Niniek Anggriani
PENERBIT
YAYASAN HUMANIORA
iii
Oleh : Niniek Anggriani
Edisi Pertama
Cetakan Pertama, 2009
Penerbit :
Yayasan Humaniora
Jl.
Melati
gang
Apel
No. 6
Klaten
57412
E-mail : humaniorapenerbit@yahoo.co.id
Anggriani, Niniek
v
ISBN : 978-979-3327-76-1
1. ARSITEKTUR I. Judul
Sanksi Pelanggaran pasal 44 :
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982
vi
KATA PENGANTAR
Surabaya,
Juni 2009
Penulis
vii
DAFTAR ISI
viii
2.6. Zona Tanaman/Perabot Jalan 23
2.7. Zona Pinggir Jalan 23
2.8. Standar Penyediaan Pelayanan Ruang Pejalan Kaki 23
2.9. Fasilitas Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki 26
2.10. Marka Untuk Penyeberangan 28
2.11. Penyeberangan di Tengah Ruas 29
2.12. Penyeberangan di Persimpangan 31
2.13. Fasilitas Sarana Ruang Pejalan kaki 33
2.13.1. Drainase 33
2.13.2. Jalur hijau 34
2.13.3. Lampu Penerangan 34
2.13.4. Tempat Duduk 35
2.13.5. Pagar pengaman 36
2.13.6. Tempat Sampah 36
2.14. Marka, Perambuan, Papan Informasi (Signage) 37
2.15. Halte/Shelter Bus dan Lapak Tunggu 37
2.16. Telepon Umum 38
BAB 3 KEBERADAAN JALUR PEDESTRIAN 43
TERHADAP
KENYAMANAN
3.1. Kenyamanan 43
3.2. Pejalan Kaki 50
3.3. Trotoar 52
3.4. Jalan Protokol 53
3.5. Katagori dan Fasilitas Pejalan Kaki 63
3.6. Penggolongan Jalur Pedestrian 65
3.7. Penempatan Jalur Pedestrian 66
3.8. Dimensi dan Perletakan Jalur Pedestrian 67
BAB 4 PENDUKUNG JALUR PEDESTRIAN 71
4.1. Elemen-Elemen Jalur Pedestrian 71
4.2. Sirkulasi Kendaraan Bermotor 75
BAB 5 PRASARANA RUANG PEJALAN KAKI 77
5.1. Ukuran dan Dimensi 77
5.2. Jalur Pemandu 80
5.3. Jenis Material 84
5.4. Jenis Material Permukaan 84
5.5. Jenis Material untuk Permukaan Dekoratif 84
5.6. Fasilitas Difabel 85
ix
5.7. Tipe Fasilitas Difabel 86
5.8. Aktivitas Pemanfaatan Ruang yang Diperbolehkan 89
x
Aktivitas Pemanfaatan Ruang yang Dilarang 89
Fasilitas Bersepeda 91
Kedudukan Rencana Ruang Pejalan Kaki 95
Kriteria Kawasan yang Diprioritaskan 95
Mekanisme Pelaksanaan Penyediaan Ruang
Pejalan 99 Kaki
Penyusunan Rencana Teknis 99
Peran Masyarakat 101
DAFTAR PUSTAKA 103
TENTANG PENULIS 105
x
BAB
1
PERANCANGAN KOTA
Ruang Kota
2
Perancangan Kota
3
Perancangan Kota
5
Perancangan Kota
7
Perancangan Kota
9
Perancangan Kota
1
1
Perancangan Kota
1
2
Perancangan Kota
1
3
BAB
2
PEMBENTUKKAN JALUR PEDESTRIAN
DALAM LINGKUNGAN KOTA
Jalur Pedestrian
11
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
13
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
Prinsip Perencanaan
15
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
16
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
18
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
19
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
20
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
21
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
23
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
20
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
Potongan
7 m
7.75 m
Denah
21
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
22
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
23
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
24
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
25
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
27
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
a) LOS A
Jalur pejalan kaki
seluas >5,6
m2/pedestrian,
besar arus pejalan
kaki <16
pedestrian/menit/m
eter. Pada ruang
pejalan kaki
dengan LOS A
orang dapat
berjalan dengan
bebas, para pejalan
kaki dapat
menentukan arah
berjalan dengan
bebas, dengan
kecepatan yang
relatif cepat tanpa
menimbulkan
gangguan antar
sesama pejalan
kaki.
b) LOS B
Jalur pejalan kaki
seluas 5,6
m2/pedestrian,
besar arus pejalan
kaki >16-23
pedestrian/menit/m
eter. Pada LOS B,
ruang pejalan kaki
masih nyaman
untuk dilewati
28
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
dengan kecepatan
yang cepat.
Keberadaan pejalan
kaki yang lainnya
sudah mulai
berpengaruh pada
arus pedestrian,
tetapi para pejalan
kaki masih dapat
berjalan dengan
nyaman tanpa
mengganggu
pejalan kaki
lainnya.
c) LOS C
Jalur pejalan kaki
seluas >2,2–3,7
m2/pedestrian,
besar arus pejalan
kaki >23-33
pedestrian/menit/m
eter. Pada LOS C,
ruang pejalan kaki
masih memiliki
kapasitas normal,
para pejalan kaki
dapat bergerak
dengan arus yang
searah secara
normal walaupun
pada arah yang
berlawanan akan
terjadi
persinggungan
kecil. Arus pejalan
kaki berjalan
29
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
dengan normal
tetapi
30
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
relatif lambat
karena keterbatasan
ruang antar pejalan
kaki.
d) LOS D
Jalur pejalan kaki
seluas >1,1–2,2
m2/pedestrian,
besar arus pejalan
kaki >33-49
pedestrian/menit/m
eter. Pada LOS D,
ruang pejalan kaki
mulai terbatas,
untuk berjalan
dengan arus normal
harus sering
berganti posisi
dan merubah
kecepatan. Arus
berlawanan pejalan
kaki memiliki
potensi untuk dapat
menimbulkan
konflik. LOS D
masih
menghasilkan arus
ambang nyaman
untuk
pejalan kaki tetapi
berpotensi
timbulnya
persinggungan dan
interaksi antar
pejalan kaki.
31
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
e) LOS E
Jalur pejalan kaki
seluas >0,75–1,4
m2/pedestrian,
besar arus pejalan
kaki >49-75
pedestrian/menit/m
eter. Pada LOS E,
setiap pejalan kaki
akan memiliki
kecepatan yang
sama, karena
banyaknya pejalan
kaki yang ada.
Berbalik arah, atau
berhenti akan
memberikan
dampak pada arus
secara langsung.
Pergerakan akan
relatif lambat dan
tidak teratur.
Keadaan ini mulai
tidak nyaman
untuk dilalui tetapi
masih merupakan
ambang bawah dari
kapasitas rencana
ruang pejalan kaki.
32
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
f) LOS F
Jalur pejalan kaki
seluas <0,75
m2/pedestrian,
besar arus pejalan
kaki beragam
pedestrian/menit/m
eter. Pada LOS F,
kecepatan arus
pejalan kaki sangat
lambat dan
terbatas.
Akan sering terjadi
konflik dengan pa
ataupun berlawanan.
Untuk berbalik
mungkin dilakukan.
Karakter ruang p
berjalan sangat pelan
dan mengantri.
pelayanan yang
sudah tidak nyaman
dan sudah tid ruang
pejalan kaki.
34
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
digunakan apabila:
Jenis jalur penyeberangan tidak dapat
menggunakan penyeberangan zebra.
Pelikan sudah menganggu lalu lintas kendaraan yang
ada.
36
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
38
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
atau perkantoran).
d) Rambu-rambu peringatan harus dipasang sebelum
lokasi untuk memperingatkan pada pengendara
bermotor akan adanya aktifitas penyeberangan.
e) Penyeberangan dan rambu-rambu harus memiliki
penerangan jalan yang cukup.
40
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
adanya penyeberang.
b) Berada pada jarak 180 meter dari titik
penyeberangan yang lain, kecuali pada pusat
kota/Central Bussiness District (CBD) atau lokasi
yang sangat memerlukan penyeberangan.
c) Pada jalan dengan batasan kecepatan di atas 72 km/jam.
31
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
Penyeberangan di Persimpangan
Sub Arteri
Dua Jalur B ABB
Satu Jalur BA B
B
Kolektor
Satu Jalur C B B A
Lingkungan
Satu Jalur C CCC
Sumber: Diadaptasi dari Road Traffic Authority
(RTA)1981, halaman 2.2.IB
A = Layak
B
S
e
m
i
33
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
L
a
y
a
k
T
i
d
a
k
L
a
y
a
k
Beberapa kriteria
rancangan untuk
tempat
penyeberangan
dengan batasan
34
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
dipertengahan dapat
dilihat pada gambar
berikut:
Gambar 2.14 Ruang Pemberhentian
Pedestrian yang Diturunkan
pembatas
Penyed iaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perko taan
20
35
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
Drainase
36
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
37
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
Jalur hijau
Lampu Penerangan
38
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
Tempat Duduk
39
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
Pagar pengaman
Tempat Sampah
40
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
beton cetak.
41
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
Telepon Umum
43
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
44
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
46
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
40
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
41
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
Ramp Harus dapat Ramp dan Memiliki Memiliki penanda Terletak pada Ramp dan
dan digunakan olehmarka terletak derajat khusus berupa titik strategis marka
marka penyandang pada lokasi kemiringan yang pagar pembatas pada arus difable
penyan cacat dalam meapyanig aman sesuai standar ataupun garis pedestrian mengarah
- dang n c tujuan. dari sirkulasi kenyamanan berwarna. padat. pada titik
cacat kendaraan. (1:12). interaksi
(difable) sosial.
Jalur Pemilihan Terletak antara Memiliki vegetasi Memiliki vegetasi Vegetasi juga Vegetasi
hijau
jenis tanaman jalur pejalan peneduh pejalan dekoratif yang berupa peneduh
yang dapat kaki dan kaki untuk meningkatkan nilai pengarah pada yang lebih
berguna kendaraan. penurun iklim estetika ruang. ruang pejalan banyak
sebagai mikro. kaki. terletak pada
penunjuk arah. titik
interaksi
sosial.
Drainas Drainase harus Jaringan Jaringan drainase Material penutup Jaringan -
e
tidak mudah drainase harus selalu pada jaringan drainase
terlihat oleh tidak boleh terpelihara drainase harus memiliki titik -
pejalan kaki. menggangg kebersihannya agar selalu terpelihara titik akses
u permukaan tidak kebersihannya. pemeliharaan
ruang mengganggu yang mudah
pejalan kaki aktifitas dijangkau.
pejalan kaki
42
Pembentukkan Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota
43
BAB
3
KEBERADAAN JALUR PEDESTRIAN
TERHADAP KENYAMANAN
Kenyamanan
45
Keberadaan Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan
47
Keberadaan Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan
49
Keberadaan Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan
51
Keberadaan Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan
53
Keberadaan Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan
55
Keberadaan Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan
Pejalan Kaki
51
Keberadaan Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan
53
Keberadaan Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan
kendaraan.
Trotoar
55
Keberadaan Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan
Jalan Protokol
57
Keberadaan Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan
59
Keberadaan Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan
61
Keberadaan Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan
63
Keberadaan Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan
65
Keberadaan Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan
67
Keberadaan Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan
68
Keberadaan Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan
69
Keberadaan Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan
61
Keberadaan Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan
63
Keberadaan Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan
65
Keberadaan Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan
67
Keberadaan Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan
sebagainya.
Pola Tata Guna Lahan Pada daerah dengan
penggunaan
lahan campuran (mixed use) seperti yang banyak
ditemui di pusat kota, perjalanan dengan berjalan
kaki dapat dilakukan dengan lebih cepat dibanding
perjalanan dengan kendaraan bermotor karena
perjalanan dengan kendaraan bermotor sulit untuk
berhenti setiap saat.
69
Keberadaan Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan
71
Keberadaan Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan
73
Keberadaan Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan
75
Keberadaan Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan
76
Keberadaan Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan
77
Keberadaan Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan
78
Keberadaan Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan
70
BAB
4
PENDUKUNG JALUR PEDESTRIAN
panjang.
Halte bus - Kriteria : Terlindung dari cuaca (
panas atau hujan ). - Penempatan pada pinggir jalan
utama yang padat lalu lintas. - Panjang halte
minimum sama dengan panjang bus kota, yang
memungkinkan penumpang dapat naik atau turun
dari pintu depan atau pintu belakang.
Tanda petunjuk - Kriteria : Penyatuan tanda
petunjuk dengan lampu penerangan atau traffic light
akan lebih
73
Pendukung Jalur Pedestrian
75
Pendukung Jalur Pedestrian
77
Pendukung Jalur Pedestrian
79
Pendukung Jalur Pedestrian
80
BAB
5
PRASARANA RUANG PEJALAN KAKI
78
Prasarana Ruang Pejalan Kaki
79
Prasarana Ruang Pejalan Kaki
80
Prasarana Ruang Pejalan Kaki
81
Prasarana Ruang Pejalan Kaki
Jalur Pemandu
81
Prasarana Ruang Pejalan Kaki
83
Prasarana Ruang Pejalan Kaki
84
Prasarana Ruang Pejalan Kaki
85
Prasarana Ruang Pejalan Kaki
86
Prasarana Ruang Pejalan Kaki
Jenis Material
Fasilitas Difabel
89
Prasarana Ruang Pejalan Kaki
90
Prasarana Ruang Pejalan Kaki
91
Prasarana Ruang Pejalan Kaki
93
Prasarana Ruang Pejalan Kaki
permission)
95
Prasarana Ruang Pejalan Kaki
97
Prasarana Ruang Pejalan Kaki
Sirkulasi e
k n
90
Prasarana Ruang Pejalan Kaki
dKU
a K
r F
a
a
n
J
J a
a l
l u
u r
r
P
H e
i j
j
a
a
u l
a
n
K
a
k
i
91
Prasarana Ruang Pejalan Kaki
J
a
l
92
Prasarana Ruang Pejalan Kaki
Jalur Pe jalan
Kaki
Fasilitas Bersepeda
93
Prasarana Ruang Pejalan Kaki
94
Prasarana Ruang Pejalan Kaki
95
Prasarana Ruang Pejalan Kaki
97
Prasarana Ruang Pejalan Kaki
99
Prasarana Ruang Pejalan Kaki
10
1
Prasarana Ruang Pejalan Kaki
d) perumahan
e) industri
f) peruntukan campuran
d. Penyediaan ruang pejalan kaki harus bersifat
interzona dan intermoda, serta menjadi salah satu
syarat untuk memudahkan akses ke pusat-pusat
kegiatan.
Syarat penyediaan minimal adalah 300 – 400
meter dari halte transit atau sekitar 5-10 menit jika
ditempuh dengan berjalan kaki.
10
3
Prasarana Ruang Pejalan Kaki
10
5
Prasarana Ruang Pejalan Kaki
10
7
Prasarana Ruang Pejalan Kaki
101
Prasarana Ruang Pejalan Kaki
Peran Masyarakat
103
Prasarana Ruang Pejalan Kaki
104
DAFTAR PUSTAKA