Kegiatan Membaca
Kegiatan Membaca
Penerbit, tahun terbit : Sinar kejora, (cetakan 30) Oktober 2017 dan
6. Beberapa bulan sejak operasi itu dan beberapa kali kemoterapi, ayah
sudah dinyatakan sembuh dari kanker tulangnya. Meski begitu
rehabilitasi untuk terapi fisik setelah operasi masih rajin diikuti Ayah
untuk memperbaiki kekuatan dan fungsi tulangnya sesuai yang
disarankan dokter, ditambah lagi dorongan keluarga yang ingin ayah
benar-benar sembuh total.
8. “Siapa ini M, Za?” Ayah mulai penasaran, karena sebelumnya tak sengaja
membaca SMS diponsel Zahara yang tertinggal dikamarnya tempo hari.
Pesan singkat dari kontak berinsial M yang menyuruhnya segera datang.
“Hmm, manager, Yah”, jawab Zahara tetap membiarkan ponselnya tetap
bersering sampai panggilan terputus , diam sejenak dan kemudian
berdering lagi.
10. Zahara segera sadar bahwa menangis tidak akan menghasilkan apa-apa.
Dia harus berusaha mendapatkan uang itu bagaimanapun caranya. Sekuat
tenaga dia menegarkandiri. Dikecupnya kening ayahnya, lantas beranjak
cepat. Otaknya terus berpikir kemana akan mencari uang itu. Apa yang
harus dia lakukan agar mendapatkan uang secepat mungkin.
11. “Permisi”, suara yang sangat familiar di telinga Zahara terdengar dari
3
halaman. Jantung Zahara berdegup kencang. Ya, itu adalah suara
Demi perempuan yang menyelamatkan sekaligus menjerumuskan dirinya,
Ayah Karin.
“Pagi, om, Tante. Aku Karin,” Sapa karin sembari salim dengan ayah dan
ibu. “Kita pernah ketemu sekali, Tante, Waktu dirumah sakit dua tahun
yang lalu.” Ibu mengangguk sembari berusaha mengingat, menyambut
uluran tangan karin. Ibu permisi kedapur untuk mengambil cangkir teh
setelah mempersilahkan Karin duduk.
13. Ibu mulai mengajak karin mengobrol, bertanya tentang pekerjaan dan
teman-teman Zahara dikantor. Semua dijawab Karin dengan santai tanpa
menimbulkan kecurigaan apapun.
“Maaf, Nak Karin, Tante jadi banyak tanya. Za tertutup soal
pekerjaannya. Setiap Tante mau tanya ini itu, Za pasti mengalihkan
pembicaraan,” Keluh ibu. “Kadang Tante pengen ketempat kerjanya,
pengen lihat-lihat.”
14. “Ide bagus tuh, Tante”. Karin menoleh kearah Zahara, menikmati raut
wajahnya yang tampak khawatir. Mata mereka seolah-olah saling bicara.
Tolong akhiri pembicaraan ini, tatap Zahara. Kau bisa apa? Balas Karin.
“Tapi nggak perlu, Tante,” Karin beralih lagi ke Ibu. “ Tempat kerjanya
terlalu ramai, berisik, dan sedikit membosankan. Pasti Tante akan merasa
kurang nyaman disana,” lanjut Karin meyakinkan ibu.
15. Zahara merasa sangat lega. “Makasih, Karin,” ucapnya sembari sepontan
menyentuh tangan karin.Senyumnya mengembang. Sementara, Lina
menarik-narik ujung kemejanya berusaha mengingatkan, namun tidak
digubrisnya. Setitik harapan mengubah lelah menjadi cahaya di
wajahnya.
17. Zahara membalikkan badan, berjalan lurus menuju cermin, lalu duduk
berhadapan ddengan dirinya sendiri. Dia menegakkan posisi tubuhnya,
merapikan jilbab hjau mudah yang dikenakannya, lalu mengembangkan
senyum terbaik. Betapa wajah itu menipu, siapa pun yang melihatnya
akan menganggapnya wanita baik-baik.Zahara sangat iri dengan bunga-
bunga taman, tidak ada kubusukan yang tersembunyi dibalik
keindahannya.
18, Zahara berniat untuk mengakhiri semuanya, bicara baik-baik agar semua
berakhi dengan baik tanpa-tanpa keluarganya tahu. Tak terasa taksi sudah
memasuki daerah stasiun kereta api yang sedikit padat, sehingga
memperlambat kecepatannya, berbelok ke kanan lalu kembali melaju
dengan kecepatan sedang. “Makasih, pak”. Zahara menyerahkan
selembar uang merah turun dari taksi. Sopir taksi itu ikut turun untuk
menyerahkan kembalian yang kemudian ditolak Zahara.
19. Rumah itu terlihat senyap, tidak seperti biasa. Rumah yang dijadikan
salon dilantai atu dan kantor sekaligus tempat tinggal bosnya di lantai dua
bersama dua orang asisten rumah tangganya, serta dua orang pekerja
yang membantu mengurusi bisnis Online-nya. Zahara menghela napas
berat, berusaha menormalkan detak jantung yang berdegup kencang. Dia
teringat saat pertama kali datang kerumah itu untuk menjemput harapan.
20. Hati Zahara berkata tegas tidk ada, namun dia sendiri meragukannya.
Zahara terdiam, memikirkan pilihan kata yang harus diucapkannya tanpa
menyinggung perasaan Riyan. “Yan, aku sama kamu, semua hanya
sebatas kerja. Kamu baik selama ini, aku terkesan. Tapi seperti yang
benar kubilang, jangan main hati. Dan, aku benar-benar nggak mau salah
satu dari kita terbawa perasaan. “Zahara mengucapkannya penuh kehati-
hatian.
21. “Nggak papa Ra. Aku nggak akan menuntut kalau kamu nggak datang.
Dan, kamu juga nggak perlu ganti rugi, cukup dengan memberikan
alamat rumah dan nomor hp-mu.”
“Itu melanggar aturan kerja. Kau membuatku dalam masalah.” Zahara
seketika beranjak dan Ryan berusaha menahannya. Tap dia tak peduli, dia
meninggalkan Riyan yang memohon padanya untuk kembali. Dia sadar,
kalau Riyan mengajukan komplain ke Mahya, akan menjadi maslah lagi
buatnya. Tapi dia yakin pada Riyan, pria itu tidak akan melakukannya.
22. Karin menjemput Zahara tepat pukul delapan. Mereka berangkat menuju
5
Pintu rumah teman karin. Mereka tiba disana sejam kemudian. Sebuah rumah
Desa dengan pagar kayu yang tinggi. Rumah mewah dua lantai dengan
halamannya yang hijau dan tempat parkir yang cukup luas, menunjukkan
bahwa tempat itu tidak sekedar rumah.
23. Zahara dan Karin melintasi ruang salon yang masih sepi menuju lantai
dua. Beberapa karyawan sedang beres-beres. Mereka menyapa Karin
Ramah. Karin mengetuk pintu sebuah ruang yang bertuliskan “ Ruang
pertemuan”. “Masuk”, perintah seseorang dari dalam ruangan itu.
Seorang perempuan cantik sedang duduk dikursi utama.
29. Zahara diam tak menjawab. Dia bingung harus bagaimana, apa yang
harus dia lakukan, kemungkinan itu masih ada, berontak lalu kabur, tapi
situasinya tak akan semudah itu sekarang. Tubuhnya gemetar, Jantungnya
seakan mau copot. Matanya mulai basah, hatinya menjerit, jiwanya
meronta.
30. Didalam kamar remang itu kini hanya ada dosa. Setan-setan tertawa,
Padahal tuhan, tiada akan terkurangi kemaha sucian-nya hanya karena
mahkluk-nya berbuat dosa.
32. Zahara menangis tersedu tak mampu menahan perasaan yang hancur. Dia
memunggungi pria asing yang baru saja merenggut harga dirinya. Pria itu
sudah jatuh tertidur. Dibekapnya mulutnya rapat agar tidak megeluarkan
suara yang bisa membangunkan pria itu. Dia bangkit, berusaha menahan
rasa sakit disekujurjiwa dan raganya.
33. Zahara meninggalkan apartemen itu setelah menelpon taksi untuk datang
untuk menjemputnya melalui ponsel milik Riyan yang berada disaku
celananya. Dia melintas rung-ruang yang terasa sangat jauh. Seorang
satpam dilobi memperhatikannya dari ujung kepala sampai ujung
kakinya. Zaharapun menutupkan topinya lebih dalam.
34. Zahara merasa lega, taksi pesanannya sudah datang menjemput di luar.
Zahara buru-buru masuk ke taksi. Dia lantas menyalakan ponsel, empat
belas panggilan tak terjawab dari Lina. Zahara sekuat tenaga menahan air
mata yang berdesakan ingin keluar. Maafkan aku, Lin. Sahabatmu ini
sekarang menjadi pelacur. Zahara menarik napas yang menyesakkan.
38. “Hati-hati, Za. Kau bisa jatuh cinta sama dia, atau sebaliknya,” seloroh
Mahya. Kertas mulai keluar dari mesin printer. Mahya menyerahkannya
pada Zahara. Dengan hati berat, Zahara terpaksa menandatanganinya.
39. “Hai, Za,” kejut Lina menghampiri Zahara yang berjalan menuju kelas.
8
Dilema “Eh, lin, ngejutin aja,” Zahara tersenyum. Mereka berjalan beriringan.
Hati “Ada yang titip salam untuk, Za.”
Zahara melirik Lina, mengankat alisnya, “siapa?”
“Bang Affan.”
40. “Waalaikumussalam”
“Dia sudah balik kejakarta, jadi entar aja kalau dia pulang aku sampein
jawaban salammu.”
“Terserah kamu saja,” Zahara tersenyum. Mereka masuk kelas, memilih
dua kursi berdampingan dibagian tengah. Teman-teman yang lain mulai
ramai masuk satu per satu. Kelas masih beberapa menit lagi baru mulai.
41. Karin masuk, duduk dibangku depan Zahara. Diputarnya badan dia,
“Gimana Kemarin, Za?” tanyanya antusias dengan suara normal, sama
sekali tidak mengecilkan volumenya, membuat Lina yang mendengarnya
ikut menoleh. Zahara menggerutu kesal dengan tindakan Karin dan
setelahnya hanya bisa membisu.
42. Lina menuliskan sebuah pesan di kertas, “Apa makud pertanyaan Karin?
Ada apa kemarin?”. Dia lantas menyodorkan kertas itu pada Zahara.
Zahara menerimanya, membacanya, lalu menulis sebuah balasan dibalik
kertas yang sama, “Dosen udah mulai menjelaskan didepan.” Dia
kemudian memberikan kertas itu pada Lina saat dosen melihat kearah lain
43. Lina membacanya dan menulis lagi disela-sela kertas yang masih osong,
“ Nanti kita bicarakan.” Lina kembali menyodorkan kertas itu Pada
Zahara . Saat itu, dosen sedang menatap Lina yang tidak sadar sedang
diperihatikan. Dosen itu endekati Zahara yang sudah memegang kertas
dari Lina.
44. “ Jaga mulutmu ya, Lin!” Karin mengacungkan telunjuknya tepat diujung
hidung Lina. Tatapannya Tajam. Jelas dia merasa tersinggung dengan
tuduhan Lina. Dia kemudian berlalu. Dalam hatinya, Dia merasa kesal
dengan Lina dan juga Zahara yang menurutnya tak tahu terma kasih.
45. Sementara itu, Zahara tiba di rumah. Dia menyapa Ayah yang sedang
berlatih berjalan diteras, mencium tangannya, lantas masuk kekamar dan
menangis membekap wajahnya dengan bantal. Tiba-tiba sebuah pesan
masuk dari Mahya, lalu dibukanya. Panggilan itu lagi. Tangisnya
semakin menyesakkan.
46. Pertemuan dengan Riyan tak terelakkan lagi. Menguatkan hati adalah hal
9
Merajut yang harus dilakukan. Selama bersama Riyan, Zahara menganggap dia
Asa Baru bukanlah dirinya, tapi orang lain yang meminjam raganya namun hati
tudak akan sudi diberikan. Dia bersih keras tak akan membiarkan hatinya
meikmati kebersamaan dengan Riyan sedikitpun.
47. Riyan sempat menceritakan hubungannya dengan Ratu sudah membaik.
Ratu mulai Lunak berhadapan dengannya. Itu membuat Riyan senang,
tapi maslah barunya adalah bayangan Zahara tak bisA pegi dari
pikirannya. Semakin dia berusaha untuk melupakan, semakin lekat
bayangan itu, bahkan selalu menghantuinya.
51. Hari-hari berjalan tanpa gairah hidup lagi. Di satu sisi, Zahara rasanya
ingin mati saja, meninggalkan dunia yang kejam ini. Namun disisi lain,
dia takut menemui ajal dalam keadaan penuh dosa. Bekal apa yang akan
dia bawah unutk menjalani kehidupan diakhirat kelak? Kebaikan tak
seberapa yang pernah dilakukannya
. K Menurut saya kedua buku ini sangat menarik. Apalagi khususnya
kalangan dewasa(Perkuliahan). Kedua buku ini sama membahas
O
mengenai percintaan. Sangat menarik dibaca dimulai senang, sedih, tawa,
M dan duka. Buku ini memiliki beberapa konflik salah satunya tentang
E fitnah.
N
T
A
R
ISI
BUKU
NIP. NIP.