Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat-Nya


sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul
“Landasan Pengembangan Kurikulum” dengan lancar.

Selama melakukan penyusunan dan penulisan makalah ini penulis banyak


menghadapi tantangan dan hambatan. Kesemuanya itu dapat teratasi berkat
bantuan dan dukungan kedua orang tua , bapak dan ibu dosen , teman – teman dan
terutama ridho Allah SWT. Untuk itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah turut
memberikan andil dan membantu penulis hingga selesianya penyusunan dan
penulisan karya tulis ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak


menampilkan kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak bagi perbaikan makalah ini dan menjadi masukan yang sangat
berguna dalam penyusunan makalah berikutnya. Dan akhirnya, semoga karya tulis
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat menjadi sumber informasi yang
berguna.

Salatiga, 25 September 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penulisan 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Layanan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus 4


B. Konsep Layanan Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus5
C. Bentuk-Bentuk Layanan Anak Berkebutuhan Khusus 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 10
B. Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 12

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum kondisi anak-anak berkebutuhan khusus memang


berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Namun keadaan yang
demikian, bukan berarti layanan yang diberikan selalu berbeda dengan
anak-anak pada umumnya. Mungkin saja anak-anak berkebutuhan khusus
secara umum memerlukan layanan sebagaimana anak-anak pada umumnya
hanya pada beberapa bidang yang memerlukan layanan atau
pendampingan khusus. Kendati demikian, tentu ada anak-anak
berkebutuhan khusus yang memang memerlukan layanan individual,
karena kondisi dan keadaannya yang tidak memungkinkan untuk
mengikuti layanan sebagaimana anak-anak normal.

Dari pemaparan diatas penulis ingin membahas lebih lanjut lagi


mengenai konsep layanan pendidikan dan juga bentuk-bentuk layanan bagi
ABK yang akan menjadi pembahasan dalam makalah ini, diharapkan
dengan wawasan ini mahasiswa maupun yang membaca dapat memahami.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus?
2. Bagaimana konsep layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus?
3. Apa saja bentuk-bentuk layanan anak berkebutuhan khusus?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus.
2. Mengetahui konsep layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus.
3. Mengetahui bentuk-bentuk layanan anak berkebutuhan khusus.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Layanan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan layanan sebagai


perihal atau cara melayani. layanan dapat diartikan sebagai usaha yang
diberikan oleh seseorang kepada orang lain untuk memenuhi
kebutuhannya. Layanan anak berkebutuhan khusus merupakan layanan
yang diberikan oleh seseorang (guru) kepada orang lain (anak
berkebutuhan khusus) untuk memenuhi kebutuhannya.
Layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan sebagaimana yang
telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas pasal 5 ayat (2) menyatakan bahwa “Warga Negara yang
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial
berhak memperoleh pendidikan layanan khusus”. Oleh karena itu mereka
yang termasuk anak berkebutuhan khusus memerlukan layanan pendidikan
yang sesuai dengan hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang
dialaminya atau sesuai dengan jenis kebutuhan yang dimiliki anak yang
bersangkutan.1
Jadi dapat disimpulkan bahwa, Layanan pendidikan anak
berkebutuhan khusus adalah suatu usaha yang diberikan oleh seseorang
(guru) kepada orang lain (anak berkebutuhan khusus) untuk memenuhi
kebutuhan pendidikannya.

1
Taruri Deti Aniska, “Layanan Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Penyelenggara
Pendidikan Inklusif (SPPI)” Tugas Akhir Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta, 2016, hlm. 27.

4
B. Konsep Layanan Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa anak berkebutuhan khusus


adalah anak-anak yang mengalami keterbatasan atau hambatan dalam segi
fisik, mental-intelektual, maupun sosial emosional. Kondisi yang
demikian, baik secara langsung atau tidak berdampak pada berbagai aspek
kehidupan mereka. Untuk itu layanan sangat diperlukan bagi mereka,
untuk dapat menjalani kehidupannya.

Dari segi waktu, pemberian layanan pada anak berkebutuhan


khusus juga sangat bervariasi. Tidak semua anak-anak berkebutuhan
khusus memerlukan layanan secara wajar. Sepanjang hidupnya, ada
kalanya layanan bagi mereka bersifat temporer. Anak-anak mungkin hanya
membutuhkan layanan dalam beberapa periode waktu. Contohnya, anak
anak tunanetra membutuhkan layanan orientasi dan mobilitas hanya
diperlukan pada tingkat satuan pendidikan Sekolah Dasar. Demikian juga
bina komunikasi untuk anak tunarungu, bina diri dan gerak untuk anak
tunadaksa, bina diri dan sosial untuk anak tunalaras. Namun untuk anak-
anak yang berklasifikasi berat, memerlukan berbagai layanan yang lebih
lama untuk menumbuhkan kemandirian mereka.

Ada beberapa jenis layanan yang bisa diberikan kepada anak-anak


berkebutuhan khusus, sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Namun secara umum akan mencakup (1) layanan medis dan fisiologis, (2)
layanan sosialpsikologis, dan (3) layanan pedagogis/pendidikan. Beberapa
jenis layanan tersebut diberikan oleh para ahli yang kompeten pada
bidangnya masing-masing, dan dilakukan berdasarkan kebutuhan anak.2

2
Wiendha, Makalah Hakikat Layanan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus, 2013, diakses
dari http://wiendha29.blogspot.com/2013/11/makalah-hakikat-layanan-bagi-anak.html, pada 24
September 2019 pukul 13. 17 WIB.

5
C. Bentuk-Bentuk Layanan Anak Berkebutuhan Khusus
1. Bentuk Layanan Pendidikan Segregrasi
Pada model ini layanan pendidikan khusus diberikan di
sekolah-sekolah khusus, atau lebih dikenal dengan Sekolah Luar Biasa
(SLB) atau TKLB sampai SMLB. Karakteristik dari sekolah ini antara
lain adalah keterpisahan dari sekolah bagi anak normal, dengan
kurikulum, guru, media pembelajaran, dan sarana prasarana yang
berbeda pula.

Menurut Suparno, ada empat bentuk penyelenggaraan


pendidikan dengan sistem segregasi, yaitu:
a. Sekolah Luar Biasa (SLB)
Bentuk Sekolah Luar Biasa merupakan bentuk unit pendidikan.
Artinya, penyelenggaraan sekolah dimulai dari tingkat persiapan
sampai dengan tingkat lanjutan diselenggarakan dalam satu unit
sekolah dengan satu kepala sekolah.
b. Sekolah Luar Biasa Berasrama
Sekolah Luar Biasa Berasrama merupakan bentuk sekolah luar
biasa yang dilengkapi dengan fasilitas asrama. Peserta didik SLB
berasrama tinggal diasrama. Pengelolaan asrama menjadi satu
kesatuan dengan pengelolaan sekolah sehingga di SLB tersebut
ada tingkan persiapan, tingkat dasar, dan tingkat lanjut, serta unit
asrama.
c. Kelas Jauh/Kelas Kunjung
Kelas jauh atau kelas kunjung adalah lembaga yang disediakan
untuk memberi pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus yang tinggal jauh dari SLB atau SDLB. Penyelenggaraan
kelas jauh/kelas kunjung merupakan kebijaksanaan pemerintah
dalam rangka menuntaskan wajib belajar serta pemerataan
kesempatan belajar.

6
d. Sekolah Dasar Luar Biasa
SDLB merupakan unit sekolah yang terdiri dari berbagai kelainan
yang dididik dalam satu atap. Dalam SDLB terdapat anak
tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, model layanan
segregasi merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
dilaksanakan secara khusus, dan terpisah dari penyelenggaraan
pendidikan untuk anak normal. Anak berkebutuhan khusus dipisahkan
dengan anak normal pada umumnya, anak berkebutuhan khusus di
sekolahkan sesuai dengan jenis kebutuhannya dan tidak digabung
dengan anak normal pada umumnya.
2. Bentuk Layanan Pendidikan Terpadu/Integrasi
Istilah intergrasi pada umumnya digunakan sebagai kata benda
dalam menggambarkan usaha-usaha untuk menghindari pemisahan
dan isolasi pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus.3
Menurut Depdiknas ada tiga bentuk keterpaduan dalam
layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, yaitu:
a. Bentuk Kelas Biasa
Dalam bentuk keterpaduan ini anak berkebutuhan khusus belajar di
kelas biasa secara penuh dengan menggunakan kurikulum biasa.
Oleh karena itu sangat diharapkan adanya pelayanan dan bantuan
guru kelas atau guru bidang studi semaksimal mungkin dengan
memperhatikan petunjuk-petunjuk khusus dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar di kelas biasa. Bentuk keterpaduan ini
sering juga disebut keterpaduan penuh.
b. Kelas Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus
Pada keterpaduan ini, anak berkebutuhan khusus belajar di kelas
biasa dengan menggunakan kurikulum biasa serta mengikuti

3
Endang Rochyadi, Sistem Layanan Pendidikan Integrasi, VOL 1 No 1 tahun 2011 , hlm.
92.

7
pelayanan khusus untuk mata pelajaran tertentu tidak dapat diikuti
oleh anak berkebutuhan khusus bersama dengan anak normal.
c. Bentuk Kelas Khusus
Dalam keterpaduan ini anak berkebutuhan khusus mengikuti
pendidikan sama dengan kurikulum di SLB secara penuh di kelas
khusus pada sekolah umum yang melaksanakan program
pendidikan terpadu. Keterpaduan ini disebut juga keterpaduan
lokal/bangunan atau keterpaduan yang bersifat sosialisasi.
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan diatas, model
integrasi sekolah menerima anak berkebutuhan khusus dan anak
tersebut mengikuti proses pembelajaran dengan bahan yang sama
dengan anak-anak lain tanpa penysuaian, tanpa alat bantu dan juga
harus mengikuti kurikulum reguler yang tidak sesuai dengan
kebutuhan dan kecepatannya dalam belajar. Pendidikan integrasi
memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus agar
terjalin keterpaduan dengan anak normal lainnya, baik keterpaduan
secara menyeluruh, sebagian atau keterpaduan yang bersifat
sosialisasi.4
3. Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi adalah proses yang berlangsung secara
terencana dan terarah dimana ruang lingkup penanganan ABK bersama
dengan teman sebaya tidak hanya berfokus pada keterbatasan saja,
akan tetapi bagaimana memberikan layanan secara utuh pada pribadi
manusia selain keterbatasan/kekurangan sekaligus memaksimalkan
potensi dan kelebihan yang dimiliki. Penanganan diri ABK sekaligus
memperkenalkan dan mempersiapkan ABK dan lingkungan sekitar
tentang keberadaan ABK. Semakin awal pengakuan dan penerimaan
masyarakat terhadap keberadaan ABK maka ABK akan lebih cepat

4
Taruri Deti Aniska, “Layanan Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Penyelenggara
Pendidikan Inklusif (SPPI)”... hlm. 13-15.

8
menyesuaikan diri dan fokus utama terhadap kelebihan dibandingkan
dengan kekurangan seperti tujuan pendidikan akan tercapai.5
Lay Kekeh Marthan menyatakan bahwa pendidikan inklusif
adalah:
a. Pendidikan inklusif merupakan layanan yang memberikan
kesempatan kepada semua anak untuk mendapatkan pendidikan
disekolah umum bersama anak lainnya.
b. Pendidikan inklusif dilaksanakan dengan memperhatikan
kebutuhan masing-masing anak.
c. Pendidikan inklusif merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas
program pendidikan bagi semua peserta didik.6

5
Sri Roch Mulyani, Analisis Kajian Teoritis Perbedaan, Persamaan Dan Inklusi Dalam
Pelayanan Pendidikan Dasar Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Jurnal Ilmiah Mitra Swara
Ganesha, Vol. 4 No.2 (Juli 2017). hlm. 42.
6
Taruri Deti Aniska, “Layanan Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Penyelenggara
Pendidikan Inklusif (SPPI)”... hlm. 24.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari ketiga rumusan diatas diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
a. Pengertian layanan anak berkebutuhan khusus
Layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus adalah suatu usaha
yang diberikan oleh seseorang (guru) kepada orang lain (anak
berkebutuhan khusus) untuk memenuhi kebutuhan pendidikannya.
b. Konsep layanan anak berkebutuhan khusus
Konsep layanan ABK ini berbeda-beda tergantung siapa yang dihadapi
seperti tunarungu, tunalaras itu memiliki cara penanganan yang
berbeda. Namun untuk anak-anak yang berklasifikasi berat,
memerlukan berbagai layanan yang lebih lama untuk menumbuhkan
kemandirian mereka.
c. Bentuk-bentuk layanan anak berkebutuhan khusus
1. model layanan segregasi merupakan bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang dilaksanakan secara khusus, dan terpisah dari
penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal.
2. Model layanan integrasi sekolah menerima anak berkebutuhan
khusus dan anak tersebut mengikuti proses pembelajaran dengan
bahan yang sama dengan anak-anak lain tanpa penysuaian, tanpa
alat bantu dan juga harus mengikuti kurikulum reguler yang tidak
sesuai dengan kebutuhan dan kecepatannya dalam belajar.
3. Pendidikan inklusi memberikan penanganan anak berkebutuhan
khusus dengan teman sebaya yang tidak hanya fokus pada
keterbatasan saja, tapi juga memaksimalkan potensi dan kelebihan
yang dimiliki.

10
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih butuh
banyak perbaikan dan bimbingan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis juga berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan Penulis
pada khususnya. Aamiin.

11
DAFTAR PUSTAKA

Deti Aniska Taruri, 2016. “Layanan Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah


Penyelenggara Pendidikan Inklusif (SPPI)” Tugas Akhir Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Endang Rochyadi, 2011. Sistem Layanan Pendidikan Integrasi, VOL 1 No 1.

Roch Mulyani Sri, 2017. Analisis Kajian Teoritis Perbedaan, Persamaan Dan
Inklusi Dalam Pelayanan Pendidikan Dasar Bagi Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK), Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, Vol. 4 No. 2.

Wiendha, pada 24 September 2019 pukul 13. 17 WIB. Makalah Hakikat Layanan
Bagi Anak Berkebutuhan Khusus, 2013, diakses dari
http://wiendha29.blogspot.com/2013/11/makalah-hakikat-layanan-bagi-
anak.html.

12

Anda mungkin juga menyukai