Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KELOMPOK M.

K KEPERAWATN JIWA II
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ISOLASI SOSIAL

Tahun Akademik 2017/2018


Kelas B

DISUSUN OLEH : KELOMPOK II

Dwi Handayani 201713007

Yulia Nurhayati 201713018


Imam Hambali 201713028

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JAYAKARTA


PKP DKI JAKARTA
2018
BAB I

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian

Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Twondsend, 1998 dikutip Nita Fitria, 2009).

Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain (Pawlin, 1993 dikutip Budi Keliat, 2011).

Menurut Depkes RI tahun 2000 kerusakan interaksi sosial merupakan suatu gangguan
hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang
menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial
(Nita Fitria, 2009).

B. Etiologi

1. Faktor Predisposisi

a. Faktor Perkembangan

Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan sosial berkembang sesuai dengan
proses tumbuh kembang mulai dari usia bayi sampai dewasa lanjut untuk dapat
mengembangkan hubungan social yang positif, diharapkan setiap tahap perkembangan dilalui
dengan sukses. Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan respon sosial
maladaptif.

b. Faktor Biologis

Faktor genetic dapat berperan dalam respon social maladaptif.

c. Faktor Sosiokultural

Isolasi sosial merupakan factor utama dalam gangguan berhubungan. Hal ini diakibatkan oleh
norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, tidak mempunyai anggota
masyarakat yang kurang produktif seperti lanjut usia, orang cacat dan penderita penyakit
kronis. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku dan system nilai yang berbeda
dari yang dimiliki budaya mayoritas.
d. Faktor dalam Keluarga

Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantar seseorang dalam gangguan berhubungan,
bila keluarga hanya menginformasikan hal- hal yang negative dan mendorong anak
mengembangkan harga diri rendah. Adanya dua pesan yang bertentangan disampaikan pada
saat yang bersamaan, mengakibatkan anak menjadi enggan berkomunikasi dengan orang lain.

2. Faktor Presipitasi

a. Stress sosiokultural

Stres dapat ditimbulkan oleh karena menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari
orang yang berarti, misalnya karena dirawat di rumah sakit.

b. Stress psikologi

Ansietas berat yang berekepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan


untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang dekat atau kegagalan orang lain
untuk memenuhi kebutuhan ketergantu7ngan dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi.

(Ernawati, dkk, 2009)

C. Tanda dan Gejala

1. Menyendiri di ruangan

2. Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata

3. Sedih, efek datar

4. Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya

5. Berpikir menurut pikirannyasendiri, tindakan berulang dan tidak bermakna

6. Mengekspresikan penolakan atau kesepian kepada orang lain

7. Tidak ada asosiasi antara ide satu dengan lainnya

8. Menggunakan kata- kata simbolik

9. Menggunakan kata yang tidak berarti

10. Kontak mata kurang/ tidak mau menatap lawan bicara


11. Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun, berdiam diri

(Farida, Yudi Hartono, 2010)

D. Rentang Respon

Hubungan dengan orang lain dan lingkungan menimbulkan respon sosial pada individu

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Kesepian

Manipulatif Menarik Diri

Otonomi Impulsif

Respon Adaptif :

Respon individu dalam menyelesaikan masalah yang masih dapat diterima oleh norma - norma
sosial dan budaya yang umum berlaku (masih dalam batas normal), meliputi :

Menyendiri : respon seseorang untuk merenungkan apa yg telah dilakukan diilingkungan sosial
dan juga suatu caralmengevaluasi diri untuk menentukan langkah berikutnya.langkah
berikutnya.

 Otonomi : Kemampuan individu menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,


perasaan dlm hubungan sosialpikiran, perasaan dlm hub sosial
 Kebersamaan : indivud mampu saling memberi dan menerima.

Respon Maladaptif :

Respon individu dalam penyelesaian masalah menyimpang dari norma – norma sosial dan
budaya lingkungannya, meliputi :

 Manipulasi : orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah
pengendalian orang lain dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan,
bukan pada orang lain.diri sendiri atau tujuan, bukan pada orang lain
 Impulsif : individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar
daripengalaman, tidak dapat diandalkanpengalaman, tidak dapat diandalkan
 Narkisisme : harga diri yang rapuh, secara terussmenerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan pujian, sikap egosentris, pencemburu, marah jika orang lain tidak
mendukung.orang lain tidak m’dukung

E. Proses terjadinya

Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi sosial
yang disebabkan eleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami klien dengan latar belakang
yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan.

Perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam mengembangkan berhubungan
dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam
aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Klien semakin
tenggelam dalam perjalinan terhadap penampilan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku
yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut halusinasi (Stuart dan Sudden
1998 dalam Dalami, dkk 2009, hal. 10).

E. Tanda Dan Gejala

Menurut Towsend.M.C (1998:192-193) dan Carpenito,L.J.(1998:381) Isolasi sosial: Menarik


diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut : kurang spontan, apatis, ekspresi
wajah tidak berseri, tidak memperhatikan kebersihan diri, komunikasi verbal kurang,
menyendiri, tidak peduli lingkungan, asupan makanan terganggu, retensi urine dan feses,
aktivitas menurun, posisi baring seperti fetus, menolak berhubungan dengan orang lain

F. Masalah Keperawatan

1. Isolasi sosial : menarik diri

2. Perubahan sensori persepsi : halusinasi

3. Kekerasan, resiko tinggi

4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

5. Motivasi perawatan diri kurang

6. Defisit perawatan diri


7. Koping keluarga inefektif : ketidak mampuan keluarga untuk merawat klien di rumah
(Keliat,B.A,2005:201)

G. Pohon Masalah

Resiko perubahan sensori persepsi : Halusinasi

( Core problem ) Gangguan konsep diri :

Harga diri rendah

H. Diagnosa Keperawatan

1. Isolasi sosial : menarik diri

2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

3. Resiko perubahan persepsi sensori : Halusinasi (Kelliat,2005) Isolasi sosial : Menarik diri
BAB II

TINJAUAN KASUS

Nn. M (22 th) dibawa oleh keluarganya ke RSJ Selalu Sehat pada tanggal 23 Maret 2018
dengan alasan klien mengalami perubahan perilaku yaitu tidak mau berbicara, tidak mau makan
dan mengurung diri dikamar. Menurut ibu klien, Nn. M merupakan anak ke pertama dari dua
bersaudara dan klien sebelumnya sudah pernah dirawat di RSJ pada tahun 2013 dengan
masalah klien mengurung diri dikamar dan kadang ngomong sendiri dikarenakan ditinggal oleh
pacarnya tetapi pada saat itu keadaan klien sudah baik keadaannya sehingga diperbolehka
pulang dan sempat berekerja sebagai penjaga toko.

Menurut keluarga Nn. M mulai mengalami perubahan kembali sejak di tinggal menikah oleh
calon suaminya yang menikah dengan sahabat Nn. M dan ini kejadian yang kedua kalinya.
Menurut ibu klien pada saat itu klien merasa terpukul dan pernah mengatakan mengapa dia
selalu gagal dan merasa wanita yang tidak sempurna dan tidak secantik sahabatnya, ia merasa
malu pada dirinya sendiri karena kejadian tersebut. Mulai semenjak kejadian tersebut Nn. M
mulai berubah lebih banyak sendiri, mengurung diri dikamar dan melalaikan kegiatan sehari
hari.

Pada saat perawat melakukan pengkajian, klien lebih banyak menghindar pada saat di ajak
interaksi, lebih banyak menunduk pada saat interaksi, tidak bisa memulai pembicaraan, lebih
banyak diam pada saat diberikan pertanyaan, senangnya menyendiri dipojok ruangan. Klien
mengatakan dulu ia pernah mendengarkan suara suara yang menyuruhnya lari tapi sekarang
tidak ada. Klien mengatakan tak ada gunanya punya teman

Data Fokus
A. Data Subyektif
1. Klien mengatakan dulu pernah mendengarkan suara-suara yang menyuruhnya lari tapi
sekarang sudah tidak ada
2. Klien mengatakan tidak ada gunanya punya teman apa lagi teman dekat
3. Klien mengatakan lebih senang sendiri
4. Keluarga mengatakan sebelumnya klien pernah di rawat di RSJ tahun 2013 dengan
masalah klien sering mengurung diri di kamar dan kadang ngomonh sendiri di karenakan
di tinggal oleh pcarnya
5. Ibu klien mengatakan klien mengatakan selalu gagal dan merasa tidak sempurna dan
tidak secantik sahabatnya

B. Data Obyektif
1. Saat pengkajian klien lebih banyak menghindar saat di ajak interaksi
2. Klien lebih banyak menunduk saat interaksi
3. Klien lebih sering menyendiri di pojok ruangan
4. Klien tidak bias memulai pembicaraan
5. Klien lebih banyak diam saat diberikan pertanyaan

Pohon Masalah

Perubahan Persepsi Sensorti : Halusinasi => Effect

Isolasi Sosial : Menarik Diri => Core Problem

Gangguan Konsep Diri => Harga Diri Rendah =>


A. ANALISA DATA
NO ANALISA DATA MASALAH

1 Ds : Isolasi sosial
Klien mengatakan tak ada gunanya
punya teman

Do :
1. Klien lebih banyak berdiam diri
2. Klien lebih banyak menunduk pada
saat interaksi
3. Klien lebih seneng menyendiri
dipojok ruanagan
4. Klien tidak mau makan dan
mengurung di kamar
5. Klien tidak pernah memulai
pembicaraan, maupun perkenalan
2 DS : Halusinasi
Klien mengatakan dulu ia pernah
mendengarkan suara suara yang
menyuruhnya lari tapi sekarang tidak
ada
DO :
- Klien sering menyendiri
- Klien terkadang berbicara
sendiri
- Klien sering bengong / melamun
3 Ds :
1. Klien mengatakan mengapa dia selalu
gagal dan merasa wanita yang tidak
sempurna dan tidak secantik
sahabatnya,
2. klien mengatakan merasa malu pada
dirinya sendiri karena kejadian
tersebut.
Do :
1. klien lebih banyak menunduk saat
berinteraksi
2. klien lebih banyak

Diagnosa Keparawatan
1. Resiko Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
2. Gangguan Interaksi Sosial: Isolasi Sosial
3. Menarik Diri : Harga Diri Rendah
INTERVENSI KEPERAWATAN
DX. Keperawatnan Rencana
N Tindakan Keperawatan
O
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

1. Isolasi Sosial TUM : Klien mampu Setelah 2 X interaksi klien 1. Bina hubungan saling
berinteraksi dengan menunjukan tanda-tanda percaya dengan :
orang lain percaya kepada atau a) beri salam setiap
terhadap perawat : berinteraksi
b) Perkenalkan nama,
1. Wajah cerah,
TUK 1 : Klien dapat nama panggilan
tersenyum
membina hubungan perawat, dan tujuan
saling percaya 2. Mau berkenalan perawat berkrnalan

3. Ada kontak mata c) Tanyakan dan


panggil nama
4. Bersedia menceritakan
kesukaan klien
perasaan
d) Tunjukan sikap jujur
5. Berseddia dan menepati janji
mengungkapkan setiap kali
masalahnya berinteraksi
e) Tanyakan perasaan
dan masalah yang
dihadapi klien
f) Buat kontrak
interaksi yang jelas
g) Dengarkan dengan
penuh perhatian
ekspresi perasaan
klien
TUK 2 : Setelah 2 kali interaksi 1.Tanyakan pada klien
tentang :
klien dapat menyebutkan
Klien mampu
minimal satu penyebab a) Orang yang tinggal
menyebutkan serumah atau dengan
menarik diri : sekamar klien
penyebab tanda dan
b) Orang yang paling
gejala isolasi sosial 1. Diri Sendiri
dekat ddengan klien
2. Orang lain dirumah atau
3. Lingkungan diruangan perawatan
c) Apa yang membuat
klien dekat dengan
orang tersebut
d) Orang yang tidak dekat
dengan klien dirumah
atau diruangan perawat
e) Apa yang membuat
klien tidak dekat
dengan orang tersebut
f) Upaya yang sudah
dilakukan agar dekat
dengan orang tersebut
2. Diskusikan dengan
klien penyebab
menarik diri / tidak
mau bergaul dengan
orang lain
3. Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaanya

TUK 3 : Setelah 2 X interaksi 1. Tanyakan pada klien


dengan klien dapat tentang:
Klien mampu menyebutkan keuntungan
a) Manfaat hubungan
menyebutkan keuntungan berhubungan sosial,
misalnya : sosiial
berhubungan sosial dan
1. Banyak teman b) Kerugian menarik diri
kerugian menarik diri
2. Tidak kesepian 2. Diskusikan bersama
3. Saling menolong klien tentang manfaat
berhubungan sosial
Dan kerugian menarik diri
dan kerugian menarik
misalnya :
diri
1. Sendiri 3. Beri pujian terhadap
2. Kesepian kemampuan klien
3. Tidak bisa mengungkapkan
diskusi perasaannya

TUK 4 : Setelah 2 X interaksi klien 1. Observasi perilaku klien


dapat melaksanakan tentang berhubungan
Klien dapat
sosial
melaksanakan hubungan hubungan soosial secara 2. Beri motivasi dan
sosial secara bertahap
bertahaap dengan : bantuu klien untuk
berkenalan /
1. Perawat berkomunikasi dengan
perawat lain, klien lain,
2. Perawat lain
kelompok
3. Kelompok 3. Libatkan klien dalam
terapi aktivitas
kelompok sosialisasi
4. Diskusikan jadwal
harian yang dilakukan
untuk meningkatkan
kemampuan klien
bersosialisasi
5. Beri motivasi klien
untuk melakukan
kegiatan sesuai jadwal
yang telah dibuat
6. Beri pujian terhadap
kemampuan klien
memperluas
pergaulanya melalui
aktifitas yang
dilaksanakan

TUK 5 : 5.Setelah 2X interaksi 1. Diskusikan dengan


klien dapat menyebutkan klien tentang
Klien mampu
perasaanya setelah perasaanya setelah
menjelaskan perasaanya
berhubungan sosial berhbungan sosial
setelh berhubungan
dengan: dengan :
sosial
a. Orang lain
1. Orang lain
b. Kelompok
Kelompok 2. Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaaanya

TUK : 6 1. Setelah 2X kali 1. Diskusikan pentingya


pertemuan, keluarga peran serta
Klien mendapat
dapat menjelaskan : keluarganay sebagai
dukungan keluarga
a. pengertian menarik diri pendukung untuk
dalam memperluas
b. tanda dan gejala mengatasi perilaku
hubyngan sosial
menarik diri menarik diri.
c. penyebab dan akibat 2. Diskusikan potensi
menarik diri keluarga untuk
d. cara merawat klien membantu klien
menarik diri mengatasi perilaku
menarik diri
3. Jelaskan pada keluarga
tentang :
a. pengertian menarik
2.Setelah 2X pertemuan, diri.
keluarga dapat b. tanda dan gejala
mempraktekkan cara menarik diri
c. penyebab dan akibat
merawat klien menarik diri menarik diri
d. cara merawat klien
menarik diri
4. Latih keluarga cara
merawat klien
menarik diri
5. Tanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatihkan
6. Beri motivasi
keluarga agar
membantu klien
bersosialisasi
7. Beri pujian pada
keluarga atas
keterlibatannya
merawat klien
dirumah sakit
TUK 7 : 1. Setelah 2X interaksi 1. Diskusikan dengan
Klien dapat klien menyebutkan : klien tentang manfaaat
memanfaatkan obat a. manfaat minum obat dan kerugian tidak
dengan baik
b. kerugian tidak minum obat, nama,
meminum obat warna, dosis, cara,
c. nama, warna, dosis, efek terapi, dan efek
efek terapi, efek samping penggunaan
samping obat obat.
2. Pantau klien saat
penggunaan obat
2. Setelah...kali interaksi 3. Beri pujian jika klien
klien menggunakan obat
mendemonstrasikan dengan benar
penggunaan obat 4. Diskusikan berhenti
dengan benar minum obat tanpa
konsultasi dengan
dokter
3. Setelah...kali interaksi 5. Anjurkan klien untuk
klien dapt konsultasi kepada
menyebutkan akibat dokter atau perawat
berhenti minum obat jika terjadi hal-hal
tanpa konsultasi dokter yang tidak diinginkan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN

NAMA : Ny. M RUANGAN : NO. RM :

NO IMPLEMENTASI EVALUASI NAMA/PARAF


1 Pertemuan 1 sp 1 S:
1. Membina hubungan saling 1. Klien mengatakan namanya
percaya nn. M dan senang di
2. Mengidentifikasi penyebab panggil Nn. M
isolasi sosial 2. Klien mengatakan males
3. Berdiskusi dengan pasien berinteraksi dengan pasien
tentang keuntungan lain karena tidak ada
berinteraksi dengan orang keuntungannya
lain dan kerugian tidak 3. Klien mengatakan jika
berinteraksi dengan oerang banyak teman menambah
lain dan kerugian tidak wawasan
berinteraksi dengan orang 4. Klien mengatakan jika ad
lain temen merasa kesepian
4. Mengajarkan cara 5. Pesien mengatakan
berkenalan dengan orang perasaan senang setelah
lain belajar cara berkenalan dan
menambah ilmu
O:

1. Klien tampak menyendiri


2. Klien lebih banyak
menunduk saat berinteraksi
3. Klien tidak mampu
memulai pembicaraan
4. Klien mulai
mempraktekkan cara
berkenalan
A:
SP 1 ISOSLASI SOSIAL
teratasi
1. klien mampu menyadari
penyebab isolasi sosial
2. klien mampu menjelaskan
keuntungan dan kerugian
tidak berinteraksi dengan
orang lain
3. klien mampu
mempraktekkan cara
berkenalan dengan orang
lain

P:
PP : Evaluasi Sp 1 isolasi sosial
jika berhasil di lanjutkan
SP 2 Isolasi sosial
PK : Latihan cara berkenalan
dan memasukkan kedalam
jadwal harian klien
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN
KOMUNIKASI KEPERAWATAN
SP I ISOLASI SOSIAL

A. KONDISI KLIEN
Nn. M (22 th) dibawa oleh keluarganya ke RSJ Selalu Sehat pada tanggal 23 Maret 2018
dengan alasan klien mengalami perubahan perilaku yaitu tidak mau berbicara, tidak mau
makan dan mengurung diri dikamar. Menurut ibu klien, Nn. M merupakan anak ke pertama
dari dua bersaudara dan klien sebelumnya sudah pernah dirawat di RSJ pada tahun 2013
dengan masalah klien mengurung diri dikamar dan kadang ngomong sendiri dikarenakan
ditinggal oleh pacarnya tetapi pada saat itu keadaan klien sudah baik keadaannya sehingga
diperbolehka pulang dan sempat berekerja sebagai penjaga toko.
Menurut keluarga Nn. M mulai mengalami perubahan kembali sejak di tinggal menikah
oleh calon suaminya yang menikah dengan sahabat Nn. M dan ini kejadian yang kedua
kalinya. Menurut ibu klien pada saat itu klien merasa terpukul dan pernah mengatakan
mengapa dia selalu gagal dan merasa wanita yang tidak sempurna dan tidak secantik
sahabatnya, ia merasa malu pada dirinya sendiri karena kejadian tersebut. Mulai semenjak
kejadian tersebut Nn. M mulai berubah lebih banyak sendiri, mengurung diri dikamar dan
melalaikan kegiatan sehari hari.
Pada saat perawat melakukan pengkajian, klien lebih banyak menghindar pada saat di
ajak interaksi, lebih banyak menunduk pada saat interaksi, tidak bisa memulai pembicaraan,
lebih banyak diam pada saat diberikan pertanyaan, senangnya menyendiri dipojok ruangan.
Klien mengatakan dulu ia pernah mendengarkan suara suara yang menyuruhnya lari tapi
sekarang tidak ada. Klien mengatakan tak ada gunanya punya teman

ANALISA DATA
Data Subjektif :
- Klien mengatakan tidak ada gunanya punya teman
- Klien mengatakan dulu pernah mendegar suara – suara yng menyuruhnya untuk lari
Data Objektif :
- Klien tampak sering mengurung diri
- Klien tidak mau berbicara dan lebih banyak diam
- Klien terlihat menghindar saat di ajak berbicara
- Klien tampak menunduk pada saat interaksi
- Klien nampak menyendiri di pojok ruangan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Isolasi Sosial

C. Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat menyadari penyebab isolasi sosial
3. Klien dapat berinteraksi dengan orang lain

D. Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya
1. Mengucapkan salam tiap kali berinteraksi dengan Klien
2. Berkenalan dengan Klien : perkenalkan nama, nama panggilan anda, nama dan
nama panggilan Klien
3. Menanyakan perasaan dan keluhan Klien saat ini
4. Buat kontrak : tujuan, berapa lama/waktu, dan tempatnya dimana
5. Jelaskan bahwa anda merahasiakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan
terapi
6. Setiap saat tunjukan sikap empati terhadap Klien
7. Penuhi Kebutuhan Klien bila memungkinkan
b. Membantu Klien mengenal penyebab isolasi sosial
1. Menanyakan pendapat Klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain
2. Menanyakan apa yang menyebabkan Klien tidak ingin berinteraksi
c. Membantu Klien mengenali keuntungan dari membina hubungan dengan orang lain
lakukan dengan cara mendiskusikan keuntungan jika Klien memiliki banyak teman dan
bergaul akrab dengan mereka
d. Membantu Klien mengenali kerugian dari tidak membina hubungan
Lakukan dengan cara:
1. mendiskusikan kerugian jika Klien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan
orang lain
2. Menjelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap keshatan fisik klien
e. Membantu Klien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap dengan cara:
1. Beri kesempatan Klien mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain yang
dilakukan dihadapan anda
2. Mulailah bantu Klien berinteraksi dengan satu orang (anggota keluarga atau tetangga)
3. Bila Klien sudah menunjukan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan dua, tiga,
empat, dan seterusnya.
4. Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilkukan oleh Klien
5. Setiap mendengarkan ekspresi perasaan Klien setelah berinteraksi dengan orang lain

Orientasi:
“Selamat pagi, mbak M !”
“Perkenalkan saya perawat A, saya senang dipanggil A, saya bertugas disini untuk merawat
bapak dari pukul 07.00 – 14.00”
“Siapa nama Mbak ?, senang dipanggil apa ?”
“Boleh saya tahu keluhan mbak M hari ini ? Bagaimana kalau kita bercakap – cakap tentang
keluarga dan teman – teman mbak M ?
“Mau dimana kita bercakap – cakap ? Bagaimana kalau di sini saja ?”
“Untuk waktunya bagaimana kalau 30 menit ?”
“Nah, tujuannya adalah agar mbak M tidak merasa sendirian dan kesepian”
Kerja :
“Siapa saja yang tinggal serumah dengan mbak M ? Kepada siapa mbak M merasa paling
nyaman saat bercakap – cakap di rumah ? Siapa yang jarang bercakap – cakap dengan mbak
M ? Apa yang menyebabkan Mbak M jarang bercakap – cakap dengan nya ?”
“Apa saja kegiatan yang biasa Mbak M lakukan dengan teman ?
“Apa yang menjadi penghambat mbak M dalam berteman atau bercakap – cakap dengan
Klien lain?”
“Menurut Mbak M , apa saja keuntungan jika kita mempunyai teman ?..... Iya benar, ada
teman untuk bercakap – cakap. Ada lagi ?.....Iya benar, kita bisa berbagi dengan orang lain.
Nah, kalau kerugian kita tidak mempunyai teman apa ya,Mbak M ?...... Iya benar, sepi
sendiri. Apalagi kira – kira kerugiannya, Mbak M ?.... terasa di kucilkan. Ada lagi yang lain
?.... ya..benar, bosan. Ternyata banyak juga ya kerugiannya, kalau tidak mempunyai teman.
Kalau begitu inginkah Mbak M belajar bergaul dengan orang lain ?”
“Bagus…. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain. Baik, jadi
caranya, kita perkenalkan nama kita dan nama panggilan, kemudian sebutkan asal dan juga
hobi kita. Misalnya : Nama saya M, senang dipanggil M, saya berasal dari Jawa , hobi saya
menulis. Selanjutnya Mbak M menanyakan identitas orang yang diajak berkenalan tadi.
Misalnya : Nama Mbak siapa? Asal dari mana? Dan hobi nya apa?
“Sekarang kita coba ya. Ayo mbak M ajak orang itu berkenalan saja.”
“Wah bagus sekali, coba sekali lagi, luar biasa…. Mbak bisa melakukannya dengan sangat
baik.”
“Nah, setelah mbak M berkenalan dengan orang tersebut,Mbak dapat melanjutkan
percakapan tentang hal – hal lain yang menyenangkan untuk dibicarakan, misalnya tentang
cuaca, keluarga, pekerjaan, dan sebagainya.”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan mbak M setelah kita latihan berkenalan tadi?”
“Mbak M tadi sudah mempraktekan cara berkenalan dengan sangat baik. Coba Mbak M
sebutkan kembali cara untuk berkenalan itu seperti apa ?... .Iya betul sekali !!
“Selanjutnya, Mbak M dapat mengingat – ingat apa yang kita pelajari untuk dapat
melakukannya kembali jika ingin berkenalan dengan yang lainnya. Sehingga Mbak M siap
untuk berkenalan dengan orang lain. Mbak M mau mencoba mempraktekannya kepada
pasien lain ?, Mau… .kira – kira kapan mau mencobanya ?, baiklah mari kita masukkan
pada jadwal kegiatan harian Mbak M ”
“Besok pagi pukul 10 saya akan datang ke sini untuk mengajak Mbak M berkenalan dengan
teman saya, Suster R namanya. Bagaimana, apakah Mbak M bersedia ? Baiklah, kalau
begitu sekarang saya pamit dulu, sampai berjumpa besok pagi, selamat pagi”

Anda mungkin juga menyukai