FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
Perancangan Arsitektur 6
GAJHIRI (GAMAN AJHINING DIRI)
CULTURE JAWA TIMUR
badan jalan minimal memiliki perkerasan 7 meter sehingga dapat dilalui mobil pemadam kebakaran. - Jaringan drainase menyatu dengan
sistem drainase kota dan setiap bangunan disarankan menggunakan sumur resapan dan biopori, - Jaringan air bersih menggunakan sistem
jaringan air bersih kota - Jaringan listrik dan jaringan telekomunikasi menyatu dengan sistem kota - Jaringan sanitasi menggunakan sistem
off site - Hidran umum wajib berada di depan bangunan harus mempunyai jarak maksimal 200 m antar hidran - Tiap bangunan wajib
menyediakan bak sampah secara bertahap sudah memilah jenis sampahnya (organik dan non organik) - Jalur evakuasi bencana
menggunakan badan jalan dan ruang terbuka hijau serta sarana pelayanan umum terdekat
STUDI LITERATUR STRUKTUR BANGUNAN TINGGI
Sistem struktur pada bangunan merupakan inti kekokohannya bangunan di atas permukaan tanah. Sistem struktur berfungsi menahan dan menyalurkan beban
gaya horizontal dan vertikal secara merata pada sistem-sistem struktur inti dan struktur pendukung, sehingga bangunan dapat memikul beban horizontal dan vertikal
maupun gaya lateral.
1 2 3 4 5
STUDI LITERATUR STRUKTUR BANGUNAN TINGGI
6. Sistem struktur rangka trussed (trussed frame)
Sistem ini terdiri dari gabungan rangka kaku (atau bersendi) dengan rangka geser vertikal yang mampu memberikan peningkatan kekuatan dan kekakuan
struktur.
7. Sistem struktur rangka belt-trussed dan inti (belt-trussed frame and core)
Sistem struktur belt-trussed bekerja mengikat kolom fasade ke inti bangunan sehingga meniadakan aksi terpisah rangka dan inti pengakuan ini dinamai“cap
trussing”.
8. Sistem struktur plat terkantilever (cantilever slab)
Pemikulan plat lantai dari sebuah inti pusat akan memungkinkan ruang bebas kolom yang batas kekuatan platnya adalah batas besar ukuran bangunan.
9. Sistem struktur interspasial (interspasial)
Sistem struktur rangka tinggi selantai yang terkantilever diterapkan pada setiap lantai antara untuk memungkinkan ruang fleksibeldi dalam dan di atas rangka.
10. Sistem struktur plat rata (flat slab)
Sistem ini terdiri dari bidang horizontal yang umumnya adalah plat lantai beton tebal dan rata yang bertumpu pada kolom.
11. Sistem struktur gantung (suspension)
Sistem ini dapat memungkinkan penggunaan beban secara efisien dengan menggunakan penggantungan sebagai pengganti kolom untuk memikul beban
lantai.
12. Sistem struktur rangka kaku dan inti (rigid frame and core)
Rangka kaku akan bereaksi terhadap beban lateral. Terutama melalui lentur balok dan kolom. Perilaku demikian berakibat ayunan (drift)lateral yang besar
sehingga pada bangunan dengan ketinggian tertentu.
13. Sistem struktur tabung dalam tabung (tube in tube)
Dalam struktur ini, kolom dan balok eksterior di tempatkan sedemikian rapat sehingga fasade menyerupai dinding yang diberi pelubangan (untuk jendela).
14. Sistem struktur kumpulan tabung (bundled tube)
Sistem struktur ini dapat di gambarkan sebagai suatu kumpulan tabung-tabung terpisah yang membantuk tabung multi-use.
6 7 8 9 10
11 12 13 14
STUDI LITERATUR UTILITAS BANGUNAN TINGGI
Utilitas merupakan hal yang sangat penting yang terdapat pada bangunan khususnya pada bangunan tinggi.maka berikut ini adalah sistim utilitas untuk bangunan tinggi.
A. Sistem Utilitas Supply Air Bersih (Water Supply Sistem), Seperti bangunan pada umumnya, bangunan gedung bertingkat yang bersifat vertikal secara struktur maupun jenis bangunan bentang
lebar tentunya memerlukan sistem transportasi berupa supplai air bersih yang direncanakan dengan baik sejak awal sehingga dapat mencukupi kebutuhan air di setiap lantainya, sistem supply air pada
bangunan tinggi dimulai dari pengambilan air dari sumur maupun dari PDAM/meteran dan dilanjutkan dengan pembuatan penampung air atau biasa disebut dengan Ground Water Tank (GWT) jika
diletakkan pada dasar bangunan (Underground) atau tangki yang diletakkan di atas bangunan yaitu berupa penampungan yang berupa bak besar dengan ukuran volume yang disesuaikan dengan kebutuhan
air pada gedung. Kemudian dilanjutkan dengan sistem pemompaan dengan mesin yang memiliki besar daya yang bervariasi sesuai kebutuhan debit pompa yang terdistibusikan melalui sistem perpipaan ke
setiap lantai sesuai dengan desain pada titik-titik pengambilan air yang telah direncanakan dalam denah baik untuk keperluan WC misalnya shower, kran wastafel, jacuzzi, kolam renang, kran air
bersih, hydran, sprinkler, dsb. Untuk bangunan dengan interval ketinggian yang cukup tinggi biasanya dibuat sistem distribusi air dengan pola pemompaan dua sampai tiga kali sesuai kemampuan daya
pompa yang direncanakan yang biasanya dilengkapi dengan sistem penampungan transisi pada daerah dilatasi tersebut, hal ini dikarenakan karena keterbatasan kemampuan pompa untuk menyupplai air
pada elevasi gedung yang cukup tinggi sehingga membutuhkan daerah dilatasi/transisi untuk melakukan penampungan ke tingkat berikutnya.
B. Sistem Utlitas Pembuangan dan Pengelolahan Limbah Cair dan Limbah Padat, Sama halnya dengan sistem pendistribusian air bersih untuk keperluan kebutuhan air dalam gedung bertingkat, sisa
penggunaan air tersebut juga akan menghasilkan limbah yang harus direncanakan sistem pendistribusian dan pengelolahannya agar tidak mengganggu kenyamanan pengguna bangunan maupun lingkungan
disekitarnya. Dalam sistem pengelolahan sisa buangan limbah pada bangunan gedung bertingkat tentunya dibutuhkan perencanaan yang baik agar dalam proses distribusi pembuangan saat masa
operasionalnya tidak menimbulkan masalah yang serius misalnya masalah klasik yaitu penyumbatan atau kebocoran pada pipa buangan maupun pencemaran terhadap lingkungan disekitarnya. Perencanaan
sistem pembuangan limbah pada bangunan gedung bertingkat dimulai dengan pembuatan sistem pengelolahan sisa limbah yang umumnya berasal dari pembuangan dari WC ( Floor drain), wastafel cuci
tangan atau limbah dapur dan buangan dari kotoran closed toilet yaitu dengan membuat sistem Sewage Treatment Plant (STP) berupa septick tank yang merupakan jenis utilitas modern yang berfungsi tidak
hanya dalam menampung melainkan dapat mengelolah sisah limbah agar sisa buangan tersebut aman bagi lingkungan dan dapat pula digunakan kembali/ recycle untuk keperluan air untuk operasional
penyiraman tanaman. Umumnya konstruksi STP dapat terbuat dari konstruksi beton konvensional maupun yang telah terfabrikasi berupa fiber tank dengan volume dan teknologi pengelolahan limbah yang
disesuaikan dengan perencanaan. Untuk bangunan gedung bertingkat seperti apartemen maupun hotel sering juga dilengkapi dengan pembuatan utilitas berupa Waste Shaft - Trash Chute yaitu instalasi
berupa pembuangan sampah dengan sistem cerobong/pipa vertikal yang dibuang secara gravitasi di setiap lantai bangunan bertingkat berupa sampah yang tidak mudah terurai seperti sampah konsumsi
C. sehari-hari berupa plastik, sisah makanan, kertas dsb dan ditampung di lantai dasar bangunan berupa bak penampungan dan kemudian didistribusikan ke truk-truk pembuangan sampah.
Sistem Utilitas Pencahayaan, Elektrikal dan Mekanikal, Untuk bangunan gedung bertingkat maupun jenis bangunan lainnya sistem pencahayaan merupakan hal yang perlu direncanakan sesuai dengan
peletakan titik-titik pencahayaan yang hendak ditentukan, begitupun dengan sistem elektrikal dan mekanikal suatu bangunan merupakan hal yang perlu direncanakan dengan baik sesuai dengan kebutuhan
dan kapasitas yang diinginkan. Dalam hal ini pencahayaan dapat berupa instalasi pembuatan titik lampu interior maupun exterior dimana seorang arsitek harus pandai dalam penentuan letak titik lampu agar
efek pencayahaan yang dihasilkan dapat meyebar secara efektif di setiap ruangan. Sistem pencahayaan juga tidak hanya bergantung pada perangkat lampu saja melainkan dapat berupa pengaturan bukaan
pencahayaan alami dari sinar matahari khususnya pada bangunan bertingkat yang membutuhkan banyak lampu tentunya dengan perekayasaan pengaturan cahaya alami di siang hari berupa bukaan
setidaknya dapat mereduksi biaya operasional listrik. Disamping itu sistem elektrikal selain pencahayan yaitu berupa instalasi pemasangan stop kontak, saklar lampu, sekring listrik, ground penangkal
petir, water heater instalasi, sliding automatic door dsb dimana inputnya berasal dari PLN dan instalasi pemasangan mesin generator sebagai pendukung sumber listrik pada suatu bangunan gedung
bertingkat jika terjadi pemadaman listrik. Pemilihan generator harus sesuai dengan daya yang diinginkan berdasarkan besar energi listrik yang dibutuhkan dalam suatu bangunan.
A C B
STUDI LITERATUR UTILITAS BANGUNAN TINGGI
D. Sistem Untilitas Pengudaraan, Sistem pengudaraan dalam hal ini berupa sistem pendingin ruangan berupa air conditioner (AC) yaitu berupa sistem utilitas pendingin ruangan yang dipasang di
dalam ruangan tertutup dari suatu bangunan. Jenis pendingin ruangan umumnya berfungsi untuk memberikan rasa kenyamanan dan kesejukan bagi orang yang berada di dalamnya. Selain sistem
pendingin ruangan biasanya untuk bangunan bertingkat seperti hotel, perkantoran dan apartemen juga dilengkapi dengan pengisap asap (Exhaust) bilamana terdapat kandungan asap akibat rokok
maupun penyebab lainnya sehingga dapat menjaga sirkulasi udara dalam ruangan tetap stabil dan sehat. Namun sistem pendingin ruangan tidak hanya bergantung kepada AC saja melainkan dapat
dengan melakukan perekayasaan arsiektur bangunan berupa bukaan ventilasi pengudaraan agar sirkulasi udara dapat dengan baik mengalir keluar masuk dalam sistem ruangan bangunan dan dapat
pula menekan biaya operasional listrik/efisiensi biaya.
E. Sistem Utilitas Transportasi Gedung, Sistem transportasi dalam hal ini merupakan sistem pengangkut untuk memuat manusia ke tingkat elevasi bangunan beritngkat. Sistem transportasi ini dapat
berupa transportasi vertikal (Elevator/Lift) dan sistem transportasi tangga berjalan (Eskalator). Dalam konstruksi gedung bertingkat maintanance terhadap instalasi transportasi ini perluh secara
berkala diperhatikan agar memberikan tingkat kenyamanan dan keselamatan bagi penggunanya misalnya pengecekan mesin, rantai/slink dan sistem elektrikal pada elevator/lift dan begitu pula pada
instalasi sistem transportasi eskalator.
F. Sistem Utilitas Telekomunikasi Gedung, Sistem ini merupakan suatu perangkat instalasi yang berfungsi dalam memberikan kemudahan dalam mengakses informasi baik yang bersifat internal
maupun global bagi para penggunanya dalam sistem gedung bertingkat, misalnya instalasi PABX telepon, jaringan WIFI internet, TV Cable, instalasi Fax, sound system/loud speaker dsb
G. Sistem Utiltas Keamanan/Cecurity, Sistem ini merupakan instalasi yang dibuat pada suatu gedung bertingkat guna memberikan rasa aman bagi pengguna gedung tersebut dari hal-hal yang tidak
diinginkan seperti mengurangi ancaman kriminalitas dan pencegahan terhadap bencana seperti kebakaran dll. Sistem ini dapat berupa instalasi pemasangan CCTV, hydrant, tabung pemadam, Smoke
detektor, Exthinguiser, Cencor detector gate, door emergency dsb.
H. Sistem Utilitas Perawatan Kebersihan Gedung, khusus untuk gedung bertingkat perawatan terhadap kebersihan penampilan gedung memang perlu diperhatikan secara berkala melalui perawatan
kebersihan gedung oleh pengelolahnya. Proses pembuatan instalasi kebersihan khusunya bagian permukaan gedung biasa disebut dengan gondola yaitu semacam perangkat crane/mesin derek yang
memuat satu sampai dua orang yang tergantung dari atas gedung bertingkat dimana pekerja kebersihan dapat dengan leluasa mengatur elevasi gondola saat melakukan proses pembersihan di bagian
permukaan gedung. Hal yang perlu diperhatikan dalam operasionalnya yaitu faktor keamanan bagi para pekerja yang sedang bertugas.
Dari seluruh sistem utilitas yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa suatu bangunan bertingkat dengan segala kompleksitas aktifitas manusia yang berada di dalamnya ketika beroperasi tentunya
membutuhkan integrasi dari seluruh sistem utilitas agar fungsi dari suatu bangunan dapat tercapai sesuai dengan yang direncanakan dan dapat meningkatkan tingkat kenyamanan, keamanan dan keselamatan
bagi pengguna bangunan tersebut dan di sekitarnya. Dapat pula dilihat bahwa suatu sistem utilitas saling berpengaruh terhadap sistem lainnya yang dalam hal ini perlu dilakukan secara berkala proses
pemeliharaan dan pengawasan terhadap sistem tersebut bagi pihak pengelolah bangunan. Disamping itu di era modern sekarang ini telah ada sistem yang dapat memonitoring sebagian besar utilitas tersebut
oleh satu perangkat yang sering disebut Building Management System (BMS) sehingga dapat dengan mudah memonitoring terhadap masalah-masalah yang terjadi dari salah satu sistem utilitas dalam suatu
bangunan. Semoga dengan informasi ini kiranya dapat bermanfaat bagi para pembacanya. Terima Kasih.
D E F G H
STUDI LITELATUR HOTEL
FASILITAS:
1) Jasa penginapan
2) Pelayanan makanan dan minuman
3) Pelayanan barang bawaan
4) Pencucian pakaian
5) Penggunaan fasilitas perabot dan hiasan-hiasan yang ada di dalamnya. (Endar Sri,1996:8)
Karakteristik Hotel:
Perbedaan antara hotel dengan industri lainnya adalah :
a. Industri hotel tergolong industri yang padat modal serta padat karya yang artinya dalam pengelolaannya
memerlukan modal usaha yang besar dengan tenaga pekerja yang banyak pula.
b. Dipengaruhi oleh keadaan dan perubahan yang terjadi pada sektor ekonomi, politik, sosial, budaya, dan
keamanan dimana hotel tersebut berada.
c. Menghasilkan dan memasarkan produknya bersamaan dengan tempat dimana jasa pelayanannya dihasilkan.
d. Beroperasi selama 24 jam sehari, tanpa adanya hari libur dalam pelayanan jasa terhadap pelanggan hotel
dan masyarakat pada umumnya.
e. Memperlakukan pelanggan seperti raja selain juga memperlakukan pelanggan sebagai patner dalam usaha
karena jasa pelayanan hotel sangat tergantung pada banyaknya pelanggan yang menggunakan fasilitas hotel tersebut.
Jenis Hotel:
Penentuan jenis hotel tidak terlepas dari kebutuhan pelanggan dan ciri atau sifat khas yang dimiliki wisatawan (Tarmoezi, 2000) :
5) Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat dari lokasi dimana hotel tersebut dibangun, sehingga dikelompokkan menjadi:
a. City Hotel
Hotel yang berlokasi di perkotaan, biasanya diperuntukkan bagi masyarakat yang bermaksud untuk tinggal sementara (dalam jangka waktu pendek).
b. Residential Hotel
Hotel yang berlokasi di daerah pinngiran kota besar yang jauh dari keramaian kota, tetapi mudah mencapai tempat-tempat kegiatan usaha. Hotel ini berlokasi di daerah-daerah tenang, terutama karena
diperuntukkan bagi masyarakat yang ingin tinggal dalam jangka waktu lama
c. Resort Hotel
Hotel yang berlokasi di daerah pengunungan (mountain hotel) atau di tepi pantai (beach hotel), di tepi danau atau di tepi aliran sungai. Hotel seperti ini terutama diperuntukkan bagi keluarga yang
ingin beristirahat pada hari-hari libur atau bagi mereka yang ingin berekreasi.
d. Motel (Motor Hotel)
Hotel yang berlokasi di pinggiran atau di sepanjang jalan raya yang menghubungan satu kota dengan kota besar lainnya, atau di pinggiran jalan raya dekat dengan pintu gerbang atau batas kota besar.
Hotel ini diperuntukkan sebagai tempat istirahat sementara bagi mereka yang melakukan perjalanan dengan menggunakan kendaraan umum atau mobil sendiri. Oleh karena itu hotel ini menyediakan
fasilitas garasi untuk mobil.
STUDI LITELATUR HOTEL
Klasifikasi Hotel
Menurut keputusan direktorat Jendral Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi no 22/U/VI/1978 tanggal 12 Juni 1978 (Endar Sri, 1996 : 9), klasifikasi hotel dibedakan dengan menggunakan simbol
bintang antara 1-5. Semakin banyak bintang yang dimiliki suatu hotel, semakin berkualitas hotel tersebut. Penilaian dilakukan selama 3 tahun sekali dengan tatacara serta penetapannya dilakukan
oleh Direktorat Jendral Pariwisata.
Berdasarkan pertimbangan aspek-aspek tersebut, hotel dapat diklasifikasikan menjadi berbagai tingkatan yang kemudian dinyatakan dalam sebutan bintang dan melati yang masing-masing terdiri
dari 5 tingkatan. Peninjauan terhadap kelas-kelas hotel ini dilakukan setiap 3 tahun sekali. Pengklasifikasian tersebut didasarkan pada:
1. HOTEL BINTANG SATU 2. HOTEL BINTANG DUA 3. HOTEL BINTANG TIGA 4. HOTEL BINTANG EMPAT 5. HOTEL BINTANG LIMA
Kriterianya adalah sebagai berikut: Kriterianya adalah sebagai berikut: Kriterianya adalah sebagai berikut: Kriterianya adalah sebagai berikut: Kriterianya adalah sebagai berikut:
Kamar tipe standar dengan jumlah Jumlah kamar standar minimal 20 Lobinya memiliki desain yang apik Jumlah kamar tipe standar minimal Jumlah kamar tipe standar minimal
kamar minimal 15 Tipe kamar suite minimal 1 kamar Jumlah kamar standarnya minimal 50 100
Kamar mandi dalam Kamar mandi dalam 30 Ada minimal 3 kamar suite Menyediakan minimal 4 kamar suite
Luas kamar minimal 20 meter Kamar mempunyai TV dan telepon Jumlah kamar suite minimal 2 Kamar mandi dalam dengan air Kamar mandi dalam dengan air
persegi Luas kamar standar minimal 22 Kamar mandi dalam panas/dingin panas/dingin
meter persegi Luas kamar standar minimal 24 Luas kamar standar minimal 24 Luas kamar standar minimal 26
Luas kamar suite minimal 44 meter meter persegi meter persegi meter persegi
persegi Luas kamar suite minimal 48 meter Luas kamar suite minimal 48 meter Luas kamar suite minimal 52 meter
Pintu kamarnya dilengkapi persegi persegi persegi
pengaman Ada toilet sendiri Luas lobi minimal 100 meter persegi Tempat tidur dan perabotan dalam
Ada lobi Ada sarana rekreasi sekaligus Tersedia bar kamar memiliki kualitas tinggi
Ada AC dan jendela olahraga Tersedia sarana rekreasi dan Fasilitas resto tersedia selama 24
Memiliki fasilitas penerangan 150 Dilengkapi AC dan jendela olahraga jam dan makanan bisa diantar ke
lux Terdapat resto yang menghidangkan kamar
Ada sarana olahraga dan rekreasi makanan untuk makan pagi, makan Tersedia pusat kebugaran dan valet
Ada bar siang, dan makan malam parking
Tersedia valet parking
STUDI LITELATUR SPORT CENTER
Fungsi:
Sport center berfungsi sebagai sarana pembinaan dan peningkatan prestasi olahraga dan daya apresiasi
olahraga terhadap masyarakat, sehingga tercipta iklim yang baik bagi kehidupan olahraga.
Sport center berfungsi sebagai media pertemuan antara tuntutan perkembangan kebutuhan dan kehidupan
berolahraga.
Klasifikasi :
1. Sport Center Menurut Standar Tata Cara Perencanaan Teknik Bangunan Gedung Olahraga yang
dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum, gelanggang olahraga dibagi menjadi 3 tipe.
a. Gelanggang Olahraga Tipe A melayani wilayah Provinsi/Daerah Tingkat
b. Gelanggang Olahraga Tipe B Merupakan gelanggang olahraga yang dalam penggunaan melayani wilayah
Kabupaten/Kotamadya.
c. Gelanggang Olahraga Tipe C Merupakan gelanggang olahraga yang dalam penggunaan hanya melayani
wilayah Kecamatan.
Klasifikasi pada sport center direncanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan: tabel 1.1
2. Ukuran Minimal Matra Ruang Gedung Olahraga Ukuran Minimum (meter) tabel 1.2
3. Kapasitas penonton gedung olahraga harus memenuhi ketentuan seperti yang tercantum pada tabel 1.3
tabel 1.2 Sumber : Standar Tata Cara Perencanaan Teknik Bangunan Gedung Olahraga, 2012
.
tabel 1.1 Sumber : Standar Tata Cara Perencanaan Teknik Bangunan Gedung tabel 1.3 Sumber : Standar Tata Cara Perencanaan
Olahraga, 2012 Teknik Bangunan Gedung Olahraga, 2012
STUDI LITELATUR SPORT CENTER
Persyaratan dan Standar Bangunan Sport Center Proses mendesain dan merencanakan bangunan olahraga memiliki syarat dan ketentuan khusus yang harus diperhatikan. Instansi keolahragaan pemerintah
menetapkan ukuran atau dimensi untuk standar keolahragaan internasional maupun nasional, serta yang bersifat hiburan atau rekreatif untuk pembangunan bangunan sport center.
Persyaratan dalam pembangunan gedung olahraga indoor harus tersedia beberapa fasilitas, antara lain:
a. Area olahraga utama: terdiri dari lapangan olahraga, area penonton (tribun), area official (wasit, hakim garis, pelatih, dan lainnya), ruang peralatan olahraga, ruang teknik, ruang ganti, kamar mandi,
toilet, janitor, dan sebagainya.
b. Area olahraga indoor: meliputi tempat latihan bulutangkis, bola voli, biliar, tempat latihan kebugaran (fitness), kolam renang, dan` sebagainya.
c. Area administrasi: meliputi ruang resepsionis, kantor pengelola, ruang rapat pengelola, pantry, gudang, ruang arsip, dan sebagainya.
d. Area penerimaan tamu: meliputi front office, loket penjualan tiket, loket pendaftaran keanggotaan dan penyewaan, entrance hall, lobby, toilet umum, dan sebagainya.
e. Area rekreasi: cafe, taman bermain, sport shop/retail, jogging track, dan sebagainya.
Standar gedung olahraga telah ditentukan oleh lembaga-lembaga, baik nasional maupun internasional, yang berwenang mengurusi masalah olahraga. Persyaratan standar gedung olahraga di Indonesia sudah
dibakukan ke dalam Standar Nasional Indonesia. Standar tersebut antara lain:
Tata Cahaya Tingkat penerangan, pencegahan silau, serta sumber cahaya lampu harus memenuhi ketentuan berikut:
1. tingkat penerangan horizontal pada area 1 meter di atas permukaan lantai untuk semua tipe bangunan gedung olahraga
a) Latihan dibutuhkan minimal 200 lux.
b) Pertandingan dibutuhkan minimal 300 lux.
c) Pengambilan video dokumentasi dibutuhkan minimal 1000 lux.
2. Penerangan buatan dan/atau penerangan alami tidak boleh menimbulkan penyilauan bagi para pemain.
3. Pencegahan silau akibat matahari harus sesuai dengan SK SNI T-051999- F tentang Pencahayaan pada Bangunan.
4. Sumber cahaya lampu atau bukaan harus diletakkan dalam satu area pada langit-langit sedemikian rupa sehingga sudut yang terjadi antara garis yang dihubungkan sumber cahaya tersebut dengan titik
terjauh area setinggi 1,5 m garis horizontalnya minimal 30֯
5. Apabila gedung olahraga digunakan untuk menyelenggarakan lebih dari satu kegiatan cabang olahraga, maka untuk masing-masing kegiatan harus tersedia tata lampu yang sesuai untuk kegiatan yang
dimaksud.
6. Masing-masing tata lampu harus merupakan instalasi satu dengan yang lainnya.
7. Apabila menggunakan tata cahaya buatan, harus disediakan generator set yang kapasitas daya minimum 60% dari terpasang, generator set harus dapat bekerja maksimum 10 detik pada saat aliran PLN
padam.
.
STUDI LITELATUR SPORT CENTER
Tata Warna Tata Udara
Koefisien refleksi dan tingkat warna langit-langit, dinding, dan lantai arena harus Tata udara dapat menggunakan ventilasi alami atau ventilasi mekanis, serta harus memenuhi
memenuhi ketentuan seperti yang tercantum pada tabel berikut: ketentuan sebagai berikut:
1) Apabila menggunakan ventilasi alami, maka harus memenuhi:
a. Luas bukaan minimum adalah 6% dari luas lantai efektif.
b. Peletakan ventilasi alami harus diatur mengikuti pergerakan udara silang.
2) Apabila menggunakan ventilasi buatan, maka harus memenuhi:
a) Volume pergantian udara minimum sebesar 10-15 m3/jam/orang.
b) Alat ventilasi buatan tidak menimbulkan kebisingan di dalam arena dan tempat
penonton.
Tata Suara
Lantai
Tingkat kebisingan lingkungan maksimal yang diizinkan adalah 25 db. Lantai harus memiliki ketentuan sebagai berikut:
a. Lantai harus stabil, kuat dan kaku, serta tidak mengalami perubahan bentuk atau lendut, selama dipakai.
b. Lantai harus mampu menerima beban kejut dan beban gravitasi minimal 400 kg/m2.
Komponen Bangunan c. Permukaan lantai harus terbuat dari bahan yang bersifat elastis.
d. Permukaan lantai harus rata tanpa ada celah sambungan.
Tribun e. Permukaan lantai harus tidak licin.
a. Tipe tribun terbagi menjadi dua tipe, yaitu tribun lipat dan tribun tetap. Jarak antara pagar f. Permukaan lantai harus tidak mudah aus.
dengan tribun terdepan minimal 120 cm. tribun khusus penyandang cacat diletakkan di g. Permukaan lantai harus dapat memberikan pantulan bola yang merata.
bagian paling depan atau paling belakang dari tribun penonton dengan lebar tribun
minimal 1,40 m untuk kursi roda ditambah selasar dengan lebar minimal 0,9 m.
b. Tempat duduk Dinding arena
a. Ukuran tempat duduk VIP Dinding olahraga dapat berupa dinding pengisi, dan atau dinding pemikul beban, serta harus
Lebar : 0,5 m – 0,6 m Panjang : 0,8 m – 0,9 m memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Tata letak tempat duduk diantara 2 gang maksimal 14 kursi, a) konstruksi dinding harus kuat menahan benturan dari pemain atau pun bola.
bila satu sisi berupa dinding maksimal 7 kursi. b) Permukaan dinding pada arena harus rata, tidak boleh ada tonjolantonjolan, dan tidak boleh kasar.
b. Ukuran tempat duduk biasa Lebar : 0,4 m – 0,5 m Panjang : 0,8 m – 0,9 m c) Bukaan-bukaan pada dinding kecuali pintu, minimal 2 m di atas lantai. Sampai pada ketinggian dinding 2
Tata letak tempat duduk diantara 2 gang maksimal 16 kursi, bila satu sisi m, tidak boleh ada perubahan bidang, tonjolan atau bukaan yang tetap.
berupa dinding maksimal 8 kursi. d) Harus dihindari adanya elemen-elemen atau garis-garis yang tidak vertikal atau tidak horizontal, agar
Setiap 8`10 deret terdapat koridor tidak menyesatkan jarak, lintasan dan kecepatan bola, bagi para atlet.
Penempatan gang dihindarkan dari terbentuknya perempatan.
Tangga Pintu, penerangan, dan ventilasi
Tangga harus memiliki ketentuan sebagai berikut: Pintu, penerangan dan ventilasi gedung olahraga harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
c. Jumlah anak tangga minimal 3 buah, maksimal 16 buah; bila anak tangga diambil lebih e) Lebar bukaan pintu minimal 1,10 m.
besar dari 16, harus diberi bordes dan anak tangga berikutnya harus berbelok terhadap f) Jarak pintu satu dengan lainnya maksimal 25 m.
anak tangga dibawahnya. g) Jarak antara pintu dengan setiap tempat duduk maksimal 18 m.
d. Lebar tangga minimal 1,10 m, maksimal 1,80 m; bila lebar tangga diambil lebih besar h) Pintu harus membuka ke luar, pintu dorong tidak boleh digunakan.
dari 1,80 m, harus diberi pagar pemisah pada tengah bentang. i) Bukaan pintu pada dinding arena tidak boleh mempunyai sisi atau sudut yang tajam dan harus dipasang
e. Tinggi tanjakan tangga minimal diambil 15 cm, maksimal 17 cm. rata dengan permukaan dinding atau lebih ke dalam.
f. Lebar injakan tangga minimal diambil 28 cm, maksimal 30 cm. j) Letak bukaan, dan ukuran bukaan ventilasi dan atau penerangan harus diatur tidak menyilaukan pemain.
STUDI LITERATUR CULTURAL SYMBOLIZATION
Budaya yang di ambil adalah budaya jawa timur, yang di ambil dari senjata-senjata khas jawa timur. Karena beragam bentuknya dan
melambangkan kekuatan dan keberanian bagi setiap suku dimana senjata itu berasal. Dan merupakan alat pertahanan diri yang juga
di gunakan dalam seni beladiri / olah raga silat.
Buding suku
osing
Celurit suku
Madura
• Data
Pandangan dari arah selatan sangat minim karena bangunan tertutup oleh bangunan transmart dan
view terbanyak berasal dari arah utara menuju ke selatan.
• Analisa
Sudut terbaik memandang ke arah site berasal dari pesimpangan jl taman tiara sehingga dari arah
tersebut para pengamat akan mudah mengenalinya.
• Rekomendasi
Area service sebaiknya di letakkan di sisi selatan site karena di sisi itu view tertutup oleh
bangunan lain.
PEMAHAMAN KHUSUS ANALISA SITE
DRAINASE
U Data
Drainase existing pada lingkungan site berada di sisi barat, utara, dan timur site. Saluran utama
ada pada bagian barat site yang dimana disana berada gorong gorong yang ukurannya lebih
besar dari yang lain.
Analisa
Kondisi tapak yang rata membuat persebaran air hujan menuju ke segala arah
Solusi
Membuat saluran baru di sisi selatan tapak agar drainase di sisi selatan semakin lancar dan
tidak menimbulkan genangan air.
SIRKULASI KENDARAAN
U Data
Site berada tepat di JL. K.H Ali Mas’ud yang merupakan jalan kembar yang cukup lebar
sehingga sirkulasi disana masih terbilang sangat lancar dan juga dikelilingi oleh jalan kolektor
JL.Raya Taman Tiara dengan kepadatan lalu lintas rendah.
Analisa
Site ini dibilang site yang strategis karena dekat dengan pusat kota dan dekat dengan pintu tol.
jika kita yang berasal dari tol atau dari kota sidoarjo yang menuju site kita kita berasal dari arah
selatan site, dan jika kita berasal dari kota surabaya atau dari arah utara kita langsung saja
menuju JL,K.H Ali Mas’ud yang jalannya berada di sebelah museum MPU Tantular sehingga
kita tidak usah menuju kota sidoarjo dulu untuk menuju ke site ini, Karena jalan ini merupakan
jalan yang terbilang masih baru.
Solusi
Dengan membuat enterence pada sisi barat site / sisi jalan primer untuk menghindari kemacetan
Dan utuk jalur service kita bisa meletakkan pada sisi utara site karena terletak di jalan sekunder
yang sirkulasinya masih dibilang sangat lancar sehingga kendaraan service yang akan keluar
masuk tidak mengganggu aktivfitas pengunjung yang lalu lalang.
PEMAHAMAN KHUSUS ANALISA SITE
ARAH ANGIN
U Data
Arah angin kota sidoarjo berkecepatan rata-rata 30km/jam yang berhembus dari timur ke barat
dan sebaliknya.
Analisa
Kecepatan angin di angka 30km/jam dinilai masih cukup aman. Dan kita juga harus
mempertimbangkan hujan yang di sertai angin yang sering melanda kota sidoarjo.
Solusi
Dengan mendisain bangunan yang tidak terlalu lebar ke arah timur , menempatkan core
bangunan dengan tepat. Dan juga memilih vegetasi yang tidak terlalu banyak cabang agar
meminimalisir ambruk jika terkena badai.
MATAHARI
U Data
Matahari menyinari kota sidoarjoi selama 12 jam dari timur ke barat.
Analisa
Matahari di kota sidoarjo sangat terik hampir sama seperti di surabaya dan sering menyebabkan
tembok bangunan panas.
Solusi
Tidak menghadapkan bangunan ke arah timur dan barat dan Dengan menggunakan material
yang tidak menyerap panas dan juga kita bisa memaksimalkan sinar matahari masuk kedalam
gedung kita.
ANALISA INTERNAL
Karakter pelaku
STREET FOOD
HOTEL SPORT CENTER
COURT
Beristirahat Berkegiatan Berjualan
Makan Berolahraga Makan
Minum Menonton pertandingan Minum
Berolahraga Bersantai
Karakter objek
STREET FOOD
HOTEL SPORT CENTER
COURT
Tempat beristirahat Tempat berolahraga Sarana perdagangan
Tempat sarana umum Tempat sarana umum Tempat beristirahat
makan & minum
Analisa ruang dalam
Hotel
PELAKU AKTIFITAS PELAKU KEBUTUHAN RUANG PELAKU AKTIFITAS PELAKU KEBUTUHAN RUANG
Datang Parkir,Lobby Datang/Pulang Parkir pengelola
Memesan kamar Resepsionis Bekerja Front Office
Istirahat Kamar Rapat Meeting Room
PENGELOLA
PENGUNJUNG Sanitasi Toilet Beristirahat Rest Room
Makan & Minum Pujasera Sanitasi Toilet
Olahraga GYM, kolam renang Beribadah Mushollah
Beribadah Mushollah
Sport Center
PELAKU AKTIFITAS PELAKU KEBUTUHAN RUANG PELAKU AKTIFITAS KEBUTUHAN RUANG
PELAKU
Datang/Pulang Parkir
Datang/Pulang Parkir
Ganti baju Ruang ganti
Event Tempat pertandingan/tribun penonton
Bertanding lapangan
Sanitasi Toilet
Wawancara Ruang meet ngreet PENGUNJUNG
ATLET Makan & Minum Kantin
Sanitasi Toilet
Beribadah Mushollah
Makan & Minum Kantin PELAKU AKTIFITAS PELAKU KEBUTUHAN RUANG
Beristirahat Rest Room Datang/Pulang Parkir pengelola
Beribadah Mushollah Rapat Meeting Room
Sanitasi Toilet
PENGELOLA
Makan & Minum Kantin
Beristirahat Rest Room
Beribadah Mushollah
Street food
PELAKU AKTIFITAS PELAKU KEBUTUHAN RUANG PELAKU AKTIFITAS PELAKU KEBUTUHAN RUANG
Sport Center
PUBLIK SEMI - PRIVAT PRIVAT SERVICE
Lobby Rest Room Meeting Room Gudang
Tribun Ruang meet n greet Ruang Admin Toilet
Ruang Cleaning
Kantin
Service
Mushollah
Street food
PUBLIK SERVICE
Food Court Gudang
Toilet
Hotel
Zoning Fungsi Keterang Stadart Sumber Jumlah Kapasitas Sirkulasi Luasan
an (m2) (m2)
Respsioni 1.2 m2 Data 1 3 orang 30% 2.16 m2
Publik Lobby s Arsitek
Ruang 3 m2 Asumsi 1 4 orang 25% 6 m2
Tunggu
Standart Luasan
Zoning Fungsi Keterangan Sumber Jumlah Kapasitas Sirkulasi
(m2) (m2)
Laki laki 6 m2 Data 15 4 orang 20% 90 m2
Arsitek
Service Toilet Wanita 6 m2 Data 15 4 orang 20% 90 m2
Arsitek
Gudang - 5 m2 Asumsi 1 - 10% 5 m2
Standart Luasan
Zoning Ruang Sumber Jumlah Kapasitas Sirkulasi
(m2) (m2)
4.5 m2 Data 1 3 orang 25% 3,375 m2
Arsitek
Ruang rapat 10 m2 Asumsi 1 10 orang 30% 30 m2
Ruang 4 m2 Asumsi 1 - 10% 4 m2
Privat
Cleaning
Service
Rest Room 4 m2 Asumsi 1 3 orang 15% 4 m2
Hall - Asumsi 1 - 40% -
Street food court
Standart Luasan
Zoning Fungsi Keterangan Sumber Jumlah kapasitas Sirkulasi
(m2) (m2)
Food Stand 4 m2 Asumsi 10 2 orang 25% 40 m2
Publik Court Area Makan 2 m2 Asumsi 25 4 orang 35% 50 m2
Sanggar Latihan - Asumsi 1 - 10% -
Standart Luasan
Zoning Fungsi Keterangan Sumber Jumlah Kapasitas Sirkulasi
(m2) (m2)
Laki laki 6 m2 Data 15 4 orang 20% 90 m2
Service Toilet Arsitek
Wanita 6 m2 Data 15 4 orang 20% 90 m2
Arsitek
Standart Luasan
Zoning Fungsi Keterangan Sumber Jumlah kapasitas Sirkulasi
(m2) (m2)
Semi Penyimpanan
Publik Gudang alat 5 m2 Asumsi 1 - 10% 5 m2
pertunjukan