Anda di halaman 1dari 13

TERMODINAMIKA

1. Usaha Dan Gas Proses Termodinamika

Termodinamika merupakan cabang fisika yang mempelajari temperatur, panas dan pertukaran energi.
Menurut sejarahnya semula termodinamika merupakan ilmu pengetahuan yang merangkai kalor dan
usaha mekanik. Tetapi ilmu ni berkembang, meraih bidang-bidang diluar mekanik. Pada tahap
perkembangan sekarang termodinamika merupakan akar bagi berbagai cabang ilmu pengetahuan alam.

Termodinamika mempunyai penerapak praktis dalam semua bidang IPA dan teknologi seperti halnya
dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari dari hubungan dengan cuaca sampai memasak. Gas sering
dipilih sebagai contoh pembahasan termodinamika karena mempunyai sifat-sifat sederhana. Dalam
termodinamika kumpulan benda-benda yang kita perhatikan disebut sistem, sedangkan semua yang ada
disekitar kita disebut lingkungan.

Usaha Gas

B ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

A ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, s

Gambar. Ketika gas ideal di dalam silinder dipanaskan pada tekanan tetap tinjaulah silinder yang berisi
gas dan mempunyai pengisap yang dapat bergerak tanpa gesekan. Gas ini akan mengerjakan gaya pada
pengisap itu. Jika luas pengisap A dan tekanan adalah P maka besarnya gas yang dikerjakan oleh gas pada
pengisap itu adalah F = pA. usaha W yang di lakukan oleh gas dapat dihitung dengan persamaan : W =
Fs W = (pA) ∆V oleh karena A ÆS = ∆V, persamaan usaha yang dilakukan gas dapat ditulis menjadi : W
= p∆V.

Keterangan : P = Tekanan Gas ( N/m2)

∆𝑣 = Perubahan Volume (m3)

W = Usaha Yang Dilakukan Gas (Joule)

Nilai W dapat berharga positif atau negative bergantung pada ketentuan berikut :

a. Jika gas memuai sehingga perubahan volemenya berharga positif, gas (sistem) tersebut
dikatakan melakukan usaha yang menyebabkan volumenya bertambah. Dengan demikian usaha
W sistem harga positif.

1
b. Jika gas dimampatkan atau ditekan sehingga perubahan volumenya berharga negatif pada gas
(sistem) diberikan usaha yang menyebabkan volume sistem berkurang. Dengan demikian usaha
W pada tersebut sistem ini bernilai negatif.

Grafik tekanan terhadap volume

V1 V2

V2 V1

Gambar. (a) grafik P-V suatu gas yang mengalami pemuaian (melakukan ekpansi) (b) grafik P-V suatu
gas yang mengalami pemampatan (diberi kompresi). Usaha yang dilakukan oleh sistem dapat ditentukan
melalui metode grafik. Pada gambar (a) dapat dilihat bahwa proses bergerak kea rah kanan (gas memuai).
Hal ini berarti V2 > V1 atau ∆𝑉 < 0 sehingga W bernilai positif (gas melakukan usaha terhadap
lingkungan). W sama dengan luas daerah di bawah kurva yang diarsir (luas daerah di bawah kurva p-v
dengan batas volume awal dan akhir). Selanjutnya perhatikan Gambar (b). jika proses bergerak kea rah
kiri (gas memampat), 𝑣2 < 𝑣1 𝑎𝑡𝑎𝑢 ∆𝑣 < 𝑜 sehingga W bernilai negative (lingkungan melakukan usaha
terhadap gas). W = - luas daerah di bawah kurva p-v yang diarsir.

Perubahan energi ∆𝑼 = 𝑼𝟐 − 𝑼𝟏

Usaha pada proses isobarik W = 𝑷∆𝑽 𝑷(𝑽𝟐 − 𝑽𝟏)


𝑽𝟐
Rumus umum usaha Gas : W = ∫𝑽𝟏 𝑷 𝒅𝒗

Usaha yang dilakukan oleh (atau pada ) sistem (gas) sama dengan luas daerah di bawah
grafik p-v dengan batas volume awal Vp sampai dengan akhir V2

2
b. Formulasi Kalor

Kalor yang diserap (atau diberikan) oleh sistem gas dapat dihitung dari rumus kalor yang telah dipelajari
yaitu : 𝑄 = 𝑤𝑐 ∆𝑇 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑄 = 𝑐∆𝑇 . Dengan c adalah kalor jenis gas dan C adalah kapasitas kalor gas.

c. Formulasi Energi Dalam

Energi dalam gas sama dengan total energi kinetik dari seluruh molekul-molekul gas. Gas monoatomik
𝟑 𝟑 𝟓 𝟓
U = 𝟐 NkT = 𝟐
nRT. Gas Diatomik U = 𝟐 NkT = 𝟐 nRT.

Dengan : N = jumlah molekul

N = besar molekul

K = tetapan Boltzmann J/K dan R = tetapan molekul gas J/KMOL

Tentu saja perubahan energi dalam ∆𝑢 untuk sistem yang berubah dari suhu awal T1 suhu akhir T2
dapat dinyatakan sebagai :
𝟑 𝟑
Gas monoatomik ∆𝒖 = nR∆𝑻 = nR(T2 – T1)
𝟐 𝟐

𝟓 𝟓
Gas diatomik ∆𝒖 = nRt∆𝑻 = nR(T2 – T1)
𝟐 𝟐

Dengan : ∆𝑢 = 𝑢2 − 𝑢1.

2. Proses-proses Termodinamika

Keadaan suatu gas dapat dilukis pada grafik p-V. Ada empat macam proses termodinamika gas yaitu :

a. Proses Isobarik

Proses isobarik adalah proses perubahan keadaan gas pada tekanan tetap. Persamaan keadaan untuk
𝑣 𝑣2 𝑣1
proses isobarik ( P tetap ) adalah : 𝑇 = C atau 𝑇2 = 𝑇1

1 2

proses isobarik gambar proses isobarik

3
Usaha isobarik : W = 𝑷∆𝑽 = 𝑷(𝑽𝟐 − 𝑽𝟏) ini adalah hukum Gay-Lussac

b. Proses isokhorik

Proses isokhorik atau isovolumik adalah proses perubahan gas pada volum tetap. Persamaan keadaan
𝒑𝒗
untuk proses isokhorik (V tetap ) adalah : persamaan keadaan isokhorik 𝑻 = C, karena V tetap

𝐩 𝐏𝟐 𝐏𝟏
𝐓
= C atau 𝐓𝟐 = 𝐓𝐈
ini adalah hukum Charles

c. Proses isotermal

Proses isotermal adalah proses perubahan keadaan gas pada suhu tetap. Persamaan keadaan untuk proses
𝒑𝑽
isotermal (T tetap ) adalah : persamaa keadaan isotermal = C Karena V Tetap pV = atau p2 v2 =
𝑻
𝑐
p1v1. Ini adalah hukum Boyle grafik p-V C atau p = berbentuk hiperbola.
𝑣

Usaha yang sama dengan luas daerah dibawah grafik p-V harus dihitung dengan cara integral dan
𝑣2
menggunakan persamaan W = ∫𝑣1 𝑝 𝑑𝑉

𝑛𝑅𝑇 𝑅𝑇
Dari persamaan gas ideal telah kita peroleh p = , Sehingga W = 𝑛 dV
𝑉 𝑉

Kareana nRT tetap, maka faktor tersebut dapat dikeluarkan dari tanda integral. Kemudian denganm
𝑑𝑥 𝑣2 𝑑𝑉
menggunakan sifat integral ∫ 𝑐
= 1 n x, peroleh W = nRT ∫𝑣1 𝑉
= nRT [1n V ] v2 v1 = nRT [ 1n V2 -
1n V1).

Usaha isotermal 𝒗𝟐
W = Nrt 1n [𝒗𝟏]

d. Proses Adiabatik

Proses adiabatic adalah proses perubahan keadaan gas di mana tidak ada aliran kalor yang masuk ke
dalam sistem atau keluar dari sistem. ( Dengan kata lain Q = 0 ). Proses adiabatik sangat penting dalam
bidang rekayasa. Contohnya gas panas dalam mesin diesel, pemuaian gas cair dalam sistem
pendingin.persamaan yang menyatakan lengkung adiabatik yang memiliki tanda panah.

4
Persamaan keadaan adiabatik : p1 V1y = p2 V2y

Dengan y > 1 merupakan hasil perbandingan kalor jenis gas pada tekanan tetap Cp dan kalor jenis gas
pada volum tetap Cv ( disebut juga tetapan Laplace ).
𝐶𝑝
Tetapan laplace 𝑦 = 𝐶𝑣

𝑛𝑅𝑇 𝑛𝑅𝑇
Untuk gas ideal, p = 𝑉
, sehingga persamaan dapat ditulis dalam bentuk p1 v1y = p2 v2 y ( 𝑉1
) v1y =
𝑛𝑅𝑇2
( ) v2y.
𝑉2

Persamaan keadaan adiabatik T2 V1y-1 = T2 V2 y - 1

3. Hukum pertama termodinamika

Hukum pertama termodinamika berhubungan dengan cara suatu sistem memperoleh energi dalam dari
lingkungan atau kehilangan energi dalam ke lingkungan. Bunyi hukum pertama termodinamika adalah :

Energi dalam suatu sistem berubah dari nilai awal U1 ke nilai akhir U2
sehubungan dengan kalor Q dan usaha W : ∆𝑢 = 𝑢2 − 𝑢1 = 𝑄 − 𝑊

Q adalah positif jika sistem memperoleh kalor dan negatif jika


kehilangan kalor. Usaha W positif jika usaha dilakukan oleh sistem dan
negatif jika usaha dilakukan pada sistem.

Hukum pertama pada berbagai proses termodinamika Gas

1. Proses isotermal : ∆𝒖 = 𝟎 𝒅𝒂𝒏 𝑸 = 𝑾


2. Proses isokhorik : 𝑾 = 𝟎 𝒅𝒂𝒏 ∆𝒖 = 𝑸
3. Proses adiabatik : 𝑸 = 𝟎 𝒅𝒂𝒏 ∆𝒖 = − 𝑾

5
4. Pengertian Energi Dalam

Energi dalam hanyalah total energi kinetik dari seluruh molekul. Energi dalam adalah suatu sifat
mikroskopi zat, sehingga tidak dapat diukur secara langsung. Yang tidak dapat diukur secara tidak
langsung adalah perubahan energi dalam ( notasi ∆𝑢 ) , yaitu ketika sistem berubah dari keadaan awal
(diberi indeks 1 ) ke keadaan terakhir ( diberi indeks 2 ). Perubahn energi dalam ∆𝒖 = 𝒖𝟐 − 𝒖𝟏

Perubahan energi dalam tidak bergantung pada proses bagaimana keadaan sistem, berubah tetapi hanya
bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir sistem tersebut. Perubahan energi dalam terjadi pada
setiap proses tersebut dijelaskan sebagai berikut :

a. Proses isotermal

Proses isotermal merupakan salah satu proses yang terjadi dalam sistem pada suhu tetap. Dengan
demikian, persamaan hukum pertama termodinamika untuk proses isotermal ini dapat ditulis sebagai
𝒗𝟐
berikut : 𝑸 = ∆𝑼 + 𝑾 = 𝟎 + 𝑾 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝑸 = 𝒏𝑹 𝑻 𝑰𝒏 ( )
𝒗𝟏

b. Proses isokhorik

Dalam Proses isokhorik perubahan yang dialami berada dalam keadaan volume tetap. Dengan
demikian, persamaan hukum pertama termodinamika untuk proses ini ditulis sebagai berikut : 𝑄 = ∆𝑢 +
𝑊 = ∆𝑢 + 0 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑄 = ∆𝑢 = 𝑢2 − 𝑢1 (1 − 11). Dalam persamaan (1-11) dapat menyatakan bahwa
kalor yang diberikan pada sistem hanya digunakan untuk mengubah energi dalam sistem tersebut. Jika
persamaan energi dalam untuk gas ideal monoatomik disubtitusikan ke dalam persamaan (1-11),
didapatkan perumusan hukum pertaman termodinamika pada proses isokhorik sebagai berikut :
𝟑 𝟑
𝑸 = ∆𝒖 = 𝟐 𝒏𝑹 ∆𝑻 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝑸 = 𝒖𝟐 − 𝒖𝟏 = 𝟐 𝒏𝑹 (𝑻𝟐 − 𝑻𝟏 )

c. Proses isobarik

Jika gas mengalami proses isobarik, perubahan yang terjadi pada gas berada dalam keadaan tekanan
tetap. Usaha yang dilakukan gas dalam proses ini memenuhi persamaan W = P ∆𝑣 = 𝑝 (𝑣2 − 𝑣1).
dengan demikian persamaan hukum pertama termodinamika untuk proses isobarik dapat ditulis sebagai
berikut : 𝑸 = ∆𝒖 = 𝒘 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝑸 = ∆𝒖 + 𝒑(𝒗𝟐 − 𝒗𝟏). untuk gas ideal monoatomik, persamaan dapat
𝟑
ditulis sebagai : 𝑸 = 𝟐 𝒏𝑹 (𝑻𝟐 − 𝑻𝟏) + 𝒑 (𝒗𝟐 − 𝒗𝟏)

d. Proses adiabatik

Persamaan hukum pertama termidinamika untuk proses adibatik ini dapat ditulis menjadi 𝑸 = ∆𝒖 +
𝒘 𝟎 = ∆𝒖 + 𝒘 atau 𝒘 = ∆𝒖 = −(𝒖𝟐 − 𝒖𝟏). Persamaan hukum pertama termodinamika untuk gas
𝟑
ideal monoatomik pada proses adiabatik ini ditulis sebagai : 𝒘 = ∆𝒖 = 𝟐 𝒏𝑹 (𝑻𝟐 − 𝑻𝟏 )

6
5. Aplikasi hukum pertama termodinamika

Sistem termodinamika adalah bagian dari jagat raya yang diperhitungkan. Sebuah batasan yang nyata
atau imajinasi memisahkan sistem dengan jagat raya, yang disebut lingkungan. Klasifikasi sistem
termodinamika berdasarkan pada sifat batas sistem lingkungan dan perpindahan materi, kalor dan entropi
anatara sistem dan lingkungan. Terdapat hukum dasar yang berlaku didalam sistem termodinamika, yaitu
:

1. Hukum awal (Zeroth Law) Termodinamika

Hukum ini menyatakan bahwa dua sistem dalam keadaan setimbang dengan sistem ketiga, maka
ketiganya dalam saling setimbang satu dengan yang lain.

2. Hukum Pertama Termodinamika

Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini menyatakan perubahan energi dalam dari satu
sistem termodinamika tertutup sama dengan total dengan jumlah energi kalor yang disuplai ke dalam
sistem dan kerja yang dikeluarkan terhadap sistem. Hukum pertama termodinamika adalah satu
pertanyaan mengenai hukum universal dari kekekalan energi dan mengidentifikasi perpindahan panas
sebagi suatu bentuk perubahan energi. Penyataan paling umum dari hukum pertama termodinamika
berbunyi :

kenaikan energi internal dari satu sistem termodinamika sebanding dengan jumlah energi panas yang
di tambahkan ke dalam sistem dikurangi dengan kerja yang dilakukan oleh sistem terhadap
lingkungan.

Pondasi hukum ini pertama kali diletakkan oleh James Prescott Joule yang melalui ekspperimen-
ekperimennya berhasil menyimpulkan bahwa panas dan kerja saling dapat dikonversikan. Pernyataan
eksplisit pertama diberikan oleh Rudolf Clausius pada 1850: “terdapat satu fungsi keadaan E, yang di
sebut “energi”,yang telah di Ferensialnya sama dengan jumlah kerja yang dipertukarkan dengan
lingkungannya pada satu proses adiabatik”.

Hukum kekekalan energi : Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dihancurkan atau dihilangkan.
Tetapi dapat ditransfer dengan berbagi cara. Aplikasi : mesin-mesin pembangkit energi dan pengguna
energi. Semuanya hanya mentransfer energi, tidak menciptakan dan menghilangkan.

7
6. Kapasitas Kalor

Pengertian kalor di dalam fisika kalor didefenisikan sebagai suatu bentuk


energi yang dapat berpindah atau mengelir dari benda yang memiliki kelebihan kalor menuju benda yang
kekurangan kalor. Kalor biasanya dinyatakan dalam suhu. Satuan kalor di dalam satuan internasional
yaitu Joule, satuan kalor lainnya ialah 1 kalori di defenisikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan
untuk memanaskan sebanyak 1 kg air sebesar 10C. 1 kalori = 4.2 Joule dan 1 joule = 0.24 kalori.

Pengertian Kalor Jenis

Kalor jenis ialah banyaknya kalor yang diserap atau diperlukan oleh 1 gram zar untuk menaikkan suhu
sebesar 10C. kalor jenis juga diartikan sebagi kemampuan suatu benda untuk melepas atau menerima
kalor. Masing-masing benda mempunyai kalor jenis yang berbeda-beda. Satuan kalor jenis J/kgOC.

Pengertian Kapasitas kalor

Kapasitas kalor diartikan sebagai banyaknya kalor yang diserap oleh suatu benda bermassa tertentu
untuk menaikkan suhu sebesar 20C. satuan kapasitas kalor dalam sistem internasional yaitu J/K..
untukmengetahui banyaknya kalor yang dilepas atau diterima oleh suatu zat digunakan persamaan :

Q = m.c. ∆𝑻 Dimana : Q = banyaknya kalor yang dilepas atau diterima oleh suatu benda (Joule)

m = massa benda yang menerima atau melepas kalor (Kg)

c = kalor jenis zat (J/ Kg0C)

∆𝑇 = perubahan suhu (0C)


𝑸
Untuk menentukan kalor jenis suatu zat digunakan persamaan : 𝒄 = 𝒎 . ∆𝑻

Dimana : C = kapasitas kalor (J/K)

Q = banyaknya kalor (J) dan m = massa yang menerima zat kalor (Kg)

∆𝑇 = perubahan suhu (K)

8
Untuk menentukan kapasitas kalor suatu zat digunakan persamaan : 𝒄 = 𝑸/∆𝑻

Dimana : C = kapasitas kalor (J/K)

Q = banyaknya kalor (J)

∆𝑇 = perubahan suhu (K)

Kapasitas kalor juga dapat ditentukan dengan persamaan lain , C = m.c

7. Siklus Termodinamika

ilmu mengenai siklus termodinamika penting dalam sistem


pembangkit tenaga. Mesin-mesin ini menggunakan campuran bahan bakar udara untuk operasinya. Siklus
termodinamika dapat diklasifikasikan secara umum yaitu :

1. Siklus reversible (bolak-balik)

Siklus ini merupakan sebuah siklus dimana perubahan dapat dibalikkan ke keadaan semula tenpa
mengubah keadaan sekelilingnya. Pada siklus ini seharusnya tidak ada kerugian panas karena gesekan,
radiasi atau konduksi. Siklus akan reversible jika semua proses yang membentuk siklus juga reversible.

2. Siklus irreversible (tidak kembali)

Siklus ini merupakan siklus tak terbalikkan. Untuk mengembalikan ke keadaan semuala harus mengubah
keadaan sekelilingnya. Pada siklus ini ada kerugian panas karena gesekan, radiasi atau konduksi. Siklus
ini juga terjadi jika proses pembentukannya juga proses irreversible.
𝑾 𝑸𝟏−𝑸𝟐 𝑸𝟐
Defenisi efesiensi mesin kalor : n= = =1
𝑸𝟏 𝑸𝟏 𝑸𝟏

9
3. Siklus Carnot

Siklus yang satu ini dibuat oleh Carnot yang merupakan ilmuan pertama yang menganalisis
permasalahan efesiensi mesin kalor. Pada mesin carnot, zat kerja melakukan operasi siklus yang terdiri
dari dua operasi termal dan dua operasi adiabatik Mesin carnot adalah mesin kalor hipotesis yang
𝑻𝟐
beroperasi dalam suatu siklus reversible. Efesiensi mesin carnot : n = 1 - 𝑻𝟏
.

𝑻𝟐
Koefisien performansi mesin pendingin carnot : Cp = 𝑻𝟏−𝑻𝟐

8. Hukum KeDua Termodinamika

Hukum kedua termodinamika yang berguna untuk memahami konversi energi panas ke energi mekanik,
yaitu formulasi yang dikemukakan oleh Kelvin-Planck dan Rudolf Clausius. Dengan demikian hukum
kedua termodinamika dapat dinyatakan sebagai berikut :

Formulasi Kelvin-Planck. Tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang berkerja dalam
suatu siklus yang semata-mata mengubah energi panas yang diperoleh dari suatu sumber pada suhu
tertentu seluruhnya menjadi usaha mekanik.

Formulasi Kelvin-Planck menyatakan bahwa tidak ada cara untuk mengambil energi panas dari lautan
dan menggunakan energi ini untuk menjalankan generator listrik tanpa efek lebih lanjut, misalnya
pemanasan atmosfer.

Formulasi Clausiu. Tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang berkerja dalam suatu siklus
yang semata-mata memindahkan energi panas dari suatu benda dingin ke benda panas.

Formulasi Clausiu menyatakan bahwa tidak ada mesin kalor yang berkerja dalam suatu siklus yang
dapat membekukan air dan menggunakan energi yang dibebaskan dari proses pembekuan ini untuk
mendidihkan lebih banyak air tanpa efek lebih lanjut.

10
9. Mesin Pendingin

Sumber panas suhu mutlak


T1

Q1

w
pendingin

Q2

Sumber dingin suhu


mutlak T2

Gambar 9.22 skema pendingin

C Hukum kedua termodinamika berpegang pada kecenderungan alamiah kalor untuk mengalir dari benda
panas ke benda dingin. Analogikan dengan air yang cenderung mengalir dari tempat yang tinggi ke
tempat yang rendah. Meskipun demikian, energi adalah kekal selama proses pendinginan, seperi halnya
dalam proses mesin kalor sehingga Q1 = Q2 + W. Lebih jauh lagi, jika proses terjadi adalah reversibel,
kita memiliki peralatan ideal yang disebut pendinginan carnot. Untuk peralatan ideal ini, hubungan
Q1/Q2 = T1/T2 tetap berlaku seperti pada mesin carnot.

Ukuran kinerja (performal) sebuah kulkas dan pendingin ruangan bisa diperoleh dengan menetapkan
hasil bagi kalor Q2 yang dipindahkan dari sumber dingin dengan usaha W yang dibutuhkan untuk
memindahkan kalor ini. Hasil bagi ini disebut koefisien performansi (diberi lambang p) yaitu :
𝑸𝟐
Definisi koefisien performansi : Cp = 𝑾

11
Perhatikan 𝑄2 > 𝑊 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝐶𝑝 < 1 (koefisien performansi selalu lebih dari 1). Dengan
memasukkan 𝑄1 = 𝑄2 + 𝑤 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑊 = 𝑄1 − 𝑄2 ke persamaan (9-33) kita peroleh :

Q1 1 1
𝑪p = = = − 1
Q1 − Q2 Q1 − Q2 Q1
Q2 Q2

Koefisien perfomansi paling besar yang mungkin adalah mesin pendingin carnot, yang prosesnya
𝑄1 𝑇1
adalah kebalikan dari mesin carnot. Untuk mesin carnot telah kita peroleh : 𝑄2
= 𝑇2
, sehingga ini kita
masukkan kedalam (*) kita peroleh :

1 1 T2
Cp = = =
T1 T1 − T2 T1 − T2
T2 − 1 T2
𝑻𝟐
Koefisien performansi mesin pendingin Carnot 𝑪𝒑 = 𝑻𝟏− 𝑻
.

12
RINGKASAN MATERI FISIKA

TERMODINAMIKA

Nama : ANRY MAANARY

Kelas : XI Ipa 3

SMA NEGERI 1 PULAU-PULAU TERSELATAN

WONRELI 2017

Anda mungkin juga menyukai