Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN

PRAKTIKUM EKOTOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

Disusun Oleh:

Tabita Fani 21080112130034

Syaria Fathi Bilqis Arneni 21080114120007

Ranu Wibisono 210801141200

Margaretha Dionesia Tamba 210801141200

Maya Ellisa Rangkuti 210801141200

Poerborini Damayanti 21080114130056

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya hingga makalah yang berjudul :

Laporan Praktikum Ekotoksikologi Lingkungan dapat diselesaikan dengan


baik.

Laporan ini disusun untuk menyelesaikan tugas Mata Kuiah


Ekotoksikologi dan Kesehatan Lingkungan dan bertujuan agar mahasiswa
mendapatkan pengetahuan dan wawasan tentang Ekotoksikologi lingkungan.

Dalam penyusunan Tugas Besar ini, penyusun banyak mendapat saran,


dorongan, bimbingan, serta keterangan-keterangan dari berbagai pihak yang
membantu terselesaikannya laporan Ekotoksikologi dan Kesehatan Lingkungan
ini. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Badrus Zaman, S.T., M.T. dan Ibu selaku dosen pengampu mata
kuliah Ekotoksikologi dan Kesehatan Lingkungan atas materi yang
diberikan
2. Kedua orang tua yang memberikan dorongan dan motivasi untuk
menyelesaikan tugas ini
3. Teman-teman satu kelompok Ekotoksikologi Lingkungan atas kerjasama
dan bantuan yang diberikan

Dalam penyusunan tugas besar ini, penyusun menyadari masih terdapat


banyak kekurangan yang dibuat baik sengaja maupun tidak, dikarenakan
keterbatasan ilmu pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang penyusun
miliki. Untuk itu penyusun mohon maaf atas segala kekurangan tersebut, tidak
menutup diri terhadap segala saran dan kritik serta masukan yang bersifat
konstruktif bagi diri penulis. Semoga laporan Ekotoksikologi Lingkungan ini
dapat bermanfaaat bagi penyusun dan pembaca.

Penyusun,
Cover ........................................................................................................................i
Kata Pengantar ..................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULLUAN ....................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Praktikum ......................................................................................1
1.3 Tujuan Praktikum .......................................................................................... 1
1.4 Manfaat Praktikum ........................................................................................ 2
BAB II LANDASAN TEORI ...............................................................................5
2.1 Biologi Ikan Nila ............................................................................................ 5
2.2 Toksikologi dan Racun ..................................................................................7
2.3Toksikologi Lingkungan ................................................................................9
2.4 Tinjauan Umum Bahan Toksik . ....................................................................9
2.5 Analisis Probit ............................................................................................... 4
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ......................................................... 12
3.1 Alat dan Bahan ............................................................................................ 12
3.2 Metode ..........................................................................................................12
3.3Analisa ...........................................................................................................15
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN...........................................16
4.1 hasil ..............................................................................................................16
4.2 Pembahasan ..................................................................................................23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 28
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................28
5.2 Saran .............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 29
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penurunan kualitas lingkungan disuatu negara akan sangat berpengaruh
terhadap kualitas penduduk yang berada dilingkungan tersebut (Anggi Rizkia
Utami,2013).Setiap harinya, 2 juta tons limbah industri dan pertanian
mengkontaminasi perairan di bumi ini (UN WWAP, 2003) . United Nations
menyatakan bahwa jumlah produksi limbah (wastewater) kurang lebih 1500 km3
atau setara dengan 6 kali lebih banyak dari eksistensi jumlah air sungai diseluruh
dunia. (UN WWAP, 2003). Penurunan kualitas lingkungan tersebut disebabkan
oleh zat-zat yang bersifat toxic untuk lingkungan.
Kata racun ”toxic” adalah bersaral dari bahasa Yunani, yaitu dari akar kata
tox, dimana dalam bahasa Yunani berarti panah. Dimana panah pada saat itu
digunakan sebagai senjata dalam peperangan, yang selalu pada anak panahnya
terdapat racun. Di dalam ”Papyrus Ebers (1552B.C.)“ orang Mesir kuno memuat
informasi lengkap tentang pengobatan dan obat. Di Papyrus ini juga memuat
ramuan untuk racun,seperti antimon (Sb), tembaga, timbal, hiosiamus, opium,
terpentine, dan verdigris (kerak hijau pada permukaan tembaga). Toksisitas
merupakan istilah relatif yang biasa dipergunakan dalam memperbandingkan satu
zat kimia dengan lainnya. Adalah biasa untuk mengatakan bahwa satu zat kimia
lebih toksik daripada zat kimia lain. Perbandingan sangat kurang informatif,
kecuali jika pernyataan tersebut melibatkan informasi tentang mekanisme biologi
yang sedang dipermasalahkan dan juga dalam kondisi bagaimana zat kimia
tersebut berbahaya. Oleh sebab itu, pendekatan toksikologi seharusnya dari sudut
telaah tentang berbagai efek zat kimia atas berbagai sistem biologi, dengan
penekanan pada mekanisme efek berbahaya zat kimia itu dan berbagai kondisi
dimana efek berbahaya itu terjadi.
Suatu kerja toksik pada umumnya merupakan hasil dari sederetan proses
fisika, biokimia, dan biologik yang sangat rumit dan komplek. Proses ini
umumnya dikelompokkan ke dalam tiga fase yaitu: fase eksposisi toksokinetik
dan fase toksodinamik. Dalam menelaah interaksi xenobiotika/tokson dengan
organisme hidup terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu: kerja
xenobiotika pada organisme dan pengaruh organisme terhadap xenobiotika. Yang
dimaksud dengan kerja tokson pada organisme adalah sebagai suatu senyawa
kimia yang aktif secara biologik pada organisme tersebut (aspek toksodinamik).
Sedangkan reaksi organisme terhadap xenobiotika/tokson umumnya dikenal
dengan fase toksokinetik.
Menurut Loomis (1979),berdasarkan aplikasinya toksikologi
dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yakni: toksikologi lingkungan,
toksikologi ekonomi dan toksikologi forensik. Toksikologi lingkungan lebih
memfokuskan telah racun pada lingkungan, seperti pencemaran lingkungan,
dampak negatif dari akumulasi residu senyawa kimia pada lingkungan, kesehatan
lingkungan kerja.
Dampak dari toxic yang terakumulasi di lingkungan khusunya lingkungan
perairan menyebabkan terjadinya proses bioakumulasi melalui perantara ikan.
organisme telah juga diuraikan panjang lebar. Salah satu konsekuensi dari
pelepasan dan penyebaran substansi pencemar di lingkungan adalah penangkapan
(uptake) dan penimbunan (accumulation) oleh makhluk hidup mengikuti alur
rantai makanan (food chain).Untuk mengkaji proses bioakumulasi toksikan
digunakan ikan sebagai obyek penelitian dengan cairan antiseptik sebagai zat
toksiknya.

1.2 Masalah yang Diamati


Pengaruh toksikan berupa antiseptik cair yang masuk ke perairan
terhadap bahan uji berupa ikan nila.

1.3 Tujuan dan Manfaat Praktikum


Tujuan dan manfaat dari praktikum Ekotoksikologi Lingkungan adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui bahaya suatu toksikan yaitu antiseptik cair yang masuk
ke dalam perairan; dan
2. Mengetahui nilai LC50-96 jam dari toksikan yaitu antiseptik cair yang
dipaparkan ke ikan uji

Manfaat dari Praktikum Ekotoksikologi Lingkungan adalah sebagai


berkut:
1. Dapat Mengetahui bahaya suatu bahan toksik yaitu antiseptik cair
yang masuk ke dalam perairan; dan
2. Dapat Mengetahui besarnya konsentrasi suatu bahan toksik yaitu
antiseptik cair yang masih dapat diterima oleh organisme perairan.

1.4 Waktu dan Tempat


Praktikum Ekotoksikologi dilaksanakan pada tanggal 14 Mei 2016 sampai
23Mei 2016, di Perum Tembalang Regency Blok C No. 2, Tembalang, Semarang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)


2.1.1 Klasifikasi Ikan Nila

Gambar 2.1 Benih Ikan Nila


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016

Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang mempunyai nilai konsumsi cukup
tinggi. Bentuk tubuh memanjang dan pipih ke samping dan warna putih kehitaman atau
kemerahan. Ikan nila berasal dari Sungai Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang
ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan
subtropis. Di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik (Sugiarto,
1988). Terdapat tiga jenis ikan nila yang dikenal, yaitu nila biasa, nila merah (nirah)
dan nila albino. Ikan nila mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies :Oreochromis niloticus
2.1.2 Morfologi Ikan Nila
Morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus) menurut Saanin (1968), mempunyai
ciri-ciri bentuk tubuh bulat pipih, punggung lebih tinggi, pada badan dan sirip ekor
(caundal fin) ditemukan garis lurus (vertikal). Pada sirip punggung ditemukan garis
lurus memanjang. Ikan Nila (oreochormis niloticus) dapat hidup diperairan tawar dan
mereka menggunakan ekor untuk bergerak, sirip perut, sirip dada dan penutup insang
yang keras untuk mendukung badannya. Nila memiliki lima buah Sirip, yaitu sirip
punggung (dorsal fin), sirip data (pectoral fin) sirip perut (ventral fin), sirip anal (anal
fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya memanjang dari bagian atas tutup
ingsang sampai bagian atas sirip ekor. Terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut
yang berukuran kecil dan sirip anus yang hanya satu buah berbentuk agak panjang.
Sementara itu, jumlah sirip ekornya hanya satu buah dengan bentuk bulat.

2.1.3 Habitat Dan Kebiasaan Hidup Ikan Nila


Ikan nila umumnya hidup di perairan tawar, seperti sungai, danau, waduk, rawa,
sawah dan saluran irigasi, tetapi toleransi yang luas terhadap salinitas sehingga ikan nila
dapat hidup dan berkembang biak pada perairan payau dengan salinitas yang disukai
antara 0-35 ‰. Ikan nila air tawar dapat dipindahkan ke air payau, dengan proses
adaptasi yang bertahap ikan nila yang masih kecil 2-5 cm, lebih tahan terhadap
perubahan lingkungan dari pada ikan yang sudah besar. Pemindahan secara mendadak
dapat menyebabkan ikan tersebut stress bahkan mati (Kordi, 2000).
Ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan lingkungan
sekitarnya. Ikan ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya,
sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau maupun dataran yang
tinggi dengan suhu yang rendah (Trewavas, 1982).
Ikan nila mampu hidup pada suhu 14 - 38oC dengan suhu terbaik adalah 25-
30oC dan dengan nilai pH air antara 6-8,5. Hal yang paling berpengaruh dengan
pertumbuhannya adalah salinitas atau kadar garam jumlah 0 – 29 % sebagai kadar
maksimal untuk tumbuh dengan baik. Meski nila bisa hidup dikadar garam sampai 35%
namun ikan sudah tidak dapat tumbuh berkembang dengan baik (Suyanto, 2003).
Menurut Lagler, Bardac, and Miller (1962), pertumbuhan dipengaruhi 2 faktor
yaitu:
1. Faktor Internal
Adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh sukar dikontrol, diantaranya
ialah keturunan, sex, dan umur.
2. Faktor Eksternal
Faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan adalah makanan,
jumlah populasi, parasit, penyakit, dan parameter kualitas lingkungan
perairan.

2.2 Toksikologi dan Racun


Menurut Wirasuta dan Rasmaya (2007),secara sederhana dan ringkas,
toksikologi dapat didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan mekanisme efek
berbahaya (efek toksik) berbagai bahan kimia terhadap makhluk hidup dan sistem
biologik lainnya. Ia dapat juga membahas penilaian kuantitatif tentang berat dan
kekerapan efek tersebut sehubungan dengan terpejannya (exposed) makhluk tadi.
Apabila zat kimia dikatakan berracun (toksik), maka kebanyakan diartikan sebagai zat
yang berpotensial memberikan efek berbahaya terhadap mekanisme biologi tertentu
pada suatu organisme. Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh: dosis,
konsentrasi racun di reseptor “tempat kerja”, sifat zat tersebut, kondisi bioorganisme
atau sistem bioorganisme, paparan terhadap organisme dan bentuk efek yang
ditimbulkan.

2.2.1 Toksikologi dan Faktor Penentu Toksisitas


Dalam prakteknya diperlukan suatusistem yang ideal, yang dapat
menggambarkan kekerabatan antara respon dan dosis (konsentrasi xenobiotika), dosis
dan kerja ”afinitas intrinsik”, serta hubungan antara waktu dan kerja. Sistem ini dapat
dijadikan dasar oleh seorang toksikolog dalam menentukan ambang batas minimal
konsentrasi toksikan dinyatakan berbahaya atau oleh seorang dokter dalam memilih
obat dan memberi dosis yang tepat, guna mendapatkan suatu keputusan terapeutik yang
rasional.
a. Hubungan Dosis dan Respon
Hubungan dosis-respon menggambarkan suatu distribusi frekuensi
individu yang memberikan respons pada rentang dosis tertentuDalam percobaan
toksikologi menggunakanhewan uji, biasanya digunakan hewan dalam satu seri
anggota spesies tertentu yang dianggap seragam bila diberikan suatu dosis
xenobiotika uji guna menimbulkan suatu respon yang identic.
b. Hubungan Dosis dan Kerja
Hubungan dosis-kerja dikenal juga dengan hubungan dosis dengan
intensitas efek. Telah dibahas sebelumnya, bahwa pada umumnya kerja (efek)
biologik suatu xenobiotika timbul apabila terjadi interaksi/ikatan antara reseptor
dan xenobiotika. Kekerabatan ini didasari oleh hubungan antara dosis dan
tempat kerja sesungguhnya obat yaitu: reseptor. Menurut teori pendudukan
reseptor (resptor occupancy) yaitu intensitas efek obat berbanding lurus dengan
fraksi reseptor yang diduduki atau diikatnya, dan intensitas efek mencapai
maksimal apabila semua reseptor diduduki oleh obat.

2.2.2 Faktor Penentu Resiko Toksisitas


a. Dosis
Pada Ernst Mutchler ”Dinamika Obat”, 1991, Penerbit ITB Bandung,
disebutkan bahwa ”Semua zat adalah racun dantidak ada zat yang bukan racun;
hanya dosislah yang membuat suatu zat bukan racun. Hal ini berarti zat yang
potensial belum tentu menyebabkan keracunan. Hampir tiap individu dapat
dideteksi sejumlah tertentu zat seperti DDT dan timbal, tetapi zat-zat tersebut
tidak menimbulkan reaksi keracunan karena dosis yang ada masih berad
dibawah konsentrasi toksik. Setelah dosis berada pada dosis toksik maka zat
tersebut dapat menimbulkan kercunan.
b. Keadaan dan kebersihan tempat kerja dan perorangan
Hal yang penting antara lain adalah penyimpanan zat yang berbahaya
seperti zat kimia, termasuk yang digunakan dalam rumah tangga, contohnya
antiseptik, kosmetika, dan obat.

c. Keadaan Fungsi Organ yang Kontak


Keaadaan fungsi organ yang kontak dengan zat toksik akan
mempengaruhi eksposisi zat tersebut.

2.3 Toksikologi Lingkungan


Toksikologi lingkungan umumnya dapat dikelompokkan ke dalam dua
kelompok kajian, yaitu toksikologikesehatan lingkungan dan ekotoksikologi.
Toksikologi kesehatan lingkungan adalah melakukan telaah tentang efek samping zat
kimia di lingkungan terhadap kesehatan manusia. Sedangkan ekotoksikologi
memfokuskan diri pada telaah tentang efek pencemaran lingkungan pada ekosistem dan
konstituennya (seperti ikan, dan satua liar). Pencemaran terjadi pada saat senyawa-
senyawa yang dihasilkan dari kegiatan manusia dilepaskelingkungan, menyebabkan
perubahan yangburuk terhadap kekhasan fisik, kimia, biologis, dan estetis. Selain
manusia, tentu saja makhluk hidup lainnya juga melepaskan limbah ke lingkungan,
umumnya dianggap sebagai bagian dari sistem alamiah, apakah limbah tersebut
memberi pengaruh buruk atau tidak. Sehingga pencemaran biasanya dianggap terjadi
sebagai hasil dari tindakan manusia. Dengan demikian prosesproses alamiah dapat
terjadi dalam lingkungan alamiah yang sangat mirip dengan proses-proses pencemaran
(Anonim,2006).

2.4 Tinjauan Umum Bahan toksik


Pada percobaan toksikologi ini, kami menggunakan bahan toksik “Detol
Antiseptik Cair”, Dettol memperoleh sifat antiseptik dari senyawa kimia aromatik yang
dikenal sebagai chloroxylenol (C8H9ClO) yang terkandung dalam semua produk Dettol
tetapi dalam jumlah yang bervariasi. Konsentrasi maksimum senyawa kimia ini hadir
dalam cairan antiseptik Dettol yang juga berisi bahan-bahan lain seperti minyak pinus,
minyak jarak dan karamel banyak yang tidak larut dalam air. Hal ini karena alasan ini
bahwa ketika beberapa tetes cairan antiseptik Dettol ditambahkan ke air mandi mereka
membentuk putih emulsi bukan melarutkan sepenuhnya.

Gambar 2.2 Bahan Toksik


Sumber: google.com

2.5 Analisa Probit


Analisis probit adalah jenis regresi digunakan untuk menganalisis variabel
respon binomial. Analisa probit dapat dilakukan dengan menggunakan table,
perhitungan manual, maupun dengan menggunakan software EPA Probit Analysis.

Pengukuran toksisitas (daya racun) dari suatu jenis bahan pencemar dapat
dilakukan dengan menetapkan nilai LC50 dari bahan pencemar tersebut terhadap hewan
percobaan dengan melakukan analisa probit. Analisa probit adalah suatu metode
pengujian yang umum dipergunakan untuk menilai toksisitas dari suatu bahan
pencemar, yang diukur dari lethal concentration, yang diartikan sebagai berapa
miligram bahan pencemar untuk setiap kilogram hewan uji yang dapat mengakibatkan
kematian sebanyak 50 % dari populasinya. Meskipun analisa probit merupakan teknik
parametrik yang biasa dipakai untuk menangani data toksisitas, simpangan nyata dari
model log probit dapat terjadi, sebagai contoh, pada saat data tidak tersebar normal
(Buikema et al, 1982).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Dalam percobaan Ekotoksikologi dan Kesehatan Lingkunganini
menggunakanhewan uji yaitu BenihIkan Nila (Oreochromis Niloticus) untuk dihitung
nilai LC50-96 jam terhadap bahan toksik (pembersih lantai). Untuk menunjang praktikum
Ekotoksikologi Perairan maka dibutuhkan alat dan bahan sebagai berikut :
a) Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ekotoksikologi antara lain:
1. 6 buah wadah percobaan (wadah plastic 40x25x20 cm)
2. 1 buah Saringan ikan
3. 1 buah Gelas ukur
4. 2 Buah Suntikan 10cc sebagai ganti pipet ukur
5. 2 buah aerator dengan selang yang dicabang
6. Alat tulis
7. Kertas Label
b) Bahan
1. 90 ekor ikan (30 ekor untuk uji pendahuluan, 60 ekor untuk uji
sesungguhnya) nila dengan ukuran rata-rata 2 sampai 3 cm.
2. Dettol Antiseptik Cair
3. Air

3.2 Metode Praktikum


Sebelum melakukan uji pendahuluan dan uji sesungguhnya, lakukan tahap
pemeliharaan dan tahap aklimatisi. Tahap pemeliharaan dilakukan selama 3 hari untuk
membiarkan ikan beradaptasi dengan lingkungan baru. Pada tahap ini ikan diberi makan
sehari sekali. Setelah tahap pemeliharaan, ikan uji menjalani tahap aklimatisi selama 2
hari, yaitu ikan uji dibiarkan tidak makan untuk membersihkan perutnya.
a) Uji Pendahuluan
Dilakukan untuk mendapatkan konsentrasi batas ambang atas dan
ambang bawah. Berikut adalah langkah-langkahnya:
1. Memasukkan air sebanyak 3 Liter pada masing-masingwadah yang
sudah dibersihkan sebelumnya;
2. Memasang selang yang sudah dihubungkan dengan aerator;
3. Mencampurkan bahan toksik dengan konsentrasi berturut-turut 10 ml/21;
1 ml/2l; 0,1 ml/2l; 0,01 ml/2l; 0,001 ml/2l; dan 0 ml/2l untuk control;

Gambar 3.1 Bahan Toksik yang Telah Diencerkan


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016
4. Memasukkan ikan uji dengan kepadatan 5 ekor ikan dalam satu wadah
;dan
5. Melakukan pengamatan mortalitas ikan setelah 24 jam hingga96 jam.
b) Uji Sesungguhnya
Uji ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi dimana ikan uji mati
50% selama jangka waktu 96 jam. Berikut adalah langkah-langkahnya:
1. Memberi air pada wadah yang sudah dibersihkan sebelumnya;
2. Melakukan perhitungan menggunakan rumus untuk mencari konsentrasi
pembersih lantai sebenarnya dengan menggunakan persamaan rumus :

𝐍 𝐚
𝐋𝐨𝐠 = 𝐤 (𝐋𝐨𝐠 )
𝐧 𝐧
𝐚 𝐛 𝐜 𝐝 𝐞
= = = =
𝐧 𝐚 𝐛 𝐜 𝐝

Dimana: N = konsentrasi ambang atas


n = konsentrasi ambang bawah

3. Memasukkan antiseptik dengan konsentrasi berturut-turut a ml/2l; b


ml/2l; c ml/2l; d ml/2l; e ml/2l; dan 0 ml/2l untuk control;

Gambar 3.2 Bahan Toksik (Antiseptik) untuk Uji Sesungguhnya


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016

4. Memasukkan ikan uji ke dalam akuarium dengan kepadatan 10 ekor


setiap akuarium;
5. Melakukan pengamatan pergerakan dan tingkah laku ikan pada jam ke
24, 48, 72 dan 96; dan
6. Melakukan pengamatan mortalitas ikan uji.

3.3 Analisa data


Pada praktikum Ekotoksikologi ini dilakukan analisis data untuk mengolah data
yang sudah didapat dari uji di atas. Dalam praktikum ini, dalam melakukan analisa
probit digunakan software EPA Probit Analysis untuk menentukan nilai LC50-96 jam.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
a. Uji Pendahuluan
Tabel 4.1 Hasil Uji Pendahuluan
Jam ke- Prosentase
Konsentrasi
24 48 (%)
0 ml 0 0 0
0,001 ml 0 0 0
0,01 ml 0 0 0
0,1 ml 2 1 60
1 ml 5 0 100
10 ml 5 0 100
Sumber : Analisa Praktikan, 2016
Dari hasil tes pendahuluan di dapatkan range konsentrasi untuk tes
sesungguhnya adalah 0,01 ml – 1 ml. Dilakukan 5 perlakuan, untuk
mendapatkan konsentrasi untuk uji sesungguhnya melalui perhitungan di
bawah ini:

𝑵 𝒂
𝒍𝒐𝒈 = 𝒌 (𝒍𝒐𝒈 )
𝒏 𝒏
Keterangan :
N = Konsentrasi ambang atas
n = Konsentrasi ambang bawah
K = Jumlah konsentrasi yang di uji

𝒂 𝒃 𝒄 𝒅 𝒆 𝑵
= = = = =
𝒏 𝒂 𝒃 𝒄 𝒅 𝒆
1 𝑎
log = 𝑘 (log )
10−2 10−2

1 𝑎
log −2
= 5 (log −2 )
10 10

𝑎
log 102 = 5 (log )
10−2

𝑎
𝑇 2 = 5 (log )
10−2

2 = 5 (log 𝑎 − log 10−2 )

2 = 5 log 𝑎 − 5 log 10−2


5 log 𝑎 = 2 − 10
−8
log 𝑎 =
5
log 𝑎 = −1,6 ------ a = 0,025 ≈ 0,03

setelah diketahui nilai a maka nilai b,c,d,dan e dapat kita cari sesuai
perhitungan di bawah ini
𝑎 𝑏
=
𝑛 𝑎
0,025 𝑏
=
0,01 0,025
b = 0,00625 ≈ 0,006

𝑏 𝑐
=
𝑎 𝑏
0,0625 𝑐
=
0,025 0,0625
c = 0,156 ≈ 0,16

𝑐 𝑑
=
𝑏 𝑐
0,156 𝑑
=
0,0625 0,156
d = 0,389 ≈ 0,4

𝑑 𝑒
=
𝑐 𝑑
0,389 𝑒
=
0,156 0,389
d = 0,97

dari perhitungan di atas maka di dapatkan konsentrasi untuk Uji


Sesungguhnya, yaitu:
a = 0,03
b = 0,06
c = 0,16
d = 0,4
e = 0,97
b. Uji Sesungguhnya
Tabel 4.2 Hasil Uji Sesungguhnya
Jam Ke - Prosentase
Konsentrasi
24 48 72 96 (%)
0 ml 0 0 0 0 0
0,025 ml 0 0 1 1 20
0,06 ml 0 1 1 2 40
0,156 ml 0 4 3 0 70
0,39 ml 7 2 0 0 90
0,975 ml 10 0 0 0 100
Sumber : Analisa Praktikan, 2016

EPA PROBIT ANALYSIS PROGRAM


USED FOR CALCULATING LC/EC VALUES
Version 1.5

JOO

Proportion
Observed Responding Predicted
Number Number Proportion Adjusted for Proportion
Conc. Exposed Resp. Responding Controls Responding

0.0250 10 2 0.2000 0.2000 0.1742


0.0600 10 4 0.4000 0.4000 0.4177
0.1560 10 7 0.7000 0.7000 0.7221
0.3900 10 9 0.9000 0.9000 0.9120
0.9750 10 10 1.0000 1.0000 0.9829

Chi - Square for Heterogeneity (calculated) = 0.276


Chi - Square for Heterogeneity
(tabular value at 0.05 level) = 7.815

Mu = -1.113678
Sigma = 0.520823

Parameter Estimate Std. Err. 95% Confidence Limits


---------------------------------------------------------------------
Intercept 7.138305 0.530944 ( 6.097656, 8.178954)
Slope 1.920039 0.480170 ( 0.978906, 2.861172)

Theoretical Spontaneous Response Rate = 0.0000


JOO

Estimated LC/EC Values and Confidence Limits

Exposure 95% Confidence Limits


Point Conc. Lower Upper

LC/EC 1.00 0.005 0.000 0.014


LC/EC 5.00 0.011 0.001 0.025
LC/EC 10.00 0.017 0.003 0.034
LC/EC 15.00 0.022 0.004 0.043
LC/EC 50.00 0.077 0.039 0.131
LC/EC 85.00 0.267 0.152 0.876
LC/EC 90.00 0.358 0.194 1.496
LC/EC 95.00 0.553 0.271 3.372
LC/EC 99.00 1.253 0.489 16.027
JOO

PLOT OF ADJUSTED PROBITS AND PREDICTED REGRESSION LINE

Probit
10+ o
-
-
-
-
9+
-
-
-
-
8+
-
-
- .
-
7+ .
- ..
- ..
- ...
- ....o
6+ ....
- ....
- .o.
- ....
- ....
5+ ...
- .o..
- ....
- ...
- o....
4+ ....
- ....
- ...
- ..
- ..
3+ .
-
-.
-
-
2+
-
-
-
-
1+
-
-
-
-
0+
-+--------------+--------+---------+---------+--------+--------------+-
EC01 EC10 EC25 EC50 EC75 EC90 EC99
4.2 Pembahasan
a. Uji Pendahuluan
Pada percobaan ini terdapat 6 buah aquarium berisi masing-masing 2
Liter air dengan konsentrasi antiseptik cair yang berbeda-beda. Masing-masing
aquarium ini diisi dengan 5 ekor ikan. Pada perlakuan kontrol kondisi ikan
dalam keadaan normal, baik proses metabolisme maupun respirasinya. Untuk
perlakuan ini ikan yang digunakan sebagai ikan uji tidak mendapat tambahan
bahan toksik dalam lingkungannya, sehingga proses yang terjadi dalam
tubuhnya tidak terganggu.
Berdasarkan hasil praktikum pada uji pendahuluan dengan pemberian
antiseptik cair dalam berbagai konsentrasi pada Ikan Nila(Oreochromis Niloticus),
dapat diketahui pengaruh penggunaan toksik ini pada kehidupan ikan khususnya
ikan nila, yang dapat dilihat dari tingkat kematian atau mortalitas ikan.
Konsentrasi yang digunakan pada uji pendahuluan adalah 0,001 ml/2l, 0,01
ml/2l, 0,1 ml/2l, 1 ml/2l dan 10 ml/2l. Ikan uji mati seratus persen selama 24 jam
terdapat pada konsentrasi 10 ml/2l dan pada konsentrasi 1 ml/2l. Ikan uji yang
digunakan mati semua sebelum 48 jam sehingga dapat disimpulkan bahwa
ambang atas (LC100-24jam) dari bahan toksik antiseptik adalah 1 ml/2l dan pada
ambang bawah (LC0-48jam) dari bahan toksik antiseptik adalah 0,01 ml/2l.
Dengan didapatkannya konsentrasi ambang atas (N) dan konsentrasi ambang
bawah (n), maka kita dapat melakukan perhitungan konsentrasi untuk uji
sesungguhnya.
Berdasarkan uji pendahuluan ini, kita dapat mengetahui bahwa antiseptik
dapat bersifat lethal dan sublethal terhadap ikan. Pada konsentrasi
sublethalantiseptik akan merusak jaringan epithelium insang ikan. Kondisi ini
akan lebih membahayakan kehidupan ikan, apabila kandungan oksigen
terlarutnya rendah. Rusaknya jaringan epithelium tersebut dapat mengganggu
kerja insang yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kematian pada hewan uji.
b. Uji Sesungguhnya
Setelah kita melakukan uji pendahuluan untuk menentukan konsentrasi
bahan toksik, selanjutnya kita melakukan uji sesungguhnya, yaitu untuk
mengetahui dampak perbedaan konsentrasi bahan toksik yang diberikan
terhadap ikan uji, dan untuk menetukan LC50-96jam.Untuk uji sesungguhnya ini,
disediakan 6 aquarium yang diisi masing-masing 10 ekor ikan dan 2 liter air
dengan konsentrasi bahan toksik hasil perhitungan, yaitu 0,025 ml/2l; 0,06
ml/2l; 0,156 ml/2l; 0,39 ml/2l; dan 0,975 l/2l. Uji ini dimulai pada pukul 13.00
WIB.
1. Perlakuan Pertama
Pada perlakuan ini digunakan konsentrasi bahan toksik (antiseptik cair)
terendah, yaitu 0,025 ml/2l. Berdasarkan hasil pengamatan, dapat
diketahui ikan uji masih menunjukkan tingkah laku dalam keadaan
normal. Ikan masih berenang dengan aktif. Warna air pada konsentrasi
ini masih bersih bila dibandingkan dengan warna air pada aquarium
dengan konsentrasi yang lebih besar. Ikan uji pada konsentrasi terendah
ini mampu bertahan hingga 96 jam dengan tingkat mortalitas sebanyak
20%.
2. Perlakuan Kedua
Ikan nila dimasukkan ke dalam 2 liter air yang telah dicampur dengan
0,06 ml antiseptik cair. Pada konsentrasi ini, ikan uji masih
menunjukkan tingkah laku yang normal pada jangka waktu 24 jam.
Namun, pada jangka waktu 48 jam, ditemukan 1 ikan mati. Pada waktu
72 jam 1 ikan mati. Dalam jangka waktu 96 jam, 4 ikan uji yang mati
sehingga tingkat mortalitasnya 40%.
3. Perlakuan Ketiga
Pada perlakuan ini, ikan nila dimasukkan dalam 2 liter air yang telah
dicampur dengan 0,156 ml antiseptik cair. Pada konsentrasi ini, mulai
dapat dilihat perubahan tingkah laku pada ikan nila, yaitu sebagian ikan
uji lebih pasif dan berada pada dasar aquarium. Warna air pada
konsentrasi ini juga lebih keruh karena keberadaan antiseptik. Dalam
jangka waktu 48 jam, 4 ikan uji mati, pada jangka waktu 72 jam 3 ikan
mati, sehingga total ikan uji yang mati pada jangka waktu 96 jam adalah
7 ekor.
4. Perlakuan Keempat
Pada perlakuan ini, ikan nila dimasukkan ke dalam 2 liter air yang telah
dicampur dengan 0,39 ml antiseptik cair. Konsentrasi antiseptik cair
pada perlakuan ini cukup tinggi, dapat dilihat dari keruhnya air di dalam
aquarium. Perbedaan perilaku ikan uji mulai terlihat jelas di sini. Sejak
pertama kali dimasukkan, ikan uji terlihat pasif dan berenang pada dasar
aquarium. Selain itu, gerakan berenang ikan juga mulai berbeda, ikan
terkadang berenang miring.
Selain itu,kondisi air pada perlakuan ini menunjukkan air
berwarna keruh dikarenakan kandungan antiseptik dan kotoran yang
dikeluarkan oleh ikan. Pada perlakuan ini, dalam jangka waktu 48 jam 9
ekor ikan uji telah mati. Sehingga tingkat mortalitas pada perlakuan ini
yaitu 90%.
5. Perlakuan Kelima
Pada perlakuan ini, digunakan konsentrasi bahan toksik tertinggi,
yaitu ikan uji dimasukkan ke dalam 2 liter air yang telah dicampur
dengan 0,97 ml antiseptik cair. Sama seperti perlakuan keempat,
perbedaan perilaku ikan sudah terlihat jelas pada saat ikan baru
dimasukkan. Ikan uji bergerak agresif kemudian menjadi pasif di dasar
aquarium. Pada konsentrasi ini, ikan uji juga menghasilkan banyak
kotoran yang membuat air menjadi semakin keruh.
Dalam waktu 24 jam, 10 ikan uji mati pada perlakuan ini,
sehingga tingkat mortalitas adalah 100%.

Berbeda dengan hasil uji pendahuluan, uji sesungguhnya yang dilakukan


dengan pemberian konsentrasi yang berbeda-beda yaitu 0,025 ml/2l; 0,06 ml/2l;
0,156 ml/2l; 0,39 ml/2l; dan 0,975 l/2l. Kelima konsentrasi ini berpengaruh
terhadap tingkat mortalitas ikan uji. Pada konsentrasi 0,025 ml/2l jumlah ikan uji
yang mati adalah 2 ekor, pada konsentrasi 0,06 ml/2l jumlah ikan uji yang mati
adalah 4 ekor, pada konsentrasi 0,156 ml/2l jumlah ikan uji yang mati adalah
7ekor, pada konsentrasi 0,39 ml/2l jumlah ikan uji yang mati adalah 9 ekor dan
pada konsentrasi 0,975 ml/2l jumlah ikan uji yang mati adalah10 ekor.
Berdasarkan hasil pengamatan bahwa ikan uji mati seratus persen pada
konsentrasi tertinggi yaitu 0,97 ml/2l.
Kematian ikan uji disebabkan karena rusaknya proses pernapasan dan
proses metabolisme tubuh akibat kontak langsung dengan toksik. Hal itu
dibuktikan dengan melihat warna ikan yang berwarna lebih pucat dan tingkah
laku ikan yang tidak seimbang. Mortalitas ikan uji tidak hanya disebabkan oleh
kandungan toksik saja, tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor lain yaitu
kebersihan air media dan metabolisme dari ikan itu sendiri.
Tingkah laku ikan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya.
Adanya bahan toksik dalam hal ini antiseptik dapat merubah tingkah laku ikan.
Pada perlakuan kontrol tanpa penambahan antiseptik, tingkah laku ikan normal,
pergerakannya aktif. Hal itu disebabkan karena proses fisiologis dan
metabolismenya berlangsung normal sedangkan pada perlakuan dengan
konsentrasi antiseptik yang lebih tinggi, ikan lebih sering berada di dasar
akuariumdan telihat pasif, namun ikan masih aktif berenang. Kandungan
antiseptik yang tinggi menyebabkan tertutupnya jaringan yang terdapat di insang
yang menghambat proses pernapasan. Kematian ikan-ikan tersebut disebabkan
oleh absorbsi racun dalam tubuh ikan terjadi sangat cepat sehingga akumulasi
racun pada organ tubuh ikan berlangsung cepat (Sastrawijaya, 1991).
Menurut Mautudina (2000), zat toksikan atau polutan dapat menghambat
kerja enzim di dalam tubuh ikan. Kematian ikan uji tersebut disebabkan karena
zat toksikan (antiseptik) yang terjerap ke dalam tubuh ikan berinteraksi dengan
membran sel dan enzim sehingga kerja enzim menjadi tidak stabil. Dengan
demikian, kerja enzim terhambat atau terjadi transmisi selektif ion-ion melalui
membran sel.
Penyebab lainnya adalah berkaitan dengan ketersediaan oksigen terlarut,
dimana antiseptik dengan kepekatan tinggi akan menghambat masuknya oksigen
dari udara ke dalam larutan uji (air limbah antiseptik) sehingga ikan-ikan
tersebut lama kelamaan kehabisan oksigen. Busa yang ditimbulkan oleh
antiseptik juga dapat memperbesar tegangan perrmukaan air dan menghambat
masuknya oksigen dalam air. Semakin tinggi konsentrasi antiseptik yang dipakai
semakin berkurang oksigen dan semakin membuat jenuh perairan. Varley (1997)
mengatakan bahwa konsentrasi oksigen terlarut tergantung pada tingkat
kejenuhan air itu sendiri, kejenuhan air dapat disebabkan oleh koloidal yang
melayang di air maupun jumlah larutan limbah antiseptik yang terlarut di air.
c. Analisa Probit
Analisa probit merupakan suatu metode pengujian yang umum
digunakan untuk mengukur nilai toksisitas suatu bahan pencemar yang diukur
dari lethal concentration yang diartikan sebagai milligram bahan pencemar
untuk setiap kilogram hewan uji yang mengakibatkan kematian 50% dari
populasinya. Pernyataan dosis atau konsentrasi tanggapan mengacu pada
hubungan kekhasan kontak antara suatu zat racun dengan objek yang diamati.
Dari analisa ini dapat dilihat bahwa untuk antiseptik daya racunnya sangat kuat
(tergantung tingkat konsentrasi), sehingga mampu mematikan 50% populasi
dalam waktu 96 jam hanya dengan konsentrasi 0,077 ml.
Menurut Mangkoedihardjo (1999), mengatakan bahwa suatu zat toksikan
efeknya terhadap organisme bersifat akut apabila zattesebut mampu mematikan
dalam jangka waktu tidak lebih dari 14 hari. Berdasarkan kenyatan diatas
didapatkan bahwa limbah antiseptik(jenis anti noda) merupakan zat toksikan
yang mempunyai efek berbahaya terhadap suatu biota yang hidup di perairan,
karena dalam waktu 96 jam populasi ikan yang terdapat dalam media yang
terpapar oleh antiseptik tersebut mati.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari Praktikum Ekotoksikologi ini adalah :
1. Bahan toksik yang dimasukkan ke dalam air pada saat percobaan,
memberikan dampak pada perilaku ikan uji. Dampak yang diperlihatkan
tergantung dari konsentrasi bahan toksik yang ditambahkan.
2. Nilai LC50-96 jam dari bahan toksik deterjen yang digunakan pada ikan komet
(Carassius auratus auratus) adalah sebesar 0,077 ml.
5.2. Saran
Saran yang diberikan untuk Praktikum Ekotoksikologi ini adalah:
1. Sebaiknya sebelum praktikum dimulai, air pada semua wadah dipastikan
memiliki volume dan kandungan yang sama agar variabel bebas yang
digunakan dalam praktikum hanya berkisar pada konsentrasi toksik yang
digunakan.
2. Sebaiknya pada setiap wadah diberi filter agar air dalam wadah tetap
jernih.
DAFTAR PUSTAKA
Annonim, (2006, acsessed), “Enviromental toxicology and ecotoxicology”,
http://www.bio.hw.ac.uk/edintox/enviro.html
Wirasuta dan Rasmaya Niruri.2007. “Buku Ajar Toksikologi Umum”.Bali:Udayana
Press
Sugiarto. 1988. Nila. Penebar Swadaya, Jakarta,105 hlm.

Suyanto. 1994. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Pertumbuhan Dan Sintasan

Pendederan Ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus) di Kolam. Jurnal Ikhtiologi

Indonesia, hlm 10.

Trewavas, E., 1982. Tilapias: taxonomy and speciation. p. 3-13. In R.S.V. Pullin and

R.H. Lowe-McConnell (eds.) The biology and culture of tilapias. ICLARM

Conf. Proc. 7

Saanin, H., 1968. Taksonomi dan Kuntji Identifikasi Ikan II. Binatjipta. Bandung.

Sachlan, M., 19... Planktonologi. Lembaga Penelitian Perikanan Darat, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai