Anda di halaman 1dari 29

SISTEM INDERA DAN SYARAF PADA HEWAN

Mata kuliah Anatomi dan Fisiologi Mahluk hidup

Dosen pengampu : Rina Rahayu,M.Pd

Disusun oleh :

Kelompok 11

1. Kartika Putri Wulandari (1710303007)


2. Fimarizki (1710303053)
3. Nur Azizah (1010303059)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TIDAR

2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “SISTEM INDERA
DAN SYARAF PADA HEWAN” Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Anatomi dan Fisiologi Mahkluk Hidup program S1 Pendidikan
IPAUntidar.

Atas selesainya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih, pertama


kepada Ibu Rina Rahayu, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Anatomi dan
Fisiologi Mahkluk Hidup, dan khususnya semua pihak yang telah membantu
kelancaran dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini mungkin masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, semua kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai
pihak demi kelancaran dan ketepatan makalah berikutnya sangat penulis
harapkan.

Magelang, November 2019

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Sistem indera hewan..................................................................................3


B. Jenis jenis sistem indera hewan ............................................................3
C. Sistem saraf pada hewan......................................................................12
D. Karakteristik saraf pusat dan saraf tepi...................................................21
E. Proses penjalaran rangsang.....................................................................22

BAB III PENUTUP................................................................................................24

A. Kesimpulan.............................................................................................24
B. Saran.....................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Indera pada Burung

Gambar 2. Mata burung

Gambar 3. Reptile

Gambar 4. Indera pada amphibi

Gambar 5. Indera pada ikan

Gambar 6. Akomodasi mata ikan

Gambar 7. Gurat sisi ikan

Gambar 8. Sistem indera pada hewan bersel satu

Gambar 9. Sistem indera pada hewan berongga

Gambar 10. Sistem indera pada hewan berongga

Gambar 11. Sistem indera pada cacing pipih

Gambar 12. Sistem indera pada cacing tanah

Gambar 13. Sistem indera pada serangga

Gambar14. Struktur jaringan saraf

Gambar 15. Sistem saraf pada coelenterata

Gambar 16. Sistem saraf pada pisces

Gambar 17. Sistem saraf pada amphibi

Gambar 18. Sistem saraf pada aves

Gambar 19. Sistem saraf pada reptile

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tiap- tiap organisme makhluk hidup mempunyai sistem koordinasi
yang disebut koordinasi indera untuk melakukan aktivitas sehari- hari baik
itu pada hewan vetebrata ataupun pada hewan in vetebrata. Hewan- hewan
ini memiliki suatu alat indera. Misalnya untuk meliha. Hewan vetebrata
atau hewan bertulang belakang memiliki indera penglihat atau mata,
indera pencium (hidung), indera peraba (kulit) dan indera pendengar
(telinga).
Akan tetapi tidak semua makhluk hidup menggunakan semua alat
inderanya untuk melakukan aktifitasnya. Contohnya pada hewan
invetebratanya seperti protozoa hewan ini tidak memiliki indera, akan
tetapi peka terhadap rangsangan, Coloenterata menggunakan Tentakel
sebagai alat peraba, pada cacing tanah memiliki indera yang berada
dipermukaan tubuhnya dan peka terhadap rangsangan. Hewan ini hanya
mampu membedakan antara gelap dan terang saja.
Pada hewan vetebrata mereka memiliki sistem koodinasi atau alat
indera yang sempurna. Hewan- hewan ini menggunakan mata untuk
melihat, hidung yang berfungsi sebagai indera pencium, tangan atau kulit
sebagai indera peraba dan telinga yang berfungsi sebagai indera
pendengar. Begitu juga pada manusia. Kita memiliki hidung, mata kulit
atau tangan dan telinga untuk menjalankan fungsinya masing- masing
sesuai dengan kegunaannya. Selain itu, terdapat pula sistem syaraf dan
proses penjalaran syaraf yang akan kami bahas dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem indera ?
2. Apa saja jenis jenis sistem indera hewan?
3. Apa yang dimaksud dengan sistem saraf pada hewan?
4. Apa karakteristik saraf pusat dan saraf tepi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui system indera pada heawan
2. Untuk mengetahui jenis jenis system indera hewan
3. Untuk mengetahui system saraf hewan
4. Untuk mengetahui perbdaan syaraf pusat dan syaraf tepi

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem indera hewan
1. Pengertian Sistem Indera
Sistem indera adalah bagian dari sistem saraf yang berfungsi untuk
proses informasi indera. Di dalam sistem indera, terdapat reseptor
indera, jalur saraf, dan bagian dari otak ikut serta dalam tanggapan
indera. Umumnya, sistem indera yang dikenal adalah penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecapan dan peraba.

B. Jenis jenis sistem indera hewan


1) Sistem indera hewan vertebrata
Vertebrata memiliki sistem indera yang lebih berkembang dari
hewan invetebrata. Berikut ini penjelasan indera pada ikan, katak,
burung dan mamalia.
a) Indera pada Mamalia
Pada umumnya semua jenis indera yang dimiliki oleh manusia juga
dimiliki oleh mamalia. Mamalia memiliki lima macam alat indera.
Masing-masing alat indera tersebut juga berkembang dan berfungsi
dengan baik. Beberapa jenis mamalia, bahkan memiliki alat indera
dengan kepekaan yang sangat kuat terhadap rangsangan terteKucing
memiliki tiga macam indera istimewa, yaitu indera penglihat,
pendengar, dan peraba. Mata kucing dapat melihat dengan baik
meskipun pencahayaan di lingkungan redup atau agak gelap pada
malam hari. Dalam keadaan demikian, sinar matanya berwarna
kehijauan. Warna hijau itu berasal dari pantulan suatu lapisan di bagian
belakang matanya. Pendengaran kucing sangat tajam karena daun
telinganya mampu menangkap getaran bunyi sebanyak-banyaknya.
Kucing juga memiliki kumis yang panjang dan kaku sebagai indera
peraba yang sangat peka.
Anjing memiliki indera pencium dan pendengar yang sangat baik.
Daya penciumannya yang tajam membuat anjing mampu mengikuti bau
mangsanya sampai beberapa kilometer. Anjing pelacak dapat
menemukan persembunyian seorang penjahat dengan mencium
jejaknya. Telinga anjing juga dapat digerakkan dan ditegakkan sehiñgga
mampu menangkap getaran bunyi dengan sangat baik.
Indera pendengar kelelawar sangat baik, namun indera
penglihatnya kurang berkembang. Ketika terbang di malam han,
kelelawar mengeluarkan bunyi berfrekuensi lebih tinggi daripada
20.000 getaran tiap detik (ultrasonik) yang tidak dapat didengar oleh
manusia. Gelombang bunyi yang dikeluarkan akan mengenai mangsa
atau rintangan di sekitamya dan dipantulkan kembali kepadanya.

2
Pantulan gelombang bunyi tersebut diterima telinga kelelawar yang
berukuran besar kemudian disampaikan ke pusat pendengaran di otak.
Melalui cara inilah kelelawar mengetahui keberadaan mangsa atau
rintangan di sekitamya. Prinsip semacam ini juga dipakai oleh manusia
dalam membuat radar.

b) Indera pada Burung


Indera penglihat dan indera keseimbangan burung berkembang
dengan baik. Kedua macam indera tersebut memungkinkan burung
dapat terbang lurus, menukik, atau membelok dengan cepat. Indera
keseimbangan burung terletak di dalam rongga telinga dan
berhubungan dengan otak kecil.

Gambar 1. Indera pada Burung

Otak kecil burung berukuran besar karena berkembang dengan


baik sebagai pusat keseimbangan tubuh burung pada saat terbang.
Sebagian besar burung memiliki indera penglihat yang sangat
membantu burung untuk mendapatkan makanan, untuk menemukan
musuh, maupun untuk terbang. Mata burung mampu berakomodasi
dengan cara mengubah bentuk lensa matanya. Pada saat burung melihat
benda yang jauh, lensa mata burung akan memipih. Sebaliknya, pada
saat burung melihat benda yang dekat, lensa mata burung akan
mencembung.
Pada umumnya mata burung terletak di sisi kin dan kanan
kepalanya agar dapat melihat keadaan di sekelilingnya tanpa harus
memutar kepala. Beberapa jenis burung pemangsa, misalnya burung
hantu, memiliki mata yang menghadap ke depan. Pandangan binokuler
ini memungkinkan burung hantu untuk melihat benda-benda yang dekat
dan jauh sehingga mampu memperkirakan jarak suatu benda. Hal itu
penting bagi burung-burung pemangsa untuk rnengintai dan menangkap
mangsa. Aktivitas burung hantu banyak dilakukan di malam hari. Oleh
karena itu, retina matanya lebih banyak mengandung sel-sel batang

3
dibanding retina mata burung lain. Sel-sel batang tersebut peka atau
sensitif terhadap cahaya redup. Burung yang banyak beraktivitas pada
siang hari. memiliki retina mata yang lebih banyak mengandung sel-sel
kerucut. Sel kerucut tersebut peka terhadap cahaya yang kuat. Pada
retina burung juga terdapat pektin yang merupakan kelanjutan dari saraf
mata ke bola mata. membentuk lipatan, dan di dalamnya terkandung
banyak pigmen. Fungsi pektin tersebut belum diketahui secara pasti,
diduga berhubungan dengan indera penentu arah. Pektin pada burung
yang biasa terbang tinggi. misalnya merpati, berkembang dengan baik.

Pada umumnya burung lebih mengandalkan indera penglihat untuk


mencari makan karena indera pencium tidak berkembang dengan baik.
Akan tetapi, burung kiwi merupakan pengecualian. Indera penglihat
burung kiwi kurang berkembang dengan baik, tetapi indera pencium
yang berupa lubang hidung di ujung paruhnya berkembang dengan baik
dan digunakan untuk mencium bau makanan yang terdapat di dalam
tanah.

Gambar 2. Mata burung

c) Reptile
Indera pada reptilia yang berkembang dengan baik adalah indera
pencium. Kadal, komodo, dan ular memiliki indera pencium yang
disebut organ Jacobson. Organ Jacobson ditemukan pertama kali pada
abad ke-19 oleh seorang ilmuwan Denmark yang bernama L.L.
Jacobson. Indera tersebut terletak di langit-langit rongga mulut. Kadal,
ular, dan komodo sering menjulurkan lidahnya untuk mencium bau
mangsa dengan cara mengambil bau yang telah ditinggalkan
mangsanya di udara dan di tanah. Lidah itu kemudian ditarik dan
ditempelkan pada organ Jacobson untuk menyampaikan bau. Sebagai

4
pemakan bangkai, kornodo memiliki indera pencium yang sangat tajam.
Hewan ini dapat mencium darah segar dari jarak empat kilometer.
Namun, indera reptilia yang lain belum berkembang dengan baik.
Beberapajenis ular, misalnya ular derik, memiliki indera yang peka
terhadap rangsang panas. Indera itu begitu peka sehingga dapat
membedakan dua benda dengan suhu yang hanya berbeda sepersepuluh
ribü derajat celsius. Dengan indera tersebut, ular dapat berburu mangsa
pada waktu gelap.

Gambar 3. Reptile

d) Amphibi
Pada amfibi, misalnya katak, indera yang berkembang dengan
cukup baik ialah indera penglihat dan pendengar. Mata katak berbentuk
bulat serta dilindungi oleh kelopak mata atas dan bawah. Bagian
sebelah dalam mata terdapat membran niktitans, yaitu suatu selaput
tipis yang tembus cahaya.

Gambar 4. Indera pada amphibi

5
Membran niktitans berfungsi untuk menjaga agar kornea mata
tetap lembap ketika berada di darat dan menghindari gesekan ketika
katak menyelam dalam air. Hal itu merupakan bentuk penyesuaian sifat
katak sebagai hewan amfibi. Lensa mata katak tidak dapat
berakomodasi. Oleh karena itu, katak hanya dapat melihat benda
dengan jarak tertentu saja. Indera pendengar katak adalah teliñga yang
terdiri atas telinga luar dan telinga dalam. Telinga luar berupa sepasang
selaput pendengar di sebelah kanan dan kiri kepala. Selaput pendengar
berbentuk segitiga yang melebar di bagian luarnya.
Apabila terkena getaran atau bunyi, selaput pendengar akan
bergetar. Getaran dan selaput pendengar diteruskan oleh tulang
pendengar ketingkap jorong. Selanjutnya, getaran dari tingkap jorong
akan diteruskan oleh cairan limfa ke saraf pendengar. Akhirnya, getaran
oleh saraf pendengar diteruskan ke otak dalam bentuk impuls saraf

e) Ikan
Indera ikan yang berkembang dengan baik adalah indera penglihat,
pencium, dan pendengar. Indera penglihat ikan terletak di kedua sisi
kepalanya. Bola mata ikan tidak dilindungi oleh kelopak, tetapi
dilindungi oleh selaput tipis yang tembus cahaya. Ikan dapat melihat
dengan jelas di dalam air karena baik air maupun kornea ikan
membiaskan cahaya pada sudut yang sama. Sel-sel saraf penglihat pada
ikan terdiri atas sel-sel batang dan sel-sel kerucut. Sel- sel batang
menyebabkan ikan dapat melihat dengan jelas di tempat yang kurang
menerima cahaya. Ikan juga dapat melihat warna walaupun hanya
sampai tahap tertentu. Ikan mudah melihat warna merah dan kuning,
tetapi lebih sulit membedakan warna hijau, biru, dan hitam

Gambar 5. Indera pada ikan

Mata ikan dapat berakomodasi dengan cara mengubah kedudukan


lensa mata ke belakang (mundur) dan ke depan (maju). Gerakan itu
dilakukan oleh otot kecil yang disebut retraktor lentis. Ketika melihat
benda dekat, otot retraktor lentis berelaksasi (mengendur) sehingga
lensa bergerak ke depan. Sebaliknya, ketika melihat benda jauh,

6
retraktor lentis berkontraksi (mengerut) sehingga lensa tertarik ke
belakang. Indera pencium ikan juga berkembang dengan baik. Indera
pencium tersebut terletak di ruang kecil tepat di depan mata.

Gambar 6. Akomodasi mata ikan

Ikan menggunakan indera tersebut untuk mencari makanan,


menghindari musuh, dan menemukan pasangan untuk kawin. Indera
pendengar ikan mirip dengan telinga dalam manusia dan tidak terlihat
dari luar karena terletak di dalam tengkorak. Telinga ikan membantu
mendeteksi bunyi, menjaga keseimbangan tubuh ikan, serta membantu
ikan merasakan perubahan kecepatan dan arah sewaktu berenang. Ikan
mempunyai indera tambahan yang disebut gurat sisi. Gurat sisi juga
disebut indera keenam. Fungsi gurat sisi adalah untuk mengetahui
tekanan air. Selain itu, alat ini dapat mendeteksi gangguan sekecil apa
pun dilingkungannya. Gurat sisi secara tepat dapat menentukan arah
gangguan itu dan memberi peringatan kalau ikan hampir menabrak
karang atau benda lain.
Ketika baru dilempar ke dalam air akan menyebabkan terjadinya
perubahan lingkungan. Perubahan tersebut terdeteksi oleh gurat sisi
ikan yang terdapat disamping kanan dan kiri tubuh ikan. Ikan
menganggap isyarat perubahan itu sebagai tanda bahaya.

7
Gambar 7. Gurat sisi ikan

2) Sistem indera hewan inverterbrata


Sistem indera invetebrata masih sangat sederhana. Berikut inio
dijelaskan sistem indera protozoa. Coulenterata, Molusca, cacing
pipih, cacing tanah dan serangga. Sistem indera invetebrata masih
sangat sederhana. Berikut inio dijelaskan sistem indera protozoa.
Coulenterata, Molusca, cacing pipih, cacing tanah dan serangga.
a) Sistem Indera pada Hewan bersel Satu (Protozoa)

Gambar 8. Sistem indera pada hewan bersel satu

Pada umumnya tidak memiliki indera, tetapi peka terhadap


rangsangan cahaya. Bila ada cahaya kuat, amoeba dan
paramaecium akan menjauh. Englena hanya memiliki alat
menerima rangsang cahaya berupa bintik mata berwarna merah
didekat flagelnya. Bila ada cahaya tersebut.

b) Sistem Indera pada Hewan Berongga (Coelenterata)

8
Gambar 9. Sistem indera pada hewan berongga

Hewan berongga seperti ubur- ubur memiliki sel- sel


pigmen dan sel sensori yang peka tehadap cahaya serta
sejumlah tentakel sebagai alat peraba.

c) Sintem Indera pada Hewan Lunak (Mollusca)

Gambar 10. Sistem indera pada hewan berongga


Bekicot mempunyai dua pasang antena. Pada sepasang
antenna yang panjang, diujungnya terdapat mata sebagai indera
penglihatan, sedangkan sepasang antena yang pendek berfungsi
sebagai indera peraba.

d) Sistem Indera pada Cacing Pipih

9
Gambar 11. Sistem indera pada cacing pipih
Cacing pipih, contohnya planaria memiliki sepasang bintik
mata pada bagian interior tubuhnya. Bintik mata tersebut
sangat peka terhadap rangsangan cahaya. Planaria cenderung
bergerak menjahui cahaya.

e) Sistem Indera pada Cacing Tanah

Gambar 12. Sistem indera pada cacing tanah


Cacing tanah memiliki indera penerima rangsangan yang
cukup baik. Indera tersebut berada di permukaan tubuhnya dan
hanya mampu membedakan gelap terang. Sel- sel yang sesitif
terhadap rangsangan cahaya tersebut di lapisan kulit bagian
dorsal,(atas), terutama pada bagian anterior (depan). Cacing
tanah cenderung bergerak menjauhi cahaya. Cacing tanah juga
peka terhadap rangsangan- rangsangan sentuhan, zat- zat kimia,
dan suhu.

f) Sistem Indera pada Serangga

Gambar 13. Sistem indera pada serangga


Serangga memiliki indera penglihatan berupa mata tunggal
(oseli), mata majemuk (mata faset) dan ada pula yang memiliki
keduanya. Mata tunggal umumnya berbentuk segitiga, mata
majemuk terdiri dari ribuan alat penerima rangsangan cahaya
yang disebut Omatidium. Setiap omatidiun terdiri dari lensa,
sel konus, pigmen, sel fotoreseptor, dan jatuh tegak lurus pada
lensa.

10
C. Sistem syaraf pada hewan
1. Pengertian sistem saraf
Sistem saraf adalah sistem organ pada hewan yang terdiri atas
serabut saraf yang tersusun atas sel-sel saraf yang saling terhubung dan
esensial untuk persepsi sensoris inderawi, aktivitas motorik volunteer
dan involunter organ atau jaringan tubuh, dan homeostasis berbagai
proses fisiologis tubuh. Sistem saraf merupakan jaringan paling rumit
dan paling penting karena terdiri dari jutaan sel saraf (neuron)yang
saling terhubung dan vital untuk perkembangan ingatan.

Gambar14. Struktur jaringan saraf

2. Neuron atau sel saraf


Neuron atau sel syaraf dan sel glia merupakan dua jenis sel
penyusun sistem syaraf.Neuron merupakan sel fungsional pada sistem
saraf, yang bekerja dengan menghasilkan potensialaksi dan
menjalarkan impuls dari satu sel ke sel berikutnya. Pembentukan
potensial aksi merupakan cara yang dilakukan sel syaraf dalam
memindahkan informasi, fungsi kendali dan koordinasi tubuh.
Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, sel syaraf didukung oleh
sel glia. Sel glia merupakan sel yang berkaitan berat dengan neuron,
yang berfungsi sebagai pendukung struktur dan fungsi neuron, namun
tidak terlibat dalam penjelaran impuls.Sel glia berfungsi untuk
menjamin agar kondisi ionikdi sekitar neuron dapat selalu tepat.Selain
itu, sel glia juga berfungsi untuk membuang zat-zat sisa dari sekitar
neuron.
a. Ditinjau dari fungsinya, neuron dapat dibagi tiga macam, yaitu:
Neuron motorik, Neuro sensorik, Neuron interneuron.
b. Neuron motorik Sel araf yang membawa rangsagan dari pusat ke
daerah tepi (perifer tubuh)
c. Neuro sensorik Sel saraf yang berfungsi untuk membawa
rangsangan dari daerah tepi (perifer tubuh) ke pusat saraf (otak dan
sumsum tulang belakang atau mendula spinalis)

11
d. Neuron interneuron atau sel penghubung Sel saraf yang terdapat di
pusat saraf, yang menjadi penghubung antara neuron motori dan
sensorik.

Berdasarkan bentuknya neuron dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu


neuron unipolar, neuron bipolar, neuron multipolar.
a. Neuron unipolar Neuron unipolar hanya mempunyai satu cabang
pada badan sel sarafnya, selanjutnya cabang akan terbelah dua
sehingga bentuk dari neuron unipolar akan menyerupai huruf “T”.
Satu belahan cabang berperan sebagai dendrit, sementara yang lain
sebagai akson. Neuron unipolar ini umumnya mempunyai fungsi
sebagaimana sensory neuron yaitu sebagai pembawa sinyal dari
bagian tubuh (sistem saraf perifer) menuju ke sistem saraf pusat.
b. Neuron bipolar Neuron bipolar, sesuai dengan namanya,
mempunyai dua cabang pada badan sel sarafnya di sisi yang saling
berlawanan. Cabang yang satu berperan sebagai dendrit, sementara
yang lain berperan sebagai akson. Karena percabangannya yang
demikian ini, maka badan sel saraf neuron bipolar mempunyai
bentuk yang agak lonjong/elips.Neuron bipolar umumnya
mempunyai fungsi sebagaimana interneuron, yaitu menghubungkan
berbagai neuron di dalam otak dan spinal cord.
c. Neuron multipolar Neuron multipolar adalah jenis sel saraf yang
paling umum dan paling banyak ditemui.Sel saraf ini mempunyai
dendrit lebih dari satu, namun hanya memiliki sebuah
akson.Karena jumlah dendrit pada setiap neuron multipolar bisa
bervariasi banyaknya, maka bentuk badan sel saraf multipolar ini
seringkali dikatakan berbentuk multigonal.Neuron multipolar
umumnya mempunyai fungsi sebagaimana motoneuron, yaitu
membawa sinyal/isyarat dari sistem saraf pusat menuju ke bagian
lain dari tubuh, seperti otot, kulit, ataupun kelenjar.

3. Komponen penyusun sistem saraf


a. Serabut saraf yaitu kumpulan akson dari jumlah sel saraf, baik
sejenis maupun tidak. Contoh serabut saraf sejenis adalah serabut
aferan dan serabut eferen.Serabut campuran terdiri atas sejumlah
akson dan sel saraf motorik dan sensorik.
b. Pleksus merupakan jaringa serabut saraf yang tidak teratur. Pleksus
dapat ditemukan adanya badan sel saraf, meskipun tidak
selalu.Pleksus dapat ditemukan pada coelenterata, stenopara, dan
khemikordata.Pada jenis hewan tersebut, pleksus biasanya
berfungsi sebagai sistem sistem saraf pusat.

12
c. Ganglia yaitu kumpulan sel saraf berbentuk nodul (bulat atau
membulat dan memiliki batas yang jelas), dilapisi jaringan
konektif, dan mempunyai badan sel saraf serta serabut saraf.

4. Sistem saraf hewan avertebrata dan vertebrate


a. Sistem saraf pada hewan avertebrata
Tidak semua Avertebrata memiliki sistem saraf. Hewan
yang tergolong Protozoa dan Porifera tidak memiliki sistem
saraf.Setiap sel penyusun tubuh hewan tersebut mampu
mengadakan reaksi terhadap stimulus yang diterima dan tidak ada
koordinasi antara satu sel dengan sel tubuh lainnya.Hewan bersel
satu seperti Amoeba dan Paramaecium meskipun tidak mempunyai
urat saraf tapi protoplasmanya dapat melakukan segala kegiatan
sebagai mahkluk hidup seperti iritabilitas, bergerak dan
penyesuaian diri terhadap linngkungannya

1) Coelenterata
Pada Coelenterata akuatik seperti Hydra, ubur-ubur dan
Anemon laut pada Mesoglea yang terletak diantara epidermis
(ektoderm) dan gastrodermis (endoderm) terdapat sistem saraf
diffus karena sel-sel saraf masih tersebar saling berhubungan
satu sama lain menyerupai jala yang disebut saraf jala. Sistem
saraf ini terdiri atas sel-sel saraf berkutub satu, berkutub dua,
dan berkutub banyak yang membentuk sistem yang saling
berhubungan seperti jala.Meskipun demikian impuls dari satu
sel ke sel yang lainnya lewat melalui sinaps.Saraf jala sudah
merupakan sistem sinaps tapi tidak mempunyai cirri-ciri sinaps.

Gambar 15. Sistem saraf pada coelenterata

2) Echinodermata
Sistem saraf pada Echinodermata masih merupakan sistem
saraf primitif.Meskipun sel-sel saraf tersusun dalam bentuk

13
cincin saraf sekeliling rongga mulut dan mempunyai cabang ke
tiap lengan, tetapi susunan saraf didalamnya masih diffus
seperti jala belum ada pengelompokan dalam ganglion.Sel-sel
saraf berhubungan (innervasi) dengan kaki pembuluh, duri dan
lain-lain. Meskipun sistem saraf Echinodermata masih diffus
seperti pada Coelenterata tapi sudah mempunyai struktur
tertentu dan fungsinya sudah lebih maju.Terdapat sel saraf
motorik, sel saraf sensorik dan telah ada refleks. Pada bintang
laut terdapat cincin saraf dalam cakram.Pada tiap penjuluran
tubuhnya terdapat saraf radial pada sisi ventral.Saraf ini
bercabang-cabang halus banyak sekali. Tiap saraf radial
berakhir sebagai sebuah mata pada tiap penjuluran tubuh.

3) Platyhelminthes
Platyhelminthes sudah memiliki sistem saraf pusat dan
sistem saraf tepi.Sel-sel saraf pada cacing pipih terkonsentrasi
menjadi sebuah ganglion dengan dua lobus di bagian muka
yang disebut dengan ganglion kepala atau otak primitif.Dari
ganglion kepala terdapat dua tali saraf memanjang ke belakang
tubuhnya membentuk seperti tangga.Karena itu disebut saraf
tangga tali.Sistem saraf tepi terdiri atas saraf-saraf yang
tersusun secara transversal atau melintang yang
menghubungkan tali saraf dengan saraf-saraf yang lebih kecil
yang terletak tersebar di semua bagian tubuh.Ganglion kepala
mempunyai peran sebagai pusat sensoris yang menerima
impuls dari titik mata dan reseptor lainnya pada
kepala.Ganglion kepala tidak mempunyai peran untuk
mengkoordinasi aktifitas otot.

4) Arthopoda
Sistem saraf pada arthropoda mempunyai struktur bilateral
seperti pada cacing tanah, dan Mollusca primitif.Perkembangan
yang kompleks pada otak arthropoda sangat berbeda dari
spesies ke spesies tapimpada dasarnya mempunyai tiga bagian
yaitu protoserebrum, deuteroserebrum dan tritoserebrum. Pada
arthropoda otak merupakan stasiun relay sensorik dan
mempunyai pengaruh untuk mengontrol ganglia segmental
yang lebih rendah seperti pada toraks dan abdomen. Ganglia
segmental pada hewan ini merupakan pusat refleks lokal.

14
a. Laba-laba mempunyai ganglion-ganglion ventral bersatu
dengan ganglion dorsal, dan membentuk sebuah massa saraf
yang ditembus oleh esofagus dan mengeluarkan banyak
cabang. Ganglion dorsal itu sering disebut otak.Alat perasa
yang pokok berupa 8 buah mata sederhana. Pada udang
terdapat otak disebuah dorsal, dengan dua buah penghubung
sirkumesofageal dan sebuah rantai ganglion-ganglion di
sebelah ventral.Ganglion ventral pertama besar
berhubungan dengan beberapa persatuan ganglion.Saraf
bercabang dari otak dan korda ventral. Perasa sentuhan dan
perasa kimia (pembau dan peraba) pada hewan ini sangat
kuat, dan organ-organnya terdapat pada alat-alat tambahan
anterior.Ada 2 buah mata majemuk yang tersususn dari
banyak unit optik yang disebut ommatidium.Tiap mata
majemuk itu terdapat pada sebuah tangkai.Organ
keseimbangan, statokis, terdapat pada dasar antenul-
antenul.
b. Belalang mempunyai sebuah otak dorsal atau juga disebut
ganglion serebral yang bilobus.Otak dorsal itu disatukan
dengan korda ventral oleh dua penghubung
sikumesofageal.Dalam korda ventral terdapat 3 buah
ganglion toraksis dan 5 buah ganglion abdominalis.Cabang-
cabang saraf keluar dari sistem saraf sentral. Antena dan
palpus mungkin mengandung alat-alat (akhir saraf) untuk
meraba,merasa, dan membau sesuatu. Sebuah membrana
tympani terdapat pada permukaan segmen abdomen
pertama.Membrana tympani itu terlibat atau terbawa serta
dalam mendeteksi suara.Pada sayap dan kaki belalang
sering terdapat alat-alat untuk buah membuat
suara.Belalang mempunyai 2 buah mata majemuk yang
besar-besar, terdiri dari ommatidia. Di samping itu ada 3
oselli atau 3 mata sederhana.

5) Annelida

Pada hewan Polychaeta terdapat ganglion serebral atau


ganglion supraesofageal dapat juga disebut sebagai otak yang
terletak di sebelah dorsal kepala.Ganglion supraesofageal itu
dihubungkan dengan ganglion subesofageal oleh 2 buah saraf
sirkumesofageal.Dari ganglion subesofageal itu mengalir ke
belakang sebatang saraf ventral.Dalam setiap metamer atau
segmen batang saraf ventral itu membuat tonjolan sebagai

15
segmen ganglion.Batang saraf ventral bercabang-cabang
lateral. Palpus dan tentakel pada hewan ini merupakan indera
yang menerima saraf dari ganglion supraesofageal. Terdapat
mata sederhana sebanyak 4 buah. Mata sederhana itu terdiri
dari kornea, lensa, dan retina sehingga analog dengan mata
pada vertebrata.

Sistem saraf pada Oligochaeta berupa sebuah ranting


ganglion ventral, tiap segmen dengan satu rantai, mulai dari
segmen ke-4.di samping iti ada ganglion suprafaringeal
anterior yang juga disebut otak yang terletak dalam segmen ke-
3. tali korda saraf di sekitar faring menghubungkan otak
dengan ganglion ventral pertama. Dalam tiap metamer terdapat
3 pasang saraf yang berasal dari tali saraf ventral tersebut.Di
dalam kulit cacing tanah terdapat organ-organ sensoris yang
sensitive terhadap sentuhan dan cahaya.

Pada cacing tanah sudah mempunyai perkembangan


sistem saraf yang lebih maju yaitu telah terbentuknya ganglia
yang segmental sepanjang tubuhnya. Ganglion supraoesofagus
yang disebut juga otak fungsinya masih tetap sebagai sebuah
stasiun relay sensoris dari reseptor yang peka terhadap cahaya,
sentuhan, dan zat kimia pada permukaan tubuh disekitarnya
(bagian muka). Hewan ini mempunyai ganglion pada tiap ruas
tubuhnya.Ganglia segmental tersebut dihubungkan dengan tali
saraf ventral.Tiap ganglion mempunyai fungsi sebagai pusat
yang menerima impuls dari saraf sensorik dari reseptor kulit
yang ada disekitarnya.Selain itu terdapat serabut saraf
berukuran besar yang menyebabkan otot longitudinal pada
semua ruas berkontraksi bersama-sama.

6) Mollusca

Pada tiram terdapat 3 pasang ganglion, sepasang dekat


esophagus, sepasang dalam kaki, dan sepasang dekat ujung
posterior massa visceral. Ganglion-ganglion itu dihubungkan
satu dengan yang lain dengan serabut-serabut longitudinal dan
yang anterior juga oleh serabut-serabut transversal. Sel-sel
sensori, mungkin peka terhadap sentuhan dan cahaya, terdapat
di sepanjang batas mantel.Organ untuk mendeteksi gangguan
keseimbangan terdapat pada tiram.Organ perasa kurang
berkembang dibandingkan anggota molluska lainnya.

16
Pada bekicot, saraf-saraf ganglion secara rapat
berpasangan sebagai saraf serebral (dorsal dari faring dan
bukal), saraf kaki, saraf jeroan.Saraf-saraf dari ganglia itu
melanjut keseluruh sistem organ. Pada ujung tiap tentakel
posterior (panjang) terdapat sebuah mata dengan kornea, lensa
dan retina dan mungkin juga organ pencium (olfaktorius).Di
bawah ganglia kaki terdapat sepasang statokis, yaitu organ
keseimbangan, masing-masing mengandung benda-benda
berkapur, silia dan sel-sel peraba.Dalam lapisan epidermis
kepala dan kaki terdapat pula struktur peraba.

Pada gastropoda, serebral atau ganglion suboeofagus


mempunyai peran untuk mengontrol ganglia yang lebih
bawah.Aktifitas refleks atau gerakan pada hewan ini dikontrol
oleh aktifitas 4 pasang ganglion yaitu ganglia serebral, pedal,
pleural, dan viseral.Pada Cephalopoda (cumu-cumi, gurita)
terdapat otak yang kompleks karena adanya penggabungan
berbagai ganglia yang letaknya mengelilingi oesofagus.Karena
itu otaknya mempunyai bagian supraoesofagus dan
suboesofagus.Pada bagian suboesofagus terdapat pusat
pernafasan untuk inspirasi dan ekspirasi.

b. Hewan vertebrata
1) Ikan (pisces)
Ikan merupakan vertebrate yang paling rendah derajatnya
dibandingkan vertebrata yang lain. Ikan merupakan hewan
yang memerlukan kemampuan bergerak yang memadai untu
menghindar dari musuh dan menangkap mangsa.Selain itu ikan
dituntut memiliki keseimbangan yang bagus oleh karena itu
ikan memiliki perkembangan otak kecil yang lebih baik sebab
otak kecil atau serebellum merupakan bagian pengontrol
keseimbangan dan pusat pergerakan.
Kelas pisces merupakan kelompok hewan yang semua
anggotanya hidup di perairan. Jenis ikan secara garis bertulang
rawan (chondrichthyes) serta memiliki tipe sisik planoid dan
ganoid.Contoh jenis ini adalah ikan hiu dan ikan pari.Jenis
kedua adalah ikan bertulang sejati (osteichthyes) yang memiliki
tipe sisik sikloid dan stenoid.Contohnya adalah ikan salmon
dan ikan belut laut.
Bagian luar tubuh ikan dilindungi eksoskeleton berupa
sisik. Ikan juga memiliki tiga lubang pengeluaran di depan
sirip belakang, yaitu porus qeuitellis, porus ekskretorius, dan

17
anus. Selain itu, ikan juga dilengkapi dengan vesika natatoria
(gelembung renang), yang berfungsi sebagai hidrostatis dan
membantu repirasi.Sistem ekskresi berupa ginjal, ureter,
kandung kemih, dan porus ekskretorius.Alat respirasi berupa
insang. Proses respirasi terjadi dalam dua tahap, yaitu fase
inspirasi (oksigen masuk ke dalam rongga mulut) dan fase
ekspirasi (udara dilepas melalui alt pernapasan ke lingkungan).
Sistem peredaran darah ikan terdiri atas jantung, pembuluh
arteri dan pembuluh vena.

Gambar 16. Sistem saraf pada pisces

2) Amphibi
Salah satu contoh hewan amfibi adalah katak. Sistem saraf
katak tersusun atas sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Hewan tersebut memiliki otak depan, otak tengah, otak
belakang, dan sumsum lanjutan yang membentuk suatu sistem
saraf pusat, sedangkan serabut-serabut saraf yang berasal dan
sela-sela ruas tulang belakang membentuk suatu sistem saraf
tepi. Otak besar berkembang memanjang sehingga berbentuk
oval. Ujung depan otak besar berhubungan dengan indera
pencium. Otak tengah berkembang cukup baik dan
berhubungan dengan indera penglihat (lobus optikus). Otak
kecil berbentuk lengkung mendatar menuju ke arah sumsum
lanjutan dan kurang berkembang dengan baik.

18
Gambar 17. Sistem saraf pada amphibi

3) Aves
Sistem saraf burung terdiri atas sistem saraf pusat dan saraf
tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang
belakang. Sistem saraf tepi terdiri atas serabut-serabut saraf
yang berasal dan otak dan serabut-serabut saraf yang berasal
dari sela-sela ruas tulang belakang; Otak burung terdiri atas
otak depan, otak tengah, otak belakang, dan sumsum lanjutan.
Otak besar sebagai bagian utama dan otak depan terbagi
menjadi belahan kanan dan belahan kiri.Permukaannya tidak
berlipat-lipat sehingga tidak menampung lebih banyak sel-sel
saraf seperti pada otak besar manusia.
Otak tengah burung sebagai pusat saraf penglihat berkembang
baik dengan membentuk gelembung sehingga indera penglihat
burung berkembang dengan baik. Di permukaan otak kecil
terdapat lipatan-lipatan yang mampu menampung sel-sel saraf
lebih banyak. Sel saràf yang makin banyak pada otak kecil
menunjukkan pusat keseimbangan burung ketika terbang
berkembang dengan baik

19
Gambar 18. Sistem saraf pada aves

4) Reptile
Sistem saraf reptilia terdiri atas sistem saraf pusat dan sistem
saraf tepi. Di bagian otak besar, lobus olfaktorius yang
merüpakan pusat pencium berkembang dengan baik Sehingga
indera penciumannya lebih tajam.
Perkembangan otak tengah reptilia terdesak oleh otak besar.
Otak tengah menjadi kurang berkembang dengan baik sehingga
menyebabkan indera penglihat reptilia kurang tajam.

Gambar 19. Sistem saraf pada reptile

5) Mamalia

20
Bagian-bagian otak hewan mamaliä terdiri atas otak depan,
otak tengah, dan otak belakang yang berkembang dengan baik.
Selain itu, mamalia juga memiliki sumsum lanjutan dan sumsum
tulang belakang (sumsum spinal).Beberapa jenis mamalia memiliki
kemampuan lebih karena pusat-pusat saraf di otak hewan tersebut
mengalami perkembangan yang lebih menonjol. Kemampuan
seperti itu bermanfaat bagi hewan dalam mencari mangsa.
Misalnya, kemampuan lebih pada india penglihat dan indera
pendengar kucing, indera pendengar kelelawar yang sangat tajam,
dan indera pencium anjing yang sangat tajam. Manusia???

D. Karakteristik saraf pusat dan saraf tepi


Sistem saraf terdiri dari 2 bagian utama yakni sistem saraf pusat
dan juga sistem saraf tepi (sering disebut sebagai sistem saraf perifer).
Sistem saraf pusat meliputi bagian otak dan juga bagian sumsum tulang
belakang. Sedangkan sistem saraf tepi meliputi bagian atas sistem saraf
somatik dan juga bagian sistem saraf otonom.
1. Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat mempunyai fungsi utama dalam memegang
semua kendali dan juga pengaturan terhadap keseluruhan kerja dari
bagian jaringan saraf sampai ke bagian sel saraf. Sistem saraf pusat
meliputi bagian atas otak besar, bagian otak kecil, bagian sumsum
lanjutan, dan juga bagian sumsum tulang belakang. Bagian Otak bisa
ditemukan di bagian dalam tulang tengkorak, sedangkan bagian
sumsum tulang belakang bisa ditemukan di dalam bagian ruas-ruas
tulang belakang.
Tiga materi esensial yang ada pada bagian sumsum tulang
belakang serta otak antara lain, yaitu:
 Bagian materi kelabu (sering disebut dengan substansi grissea) yang
proses pembentukannya dari bagian badan sel.
 Bagian materi putih (sering disebut dengan substansi alba) yang
proses pembentukannya dari bagian serabut saraf.
 Jaringan ikat (sering disebut dengan sel-sel neuroglia) yang bisa
ditemukan di bagian dalam sistem saraf pusat lebih detailnya terletak
di antara bagian dari sel-sel saraf yang ada.
2. Sistem Saraf Tepi
Sistem saraf tepi sendiri bisa dibedakan menjadi 2 bagian meliputi
sistem saraf kranial dan juga sistem saraf otonom.
 Sistem Saraf Kranial
Sistem saraf kranial (sering disebut dengan sistem saraf sadar
merupakan saraf yang mempunyai peranan dalam mengatur semua
gerakan yang memang dilakukan secara sadar. Disini bisa diartikan

21
karena di bawah kendali dari kesadaran diri kita sendiri. Seperti
misalnya saat kita mengambil gelas, tangan kita dalam keadaan sadar
kalau memang ingin mengambilnya.
Sistem saraf sadar bisa dibedakan menjadi 2 bagian
yakni meliputi bagian sistem saraf kepala dan juga bagian sistem
saraf tulang belakang. Sistem saraf kepala sendiri terbentuk karena
adanya 12 pasang saraf yang memang dikeluarkan dari bagian otak.
Saraf kepala mempunyai keterkaitan hubungan dengan bagian
reseptor dan juga bagian efektor untuk bagian area kepala.
 Sistem Saraf Otonom
Sistem saraf otonom (sering disebut dengan sistem saraf tak
sadar) yang bisa melakukan aktivitas kerjanya secara otomatis, tanpa
adanya kehendak dari bagian saraf pusat. Seperti misalnya ialah
gerak alat pencernaan, denyut jantung, dan juga proses pengeluaran
keringat.

E. Proses penjalaran rangsang


Gerakan dari salah satu anggota tubuh membuktikan bahwa dalam
tubuh kita terjadi pengantaran impuls oleh saraf yang mengakibatkan
tanggapan yang disampaikan oleh saraf motorik dalam bentuk gerak.
Gerak biasa merupakan gerakan yang disadari, contoh gerak biasa
diantaranya saat kita melangkahkan kaki menuju sebuah tempat, berlari,
menyapu dan lain sebagainya. Mekanisme terjadinya hantaran impuls pada
gerak biasa dimulai dari reseptor sebagai penerima rangsang. Impuls
tersebut kemudian dihantarkan menuju neuron sensorik untuk kemudian
diolah otak. Respons dari otak kemudian dihantarkan ke efektor oleh saraf
motorik sehingga terjadilah gerakan. Proses perjalanan rangsangnya yaitu :
Rangsang → Reseptor → Neuron Sensorik → Saraf Penghubung →
otak → Saraf Penghubung → Neuron Motorik → Efektor

Selanjutnya gerak refleks adalah gerakan yang tidak disadari atau


gerakan yang baru disadari setelah gerakan tersebut terjadi. Gerak refleks
ini merupakan gerakan yang dilakukan tanpa sadar dan merupakan respon
langsung setelah adanya rangsangan. Mekanisme hantaran impuls pada
gerak refleks mirip dengan gerak biasa akan tetapi impuls pada gerak
refleks tidak melalui pengolagan oleh pusat saraf. Neuron yang ada di otak
hanya berperan sebagai konektor saja . Terdapat dua jenis neuron konektor
yaitu neuron konektor di otak dan neuron konektor di susmsum tulang
belakang. Pada gerak refleks, rangsangan yang datang dari reseptor tidak
semuanya sampai ke otak untuk diolah. Berikut ini urutan perjalanan
impuls pada gerak refleks secara skematis:

22
Rangsang → Reseptor → Neuron Sensorik → Konektor
(Otak/Sumsum Tulang Belakang) → Neuron Motorik → Efektor

Jalan pendek yang ditempuh oleh rangsang mengakibatkan gerak


refleks yang disebut dengan lengkung refleks. Jenis refleks tergantung
pada saraf penghubungnya apakah itu terdapat di sumsum tulang belakang
atau di otak. Jika refleksnya hanya melibatkan sumsum tulang belakang
maka disebut dengan Refleks cerebellar. Contok gerak refleks melalui
neuron konektor otak diantaranya: pupil mata akan mengecil, jika terkena
cahaya terang. Contoh gerak refleks melalui neuron konektor sumsum
tulang belakang, diantaranya: kaki terangkat ketika lutut dipukul.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sistem indera adalah bagian dari tubuh yang mampu menerima
rangsangan tertentu.
2. Hewan vertebrata mempunyai sistem indera lebih lengkap
daripada hewan invertebrate.
3. Sistem saraf pusat mempunyai fungsi utama dalam memegang
semua kendali dan juga pengaturan terhadap keseluruhan kerja
dari bagian jaringan saraf sampai ke bagian sel saraf.
4. Sistem saraf tepi sendiri bisa dibedakan menjadi 2 bagian
meliputi sistem saraf kranial dan juga sistem saraf otonom.
5. Mekanisme hantaran impuls pada gerak refleks mirip dengan
gerak biasa akan tetapi impuls pada gerak refleks tidak melalui
pengolagan oleh pusat saraf
B. Saran
Alat indera dan syaraf merupakan asset terpenting tubuh oleh
sebab itu jagalah kesehatan alat indera dan syaraf agar tetap sehat dan
berfungsi dengan baik.

24
DAFTAR PUSTAKA

Weston T. Atlas Of Anatomy. London: Marshall Cavendish; 1993. Sukardi E.


Neuroanatomia Medica. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia; 1985.
Redjani. 1988. Ilmu Biofisika. Surabaya: Universitas Airlangga Press
https://umum-pengertian.blogspot.com/2016/10/sistem-saraf-hewan-vertebrata-
avertebrata.html
http://umum-pengertian.blogspot.com/2016/09/sistem-indera-indera-pada-
hewan.html
https://dosenbiologi.com/manusia/sistem-saraf-pusat-dan-saraf-tepi

25

Anda mungkin juga menyukai