Anda di halaman 1dari 14

UNIVERSITAS JAYABAYA

MAKALAH INDIVIDU PENGANTAR ILMU HUKUM

PENGERTIAN DASAR MENGENAI SUBJEK HUKUM, OBJEK HUKUM,


HUBUNGAN HUKUM, PERBUATAN HUKUM DAN AKIBAT HUKUM
DALAM SISTEM HUKUM POSITIF INDONESIA

DISUSUN OLEH:
CHRISTOPHER SAMUEL
2019330050002

DOSEN PENGAJAR:
DR. DIAN WIDIAWATI SH., MH.

FAKULTAS HUKUM
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Sistem hukum sendiri adalah satu kesatuan unsur-unsur yang masing-
masing saling berinteraksi dan bekerjasama dalam mencapai tujuan kesatuan
tersebut. Susunan sebagai satu kesatuan yang tersusun dari sejumlah bagian-bagian
yang dinamakan subsistem hukum, yang secara bersama-sama mewujudkan
kesatuan yang utuh. Kesatuan tersebut diterapkan terhadap kompleks unsur-unsur
yuridis seperti peraturan hukum, asas hukum, dan pengertian hukum.1

Dalam arti sempit, sistem hukum adalah suatu kesatuan hukum yang
dibatasi pada segi materiil dan substansi hukum. Dalam arti luas, sistem hukum
adalah semua aturan hukum yang telah disusun secara tersistem dan terpadu
berdasarkan atas asas-asas tertentu. Maka bisa dikatakan bahwa sistem hukum
adalah suatu susunan dari aturan-aturan hidup yang keseluruhannya terdiri dari
bagian-bagian yang saling berkaitan.

Bahwa terdapat beberapa sistem hukum yang dikenal yaitu Sistem Hukum
Eropa Kontinental (Civil Law) yang mempunyai ciri khas yaitu terdapat kodifikasi
peraturan, hukum tertulis, pemisahan jelas privat dan publik. Berikut negara-negara
yang diantaranya menganut sistem hukum ini adalah negara Perancis, Belanda dan
termasuk di dalamnya adalah Indonesia. Selanjutnya sistem Hukum Anglo Saxon
(Common Law) yang mempunyai ciri khas yaitu terdapat yurisprudensi yang
dijadikan sebagai peraturan, asas preseden, dan tidak ada pemisahan yang tegas
antara hubungan privat dan publik. Contoh negara-negara yang menganut sistem
hukum ini adalah Amerika Serikat, Inggris. 2
Kemudian terdapat sistem Hukum Islam yang memiliki ciri khas peraturan
yang dianut berdasarkan Al-Quran dan Al-Hadits. Bahwa terdapat Sistem Hukum
Kanonik yang dikenal dalam sistem hukum di dunia ini yang mempunyai ciri khas
bahwa peraturan dan hukum yang berlaku diambil berdasarkan Alkitab dan putusan
Paus. Terakhir terdapat Sistem Hukum Adat yang dianut berdasarkan hukum
kebiasaan dalam masyarakat yang dianggap dan dijadikan sebagai aturan hukum
bagi masyarakat.3

Bahwa setiap sistem hukum mempunyai konsep dasar yang berbeda-beda


terhadap pengertian dan peraturan terkait dengan subjek hukum, objek hukum,

1
Soejono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008),
hal. 23
2
Ibid., hal..24.

3
Ibid., hal..25.

1
hubungan hukum, perbuatan hukum dan akibat hukum. Indonesia merupakan
negara yang menganut Sistem Hukum Eropa Kontinental, oleh karenanya penulisan
makalah ini bertujuan untuk mengkaji pengertian terkait dengan subjek hukum,
objek hukum, hubungan hukum, perbuatan hukum dan akibat hukum berdasarkan
Sistem Hukum Eropa Kontinental.

B. Pokok Permasalahan.
Agar penulisan ini lebih terarah, maka permasalahan tersebut di rumuskan
dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pengertian dan pengaturan konsep dasar mengenai subjek


dan objek hukum dalam sistem hukum positif Indonesia?
2. Bagaimana pengertian dan pengaturan mengenai hubungan hukum,
perbuatan hukum dan akibat hukum dalam sistem hukum positif
Indonesia?

1. Tujuan Penelitan.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui mengenai pengertian dan pengaturan konsep dasar


hukum dalam dalam hal ini adalah subjek dan objek hukum dalam sistem
hukum positif Indonesia;

2. Untuk mengetahui pengertian dan pengaturan mengenai hubungan


hukum, perbuatan hukum dan akibat hukum dalam sistem hukum positif
Indonesia.

2. Metode Penelitian.
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian kepustakaan.
Penelitian kepustakaan merupakan penelitian dengan cara meneliti data sekunder
saja. Penulisan ini mempergunakan data sekunder, yang dari sudut kekuatan
mengikatnya digolongkan sebagai berikut yaitu:

A. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri
Peraturan Perundang-Undangan. Dalam penulisan ini, Penulis akan
menggunakan Peraturan Perundang-Undangan yang terkait dengan konsep
dasar subjek hukum, objek hukum, hubungan hukum, perbuatan hukum dan
akibat hukum seperti, Undang-Undang Dasar 1945, Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata;

2
B. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan
hukum primer. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan bahan hukum
sekkunder berupa hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum
berupa skripsi maupun disertasi, buku-buku, rancangan undang-undang
atau bahan-bahan lainnya yang semacamnya;

C. Bahan hukum tertier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun


penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Adapun bahan
hukum tertier yang digunakan adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Black’s Law Dictionary, dan bahan-bahan lainnya yang semacamnya.

3
BAB II
KONSEP HUKUM MENEGANI SUBJEK DAN OBJEK HUKUM

A. Subjek Hukum
Subjek hukum adalah segala sesuatu yang dapat mempunyai hak dan
kewajiban menurut hukum atau segala pendukung hak dan kewajiban menurut
hukum. Subyek hukum adalah setiap makhluk yang berwenang untuk memiliki,
memperoleh, dan menggunakan hak-hak kewajiban dalam lalu lintas hukum.
Sedangkan sifat subyek hukum yaitu: mandiri, terlindungi (minderjarig,
onbekwaam heid), perantara. Hakikat subyek hukum dibedakan antara:4
a. Pribadi kodrati (natuurlijke persoon);
b. Pribadi hukum (rechts persoon);
c. Tokoh/ pejabat (logemann:ambt).

Sementara, klasifikasi subyek hukum dibedakan atas dua, yaitu terdiri dari
manusia atau natuurlijke persoon dan badan hukum atau rechtspersoon.

a. Manusia/ Orang

Setiap manusia, baik warga negara maupun orang asing adalah subjek
hukum. Jadi dapat dikatakan, bahwa setiap manusia adalah subjek hukum sejak
manusia tersebut dalam kandungan dan dilahirkan sampai meninggal dunia.

Manusia (natuurlijke persoon) sebagai subyek hukum telah mempunyai hak


dan mampu menjalankan haknya dan dijamin oleh hukum yang berlaku dalam hal
itu menurut pasal 1 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa
menikmati hak kewarganegaraan tidak tergantung pada hak kewarganegaraan.5

Setiap manusia pribadi (natuurlijke persoon) sesuai dengan hukum


dianggap cakap bertindak sebagai subyek hukum kecuali dalam Undang-Undang
dinyatakan tidak cakap seperti halnya dalam hukum telah dibedakan dari segi
perbuatan-perbuatan hukum.
Manusia (natuurlijke persoon) sebagai subyek hukum telah mempunyai hak
dan mampu menjalankan haknya dan dijamin oleh hukum yang berlaku dalam hal

4
Titik Triwulan Tutik, Pengantar Ilmu Hukum. (Jakarta: Prestasi Pustakaraya. 2006), h.
50- 54
5
Ibid., hal. 51

4
itu menurut Pasal 1 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa
menikmati hak kewarganegaraan tidak tergantung pada hak kewarganegaraan.

Syarat-syarat cakap Hukum berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum


Perdata, meliputi:6

I. Seseorang yang sudah dewasa (berumur 21 tahun);


II. Seseorang yang berusia dibawah 21 tahun tetapi pernah menikah;
III. Seseorang yang sedang tidak menjalani hukum; dan
IV. Berjiwa sehat & berakal sehat.

Syarat-syarat tidak cakap Hukum, Hukum berdasarkan Kitab Undang-


Undang Hukum Perdata, meliputi:
I. Seseorang yang belum dewasa
II. Sakit ingatan
III. Kurang cerdas
IV. Orang yang ditaruh dibawah pengampuan
V. Seorang wanita yang bersuami (Pasal 1330 KUH Perdata).

b. Badan Hukum
Badan hukum (rechts persoon) merupakan badan-badan perkumpulan dari
orang-orang (persoon) yang diciptakan oleh hukum. Atau dapat dipahamipula
sebagai perkumpulan atau organisasi yang didirikan dan dapat bertindak sebagai
subjek hukum, misalnya dapat memiliki kekayaan, mengadakan perjanjian dan
sebagainya. Sedangkan perbuatan yang dapat menimbulkan akibat hukum yakni
tindakan seseorang berdasarkan suatu ketentuan hukum yang dapat menimbulkan
hubungan hukum, yaitu akibat yang timbul dari hubungan hukum.7

Badan hukum sebagai subyek hukum dapat bertindak hukum (melakukan


perbuatan hukum) seperti manusia. Dengan demikian, badan hukum sebagai
pembawa hak dan tidak berjiwa dapat melalukan sebagai pembawa hak manusia
seperti dapat melakukan persetujuan-persetujuan dan memiliki kekayaan terlepas
dari kekayaan anggota-anggotanya, oleh karena itu badan hukum dapat bertindak
dengan perantara pengurus-pengurusnya.

Meijers menyatakan Badan Hukum itu adalah meliputi yang menjadi


pendukung hak dan kewajiban. Begitu juga pendapat Logemann, dan E. Utrecht.
Yang menjadi penting bagi pergaulan hukum ialah Badan Hukum itu mempunyai
kekayaan (vermogen) terpisah dari kekayaan anggotanya, yaitu dalam hal Badan
Hukum itu berupa korporasi. Hak dan kewajiban Badan Hukum terpisah dari hak

6
Zainuddin Ali, Filsafat Hukum. (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal. 33.
7
Soejono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008),
hal. 128

5
dan kewajiban anggotanya. Bagi bidang perekonomian, terutama lapangan
perdagangan, gejala ini sangat penting.

Dalam pada itu R. Rochmat Soemitro mengatakan, Badan Hukum


(rechtspersoon) ialah suatu badan yang dapat mempunyai harta, hak serta
kewajiban seperti orang pribadi.8

Badan hukum dibedakan dalam 2 (dua) bentuk yaitu:9

1. Badan Hukum Publik (Publiek Rechts Persoon)

Badan Hukum Publik (Publiek Rechts Persoon) adalah badan hukum yang
didirikan berdasarkan publik untuk yang menyangkut kepentingan publik atau
orang banyak atau negara umumnya.

Dengan demikian badan hukum publik merupakan badan hukum negara


yang dibentuk oleh yang berkuasa berdasarkan perundang-undangan yang
dijalankan secara fungsional oleh eksekutif (Pemerintah) atau badan pengurus yang
diberikan tugas untuk itu, seperti Negara Republik Indonesia, Pemerintah Daerah
tingkat I dan II, Bank Indonesia dan Perusahaan Negara.

2. Badan Hukum Privat (Privat Recths Persoon)


Badan Hukum Privat (Privat Recths Persoon) adalah badan hukum yang
didirikan berdasarkan hukum sipil atau perdata yang menyangkut kepentingan
banyak orang di dalam badan hukum itu.

Dengan demikian badan hukum privat merupakan badan hukum swasta


yang didirikan orang untuk tujuan tertentu yakni keuntungan, sosial, pendidikan,
ilmu pengetahuan, dan lainlain menurut hukum yang berlaku secara sah misalnya
perseroan terbatas, koperasi, yayasan, badan amal. Menurut J.J. Dormeier istilah
Badan Hukum dapat diartikan sebagai berikut:

i. Persekutuan orang-orang, yang di dalam pergaulan hukum bertindak selaku


seorang saja;
ii. Yayasan, yaitu suatu harta atau kekayaan, yang dipergunakan untuk suatu
maksud yang tertentu.

B. Objek Hukum
1. Pengertian Objek Hukum

8
Chidir Ali, Badan Hukum (Bandung: Penerbit P.T. Alumni, 2005), hal. 18.
9
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Universitas
Atma Jaya, 2010). hal. 45.

6
Objek hukum menurut Pasal 499 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
yakni benda. Benda adalah segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum atau
segala sesuatu yang menjadi pokok permasalahan dan kepentingan bagi para
subyek hukum atau segala sesuatu yang dapat menjadi obyek hak milik.10

2. Jenis Objek Hukum


Kemudian berdasarkan pasal 503-504 KUH Perdata disebutkan bahwa
benda dapat dibagi menjadi 2 (dua), yakni benda yang bersifat kebendaan
(Materiekegoderen), dan benda yang bersifat tidak kebendaan
11
(Immateriekegoderan).
a. Benda yang bersifat kebendaan/berwujud (Materiekegoderen)

Benda yang bersifat kebendaan (Materiekegoderen) adalah suatu benda


yang sifatnya dapat dilihat, diraba, dirasakan dengan panca indera, terdiri dari
benda berubah/ berwujud, meliputi:12

1) Benda bergerak/ tidak tetap, berupa benda yang dapat dihabiskan dan
benda yang tidak dapat dihabiskan. Dibedakan menjadi sebagai benda
bergerak karena sifatnya, menurut pasal 509 KUH Perdata adalah benda
yang dapat dipindahkan, misalnya meja, kursi, dan yang dapatberpindah
sendiri contohnya ternak.
2) Benda tidak bergerak. Benda tidak bergerak dapat dibedakan menjadi
sebagai benda tidak bergerak karena sifatnya, yakni tanah segala sesuatu
yang melekat diatasnya, misalnya pohon, tumbuh-tumbuhan, area, dan
patung dan benda tidak bergerak karena tujuannya yakni mesin alat-alat
yang dipakai dalam pabrik. Mesin senebar benda bergerak, tetapi yang
oleh pemakainya dihubungkan atau dikaitkan pada bergerak yang
merupakan benda pokok.

b. Benda yang bersifat tidak kebendaan/tak berwujud (Immateriekegoderen)

Benda yang bersifat tidak kebendaan (Immateriegoderen) adalah suatu


benda yang dirasakan oleh panca indera saja (tidak dapat dilihat) dan kemudian
dapat direalisasikan menjadi suatu kenyataan, contohnya merk perusahaan, paten,
dan ciptaan musik / lagu.

10
CST Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2000), hal. 34.
11
Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hal 54.
12
Dudu Duswara Machmudin, Pengantar Ilmu Hukum, (Bandung: Refika Aditama, 2010),
hal. 40-42.

7
Menurut Pasal 503 KUHPerdata, Benda dibagi menjadi 2 (dua) yaitu benda
berwujud seperti rumah, mobil dan emas dan benda tidak berwujud yang
mempunyai ciri bahwa benda ini lebih bersifat abstrak namun memiliki nilai.

8
BAB III

HUBUNGAN HUKUM, PERBUATAN HUKUM DAN AKIBAT


HUKUM
A. Hubungan Hukum
Hubungan hukum (Rechtsbetrekkingen) ialah hubungan antara dua atau
lebih subyek hukum. Dalam hubungan hukum ini, hak dan kewajiban pihak yang
satu akan berhadapan dengan hak dan kewajiban pihak yang lain. Jadi setiap
hubungan hukum mempunyai 2 (dua) segi, yaitu segi hak dan segi kewajiban.
Dengan demikian hukum sebagai himpunan peraturan yang mengatur hubungan
sosial memberikan suatu hak kepada subyek hukum untuk berbuat sesuatu atau
menuntut sesuatu yang diwajibkan oleh hak tersebut.13

Pada akhirnya terlaksananya hak dan kewajiban itu dijamin oleh hukum.
Mengenai hubungan hukum ini, Logemann berpendapat bahwa dalam tiap
hubungan hukum terdapat pihak yang berhak meminta prestasi dan pihak yang
wajib melakukan prestasi. Setiap hubungan hukum mempunyai 2 (dua) segi, yaitu
kewenangan atau hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban ini keduanya timbul dari
satu peristiwa hukum dan lenyapnya pun bersamaan.

Dalam pergaulan hidup, bersosial dan benergara, manusia mempunyai hak


asasi, yakni hak-hak yang dianugerahi oleh Tuhan untuk hidupnya. Hak ini
merupakan hak yang muncul secara alami dalam diri masing-masing manusia. Pada
prinsipnya, dalam diri manusia hanya terdapat tiga hak asasi, yakni hak hidup, hak
berpikir, dan hak menentukan pilihan. Normalnya, hak untuk hidup dan berpikir
akan dipergunakan lebih awal, baru kemudian kedua hak itu diwujudkan dalam
bentuk hak untuk memilih. Dari ketiga hak itu, selanjutnya menghasilkan turunan
hak sebagaimana yang selama ini sudah dikenal sebagai hak asasi, misalnya, hak
untuk memilih pekerjaan, hak untuk memeluk agama, hak untuk berkeluarga, dan
sebagainya.

B. Perbuatan Hukum
1. Peristiwa/ Perbuatan Hukum

Dalam konteks hukum suatu peristiwa atau kejadian terkadang dapat masuk
dalam ranah hukum, sehingga disebut sebagai peristiwa hukum, dan di luar ranah
hukum, sehingga disebut sebagai bukan peristiwa hukum. Tentunya kedua
peristiwa tersebut memiliki perbedaan yang mendasar terutama yang berhubungan
dengan konsekuensi yang harus ditanggung oleh pihak-pihak yang terlibat dalam
peristiwa tersebut.

13
R. Soeroeo, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 1996), hal. 58.

9
Contoh perkawinan yang mengakibatkan adanya hak dan kewajiban suami-
istri yang diatur oleh hukum perkawinan. Contoh lain, peristiwa transaksi jual beli
barang, terdapat akibat yang diatur oleh hukum, yaitu adanya hak dan kewajiban
diantara para pihak. Untuk lebih memfokuskan serta memudahkan pemahaman
mengenai peristiwa hukum maka di bawah ini akan diuraikan beberapa pengertian
tentang peristiwa hukum, di antaranya yaitu:14

1. Peristiwa hukum ialah suatu rechtsfeit atau suatu kejadian hukum.


Peristiwa hukum ialah suatu kejadian biasa dalam kehidupan sehari-hari yang
akibatnya diatur oleh hukum.
2. Peristiwa hukum ialah perbuatan dan tingkah laku subyek hukum yang
membawa akibat hukum, karena hukum mempunyai kekuatan mengikat bagi
subyek hukum atau karena subyek hukum itu terikat oleh kekuatan hukum.
3. Menurut Apeldoorn peristiwa hukum ialah peristiwa yang berdasarkan hukum
menimbulkan atau menghapuskan hak.
4. Menurut Bellefroid peristiwa hukum ialah peristiwa sosial yang tidak secara
otomatis dapat merupakan/ menimbulkan hukum. Suatu peristiwa dapat
merupakan peristiwa hukum apabila peristiwa itu oleh peraturan hukum
dijadikan sebagai peristiwa hukum. Dengan demikian, peristiwa hukum dapat
dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu:15
I. Peristiwa menurut hukum dan peristiwa melanggar hukum.
Contohnya kelahiran, kematian, pendudukan tanah, pencemaran laut,
jual beli, sewa menyewa, kredit di bank, pembunuhan dan sebagainya.
Selain itu pembunuhan, wanprestasi, pencemaran laut juga termasuk
peristiwa hukum, tepatnya peristiwa melanggar hukum.
II. Peristiwa hukum tunggal dan peristiwa hukum majemuk. Contohnya
ialah hibah (untuk peristiwa hukum tunggal) dan jual beli yang diawali
dengan tawar menawar, penyerahan barang, penerimaan barang,
garansi/ jaminan (untuk peristiwa hukum majemuk).
III. Peristiwa hukum sepintas dan peristiwa hukum terus menerus.
Contohnya ialah tawar menawar (untuk peristiwa hukum sepintas)
dan perjanjian sewa menyewa (untuk persitiwa hukum terus menerus)
karena biasanya masa sewa akan terjadi dalam waktu yang relatif
lama.

Dengan pembagian di atas, secara umum peristiwa hukum dibedakan


menjadi Perbuatan subyek hukum (manusia dan badan hukum) dan Peristiwa
hukum yang bukan perbuatan subyek hukum.

14
Van Apeldroon, Pengantar Ilmu Hukum. (Jakarta: Pranya Paramita, 2001), hal. 75.
15
R. Soeroeo, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 1996), hal 36.

10
C. Akibat Hukum
Akibat hukum yaitu akibat sesuatu tindakan hukum. Tindakan hukum
adalah tindakan yang dilakukan guna memperoleh sesuatu akibat yang dikehendaki
dan yang diatur oleh hukum. Atau akibat hukum adalah akibat yang ditimbulkan
oleh peristiwa hukum. Contoh peristiwa hukum tentang sebatang pohon yang
disambar petir dan tumbang menimpa seseorang dan menewaskannya dapat
menimbulkan dua akibat hukum, yaitu pewarisan hak milik orang yang meninggal
tersebut dan kewajiban asuransi membayarkan santunan kepada keluarganya.
Begitu pula perbuatan hukum dapat menimbulkan lebih dari satu akibat hukum.
Sebagai contoh, jual-beli menimbulkan akibat hukum pembeli wajib membayar dan
berhak menerima barang yang telah dibelinya, sebaliknya penjual wajib
menyerahkan barang dan berhak menerima pembayaran atas barang tersebut.16

Akibat hukum dapat berupa suatu dampak akibat perbuatan hukum dan
hubungan hukum yang terjadi, seperti:

i. Lahirnya atau ubahnya atau lenyapnya sesuatu keadaan hukum.


Contohnya ialah menjadi umur 21 tahun cakap untuk melakukan tindakan
hukum atau Dalam pengampuan jadi kehilangan kecakapan melakukan
tindakan hukum diatas.
ii. Lahirnya atau ubahnya atau lenyapnya sesuatu hubungan hukum
(hubungan antara dua subyek hukum atau lebih dimana hak dan kewajiban
disatu pihak berhadapan dengan hak dan kewajiban dipihak yang lain)
yang contohnya adalah A mengadakan perjanjian jual beli dengan B
sehingga lahir hubungan hukum A/B. Kemudian, sesudah dibayar lunas
lenyap hubungan itu.
iii. Sanksi yaitu apabila melakukan tindakan melawan hukum, Contoh A
menabrak seseorang hingga berakibat luka berat, A harus mendapat sanksi
berupa pidana penjara atau pidana denda.

16
Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hukum, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2001).

11
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Subjek hukum adalah segala sesuatu yang dapat mempunyai hak dan
kewajiban menurut hukum atau segala pendukung hak dan kewajiban menurut
hukum yaitu manusia dan badan hukum. Objek segala sesuatu yang berguna bagi
subyek hukum atau segala sesuatu yang menjadi pokok permasalahan dan
kepentingan bagi para subyek hukum atau segala sesuatu yang dapat menjadi obyek
hak milik. Hubungan hukum (Rechtsbetrekkingen) ialah hubungan antara dua atau
lebih subyek hukum. Dalam hubungan hukum ini, hak dan kewajiban pihak yang
satu akan berhadapan dengan hak dan kewajiban pihak yang lain yang terjadi karena
adanya perbuatan hukum yaitu adalah tindakan yang dilakukan guna memperoleh
sesuatu akibat yang dikehendaki dan yang diatur oleh hukum.

12
DAFTAR PUSTAKA

Chidir Ali, Badan Hukum, Bandung : Penerbit P.T. Alumni, 2005.

CST Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Pradnya
Paramita,2000.

Dudu Duswara Machmudin, Pengantar Ilmu Hukum: Sebuah sketsa, Bandung:


Refika Aditama, 2010.Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu
Hukum, Jakarta: Rajagrafindo, 2010.
Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010
R.Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum,Jakarta: Rajawali Press, 2001.
Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hukum, Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2001.
Titik Triwulan Tutik, Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. 2006.
Zainuddin Ali. Filsafat Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

13

Anda mungkin juga menyukai