Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nur Vardila Putri

Nim : 170301305
Tugas Contoh Kasus dan Solusi tentang Risiko Pasar (Operasional)

CONTOH KASUS
RISIKO PASAR PADA CITIBANK

Dampak terbongkarnya kejahatan MD, selain menggoyahkan reputasi Citibank, juga


membawa efek berantai pada industri perbankan nasional yang tengah berupaya ekstra
memulihkan kredibilitasnya akibat skandal Bank Century. Tetapi, kasus MD dan Citibank
seperti meruntuhkan seluruh kerja keras tersebut. Alhasil kredibilitas perbankan Tanah Air
pun kembali goyah.
Bahkan kasus yang bagai air kini mengalir deras hingga menyentuh persoalan
pencucian uang. Malinda Dee lewat pengacaranya mengaku bahwa Citibank telah
menampung dana pencucian uang nasabahnya selama 10 tahun. Jadi pihak Citibank telah
lama mengetahui praktik Malinda yang kini telah merugikan nasabah sebesar Rp16,03 miliar.
Dampaknya, jika terjadi masalah pada Citibank maka akan mempengaruhi reputasi bank lain
dalam pasar tersebut.
Sebuah data menyebutkan, dalam tiga tahun terakhir, yaitu periode 2007-2010, terjadi
sekitar 15.097 kasus pembobolan perbankan. Selain Citibank dan Bank Mega, ada sederetan
kasus yang menjadi perhatian publik dalam setahun terakhir. Kasus-kasus tersebut, antara
lain pembobolan kantor kas BRI Tamini Square sebesar Rp 29 miliar, pemberian kredit
dengan dokumen dan jaminan fiktif pada Bank BII dengan total kerugian Rp 3,6 miliar, dan
pencairan deposito dan nasabah tanpa sepengetahuan pemiliknya di Bank Mandiri dengan
nilai kerugian Rp 18 miliar.
Jadi, kejahatan yang menimpa dunia perbankan ini tidak hanya dialami
bank-bank kecil tapi juga perbankan besar dengan reputasinya yang sudah teruji. Para pelaku
pembobolan pun bukanlah siapa-siapa tapi, dari kalangan karyawan bank sendiri. Sungguh
ironis, sebagai sebuah institusi bisnis yang sangat bertumpu pada kepercayaan, reputasinya
justru dirusak oleh orang dalamnya.
Betapapun kecilnya kerugian yang diderita, kasus pembobolan dana nasabah jelas
merusak, setidaknya, mengganggu reputasi perbankan sebagai institusi bisnis yang aman bagi
masyarakat dalam menyimpan dananya.
Dengan gampang kita pasti akan menyebutkan bahwa kasus-kasus pembobolan terjadi
karena perbankan tidak lagi memperhatikan prosedur standar dalam pengelolaan risiko.
Padahal, setiap bank pasti memiliki Satuan Kerja Manajemen Risiko yang berfungsi
memantau dan menilai secara sistematik profil risiko bank. Tim pengelola risiko inilah yang
bertugas mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan, prosedur, serta pengawasan
internal perbankan.
Fungsi pengendalian atau pengawasan internal berperan penting dalam mengelola
risiko operasional perbankan. Adalah tugas bidang pengendalian internal inilah yang tetap
harus membelalakkan mata untuk meneropong dan mengidentifikasi setiap risiko yang
berpotensi menimbulkan kegagalan atau kerugian dalam sistem perbankan.
Krisis perbankan yang telah menimpa perekonomian dalam satu decade terakhir ini
menjadi pelajaran berharga bagi otoritas moneter untuk semakin memperkuat regulasi dan
kelembagaan perbankan dalam mengelola risiko. Sejak 2004, Bank Indonesia telah
mengeluarkan sejumlah ketentuan dalam mengelola risiko perbankan, seperti pembentukan
Komite Manajemen Risiko dan Satuan Kerja Manajemen Risiko.
Satuan Kerja Manajemen Risiko berfungsi untuk memastikan pelaksanaan proses
berjalan lancar dan memberikan gambaran profil risiko kepada manajemen. Selain itu, bank –
dengan jumlah asset besar — diwajibkan untuk mengidentifikasi dan membuat profil risiko
terhadap delapan (8 ) risiko utama, yaitu risiko kredit, risiko operasional, risiko pasar, risiko
likuiditas, risiko hukum, risiko strategik, risiko reputasi, dan risiko kepatuhan.
Untuk meminimalisasi risiko-risiko yang dihadapi oleh suatu bank, manajemen bank
tersebut harus memiliki keahlian dan kompetensi yang memadai, sehingga segala macam
risiko yang berpotensi untuk muncul dapat diantisipasi dari sejak awal dan dicarikan cara
penanggulangannya.
Kasus Citibank, Bank Mega, dan kasus-kasus pembobolan serupa lainnya
menunjukkan kepada kita bahwa pengelolaan risiko perbankan belum dilakukan dengan baik.
Bank gagal dalam mengelola risiko operasional yang di dalamnya meliputi risiko reputasi dan
risiko kepatuhan.
SOLUSI KASUS CITIBANK
Risiko operasional memang merupakan ancaman terbesar dari sejumlah risiko yang
dihadapi bank. Risiko operasional didefinisikan sebagai risiko kerugian yang diakibatkan
kegagalan proses internal, orang, dan sistem atau dari peristiwa eksternal. Artinya, risiko ini
timbul dari berbagai jenis kesalahan manusia dan kesalahan teknis.
Kegagalan dalam mengelola risiko operasional bisa membawa dampak yang sangat
luas, mulai dari tergerusnya modal bank, kerugian derivative yang besar, bahkan berpotensi
sebagai penyebab utama kebangkrutan dalam industri perbankan. Risiko ini dapat terjadi di
seluruh organisasi, pada front office dan back office, termasuk terjadi pada aktivitas-aktivitas
sebelum, selama, dan setelah transaksi bisnis.
Dalam mengelola risiko operasional, manajemen wajib memastikan setiap unit kerja
menjalani fungsi dan tugasnya sesuai prosedur. Sekecil apapun kesalahan tidak bisa
ditoleransi. Hal ini diterapkan mulai level direktur hingga staf. Adapun solusi lainnya yaitu
dengan menggunakan sumber daya manusia yang terlatih dan profesional dibidangnya

Anda mungkin juga menyukai