Retensio Plasenta
Disusun Oleh :
Raisha Triasari
N 111 17 136
Pembimbing Klinik :
dr. Sasono Udijanto, Sp.OG
Angka kematian maternal masih menjadi tolok ukur untuk menilai baik
buruknya keadaan pelayanan kebidanan dan salah satu indikator tingkat kesejahteraan
ibu. Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan (40- 60%),
infeksi (20-30%) dan keracunan kehamilan (20-30%), sisanya sekitar 5% disebabkan
penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan. 1
Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum
dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat
yang kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta
previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas. Plasenta previa adalah
plasenta yang implantasinya tidak normal, sehingga menutupi seluruh atau sebagian
ostium internum; kasus ini masih menarik dipelajari terutama di negara berkembang
termasuk Indonesia, karena faktor predisposisi yang masih sulit dihindari, prevalensinya
masih tinggi serta punya andil besar dalam angka kematian maternal dan perinatal yang
merupakan parameter pelayanan kesehatan.1,2
Tiga faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan yakni, pendarahan,
hipertensi saat hamil atau pre eklamasi dan infeksi. Salah satunya adalah plasenta previa
yang dapat menyebabkan pendarahan saat kehamilan pada trimester akhir/perdarahan
intranatal dan mempersulit proses persalinan. Plasenta memiliki peranan berupa
transport zat dari ibu ke janin, penghasil hormon yang berguna selama kehamilan, serta
sebagai barier. Melihat pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada
plasenta akan menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu proses
persalinan.3
Plasenta previa pada kehamilan prematur lebih bermasalah karena persalinan
terpaksa; sebagian kasus disebabkan oleh perdarahan hebat, sebagian lainnya oleh
proses persalinan. Prematuritas merupakan penyebab utama kematian perinatal
sekalipun penatalaksanaan plasenta previa sudah dilakukan dengan benar. Di samping
masalah prematuritas, perdarahan akibat plasenta previa akan fatal bagi ibu jika tidak
ada persiapan darah atau komponen darah dengan segera.3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi seluruh atau sebahagian dari ostium uteri
internum.4
Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya
segmen bawah bawah rahim kearah proksimal memungkinkan plasenta yang
berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan
segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut bermigrasi. Ostium uteri yang
secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bisa
mengubah luas permukaan serviks yang tertutup oleh plasenta. Fenomena ini
berpengaruh pada derajat atau klasifikasi plasenta previa ketika pemeriksaan
dilakukan baik dalam masa antenatal maupun masa intranatal, baik dengan
ultrasonografi maupun pemeriksaan digital. Oleh karena itu pemeriksaan
ultrasonografi perlu diulang secara berkala dalam asuhan antenatal maupun
intranatal.3
2.2 Etiologi
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim
belumlah diketahui dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista
menimpa desidua di daerah segmen bawah rahim.3
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan
endometrium yang kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau
kurang baiknya vaskularisasi desidua. Keadaan ini bisa ditemukan pada :2,4,5
1. Multipara, terutama jika jarak kehamilannya pendek
2. Mioma uteri
3. Kuretasi yang berulang
4. Umur lanjut (diatas 35 tahun)
5. Bekas seksio sesaria
6. Riwayat abortus
7. Defek vaskularisasi pada desidua
8. Plasenta yang besar dan luas : pada kehamilan kembar, eriblastosis fetalis.
9. Wanita yang mempunyai riwayat plasenta previa pada kehamilan sebelumnya
10. Perubahan inflamasi atau atrofi misalnya pada wanita perokok atau pemakai
kokain. Hipoksemia yang terjadi akibat CO akan dikompensasi dengan
hipertrofi plasenta. Hal ini terutama terjadi pada perokok berat (> 20
batang/hari).
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus
tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang
tumbuh meluas akan mendekati atau menutupi ostoum uteri internum.2
Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari
tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang lebih rendah dekat
ostium uteri internum. Plasenta previa juga dapat terjadi pada plasenta yang
besar dan yang luas seperti pada eritroblastosis, diabetes mellitus, atau
kehamilan multiple.2
2.3 Insiden
Kejadian plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh
kelahiran. Dari seluruh kasus perdarahan antepartum, Plasenta previa
merupakan penyebab terbanyak. Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan
dengan paritas tinggi dari pada usia diatas 30 tahun.Juga lebih sering pada
kehamilan ganda daripada kehamilan tunggal.2,3
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi dari plasenta previa (empat tingkatan):
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh
ostium uteri internum. Pada jenis ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan
secara normal, karena risiko perdarahan sangat hebat.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum. Pada jenis inipun risiko perdarahan sangat besar, dan biasanya
janin tetap tidak dilahirkan secara normal.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir
ostium uteri internum. Hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir.
Janin bisa dilahirkan secara normal, tetapi risiko perdarahan tetap besar.
4. Plasenta letak rendah, plasenta lateralis, atau kadang disebut juga dangerous
placenta adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium
uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal.
Risiko perdarahan tetap ada namun tidak besar, dan janin bisa dilahirkan
secara normal asal tetap berhati-hati.3,5
Gambar Klasifikasi plasenta Previa
2.6 Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ketiga
dan mungkin juga lebih awal oleh karena mulai terbentuknya segmen bawah
rahim, tampak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui
tampak plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desidua
basalis yang bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya
isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang
berimplantasi di situ sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat
pelepasan pada desidua pada tapak plasenta. Demikian pula pada waktu
serviks mendatar (effacement) dan membuka (dilatation) ada bagian tapak
plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi akan terjadi perdarahan yang
berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruang intervillus dari plasenta. Oleh
karena fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan pada
plasenta previa betapa pun pasti kan terjadi (unavoidable bleeding).
Perdarahan di tempat itu relative dipermudah dan diperbanyak oleh karena
segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat
karena elemen otot yang dimilikinya minimal, dengan akibat pembuluh
darah pada tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan
akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi mengenai
sinus yang besar dari plasenta dimana perdarahan akan berlangsung lebih
banyak dan lebih lama. Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim itu
akan berlangsung progresif dan bertahap, maka laserasi baru akan
mengulang kejadian perdarahan. Demikian perdarahan akan berulang tanpa
sesuatu sebab lain (causeless). Darah yang keluar berwarna merah segar
tanpa rasa nyeri (pain-less).3
Pada plasenta yang menutupi seluruh uteri internum perdarahan
terjadi lebih awal dalam kehamilan karena segmen bawah rahim terbentuk
lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu ostium uteri internum. Sebaliknya
pada plasenta previa parsialis atau letak rendah perdarahan baru akan terjadi
pada waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya
sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya.
Perdarahan yang pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan dibawah 30
minggu, tetapi lebih separuh kejadiannya pada kehamilan 34 minggu ke
atas. Berhubung tempat perdarahan terletak pada dekat dengan ostium uteri
internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir keluar rahim dan tidak
membentuk hematom retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih
luas dan melepaskan tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan
demikian sangat jarang terjadi koagulopati pada plasenta previa.3
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim
yang tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya
plasenta melekat lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta
akreta dan inkreta bahkan plasenta perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa
sampai menembus buli-buli dan ke rectum bersama plasenta previa. Plasenta
akreta dan inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang sebelumnya pernah
bedah sesar. Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh mudah robek oleh
sebab kurangnya elemen otot yang terdapat disana. Kedua kondisi ini
berpotensi meningkatkan kejadian perdarahan pasca persalinan pada plasenta
previa, misalnya dalam kala tiga karena plasenta sukar melepas dengan
sempurna (retensio plasenta) atau setelah uri lepas karena segmen bawah
rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik.3
2.8 Diagnosis
Diagnosis plasenta previa ditegakkan berdasarkan pada gejala klinik,
pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan penunjang.1
1. Anamnesa plasenta previa1
a. Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu.
b. Sifat perdarahan
- Tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba
- Tanpa sebab yang jelas
- Dapat berulang
c. Perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin.
2.10 Penatalaksanaan6
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal).
2. Terapi aktif
a. Seksio sesarea
b. Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta.
Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
A. IDENTITAS
Nama : Ny. S Nama Suami : Tn. E
Umur : 30 tahun Umur : 35 tahun
Alamat : BTN Nagaya B No. 4 Alamat : BTN Nagaya
Pekerjaan : PNS Pekerjaan : PNS
Agama : Kristen Agama : Kristen
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Tanggal Pemeriksaan : 9 September 2018 Ruangan : Matahari Undata
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Keluar darah dari jalan lahir
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien G2P1A0 gravid 32-33 minggu Masuk Rumah Sakit dengan keluhan
keluarnya darah dari jalan lahir sejak tadi sore SMRS,pasien mengatakan
sebelumnya darah keluar sedikit-sedikit, nyeri perut (-), pelepasan lendir (-), air (-
), nyeri ulu hati (-), mual (-), muntah (-), sakit kepala (-), pusing (-), BAK (+)
lancar, BAB (+) biasa. Pasien mengatakan saat usia kehamilan 5 bulan pasien
kontrol kehamilan dan hasil USG menunjukkan plasenta previa
3. Riwayat pemeriksaan kehamilan
Pasien rutin dalam melakukan pemeriksaan kehamilan
4. Riwayat menstruasi
Haid pertama kali pada umur 12 tahun, lama 5 hari, siklus haid 28 hari,
teratur, banyaknya 2-3 pembalut perhari, tidak pernah merasakan nyeri yang
hebat selama haid. Hari Pertama Haid Terakhir yaitu pada ?/ 1/ 2018
5. Riwayat menikah
Pasien mengaku menikah satu kali.
6. Riwayat kehamilan dan persalinan: G2P1A0
1) Hamil pertama : Melahirkan di RS dibantu oleh bidan, Lahir tahun 2013, lahir
secara normal, jenis kelamin laki-laki, BBL 2,7 kg
2) Kehamilan sekarang
7. Riwayat KB
Tidak menggunakan KB
8. Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada riwayat Hipertensi, Diabetes Mellitus
9. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat yang sama
10. Riwayat Kebiasaan
Pasien tidak merokok. Tidak minum alkohol dan penggunaan obat-obatan.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
- Tekanan darah: 110/70 mmHg
- Frekuensi nadi: 94x/menit, reguler, kuat
- Pernapasan : 22 x/menit
- Suhu : 36,80C
Kepala – Leher :
Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterus (-/-), edema palpebra (-/-),
pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-).
Thorax :
I : Pergerakan thoraks simetris, sikatrik (-), Simetris bilateral
P : Vokal fremitus kanan=kiri
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada area jantung, batas jantung DBN
A : Bunyi pernapasan vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-. Bunyi jantung I/II
murni regular
Ekstremitas :
o Superior : akral hangat (+/+), edema (-/-), Tremor (-/-)
o Inferior : akral hangat (+/+), edema (-/-), Tremor (-/-)
E. STATUS OBSTETRI
Abdomen :
Inspeksi : Tampakperutmembuncit
Palpasi :
o Leopold I : TFU 4 jari dibawah proc.xyphoideus (28 cm)
o Leopold II : Teraba punggung dibagian sinistra
o Leopold III : Presentasi kepala
o Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk PAP.
Tapsiranberatjanin :2325 gram
BJF : 148 x/menit
Genitalia :
Pemeriksaan Dalam (VT) : Tidak dilakukan
D. HASIL LABORATORIUM
E. RESUME
Pasien G2P1A0 gravid 32-33 minggu Masuk Rumah Sakit dengan keluhan
keluarnya darah dari jalan lahir sejak tadi sore SMRS, pasien mengatakan
sebelumnya darah keluar sedikit-sedikit , nyeri perut (-), pelepasan lendir (-), air (-
), nyeri ulu hati (-), mual (-), muntah (-), sakit kepala (-), pusing (-), BAK (+)
lancar, BAB (+) biasa. Pasien mengatakan saat usia kehamilan 5 bulan pasien
kontrol kehamilan dan hasil USG menunjukkan plasenta previa
Pada pemeriksaan fisik, TD:120/70 mmHg, N:94 x/menit, RR:22 x/m, S:
36,80C. Konjungtiva anemis +/+
Pada pemeriksaan obstetrik: pada Palpasi,Leopold I : TFU 4 jari dibawah
proc.xyphoideus,Leopold II : Teraba punggung dibagian sinistra, Leopold III :
Teraba bagian terbawah janin bulat keras, Leopold IV : Bagian terbawah janin
belum masuk PAP. Pada vaginal touche tidak dilakukan pemeriksaan. Hasil lab :
Hb : 9,8 g/dl
F. DIAGNOSIS
G2P1A0 gravid 32-33 minggu + Plasenta previa
G. PENATALAKSANAAN
1. RL 20 tpm
2. Kalnex tab 3x1
3. Hemafort tab 1x1
4. Histolan tab 3x1
5. Obs KU, TTV, BJF
FOLLOW UP :
10/9/2018
S :PPV (+), nyeri perut (-), Mual (-), Muntah (-),sakit kepala (-), BAK (+) lancar,
BAB (+) biasa.
O:
KU : sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 90/50 mmHg
N : 100x/menit
R : 22x/menit
S : 36,7 derajat celcius
BJF : 147x/menit
A : G2P1A0 gravid 32-33 minggu + Plasenta previa
P:
- 02 nasal kanul 4 lpm
- Drips Koktail 1amp/kolf
- Transfusi WB 1 kantong
- Inj. Dexamethasone 1 amp/6 jam
- Inj. Ceftriaxone 1 g/12 jam
- Drips Metronidazole
- Rencana USG
- Rencana SC Cito
11/9/2018
S :Nyeri luka bekas op (+), PPV (+), sakit kepala (-), pusing (-), mual (-), muntah (-),
flatus (+), BAK (+), BAB (-)
O:
KU : sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 100/60 mmHg
N : 88x/menit
R : 22x/menit
S : 37,2 derajat celcius
TFU : 2 jari dibawah pusat
ASI :-/-
A : P2A0 post SC a/i plasenta previa
P:
- RL : Dextrose 5% : NaCl 0,9% = 28 tpm
- Drips oxytocin 2 amp/kolf
- Drips koktail 1 kolf/8jam
- Drips Metronidazole/8 jam/iv
- Inj.Ketorolac 1 amp/8 jam/iv
- Inj. Ranitidin 1 amp/8jam/iv
- Inj.Ceftriaxone 1g/12 jam/iv
- Cek HB, jika < 8 mg/dl lakukan transfusi
12/9/2018
S :Nyeri luka post op (+), PPV (+) sedikit, mual (-), muntah (-), pusing (-), BAK (+)
lancar, BAB (+) biasa
O:
KU : sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 100/60 mmHg
N : 72x/menit
R : 20x/menit
S : 36,6 derajat celcius
A :P2A0 post SC a/i plasenta previa
P:
- Cefadroxil tab 2x500 mg
- Asam mefenamat 3x500 mg
- SF tab 1x1
- Cek Hb, jika Hb<8 transfusi
Hasil Lab :
HASIL NILAI SATUAN
RUJUKAN
Hemoglobin 7,9 12-16 gr%
Hematokrit 23,5 37-47 %
Leukosit 11000 4000-10000 mm3
Trombosit 150000 150 rb- 500 rb mm3
Transfusi PRC 2 labu
13/9/2018
S :nyeri bekas op (+), ppv (+) sedikit, mual (-), muntah (-), BAK (+) lancar, BAB(+)
biasa
O:
KU : sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 110/60mmHg
N : 96x/menit
R : 18x/menit
S : 36,8 derajat celcius
A :P2A0 post sc a/i plasenta previa
P:
- Cefadroxil 2x500 mg
- Asam mefenamat 3x500 mg
- SF 1x1
- Rawat jalan
BAB IV
PEMBAHASAN
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir.Pada keadaan normal plasenta berada pada bagian atas uterus, pada pasien Ny.
S setelah dilakukan USG terlihat perlekatan plasenta menutupi seluruh jalan lahir,
sehingga kepala janin tidak dapat turun ke dasar pinggul karena tertahan plasenta
yang menutupi seluruh jalan lahir. Penyebab plasenta previa secara pasti sulit
ditentukan, tetapi ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta
previa, misalnya bekas operasi rahim (bekas sesar atau operasi mioma), sering
mengalami infeksi rahim (radang panggul), kehamilan ganda, pernah plasenta previa,
atau kelainan bawaan rahim, frekuensi plasenta previa pada primigravida yang
berumur lebih 33 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan
primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun,Kejadian yang paling khas pada
plasenta previa adalah pendarahan tanpa nyeri biasanya baru terlihat setelah trimester
kedua atau sesudahnya dapat terlihat pada pasien Ny. S yang mengalami perdarahan
tanpa nyeri. Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang
aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas
janin. Prinsip utama dalam melakukan seksio caecar adalah untuk menyelamatkan
ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup,
tindakan ini tetap dilakukan.
Pasien G2P1A0 gravid 32-33 minggu Masuk Rumah Sakit dengan keluhan
keluarnya darah dari jalan lahir sejak tadi sore SMRS, nyeri perut (-), pelepasan
lendir (-), air (-), nyeri ulu hati (-), mual (-), muntah (-), sakit kepala (-), pusing (-),
BAK (+) lancar, BAB (+) biasa. Pasien mengatakan saat usia kehamilan 5 bulan
pasien kontrol kehamilan dan hasil USG menunjukkan plasenta previa
Pada pemeriksaan fisik, TD:120/70 mmHg, N:94 x/menit, RR:22 x/m, S:
36,80C. Konjungtiva anemis +/+
Pada pemeriksaan obstetrik: pada Palpasi,Leopold I : TFU 4 jari dibawah
proc.xyphoideus,Leopold II : Teraba punggung dibagian sinistra, Leopold III :
Teraba bagian terbawah janin bulat keras, Leopold IV : Bagian terbawah janin belum
masuk PAP. Pada vaginal touche tidak dilakukan pemeriksaan. Hasil lab :
Hb : 9,8 g/dl
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ketiga dan
mungkin juga lebih awal oleh karena mulai terbentuknya segmen bawah rahim,
tampak plasenta akan mengalami pelepasan. Pada plasenta yang menutupi seluruh
uteri internum perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan karena segmen bawah
rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu ostium uteri internum.
Sebaliknya pada plasenta previa parsialis atau letak rendah perdarahan baru akan
terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya
sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya. Perdarahan yang
pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan dibawah 30 minggu, tetapi lebih separuh
kejadiannya pada kehamilan 34 minggu ke atas.
Terapi pada palsenta previa yaitu : (1) Terapi ekspektatif (pasif) Tujuan
ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita dirawat tanpa
melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis.Upaya diagnosis dilakukan
secara non invasif.Pemantauan klinis dilakukan secara ketat dan baik. (2) Terapi aktif
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan
banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin.
Pada kasus ini pasien di terapi menggunakan terapi aktif yaitu
mempertimbangkan usia kehamilan dan perdarahan yang dialami oleh pasien,
sehingga dilakukan operasi sectio cesarea pada pasien ini untuk menghentikan
perdarahan.
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesaria adalah untuk menyelamatkan
ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup,
tindakan ini tetap dilaksanakan. Adapun tujuan dari seksio sesaria adalah:8
Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat berkontraksi dan
menghentikan perdarahan.
Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika
janin dilahirkan pervaginam.
Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehingga
serviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek, selain
itu, bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber perdarahan
karena adanya perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan
korpus uteri.
Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu.
Lakukan perawatan lanjut pascabedah termasuk pemantauan perdarahan,
infeksi dan keseimbangan cairan masuk-keluar.
DAFTAR PUSTAKA