Anda di halaman 1dari 3

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia kaya akan sumber bahan obat yang berasal dari alam dan telah digunakan
untuk obat tradisional sebagai salah satu upaya dalam mengatasi masalah kesehatan. Obat
tradisional dan tanaman obat banyak digunakan masyarakat terutama dalam upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif (Saifudin et al., 2011). Penggunaan bahan alam, baik
sebagai obat maupun tujuan lain cenderung meningkat, terlebih dengan adanya isu back to
nature. Survei nasional yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik pada tahun 2000
menyebutkan bahwa 15,6% masyarakat Indonesia menggunakan obat tradisional dan
meningkat hingga 31,7% pada tahun 2001 (Badan Pusat Statistik, 2002). Pengetahuan tentang
tanaman berkhasiat obat berdasar pada pengalaman dan keterampilan yang secara turun
temurun telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Wullur et al., 2012).
Tanaman obat yang dimanfaatkan dalam pengobatan tradisonal biasa disebut obat
tradisional Indonesia atau yang lebih dikenal dengan nama jamu (Dewoto, 2007). Menurut
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, obat tradisional atau jamu adalah
bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat.
Salah satu contoh penggunaan obat tradisional adalah untuk penyakit typhus,
Penyakit typhus merupakan penyakit infeksi sistemik, bersifat endermis yang disebabkan
oleh Salmonella typhi (S.typhi). Di negara-negara yang sedang berkembang di dunia,
termasuk Indonesia, penyakit typhus masih menjadi problem kesehatan masyarakat. Menurut
Thong, dkk dalam penelitian Muliawan, dkk (2000), yang dilakukan pada tahun 1994,
menunjukkan bahwa pada kasus typhus setiap tahun di dunia mencapai 21 juta dengan angka
kematian lebih dari 700.000. Di Indonesia menurut data profil kesehatan Indonesia tahun
2004 yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2005), typhus
menempati urutan ke- 2 dari 10 pola penyakit terbanyak pasien rawat inap sakit di Indonesia
dan urutan ke-8 dari 10 pola penyebab kematian umum di Indonesia. Beberapa tanaman obat
yang biasanya digunakan dalam mengatasi sakit typhus yaitu kulit pule, rimpang jahe,
lempuyang, cabai merah, jung rahap, lada hitam dan gingseng jawa.
Makalah ini dibuat dengan maksud menggali informasi terkait komposisi, mekanisme
kerja, cara peracikan, dan KIE ramuan jamu untuk membantu meringankan sakit typhus.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat dibuat rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa saja komposisi dalam resep jamu kunyit asam untuk meringankan sakit typhus?
2. Bagaimana cara peracikan resep jamu untuk meringankan sakit typhus yang benar
dan tepat?
3. Apa saja KIE (Konseling, Informasi, dan Edukasi) jamu untuk meringankan sakit
typhus yang dapat diberikan kepada pasien?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk menjawab rumusan masalah yaitu
sebagai berikut:
1. Mengetahui komposisi dalam resep jamu untuk meringankan sakit typhus.
2. Mengetahui cara peracikan resep jamu untuk meringankan sakit typhus yang benar
dan tepat.
3. Mengetahui dan mampu menjelaskan KIE jamu kunyit asam untuk meringankan
sakit typhus yang dapat diberikan kepada pasien.

DAPUS
Departeman Kesehatan RI. 2005. Profil Kesehatan Indonesia 2004. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.

Dewoto, H. R. 2007. Pengembangan obat tradisional Indonesia menjadi fitofarmaka. Maj


Kedokt Indon. 57(7):205–211.

Muliawan, S. Y., Moehario, L. H & Sudarmono, P . 2000. Validitas Pemeriksaan Uji


Aglutinin O dan H S. typhi dalam Menegakkan Diagnosis Dini Demam Tifoid. Universitas
Trisakti. Jakarta

Saifudin, A., V. Rahayu, dan H. Y. Teruna. 2011. Standarisasi Bahan Obat Alam. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Wullur, A. C., J. Schaduw, dan A. N. Wardhani. 2012. Identifikasi alkaloid pada daun sirsak
(Annona muricata L.). JIF-Jurnal Ilmiah Farmasi. 3(2): 54-56.

Anda mungkin juga menyukai