Anda di halaman 1dari 11

FISIKA LINGKUNGAN

TEKNOLOGI SOLAR CELL

Dosen pengampu :

Dr. Sudarti, M.Kes.

Dr. Yushardi, S.Si., M.Si.

Disusun oleh :

Maghfira Amalia Kaulyn 170210102064

PENDIDIKAN FISIKA – PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019
1. Prinsip Kerja Solar Cell

Solar cell (sel surya) merupakan dioda semikonduktor yang dapat mengubah
energi cahaya menjadi energi listrik dan merupakan komponen utama dalam
sistem pembangkit listrik tenaga surya. Komponen lain dalam sistem PLTS selaiin
sel surya adalah Balance of System (BOS) berupa inverter dan controller. PLTS
dilengkapi dengan baterai sebagai penyimpan daya, sehingga ketika tidak ada
cahaya matahati, PLTS dapat tetap memasok daya listrik. Sel surya juga
merupakan jenis pembangkit listrik yang ramah lingkungan dan tidak
menimbulkan polusi udara maupun suara seperti pada pembangkit listrik tenaga
uap.

Proses pembangkitan energi listrik dengan sel surya terjadi berdasarkan efek
fotovoltaik, yaitu efek yang diakibatkan karena foton dengan panjang gelombang
tertentu dengan energi yang lebih besar daripada energi ambang semikonduktor,
terjadi penyerapan oleh elektron sehingga elektron berpindah dari pita valensi (N)
menuju pita konduksi (P) dan kemudian meninggalkan hole dari pita valensi,
sehingga dua buah muatan, yaitu pasangan elektron-hole, dibangkitkan. Apabila
aliran elektron-hole yang terjadi dihubungkan ke beban listrik melalui penghantar,
maka akan menghasilkan arus listrik.

Sumber : fisika.id
Saat sinar matahari mengenai sel surya, maka timbul yang dinamakan
elektron dan hole. Elektron-elektron dan hole yang timbul di sekitar p-n junction
bergerak berturut-turut ke arah lapisan n dan ke arah lapisan p, sehingga pada
ketika elektron-elektron dan hole melintasi p-n junction, timbul beda potensial
pada kedua ujung sel surya. Arus listrik akan mengalir jika pada kedua ujung sel
surya diberi beban. Sel surya dikatakan sebagai salah satu hasil teknologi
pembangkit listrik yang efisien bagi sumber energi alternatif masyarakat di masa
depan karena bahan dan cara kerjanya aman terhadap lingkungan.

2. Teknologi Sumber Penerangan

Seiring dengan berkembangnya teknologi saat ini, tidak dapat dipungkiri


bahwa hampir semua kebutuhan energi listrik dan pemanfaatan konversi energi
buatan bersumber dari energi matahari yang mendukung perkembangan
kehidupan dibumi ini sehari-hari sering terdapat masalah – masalah kesenjangan
sosial dan tata kelola lingkungan yang mengharuskan adanya penunjang
kebutuhan hidup yang lebih baik dan efisien. Untuk merancang suatu sistem
pembangkit listrik matahari atau mengkonversikan aliran penyinaran panas
cahaya matahari berdaya serap besar dan efisien yang lebih besar serta lebih
bersahabat dengan lingkungan, perlu dilakukan usaha - usaha untuk mengurangi
ketergantungan pada sumber energi dalam bumi.

Menurut Firman (2017), sumber energi pemanfaatan sinar matahari termasuk


pengembangan energi alternatif yang memenuhi syarat untuk energi alternatif
dimasa depan yang mudah, murah, tersedia dalam jumlah yang melimpah,
fleksibel dan dalam penggunaannya ramah terhadap lingkungan bisa didapatkan
melalui inovasi dan pemikiran yang kreatif. Semua persyaratan tersebut dapat
terpenuhi salah satunya dengan mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya
(PLTS). Indonesia merupakan negara yang termasuk dalam lingkup khatulistiwa,
sehingga banyak daerah-daerah yang mendapat sinar matahari dalam jumlah besar
sepanjang tahun. Sistem ini sangat memungkinkan untuk dimanfaatkan,
dikembangkan serta diterapakan dikehidupan sekarang maupun masa yang akan
datang. Kebutuhan energi listrik sebagai penerangan di pedesaan sangat
dibutuhkan sekali, terlebih lagi pada pedesaan yang bahkan tidak terjangkau
saluran aliran listrik oleh perusahaan listrik negara (PLN).

Pada dasarnya mekanisme konversi energi cahaya pada panel surya terjadi
akibat adanya perpindahan elektron bebas di dalam suatu atom. Panel surya
berupa alat semi konduktor yang dapat menghantarkan aliran listrik dan secara
lansung dapat mengubah energi surya menjadi bentuk energi listrik secara efisien
sehingga dapat digunakan sebagai penerangan. Hal ini berarti didalam panel surya
terdapat konduktivitas elektron (kemampuan perpindahan electron) dari suatu
material yang bergantung pada banyaknya elektron valensi dari suatu material.

3. Teknologi Sumber Pemanas

Energi matahari termasuk salah satu sumber energi yang dapat diperbarui dan
mudah diperoleh. Penghematan energi bahan bakar fosil dapat dilakukan dengan
menciptakan alat yang dapat memanfaatkan energi matahari. Menurut Purnama
(2015), salah satu contoh teknologi yang memanfaatkan energi matahari yaitu
pemanas air tenaga surya. Pemanas air merupakan salah satu alat yang sangat
diperlukan manusia untuk memanaskan air sesuai kebutuhannya. Menurut Virargo
(2015), dengan adanya alat pemanas air, maka akan semakin mudah bagi manusia
untuk memenuhi kebutuhan air panas sesuai dengan efisiensi waktu dan harga
yang lebih murah apabila dibandingkan jika harus memasak air menggunakan
tungku maupun kompor gas.

Sumber : m.kaskus.co.id
Menurut Frengky (2016), pemanas air tenaga surya merupakan sistem
perpindahan panas yang dapat menghasilkan energi panas dengan memanfaatkan
radiasi energi matahari sebagai sumber energi utamanya. Ketika cahaya matahari
mengenai alat pemanas air tenaga surya, maka sebagian cahayanya akan
dipantulkan kembali ke lingkungan, namun sebagian lainnya akan diserap lalu
dikonversi menjadi energi panas. Panas tersebut dipindahkan pada fluida yang
bersirkulasi di dalam pipa pemanas air. Kelebihan yang dimiliki alat pemanas
tenaga surya ini salah satunya adalah energi yang digunakan diperoleh dari alam
serta ramah lingkungan. Sedangkan kekurangan alat ini yaitu harga pemanas
airnya yang mahal. Pemasangannya harus di atas genteng yang membuatnya rumit
dan sulit, serta penggunaannya bergantung pada kondisi cuaca dan kapasitas air
yang juga terbatas. Berikut merupakan desain rangkaian alat pemanas air tenaga
surya sederhana.

Sumber : media.neliti.com

Keterangan :

1. Saluran pemasukan air


2. Tabung silinder
3. Pompa air
4. Pipa besi
5. Plat hitam
6. Rangka/kedudukan
7. Pompa air

Adapun mekanisme kerja dari pemanas air tenaga surya, yaitu dimulai dengan
memasukkan air ke dalam tabung silinder. Setelah tabung terisi penuh, maka air
tersebut akan disirkulasikan ke pipa-pipa besi dengan menggunakan bantuan
pompa air. Setelah air bersirkulasi pada pipa-pipa besi, maka plat hitam akan
menyerap panas matahari yang kemudian juga disalurkan pada pipa-pipa besi. Hal
ini akan mengakibatkan suhu air di dalam pipa-pipa besi yang sedang bersirkulasi
akan mengalami kenaikan.

4. Teknologi Sumber Lainnya

Menurut Yandri (2012), pemanfaatan energi matahari di Indonesia masih


berlangsung secara tradisonal. Salah satu contoh yang sering dijumpai adalah
nelayan dan petani yang mengeringkan hasil pertanian serta perikanannya dengan
menggunakan sinar matahari secara langsung. Padahal, sebenarnya energi
matahari masih dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan lain, seperti :
pengering pasca panen, penyuling air, pompa air, kompor atau alat pemasak, dan
lain sebagainya.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Subandi (2015) kaitannya dengan


pengairan kebun salak, pompa air merupakan sebuah mesin yang berguna untuk
menyemprotkan air ke permukaan kebun salak yang sudah dipasang pipa dan
kran. Mesin pompa air menyalurkan air yang disedot melalui sumur dengan
kedalaman tertentu, dan memberikan tekanan hingga ketinggian tertentu.

Dalam perancangan alat ini diperlukan identifikasi kebutuhan terhadap alat


yang akan dibuat, antara lain: Pertama, diperlukan komponen untuk menghasilkan
energi listrik. Kedua, diperlukan komponen sebagai pengatur, penyimpan, dan
pemakai energi listrik ke baterai. Ketiga, diperlukan komponen menyimpan dan
memasok energi listrik ke beban. Keempat, diperlukan komponen untuk
mengubah arus DC 12 volt menjadi arus AC 220 Volt dengan frekuensi 50 Hz.
Kelima, diperlukan komponen untuk menjalankan proses penyiraman kebun
salak.

Sistem yang dirancang adalah suatu energi listrik yang berasal dari energi
matahari dan dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Selain
itu, dapat dimanfaatkan untuk menggerakan motor pompa air sebagai alat
penyiram kebun salak dengan energi listrik yang telah dikonversi melalui inverter
12 volt DC sampai 220 volt AC. Alat yang akan dikembangkan terdiri atas sel
surya yang berfungsi sebagai penerima energi matahari serta untuk
membangkitkan tenaga surya yang memberikan sebuah energi listrik tegangan
maksimum berkisar 17,2 volt pada saat siang hari. Energi listrik yang telah
didapat dari solar cell dapat disimpan ke baterai, serta proses penyimpanan dan
pemakaian energi listrik diatur dengan menggunakan Solar Charge Controller.
Selanjutnya, energi listrik yang sudah disimpan di baterai digunakan untuk
menggerakan motor listrik. Motor listrik yang berupa pompa air bisa
membutuhkan tegangan 220 volt AC dengan frekuensi 50 HZ. Oleh karena itu,
perlu ditambahkan inverter untuk mengubah arus DC menjadi arus AC.

Sumber : Jurnal Teknologi TECHNOSCIENTIA

5. Rancangan Teknologi Solar Cell


Menurut Wibowo (2017), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
optimal kinerja dari suatu panel surya diantaranya yaitu pengaruh suhu, shadding
effect, dan bahan pembuat sel surya itu sendiri. Salah satu contohnya adalah
apabila cover glass yang merupakan lapisan terluar dari suatu panel surya
tertutupi oleh debu atau bahan penghalang lainnya maka hal tersebut dapat
menghalangi masuknya intensitas cahaya matahari dan sangat mempengaruhi
proses efek fotolistrik pada panel sel surya tersebut sehingga energi listrik ysng
dihasilkan tidak bisa optimal, kejadian ini dinamakan dengan shadding effect.

Berdasarkan hal tersebut. maka dirancang sebuah alat pembersih debu sel
sorya secara otomatis yang berfungsi untuk membersihkan panel sel surya secara
otomatis serta memantau secara real time keadaan dari panel sel surya itu sendiri
untuk memudahkan penggunanya. Sistem kendali pembersih debu panel surya
secara otomatis menggunakan Arduino Uno, dibagi menjadi dua bagian yaitu
perancangan hardware dan perancangan software.

Perancangan alat dimulai dengan membuat sistem minimum berupa Arduino


Uno yang berfungsi untuk mengolah data (processor) dan mengontrol dari seluruh
sistem. Kemudian Akumulator (baterai) yang berfungsi untuk menyimpan listrik
dan memasok energi listrik ke semua sistem alat. Sementara itu, Digital
Programmable Timer berfungsi untuk mengontrol sistem waktu secara otomatis
berjalan setiap harinya. Adapun modul relay 4 channel berfungsi untuk
menggerakkan driver motor sebagai sliding roda dan untuk menggerakkan motor
pembersih (kemoceng). Modul HC-05 Serial Bluetooth berfungsi untuk
mengkoneksikan Arduino Uno ke media Handphone Android untuk menjalankan
sistem secara manual. Berikut adalah flow chart diagram dari alat pembersih debu
sel surya berbasis mikrokontroller ATMega 328.
Dalam perancangan perangkat keras ini, jenis Mikrokontoller ATMega
328 yang digunakan adalah arduino uno yang memiliki enam port input analog
dan empat belas port input/output digital. Perancangan hardware terdiri dari
perancangan converter arus searah, perancangan sistem minimum mikrokontroller
ATMega 328, perancangan rangkaian modul relay 4 channel, perancangan
rangkaian digital programmable timer, dan perancangan rangkaian modul
bluetooth. Berikut adalah gambar rancangan keseluruhan rangkaian.
Dalam proses perancangan perangkat keras ini, menggunakan peralatan-peralatan
pendukung diantaranya adalah AVO Meter, solder, gerinda, timah, tang
kombinasi, dan juga bor.
DAFTAR PUSTAKA

Firman, Muhammad et al. Analisa radiasi panel surya terhadap daya yang
dihasilkan untuk penerangan bagian luar mesjid Miftahul Jannah di desa
Benua Tengah kecamatan Takisung. Jurnal Teknik Mesin UNISKA Vol. 02
No. 02 (2017) : 98-102

Frengky, Jacky Frans. Pembuatan alat pemanas air tenaga surya sederhana untuk
mengetahui laju konversi. Jurnal Penelitian (2016)

Purnama, Riki et al. Perancangan alat peraga kolektor surya pemanas air guna
menjelaskan suhu dan kalor pada kelas X SMA Muhammadiyah Purworejo.
Jurnal Pendidikan (Online). Universitas Muhammadiyah Purworejo, Vol.06
No.1 (2015)

Subandi et al. Pembangkit listrik energi matahari sebagai penggerak pompa air
dengan menggunakan solar cell. JURNAL TEKNOLOGI
TECHNOSCIENTIA Vol. 7 No. 2 (2015) : 157-163

Virargo, Leonardo W. Y. 2015. Karakteristik Water Heater dengan Panjang Pipa


Pemanas 8 Meter dan Diameter 0,5 Inci. Skripsi, (online). Yogyakarta :
Universitas Sanata Dharma

Wibowo, Eko Prasetyo. Rancang bangun alat pembersih debu panel surya (solar
cell) secara otomatis. (2017)

Yandri, Valdi Rizki. Prospek pengembangan energi surya untuk kebutuhan listrik
di Indonesia. Jurnal Ilmu Fisika, Vol. 4 No. 1 (2012)

Anda mungkin juga menyukai