dipengaruhi oleh ilmu
dan bentuk pertunjukan mengalami per- pengetahuan, teknologi dan informasi,
geseran. Hal ini disebabkan perkembangan pergantian generasi, serta kondisi
ilmu pengetahuan karena para penyangga lingkungan di mana kebudayaan itu
kuda kepang semakin rasional. Hal yang berada. Hal tersebut terlihat pada generasi
sama juga terjadi dalam pertunjukan kuda penerus yang tidak mau berhubungan
kepang di Medan, Sumatera Utara (Dewi, dengan makhluk halus atau kesurupan,
2007:9-15). Argumennya adalah konsentrasi yang dianggap dapat mengganggu pikiran
anak dalam belajar takut terganggu. Dengan dalam belajar. Sehingga para pembina
semakin rasionalnya penyangga pertun- kuda kepang membolehkan anggotanya
jukan kuda kepang ini pimpinan kelompok untuk tidak kesurupan. Sehingga
kuda kepang membolehkan anak yang tidak dukungan anggotanya sudah terdiri atas
mau berhubungan dengan makhluk halus dua golongan yaitu masih mau kesurupan
dapat menjadi pemain kuda kepang. Dengan dan tidak ingin kesurupan. Pengetahuan
demikian, pertunjukan tanpa menghadir- agama semakin meningkat berkontribusi
kan makhluk halus pun dapat ditampilkan. terhadap pemikiran-pemikiran tentang
Menurut Umar Kayam (1981:5) kesenian cara-cara berselamatan. Lebih kepada
adalah salah satu unsur yang menyangga kegiatan-kegiatan yang dianjurkan dalam
kebudayaan, dengan demikian kesenian cara-cara yang disarankan di dalam
harus dimengerti pada situasi masyarakat agama. Seni budaya ditempatkan sebagai
yang akan menikmatinya. bagian adat kebiasaan dan hiburan. Hal
ini juga disikapi dengan baik oleh para
SIMPULAN pembina kuda kepang. Kesurupan yang
Pertunjukan kuda kepang di Kecaatan Sei ditampilkan untuk dapat membuat
Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai masih adegan-adegan atraktif berlakon seperti
terus berlangsung dalam berbagai acara adegan-adegan monyet yang lucu, adegan
selamatan, sunatan, perkawinan, syukuran, akrobatik sehingga tidak cedera,
dan perayaan hari besar. Walaupun kuda mengupas kelapa dengan gigi, makan
kepang ditampilkan sebagai hiburan oleh sajian yang dianggap unik seperti makan
yang mempunyai hajatan, penontonnya tidak bunga bukan sebagai hal permohonan
saja dari para undangan pemilik hajatan, tetapi untuk terjauhi dari marabahaya kekuatan-
dapat juga ditonton khalayak luas. Hal ini kekuatan gaib.
menunjukkan kuda kepang masih diminati Situasi perubahan pandangan masya-
masyarakat. Penampilan kuda kepang masih rakat tersebut disikapi dengan bijak oleh
memuat kesurupan, tetapi belakangan ini pelaku seni pertunjukan kuda kepang
untuk tetap mempertahankan kesurupan sehingga seni budaya tradisi tetap hidup dan
bukan persoalan mudah karena penari kuda berlangsung di tengah-tengah masyarakat.
kepang tidak semuanya ingin kesurupan, Unsur seni yang berkaitan dengan estetika
tetapi hanya ingin sebagai penari dan tari, musik ditingkatkan melalui penam-
melakukan gerakan atraktif dan lucu. Hal ini bahan alat musik, tarian.
disebabkan terjadinya pergeseran pandangan
atau nilai. Daftar Pustaka
Faktor-faktor yang memengaruhi Abdurrahman, Mohammad Kipli
2006 Wacana Seni Journal of Arts Dis-
perubahan pandangan masyarakat di course, Vol,5
Dewi: Keberlanjutan dan Perubahan Seni Pertunjukan Kuda Kepang 150

Bandem, I Made Lindsay, Jennifer


2008 “Performing Arts of Indonesia (Per- 2006 Telisik Tradisi. Pusparagam
formance Education and Archive), Pengelolaan Seni. Jakarta: Kelola
“Pre Conference of Society for
Ethnomusicology. Universitas Minarto, Soejo Wido
Wesleyen, 24-28 Oktober, 200 “Jaran Kepang Dalam Tinjauan
Interaksi Pada Upacara Ritual Bersih
Budiono Desa,” Bahasa dan Seni, Tahun 35,
1984 Simbolisme Dalam Budaya Jawa. No. 1
Yogyakarta: Hanindita
Pelly, Usman
Dewi, Heristina 1994 Teori-Teori Sosial Budaya. Jakarta:
2007 “Perubahan Makna Pertunjukan Depdikbud
Jaran Kepang Pada Masyarakat Jawa
Di Kelurahan Tanjung Sari Medan,” Rouget, G.
Jurnal Historisme, Fakultas Sastra 1985 Music and Trance: A General Theory
Universitas of Relations between Music and
Sumatera Utara, No.23, Tahun XI Possesin. Chicago: The University of
Chicago Press
Karim, W.J.
1989 Emotion of Culture: A Malay Perspec- Said, Mohammad,
tive. Singapore: Oxford University 1990 Koeli Kontrak Tempo Doeloe: Dengan
Press Derita dan Kemarahannya. Medan:
PT. Harian Waspada
Kayam, Umar,
1981 Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: Sedyawati, Edi,
Sinar Harapan 1981 Pertumbuhan Seni Pertunjukan.
Jakarta: Sinar Harapan
Kaulam, Salamun
2012 “Simbo;isme Dalam Kesenian Syani, Abdul
Jaranan,” Jurnal Seni Rupa, 1994 Skematika Teori dan Terapan. Jakarta:
Vol. 1. No.12 Bumi Aksara Spreadly, James P.
(1997), Metode Etnografi. Jakarta:
Lauer, Robert, Tiara Wacana
1989 Perspektif Tentang Perubahan Sosial.
Jakarta: Bina Aksara

Anda mungkin juga menyukai