Anda di halaman 1dari 49

H A ND

UR I A
W

YA
T
TU

NI
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan


Kepala Sekolah

PUSAT PENGEMBANGAN TENAGA KEPENDIDIKAN


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
2011
i
SAMBUTAN
KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PENDIDIKAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
Dalam rangka pelaksanaan program penguatan kemampuan kepala
sekolah yang merupakan amanat Inpres No 1 tahun 2010, Kepala Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan (Badan PSDMP dan PMP) telah menyusun materi pelatihan
untuk penguatan kemampuan kepala sekolah. Pengembangan materi
tersebut telah mengacu pada standar kepala sekolah/madrasah
sebagaimana diatur dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang
Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Saya memberikan penghargaan yang
tinggi kepada Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan atas
dihasilkannya materi penguatan kemampuan kepala sekolah dalam rangka
meningkatkan kompetensi kepala sekolah.
Materi pelatihan ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi individu
kepala sekolah dan lembaga yang terkait dalam penguatan kemampuan
kepala sekolah di propinsi dan kabupaten/kota. Berbagai pihak yang ingin
berkontribusi terhadap program penguatan kepala sekolah dapat
memperkaya dengan berbagai referensi dan khasanah bacaan lainnya
untuk mewujudkan kepala sekolah yang profesional dan akuntabel.
Semoga semua usaha kita untuk penguatan kemampuan kepala
sekolah sesuai dengan standar kepala sekolah sebagaimana diamanahkan
dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah dapat diwujudkan sehingga dapat meningkatkan mutu
pendidikan di sekolahnya dan menghasilkan lulusan yang cerdas, kreatif,
inovatif, berpikir kritis, cakap menyelesaikan masalah, dan bernaluri
kewirausahaan.
Jakarta, Maret 2011
Kepala Badan PSDMP dan PMP

Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd


NIP.196202031987031002

ii
KATA PENGANTAR

Materi pelatihan yang telah disusun merupakan bagian dari rencana


pelaksanaan program penguatan kepala sekolah, program kedua dari
delapan program 100 hari Mendiknas. Program penguatan kemampuan
kepala sekolah sangat penting mengingat peran strategis kepala sekolah
di dalam proses peningkatan mutu pendidikan.
Kepala sekolah mempunyai tugas yang sangat penting di dalam
mendorong guru untuk melakukan proses pembelajaran yang mampu
menumbuhkan berpikir kritis, kreatif, inovatif, cakap menyelesaikan
masalah, dan bernaluri kewirausahaan bagi siswa sebagai produk suatu
sistem pendidikan. Materi pelatihan ini diharapkan dapat menjadi bahan
referensi peningkatan kompetensi kepala sekolah sesuai yang
diamanahkan Permendiknas No 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah.
Kami menyadari bahwa materi pelatihan ini masih jauh dari sempurna.
Namun kami perlu menyampaikan penghargaan kepada tim penyusun
yang telah berusaha dan berhasil menyiapkan materi pelatihan yang dapat
dijadikan bahan bacaan bagi usaha peningkatan kompetensi kepala
sekolah. Berbagai pihak yang terkait dengan penguatan kemampuan
kepala sekolah dapat memperkaya dengan materi yang lain sepanjang
mencapai tujuan yang sama yaitu meningkatkan kompetensi kepala
sekolah sesuai dengan Permendiknas No 13 Tahun 2007 tentang Standar
Kepala Sekolah/Madrasah.
Semoga materi pelatihan ini bermanfaat bagi usaha penguatan
kemampuan kepala sekolah di seluruh kabupaten/kota di Indonesia.
Jakarta, Maret 2011
Kepala Pusat Pengembangan
Tenaga Kependidikan

Dr. Abi Sujak


NIP. 19621011 198601 1 001

iii
DAFTAR ISI
Halaman

SAMBUTAN ................................................................................. i
KATA PENGANTAR....................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................. iii

PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Kompetensi yang Diharapkan ................................................ 1
C. Ruang Lingkup Materi............................................................ 1
D. Langkah-langkah Pembelajaran.............................................. 1
KEGIATAN BELAJAR 1
KONSEP MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH ..................................... 3
A. Pengantar ............................................................................ 3
B. Materi Pokok .......................................................................... 3
C. Kasus …………………………………………....………………………............. 14
D. Rangkuman …………...……………………....………………………............ 15

KEGIATAN BELAJAR 2
PELAKSANAAN MBS ...................................................................... 16
A. Pengantar .............................................................................. 16
B. Materi Pokok......................................................................... 17
C. Latihan................................................................................... 23
D. Rangkuman............................................................................. 24

KEGIATAN BELAJAR 3
TATA KELOLA YANG BAIK ............................................................. 25
A. Pengantar ........................................................................... 25
B. Materi Pokok........................................................................ 25

iv
C. Kasus ..................................................................................... 31
D. Rangkuman............................................................................. 36

KEGIATAN BELAJAR 4
MONITORING DAN EVALUASI ........................................................ 37
A. A. Pengantar
37
..............................................................................
B. Materi Pokok.......................................................................... 38
C. Kasus..................................................................................... 42
D. Rangkuman............................................................................. 42

REFLEKSI .................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 44

v
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah menyatakan bahwa
seorang kepala sekolah/madrasah harus memiliki lima dimensi
kompetensi minimal yaitu kepribadian, manajerial, kewirausahaan,
supervisi, dan sosial. Untuk mencapai lima kompetensi tersebut, lima
materi pelatihan telah disusun yaitu: (1) Manajemen Berbasis
Sekolah/MBS, (2) Kepemimpinan Pembelajaran, (3) Kewirausahaan,
(4) Supervisi Akademik, dan (5) Penelitian Tindakan Sekolah.

B. Kompetensi yang Diharapkan


Setelah mengikuti serangkaian kegiatan belajar MBS, peserta
penguatan kepala sekolah diharapkan memiliki kompetensi-
kompetensi berikut:memahami konsep MBS, mengidentifikasi tahap-
tahap pelaksanaan MBS, menerapkan tata kelola yang baik dalam
MBS, danmelaksanakan monitoring dan evaluasi MBS.

C. Ruang Lingkup Materi


Untuk mencapai empat kompetensi MBS terdapat empat bahan
pelatihan (kegiatan belajar), yaitu: Konsep MBS; Pelaksanaan
MBS;Tata Kelola yang Baik; dan Monitoring dan Evaluasi.

D. Langkah-langkah Pembelajaran
Materi pelatihan ini dirancang untuk dipelajari oleh kepala
sekolah/madrasah dalam pelatihan. Oleh karena itu langkah-langkah
yang harus dilakukan dalam mempelajari materi pelatihan ini
mencakup aktivitas individual dan kelompok. Aktivitas individual
meliputi: (1) membaca materi pelatihan, (2) melakukan
latihan/mengerjakan tugas, menyelesaikan masalah/kasus pada setiap
1
kegiatan belajar, (3) membuat rangkuman, dan (4) melakukan
refleksi. Sedangkan aktivitas kelompok meliputi: (1) mendiskusikan
materi pelatihan, (2) bertukar pengalaman (sharing) dalam melakukan
latihan menyelesaikan masalah/kasus, dan (3) membuat rangkuman.
Langkah-langkah pembelajaran dapat digambarkan seperti berikut.

Aktivitas Individu Aktivitas Kelompok

Membaca Materi Mendiskusikan


Pelatihan Materi Pelatihan

Melaksanakan Sharing dalam


Latihan/Tugas/ latihan
Studi Kasus menyelesaikan
masalah/kasus

Membuat Membuat
Rangkuman Rangkuman

Melakukan
Refleksi

Gambar : Langkah-langkah Kegiatan Pelatihan

2
KEGIATAN BELAJAR 1
KONSEP MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Bacalah materi di bawah ini dengan cermat!


A. Pengantar

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa


Indonesia adalah masih rendahnya mutu pendidikan. Berbagai
upaya telah dan sedang dilakukan untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional, misalnya pengembangan delapan standar
nasional pendidikan, alokasi dana pendidikan minimal 20% APBN
dan APBD, sertifikasi pendidik beserta tunjangan profesinya,
penerapan ujian nasional, peningkatan partisipasi masyarakat
dalam pendidikan, dan sejumlah terobosan baru berdasarkan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.

B. Materi Pokok
Pada bagian ini akan diuraikan seperlunya mengenai topik-topik
berikut: (1) pola baru manajemen pendidikan masa depan, (2) arti
MBS, (3) tujuan MBS, (4) karakteristik MBS, dan (5) urusan-urusan
yang menjadi kewenangan dan tanggungjawab sekolah.
1. Pola Baru Manajemen Pendidikan Masa Depan
Bukti-bukti empirik lemahnya pola lama manajemen
pendidikan nasional dan digulirkannya otonomi daerah telah
mendorong dilakukannya penyesuaian dari pola lama manajemen
pendidikan menuju pola baru.

3
Tabel Dimensi-Dimensi Perubahan Pola Manajemen
Pendidikan

Pola Lama Menuju Pola Baru


Subordinasi  Otonomi
Pengambilan  Pengambilan keputusan
keputusan terpusat partisipatif
Ruang gerak kaku  Ruang gerak luwes
Pendekatan birokratik  Pendekatan professional
Sentralistik  Desentralistik
Diatur  Motivasi diri
Overregulasi  Deregulasi
Mengontrol  Mempengaruhi
Mengarahkan  Memfasilitasi
Menghindari resiko  Mengelola resiko
Gunakan uang  Gunakan uang seefisien mungkin
semuanya
Individual yang cerdas  Teamwork yang cerdas
Informasi terpribadi  Informasi terbagi
Pendelegasian  Pemberdayaan
Organisasi herarkis  Organisasi datar

2. Arti MBS
MBS dapat diartikan sebagai model pengelolaan yang
memberikan otonomi, dan keluwesan (fleksibilitas) yang
lebih besar kepada sekolah, dan mendorongpartisipasiaktif
langsung warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu
sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku (Anonim, 2007).

4
3. Tujuan MBS
MBS bertujuan untuk meningkatkan kinerja sekolah melalui pemberian
kewenangan dan tanggungjawab yang lebih besar kepada sekolah
yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang
baik yaitu partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas.
Peningkatan kinerja sekolah yang dimaksud meliputi peningkatan
kualitas, efektivitas, efisiensi, produktivitas, dan inovasi
pendidikan.Prinsip MBS menurut PP 19 Tahun 2005 tentang
Standar Pendidikan Nasional, pasal 54 adalah mandiri, efisien,
efektif, dan akuntabel.
4. Karakteristik MBS
MBS memiliki karakteristik yang perlu dipahami oleh sekolah
yang akan menerapkannya.Pendekatan sistem yaitu input-proses-
outputdigunakan sebagai panduan dalam menguraikan
karakteristik MBS.
a. Output yang Diharapkan
Sekolah memiliki output yang diharapkan. Output sekolah
adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran
dan manajemen di sekolah. Pada umumnya, output dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu prestasi akademik (academic
achievement) dan prestasi non-akademik (non-academic
achievement).
b. Proses

Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki 15 karakteristik


proses sebagai berikut.

(1) Proses Pembelajaran yang Efektivitasnya Tinggi

Sekolah yang menerapkan MBS memiliki efektivitas


proses pembelajaran yang tinggi. Ini ditunjukkan oleh sifat

5
proses pembelajaran yang menekankan pada
pemberdayaan peserta didik. Proses pembelajaran yang
efektif juga lebih menekankan pada belajar mengetahui
(learning to know), belajar bekerja (learning to do),
belajar hidup bersama (learning to live together) , dan
belajar menjadi diri sendiri (learning to be).

(2) Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Kuat

Kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang


dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi,
misi, tujuan, dan sasaran sekolahnya melalui program-
program yang dilaksanakan secara terencana dan
bertahap. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut
memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang
tangguh agar mampu mengambil keputusan dan
inisiatif/prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah.

(3) Lingkungan Sekolah yang Aman dan Tertib

Sekolah memiliki lingkungan (iklim) belajar yang


aman, tertib, dan nyaman sehingga proses pembelajaran
dapat berlangsung dengan nyaman (enjoyable learning).

Pengelolaan tenaga kependidikan, mulai dari analisis


kebutuhan, perencanaan, pengembangan, evaluasi kinerja,
hubungan kerja sehingga sampai pada imbal jasa,
merupakan garapan penting bagi seorang kepala sekolah.

(4) Sekolah Memiliki Budaya Mutu

Budaya mutu memiliki elemen-elemen sebagai berikut:


(a) informasi kualitas harus digunakan untuk perbaikan,

6
bukan untuk mengadili/mengontrol orang; (b) kewenangan
harus sebatas tanggungjawab; (c) hasil harus diikuti
penghargaan (rewards ) atau sanksi ( punishment); (d)
kolaborasi dan sinergi, bukan kompetisi, harus merupakan
basis untuk kerjasama; (e) warga sekolah merasa aman
terhadap pekerjaannya; (f) atmosfir keadilan ( fairness )
harus ditanamkan; (g) imbal jasa harus sepadan dengan
nilai pekerjaannya; dan (h) warga sekolah merasa memiliki
sekolah.

(5) Sekolah Memiliki “Teamwork” yang Kompak, Cerdas, dan


Dinamis

Budaya kerjasama antar fungsi dalam sekolah, antar


individu dalam sekolah, harus merupakan kebiasaan hidup
sehari-hari warga sekolah.

(6) Sekolah Memiliki Kewenangan

Sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan


yang terbaik bagi sekolahnya sehingga dituntut untuk
memiliki kemampuan dan kesanggupan kerja yang tidak
selalu menggantungkan pada atasan.

(7) Partisipasi yang Tinggi dari Warga Sekolah dan Masyarakat

Sekolah yang menerapkan MBS memiliki


karakteristik bahwa partisipasi warga sekolah dan
masyarakat merupakan bagian kehidupannya.

(8) Sekolah Memiliki Keterbukaan (Transparansi) Manajemen

Keterbukaan ini ditunjukkan dalam pengambilan


keputusan, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan,
penggunaan uang, dan sebagainya, yang selalu

7
melibatkan pihak-pihak terkait sebagai alat kontrol.

(9) Sekolah Memiliki Kemauan untuk Berubah (psikologis dan


Fisik)

Perubahan harus merupakan sesuatu yang


menyenangkan bagi semua warga sekolah. Perubahan
merupakan peningkatan, baik bersifat fisik maupun
psikologis.Hasil perubahan diharapkan lebih baik dari
sebelumnya.

(10)Sekolah Melakukan Evaluasi dan Perbaikan Secara


Berkelanjutan

Evaluasi belajar secara teratur bukan hanya


ditujukan untuk mengetahui tingkat daya serap dan
kemampuan peserta didik, tetapi yang terpenting adalah
bagaimana memanfaatkan hasil evaluasi belajar tersebut
untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses
pembelajaran di sekolah.

(11) Sekolah Responsif dan Antisipatif terhadap Kebutuhan

Sekolah selalu tanggap (responsif) terhadap


berbagai aspirasi yang muncul bagi peningkatan mutu,
serta mampu mengantisipasi hal-hal yang mungkin bakal
terjadi.

(12) Memiliki Komunikasi yang Baik

Sekolah yang efektif umumnya memiliki komunikasi


yang baik, terutama antar warga sekolah, dan antar
sekolah dan masyarakat, sehingga kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh masing-masing warga sekolah dapat
diketahui.

8
(13) Sekolah Memiliki Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah bentuk pertanggungjawaban


yang harus dilakukan sekolah terhadap keberhasilan
program yang telah dilaksanakan. Akuntabilitas ini
berbentuk laporan prestasi yang dicapai dan dilaporkan
kepada pemerintah, orangtua siswa, dan masyarakat.

(14) Manajemen Lingkungan Hidup Sekolah Bagus

Sekolah efektif melaksanakan manajemen


lingkungan hidup sekolah secara efektif. Sekolah
melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan kesadaran warga sekolah
tentang nilai-nilai lingkungan hidup dan mampu mengubah
perilaku dan sikap warga sekolah untuk menuju
lingkungan hidup yang sehat.

(15) Sekolah memiliki Kemampuan Menjaga Sustainabilitas

Sekolah yang efektif juga memiliki kemampuan


untuk menjaga kelangsungan hidupnya (sustainabilitasnya)
baik dalam program maupun pendanaannya.

c. Input Pendidikan
(1) Memiliki Kebijakan, Tujuan, dan Sasaran Mutu yang
Jelas
Secara formal, sekolah menyatakan dengan jelas
tentang keseluruhan kebijakan, tujuan, dan sasaran
sekolah yang berkaitan dengan mutu. Kebijakan, tujuan,
dan sasaran mutu tersebut dinyatakan oleh kepala
sekolah. Kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu tersebut
disosialisasikan kepada semua warga sekolah, sehingga
tertanam pemikiran, tindakan, kebiasaan, hingga sampai

9
pada kepemilikan karakter mutu oleh warga sekolah.

(2) Sumberdaya Tersedia dan Siap


Sumberdaya merupakan input penting yang
diperlukan untuk berlangsungnya proses pendidikan di
sekolah. Sumberdaya dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya
(uang, peralatan, perlengkapan, bahan, dan sebagainya).

Secara umum, sekolah yang menerapkan MBS harus


memiliki tingkat kesiapan sumberdaya yang memadai
untuk menjalankan proses pendidikan. Oleh sebab itu,
diperlukan kepala sekolah yang mampu memobilasi
sumberdaya yang ada di sekitarnya.

(3) Staf yang Kompeten dan Berdedikasi Tinggi


Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki staf
yang mampu (kompeten) dan berdedikasi tinggi terhadap
sekolahnya.

(4) Memiliki Harapan Prestasi yang Tinggi


Sekolah yang menerapkan MBS mempunyai dorongan
dan harapan yang tinggi untuk meningkatkan prestasi
peserta didik dan sekolahnya. Harapan tinggi dari kepala
sekolah, guru, dan peserta didik di sekolah merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan sekolah selalu
dinamis untuk selalu menjadi lebih baik dari keadaan
sebelumnya.

(5) Fokus pada Pelanggan (Khususnya Siswa)


Pelanggan, terutama siswa, harus merupakan fokus
dari semua kegiatan sekolah.

(6) Input Manajemen


10
Kelengkapan dan kejelasan input manajemen akan
membantu kepala sekolah mengelola sekolahnya dengan
efektif. Input manajemen yang dimaksud meliputi: tugas
yang jelas, rencana yang rinci dan sistematis, program
yang mendukung bagi pelaksanaan rencana, ketentuan-
ketentuan (aturan main) yang jelas.

5. Urusan-urusan yang Menjadi Kewenangan dan Tanggung


Jawab Sekolah

Desentralisasi urusan-urusan pendidikan di sekolah tidak semua


urusan dilimpahkan ke sekolah, tetapi sebagian urusan masih
merupakan kewenangan dan tanggungjawab Pemerintah,
pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan sebagian
urusan lainnya diserahkan ke sekolah. Urusan-urusan pendidikan
yang sebagian menjadi kewenangan dan tanggungjawab sekolah,
yaitu: (1) proses belajar mengajar, (2) perencanaan dan evaluasi
program sekolah, (3) pengelolaan kurikulum, (4) pengelolaan
ketenagaan, (5) pengelolaan peralatan dan perlengkapan, (6)
pengelolaan keuangan, (7) pelayanan siswa, (8) hubungan sekolah-
masyarakat, dan (9) pengelolaan kultur sekolah.
(1)Pengelolaan Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama
sekolah. Secara umum, strategi/metode/teknik pembelajaran
dan pengajaran yang dipilih harus pro-perubahan.
(2) Perencanaan dan Evaluasi
Sekolah diberi kewenangan untuk menyusun rencana
pengembangan sekolah (RPS) atau school-based plan sesuai
dengan kebutuhannya. Sekolah harus membuat rencana
peningkatan pemerataan, mutu, relevansi dan efisiensi

11
sekolah.Untuk itu, sekolah harus melakukan evaluasi, khususnya
evaluasi yang dilakukan secara internal.
(3) Pengelolaan Kurikulum
Pengelolaan kurikulum yang dimaksud dinamakan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pemerintah Pusat hanya
menetapkan standar dan sekolah diharapkan
mengoperasionalkan standar yang ditetapkan oleh pemerintah
pusat. Selanjutnya sekolah berhak mengembangkan KTSP ke
dalam silabus, materi pokok pembelajaran, proses pembelajaran,
indikator kunci kinerja, sistem penilaian, dan rencana
pelaksanaan pembelajaran.
(4)Pengelolaan Ketenagaan (Pendidik dan Tenaga
Kependidikan)

Pengelolaan ketenagaan, mulai dari analisis kebutuhan,


perencanaan, rekrutmen, pengembangan, hadiah dan sanksi
(reward and punishment), hubungan kerja, sampai evaluasi
kinerja tenaga kerja sekolah (guru, tenaga administrasi, laboran,
dan sebagainya) dapat dilakukan oleh sekolah, kecuali
pengupahan dan rekrutmen pegawai negeri.
(5) Pengelolaan Fasilitas (Peralatan dan Perlengkapan)
Pengelolaan fasilitas sekolah meliputi pengadaan,
pemeliharaan dan perbaikan, hingga pengembangan.
(6) Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan dan penggunaan keuangan menjadi
kewenangan sekolah sesuai kebutuhannya. Sekolah juga harus
diberi kebebasan untuk melakukan “kegiatan-kegiatan yang
mendatangkan penghasilan” (income generating activities),
sehingga sumber keuangan tidak semata-mata tergantung pada
pemerintah.

12
(7)Pelayanan Siswa
Pelayanan siswa, mulai dari penerimaan siswa baru,
pengembangan/pembinaan/pembimbingan, penempatan untuk
melanjutkan sekolah atau untuk memasuki dunia kerja, hingga
sampai pada pengurusan alumni.
(8) Hubungan Sekolah-Masyarakat
Esensi hubungan sekolah-masyarakat adalah untuk
meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan
dukungan dari masyarakat terutama dukungan moral dan
finansial.
(9) Pengelolaan Kultur Sekolah
Lingkungan sekolah yang aman dan tertib, optimisme dan
harapan/ekspektasi yang tinggi dari warga sekolah, kesehatan
sekolah, dan kegiatan-kegiatan yang terpusat pada siswa
(student-centered activities).

13
Uraian di atas dapat digambarkan sebagai berikut.

Input Proses Output

1. Perencanaan
dan evaluasi
2. Pengelolaan
Kurikulum
3. Pengelolaan Proses
Ketenagaan Belajar Prestasi
4. Pengelolaan Mengajar Siswa
peralatan dan
perlengkapan
5. Pengelolaan
Keuangan
6. Pelayanan siswa
7. Humas
8. Pengelolaan
kultur sekolah

Gambar 1. Urusan-urusan yang Didesentralisasikan

C. Kasus

Kasus untuk semua Kepala Sekolah

Diskusikan kasus berikut selama 10 menit! Buat powerpointnya!


Sajikan di depan kelompok lainnya untuk mendapat komentar-
komentar dan saran-saran sebagai umpan balik!

14
Kemajuan Sekolah, sebenarnya tidak hanya berada di pundak
kepala sekolahnya saja, melainkan tim kerja yang terdiri guru,
karyawan, siswa, dan komite sekolah. Kepedulian para guru terhadap
materi yang diajarkan, kepedulian para orang tua terhadap mutu
pendidikan yang telah diterima anaknya, dan juga kepedulian komite
sekolah terhadap kualitas sekolah yang turut mereka kelola.
Disamping itu terbuka kemungkinan untuk membuat jalur hubungan
dengan pihak di luar dinas pendidikan setempat, misalnya mendorong
pihak swasta untuk menyelenggarakan pendidikan yang tidak jauh
dari wilayah kerjanya.
Kontribusi pihak swasta bisa kita masukkan pada aneka aspek.
Mulai dari kontribusi fisik sampai pada peningkatan mutu guru dan
kepala sekolah melalui penyelenggaraan pelatihan. Sponsor-sponsor
utamanya dapat ditarik dari pihak swasta. Dalam kenyataannya,
semua cerita diatas belum terjadi secara maksimal (dimodifikasi dari
cerita Ade Hidayat, Guru SD Cipayung, Bogor). Upaya-upaya apa
yang harus dilakukan agar teamwork yang kompak, cerdas, dinamis,
harmonis, dan lincah, baik di dalam sekolah maupun dengan pihak di
luar sekolah dapat diwujudkan secara ikhlas dan amanah?

D. Rangkuman
MBS dapat diartikan sebagai model pengelolaan yang memberikan
otonomi, dan keluwesan (fleksibilitas) yang lebih besar kepada
sekolah, dan mendorongpartisipasiaktif langsung warga sekolah dan
masyarakat untuk meningkatkan mutu sekolah.MBS bertujuan untuk
meningkatkan kinerja sekolah.mandiri, efisien, efektif, dan
akuntabel.Karakteristik MBS meliputi: (1) input,(2) proses, dan (3)
input pendidikan.

15
KEGIATAN BELAJAR 2
PELAKSANAAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Bacalah materi di bawah ini dengan cermat!


A. Pengantar
Pelaksanaan MBS sudah sepantasnya menerapkan pendekatan
“idiograpik” (membolehkan adanya keberbagaian cara melaksanakan
MBS) dan bukan lagi menggunakan pendekatan “nomotetik” (cara
melaksanakan MBS yang cenderung seragam/konformitas untuk semua
sekolah). Oleh karena itu, dalam arti yang sebenarnya, tidak ada satu
resep pelaksanaan MBS yang sama untuk diberlakukan ke semua
sekolah. Tetapi satu hal yang perlu diperhatikan bahwa mengubah
pendekatan manajemen berbasis pusat menjadi manajemen berbasis
sekolah bukanlah merupakan proses sekali jadi dan bagus hasilnya
(one-shot and quick-fix), akan tetapi merupakan proses yang
berlangsung secara terus menerus dan melibatkan semua pihak yang
berwenang dan bertanggungjawab dalam penyelenggaraan sekolah.
Paling tidak, proses menuju MBS memerlukan perubahan empat hal
pokok berikut.
(1) Perlu penyempurnaan peraturan-peraturan, ketentuan-ketentuan,
dan kebijakan-kebijakan bidang pendidikan yang ada di daerah
yang menjadikan sekolah bersifat otonom dan mendudukkannya
sebagai unit utama.
(2) Kebiasaan (routines) berperilaku warga (unsur-unsur) sekolah perlu
disesuaikan karena MBS menuntut kebiasaan-kebiasaan berperilaku
baru yang mandiri, kreatif, proaktif, sinergis, koordinatif/kooperatif,
integratif, sinkron, luwes, dan professional.

16
(3) Peran sekolah yang selama ini biasa diatur (mengikuti apa yang
diputuskan oleh birokrat diatasnya) perlu disesuaikan menjadi
sekolah yang bermotivasi-diri tinggi (self-motivator).
(4) Hubungan antar warga (unsur-unsur) dalam sekolah, dengan
instansi terkait.

B. Materi Pokok
1. Tahap-tahap Pelaksanaan
a. Melakukan Sosialisasi MBS

Sosialisasi konsep MBS dilakukan oleh sekolah kepada semua


warga/unsur sekolah (guru, siswa, wakil kepala sekolah, guru
BK, karyawan, orangtua siswa, pengawas, pejabat Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota, pejabat Dinas Pendidikan
Provinsi, dan sebagainya) melalui berbagai mekanisme.

b. Memperbanyak Mitra Sekolah

Kemitraan dalam sekolah meliputi: kepala sekolah


dengan guru, guru dengan guru, guru dengan siswa, siswa
dengan siswa. Kemitraan sekolah dengan masyarakat
sekitarnya meliputi: kepala sekolah dengan komite sekolah,
guru dengan orangtua siswa, kepala sekolah dengan instansi
terkait.

c. Merumuskan Kembali Aturan Sekolah, Peran Unsur-unsur


Sekolah,Kebiasaan dan Hubungan antar Unsur-unsur Sekolah

Aturan sekolah perlu dirumuskan kembali agar sesuai dengan


tuntutan MBS yaitu otonomi, fleksibilitas, dan partisipasi.
Demikian juga, peran masing-masing unsur sekolah perlu
ditinjau kembali sesuai dengan tuntutan MBS yaitu
demokratisasi sekolah. Ini berarti bahwa peran-peran yang

17
semula lebih bersifat otoriter perlu diubah agar menjadi
egaliter.

d. Menerapkan Prinsip-prinsip Tata Kelola yang Baik

Prinsip-prinsip tata kelola yang baik meliputi: partisipasi,


transparansi, tanggung jawab, akuntabilitas, wawasan
kedepan, penegakan hukum, keadilan, demokrasi,
prediktibilitas, kepekaan, profesionalisme, efektivitas,
efisiensi, dan kepastian jaminan hukum.

e. Mengklarifikasi Fungsi dan Aspek Manajemen Sekolah

Manajemen sekolah merupakan pengelolaan sekolah yang


dilakukan dengan dan melalui pendidik dan tenaga
kependidikan untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif
dan efisien.Fungsi-fungsi manajemen dan urusan-urusan
sekolah (digabung menjadi manajemen sekolah) perlu
diklarifikasi secara bersama-sama untuk menemukan
pembagian urusan-urusan tentang fungsi-fungsi manajemen
dan urusan-urusan pendidikan yang menjadi kewenangan
dan tanggungjawab sekolah, termasuk komite sekolah.

Matrik Manajemen Berbasis Sekolah

Perenca- Pengorgani- Pelaksa- Pengkoor- Pengontrolan


Fungsi naan sasian naan dinasian
Aspek

PBM v v v v v
Kurikulum v v v v v
Penilaian v v v v v
Pendidik & TK v v v v v
Kesiswaan v v v v v
Sarpras v v v v v
Dana v v v v v
Humas v 18
v v v v
f. Meningkatkan Kapasitas Sekolah

Keberhasilan MBS sangat tergantung pada kesiapan


kapasitas (kemampuan dan kesanggupan) sekolah. Makin
tinggi tingkat kesiapan kapasitas sekolah dalam
melaksanakan MBS, makin tinggi pula tingkat keberhasilan
MBS di sekolah yang bersangkutan.

g. Meredistribusi Kewenangan dan Tanggung jawab

Dalam MBS, kewenangan dan tanggung jawab tidak lagi


terpusat pada kepala sekolah, tetapi disebar/didistribusikan
kepada para pemangku kepentingan pendidikan sekolah.
Kekuatan di sekolah tidak lagi semata-mata di satu pundak
kepala sekolah, melainkan menjadi kekuatan kolektif (team
work).

h. Menyusun Rencana Pengembangan Sekolah (RPS/RKAS),


Melaksanakan, dan Memonitor serta Mengevaluasinya

Sekolah pelaksana MBS diharapkan menyusun desain,


melaksanakan dan melakukan evaluasi RPS/RKAS secara
berkelanjutan setiap 5 tahun (renstra) dan rencana tahunan seperti
gambar berikut.

Desain Implementasi Evaluasi


RPS RPS RPS
- Cakupan Isi - Kepatuhan Implementasi - Kesesuaian Hasil
RPS dengan Desain RPS dengan Desain
- Kualitas RPS
RPS
Feed Back
Gambar 2. Disain, Implementasi, dan Evaluasi RPS

19
2. Penyusunan RPS/RKAS berdasarkan tuntutan MBS
a. Menyusun Desain RPS/RKAS

RPS/RKAS disusun dengan tujuan untuk: (1) menjamin


agar perubahan/tujuan sekolah yang telah ditetapkan dapat
dicapai dengan tingkat kepastian yang tinggi dan resiko yang
kecil; (2) mendukung koordinasi antar pelaku sekolah; (3)
menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi, baik
antar pelaku sekolah, antar sekolah dan dinas pendidikan
kabupaten/kota, dan antar waktu; (4) menjamin keterkaitan
dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan; (5) mengoptimalkan partisipasi
warga sekolah dan masyarakat, dan (6) menjamin tercapainya
penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif, dan
berkeadilan dan berkelanjutan.

b. Melaksanakan RPS/RKAS

Dalam melaksanakan rencana peningkatan mutu pendidikan,


maka sekolah perlu mengambil langkah proaktif untuk
mewujudkan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Kepala
sekolah dan guru bebas mengambil inisiatif dan kreatif dalam
menjalankan program-program yang diproyeksikan supaya
dapat mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.

c. Melakukan Monitoring dan Evaluasi RPS/RKAS

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program, sekolah


perlu mengadakan evaluasi pelaksanaan program jangka
pendek maupun jangka panjang. Dalam melaksanakan
evaluasi, kepala sekolah harus mengikutsertakan setiap unsur
yang terlibat dalam program, khususnya guru dan tenaga
lainnya. Demikian pula, orangtua peserta didik dan masyarakat

20
sebagai pihak eksternal harus dilibatkan untuk menilai
keberhasilan program yang telah dilaksanakan. Hasil evaluasi
pelaksanaan MBS perlu dibuat laporan yang terdiri dari teknis
dan keuangan.

d. Tugas dan Fungsi Jajaran Birokrasi

Seiring dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor


38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan (Bidang
Pendidikan) antara Pemerintah, Pemerintah Propinsi, dan
Pemerintah Kabupaten/Kota (selanjutnya disingkat PP
38/2007), maka tugas dan fungsi masing-masing jajaran
birokrasi pendidikan dalam penyelenggaraan MBS dapat
dituliskan sebagai berikut.

1) Direktorat Pembinaan Sekolah (SD, SMP, SMA, SMK)

Direktorat Pembinaan Sekolah (SD, SMP, SMA, SMK,


selanjutnya disingkat Direktorat Pembinaan) mempunyai
tugas dan fungsi menyusun norma-norma (peraturan
perundang-undangan), standar, kriteria, prosedur, dan
kebijakan, baik pada tataran formulasi/penetapan,
implementasi, maupun evaluasinya pada tingkat nasional.

2) Dinas Pendidikan Provinsi

Tugas dan fungsi Dinas Pendidikan Provinsi adalah


menjabarkan kebijakan dan strategi MBS yang telah
digariskan oleh Direktorat Pembinaan untuk diberlakukan
di Provinsi masing-masing.

3) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menjalankan tugas


dan fungsi utamanya memberikan pelayanan dalam

21
pengelolaan satuan pendidikan di Kabupaten/Kota masing-
masing yang menjalankan MBS.

4) Sekolah

Tugas dan fungsi utama sekolah adalah


mengelolapenyelenggaraan MBS di sekolah masing-
masing. Sekolah menjalankan tugas dan fungsinya sebagai
berikut:Menyusun rencana dan program pelaksanaan MBS
dengan melibatkan pemangku kepentingan, antara lain:
wakil sekolah (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru,
tata usaha), wakil siswa (OSIS), wakil orangtua siswa,
wakil organisasi profesi, wakil pemerintah, dan tokoh
masyarakat;Melaksanakan MBS secara efektif dan efisien
dengan menerapkan prinsip-prinsip total quality
management (fokus pada pelanggan, perbaikan secara
terus-menerus, dan keterlibatan total warga sekolah dalam
meningkatkan mutu sekolah) dan berpikir sistem (berpikir
holistik/tidak parsial, saling terkait, dan terpadu);
Melaksanakan pengawasan dan pembimbingan dalam
pelaksanaan MBS sehingga implementasi dapat dijamin
untuk mencapai sasaran MBS;Melakukan evaluasi untuk
menilai tingkat ketercapaian sasaran program MBS yang
telah ditetapkan. Hasil evaluasi digunakan untuk
menentukan sasaran baru program MBS tahun
berikutnya;Menyusun laporan penyelenggaraan MBS
beserta hasilnya secara lengkap untuk disampaikan kepada
pihak-pihak terkait; danMempertanggung jawabkan hasil
penyelenggaraan MBS kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dengan sekolah.

22
5) Komite Sekolah

Tugas dan fungsi utama Komite Sekolah dalam


pelaksanaan MBS di sekolah adalah: (1) memberi
masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada sekolah
mengenai kebijakan dan program pendidikan, RAPBS,
kriteria kinerja sekolah, kriteria pendidik dan tenaga
kependidikan, kriteria fasilitas pendidikan, dan hal-hal lain
yang terkait dengan pendidikan; (2) mendorong orangtua
siswa dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pendidikan, (3) menggalang dana masyarakat dalam
rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan, (4)
mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen
masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang
bermutu tinggi, (5) melakukan evaluasi dan pengawasan
terhadap kebijakan/program/penyelenggaraan dan
keluaran pendidikan, (6) melakukan kerjasama dengan
masyarakat, dan (7) menampung dan menganalisis
aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan
yang diajukan oleh masyarakat.

C. Latihan

Untuk semua kepala sekolah

(1) Diskusikan sistematika RKS/RKAS menurut Panduan ESDM!

(2) Tuliskan garis besar isi setiap komponen RKS/RKAS!

(3) Lengkapi isi RKS/RKASdi atas pada saat on the job learning
dan kumpulkan pada saat in the job learning 2!

23
D. Rangkuman
Pelaksanaan MBS memerlukandelapan tahapan. Agar pelaksanaan
MBS dapat berhasil dengan baik, masing-masing jajaran birokrasi
pendidikan tingkat pusat, propinsi, kabupaten/kota, dan sekolah
melakukan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-
masing. Pembagian tugas dan fungsi jajaran birokrasi pendidikan
dalam penyelenggaraan MBS mengikuti PP 38/2007.

24
KEGIATAN BELAJAR 3
TATA KELOLA YANG BAIK

Bacalah materi di bawah ini dengan cermat!

A. Pengantar
Sekolah diberi otonomi (kewenangan dan tanggung jawab)
yang lebih besar untuk mengelola sekolahnya. Namun, kewenangan
dan tanggung jawab yang lebih besar hanya dapat dilaksanakan
dengan baik apabila sekolah menerapkan prinsip-prinsip tata kelola
yang baik yaitu partisipasi, transparansi, akuntabilitas, efektivitas,
efisiensi, berwawasan ke depan, hukum dilaksanakan dengan baik,
keadilan, demokrasi/egaliterisme, prediktif, peka terhadap aspirasi
stakeholders, dan pasti dalam penjaminan mutu. Berikut uraian
singkat tentang partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas.

B. Materi Pokok
1. Partisipasi
a. Latar Belakang
MBS mensyaratkan adanya partisipasi aktif dari semua
pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan di
sekolah (stakeholders), baik warga sekolah seperti guru, kepala
sekolah, siswa, dan tenaga-tenaga kependidikan lainnya,
maupun warga di luar sekolah seperti orang tua siswa,
akademisi, tokoh masyarakat,dan pihak-pihak lain yang mewakili
masyarakat yang diwadahi melalui komite sekolah. Saat ini,
Komite Sekolah merupakan wadah formal bagi

25
stakeholdersuntuk berpartisipasi secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyelenggaraan sekolah.
b. Arti Partisipasi
Partisipasi adalah proses di mana stakeholders (warga
sekolah dan masyarakat) terlibat aktif baik secara individual
maupun kolektif, secara langsung maupun tidak langsung, dalam
pengambilan keputusan, pembuatan kebijakan, perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan/ pengevaluasian pendidikan sekolah.
Diharapkan, partisipasi dapat mendorong warga sekolah dan
masyarakat sekitar untuk menggunakan haknya dalam
menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan,
pembuatan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan/pengevaluasian yang menyangkut kepentingan
sekolah, baik secara individual maupun kolektif, secara langsung
maupun tidak langsung.
c. Tujuan Partisipasi
Tujuan utama peningkatan partisipasi adalah untuk: (1)
meningkatkan dedikasi/ kontribusi stakeholders terhadap
penyelenggaraan pendidikan di sekolah, baik dalam bentuk jasa
(pemikiran/intelektualitas, keterampilan), moral, finansial, dan
material/barang; (2) memberdayakan kemampuan yang ada
pada stakeholders bagi pendidikan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional; (3) meningkatkan peran stakeholders dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah, baik sebagai advisor,
supporter, mediator, controller, resource linker, and education
provider, dan (4) menjamin agar setiap keputusan dan kebijakan
yang diambil benar-benar mencerminkan aspirasi stakeholders
dan menjadikan aspirasi stakeholders sebagai panglima bagi
penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

26
d. Upaya-Upaya Peningkatan Partisipasi
Upaya-upaya yang perlu dilakukan oleh sekolah dalam rangka
meningkatkan partisipasi stakeholders adalah sebagai berikut.
(1) Menyediakan sarana partisipasi atau saluran komunikasi agar
stakeholders dapat mengutarakan pendapatnya,
keinginannya, dan aspirasinya melalui pertemuan umum,
temu wicara, konsultasi, dan penyampaian pendapat secara
tertulis.
(2) Melakukan advokasi, publikasi, komunikasi, dan transparansi
kepada stakeholders.
e. Indikator Keberhasilan Partisipasi
Keberhasilan peningkatan partisipasi stakeholders dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah dapat diukur dengan
enam indikator berikut.
(1) Kontribusi/dedikasi stakeholders meningkat dalam hal jasa
(pemikiran, keterampilan), finansial, moral, dan
material/barang.
(2) Meningkatnya kepercayaan stakeholders kepada sekolah,
terutama menyangkut kewibawaan dan kebersihan.
(3) Meningkatnya tanggungjawab stakeholders terhadap
penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
(4) Meningkatnya kualitas dan kuantitas masukan (kritik dan
saran) untuk peningkatan mutu pendidikan.
(5) Meningkatnya kepedulian stakeholders terhadap setiap
langkah yang dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan
mutu.
(6) Keputusan-keputusan yang dibuat oleh sekolah benar-benar
mengekspresikan aspirasi dan pendapat stakeholders dan
mampu meningkatkan kualitas pendidikan.

27
2. Transparansi
a. Latar Belakang
Sekolah adalah organisasi pelayanan yang diberi mandat
oleh publik untuk menyelenggarakan pendidikan sebaik-baiknya.
Mengingat sekolah adalah organisasi pelayanan publik, maka
sekolah harus transparan kepada publik mengenai proses dan
hasil pendidikan yang dicapai. Transparansi dicapai melalui
kemudahan dan kebebasan publik untuk memperoleh informasi
dari sekolah.Pengembangan transparansi sangat diperlukan
untuk membangun keyakinan dan kepercayaan publik kepada
sekolah.Dengan transparansi yang tinggi, publik tidak lagi curiga
terhadap sekolah dan karenanya keyakinan dan kepercayaan
publik terhadap sekolah juga tinggi.
b. Arti Transparansi
Transparansi sekolah adalah keadaan di mana setiap orang
yang terkait dengan kepentingan pendidikan dapat mengetahui
proses dan hasil pengambilan keputusan dan kebijakan sekolah.
Dalam konteks pendidikan, istilah transparansi sangatlah jelas
yaitu kepolosan, apa adanya, tidak bohong, tidak curang, jujur,
dan terbuka terhadap publik tentang apa yang dikerjakan oleh
sekolah. Ini berarti bahwa sekolah harus memberikan informasi
yang benar kepada publik. Transparansi menjamin bahwa data
sekolah yang dilaporkan mencerminkan realitas.
c. Tujuan Transparansi
Pengembangan transparansi bertujuan untuk membangun
kepercayaan dan keyakinan publik kepada sekolah bahwa
sekolah adalah organisasi pelayanan pendidikan yang bersih dan
berwibawa. Bersih dalam arti tidak KKN dan berwibawa dalam
arti profesional.

28
d. Upaya-Upaya Peningkatan Transparansi
Transparansi sekolah perlu ditingkatkan agar publik
memahami situasi sekolah dan dengan demikian mempermudah
publik untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah. Upaya-upaya yang perlu dilakukan dalam kerangka
meningkatkan transparansi sekolah kepada publik antara lain
melalui pendayagunaan berbagai jalur komunikasi, baik secara
langsung melalui temu wicara, maupun secara tidak langsung
melalui jalur media tertulis (brosur, leaflet, newsletter,
pengumuman melalui surat kabar) maupun media elektronik
(radio dan televisi lokal), serta handphone.
e. Indikator Keberhasilan Transparansi
Keberhasilan transparansi sekolah ditunjukkan oleh
beberapa indikator berikut: (a) meningkatnya keyakinan dan
kepercayaan publik kepada sekolah bahwa sekolah adalah bersih
dan wibawa, (2) meningkatnya partisipasi publik terhadap
penyelenggaraan sekolah, (3) bertambahnya wawasan dan
pengetahuan publik terhadap penyelenggaraan sekolah, dan (4)
berkurangnya pelanggaran terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku di sekolah.

3. Akuntabilitas
a. Latar Belakang
MBS memberi kewenangan yang lebih besar kepada
penyelenggara sekolah yaitu kewenangan untuk mengatur dan
mengurus sekolah, mengambil keputusan, mengelola,
memimpin, dan mengontrol sekolah. Agar penyelenggara
sekolah tidak sewenang-wenang dalam menyelenggarakan
sekolah, maka sekolah harus bertanggungjawab terhadap apa

29
yang dikerjakan. Untuk itu, sekolah berkewajiban
mempertanggungjawabkan kepada publik tentang apa yang
dikerjakan sebagai konsekwensi dari mandat yang diberikan oleh
publik/ masyarakat.
b. Arti Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan
pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan
kinerja dan tindakan penyelenggara organisasi kepada pihak
yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta
keterangan atau pertanggungjawaban.
Akuntabilitas meliputi pertanggungjawaban penyelenggara
sekolah yang diwujudkan melalui transparansi dengan cara
menyebarluaskan informasi dalam hal: (a) pembuatan dan
pelaksanaan kebijakan serta perencanaan, (b) anggaran
pendapatan dan belanja sekolah, (c) pengelolaan sumberdaya
pendidikan di sekolah, dan (d) keberhasilan atau kegagalan
pelaksanaan rencana sekolah dalam mencapai tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan.
Menurut jenisnya, akuntabilitas dapat dikategorikan menjadi 4:
(1) akuntabilitas kebijakan, yaitu akuntabilitas pilihan atas
kebijakan yang akan dilaksanakan, (2) akuntabilitas kinerja
(product/quality accountability), yaitu akuntabilitas yang
berhubungan dengan pencapaian tujuan sekolah, (3)
akuntabilitas proses, yaitu akuntabilitas yang berhubungan
dengan proses, prosedur, aturan main, ketentuan, pedoman, dan
sebagainya., dan (4)akuntabilitas keuangan (kejujuran) atau
sering disebut (financial accountability), yaitu akuntabilitas yang
berhubungan dengan pendapatan dan pengeluaran uang (cash
in and cash out). Sering kali istilah cost accountability juga
digunakan untuk kategori akuntabilitas ini.
30
c. Tujuan Akuntabilitas
Tujuan utama akuntabilitas adalah untuk mendorong
terciptanya akuntabilitas kinerja sekolah sebagai salah satu
prasyarat untuk terciptanya sekolah yang baik dan terpercaya.
Selain itu, tujuan akuntabilitas adalah untuk menilai kinerja
sekolah dan kepuasan publik terhadap pelayanan pendidikan
yang diselenggarakan oleh sekolah, untuk mengikutsertakan
publik dalam pengawasan pelayanan pendidikan, dan untuk
mempertanggungjawabkan komitmen pelayanan pendidikan
kepada publik.
Sekolah dikatakan memiliki akuntabilitas tinggi jika proses dan
hasil kinerja sekolah dianggap benar dan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan sebelumnya.
d. Indikator Keberhasilan Akuntabilitas
Keberhasilan akuntabilitas dapat diukur dengan beberapa
indikator berikut, yaitu: (a) meningkatnya kepercayaan dan
kepuasan publik terhadap sekolah, (b) tumbuhnya kesadaran
publik tentang hak untuk menilai terhadap penyelenggaraan
pendidikan di sekolah, (c) berkurangnya kasus-kasus KKN di
sekolah, dan (d) meningkatnya kesesuaian kegiatan-kegiatan
sekolah dengan nilai dan norma yang berkembang di
masyarakat.

C. Kasus

Kasus untuk Kepala SD


Diskusikan kasus berikut selama 10 menit! Selesaikan kasus
tersebut dengan menggunakan pendekatan MBS. Buat powerpointnya

31
untuk disajikan di depan kelompok lain! Kelompok lain memberi
komentar-komentar dan saran-saran untuk masukan!

Kurangnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan


sekolah antara lain disebabkan tidak berjalannya mekanisme
pengawasan. Agar pengawasan dapat berjalan, maka komite sekolah
yang sesungguhnya dibentuk untuk melaksanakan fungsi kontrol atas
sekolah harus diperkuat dan diberdayakan.
“Selain itu, peran supervisi atau pengawas sekolah perlu
ditingkatkan kompetensinya”, kata Unifah Rosyidi, dosen manajemen
pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta, Kamis (1/9).
Diingatkan bahwa munculnya konsep komite sekolah antara lain
dilandaskan pada kebutuhan untuk mengontrol penyelenggara sekolah
di era otonomisasi pendidikan. Kontrol ini menjadi penting karena
akuntabilitas merupakan bukti keotonomian sekolah, termasuk dalam
hal pertanggungjawaban keuangan kepada stakeholder pendidikan.
Selama ini, sulitnya mewujudkan transparansi pengelolaan
keuangan sekolah terjadi karena komite dan penyelenggara sekolah
belum memahami tugasnya masing-masing di era otonomi sekolah.
Selain itu, pengangkatan anggota dan pengurus belum sepenuhnya
terbuka.
“Ada kecenderungan anggota komite sekolah yang dipilih
merupakan orang yang punya jabatan dan hidup mapan sehingga
secara finansial tidak kesulitan atau tidak terlalu peduli. Sementara
waktu, mereka bekerja sebagai anggota komite sekolah juga
terbatas”, kata Unifah.
Kendala lain, anggota komite sekolah dipilih dari antara orang tua
murid yang anaknya menempuh pendidikan di sekolah tersebut.

32
Akibatnya, anggota komite sekolah enggan atau tak mampu
menjalankan fungsi kontrolnya.

Kasus untuk Kepala SMP

Diskusikan kasus berikut selama 10 menit! Selesaikan kasus


tersebut dengan menggunakan pendekatan MBS! Buat powerpointnya
untuk disajikan di depan kelompok lain. Kelompok lain memberi
komentar-komentar dan saran-saran untuk masukan.

Pak Nanang (nama samaran) adalah salah satu orang tua


murid SMP XXX di salah satu kabupaten di Indonesia. Ia mengetahui
bahwa sesuai dengan yang disosialisasikan pemerintah, pemakaian
dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) harus dibicarakan dengan
seluruh orang tua/wali murid. Tetapi saya dan orang tua/wali murid
lainnya sampai saat ini tidak pernah mendapat undangan mengenai
penggunaan dana BOS tersebut. Besarnya pun kami tidak
mengetahui, apalagi penggunaannya. Hanya dua pihak yang
mengetahui detail penggunaan dana BOS yakni kepala sekolah dan
Tuhan. Demikian keluhan orang tua/wali murid dan wakil kepala
sekolah.Kenyataannya, meski pun katanya sekolah mendapatkan BOS,
kami sebagai orang tua/wali murid masih saja dibebani untuk membeli
LKS dan buku paket yang katanya untuk membantu murid dalam
belajar. Namun, LKS anak saya tidak pernah sekali pun diperiksa
guru.Pada hal hasil pemeriksaan guru sangat penting bagi anak saya
dan saya sebagai umpan balik membimbing dan memotivasi belajar
anak saya agar prestasi belajarnya meningkat secara
berkelanjutan.Satu hal lagi yang membuat saya bertanya, “Mengapa
masih ada pungutan sekolah dan berapa anggaran pembelian buku
pelajaran?” sering tidak dijawab oleh Pak Nanang. Apakah pungutan
33
untuk membeli LKS dan buku paket sudah mendapat persetujuan
Dinas Pendidikan setempat?Sebaliknya, orang tua/wali murid dan guru
justru mendapat ancaman jika sering bertanya mengenai pengelolaan
BOS, dari anak dikeluarkan sampai kenaiakan pangkat guru yang
dihambat.

Kasus untuk Kepala SMA


Diskusikan kasus berikut selama 10 menit! Selesaikan kasus
tersebut dengan menggunakan pendekatan MBS! Buat powerpointnya
untuk disajikan di depan kelompok lain! Kelompok lain memberi
komentar-komentar dan saran-saran untuk masukan.

Selain komite sekolah, yang harus disegarkan adalah peran para


pengawas sekolah. ”Para pengawas sekolah harus diperhatikan dan
ditingkatkan kompetensinya agar mereka dapat menjalankan
fungsinya dengan benar”, kata Unifah. Para pengawas sekolah
seharusnya mampu mengawasi sekolah secara keseluruhan. Unifah
mengatakan, ada sembilan komponen di sekolah yang harus berjalan
dengan baik sehingga perlu diawasi. Komponen itu mulai dari sarana,
proses pembelajaran sampai dengan masalah keuangan yang harus
memenuhi asas transparansi dan akuntabilitas.

Sayangnya, pengawas sekolah cenderung mengawasi sekolah


secara normatif saja dan tidak mendetail. Termasuk dalam hal
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan sekolah.

Ketua Federasi Guru Independen Indonesia (FGII) Suparman


mengatakan, ketidaktransparan pengelolaan keuangan sekolah
merupakan kebiasaan buruk kepala sekolah yang akhirnya menjadi
budaya. Untuk menciptakan mekanisme pengawasan, perlu

34
keterlibatan pengurus komite sekolah, orang tua, dan guru.
Pengawasan tidak hanya cukup oleh komite sekolah karena usianya
masih terbilang baru dan masih membutuhkan pencerahan.

Keterlibatan stakeholder pendidikan itu harus dilandasi keterbukaan


kepala sekolah. “Kalau tidak demikian maka tidak akan terjadi
perubahan. Sulit mengandalkan pengawasan dari birokrasi”, katanya.
Ketidakterbukaan penyelenggaraan kepala sekolah kerap menciptakan
kecurigaan di kalangan guru. “Iklim kecurigaan tentu tidak kondusif”,
kata Suparman.

Kasus untuk Kepala SMK

Diskusikan kasus di atas selama 10 menit! Selesaikan dengan


pendekatan MBS! Hasilnya tuliskan di powerpoint. Sajikan di depan
kelompok lainnya untuk mendapat komentar-komentar dan saran-
saran sebagai umpan balik!

Ani (nama samaran), orang tua siswa di SMK berpendapat


bahwa SMK menggunakan standar ganda. Di satu pihak, Kepala SMK
mengklaim bahwa seluruh usaha di Unit Produksi Sekolah (UPS)
sebagai usaha untuk menunjang biaya operasional sekolah dan
tempat proses menjadikan lulusan sebagai
wirausahawan/wirausahawati. Tetapi, di pihak lain, Kepala SMK yang
bersangkutan tidak mau menggunakan keuntungan usaha UPS untuk
biaya operasional sekolah. Menurut Ani, “Kalau ada keuntungan
diambil oleh Kepala SMK dan kroni-kroninya saja. Ada kecenderungan
pengelolaan keuangan tidak transparan.” Akibatnya, timbul
kecemburuan dan kecurigaan bagi mereka yang tidak termasuk kroni-

35
kroni. Selanjutnya, Ani berkata, “jika UPS ingin dibisniskan, harus
jelas dasar hukumnya dan juga aturan mainnya”.

D. Rangkuman
MBS dapat dilaksanakan dengan baik apabila sekolah
menerapkan prinsip-prinsip tata kelola yang baik. Prinsip-prinsip tata
kelola yang baik meliputi partisipasi, transparansi, akuntabilitas,
efektivitas, efisiensi, berwawasan ke depan, hukum dilaksanakan
dengan baik, keadilan, demokrasi/egaliterisme, prediktif, peka
terhadap aspirasi stakeholders, dan pasti dalam penjaminan mutu.
Dalam materi pelatihan ini hanya diuraikan tiga tata kelola yang baik
yaitu partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas.

36
KEGIATAN BELAJAR 4
MONITORING DAN EVALUASI

Bacalah materi di bawah ini dengan cermat


A. Pengantar
Monitoring dan Evaluasi (ME) merupakan bagian integral dari
pengelolaan pendidikan, baik di tingkat mikro (sekolah), meso (dinas
pendidikan kabupaten/kota, dinas pendidikan provinsi), maupun
makro (kementerian).
Monitoring adalah suatu proses pemantauan untuk mendapatkan
informasi tentang pelaksanaan MBS. Jadi, fokus monitoring adalah
pemantauan pada pelaksanaan MBS, bukan pada hasilnya. Tepatnya,
fokus monitoring adalah pada komponen proses MBS, baik
menyangkut proses pengambilan keputusan, pengelolaan
kelembagaan, pengelolaan program, maupun pengelolaan proses
belajar mengajar. Sedang evaluasi merupakan suatu proses untuk
mendapatkan informasi tentang hasil MBS. Jadi, fokus evaluasi adalah
pada hasil MBS. Informasi hasil ini kemudian dibandingkan dengan
sasaran yang telah ditetapkan.
ME pada MBS bertujuan untuk mendapatkan informasi yang
dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Hasil monitoring
dapat digunakan untuk memberi masukan (umpan balik) bagi
perbaikan pelaksanaan MBS. Sedang hasil evaluasi dapat memberikan
informasi yang dapat digunakan untuk memberi masukan terhadap
keseluruhan komponen MBS, baik pada konteks, input, proses, output,
maupun outcomenya. Masukan-masukan dari hasil monitoring dan
evaluasi akan digunakan untuk pengambilan keputusan.

37
B. Materi Pokok
1. Komponen-Komponen MBS yang Dimonitor dan Dievaluasi
MBS sebagai sistem, memiliki komponen-komponen yang
saling terkait secara sistematis satu sama lain, yaitu konteks, input,
proses, output, dan outcome.
Konteks adalah eksternalitas sekolah berupa demand and
support(permintaan dan dukungan) yang berpengaruh pada input
sekolah. Dalam istilah lain, konteks sama artinya dengan istilah
kebutuhan. Dengan demikian, evaluasi konteks berarti evaluasi
tentang kebutuhan. Alat yang tepat untuk melakukan evaluasi
konteks adalah penilaian kebutuhan (needs assessment).
Input adalah segala “sesuatu” yang harus tersedia dan siap
karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses.Secara garis
besar, input dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu harapan,
sumberdaya, dan input manajemen. Harapan-harapan terdiri dari
visi, misi, tujuan, sasaran. Sumberdaya dibagi menjadi dua yaitu
sumberdaya manusia dan sumberdaya selebihnya (uang, peralatan,
perlengkapan, bahan). Input manajemen terdiri dari tugas,
rencana, program, regulasi (ketentuan-ketentuan, limitasi, prosedur
kerja, dan sebagainya), dan pengendalian atau tindakan turun
tangan. Esensi evaluasi pada input adalah untuk mendapatkan
informasi tentang “ketersediaan dan kesiapan” input sebagai
prasyarat untuk berlangsungnya proses.
Proses adalah berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain.
Dalam MBS sebagai sistem, proses terdiri dari: proses pengambilan
keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan
program, proses belajar mengajar, proses evaluasi sekolah, dan
proses akuntabilitas. Dengan demikian, fokus evaluasi pada proses
adalah pemantauan (monitoring) implementasi MBS, sehingga

38
dapat ditemukan informasi tentang konsistensi atau inkonsistensi
antara rancangan/disain MBS semula dengan proses implementasi
yang sebenarnya. Dengan didapatkan informasi inkonsistensi
tersebut, segera dapat dilakukan koreksi/pelurusan terhadap
pelaksanaan.
Outputadalah hasil nyata dari pelaksanaan MBS. Hasil nyata yang
dimaksud dapat berupa prestasi akademik (academic achievement),
misalnya, nilai NUN, dan peringkat lomba karya tulis, maupun
prestasi non-akademik (non-academic achievement), misalnya,
IMTAQ, kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi olahraga, kesenian,
dan kerajinan. Fokus evaluasi pada output adalah mengevaluasi
sejauhmana sasaran (immediate objectives) yang diharapkan
(kualitas, kuantitas, waktu) telah dicapai oleh MBS. Dengan kata
lain, sejauhmana “hasil nyata sesaat” sesuai dengan “hasil/sasaran
yang diharapkan”. Tentunya makin besar kesesuaiannya, makin
besar pula kesuksesan MBS.
Outcome adalah hasil MBS jangka panjang, yang berbeda
dengan output yang hanya mengukur hasil MBS sesaat/jangka
pendek. Karena itu, fokus evaluasi outcome adalah pada dampak
MBS jangka panjang, baik dampak individual (siswa), institusional
(sekolah), dan sosial (masyarakat). Untuk melakukan evaluasi ini,
pada umumnya digunakan analisis biaya-manfaat (cost-benefit
analysis).ME dilakukan untuk mengetahui apakah ada perubahan
konteks, input, proses, output, dan outcome pada waktu sebelum
dan sesudah melaksanakan MBS. Selain memonitor dan
mengevaluasi komponen-komponen konteks, input, proses, output,
dan outcome sekolah, yang tidak kalah penting untuk dimonitor
dan dievaluasi adalah pelaksanaan prinsip-prinsip MBS yang baik
(tata pengelolaan yang baik), seperti disebut sebelumnya yaitu

39
meliputi: partisipasi, transparansi, tanggungjawab, akuntabilitas,
wawasan ke depan, penegakan hukum, keadilan, demokrasi,
prediktif, kepekaan, profesionalisme, efektivitas dan efisiensi, dan
kepastian jaminan hukum. Setiap tata pengelolaan harus dievaluasi
apakah sebelum dan sesudah MBS ada perubahan tata pengelolaan
sekolah.Berikut adalah visualisasi ME pada saat sebelum dan pada
saat sesudah melaksanakan MBS.

PRA & PASCA MPMBS ?

MBS
SEBELUM
SESUDAH

? ?
Konteks
Input
Proses
Output
Outcome
Tata Pengelolaan yang Baik
(Good Governance)

Gambar 3: Monitoring dan Evaluasi MBS

2. Jenis Monitoring dan Evaluasi: Internal dan Eksternal


Ada dua jenis monitoring dan evaluasi sekolah, yaitu internal
dan eksternal. Yang dimaksud monitoring dan evaluasi internal
adalah monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh sekolah sendiri.
Pada umumnya, pelaksana monitoring dan evaluasi internal adalah
warga sekolah sendiri yaitu kepala sekolah, guru, siswa, orangtua
siswa, guru bimbingan dan penyuluhan, dan warga sekolah lainnya.
Tujuan utama monitoring dan evaluasi internal sekolah adalah

40
untuk mengetahui tingkat kemajuan dirinya sendiri (sekolah)
sehubungan dengan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.
Sedang yang dimaksud monitoring dan evaluasi eksternal adalah
monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh pihak eksternal
sekolah (external institution), misalnya Dinas Pendidikan,
Pengawas, dan Perguruan tinggi, atau gabungan dari ketiganya.
Hasil monitoring dan evaluasi eksternal dapat digunakan untuk:
rewards system terhadap individu sekolah, meningkatkan iklim
kompetisi antar sekolah, kepentingan akuntabilitas publik,
memperbaiki sistem yang ada secara keseluruhan, dan membantu
sekolah dalam mengembangkan dirinya.
3. Tonggak-tonggak Kunci Keberhasilan MBS
Untuk mengevaluasi keberhasilan MBS, sekolah-sekolah yang
melaksanakan MBS harus membuat tonggak-tonggak kunci
keberhasilan untuk kurun waktu tertentu. Tonggak-tonggak kunci
keberhasilan MBS merupakan target-target hasil MBS yang akan
dicapai dalam jangka menengah (5 tahun) dan jangka pendek (1
tahun). Target-target tersebut bersumber dari pemerataan kualitas
pendidikan, dan tata kelola sekolah yang baik (good governance)
yang meliputi: partisipasi, transparansi, tanggungjawab,
akuntabilitas, wawasan kedepan, penegakan hukum, keadilan,
demokrasi, prediktif, kepekaan, profesionalisme, efektivitas dan
efisiensi, dan kepastian jaminan hukum. Sebaiknya, tonggak-
tonggak kunci keberhasilan dibuat tabuler yang terdiri dari
program-program strategis dan tonggak-tonggak kunci
keberhasilan dari setiap program strategis.

41
C. Kasus
Tugas Individu untuk semua Kepala Sekolah
SMP Perdana menetapkan sasaran kinerja tahun 2014 antara lain:
a. Nilai UN = 7,50 ; b. Juara Olimpiade dan c. Guru Teladan Nasional
Susunlah Rencana Kerja berbasis MBS untuk mewujudkan sasaran
tersebut!, Gunakan format program berbasis Target, untuk dua tahun
yakni tahun 2012 dan tahun 2013

Tugas Kelompok untuk semua kepala sekolah


1) Rumuskan pokok permasalahan dalam kasus di atas.
2) Tuliskan 3 rencana kegiatan pokok dalam menyelesaiakan masalah
3) Susun uraian dari masing masing dari tiga rencana kegiatan
sebagai tahapan penyelesaian!

D. Rangkuman
Monitoring dan evaluasi (monev) merupakan bagian integral dari
pengelolaan pendidikan, baik di tingkat mikro, meso maupun makro.
Monev dapat mengukur tingkat kemajuan pendidikan pada tingkat
sekolah, dinas pendidikan kabupaten/kota, dinas pendidikan propinsi,
dan kementerian. Dengan monev, kita dapat menilai apakah MBS
benar-benar mampu meningkatkan mutu pendidikan. Monev MBS
bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk
memperbaiki/mengembangkan MBS. Ada dua jenis monev sekolah,
yaitu internal dan eksternal. Untuk mengevaluasi keberhasilan MBS,
sekolah-sekolah yang melaksanakan MBS harus membuat tonggak-
tonggak kunci keberhasilan untuk kurun waktu tertentu. Tonggak-
tonggak kunci keberhasilan MBS merupakan target-target hasil MBS
yang akan dicapai dalam jangka menengah (5 tahun) dan jangka
pendek (1 tahun).
42
REFLEKSI
Mata Diklat : Manajemen Berbasis Sekolah
Nama Peserta :_____________,Tanggal: _______________

Setelah kegiatan berakhir saudara dapat melakukan refleksi dengan


menjawab pertanyaan berikut ini!

1. Apa yang Saudara pahami setelah mempelajari materi ini?

2. Pengalaman penting apa yang Saudara peroleh setelah mempelajari materi ini?

3. Apa manfaat materi ini terhadap tugas Saudara sebagai kepala sekolah?

4. Apa rencana tindak lanjut yang akan Saudara lakukan setelah kegiatan ini?

43
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Ditjen Mandikdasmen.
Depdiknas (rujukan utama dari materi pelatihan ini).

BACAAN YANG DIANJURKAN


Dornseif, A. 1996.Pocket Guide to School-Based Management. Alexandria:
Association for Supervision and Curriculum Development.

E.Mulyasa. 2004.Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT.Remaja


Rosda.

Ibtisam Abu & Duhou. 2002. School-Based Management (Manajemen


Berbasis Sekolah) (terjemahan: Noryamin Aini, Suparto & Abas Al-
Jauhari). Jakarta: Logos.

Odden,A.1994. School-Based Management Organizing for High


Performance.San Francisco: Jossey-Bass Publishers.

Reynold, Larry. 1997. Successful Site-Based Management. Thousand


Oaks, California: Corwin Press, Inc.

Rutmini & Jiyono. 1999. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep dan


Kemungkinan Strategi Pelaksanaannya di Indonesia. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan.Juni Tahun Ke-5.No.017. h.77-107.

Wohlstetter, P., Kirk, A.N.V., Robertson, P.J. & Mohrman (1997). Succesful
School-Based Management.Alexandria: Association for Supervision and
Curriculum Development.

Zuldan K.Prasetyo & Slamet.2003. Manajemen Berbasis Sekolah dalam


Mengembangkan dan Mewujudkan Budaya Mutu dalam
Pendidikan.Cakrawala pendidikan.Juni, Th.XXII.No. h.17.

44

Anda mungkin juga menyukai