Anda di halaman 1dari 29

BAGIAN ILMU OBSTETRI & GINEKOLOGI Laporan Kasus

FAKULTAS KEDOKTERAN November 2019


UNIVERSITAS TADULAKO

Retensio Plasenta

Disusun Oleh :

Raisha Triasari
N 111 17 136

Pembimbing Klinik :
dr. Sasono Udijanto, Sp.OG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Angka kematian maternal masih menjadi tolok ukur untuk menilai baik
buruknya keadaan pelayanan kebidanan dan salah satu indikator tingkat kesejahteraan
ibu. Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan (40- 60%),
infeksi (20-30%) dan keracunan kehamilan (20-30%), sisanya sekitar 5% disebabkan
penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan. 1
Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum
dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat
yang kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta
previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas. Plasenta previa adalah
plasenta yang implantasinya tidak normal, sehingga menutupi seluruh atau sebagian
ostium internum; kasus ini masih menarik dipelajari terutama di negara berkembang
termasuk Indonesia, karena faktor predisposisi yang masih sulit dihindari, prevalensinya
masih tinggi serta punya andil besar dalam angka kematian maternal dan perinatal yang
merupakan parameter pelayanan kesehatan.1,2
Tiga faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan yakni, pendarahan,
hipertensi saat hamil atau pre eklamasi dan infeksi. Salah satunya adalah plasenta previa
yang dapat menyebabkan pendarahan saat kehamilan pada trimester akhir/perdarahan
intranatal dan mempersulit proses persalinan. Plasenta memiliki peranan berupa
transport zat dari ibu ke janin, penghasil hormon yang berguna selama kehamilan, serta
sebagai barier. Melihat pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada
plasenta akan menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu proses
persalinan.3
Plasenta previa pada kehamilan prematur lebih bermasalah karena persalinan
terpaksa; sebagian kasus disebabkan oleh perdarahan hebat, sebagian lainnya oleh
proses persalinan. Prematuritas merupakan penyebab utama kematian perinatal
sekalipun penatalaksanaan plasenta previa sudah dilakukan dengan benar. Di samping
masalah prematuritas, perdarahan akibat plasenta previa akan fatal bagi ibu jika tidak
ada persiapan darah atau komponen darah dengan segera.3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi seluruh atau sebahagian dari ostium uteri
internum.4
Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya
segmen bawah bawah rahim kearah proksimal memungkinkan plasenta yang
berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan
segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut bermigrasi. Ostium uteri yang
secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bisa
mengubah luas permukaan serviks yang tertutup oleh plasenta. Fenomena ini
berpengaruh pada derajat atau klasifikasi plasenta previa ketika pemeriksaan
dilakukan baik dalam masa antenatal maupun masa intranatal, baik dengan
ultrasonografi maupun pemeriksaan digital. Oleh karena itu pemeriksaan
ultrasonografi perlu diulang secara berkala dalam asuhan antenatal maupun
intranatal.3
2.2 Etiologi
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim
belumlah diketahui dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista
menimpa desidua di daerah segmen bawah rahim.3
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan
endometrium yang kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau
kurang baiknya vaskularisasi desidua. Keadaan ini bisa ditemukan pada :2,4,5
1. Multipara, terutama jika jarak kehamilannya pendek
2. Mioma uteri
3. Kuretasi yang berulang
4. Umur lanjut (diatas 35 tahun)
5. Bekas seksio sesaria
6. Riwayat abortus
7. Defek vaskularisasi pada desidua
8. Plasenta yang besar dan luas : pada kehamilan kembar, eriblastosis fetalis.
9. Wanita yang mempunyai riwayat plasenta previa pada kehamilan sebelumnya
10. Perubahan inflamasi atau atrofi misalnya pada wanita perokok atau pemakai
kokain. Hipoksemia yang terjadi akibat CO akan dikompensasi dengan
hipertrofi plasenta. Hal ini terutama terjadi pada perokok berat (> 20
batang/hari).
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus
tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang
tumbuh meluas akan mendekati atau menutupi ostoum uteri internum.2
Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari
tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang lebih rendah dekat
ostium uteri internum. Plasenta previa juga dapat terjadi pada plasenta yang
besar dan yang luas seperti pada eritroblastosis, diabetes mellitus, atau
kehamilan multiple.2
2.3 Insiden
Kejadian plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh
kelahiran. Dari seluruh kasus perdarahan antepartum, Plasenta previa
merupakan penyebab terbanyak. Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan
dengan paritas tinggi dari pada usia diatas 30 tahun.Juga lebih sering pada
kehamilan ganda daripada kehamilan tunggal.2,3

2.4 Klasifikasi
Klasifikasi dari plasenta previa (empat tingkatan):

1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh
ostium uteri internum. Pada jenis ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan
secara normal, karena risiko perdarahan sangat hebat.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum. Pada jenis inipun risiko perdarahan sangat besar, dan biasanya
janin tetap tidak dilahirkan secara normal.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir
ostium uteri internum. Hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir.
Janin bisa dilahirkan secara normal, tetapi risiko perdarahan tetap besar.
4. Plasenta letak rendah, plasenta lateralis, atau kadang disebut juga dangerous
placenta adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium
uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal.
Risiko perdarahan tetap ada namun tidak besar, dan janin bisa dilahirkan
secara normal asal tetap berhati-hati.3,5
Gambar Klasifikasi plasenta Previa

2.5 Faktor Risiko


Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kejadian plasenta previa adalah:1
1. Umur penderita
 Umur muda karena endometrium masih belum sempurna.
 Umur diatas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang kurang
subur.
2. Paritas
Pada paritas yang tinggi kejadian plasenta previa makin besar karena
endometrium belum sempat tumbuh.
3. Endometrium yang cacat
 Bekas persalinan berulang dengan jarak pendek
 Bekas operasi, bekas kuretage atau plasenta manual
 Perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip
 Pada keadaan malnutrisi

2.6 Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ketiga
dan mungkin juga lebih awal oleh karena mulai terbentuknya segmen bawah
rahim, tampak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui
tampak plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desidua
basalis yang bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya
isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang
berimplantasi di situ sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat
pelepasan pada desidua pada tapak plasenta. Demikian pula pada waktu
serviks mendatar (effacement) dan membuka (dilatation) ada bagian tapak
plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi akan terjadi perdarahan yang
berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruang intervillus dari plasenta. Oleh
karena fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan pada
plasenta previa betapa pun pasti kan terjadi (unavoidable bleeding).
Perdarahan di tempat itu relative dipermudah dan diperbanyak oleh karena
segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat
karena elemen otot yang dimilikinya minimal, dengan akibat pembuluh
darah pada tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan
akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi mengenai
sinus yang besar dari plasenta dimana perdarahan akan berlangsung lebih
banyak dan lebih lama. Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim itu
akan berlangsung progresif dan bertahap, maka laserasi baru akan
mengulang kejadian perdarahan. Demikian perdarahan akan berulang tanpa
sesuatu sebab lain (causeless). Darah yang keluar berwarna merah segar
tanpa rasa nyeri (pain-less).3
Pada plasenta yang menutupi seluruh uteri internum perdarahan
terjadi lebih awal dalam kehamilan karena segmen bawah rahim terbentuk
lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu ostium uteri internum. Sebaliknya
pada plasenta previa parsialis atau letak rendah perdarahan baru akan terjadi
pada waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya
sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya.
Perdarahan yang pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan dibawah 30
minggu, tetapi lebih separuh kejadiannya pada kehamilan 34 minggu ke
atas. Berhubung tempat perdarahan terletak pada dekat dengan ostium uteri
internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir keluar rahim dan tidak
membentuk hematom retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih
luas dan melepaskan tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan
demikian sangat jarang terjadi koagulopati pada plasenta previa.3
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim
yang tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya
plasenta melekat lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta
akreta dan inkreta bahkan plasenta perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa
sampai menembus buli-buli dan ke rectum bersama plasenta previa. Plasenta
akreta dan inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang sebelumnya pernah
bedah sesar. Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh mudah robek oleh
sebab kurangnya elemen otot yang terdapat disana. Kedua kondisi ini
berpotensi meningkatkan kejadian perdarahan pasca persalinan pada plasenta
previa, misalnya dalam kala tiga karena plasenta sukar melepas dengan
sempurna (retensio plasenta) atau setelah uri lepas karena segmen bawah
rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik.3

2.7 Gejala Klinis


 Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa nyeri.2
Biasanya perdarahan karena plasenta previa baru timbul setelah bulan
ketujuh. Hal ini disebabkan oleh:
 Perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak
berbeda dari abortus.
 Perdarahan pada plasenta previa disebabkan pergerakan antara
plasenta dan dinding rahim.
 Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada kutub
bawah rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas
panggul.2
 Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka pada
plasenta previa lebih sering disertai kelainan letak jika perdarahan
disebabkan oleh plasenta previa lateral dan marginal serta robekannya
marginal, sedangkan plasenta letak rendah, robekannya beberapa
sentimeter dari tepi plasenta.2

2.8 Diagnosis
Diagnosis plasenta previa ditegakkan berdasarkan pada gejala klinik,
pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan penunjang.1
1. Anamnesa plasenta previa1
a. Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu.
b. Sifat perdarahan
- Tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba
- Tanpa sebab yang jelas
- Dapat berulang
c. Perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin.

2. Pada inspeksi dijumpai:1


a. Perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal.
b. Pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemis.

3. Pemeriksaan fisik ibu1


a. Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok
b. Kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma
c. Pada pemeriksaan dapat dijumpai :
- Tekanan darah, nadi dan pernapasan dalam batas normal
- Tekanan darah turun, nadi dan pernapasan meningkat
- Daerah ujung menjadi dingin
- Tampak anemis

4. Pemeriksaan khusus kebidanan.1


1. Pemeriksaan palpasi abdomen
- Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan
umur kehamilan
- Karena plasenta di segmen bawah rahim, maka dapat dijumpai
kelainan letak janin dalam rahim dan bagian terendah masih
tinggi.
2. Pemeriksaan denyut jantung janin
- Bervariasi dari normal sampai asfiksia dan kematian dalam
rahim.
3. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan diatas meja operasi dan siap untuk
segera mengambil tindakan. Tujuan pemeriksan dalam untuk:
- Menegakkan diagnosis pasti
- Mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi persalinan
atau hanya memecahkan ketuban
4. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan ultrasonografi
- Mengurangi pemeriksaan dalam
- Menegakkan diagnosis

Diagnosis plasenta previa (dengan perdarahan sedikit) yang diterapi


ekspektatif ditegakkan dengan pemeriksaan USG. Dengan pemeriksaan USG
transabdominal ketepatan diagnosisnya mencapai 95-98%. Dengan USG transvaginal
atau transperineal (translabial), ketepatannya akan lebih tinggi lagi. Magnetic
Resonance Imaging (MRI) juga dapat dipergunakan untuk mendeteksi kelainan pada
plasenta termasuk plasenta previa.2,3
Dengan bantuan USG, diagnosis plasenta previa/plasenta letak rendah sering
kali sudah dapat ditegakkan sejak dini sebelum kehamilan trisemester ketiga. Namun
dalam perkembangannya dapat terjadi migrasi plasenta. Sebenarnya bukan plasenta
yang berpindah tetapi dengan semakin berkembangnya segmen bawah rahim,
plasenta (yang berimplantasi di situ) akan ikut naik menjauhi ostium uteri internum.2
2.9 Komplikasi
Kemungkinan infeksi nifas besar karena luka plasenta lebih dekat
pada ostium dan merupakan porte d’entrée yang mudah tercapai. Lagi pula,
pasien biasanya anemis karena perdarahan sehingga daya tahannya lemah. 2
Bahaya plasenta previa adalah : 2,3
1. Anemia dan syok hipovolemik karena pembentukan segmen rahim
terjadi secara ritmik, maka pelepasan plasenta dari tempat melekatnya
diuterus dapat berulang dan semakin banyak dan perdarahan yang
terjadi itu tidak dapat dicegah.
2. Karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan
sifat segmen ini yang tipis mudahlah jaringan trofoblas dengan
kemampuan invasinya menorobos ke dalam miometrium bahkan
sampai ke perimetrium dan menjadi sebab dari kejadian plasenta
inkreta bahkan plasenta perkreta. Paling ringan adalah plasenta akreta
yang perlekatannya lebih kuat tetapi vilinya masih belum masuk ke
dalam miometrium. Walaupun tidak seluruh permukaan maternal
plasenta mengalami akreta atau inkreta akan tetapi dengan demikian
terjadi retensio plasenta dan pada bagian plasenta yang sudah terlepas
timbullah perdarahan dalam kala tiga. Komplikasi ini lebih sering
terjadi pada uterus yang yang pernah seksio sesaria. Dilaporkan
plasenta akreta terjadi sampai 10%-35% pada pasien yang pernah
seksio sesaria satu kali dan naik menjadi 60%-65% bila telah seksio
sesaria tiga kali.
3. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah
sangat potensial untuk robek disertai dengan perdarahan yang banyak.
Oleh karena itu harus sangat berhati-hati pada semua tindakan manual
ditempat ini misalnya pada waktu mengeluarkan anak melalui insisi pada
segmen bawah rahim ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan
tangan pada retensio plasenta. Apabila oleh salah satu sebab terjadi
perdarahan banyak yang tidak terkendali dengan cara-cara yang lebih
sederhana seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligasi a.uterina, ligasi
a.ovarika, pemasangan tampon atau ligasi a.hipogastrika maka pada
keadaan yang sangat gawat seperti ini jalan keluarnya adalah melakukan
histerektomi total. Morbiditas dari semua tindakan ini tentu merupakan
komplikasi tidak langsung dari plasenta previa.
4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini
memaksa lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala
konsekuensinya.
5. Kehamila premature dan gawat janin sering tidak terhindarkan karena
tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan
belum aterm. Pada kehamilan < 37 minggu dapat dilakukan
amniosintesis untuk mengetahui kematangan paru-paru janin dan
pemberian kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru janin
sebagai upaya antisipasi.
6. Solusio plasenta
7. Kematian maternal akibat perdarahan
8. Disseminated intravascular coagulation (DIC)
9. Infeksi sepsis

2.10 Penatalaksanaan6

1. Terapi ekspektatif (pasif)

Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur,


penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis
servisis.Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif.Pemantauan klinis
dilakukan secara ketat dan baik.
Syarat-syarat terapi ekspektatif :

a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.

Penanganan pasif pada kasus kehamilan preterm dengan


perdarahan sedikit kemudian berhenti di maksudkan dapat memberikan
kesempatan pada janin untuk tetap tumbuh dan berkembang dalam
kandungan sampai janin matur.Dengan demikian angka kesakitan dan
kematian neonatal karena kasus preterm dapat ditekan

b. Belum ada tanda-tanda in partu.

Menunda tindakan pengakhiran kehamilan segera pada kasus


plasenta previa bila tidak terdapat tanda-tanda inpartu ditujukkan untuk
mempertahankan janin dalam kandungan.Hal ini memberikan peluang
janin untuk tetap berkembang dalam kandungan lebih lama sampai aterm,
dan dengan demikian pula kemungkinan janin hidup di luar kandungan
lebih besar lagi.

c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal).

Selama ibu tidak memiliki riwayat anemia, terapi pasif dapat


dilakukan karena kemungkinan perdarahan berkelanjutan kecil terjadi
karena kadar Hb normal bila sebelumnya tidak dilakukan pemeriksan
dalam

d. Janin masih hidup.

Bila janin masih hidup, berarti besar kemungkinan janin masih


dapat bertahan dalam kandungan sampai janin matur. Sehingga tidak
perlu mengakhiri kehamilan dengan segera karena hanya akan
memperkecil kesempatan hidup janin bila sudah berada di luar kandungan

2. Terapi aktif

Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam


yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa
memandang maturitas janin.Cara menyelesaikan persalinan dengan
plasenta previa

a. Seksio sesarea

Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk


menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya
harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan (Prawirohardjo, 2006).

b. Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta.
Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

1) Amniotomi dan akselerasi

Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis/ marginalis


dengan pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala. Dengan memecah
ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan
oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah,
akselerasi dengan infus oksitosin.

2) Versi Braxton Hicks

Tujuan melakukan versi Baxton Hicks ialah mengadakan


tamponade plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton
Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.

3) Traksi dengan Cunam Willet

Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian beri


beban secukupnya sampai perdarahan berhenti.Tindakan ini kurang
efektif untuk menekan plasenta dan seringkali menyebabkan
pendarahan pada kulit kepala.Tindakan ini biasanya dikerjakan pada
janin yang telah meninggal dan perdarahan tidak aktif
Menurut Manuaba (2008) Plasenta previa dengan perdarahan
merupakan keadaan darurat kebidanan yang memerlukan penanganan
yang baik. Bentuk pertolongan pada plasenta previa adalah: Segera
melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan
anak untuk mengurangi kesakitan dan kematian, Memecahkan
ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk dapat
melakukan pertolongan lebih lanjut.
Pada perdarahan yang sedikit dan anak masih belum matur
dipertimbangkan terapi ekspektatif, dengan syarat keadaan ibu dan anak
baik, Hb normal dan perdarahan tidak banyak. Pada terapi ekspektatif
pasien di rawat di rumah sakit sampai berat anak ± 2500 gram atau
kehamilan sudah sampai 37 minggu. Selama terapi ekspektatif
diusahakan untuk menentukan lokalisasi plasenta dengan pemeriksaan
USG dan memperbaiki keadaan umum ibu. Jika kehamilan telah 37
minggu, kehamilan dapat diakhiri dengan cara vaginal atau seksio
sesaria. Dengan cara vaginal dimaksudkan untuk mengadakan tekanan
pada plasenta, yang dengan demikian menutup pembuluh-pembuluh
darah yang terbuka (tamponade pada plasenta). Dengan seksio sesaria
dimaksudkan untuk mengosongkan rahim hingga rahim dapat
berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Seksio sesaria juga
mencegah terjadinya robekan serviks yang agak sering pada persalinan
pervaginam.2
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesaria adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya
harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilaksanakan. Adapun tujuan dari
seksio sesaria adalah:8
 Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat berkontraksi dan
menghentikan perdarahan.
 Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika
janin dilahirkan pervaginam.
 Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehingga
serviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek, selain
itu, bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber perdarahan
karena adanya perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan
korpus uteri.
 Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu.
 Lakukan perawatan lanjut pascabedah termasuk pemantauan perdarahan,
infeksi dan keseimbangan cairan masuk-keluar.
2.11 Prognosis
Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika
dibandingkan dengan masa lalu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan
tidak invasive dengan USG di samping ketersedian transfusi darah dan infus
cairan telah ada di hamper semua rumah sakit kabupaten. Rawat inap yang
lebih radikal ikut berperan terutama bagi kasus yang pernah melahirkan
dengan seksio sesaria atau bertempat tinggal jauh dari fasilitas yang
diperlukan. Penurunan jumlah ibu hamil dengan dengan paritas tinggi dan
usia tinggi berkat sosialissasi program keluarga berencana menambah
penurunan insiden plasenta previa. Dengan demikian banyak komplikasi
maternal dapat dihindarkan. Namun nasib janin masih belum terlepas dari
komplikasi kelahiran premature baik yang lahir spontan maupun karena
intervensi seksio sesaria. Karena kelahiran premature belum sepenuhnya bisa
dihindari sekalipun tindakan konservatif dilakukan. Karena dahulu
penanganan relatif bersifat konservatif maka mortalitas dan morbiditas ibu
dan bayi tinggi. Sekarang penanganan bersifat operasi dini, maka angka
kematian dan kesakitan ibu dan perinatal jauh menurun.3,4,6
BAB III
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama : Ny. S Nama Suami : Tn. E
Umur : 30 tahun Umur : 35 tahun
Alamat : BTN Nagaya B No. 4 Alamat : BTN Nagaya
Pekerjaan : PNS Pekerjaan : PNS
Agama : Kristen Agama : Kristen
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Tanggal Pemeriksaan : 9 September 2018 Ruangan : Matahari Undata

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Keluar darah dari jalan lahir
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien G2P1A0 gravid 32-33 minggu Masuk Rumah Sakit dengan keluhan
keluarnya darah dari jalan lahir sejak tadi sore SMRS,pasien mengatakan
sebelumnya darah keluar sedikit-sedikit, nyeri perut (-), pelepasan lendir (-), air (-
), nyeri ulu hati (-), mual (-), muntah (-), sakit kepala (-), pusing (-), BAK (+)
lancar, BAB (+) biasa. Pasien mengatakan saat usia kehamilan 5 bulan pasien
kontrol kehamilan dan hasil USG menunjukkan plasenta previa
3. Riwayat pemeriksaan kehamilan
Pasien rutin dalam melakukan pemeriksaan kehamilan
4. Riwayat menstruasi
Haid pertama kali pada umur 12 tahun, lama 5 hari, siklus haid 28 hari,
teratur, banyaknya 2-3 pembalut perhari, tidak pernah merasakan nyeri yang
hebat selama haid. Hari Pertama Haid Terakhir yaitu pada ?/ 1/ 2018
5. Riwayat menikah
Pasien mengaku menikah satu kali.
6. Riwayat kehamilan dan persalinan: G2P1A0
1) Hamil pertama : Melahirkan di RS dibantu oleh bidan, Lahir tahun 2013, lahir
secara normal, jenis kelamin laki-laki, BBL 2,7 kg
2) Kehamilan sekarang

7. Riwayat KB
Tidak menggunakan KB
8. Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada riwayat Hipertensi, Diabetes Mellitus
9. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat yang sama
10. Riwayat Kebiasaan
Pasien tidak merokok. Tidak minum alkohol dan penggunaan obat-obatan.

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
- Tekanan darah: 110/70 mmHg
- Frekuensi nadi: 94x/menit, reguler, kuat
- Pernapasan : 22 x/menit
- Suhu : 36,80C

 Kepala – Leher :
Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterus (-/-), edema palpebra (-/-),
pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-).

 Thorax :
I : Pergerakan thoraks simetris, sikatrik (-), Simetris bilateral
P : Vokal fremitus kanan=kiri
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada area jantung, batas jantung DBN
A : Bunyi pernapasan vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-. Bunyi jantung I/II
murni regular

 Ekstremitas :
o Superior : akral hangat (+/+), edema (-/-), Tremor (-/-)
o Inferior : akral hangat (+/+), edema (-/-), Tremor (-/-)

E. STATUS OBSTETRI
Abdomen :
Inspeksi : Tampakperutmembuncit
Palpasi :
o Leopold I : TFU 4 jari dibawah proc.xyphoideus (28 cm)
o Leopold II : Teraba punggung dibagian sinistra
o Leopold III : Presentasi kepala
o Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk PAP.
Tapsiranberatjanin :2325 gram
BJF : 148 x/menit
 Genitalia :
Pemeriksaan Dalam (VT) : Tidak dilakukan
D. HASIL LABORATORIUM

HASIL NILAI SATUAN


RUJUKAN
Hemoglobin 9,8 12-16 gr%
Hematokrit 32,5 37-47 %
Leukosit 9000 4000-10000 mm3
Trombosit 285000 150 rb- 500 rb mm3
HbsAg Non- Reaktif Non-Reaktif
Anti-HIV Non- Reaktif Non-Reaktif
Gol Darah B

E. RESUME
Pasien G2P1A0 gravid 32-33 minggu Masuk Rumah Sakit dengan keluhan
keluarnya darah dari jalan lahir sejak tadi sore SMRS, pasien mengatakan
sebelumnya darah keluar sedikit-sedikit , nyeri perut (-), pelepasan lendir (-), air (-
), nyeri ulu hati (-), mual (-), muntah (-), sakit kepala (-), pusing (-), BAK (+)
lancar, BAB (+) biasa. Pasien mengatakan saat usia kehamilan 5 bulan pasien
kontrol kehamilan dan hasil USG menunjukkan plasenta previa
Pada pemeriksaan fisik, TD:120/70 mmHg, N:94 x/menit, RR:22 x/m, S:
36,80C. Konjungtiva anemis +/+
Pada pemeriksaan obstetrik: pada Palpasi,Leopold I : TFU 4 jari dibawah
proc.xyphoideus,Leopold II : Teraba punggung dibagian sinistra, Leopold III :
Teraba bagian terbawah janin bulat keras, Leopold IV : Bagian terbawah janin
belum masuk PAP. Pada vaginal touche tidak dilakukan pemeriksaan. Hasil lab :
Hb : 9,8 g/dl

F. DIAGNOSIS
G2P1A0 gravid 32-33 minggu + Plasenta previa
G. PENATALAKSANAAN
1. RL 20 tpm
2. Kalnex tab 3x1
3. Hemafort tab 1x1
4. Histolan tab 3x1
5. Obs KU, TTV, BJF

FOLLOW UP :
10/9/2018
S :PPV (+), nyeri perut (-), Mual (-), Muntah (-),sakit kepala (-), BAK (+) lancar,
BAB (+) biasa.

O:
KU : sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 90/50 mmHg
N : 100x/menit
R : 22x/menit
S : 36,7 derajat celcius
BJF : 147x/menit
A : G2P1A0 gravid 32-33 minggu + Plasenta previa
P:
- 02 nasal kanul 4 lpm
- Drips Koktail 1amp/kolf
- Transfusi WB 1 kantong
- Inj. Dexamethasone 1 amp/6 jam
- Inj. Ceftriaxone 1 g/12 jam
- Drips Metronidazole
- Rencana USG
- Rencana SC Cito
11/9/2018
S :Nyeri luka bekas op (+), PPV (+), sakit kepala (-), pusing (-), mual (-), muntah (-),
flatus (+), BAK (+), BAB (-)
O:
KU : sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 100/60 mmHg
N : 88x/menit
R : 22x/menit
S : 37,2 derajat celcius
TFU : 2 jari dibawah pusat
ASI :-/-
A : P2A0 post SC a/i plasenta previa
P:
- RL : Dextrose 5% : NaCl 0,9% = 28 tpm
- Drips oxytocin 2 amp/kolf
- Drips koktail 1 kolf/8jam
- Drips Metronidazole/8 jam/iv
- Inj.Ketorolac 1 amp/8 jam/iv
- Inj. Ranitidin 1 amp/8jam/iv
- Inj.Ceftriaxone 1g/12 jam/iv
- Cek HB, jika < 8 mg/dl lakukan transfusi

12/9/2018
S :Nyeri luka post op (+), PPV (+) sedikit, mual (-), muntah (-), pusing (-), BAK (+)
lancar, BAB (+) biasa
O:
KU : sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 100/60 mmHg
N : 72x/menit
R : 20x/menit
S : 36,6 derajat celcius
A :P2A0 post SC a/i plasenta previa
P:
- Cefadroxil tab 2x500 mg
- Asam mefenamat 3x500 mg
- SF tab 1x1
- Cek Hb, jika Hb<8 transfusi
Hasil Lab :
HASIL NILAI SATUAN
RUJUKAN
Hemoglobin 7,9 12-16 gr%
Hematokrit 23,5 37-47 %
Leukosit 11000 4000-10000 mm3
Trombosit 150000 150 rb- 500 rb mm3
Transfusi PRC 2 labu

13/9/2018
S :nyeri bekas op (+), ppv (+) sedikit, mual (-), muntah (-), BAK (+) lancar, BAB(+)
biasa
O:
KU : sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 110/60mmHg
N : 96x/menit
R : 18x/menit
S : 36,8 derajat celcius
A :P2A0 post sc a/i plasenta previa
P:
- Cefadroxil 2x500 mg
- Asam mefenamat 3x500 mg
- SF 1x1
- Rawat jalan
BAB IV
PEMBAHASAN
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir.Pada keadaan normal plasenta berada pada bagian atas uterus, pada pasien Ny.
S setelah dilakukan USG terlihat perlekatan plasenta menutupi seluruh jalan lahir,
sehingga kepala janin tidak dapat turun ke dasar pinggul karena tertahan plasenta
yang menutupi seluruh jalan lahir. Penyebab plasenta previa secara pasti sulit
ditentukan, tetapi ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta
previa, misalnya bekas operasi rahim (bekas sesar atau operasi mioma), sering
mengalami infeksi rahim (radang panggul), kehamilan ganda, pernah plasenta previa,
atau kelainan bawaan rahim, frekuensi plasenta previa pada primigravida yang
berumur lebih 33 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan
primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun,Kejadian yang paling khas pada
plasenta previa adalah pendarahan tanpa nyeri biasanya baru terlihat setelah trimester
kedua atau sesudahnya dapat terlihat pada pasien Ny. S yang mengalami perdarahan
tanpa nyeri. Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang
aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas
janin. Prinsip utama dalam melakukan seksio caecar adalah untuk menyelamatkan
ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup,
tindakan ini tetap dilakukan.
Pasien G2P1A0 gravid 32-33 minggu Masuk Rumah Sakit dengan keluhan
keluarnya darah dari jalan lahir sejak tadi sore SMRS, nyeri perut (-), pelepasan
lendir (-), air (-), nyeri ulu hati (-), mual (-), muntah (-), sakit kepala (-), pusing (-),
BAK (+) lancar, BAB (+) biasa. Pasien mengatakan saat usia kehamilan 5 bulan
pasien kontrol kehamilan dan hasil USG menunjukkan plasenta previa
Pada pemeriksaan fisik, TD:120/70 mmHg, N:94 x/menit, RR:22 x/m, S:
36,80C. Konjungtiva anemis +/+
Pada pemeriksaan obstetrik: pada Palpasi,Leopold I : TFU 4 jari dibawah
proc.xyphoideus,Leopold II : Teraba punggung dibagian sinistra, Leopold III :
Teraba bagian terbawah janin bulat keras, Leopold IV : Bagian terbawah janin belum
masuk PAP. Pada vaginal touche tidak dilakukan pemeriksaan. Hasil lab :
Hb : 9,8 g/dl
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ketiga dan
mungkin juga lebih awal oleh karena mulai terbentuknya segmen bawah rahim,
tampak plasenta akan mengalami pelepasan. Pada plasenta yang menutupi seluruh
uteri internum perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan karena segmen bawah
rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu ostium uteri internum.
Sebaliknya pada plasenta previa parsialis atau letak rendah perdarahan baru akan
terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya
sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya. Perdarahan yang
pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan dibawah 30 minggu, tetapi lebih separuh
kejadiannya pada kehamilan 34 minggu ke atas.
Terapi pada palsenta previa yaitu : (1) Terapi ekspektatif (pasif) Tujuan
ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita dirawat tanpa
melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis.Upaya diagnosis dilakukan
secara non invasif.Pemantauan klinis dilakukan secara ketat dan baik. (2) Terapi aktif
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan
banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin.
Pada kasus ini pasien di terapi menggunakan terapi aktif yaitu
mempertimbangkan usia kehamilan dan perdarahan yang dialami oleh pasien,
sehingga dilakukan operasi sectio cesarea pada pasien ini untuk menghentikan
perdarahan.
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesaria adalah untuk menyelamatkan
ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup,
tindakan ini tetap dilaksanakan. Adapun tujuan dari seksio sesaria adalah:8
 Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat berkontraksi dan
menghentikan perdarahan.
 Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika
janin dilahirkan pervaginam.
 Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehingga
serviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek, selain
itu, bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber perdarahan
karena adanya perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan
korpus uteri.
 Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu.
 Lakukan perawatan lanjut pascabedah termasuk pemantauan perdarahan,
infeksi dan keseimbangan cairan masuk-keluar.
DAFTAR PUSTAKA

1. Miller, 2009. Placenta Previa. Online, (http://www.obfocus.com/high-


risk/placentaprevia.htm, diakses tanggal 28 Agustus 2010).
2. Mochtar, Rustam. 2012. SinopsisObstetri :ObstetriFisiologi,
ObstetriPatologi.Edisikedua. Jakarta : EGC.
3. Ohio State University, 2010. Placenta Previa. Online,
http://medicalcenter.osu.edu/PatientEd/Materials/PDFDocs/women-
in/pregnancy/placent.pdf, diaksestanggal 30 Agustus 2010
4. Rosaningtyas, 2009. HubunganAntaraParitasDenganPlasentaPrevia Di
RumahSakitUmum Daerah SunanKalijagaDemak. Online,
http://etd.eprints.ums.ac.id/4368/1/J500050009.pdf, diaksestanggal 30
Agustus 2010.
5. Saifuddin, Abdul Bari.2008. BukuPanduanPraktisPelayananKesehatan
Maternal dan Neonatal. YayasanBinaPustakaSarwonoPrawiroharjo.
Jakarta.
6. Wiknjosastro,Hanifa. 2009.Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai