Disusun Oleh:
1. Bapak Badrus Zaman, S.T., M.T. dan Ibu selaku dosen pengampu mata
kuliah Ekotoksikologi dan Kesehatan Lingkungan atas materi yang
diberikan
2. Kedua orang tua yang memberikan dorongan dan motivasi untuk
menyelesaikan tugas ini
3. Teman-teman satu kelompok Ekotoksikologi Lingkungan atas kerjasama
dan bantuan yang diberikan
Penyusun,
Cover ........................................................................................................................i
Kata Pengantar ..................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULLUAN ....................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Praktikum ......................................................................................1
1.3 Tujuan Praktikum .......................................................................................... 1
1.4 Manfaat Praktikum ........................................................................................ 2
BAB II LANDASAN TEORI ...............................................................................5
2.1 Biologi Ikan Nila ............................................................................................ 5
2.2 Toksikologi dan Racun ..................................................................................7
2.3Toksikologi Lingkungan ................................................................................9
2.4 Tinjauan Umum Bahan Toksik . ....................................................................9
2.5 Analisis Probit ............................................................................................... 4
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ......................................................... 12
3.1 Alat dan Bahan ............................................................................................ 12
3.2 Metode ..........................................................................................................12
3.3Analisa ...........................................................................................................15
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN...........................................16
4.1 hasil ..............................................................................................................16
4.2 Pembahasan ..................................................................................................23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 28
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................28
5.2 Saran .............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 29
BAB I
PENDAHULUAN
Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang mempunyai nilai konsumsi cukup
tinggi. Bentuk tubuh memanjang dan pipih ke samping dan warna putih kehitaman atau
kemerahan. Ikan nila berasal dari Sungai Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang
ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan
subtropis. Di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik (Sugiarto,
1988). Terdapat tiga jenis ikan nila yang dikenal, yaitu nila biasa, nila merah (nirah)
dan nila albino. Ikan nila mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies :Oreochromis niloticus
2.1.2 Morfologi Ikan Nila
Morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus) menurut Saanin (1968), mempunyai
ciri-ciri bentuk tubuh bulat pipih, punggung lebih tinggi, pada badan dan sirip ekor
(caundal fin) ditemukan garis lurus (vertikal). Pada sirip punggung ditemukan garis
lurus memanjang. Ikan Nila (oreochormis niloticus) dapat hidup diperairan tawar dan
mereka menggunakan ekor untuk bergerak, sirip perut, sirip dada dan penutup insang
yang keras untuk mendukung badannya. Nila memiliki lima buah Sirip, yaitu sirip
punggung (dorsal fin), sirip data (pectoral fin) sirip perut (ventral fin), sirip anal (anal
fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya memanjang dari bagian atas tutup
ingsang sampai bagian atas sirip ekor. Terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut
yang berukuran kecil dan sirip anus yang hanya satu buah berbentuk agak panjang.
Sementara itu, jumlah sirip ekornya hanya satu buah dengan bentuk bulat.
Pengukuran toksisitas (daya racun) dari suatu jenis bahan pencemar dapat
dilakukan dengan menetapkan nilai LC50 dari bahan pencemar tersebut terhadap hewan
percobaan dengan melakukan analisa probit. Analisa probit adalah suatu metode
pengujian yang umum dipergunakan untuk menilai toksisitas dari suatu bahan
pencemar, yang diukur dari lethal concentration, yang diartikan sebagai berapa
miligram bahan pencemar untuk setiap kilogram hewan uji yang dapat mengakibatkan
kematian sebanyak 50 % dari populasinya. Meskipun analisa probit merupakan teknik
parametrik yang biasa dipakai untuk menangani data toksisitas, simpangan nyata dari
model log probit dapat terjadi, sebagai contoh, pada saat data tidak tersebar normal
(Buikema et al, 1982).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
𝐍 𝐚
𝐋𝐨𝐠 = 𝐤 (𝐋𝐨𝐠 )
𝐧 𝐧
𝐚 𝐛 𝐜 𝐝 𝐞
= = = =
𝐧 𝐚 𝐛 𝐜 𝐝
4.1 Hasil
a. Uji Pendahuluan
Tabel 4.1 Hasil Uji Pendahuluan
Jam ke- Prosentase
Konsentrasi
24 48 (%)
0 ml 0 0 0
0,001 ml 0 0 0
0,01 ml 0 0 0
0,1 ml 2 1 60
1 ml 5 0 100
10 ml 5 0 100
Sumber : Analisa Praktikan, 2016
Dari hasil tes pendahuluan di dapatkan range konsentrasi untuk tes
sesungguhnya adalah 0,01 ml – 1 ml. Dilakukan 5 perlakuan, untuk
mendapatkan konsentrasi untuk uji sesungguhnya melalui perhitungan di
bawah ini:
𝑵 𝒂
𝒍𝒐𝒈 = 𝒌 (𝒍𝒐𝒈 )
𝒏 𝒏
Keterangan :
N = Konsentrasi ambang atas
n = Konsentrasi ambang bawah
K = Jumlah konsentrasi yang di uji
𝒂 𝒃 𝒄 𝒅 𝒆 𝑵
= = = = =
𝒏 𝒂 𝒃 𝒄 𝒅 𝒆
1 𝑎
log = 𝑘 (log )
10−2 10−2
1 𝑎
log −2
= 5 (log −2 )
10 10
𝑎
log 102 = 5 (log )
10−2
𝑎
𝑇 2 = 5 (log )
10−2
setelah diketahui nilai a maka nilai b,c,d,dan e dapat kita cari sesuai
perhitungan di bawah ini
𝑎 𝑏
=
𝑛 𝑎
0,025 𝑏
=
0,01 0,025
b = 0,00625 ≈ 0,006
𝑏 𝑐
=
𝑎 𝑏
0,0625 𝑐
=
0,025 0,0625
c = 0,156 ≈ 0,16
𝑐 𝑑
=
𝑏 𝑐
0,156 𝑑
=
0,0625 0,156
d = 0,389 ≈ 0,4
𝑑 𝑒
=
𝑐 𝑑
0,389 𝑒
=
0,156 0,389
d = 0,97
JOO
Proportion
Observed Responding Predicted
Number Number Proportion Adjusted for Proportion
Conc. Exposed Resp. Responding Controls Responding
Mu = -1.113678
Sigma = 0.520823
Probit
10+ o
-
-
-
-
9+
-
-
-
-
8+
-
-
- .
-
7+ .
- ..
- ..
- ...
- ....o
6+ ....
- ....
- .o.
- ....
- ....
5+ ...
- .o..
- ....
- ...
- o....
4+ ....
- ....
- ...
- ..
- ..
3+ .
-
-.
-
-
2+
-
-
-
-
1+
-
-
-
-
0+
-+--------------+--------+---------+---------+--------+--------------+-
EC01 EC10 EC25 EC50 EC75 EC90 EC99
4.2 Pembahasan
a. Uji Pendahuluan
Pada percobaan ini terdapat 6 buah aquarium berisi masing-masing 2
Liter air dengan konsentrasi antiseptik cair yang berbeda-beda. Masing-masing
aquarium ini diisi dengan 5 ekor ikan. Pada perlakuan kontrol kondisi ikan
dalam keadaan normal, baik proses metabolisme maupun respirasinya. Untuk
perlakuan ini ikan yang digunakan sebagai ikan uji tidak mendapat tambahan
bahan toksik dalam lingkungannya, sehingga proses yang terjadi dalam
tubuhnya tidak terganggu.
Berdasarkan hasil praktikum pada uji pendahuluan dengan pemberian
antiseptik cair dalam berbagai konsentrasi pada Ikan Nila(Oreochromis Niloticus),
dapat diketahui pengaruh penggunaan toksik ini pada kehidupan ikan khususnya
ikan nila, yang dapat dilihat dari tingkat kematian atau mortalitas ikan.
Konsentrasi yang digunakan pada uji pendahuluan adalah 0,001 ml/2l, 0,01
ml/2l, 0,1 ml/2l, 1 ml/2l dan 10 ml/2l. Ikan uji mati seratus persen selama 24 jam
terdapat pada konsentrasi 10 ml/2l dan pada konsentrasi 1 ml/2l. Ikan uji yang
digunakan mati semua sebelum 48 jam sehingga dapat disimpulkan bahwa
ambang atas (LC100-24jam) dari bahan toksik antiseptik adalah 1 ml/2l dan pada
ambang bawah (LC0-48jam) dari bahan toksik antiseptik adalah 0,01 ml/2l.
Dengan didapatkannya konsentrasi ambang atas (N) dan konsentrasi ambang
bawah (n), maka kita dapat melakukan perhitungan konsentrasi untuk uji
sesungguhnya.
Berdasarkan uji pendahuluan ini, kita dapat mengetahui bahwa antiseptik
dapat bersifat lethal dan sublethal terhadap ikan. Pada konsentrasi
sublethalantiseptik akan merusak jaringan epithelium insang ikan. Kondisi ini
akan lebih membahayakan kehidupan ikan, apabila kandungan oksigen
terlarutnya rendah. Rusaknya jaringan epithelium tersebut dapat mengganggu
kerja insang yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kematian pada hewan uji.
b. Uji Sesungguhnya
Setelah kita melakukan uji pendahuluan untuk menentukan konsentrasi
bahan toksik, selanjutnya kita melakukan uji sesungguhnya, yaitu untuk
mengetahui dampak perbedaan konsentrasi bahan toksik yang diberikan
terhadap ikan uji, dan untuk menetukan LC50-96jam.Untuk uji sesungguhnya ini,
disediakan 6 aquarium yang diisi masing-masing 10 ekor ikan dan 2 liter air
dengan konsentrasi bahan toksik hasil perhitungan, yaitu 0,025 ml/2l; 0,06
ml/2l; 0,156 ml/2l; 0,39 ml/2l; dan 0,975 l/2l. Uji ini dimulai pada pukul 13.00
WIB.
1. Perlakuan Pertama
Pada perlakuan ini digunakan konsentrasi bahan toksik (antiseptik cair)
terendah, yaitu 0,025 ml/2l. Berdasarkan hasil pengamatan, dapat
diketahui ikan uji masih menunjukkan tingkah laku dalam keadaan
normal. Ikan masih berenang dengan aktif. Warna air pada konsentrasi
ini masih bersih bila dibandingkan dengan warna air pada aquarium
dengan konsentrasi yang lebih besar. Ikan uji pada konsentrasi terendah
ini mampu bertahan hingga 96 jam dengan tingkat mortalitas sebanyak
20%.
2. Perlakuan Kedua
Ikan nila dimasukkan ke dalam 2 liter air yang telah dicampur dengan
0,06 ml antiseptik cair. Pada konsentrasi ini, ikan uji masih
menunjukkan tingkah laku yang normal pada jangka waktu 24 jam.
Namun, pada jangka waktu 48 jam, ditemukan 1 ikan mati. Pada waktu
72 jam 1 ikan mati. Dalam jangka waktu 96 jam, 4 ikan uji yang mati
sehingga tingkat mortalitasnya 40%.
3. Perlakuan Ketiga
Pada perlakuan ini, ikan nila dimasukkan dalam 2 liter air yang telah
dicampur dengan 0,156 ml antiseptik cair. Pada konsentrasi ini, mulai
dapat dilihat perubahan tingkah laku pada ikan nila, yaitu sebagian ikan
uji lebih pasif dan berada pada dasar aquarium. Warna air pada
konsentrasi ini juga lebih keruh karena keberadaan antiseptik. Dalam
jangka waktu 48 jam, 4 ikan uji mati, pada jangka waktu 72 jam 3 ikan
mati, sehingga total ikan uji yang mati pada jangka waktu 96 jam adalah
7 ekor.
4. Perlakuan Keempat
Pada perlakuan ini, ikan nila dimasukkan ke dalam 2 liter air yang telah
dicampur dengan 0,39 ml antiseptik cair. Konsentrasi antiseptik cair
pada perlakuan ini cukup tinggi, dapat dilihat dari keruhnya air di dalam
aquarium. Perbedaan perilaku ikan uji mulai terlihat jelas di sini. Sejak
pertama kali dimasukkan, ikan uji terlihat pasif dan berenang pada dasar
aquarium. Selain itu, gerakan berenang ikan juga mulai berbeda, ikan
terkadang berenang miring.
Selain itu,kondisi air pada perlakuan ini menunjukkan air
berwarna keruh dikarenakan kandungan antiseptik dan kotoran yang
dikeluarkan oleh ikan. Pada perlakuan ini, dalam jangka waktu 48 jam 9
ekor ikan uji telah mati. Sehingga tingkat mortalitas pada perlakuan ini
yaitu 90%.
5. Perlakuan Kelima
Pada perlakuan ini, digunakan konsentrasi bahan toksik tertinggi,
yaitu ikan uji dimasukkan ke dalam 2 liter air yang telah dicampur
dengan 0,97 ml antiseptik cair. Sama seperti perlakuan keempat,
perbedaan perilaku ikan sudah terlihat jelas pada saat ikan baru
dimasukkan. Ikan uji bergerak agresif kemudian menjadi pasif di dasar
aquarium. Pada konsentrasi ini, ikan uji juga menghasilkan banyak
kotoran yang membuat air menjadi semakin keruh.
Dalam waktu 24 jam, 10 ikan uji mati pada perlakuan ini,
sehingga tingkat mortalitas adalah 100%.
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari Praktikum Ekotoksikologi ini adalah :
1. Bahan toksik yang dimasukkan ke dalam air pada saat percobaan,
memberikan dampak pada perilaku ikan uji. Dampak yang diperlihatkan
tergantung dari konsentrasi bahan toksik yang ditambahkan.
2. Nilai LC50-96 jam dari bahan toksik deterjen yang digunakan pada ikan komet
(Carassius auratus auratus) adalah sebesar 0,077 ml.
5.2. Saran
Saran yang diberikan untuk Praktikum Ekotoksikologi ini adalah:
1. Sebaiknya sebelum praktikum dimulai, air pada semua wadah dipastikan
memiliki volume dan kandungan yang sama agar variabel bebas yang
digunakan dalam praktikum hanya berkisar pada konsentrasi toksik yang
digunakan.
2. Sebaiknya pada setiap wadah diberi filter agar air dalam wadah tetap
jernih.
DAFTAR PUSTAKA
Annonim, (2006, acsessed), “Enviromental toxicology and ecotoxicology”,
http://www.bio.hw.ac.uk/edintox/enviro.html
Wirasuta dan Rasmaya Niruri.2007. “Buku Ajar Toksikologi Umum”.Bali:Udayana
Press
Sugiarto. 1988. Nila. Penebar Swadaya, Jakarta,105 hlm.
Trewavas, E., 1982. Tilapias: taxonomy and speciation. p. 3-13. In R.S.V. Pullin and
Conf. Proc. 7
Saanin, H., 1968. Taksonomi dan Kuntji Identifikasi Ikan II. Binatjipta. Bandung.