Nanda Nur Aini Nim. B1301073 PDF
Nanda Nur Aini Nim. B1301073 PDF
Disusun Oleh :
NANDA NUR AINI
B1301073
ii
ii
iii
iv
KARYA TULIS ILMIAH
INTISARI
Latar Belakang: ISPA merupakan penyakit yang sering dialami oleh balita.
ISPA dapat menyebabkan masalah diantaranya yaitu gangguan tidur. Hal ini
menyebabkan tidur menjadi tidak berkualitas sehingga membuat ibu khawatir
dengan keadaan anaknya. Tidur diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak balita. Apabila anak tidak mendapat tidur yang cukup, dia
akan menjadi mudah lelah sehingga rewel, mudah menangis dan juga akan sulit
mengerti keadaan disekelilingnya. Gangguan tidur penurunan tingkat kecerdasan,
konsentrasi, daya ingat menjadi lemah serta fungsi kognitif terganggu akibatnya
dia akan menjadi lebih agresif, hiperraktif dan menjadi tidak kooperatif. Oleh
karena itu gangguan tidur perlu segera diatasi agar tidak menghambat
pertumbuhan dan perkembangan balita.
Tujuan: Mengatasi gangguan tidur pada balita selama mengalami infeksi saluran
pernapasan akut atau ISPA.
Metode: Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode penulisan
deskriptif kualitatif jenis studi kasus. Pengumpulan data pada studi kasus
dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dan data primer. Sedangkan
metode pengolahan data dilakukan menggunakan 3 cara yaitu reduksi, penyajian
data dan penarikan kesimpulan.
Hasil: Setelah diberi minuman herbal jahe madu kepada An. N selama 5 hari
berturut-turut (Dengan dosis 100 ml setiap 30 menit sebelum tidur) An. N
berangsur-angsur bisa tidur dengan nyaman dan nyenyak. Hal itu terjadi seiring
dengan gejala ISPA seperti batuk, pilek dan tenggorokan gatal yang juga
berangsur-angsur sembuh.
Kesimpulan: Minuman herbal jahe madu terbukti dapat membantu An. N tidur
dengan nyaman dan nyenyak, sehingga gangguan tidurnya selama mengalami
ISPA dapet teratasi.
Kata kunci : ISPA, gangguan tidur, minuman herbal jahe madu
Kepustakaan : 20 Literatur (tahun 2006-2015)
Jumlah halaman : 53 Lembar
1 Judul
2 Mahasiswa Prodi DIII Kebidanan
3 Dosen STIKES Muhammadiyah Gombong
v
SCIENTIFIC PAPER
ABSTRACT
1 Title
2 Student of DIII Program of Midwifery Dept.
3 Lecturer of Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong
vi
KATA PENGANTAR
Penulis
vii
DAFTAR ISI
viii
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2011). Penyakit Infeksi yang sering terjadi pada anak balita diantaranya
adalah penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau ISPA (Harsono, 1999
ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada balita. Menurut para
ahli, daya tahan tubuh anak sangat berbeda dengan orang dewasa karena
sistem pertahanan tubuhnya belum kuat. Apabila dalam satu rumah anggota
keluarga terkena pilek, balita akan lebih mudah tertular. Dengan kondisi anak
yang lemah, proses penyebaran penyakit menjadi lebih cepat. Resiko ISPA
menyebab kan kecacatan seperti otitis media akuta (OMA) dan mastoiditis.
2010).
dunia, karena penyebab ISPA merupakan salah satu hal yang angat akrab di
meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran
1
2
balita) baik dinegara berkembang maupun dinegara maju karena ini berkaitan
dengan sistem kekebalan tubuh. Anak-anak dan balita akan sangat rentan
terinfeksi penyebab ISPA karena sistem tubuh yang masih rendah, itulah
yang menyebabkan prevalensi dan gejala ISPA sangat tinggi bagi anak-anak
hari yang dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin maupun udara
pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat (Depkes
RI, 2012). Penyakit ISPA pada balita dipengaruhi oleh beberapa faktor,
meliputi umur anak, berat badan lahir, status gizi, vitamin A dan status
penanggulangan ISPA pada balita atau peran aktif keluarga atau masyarakat
bernafas, tenggorokan gatal dan sakit, pilek dan kehilangan nafsu makan.
baca dan menyimpulkan apa yang kita dengarkan. Selain itu tidur juga
Pada usia pra sekolah (4-6 tahun) biasanya memerlukan waktu tidur 11-
12 jam. Kebanyakan pada usia ini tidak menyukai waktu tidur, bisa jadi anak
usia 4-5 tahun mengalami kurang istirahat dan mudah sakit jika kebutuhan
Balita usia 3-5 tahun dan anak usia 6 tahun memerlukan waktu tidur 10-
12 jam perhari. Waktu tidur siang mereka makin lama makin sedikit dan
umumnya usia 5 tahun, anak tidak lagi tidur siang (Benaroch, 2012).
dari seberapa banyak tidur yang didapatnya. Bila anak tidak cukup tidur, dia
berapa banyak waktu tidur yang diperlukan oleh setiap anak akan bervariasi.
Ada anak yang memerlukan waktu lebih banyak dibandingkan yang lain
(Suririnah, 2010).
pertumbuhan tidak hanya terjadi saat tidur, tetapi juga secara signifikan
yang lebih besar (Dr. Michelle lampl dari Deparment Antropologi di Emory
Uniersity, 2008)
fungsi kognitif, sehingga dia lebih agresif dan hiperaktif, menjadi tidak
demam, flu, dan masalah pernapasan lainnya. Madu memiliki efek sedaktif
(suatu senyawa yang dapat meredakan aktivitas otak) dalam otak meninggi
yang menginduksi pada relaksasi dan keinginan untuk tidur ( Sarwono, 2006).
yang sangat penting bagi anak-anak khususnya balita, pada saat tidur terjadi
proses pertumbuhan dan perkembangan pada balita yang lebih cepat atau
signifikan daripada saat ia terjaga, selain itu juga karena selama ini
pengobatan balita sakit dengan ISPA hanya dilakukan dengan cara medis
sehingga penulis ingin membuat inovasi “Minuman hebal jahe madu untuk
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
(ISPA).
C. Manfaat
1. Manfaat Praktis
b. Bagi Penulis
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi Bidan
b. Bagi Institusi
Jurnal :
Combest. W.L. 2011. Ginger Herbal Therapy.
Denyer, C.V., P. Jackson, D.M. Loakes, M.R. Ellis dan D.A.B. Yound. 2011.
Isolation of antirhinoviral sesquiterpenes from ginger ( Zingiber
Officinale). J Nat Products. 57 : 658-662.
Ramadhani, A.N, Novayelinda, R., & Woferst, R. (2014). Efektifitas Pemberian
Minuman Herbal Jahe Madu Terhadap Keparahan Batuk pada Anak
dengan ISPA : Universitas Riau. Program Studi Ilmu Keperawatan, 8
(VOL 1) 1-8
Soylom & Baghiu D.M (2013). Sleep Disorders – The Disease Of The Modern
world Literature Review. AMT;II(2): 305-308
Internet :
Gambar 1.2 Saat melakukan pemberian minuman herbal jahe madu hari ke – 5
LEMBAR OBSERVASI
1. Apakah anak mau meminum minuman herbal jahe madu yang diberikan ?
a. Ya b. Tidak
a. Ya b. Tidak
3. Setelah meminum jahe madu apakah ada perubahan pada pola tidur anak ?
a. Ya b. Tidak
4. Jika iya, apakah tidurnya menjadi nyenyak dan tidak sering bangun ?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah menurut ibu minuman herbal ini membantu ibu dalam menjaga
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
6. Apakah ibu akan menggunakan resep minuman herbal ini setiap kali untuk
a. Ya b. Tidak
EFEKTIFITAS PEMBERIAN MINUMAN JAHE MADU
TERHADAP KEPARAHAN BATUK PADA ANAK DENGAN ISPA
Abstract
This research aims to determine the effectiveness of ginger honey ale to children with acute respiration infection (ARI) cough
saverity. The method of this research is a quasi-experimental approach with non-equivalent control group. This research was
conducted in the working area of Rumbai health center to 52 coughing children with ARI. There population of this study are
divided into experimental group with 26 children and the control group with 26 children. The sampling method was purposive
sampling using a observation shee of cough saverity. Data analized with independent t test, the result show while in the control
and eksperiment group without giving ginger honey ale obtained p-value (0,001) > α (0,05) it can be concluded there is
difference in the control and eksperiment group without giving ginger honey ale . The results of this study recommends to
giving honey ginger ale to be one of the nursing intervention in addressing the severity of cough in children with ARI.
PENDAHULUAN
Infeksi Saluran Pernafasan Akut atau Penyakit ISPA pada balita dipengaruhi
ISPA merupakan masalah kesehatan yang sangat oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor
serius baik di dunia maupun di Indonesia. United lingkungan seperti pencemaran udara dalam
Nations International Children's Emergency rumah, ventilasi rumah, dan kepadatan hunian.
Fund (UNICEF) dan World Health Organization Sedangkan faktor individu anak meliputi umur
(WHO) pada tahun 2008 telah melaporkan anak, berat badan lahir, status gizi, vitamin A
bahwa ISPA merupakan penyebab kematian dan status imunisasi. Faktor lingkungan meliputi
paling besar pada manusia dibandingkan dengan perilaku pencegahan dan penanggulangan ISPA
jumlah kematian akibat AIDS, malaria dan pada balita atau peran aktif keluarga atau
campak. ISPA menyebabkan lebih dari 2 juta masyarakat dalam menangani penyakit ISPA
anak meninggal dunia tiap tahunnya, yang serta perilaku kebiasaan yang merugikan
didominasi balita umur 1 sampai 4 tahun. Kasus kesehatan seperti merokok dalam keluarga
kematian balita seluruhnya dari umur 1-5 tahun (Maryunani, 2010).
akibat ISPA, tiga perempatnya terjadi pada 15 ISPA disebabkan oleh berbagai pemicu,
negara. Indonesia menempati peringkat keenam seperti keadaan sosial ekonomi menurun, gizi
di dunia dengan jumlah kasus ISPA sebanyak 6 buruk, pencemaran udara dan asap rokok
juta kasus per tahun (Depkes RI, 2010). (Depkes, 2002). Pencemaran udara contohnya
Data Kemenkes Indonesia, kasus ISPA tiap tahun biasanya terjadi kabut asap di daerah
pada tahun 2007 hingga tahun 2011 mengalami Riau kususnya di Kota Pekanbaru. Asap
peningkatan. Pada tahun 2007 terdapat 7,2 juta kebakaran menyebabkan kondisi udara tidak
kasus ISPA dan tahun 2011 kasus menjadi 18,79 sehat. Diperoleh dari data Dinas Kesehatan
juta kasus ISPA. Berdasarkan hasil survei Propinsi Riau sedikitnya 3.160 anak berumur
demografi kesehatan Indonesia, angka kematian kurang dari 5 tahun (balita) menderita infeksi
balita (AKABA) 1-4 pada tahun 2007 sebesar 44 saluran pernafasan akut (ISPA) akibat
per 1000 kelahiran hidup, 15,5 persen atau menghirup asap sisa kebakaran hutan dan lahan
sebesar 30.470 kematian pada balita usia 1-5 yang mencemari udara di Propinsi Riau
tahun disebabkan oleh ISPA. Ini berarti secara (Yohanes, 2013).
rata-rata di Indonesia 83 orang balita meninggal Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan
setiap harinya karena ISPA (Iptek kesehatan, Kota Pekanbaru, kejadian infeksi saluran
2012). pernafasan pada bayi dan balita tahun 2012
sebanyak 1.576 kejadian. Sedangkan yang
Tabel 5 Tabel 8
Disribusi tingkat keparahan batuk sesudah Perbedaan tingkat keparahan batuk anak pada
diberikan intervensi pada kelompok eksperimen kelompok eksperimen sebelum dan sesudah
dan kelompok kontrol. diberikan minuman jahe madu
KESIMPULAN 1
Apri Nur Ramadhani:Mahasiswa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Studi Ilmu Keperawatan
karakteristik responden paling banyak kelompok Universitas Riau, Indonesia
perempuan (59,6%) dan umur 3 tahun (48,07%).
2
Berdasarkan hasil uji t dependent menunjukkan Riri Novayelinda: Dosen Departemen
signifikansi dengan nilai p (0,032) < α (0,05). Keperawatan Anak Program Studi Ilmu
Pada kelompok kontrol terjadi penurunan Keperawatan Universitas Riau, Indonesia
keparahan batuk namun tidak signifikan 3
berdasarkan hasil uji t dependent menunjukkan Rismadefi Woferst: Dosen Departemen
tidak terdapat signifikansi dengan nilai p (0,134) Keperawatan Medikal Bedah Program
> α (0,05). Hasil uji t independent dimana Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau,
diperoleh p (0,001) < α (0,05). Hal ini berarti Indonesia.
terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-
rata tingkat keparahan batuk anak pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
sesudah diberikan minuman jahe madu.
DAFTAR PUSTAKA
SARAN
1. Bagi pelayanan kesehatan Badan Pusat Statistik (2010). Sensus penduduk
Bagi pelayanan kesehatan disarankan 2010 Propinsi Riau. Diperoleh tanggal,
untuk dapat menjadikan hasil penelitian ini 14 juli 2014 dari
sebagai salah satu intervensi keperawatan http://sp2010.bps.go.id/index.php/site?id
pada anak yang menagalami batuk. =1400000000&wilayah=Riau.
2. Bagi perkembangan ilmu keperawatan Dahlan, M. S. (2009). Statistik untuk kedokteran
Bagi perkembangan Ilmu Keperawatan dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
khususnya tenaga pengajar dan pelajar Departemen Kesehatan RI. (2010). Kejadian
disarankan untuk dapat memakai hasil penyakit ISPA pada balita. Diperoleh
penelitian ini sebagai salah satu sumber tanggal 7 Oktober 2013 dari
informasi mengenai perbandingan efektifitas http://www.depkes.go.id/index.php?vw=
pemberian minuman jahe madu terhadap 2&id=2086.
keparahan batuk anak dengan ISPA sehingga Departemen Kesehatan RI. (2002).Pedoman
dapat dijadikan sebagai salah satu terapi pemberantasan penyakit infeksi saluran
alternatif. pernapasan akut untuk penanggulangan
3. Bagi masyarakat pnemonia pada balita. Jakarta: Dirjen
Bagi masyarakat khususnya ibu yang PPM & PLP.
anaknya mengalami batuk disarankan untuk Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru (2012). Data
dapat mengaplikasikan minuman jahe madu penemuan penyakit ISPA. Pekanbaru:
sebagai salah satu metode pengobatan Dinkes Kota Pekanbaru.
alternatif untuk mengurangi batuk pada anak. Elyana, M. & Candra, A. (2008). Hubungan
4. Bagi peneliti selanjutnya frekuensi ispa dengan status gizi balita.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan Diperoleh tanggal 1 juni 2014 dari
tambahan informasi untuk mengembangkan http://ejournal.undip.ac.id/index.php/acta
nutrica/article/view/4859.
6
Abstract
This research aims to determine the effectiveness of ginger honey ale to children with acute respiration infection (ARI) cough
saverity. The method of this research is a quasi-experimental approach with non-equivalent control group. This research was
conducted in the working area of Rumbai health center to 52 coughing children with ARI. There population of this study are
divided into experimental group with 26 children and the control group with 26 children. The sampling method was purposive
sampling using a observation shee of cough saverity. Data analized with independent t test, the result show while in the control
and eksperiment group without giving ginger honey ale obtained p-value (0,001) > α (0,05) it can be concluded there is
difference in the control and eksperiment group without giving ginger honey ale . The results of this study recommends to
giving honey ginger ale to be one of the nursing intervention in addressing the severity of cough in children with ARI.
PENDAHULUAN
Infeksi Saluran Pernafasan Akut atau Penyakit ISPA pada balita dipengaruhi
ISPA merupakan masalah kesehatan yang sangat oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor
serius baik di dunia maupun di Indonesia. United lingkungan seperti pencemaran udara dalam
Nations International Children's Emergency rumah, ventilasi rumah, dan kepadatan hunian.
Fund (UNICEF) dan World Health Organization Sedangkan faktor individu anak meliputi umur
(WHO) pada tahun 2008 telah melaporkan anak, berat badan lahir, status gizi, vitamin A
bahwa ISPA merupakan penyebab kematian dan status imunisasi. Faktor lingkungan meliputi
paling besar pada manusia dibandingkan dengan perilaku pencegahan dan penanggulangan ISPA
jumlah kematian akibat AIDS, malaria dan pada balita atau peran aktif keluarga atau
campak. ISPA menyebabkan lebih dari 2 juta masyarakat dalam menangani penyakit ISPA
anak meninggal dunia tiap tahunnya, yang serta perilaku kebiasaan yang merugikan
didominasi balita umur 1 sampai 4 tahun. Kasus kesehatan seperti merokok dalam keluarga
kematian balita seluruhnya dari umur 1-5 tahun (Maryunani, 2010).
akibat ISPA, tiga perempatnya terjadi pada 15 ISPA disebabkan oleh berbagai pemicu,
negara. Indonesia menempati peringkat keenam seperti keadaan sosial ekonomi menurun, gizi
di dunia dengan jumlah kasus ISPA sebanyak 6 buruk, pencemaran udara dan asap rokok
juta kasus per tahun (Depkes RI, 2010). (Depkes, 2002). Pencemaran udara contohnya
Data Kemenkes Indonesia, kasus ISPA tiap tahun biasanya terjadi kabut asap di daerah
pada tahun 2007 hingga tahun 2011 mengalami Riau kususnya di Kota Pekanbaru. Asap
peningkatan. Pada tahun 2007 terdapat 7,2 juta kebakaran menyebabkan kondisi udara tidak
kasus ISPA dan tahun 2011 kasus menjadi 18,79 sehat. Diperoleh dari data Dinas Kesehatan
juta kasus ISPA. Berdasarkan hasil survei Propinsi Riau sedikitnya 3.160 anak berumur
demografi kesehatan Indonesia, angka kematian kurang dari 5 tahun (balita) menderita infeksi
balita (AKABA) 1-4 pada tahun 2007 sebesar 44 saluran pernafasan akut (ISPA) akibat
per 1000 kelahiran hidup, 15,5 persen atau menghirup asap sisa kebakaran hutan dan lahan
sebesar 30.470 kematian pada balita usia 1-5 yang mencemari udara di Propinsi Riau
tahun disebabkan oleh ISPA. Ini berarti secara (Yohanes, 2013).
rata-rata di Indonesia 83 orang balita meninggal Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan
setiap harinya karena ISPA (Iptek kesehatan, Kota Pekanbaru, kejadian infeksi saluran
2012). pernafasan pada bayi dan balita tahun 2012
sebanyak 1.576 kejadian. Sedangkan yang
Tabel 5 Tabel 8
Disribusi tingkat keparahan batuk sesudah Perbedaan tingkat keparahan batuk anak pada
diberikan intervensi pada kelompok eksperimen kelompok eksperimen sebelum dan sesudah
dan kelompok kontrol. diberikan minuman jahe madu
KESIMPULAN 1
Apri Nur Ramadhani:Mahasiswa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Studi Ilmu Keperawatan
karakteristik responden paling banyak kelompok Universitas Riau, Indonesia
perempuan (59,6%) dan umur 3 tahun (48,07%).
2
Berdasarkan hasil uji t dependent menunjukkan Riri Novayelinda: Dosen Departemen
signifikansi dengan nilai p (0,032) < α (0,05). Keperawatan Anak Program Studi Ilmu
Pada kelompok kontrol terjadi penurunan Keperawatan Universitas Riau, Indonesia
keparahan batuk namun tidak signifikan 3
berdasarkan hasil uji t dependent menunjukkan Rismadefi Woferst: Dosen Departemen
tidak terdapat signifikansi dengan nilai p (0,134) Keperawatan Medikal Bedah Program
> α (0,05). Hasil uji t independent dimana Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau,
diperoleh p (0,001) < α (0,05). Hal ini berarti Indonesia.
terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-
rata tingkat keparahan batuk anak pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
sesudah diberikan minuman jahe madu.
DAFTAR PUSTAKA
SARAN
1. Bagi pelayanan kesehatan Badan Pusat Statistik (2010). Sensus penduduk
Bagi pelayanan kesehatan disarankan 2010 Propinsi Riau. Diperoleh tanggal,
untuk dapat menjadikan hasil penelitian ini 14 juli 2014 dari
sebagai salah satu intervensi keperawatan http://sp2010.bps.go.id/index.php/site?id
pada anak yang menagalami batuk. =1400000000&wilayah=Riau.
2. Bagi perkembangan ilmu keperawatan Dahlan, M. S. (2009). Statistik untuk kedokteran
Bagi perkembangan Ilmu Keperawatan dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
khususnya tenaga pengajar dan pelajar Departemen Kesehatan RI. (2010). Kejadian
disarankan untuk dapat memakai hasil penyakit ISPA pada balita. Diperoleh
penelitian ini sebagai salah satu sumber tanggal 7 Oktober 2013 dari
informasi mengenai perbandingan efektifitas http://www.depkes.go.id/index.php?vw=
pemberian minuman jahe madu terhadap 2&id=2086.
keparahan batuk anak dengan ISPA sehingga Departemen Kesehatan RI. (2002).Pedoman
dapat dijadikan sebagai salah satu terapi pemberantasan penyakit infeksi saluran
alternatif. pernapasan akut untuk penanggulangan
3. Bagi masyarakat pnemonia pada balita. Jakarta: Dirjen
Bagi masyarakat khususnya ibu yang PPM & PLP.
anaknya mengalami batuk disarankan untuk Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru (2012). Data
dapat mengaplikasikan minuman jahe madu penemuan penyakit ISPA. Pekanbaru:
sebagai salah satu metode pengobatan Dinkes Kota Pekanbaru.
alternatif untuk mengurangi batuk pada anak. Elyana, M. & Candra, A. (2008). Hubungan
4. Bagi peneliti selanjutnya frekuensi ispa dengan status gizi balita.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan Diperoleh tanggal 1 juni 2014 dari
tambahan informasi untuk mengembangkan http://ejournal.undip.ac.id/index.php/acta
nutrica/article/view/4859.
6