Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD)

ARSITEKTUR PERKOTAAN

DOSEN :

INTAN KUSUMANINGAYU S.T., M.T.

NAMA MAHASISWA :

MAULANA ABUL RAHMAN

1441700097

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945SURABAYA
PENDAHULUAN

TOD Standard dibuat berdasarkan pengalaman bertahun-tahun dari banyak organisasi


di seluruh dunia termasuk ITDP sendiri. Dokumen ini mencoba memformulasikan pola
pembangunan yang memaksimalkan manfaat dari sistem angkutan umum, juga secara tegas
mengembalikan fokus pembangunan kepada penggunanya - manusia. Kami menyebutnya
sebagai “transit-oriented development” (TOD) atau “pembangunan berorientasi transit”, dan
hal ini menjadikan kunci pembeda dari ‘sekedar’ transit-adjacent development atau
pembangunan di sekitar transit, yang hanya menekankan pada lokasi pembangunan yang
bersebelahan dengan koridor dan atau stasiun angkutan umum massal.

TOD menyiratkan proses perencanaan dan perancangan berkualitas tinggi dari pola tata
ruang dan wilayah untuk mendukung, memfasilitasi, dan memprioritaskan tidak hanya
penggunaan angkutan umum, tapi juga moda transportasi yang paling mendasar yaitu
berjalan kaki dan bersepeda.
A. PENGERTIAN TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT

Transit oriented development atau disingkat TOD merupakan salah satu


pendekatanpengembangan kota yangmengadopsi tata ruang campuran atau dan
maksimalisasipenggunaan angkutan massal seperti busway (BRT), kereta apikota
(MRT), kereta api ringan (LRT), serta dilengkapi denganjaringan pejalan
kaki/sepeda. Dengan demikian perjalanan/tripakan di dominasi dengan menggunakan
angkutan umum yangterhubungkan langsung dengan tujuan perjalanan.
Tempatpemberhentian angkutan umum mempunyai kepadatan yangrelative tinggi
yang biasanya dilengkapi dengan fasilitas parker,khususnya parker sepeda.
Pengembangan TOD sangat maju dan telah menjadi trendikota kota besar
khususnya dikota baru yang besar sepertiTokyo dijepang, seoul korea, hongkong,
singapura, yangmemanfaatkan kereta api kota serta beberapa kota diamerikaserikat
dan eropa.
Pengembangan TOD sangat maju dan telah menjadi trend dikota-kota besar
khususnya di kawasan kota baru yang besar seperti Tokyo di Jepang, Seoul di Korea,
Hongkong, Singapura, yang memanfaatkan kereta api kota serta beberapa kota di
Amerika Serikat dan Eropa.
Pengembangan wilayah berbasis TOD belum banyak dilakukan di perkotaan
Indonesia. Rencana TOD di stasiun Manggarai belum terbukti sampai saat ini, begitu
juga dengan stasiun Kota dan Dukuh Atas di Jakarta. Namun, pengembangan TOD
yang masih terbatas sudah banyak dilakukan, namun tidak berdampak luas karena
tidak sinerginya ke-4 faktor, yaitu :
1. Mixed-use
2. High Density
3. Akses Kendaraan Tidak Bermotor
4. Dekat dengan Stasiun MRT/BRT
B. CIRI – CIRI TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT TOD

1. Penggunaan ruang campuran yang terdiri dari pemukiman, perkantoran, serta


fasilitas pendukung,
2. Kepadatan penduduk yang tinggi yang ditandai dengan bangunan apartemen,
condominium
3. Tersedia fasilitas perbelanjaan
4. Fasilitas kesehatan,
5. Fasilitas pendidikan
6. Fasilitas hiburan
7. Fasilitas olahraga
8. Fasilitas Perbankan

C. PRINSIP PRINSIP TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT TOD

1. Walk/Berjalan Kaki.
Seluruh ruas jalan di dalam area TOD mendukung berjalan kaki yang aman dan
lengkap, terlindungi dari matahari dan hujan. Termasuk akses langsung jalan
kaki ke setiap gedung.
2. Cycle/Bersepeda.
Jaringan infrastruktur bersepeda tersedia lengkap dan aman (terproteksi dari
kendaran bermotor), mulai dari akses menuju jalur sepeda hingga parkir sepeda
yang tersedia dalam jumlah cukup.
3. Connect/Menghubungkan.
Rute berjalan kaki dan bersepeda pendek (lebih pendek dari rute kendaraan
bermotor), langsung dan bervariasi, termasuk peniadaan pagar dan perimeter
wall.
4. Transit/Angkutan Umum.
Stasiun angkutan umum massal dalam jangkauan berjalan kaki.
5. Mix/Pembauran.
Tata guna lahan mixed use atau kawasan hunian yang menyatukan berbagai
fungsi, baik untuk permukiman dan non permukiman, setidaknya dalam satu
blok atau bersebelahan. Dengan demikian jarak berjalan kaki menjadi lebih
pendek, termasuk menuju ke ruang publik.
6. Densify/Memadatkan.
Kepadatan permukiman dan non permukiman yang tinggi mendukung
angkutan berkualitas tinggi, pelayanan lokal, dan aktivitas ruang publik.
Dengan begitu dapat dipastikan bahwa semua penduduk memiliki akses
terhadap transportasi publik tersebut.
7. Compact/Merapatkan.
Fokus pembangunan pada area yang telah terbangun, bukan daerah pinggiran,
sehingga lebih banyak rute angkutan umum melayani area TOD. Dengan
begitu, penduduk dalam kawasan maupun luar kawasan dapat tinggal
berdekatan dengan sekolah, kantor, pusat jasa yang tentunya akan mengurangi
kemacetan lalu lintas.
8. Shift/Beralih.
Pengurangan lahan yang digunakan untuk kendaraan bermotor. Disarankan luas
total lahan parkir yang disediakan (termasuk gedung parkir dan basement) tidak
boleh melebihi 35% dari luas total hunian.

D. TAHAPAN – TAHAPAN PENERAPAN TOD

a. Perkuatan Pelayanan Angkutan Umum Berbasis MRT/BRT


Pelayanan angkutan umum massal menjadi daya tarik karena perjalanannya akan
lebih cepat, mudah, hemat energi dan ramah lingkungan. Pengembangan MRT
di Curitiba (Brazil) dan Sengkang (Singapura) adalah salah satu pengembangan
TOD yang sukses. Jalur Mass Rapid Transit ini merupakan tantangan baru bagi
para arsitek yang diminta untuk mengintegrasikan stasiun transit dengan
desainnya.
Namun pengembangan tersebut harus djaga supaya tidak menimbulkan
pemekaran kota (sprawling). Inggris telah membangun green belts dimana
menjaga kawasan tetap 16.000 km2.

b. Penataan Tata guna Lahan


Pendekatan perencanaan perkotaan menuju pada pembentukan kepadatan dan
penggunaan bersama dan mendapatkan kembali ruang untuk pejalan kaki dan
sepeda dengan tujuan untuk mengalihkan permintaan perangkutan ke moda
kendaraan tidak bermotor. Menciptakan kepadatan dan fungsi bersama di
daerah sub-perkotaan yang luas akan mengarah ke sub-pusat dimana terjadi
banyak aktivitas dan kebutuhan sehari- hari masyarakat: perkantoran,
permukiman, pendidikan, hiburan, fasilitas publik, pusat perbelanjaan, dll.
Sub-pusat ini memiliki prioritas paling tinggi untuk dihubungkan dengan distrik
pusat bisnisdan diantaranya dengan skema mass rapid transit, seperti kereta
ringan / MRT atau jalur BRT. Berkembangnya aktivitas di sekitar kawasan
stasiun Pertambahan jumlah penumpang Volume lalu lintas berkurang
Fasilitas Pejalan kaki lebih baik Biaya tiap penumpang semakin
rendah Biaya infrastruktur rata-rata berkurang. Peningkatan keamanan di
dekat stasiun. Image lebih baik Meningkatnya nilai properti
c. Perbaikan Fasilitas NMT
Mobilitas warga kota akan ditingkatkan dengan penerapan konsep pejalan kaki
yang intensif, dengan menyediakan trotoar luas, nyaman, terlindung, dan aman
dari banjir. Kemudian akan ditinggikan lagi pada masa yang akan datang,
berpindah dari satu gedung ke gedung lainnya, sepanjang atau melalui kota-kota
modern di Indonesia yang akan memiliki ruang publik tingkat dua dan tingkat
tiga yang berada di atas jalan-jalan penuh sesak dan rawan banjir menjadi tempat
transit pejalan kaki. Alun-alun kota dan tempat-tempat semi-publik pada
beberapa tingkat terlindung lanskap yang lebih tinggi atau taman gantung akan
menjadi fitur arsitektur yang terkenal untuk pusat kota karena mampu
menghubungkan bangunan dengan masyarakat, jalan, dan struktur lingkungan.

d. Investasi Lahan TOD


Pada perkembangan selanjutnya sektor swasta dan publik ditingkatkan dekat
dengan akses transportasi umum, yang berada di sepanjang koridor dan stasiun
moda transportasi, terkonsentrasi dan kepadatan di sekitar yang menghubungkan
stasiun. Pengembang dan investor akan setuju untuk menyediakan dana
tambahan karena yang membuat gedung tersebut mampu menghasilkan adalah
terhubungnya gedung dengan transit massal, baik itu dari sisi pejalan kaki
maupun kereta.
Konektivitas menjadi bagian paling penting dari suatu gedung, sebagaimana
masing-masing fungsi hanya akan berhasil jika warga masyarakat mendapatkan
cara termudah, teraman, tercepat dan bertingkat, kering, dan permukaan lantai
yang kuat, paling nyaman, secara alami terkendali terhadap iklim dan memiliki
tempat terlindung terhadap ruang.Jembatan pejalan kaki – hal ini mencirikan
elemen kota masa depan – menyediakan jalur pejalan kaki dari satu gedung ke
gedung lain pada saat yang sama sebagai tempat bertemu, area peristirahatan,
tempat observasi, dan pusat perbelanjaan.Jembatan pejalan kaki – hal ini
mencirikan elemen kota masa depan – menyediakan jalur pejalan kaki dari satu
gedung ke gedung lain pada saat yang sama sebagai tempat bertemu, area
peristirahatan, tempat observasi, dan pusat perbelanjaan.
STUDY KASUS

Anda mungkin juga menyukai