Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Program Studi Teknik Sipil Institut Teknologi Kalimantan merupakan salah
satu pelaksana pendidikan Program Sarjana Strata-1 (S1) yang mempelajari tentang
bagaimana merencanakan, merekayasa, membangun, dan merenovasi berbagai
macam infrastruktur dengan pertimbangan biaya, mutu, dan waktu. Bekal untuk
membentuk mahasiswa sebagai calon sarjana tidak cukup hanya dengan pelajaran
di bangku perkuliahan saja. Dalam bangku perkuliahan, mahasiswa hanya diberi
teori – teori dalam bidangnya, praktikum yang dilaksanakan mahasiswa dilakukan
untuk membuktikan teori yang telah dipelajari. Sedangkan berbagai pengetahuan
yang ada di lapangan secara langsung sangatlah banyak, seperti pemahaman
mengenai proses dan tahapan kegiatan konstruksi, kerja sama tim, maupun
keterampilan berkomunikasi. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah program atau
kurikulum yang dapat mengasah pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam
ruang lingkup teknik sipil dalam dunia kerja yang disebut dengan Kerja Praktik
(KP).

Kerja praktik merupakan salah satu mata kuliah yang termasuk di dalam
kurikulum dan menjadi syarat yang harus di tempuh oleh setiap mahasiswa Institut
Teknologi Kalimantan untuk menyelesaikan studi sesuai dengan Program Studi
yang di tempuh mahasiswa. Pada kegiatan kerja praktik (KP) ini akan menambah
wawasan bagi mahasiswa mengenai dunia kerja teknik sipil dan menunjukkan
aplikasi nyata di bidang ilmu keteknik – sipilan dalam kehidupan sehari – hari.
Selain itu, mahasiswa juga dituntut untuk bekerja sama serta bersosialisasi dengan
orang banyak selama masa kerja praktik ini. Dalam pelaksanaannya, mahasiswa
diberikan kebebasan untuk mimilih proyek yang diinginkan dengan batasan nilai
kontrak proyek minimal 2 Milyar dan durasi kegiatan Kerja Praktik minimal 8
minggu.

Untuk memenuhi hal - hal tersebut, penulis melaksanakan kerja praktik


(KP) pada proyek Pembangun Gedung Pemerintah Jalan MT. Haryono Samarinda

1
Provinsi Kalimantan Timur yang diinisiasi oleh Dinas Pekerjaan Umum, Penataan
Ruang, dan Perumahan Rakyat Provinsi Kalimantan Timur selaku owner.

1.2 Tujuan Umum


Secara umum tujuan dari kerja praktik pada proyek Pembangunan Gedung
Pemerintah Jalan MT. Haryono Samarinda adalah sebagai berikut :

1. Memenuhi salah satu mata kuliah di Program Studi Teknik Sipil ITK yang
merupakan prasyarat bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknik.
2. Mengamati secara langsung penggunaan teori–teori dasar yang telah
diajarkan selama proses perkuliahan di lapangan.
3. Menerapkan ilmu teknik -sipil yang dipelajari selama proses perkuliahan
4. Memperluas wawasan dan pengalaman mengenai kondisi kerja di dunia
teknik sipil sebagai bekal untuk terjun ke dunia kerja nantinya.
1.3 Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan dari kerja praktik pada proyek Pembangunan Gedung
Pemerintah Jalan MT. Haryono Samarinda adalah sebagai berikut :

1. Memahami maksud dan gambar kerja yang dibuat oleh suatu proyek.
2. Memahami struktur organisasi proyek.
3. Memahami struktur bangunan pada proyek.
4. Memahami struktur manajemen konstruksi pada proyek
5. Memahami pekerjaan khusus yang ada di proyek.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari kerja praktik pada proyek Pembangunan Gedung
Pemerintah Jalan MT. Haryono Samarinda adalah sebagai berikut :

1.4.1 Bagi Perguruan Tinggi


Sebagai tambahan referensi khusunya dalam perkembangan sains dan
teknologi terbaru yang dilakukan oleh instansi/lembaga dan sebagai sarana untuk
menambah relasi bagi perguruan tinggi terhadap instansi/lembaga.

2
1.4.2 Bagi Mitra Kerja Praktik
Hasil penelitian dan analisa dari mahasiswa yang melaksanakan kerja
praktik dapat menjadi bahan masukan terhadap instansi/lembaga yang terkait guna
kepentingan untuk instansi/lembaga di masa yang akan datang serta membantu
kegiatan sehari-hari didalam proyek.

1.4.2 Bagi Mahasiswa


Untuk memenuhi satuan kredit semester ( SKS ) mata kuliah kerja praktik
yang ada di program studi Teknik Sipil kampus Institut Teknologi Kalimantan serta
dapat memahami kondisi nyata didalam dunia kerja sehingga ilmu yang didapatkan
dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dikemudian hari.

3
BAB 2
GAMBARAN UMUM MITRA KP

2.1 Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Perumahan Rakyat


2.1.1 Sejarah Instansi
Departemen Pekerjaan Umum dibangun sekitar tahun 1940-an, tepatnya
dikota Bandung. Pada saat itu bangsa Indonesia masih mengalami Zaman
pemerintahan kolonial Jepang dan Belanda dimana Dinas Pekerjaan Umum dahulu
diisi oleh pemuda Indonesia. Pada tanggal 4 Oktober 1945 terjadi pertempuran
dikota Bandung, dibawah Menteri Muda Perhubungan dan Pekerjaan Umum,
Insinyur Pangeran Moch. Noor, pegawai-pegawai kantor dinas Pekerjaan Umum
mengangkat sumpah setia kepada Republik Indonesia. Dalam peristiwa tersebut
telah menewaskan 7 orang pemuda saat membela kantor Dinas Pekerjaan Umum.
Pada saat sebelum tahun 1942 Dinas Pekerjaan Umum bagi Daerah Tingkat I
Kalimantan Timur dikenal dengan nama V & W O dalam instansi manapun
termasuk pula pelaksanaan bangunan Kesultanan Kutai yang disebut
Landschapwarken didalam Kesultanaan Kutai.

Adapun organisasi yang bernaung dibawah V&W di Jakarta, maka


pimpinannya terdiri dari pejabat-pejabat teknik maupun pejabat administrasi
Kesultanan Kutai, namun jumlahnya sangat terbatas dan khusus berada didalam
Kesultanan Kutai, akan tetapi sebagai coordinator tetap dalam tangan pejabat dari
departemen hingga segala sesuatu dalam organisasi V & W bertanggung jawab
keluar dan kedalam adalah pejabat departemen. Pada masa itu organisasi V & W
hanya berada di daerah-daerah sebagai berikut :

1. Kota Samarinda
2. Kota Balikpapan
3. Kota Tanah Grogot
Yang semuanya dipimpin oleh seorang sarjana (Ir) yang berkebangsaan
Belanda. Penghasilan pegawai, baik pegawai teknik maupun pegawai administrasi
diatur berdasarkan UBP 1926. ini hanya berlangsung sampai tahun 1941 dan awal

4
tahun 1942, sebab pada waktu itu terjadi pendudukan Jepang dan masa pendudukan
organisasi ini, pemerintah termasuk pula organisasi Dinas Pekerjaan Umum
tergantung kepada pimpinan tentara Jepang setempat.

Setelah berakhirnya masa pendudukan Jepang maka organisasi V & W


kembali lagi dengan sebutan Residentis Waterstaat Van East Borneo beserta seksi-
seksinya antara lain di Balikpapan dan Samarinda, bukan hanya menyelenggarakan
soal-soal pembangunan, keuangan dan Pekerjaan Umum Kesultanan Kutai juga
dibangun yang kemudian disebut dengan PUDKK juga termasuk dalam tugasnya.

Karena itu organisasi Residentis Waterstaat Van East Borneo (Dinas


Pekerjaan Umum) adalah sebagai coordinator organisasi teknik administrasi yang
tergantung dalam hal ini dapat dibayangkan bagaiman kesibukan-kesibukan yang
harus dihadapi oleh pimpinan-pimpinan seksi utamanya di Samarinda dan di
Balikpapan, antara lain mengenai soal-soal kepegawaian karena Organisasi
Residentis Waterstaat Van East Borneo pada waktu itu mengenai pegawai menjurus
pada jalan yaitu :

a. Usul pengangkatan menjadi pegawai pekerjaan umum daerah Kutai diajukan


pada daerah Kutai di Tenggarong.
b. Usul pengangkatan menjadi pegawai departemen harus diajukan kepada
Departemen di Jakarta.
Jadi organisasi Residentis Waterstaat Van East Borneo pada waktu itu baik
ditingkat daerah manapun ditingkat seksi, membina pegawai yang terdiri dari unsur
begitu pula pertanggungjawaban hukumnya.

Setelah terjadinya penyerahaan kedaulatan pemerintah Republik Indonesia


pada akhir tahun 1949 dan awal tahun 1950, maka Organisasi Residentis Waterstaat
Van East Borneo pada waktu itu untuk daerah Kalimantan Timur yang dipimpin
oleh sarjana teknik berkebangsaan Indonesia.

1. UPTD Wilayah Selatan berkedudukan di Balikpapan.


2. UPTD Wilayah Tengah berkedudukan di Samarinda.
3. UPTD Wilayah Timur berkedudukan di Sangatta.
4. UPTD Wilayah Utara berkedudukan di Tanah Grogot.

5
Adapun Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Perhubungan Kalimantan
Timur pada masa itu bernaung pada Dinas Pekerjaan Umum Perhubungan Propinsi
Kalimantan Timur di Banjarmasin karena Kalimantan pada waktu itu masih satu
propinsi.

Berhubung demikian maka segala sesuatu yang berkaitan dengan organisasi


Dinas Pekerjaan Umum Perhubungan Kalimantan Timur baik dibidang
pembangunan, keuangan dan kepegawaian diajukan dahulu pada Dinas Pekerjaan
Umum Perhubungan Propinsi Kalimantan Timur sebagai koordinator
pembangunan daerah istimewa Kutai.

Perlu diketahui bahwa lalu lintas jalan,menjadi tugas organisasi Dinas


Pekerjaan Umum Perhubungan, nemun oleh karena terjadi pemindahan Dinas
Perhubungan menjadi Departemen sendiri pada tahun 1952, maka tugas lalu lintas
dipisah-pisahkan di tiap daerah menjadi Dinas atau Jawatan sendiri.

Sebab situasi keadaan pemerintah Kalimantan Timur pada waktu itu pada
tahun 1950, organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kalimantan Timur tidak lagi
menjadi koordinator hingga mengharuskan terjadinya pemisahaan antara pekerjaan
umum Kalimantan Timur.

Berhubung dengan terjadinya peningkatan daerah Kalimantan Timur,


sehingga Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Kalimantan Timur, pada tanggal 1
Januari 1957 Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Kalimantan Timur berdasarkan Surat
Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah peralihan tanggal 21 September 1957
No: 42/DPRD/1/1957 mempunyai empat seksi khusus dan juga seksi umum yang
tersususn sebagai berikut :

1. Seksi Gedung Wilayah Kutai di Samarinda.


2. Seksi Pengairan Wilayah Kutai di Samarinda.
3. Seksi jalan dan jembatan Wilayah Kutai di Balikpapan.
4. Seksi Lapangan Terbang di Balikpapan.
5. Seksi Dinas Pekerjaan Umum Wilayah Pasir di Tanah Grogot.
6. Seksi Wilayah Bulungan di Tanah Grogot.

6
Mengingat dengan kesulitan tatalaksana di daerah hukum dibidang
tugasnya, yang dibebankan oleh seksi-seksi khusus di Samarinda dan Balikpapan
serta kurangnya efisiensi, maka dalam konfrensi dinas pada tahun 1942 terjadi
perubahan-perubahan seksi yang tersususn sebagai berikut :

1. Seksi Gedung-gedung/jalan umum Samarinda.


2. Seksi Gedung-gedung/jalan umum di Balikpapan.
3. Seksi Pengairan Wilayah Kutai di Samarinda.
4. Seksi Dinas Pekerjaan Umum Wilayah Bulungan di Tarakan.
5. Seksi Dinas Pekerjaan Umum wilayah Berau di Tanjung Redeb.
6. Seksi Dinas Pekerjaan Umum Wilayah Pasir di Tanah Grogot.
Dan kemudian dengan situasi politik di daerah Kalimantan Timur serta
peningkatan volume pekerjaan pembangunan utamanya untuk daerah hulu
Mahakam, maka dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Propinsi
Kalimantan Timur tanggal 20 Mei 1964 Nomor : P-6/13/64/JKT, dibentuk lagi
sebuah seksi dengan sebutan seksi Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Kalimantan
Timur memiliki seksi sebanyak 7 seksi dengan tetap berpegang pada surat
Keputusan Formasi pegawai tanggal 21 September 1959.

Kemudian pada bulan April 1971, maka terjadi lagi perubahaan seksi dinas
Pekerjaan Umum Propinsi Kalimantan Timur, sebagai realisasi atas pembicaraan
pada tanggal 29 Maret 1971 di balai Gubernur Kepala Daerah Kalimantan Timur,
yang tercantum sebagai berikut :

1. Seksi Dinas Pekerjaan Umum Wilayah Berau, meliputi daerah kerja kabupaten
Bulungan dan berkedudukan di Tarakan.
2. Seksi Dinas Pekerjaan Umum Wilayah Berau, meliputi daerah kerja Kabupaten
Berau berkedudukan di Tanjung Redeb.
3. Seksi Dinas Pekerjaan Umum Wilayah Pasir, meliputi daerah kerja Kabupaten
Pasir dan berkedudukan di Tanah Grogot.
4. Seksi Dinas Pekerjaan Umum Wilayah Balikpapan, meliputi daerah kerja
Wilayah Kotamadya Balikpapan Kecamatan Handil II sampai dengan sungai
Dondong berkedudukan di Balikpapan.

7
5. Seksi Dinas Pekerjaan Umum Wilayah Kutai, meliputi daerah kerja Kabupaten
Kutai di tambah Hulu Mahakam, berkedudukan di Tenggarong.
6. Seksi Dinas Pekerjaan Umum Wilayah Samarinda, meliputi daerah kerja
Wilayah Kotamadya Samainda/Kecamatan Sanga-Sanga/Muara Badak dan
Sangkulirang berkedudukan di Samarinda.

2.1.2 Visi dan Misi Instansi


a. Visi
Visi dari Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Perumahan Rakyat
Provinsi Kalimantan Timur adalah sebagai berikut:
“Menjadi institusi yang handal dan professional dalam menyediakan
infrastruktur pekerjaan umum kaliamantan timur yang diselenggarakan
secara terpadu dan berkelanjutan.”
b. Misi

Misi dari Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Perumahan Rakyat
Provinsi Kalimantan Timur adalah sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan mekanisme perencanaan, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang;
2. Menyediakan pembangunan infrastruktur sumber daya air guna mendukung
ketahanan penyediaan pangan dan pendayagunaan sumber air untuk
kesejahteraan rakyat;
3. Menyediakan pembangunan infrastruktur air bersih, sanitasi, air limbah,
persampahan dan drainase
4. Menyediakan pembangunan infrastruktur jalan guna mendukung kelancaran
transportasi darat sebagai sistem transportasi untuk menunjang lalu lintas
ekonomi;
5. Menyediakan pembangunan sarana dan prasarana permukiman yang layak,
sehat dan terjangkau serta mendorong pengembangan wilayah/kawasan
tertentu.

2.1.3 Lokasi Instansi


Kantor Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Perumahan Rakyat
Provinsi Kalimantan Timur terletak di Jl.Tengkawang No.1, Karang Anyar,

8
Kecamatan Sungai Kunjang, Kota Samarinda, Kalimantan Timur 75234 yang dapat
dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Lokasi Kantor Dinas Pekerja Umum Penataan Ruang dan Perumahan Rakyat Provinsi
Kalimantan Timur.

Sumber: Google Maps, 2019

2.1.4 Lambang Instansi


Lambang atau logo resmi dari Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan
Perumahan Rakyat Provinsi Kalimantan Timur dapat dilihat pada gambar 2.2
berikut:

Gambar 2.2 Lambang atau Logo dari Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Perumahan
Rakyat Provinsi Kalimantan Timur.

Sumber: Google, 2019

9
2.1.5 Struktur Organisasi
Struktur organisasi dari Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan
Perumahan Rakyat dapat dilihat pada Gambar 2.3 sebagai berikut:

Gambar 2.3 Struktur Organisasi dari Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Perumahan
Rakyat Provinsi Kalimantan Timur.

Sumber: Data Perusahaan, 2019

Adapun struktur organisasi yang ada di Proyek Pembangunan Gedung Pemerintah


Jl. MT.Haryono yaitu sebagai berikut:

10
Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA)
Rahmad Hidayat, ST
NIP. 19710821 199803 1 007

Pejabat Pelaksana Teknis


Kegiatan (PPTK)
M. Rahadian Adi Sapta, ST
NIP. 19800921 200901 1 002

KORDINATOR LAPANGAN
Yarri Adhidarma, ST
NIP. 19780419 200901 1 002

STAFF AHLI
Pak Harris
Pak Edward

Gambar 2.4 Struktur Organisasi Dinas PU pada Proyek Pembangunan Gedung


Pemerintah Jalan MT. Haryono Samarinda

Sumber: Data Perusahaan, 2019

11
Tugas pokok dan kewenangan setiap divisi atau personal antara lain sebagai
berikut:

1. Pejabat Pelaksana Teknik Kegiatan (PPTK)


Tugas pokok dan kewenangan pejabat pelaksana teknik kegiatan (PPTK)
antara lain sebagai berikut :

a. Menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan Barang/Jasa yang meliputi:

1. Spesifikasi teknis Barang/Jasa;


2. Harga Perkiraan Sendiri (HPS);
3. Rencana Kontrak.
b. Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;

c. Melaksanakan Kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa;

d. Mengendalikan Pelaksanaan Kontrak;

e. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian Pengadaan Barang/Jasa kepada


PA/KPA;

f. Menyerahkan hasil pekerjaan pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA


dengan Berita Acara Penyerahan;

g. Melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan


hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada PA/KPA setiap triwulan;

h. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan


Pengadaan Barang/Jasa.

i. Mengusulkan kepada PA/KPA :

1. Perubahan paket pekerjaan; dan/atau

2. Perubahan jadwal kegiatan pengadaan.

j. Menetapkan tim pendukung;

12
k. Menetapkan Tim atau tenaga ahli pemberi penjelasan teknis; dan
Menetapkan besaran uang muka yang dibayarkan kepada penyedia
Barang/Jasa.

2. Kordinator Pengawas Lapangan

Tugas pokok dan tanggung jawab tim direksi lapangan antara lain sebagai
berikut :

a. Membantu Pejabat Pelaksana Teknik Kegiatan (PPTK) dalam pengendalian


pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh penyedia jasa agar sesuai dengan
ketentuanketentuan dalam dokumen surat perjanjian/kontrak;

b. Melakukan pengendalian biaya, mutu, waktu dan administrasi teknis


diantaranya, dengan:

1) melakukan rapat persiapan pelaksanaan kontrak (PCM) dan dibuat Berita


acaranya;

2) melakukan pemeriksaan bersama (Value Engineering Contruction)


dengan melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap hasil pemeriksaan
bersama yang dilakukan oleh penyedia jasa dan konsultan pengawas
serta dituangkan dalam berita acara hasil pemeriksaan bersama;

3) melakukan pemeriksaan terhadap hasil perhitungan kuantitas dan hasil


pengujian kualitas pekerjaan yang dilaksanakan oleh penyedia jasa serta
telah diperiksa oleh konsultan pengawas, sesuai dengan spesifikasi yang
ditentukan dalam dokumen kontrak;

4) melakukan pemantauan dan evaluasi secara periodik terhadap prestasi


pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh penyedia jasa dan telah diperiksa
oleh konsultan pengawas serta beberapa pekerjaan yang membutuhkan
persetujuan perencana;

5) melakukan evaluasi terhadap perubahan pekerjaan, baik pekerjaan


tambah maupun kurang berdasarkan justifikasi teknis dari konsultan
pengawas serta dibuat berita acara;

13
6) melakukan analisis kelayakan dan kewajaran alasan perubahan
berdasarkan justifikasi teknis dari konsultan pengawas dan atau
konsultan perencana serta dibuat berita acaranya;

7) melakukan rapat monitoring dan evaluasi pelaksanaan pekerjaan secara


berkala dengan penyedia jasa dan konsultan pengawas.

c. melakukan pengendalian atas kinerja konsultan pengawas dan konsultan


perencana yang diantaranya dengan memeriksa laporan - laporan hasil
pengawasan pelaksanaan pekerjaan;

d. melakukan koordinasi dengan instansi/pihak terkait sehubungan dengan


pelaksanaan pekerjaan;

e. dalam menjalankan tugasnya Kordinator Pengawas Lapangan bertanggungjawab


kepada PPTK.

Komponen utama yang ada di Proyek Pembangunan Gedung Pemerintah


Jalan MT.Haryono Samarinda, yaitu pemilik proyek (owner), konsultan perencana,
konsultan pengawas dan kontraktor pelaksana.

Adapun struktur organisasi proyek pada Proyek Pembangunan Gedung


Laboratorium Fertilitas dapat dilihat pada Gambar 2.2

14
PEMILIK PROYEK (OWNER)

DINAS PU PROVINSI
KALTIM

KONSULTAN PERENCANA KONSULTAN PENGAWAS

CV. KALTICONS DESAIN PT. ADHI TEKNIK

KONTRAKTOR

PT. EN HANDAYANI GROUP


Kontraktual
Koordinasi

Gambar 2.7 Struktur organisasi proyek. (Dokumen Perusahaan,2019)

2.1.6 Tugas dan Kewajiban


1. Pemilik Proyek (Owner)

Pemilik proyek adalah perorangan atau badan usaha baik swasta maupun
pemerintah yang memiliki sumber dana untuk membuat suatu bangunan dan
menyampaikan keinginannya kepada ahli bangunan agar dapat dibuatkannya
rancangan struktur dan rencana anggaran biayanya. Adapun tugas-tugas
dari owner atau pemilik adalah:

1. Menyediakan dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan proyek.


2. Mengeluarkan surat perintah kerja kepada kontraktor mengenai pembangunan
proyek sesuai dengan dokumen kontrak.
3. Memerintahkan penambahan atau pengurangan pekerjaan suatu proyek.
4. Menyetujui atau menolak perubahan suatu pekerjaan.
5. Menerima suatu pekerjaan apabila telah memenuhi persyaratan.

15
2. Konsultan Perencana

Sebagaimana telah disebutkan di atas, ahli-ahli bangunan yang menerima


pekerjaan dari pemilik proyek pada umumnya adalah tenaga-tenaga yang dipimpin
oleh arsitek atau insinyur yang dalam hal ini disebut sebagai penasehat (konsultan)
perencana. Adapun tugas- tugas dari konsultan perencana secara umum adalah :

1. Membuat gambar kerja (bestek).


2. Membuat program kerja agar mudah dalam pelaksanaan pekerjaan.
3. Membuat semua persyaratan, administrasi, dan spesifikasi teknis.
4. Menganalisis semua permintaan owner untuk disesuaikan dengan skema
rancangan yang dibuat.
5. Menyediakan solusi untuk masalah yang terjadi dalam pelaksanaan proyek.

3. Konsultan Pengawas

Konsultan pengawas adalah pihak yang ditunjuk oleh pemilik proyek ( owner
) untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan. Konsultan pengawas dapat berupa
badan usaha atau perorangan. Perlu sumber daya manusia yang ahli dibidangnya
masing-masing seperti teknik sipil, arsitektur, mekanikal elektrikal, listrik dan lain-
lain sehingga sebuah bangunan dapat dibangun dengan baik dalam waktu cepat dan
efisien.

Konsultan pengawas dalam suatu proyek mempunyai tugas sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan kontrak kerja.


2. Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan pelaksanaan proyek.
3. Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek untuk dapat dilihat oleh pemilik
proyek.
4. Konsultan pengawas memberikan saran atau pertimbangan kepada pemilik
proyek maupun kontraktor dalam proyek pelaksanaan pekerjaan.
5. Mengoreksi drawing yang diajukan kontraktor sebagai pedoman pelaksanaan
pembangunan proyek.

16
6. Memilih dan memberikan persetujuan mengenai tipe dan merek yang diusulkan
oleh kontraktor agar sesuai dengan harapan pemilik proyek namun tetap
berpedoman dengan kontrak kerja konstruksi yang sudah dibuat sebelumnya.

4. Kontraktor Pelaksana

Kontraktor Pelaksana adalah rekanan peserta pelelangan yang berdasarkan hasil


penelitian panitia pelelangan dan pimpinan bagian proyek dianggap paling sesuai
untuk melaksanakan pekerjaan berdasarkan surat penunjukan dari pimpinan bagian
proyek. Secara umum tugas-tugas dari kontraktor adalah :

1. Membuat metode kerja.


2. Menyiapkan tenaga kerja, peralatan bahan-bahan, dan segala sesuatu yang
digunakan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
3. Melaksanakan pekerjaan berdasarkan keahlian dan pengalaman yang dimiliki
sesuai dengan gambar rencana yang dibuat oleh konsultan perencana dan tidak
keluar dari spesifikasi kerja yang telah disetujui.
4. Berkewajiban melaksanakan pekerjaan seperti yang telah diinstruksikan
oleh owner.
5. Menyerahkan pekerjaan apabila pekerjaan telah selesai secara keseluruhan
kepada owner.

17
BAB 3
DESKRIPSI PROSES DALAM INSTANSI

3.1 Gambaran Umum


Proyek Pembangunan Gedung Pemerintah Jalan MT.Haryono Samarinda
merupakan proyek pembangunan lanjutan Dinas Perindustrian, Perdagangan,
Koperasi dan UKM (DISPERINDAGKOP) Provinsi Kalimantan Timur dimana di
proyek tersebut dibangun 2 gedung, 1 musholla, 1 Ground Water Tank (GWT), 1
gudang, 4 turap, dan 1 sheet pile yang berlokasi di Jl. MT.Haryono RT.54 Kel. Air
Putih Kec. Samarinda Ulu, Samarinda Kalimantan Timur 75243.
Data umum yang dimiliki Proyek Pembangunan Anantara Ubud Resort
adalah sebagai berikut :
a. Nama Proyek : Pembangunan Gedung Pemerintah Jalan
MT.Haryono Samarinda
b. Pemilik (user) : Departemen Perdagangan RI (CQ. Kanwil Dept.
Perdagangan) Provinsi Kaltim.
c. Owner : Dinas Pekerja Umum, Penataan Ruang dan
Perumahan Rakyat Provinsi Kalimantan Timur
d. Nomor Kontrak : 088/DPMPTSP-KS/VII/2019
e. Konsultan Pengawas : CV. Adhi Teknik
f. Konsultan Perencana : CV. Kalticons Desain
g. Kontraktor : PT. EN Handayani Group
h. Sub Kontraktor : PT. Citas Otis Elevator
PT. C2P Frans Diesel
PT. Mustika Surya Elektrik
CV. Artha Raya
PT. Tujuh Beton Perdana
PT. Artanusa Beton (Artamix &Artapile)
PT. Balikpapan Ready Mix
i. Lingkup Pekerjaan : Gedung
Musholla
GWT (Ground Water Tank)
Gudang

18
Turap
Pos Jaga
j. Lokasi : Jl. MT.Haryono RT.54 Kel. Air Putih Kec.
Samarinda Ulu, Samarinda Kalimantan Timur
75243
k. Sifat Kontrak : Unit Price
l. Nilai Kontrak : Rp. 25.575.800.000.-
m. Waktu Pelaksanaan : 17 Juni 2019 – 23 Desember 2019
n. Cara Pembayaran : Monthly Progress (per bulan)
o. Sumber Dana : APBD Provinsi Kalimantan Timur

Terdapat beberapa instansi didalam proyek pembangunan gedung


pemerintahan Jl. MT. Haryono Samarinda. Instasi yang memegang peranan penting
tersebut yaitu, Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Perumahan Rakyat
Provinsi Kaltim sebagai owner atau pemilik proyek, PT. Kalticons Desain sebagai
konsultan perencana, PT. Adhi Teknik sebagai konsultan pengawas dan PT. EN
Handayani Group sebagai kontraktor pelaksana.

3.2 Deskripsi Proses


Pihak Owner yaitu Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, dan
Perumahan Rakyat Provinsi Kaltim mengijinkan penulis melaksakan kerja praktik
dan bergabung dengan kontraktor PT. EN Handayani Group dengan status sebagai
mahasiswa PKL (Praktik Kerja Lapangan), dimana penulis menerapkan ilmu yang
didapat selama kuliah di lapangan pada bidang Teknik Sipil. Berikut adalah kurva
S proyek Pembangunan Gedung Pemerintah Jalan MT.Haryono Samarinda yang
berisi tentang jadwal dan progress pengerjaan proyek selama PKL seperti pada
Gambar 3.1.

19
Gambar 3.1 Kurva S pada paket Pembangunan Gedung Pemerintahan Jl. MT.Haryono Samarinda
Sumber: Data Perusahaan. 2019

Kurva S proyek Pembangunan Gedung Pemerintah Jalan MT.Haryono dapat dilihat


pada bulan Agustus 2019 terdapat perbedaan anatar kurva S rencana dengan kurva
S realisasi proyek,. Berdasarkan hal itu proyek tersebut melakukan beberapa cara
untuk mengejar ketertinggalan progress yang ada diantaranya sebagai berikut:
1. Menambah jam kerja pekerja yang ada (lembur)
2. Memberikan beberapa pekerjaan untuk ditangani subkontraktor ahli pada
bidang pekerjaanya.

3.2 Deskripsi Pekerjaan Selama Kerja Praktik


Adapun deskripsi pekerjaan selama kami melaksanakan Kerja Praktik
meliputi beberapa point sebagai berikut:

3.2.1 Identifikasi Alat Berat


1. Excavator
Excavator tidak hanya alat gali – muat saja, dalam proyek ini excavator
dapat melakukan berbagai macam pekerjaan atau dapat dikatakan
merupakan alat serbaguna dalam berbagai macam pekerjaan diantaranya
meratakan tanah, pemecah batu besar, mobilisasi material bahkan ready mix
untuk membantu pengecoran.

20
Gambar 3.2 Excavator
Sumber: Penulis, 2019
2. Dump Truck
Dump Truck merupakan alat pengangkut material dari satu tempat ke
tempat lain pada proyek ini digunakan dump truck tipe Mitshubishi dengan
kapasitas bak pengangkut 4 m3.

Gambar 3.3 Dump Truck


Sumber: Penulis, 2019

21
3. Bor Dynamo
Pada proyek ini digunakan bor dynamo dengan tujuan meminimalisir
getaran yang terjadi di area lokasi pengeboran. Dikarenakan lokasi titik
pengeboran bersebelahan dengan laboratorium pengujian mutu barang
dimana alatnya diharuskan stabil.

Gambar 3.4 Bor Dynamo


Sumber: Penulis, 2019

4. Concrete Mixer Truck


Concrete Mixer Truck merupakan alat berat yang mengangkut beton
ready mix sampai ke lokasi pengecoran. Adapun beton ready mix yang
digunakan pada proyek ini yaitu dari PT. Tujuh Beton Perdana dan PT.
PT. Artanusa Beton (Artamix &Artapile).

Gambar 3.5 Concrete Mixer Truck PT.Tujuh Beton Perdana


Sumber: Penulis, 2019

5. Bar Cutter
Bar Cutter adalah alat yang digunakan untuk memotong baja tulangan
agar memiliki panjang yang sesuai dengan gambar kerja.

22
Gambar 3.6 Bar Cutter
Sumber: Penulis, 2019

6. Bar Bender
Bar Bender adalah alat yang digunakan untuk membengkokkan baja
tulangan dalam berbagai macam sudut sesuai dengan perencanaan, pada
proyek ini digunakan bar bender tipe manual.

Gambar 3.7 Bar Bender


Sumber: Penulis, 2019

23
7. Concrete Pump
Concrete Pump atau pompa beton merupakan alat yang digunakan untuk
memompa beton readymix dari mixer truck ke lokasi pengecoran yang
tinggi maupun lokasi pengecoran yang sulit di jangkau.

Gambar 3.8 Concrete Pump


Sumber: Penulis, 2019

8. Concrete Vibrator
Concrete Vibrator merupakan alat yang digunakan untuk menggetarkan
saat pekerjaan pengecoran agar beton ready mix dapat mengisi celah – celah
sempit yang ada serta beton tidak meninggalkan rongga udara.

Gambar 3.9 Concrete Vibrator


Sumber: Penulis, 2019

24
3.2.2 Pekerjaan Gedung BPSMB
1. Pengukuran Titik Boredpile
Pengukuran Titik boredpile dilakukan oleh surveyor dengan menentukan
kordinat pengeboran sesuai Shop Drawing menggunakan alat Total Station.
Setelah dilakukan pengukuran diberi tanda menggunakan paku dan pita.
Kemudian dilakukan pengecekkan dengan menggunakan Roll meter.

Gambar 3.10 Denah Pondasi


Sumber: Data Perusahaan, 2019

Gambar 3.11 Pengukuran titik boredpile


Sumber: Penulis, 2019

25
2. Pengeboran Lubang Boredpile
Setelah dilakukan Pengukuran maka dilakukan Pengeboran Lubang
Boredpile dengan menggunakan alat Bor Dynamo dengan diameter 30 cm.

Gambar 3.12 Pengeboran titik boredpile


Sumber: Penulis, 2019

3. Pengecoran Boredpile
Sebelum dilakukan pengecoran, sehari sebelumnya dilakukan pengecekkan
bersama dengan konsultan pengawas dan owner apakah kedalaman lubang,
jarak, maupun diameter lubang apakah sudah sesuai gambar rencana. Mutu
Beton ready mix yang digunakan yaitu K-300.

Gambar 3.13 Pengecoran titik boredpile


Sumber: Penulis, 2019

26
4. Pekerjaan Pilecap
Pile cap merupakan cara untuk mengikat pondasi sebelum didirikan kolom
dibagian atasnya, pile cap tersusun atas tulangan baja membentuk suatu
bidang. Pile cap memiliki fungsi untuk menerima beban dari kolom yang
kemudian akan terus disebarkan ke tiang pancang. Dimensi pile cap disini
yaitu 190 cm X 100 cm X 70 cm. Berikut merupakan pekerjaan setelah pile
cap (poer) beserta bekisting nya terpasang.

Gambar 3.14 Detail Pile cap


Sumber: Data Perusahaan, 2019

Gambar 3.15 Pekerjaan Pile cap (Poer)


Sumber: Penulis, 2019

27
5. Pekerjaan Bekisting Tie Beam dan Plat Lantai
Pada proyek ini metode pemasangan bekisting memakai metode
konvensional dimana material bekistingnya menggunakan plywood 9mm,
serta sistem konstruksi yang dipakai yaitu menggunakan suspended slab
atau slab yang di cor bersamaan dengan sloof, maka sloof berfungsi
menyalurkan beban dari slab ke pilecap.

Gambar 3.16 Denah Tie Beam


Sumber: Data Perusahaan, 2019

Gambar 3.17 Pekerjaan pemasangan bekisting Tie Beam dan Plat Lantai.
Sumber: Penulis, 2019

28
3.2.2 Pekerjaan Gedung Serbaguna
1. Pemasangan tulangan Balok dan Plat Lantai 2
Balok induk pada penulangan menggunakan D22, balok anak menggunakan
D19, sedangkan penulangan plat lantai 2 menggunakan besi D10.

Gambar 3.18 Denah Balok Lt.2 Gedung Serbaguna


Sumber: Data Perusahaan, 2019

Gambar 3.19 Pekerjaan pemasangan tulangan balok dan plat Lantai 2.


Sumber: Penulis, 2019

29
2. Pengecoran Balok dan Pelat Lantai 2
Sebelum dilakukan pengecoran, dilakukan checklist bersama konsultan
pengawas, dan pihak kontraktor apakah kondisi real sdh sama dengan
gambar juga tidak lupa beton decking harus di pasang sebelum dilakukan
pengecoran. Pada pengecoran Balok dan pelat lantai 2 ini menggunakan
mutu beton K-300 dari PT. Tujuh Beton Perdana. Saat melakukan
pengecoran tidak lupa digetarkan area yang di cor menggunakan concrete
vibrator.

Gambar 3.20 Pengecoran balok dan plat Lantai 2.


Sumber: Penulis, 2019

3. Pemasangan Bekisting dan Penulangan Balok dan Kolom Lantai 3


Dimensi kolom bulat pada gedung serbaguna yaitu dengan diameter 45 cm,
untuk penulangannya menggunakan besi D22, sedangkan untuk balok induk
menggunakan tulangan D19 dan tulangan sengkang menggunakan D10.

Gambar 3.21 Pemasangan Bekisting dan Penulangan Balok dan Kolom Lantai 3
Sumber: Penulis, 2019

30
4. Pemasangan Dinding Bata Merah
Pada pekerjaan pemasangan dinding bata merah, diganakan bata merah
ddengan dimensi 15 cm X 8 cm X 6 cm. Untuk tinggi dinding per lantai nya
yaitu 4,5 m.

Gambar 3.22 Pemasangan Dinding Bata Merah


Sumber: Penulis, 2019

5. Pemasangan Instalasi Listrik


Pemasangan Instalasi listrik pada gedung serbaguna pertama – tama
dilakukan pemasangan pipa conduit sebagai tempat kabel instalasi
listriknya, setelah semua pipa terpasang selanjutnya pipa – pipa tersebut
dimasukkan kabel sesuai spesifikasi yang dibutuhkan.

Gambar 3.23 Pemasangan Pipa Conduit


Sumber: Penulis, 2019

6. Pekerjaan Tangga
Pekerjaan Tangga disini menggunakan beton bertulang. Adapun metode
pekerjaan tangga diantaranya meliputi pembuatan bekisting bordes dan

31
badan tangga, pemasangan tulangan ibu dan anak tangga, pengecoran, dan
pembongkaran bekisting tangga.

Gambar 3.24 Tampak Atas Tangga


Sumber: Data Perusahaan, 2019

Gambar 3.25 Pengecoran Tangga


Sumber: Penulis, 2019

3.2.3 Pekerjaan Musholla


1. Pemasangan Dinding Bata Merah

32
Pada pekerjaan pemasangan dinding bata merah, diganakan bata merah
ddengan dimensi 15 cm X 8 cm X 6 cm. Untuk tinggi dinding nya yaitu
setinggi 4,5 m, dipotong dengan jendela pada mushola tersebut.

Gambar 3.26 Tampak Atas Tangga


Sumber: Data Perusahaan, 2019

Gambar 3.27 Pemasangan Dinding Bata Merah


Sumber: Penulis, 2019

2. Pekerjaan Atap
Pada pekerjaan atap musholla kami mahasiswa pkl hanya sampai pada
pemasangan kuda – kuda atap, tulangan baja IWF serta gording pada
atapnya

33
Gambar 3.28 Pekerjaan atap musholla
Sumber: Penulis, 2019

3. Pekerjaan sloof dan kolom praktis tempat wudhu


Pekerjaan sloof dan kolom disini menggunakan besi tulangan D12 dengan
sengkang menggunakan besi D8. Adapun dimensi dari kolom praktis yaitu
20 cm x 20 cm.

Gambar 3.29 Pekerjaan Sloof dan Kolom Praktis Tempat Wudhu


Sumber: Penulis, 2019

4. Pengecoran sloof, kolom praktis dan dak tempat wudhu


Untuk sloof pada tempat wudhu memiiki tinggi 35 cm dan tinggi kolom
praktis yaitu setinggi 3,25 m dengan pengecoran menggunakan mutu beton
K-250.

34
Gambar 3.30 Pekerjaan Tempat Wudhu setelah dibuka bekisting dan dipasang bata.
Sumber: Penulis, 2019

3.2.4 Pekerjaan Ground Water Tank (GWT)


1. Pekerjaan Galian
Pekerjaan pertama dalam membangun GWT yaitu pekerjaan galian dengan
rencana dimesi kolam tampungan yaitu 6,5 m X 5,2 m X 2,5 m kedalaman.

Gambar 3.31 Denah Ground Water Tank


Sumber: Data Perusahaan, 2019

35
Gambar 3.32 Potongan Ground Water Tank
Sumber: Data Perusahaan, 2019

Gambar 3.33 Pekerjaan galian GWT


Sumber: Penulis, 2019

2. Pemasangan tulangan Plat Lantai


Adapun tulangan pada pelat lantai GWT menggunakan tulangan ulir D16
dengan tebal pelat lantai 30 cm yang dilapisi luarannya dengan Water Stop
dari Sika untuk menghindari kebocoran di bawah permukaannya.

36
Gambar 3.34 Pekerjaan tulangan plat lantai GWT
Sumber: Penulis, 2019

3. Pengecoran Plat Lantai


Sebelum dilakukan pengecoran, dilakukan checklist bersama owner,
konsultan pengawas, dan pihak kontraktor apakah kondisi real sdh sama
dengan gambar juga tidak lupa beton decking harus di pasang sebelum
dilakukan pengecoran. Pada pengecoran pelat lantai GWT ini menggunakan
mutu beton K-250 dari PT. Tujuh Beton Perdana. Saat melakukan
pengecoran tidak lupa digetarkan area yang di cor menggunakan concrete
vibrator.

Gambar 3.35 Pengecoran plat lantai GWT


Sumber: Penulis, 2019

4. Pemasangan Tulangan dan Bekisting Dinding GWT


Tulangan dinding yang digunakan yaitu tulangan D13 dengan tinggi 2,2 m,
setelah dilakukan pemasangan tulangan kemudian tiap sisi dinding di beri

37
beton decking agar tulangan sesuai di posisi nya. Bekisting dinding pada
GWT di proyek ini menggunakan bekisting batako sehingga setelah
diakukan pengecoran, bekisting tidak perlu dibuka kembali. Penggunaan
bekisting batako juga menambah perkuatan dan meminimalisir kebocoran
yang terjadi di GWT tersebut.

Gambar 3.36 Pekerjaan Tulangan dan Bekisting Dinding GWT


Sumber: Penulis, 2019

5. Pengecoran Dinding GWT


Sehari sebelum dilakukan pengecoran dilakukan checklist bersama owner,
konsultan pengawas dan pihak kontraktor apakah pekerjaan sdh sesuai
dengan gambar kerja. Dikarenakan kondisi lapangan yang kurang
memungkinkan untuk concrete mixer mendekat ke lokasi pengecoran, maka
digunakan bantukan dari excavator untuk mobilisasi beton ready mix. Mutu
beton yang digunakan pada dinding GWT yaitu K-250. Tidak lupa
digunakan concrete vibrator untuk menggetarkan ready mix agar saat
dilakukan pengecoran merata dan tidak meninggalkan rongga.

Gambar 3.37 Pengecoran Dinding GWT

38
Sumber: Penulis, 2019

6. Pemasangan Tulangan Dak GWT


Tulangan untuk dak yang digunakan yaitu tulangan D13 dengan tebal dak
yaitu 30 cm. Mutu beton ready mix yang digunakan yaitu K-250. Tidak lupa
digunakan concrete vibrator untuk menggetarkan ready mix agar saat
dilakukan pengecoran merata dan tidak meninggalkan rongga.

Gambar 3.38 Pemasangan Tulangan Dinding GWT


Sumber: Penulis, 2019

7. Pengecoran Dak GWT


Sebelum dilakukan pengecoran, sehari sebelumnya dilakukan pengecekkan
bersama dengan konsultan pengawas dan owner apakah kedalaman lubang,
jarak, maupun diameter lubang apakah sudah sesuai gambar rencana. Mutu
Beton ready mix yang digunakan yaitu K-250. Tidak lupa digunakan
concrete vibrator untuk menggetarkan ready mix agar saat dilakukan
pengecoran merata dan tidak meninggalkan rongga.

Gambar 3.39 Pengecoran Dak GWT


Sumber: Penulis, 2019

39
3.2.5 Pekerjaan Gudang
1. Pemasangan sloof dengan Bekisting Bata Merah
Bekisting dinding pada sloof gudang di proyek ini menggunakan bekisting
bata merah sehingga setelah dilakukan pengecoran, bekisting tidak perlu
dibuka kembali. Penggunaan bekisting bata merah juga menambah
perkuatan dan meminimalisir kebocoran yang terjadi.

Gambar 3.40 Denah Balok dan Plat Gudang


Sumber: Data Perusahaan, 2019

Gambar 3.41 Tampak Depan Gudang


Sumber: Data Perusahaan, 2019

40
Gambar 3.42 Pemasangan Bekisting Sloof Gudang
Sumber: Penulis, 2019

2. Pemasangan Tulangan Sloof dan Plat Lantai


Tulangan untuk plat lantai yang digunakan yaitu tulangan D10 dengan tebal
plat lantai yaitu 30 cm. Sedangkan tulangan sloof yang digunakan yaitu
tulangan D22. Adapun Mutu beton ready mix yang digunakan yaitu K-250.
Tidak lupa digunakan concrete vibrator untuk menggetarkan ready mix agar
saat dilakukan pengecoran merata dan tidak meninggalkan rongga.

Gambar 3.43 Pemasangan Sloof dan Plat Lantai Gudang


Sumber: Penulis, 2019

3. Pemasangan Tulangan dan Bekisting Kolom dan Dak Gudang


Tulangan pada kolom gudang menggunakan besi D16 dimana terdapat 9
kolom pada rencana gudang tersebut. Pada proyek ini metode pemasangan
bekisting memakai metode konvensional dimana material bekistingnya
menggunakan plywood. Setelah semua terpasang dan sudah dilakukan
checklist bersama owner, konsultan pengawas dan kontraktor selanjutnya
dilakukan pengecoran dengan mutu beton K-250.

41
Gambar 3.44 Pemasangan tulangan dan bekisting kolom Gudang
Sumber: Penulis, 2019

4. Pemasangan Dinding Bata Merah


Pada pekerjaan pemasangan dinding bata merah, diganakan bata merah
dengan dimensi 15 cm X 8 cm X 6 cm. Untuk tinggi dinding nya yaitu
setinggi 4 m, dipotong dengan roster pada gudang tersebut tersebut. Dengan
perekat bata merah yaitu mortar atau campuran semen dan pasir.

Gambar 3.45 Pemasangan dinding bata merah Gudang


Sumber: Penulis, 2019

3.2.6 Pekerjaan Turap Batu Gunung


1. Pemancangan Cerucuk Ulin
Pondasi cerucuk ulin disini sebagai pondasi yang meningkatkan daya
dukung tanah agar turap dapat tetap kokoh. Adapun teknik pemancangan di
proyek ini menggunakan bantuan dari excavator untuk memancang ulin
tersebut juga mempercepat pekerjaan dibandingkan dengan pemancangan
yang dilakukan manual oleh pekerja.

42
Gambar 3.46 Tampak Depan Gudang
Sumber: Data Perusahaan, 2019

Gambar 3.46 Pemancangan cerucuk ulin


Sumber: Penulis, 2019

2. Pekerjaan Susunan Batu Gunung dan Mortar dan Pemasangan Drain Pipe
Setelah dilakukan pemasangan cerucuk ulin tersebut pekerjaan selanjutnya
yaitu penyusunan batu gunung dengan perekat yaitu mortar atau campuran
semen dan pasir. Kemudian tiap 2 m diberi Drain Pipe untuk mengalirkan
air tanah.

43
Gambar 3.47 Pekerjaan Susunan Batu Gunung dan Mortar
Sumber: Penulis, 2019

3. Pekerjaan Plesteran
Setelah dilakukan susunan batu gunung dengan mortar, selanjutnya
dilakukan plesteran pada turap tersebut. Berikut merupakan pekerjaan
plesteran yang dilakukan.

Gambar 3.48 Pekerjaan Plesteran Turap


Sumber: Penulis, 2019

4. Pekerjaan Siar Mata Sapi


Pekerjaan siar mata sapi disini menggunakan material yaitu pasir, semen
dan air. Adapun pekerjaan siar mata sapi disini untuk memperindah bentuk
dari turap.

44
Gambar 3.49 Pekerjaan Siar Mata Sapi
Sumber: Penulis, 2019

5. Pemasangan Tulangan dan Bekisting Sloof Pagar


Pada proyek ini metode pemasangan bekisting memakai metode
konvensional dimana material bekistingnya menggunakan plywood, dengan
tulangan yang dipakai yaitu tulangan D8 dan tulangan sengkang nya juga
menggunakan tulangan D8.

Gambar 3.50 Pekerjaan Tulangan dan Bekisting Sloof


Sumber: Penulis, 2019

3.2.7 Pekerjaan Turap Beton


1. Pemasangan Bouwplank
Pemasangan bouwplank disini yaitu bertujuan untuk pengecekkan
kelurusan maupun elevasi agar sesuai dengan spesifikasi dimensi rencana.

2. Pemasangan Tulangan dan Bekisting


Pada pekerjaan turap beton digunakan tulangan D16 untuk bagian
memanjang dan tulangan D19 untuk tulangan melintang. Pemasangan
bekisting turap beton menggunakan metode konvensional yaitu
menggunakan plywood 9mm.

45
Gambar 3.51 Turap Beton pada Gedung BPSMB
Sumber: Data Perusahaan, 2019

Gambar 3.52 Pekerjaan Tulangan dan Bekisting Turap Beton


Sumber: Penulis, 2019

3. Pengecoran
Saat penulis melakukan kerja praktek di paket Pembangunan Gedung
Pemerintahan Jl. MT.Haryono Samarinda penulis hanya mendapatkan
pekerjaan pengecoran dibagian kaki turap beton saja.

46
Gambar 3.53 Pekerjaan Pengecoran Kaki Turap Beton
Sumber: Penulis, 2019

3.2.8 Pekerjaan Pos Jaga.


1. Pemasangan Tulangan dan Bekisting Sloof
Pemasangan tulangan pada pekerjaan pos jaga untuk tulangan kolom dan
sloof nya menggunakan tulangan D12 sedangkan tulangan sengkangnya
menggunakan tulangan D8. Metode bekisting yang dipakai pada pekerjaan
ini yaitu menggunakan metode konvensional dengan menggunakan material
plywood dan kayu.

Gambar 3.54 Denah Pos Jaga


Sumber: Data Perusahaan, 2019

47
Gambar 3.55 Pekerjaan Tulangan dan Bekisting Sloof Pos Jaga
Sumber: Penulis, 2019

2. Pengecoran Sloof
Setelah tulangan dan bekisting dipasang dan telah di checklist oleh
konsultan pengawas, maka dilakukan pengecoran. Dimana pengecoran
disini menggunakan pengecoran manual dengan bantuan pengaduk beton
atau biasa disebut molen.

Gambar 3.56 Pengecoran Sloof Pos Jaga


Sumber: Penulis, 2019

3. Pemasangan Dinding Bata


Pada pekerjaan pemasangan dinding bata merah, diganakan bata merah
dengan dimensi 15 cm X 8 cm X 6 cm. Untuk tinggi dinding nya yaitu

48
setinggi 2,4 m. Dengan perekat bata merah yaitu mortar atau campuran
semen dan pasir.

Gambar 3.57 Tampak Depan Pos Jaga


Sumber: Data Perusahaan, 2019

Gambar 3.58 Pemasangan Dinding Bata Merah Pos Jaga.


Sumber: Penulis, 2019

49
50

Anda mungkin juga menyukai