02 Materi Mbs April 2011
02 Materi Mbs April 2011
UR I A
W
YA
T
TU
NI
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMBUTAN ................................................................................. i
KATA PENGANTAR....................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................. iii
PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Kompetensi yang Diharapkan ................................................ 1
C. Ruang Lingkup Materi............................................................ 1
D. Langkah-langkah Pembelajaran.............................................. 1
KEGIATAN BELAJAR 1
KONSEP MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH ..................................... 3
A. Pengantar ............................................................................ 3
B. Materi Pokok .......................................................................... 3
C. Kasus …………………………………………....………………………............. 14
D. Rangkuman …………...……………………....………………………............ 15
KEGIATAN BELAJAR 2
PELAKSANAAN MBS ...................................................................... 16
A. Pengantar .............................................................................. 16
B. Materi Pokok......................................................................... 17
C. Latihan................................................................................... 23
D. Rangkuman............................................................................. 24
KEGIATAN BELAJAR 3
TATA KELOLA YANG BAIK ............................................................. 25
A. Pengantar ........................................................................... 25
B. Materi Pokok........................................................................ 25
iv
C. Kasus ..................................................................................... 31
D. Rangkuman............................................................................. 36
KEGIATAN BELAJAR 4
MONITORING DAN EVALUASI ........................................................ 37
A. A. Pengantar
37
..............................................................................
B. Materi Pokok.......................................................................... 38
C. Kasus..................................................................................... 42
D. Rangkuman............................................................................. 42
REFLEKSI .................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 44
v
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah menyatakan bahwa
seorang kepala sekolah/madrasah harus memiliki lima dimensi
kompetensi minimal yaitu kepribadian, manajerial, kewirausahaan,
supervisi, dan sosial. Untuk mencapai lima kompetensi tersebut, lima
materi pelatihan telah disusun yaitu: (1) Manajemen Berbasis
Sekolah/MBS, (2) Kepemimpinan Pembelajaran, (3) Kewirausahaan,
(4) Supervisi Akademik, dan (5) Penelitian Tindakan Sekolah.
D. Langkah-langkah Pembelajaran
Materi pelatihan ini dirancang untuk dipelajari oleh kepala
sekolah/madrasah dalam pelatihan. Oleh karena itu langkah-langkah
yang harus dilakukan dalam mempelajari materi pelatihan ini
mencakup aktivitas individual dan kelompok. Aktivitas individual
meliputi: (1) membaca materi pelatihan, (2) melakukan
latihan/mengerjakan tugas, menyelesaikan masalah/kasus pada setiap
1
kegiatan belajar, (3) membuat rangkuman, dan (4) melakukan
refleksi. Sedangkan aktivitas kelompok meliputi: (1) mendiskusikan
materi pelatihan, (2) bertukar pengalaman (sharing) dalam melakukan
latihan menyelesaikan masalah/kasus, dan (3) membuat rangkuman.
Langkah-langkah pembelajaran dapat digambarkan seperti berikut.
Membuat Membuat
Rangkuman Rangkuman
Melakukan
Refleksi
2
KEGIATAN BELAJAR 1
KONSEP MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
B. Materi Pokok
Pada bagian ini akan diuraikan seperlunya mengenai topik-topik
berikut: (1) pola baru manajemen pendidikan masa depan, (2) arti
MBS, (3) tujuan MBS, (4) karakteristik MBS, dan (5) urusan-urusan
yang menjadi kewenangan dan tanggungjawab sekolah.
1. Pola Baru Manajemen Pendidikan Masa Depan
Bukti-bukti empirik lemahnya pola lama manajemen
pendidikan nasional dan digulirkannya otonomi daerah telah
mendorong dilakukannya penyesuaian dari pola lama manajemen
pendidikan menuju pola baru.
3
Tabel Dimensi-Dimensi Perubahan Pola Manajemen
Pendidikan
2. Arti MBS
MBS dapat diartikan sebagai model pengelolaan yang
memberikan otonomi, dan keluwesan (fleksibilitas) yang
lebih besar kepada sekolah, dan mendorongpartisipasiaktif
langsung warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu
sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku (Anonim, 2007).
4
3. Tujuan MBS
MBS bertujuan untuk meningkatkan kinerja sekolah melalui pemberian
kewenangan dan tanggungjawab yang lebih besar kepada sekolah
yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang
baik yaitu partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas.
Peningkatan kinerja sekolah yang dimaksud meliputi peningkatan
kualitas, efektivitas, efisiensi, produktivitas, dan inovasi
pendidikan.Prinsip MBS menurut PP 19 Tahun 2005 tentang
Standar Pendidikan Nasional, pasal 54 adalah mandiri, efisien,
efektif, dan akuntabel.
4. Karakteristik MBS
MBS memiliki karakteristik yang perlu dipahami oleh sekolah
yang akan menerapkannya.Pendekatan sistem yaitu input-proses-
outputdigunakan sebagai panduan dalam menguraikan
karakteristik MBS.
a. Output yang Diharapkan
Sekolah memiliki output yang diharapkan. Output sekolah
adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran
dan manajemen di sekolah. Pada umumnya, output dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu prestasi akademik (academic
achievement) dan prestasi non-akademik (non-academic
achievement).
b. Proses
5
proses pembelajaran yang menekankan pada
pemberdayaan peserta didik. Proses pembelajaran yang
efektif juga lebih menekankan pada belajar mengetahui
(learning to know), belajar bekerja (learning to do),
belajar hidup bersama (learning to live together) , dan
belajar menjadi diri sendiri (learning to be).
6
bukan untuk mengadili/mengontrol orang; (b) kewenangan
harus sebatas tanggungjawab; (c) hasil harus diikuti
penghargaan (rewards ) atau sanksi ( punishment); (d)
kolaborasi dan sinergi, bukan kompetisi, harus merupakan
basis untuk kerjasama; (e) warga sekolah merasa aman
terhadap pekerjaannya; (f) atmosfir keadilan ( fairness )
harus ditanamkan; (g) imbal jasa harus sepadan dengan
nilai pekerjaannya; dan (h) warga sekolah merasa memiliki
sekolah.
7
melibatkan pihak-pihak terkait sebagai alat kontrol.
8
(13) Sekolah Memiliki Akuntabilitas
c. Input Pendidikan
(1) Memiliki Kebijakan, Tujuan, dan Sasaran Mutu yang
Jelas
Secara formal, sekolah menyatakan dengan jelas
tentang keseluruhan kebijakan, tujuan, dan sasaran
sekolah yang berkaitan dengan mutu. Kebijakan, tujuan,
dan sasaran mutu tersebut dinyatakan oleh kepala
sekolah. Kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu tersebut
disosialisasikan kepada semua warga sekolah, sehingga
tertanam pemikiran, tindakan, kebiasaan, hingga sampai
9
pada kepemilikan karakter mutu oleh warga sekolah.
11
sekolah.Untuk itu, sekolah harus melakukan evaluasi, khususnya
evaluasi yang dilakukan secara internal.
(3) Pengelolaan Kurikulum
Pengelolaan kurikulum yang dimaksud dinamakan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pemerintah Pusat hanya
menetapkan standar dan sekolah diharapkan
mengoperasionalkan standar yang ditetapkan oleh pemerintah
pusat. Selanjutnya sekolah berhak mengembangkan KTSP ke
dalam silabus, materi pokok pembelajaran, proses pembelajaran,
indikator kunci kinerja, sistem penilaian, dan rencana
pelaksanaan pembelajaran.
(4)Pengelolaan Ketenagaan (Pendidik dan Tenaga
Kependidikan)
12
(7)Pelayanan Siswa
Pelayanan siswa, mulai dari penerimaan siswa baru,
pengembangan/pembinaan/pembimbingan, penempatan untuk
melanjutkan sekolah atau untuk memasuki dunia kerja, hingga
sampai pada pengurusan alumni.
(8) Hubungan Sekolah-Masyarakat
Esensi hubungan sekolah-masyarakat adalah untuk
meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan
dukungan dari masyarakat terutama dukungan moral dan
finansial.
(9) Pengelolaan Kultur Sekolah
Lingkungan sekolah yang aman dan tertib, optimisme dan
harapan/ekspektasi yang tinggi dari warga sekolah, kesehatan
sekolah, dan kegiatan-kegiatan yang terpusat pada siswa
(student-centered activities).
13
Uraian di atas dapat digambarkan sebagai berikut.
1. Perencanaan
dan evaluasi
2. Pengelolaan
Kurikulum
3. Pengelolaan Proses
Ketenagaan Belajar Prestasi
4. Pengelolaan Mengajar Siswa
peralatan dan
perlengkapan
5. Pengelolaan
Keuangan
6. Pelayanan siswa
7. Humas
8. Pengelolaan
kultur sekolah
C. Kasus
14
Kemajuan Sekolah, sebenarnya tidak hanya berada di pundak
kepala sekolahnya saja, melainkan tim kerja yang terdiri guru,
karyawan, siswa, dan komite sekolah. Kepedulian para guru terhadap
materi yang diajarkan, kepedulian para orang tua terhadap mutu
pendidikan yang telah diterima anaknya, dan juga kepedulian komite
sekolah terhadap kualitas sekolah yang turut mereka kelola.
Disamping itu terbuka kemungkinan untuk membuat jalur hubungan
dengan pihak di luar dinas pendidikan setempat, misalnya mendorong
pihak swasta untuk menyelenggarakan pendidikan yang tidak jauh
dari wilayah kerjanya.
Kontribusi pihak swasta bisa kita masukkan pada aneka aspek.
Mulai dari kontribusi fisik sampai pada peningkatan mutu guru dan
kepala sekolah melalui penyelenggaraan pelatihan. Sponsor-sponsor
utamanya dapat ditarik dari pihak swasta. Dalam kenyataannya,
semua cerita diatas belum terjadi secara maksimal (dimodifikasi dari
cerita Ade Hidayat, Guru SD Cipayung, Bogor). Upaya-upaya apa
yang harus dilakukan agar teamwork yang kompak, cerdas, dinamis,
harmonis, dan lincah, baik di dalam sekolah maupun dengan pihak di
luar sekolah dapat diwujudkan secara ikhlas dan amanah?
D. Rangkuman
MBS dapat diartikan sebagai model pengelolaan yang memberikan
otonomi, dan keluwesan (fleksibilitas) yang lebih besar kepada
sekolah, dan mendorongpartisipasiaktif langsung warga sekolah dan
masyarakat untuk meningkatkan mutu sekolah.MBS bertujuan untuk
meningkatkan kinerja sekolah.mandiri, efisien, efektif, dan
akuntabel.Karakteristik MBS meliputi: (1) input,(2) proses, dan (3)
input pendidikan.
15
KEGIATAN BELAJAR 2
PELAKSANAAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
16
(3) Peran sekolah yang selama ini biasa diatur (mengikuti apa yang
diputuskan oleh birokrat diatasnya) perlu disesuaikan menjadi
sekolah yang bermotivasi-diri tinggi (self-motivator).
(4) Hubungan antar warga (unsur-unsur) dalam sekolah, dengan
instansi terkait.
B. Materi Pokok
1. Tahap-tahap Pelaksanaan
a. Melakukan Sosialisasi MBS
17
semula lebih bersifat otoriter perlu diubah agar menjadi
egaliter.
PBM v v v v v
Kurikulum v v v v v
Penilaian v v v v v
Pendidik & TK v v v v v
Kesiswaan v v v v v
Sarpras v v v v v
Dana v v v v v
Humas v 18
v v v v
f. Meningkatkan Kapasitas Sekolah
19
2. Penyusunan RPS/RKAS berdasarkan tuntutan MBS
a. Menyusun Desain RPS/RKAS
b. Melaksanakan RPS/RKAS
20
sebagai pihak eksternal harus dilibatkan untuk menilai
keberhasilan program yang telah dilaksanakan. Hasil evaluasi
pelaksanaan MBS perlu dibuat laporan yang terdiri dari teknis
dan keuangan.
21
pengelolaan satuan pendidikan di Kabupaten/Kota masing-
masing yang menjalankan MBS.
4) Sekolah
22
5) Komite Sekolah
C. Latihan
(3) Lengkapi isi RKS/RKASdi atas pada saat on the job learning
dan kumpulkan pada saat in the job learning 2!
23
D. Rangkuman
Pelaksanaan MBS memerlukandelapan tahapan. Agar pelaksanaan
MBS dapat berhasil dengan baik, masing-masing jajaran birokrasi
pendidikan tingkat pusat, propinsi, kabupaten/kota, dan sekolah
melakukan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-
masing. Pembagian tugas dan fungsi jajaran birokrasi pendidikan
dalam penyelenggaraan MBS mengikuti PP 38/2007.
24
KEGIATAN BELAJAR 3
TATA KELOLA YANG BAIK
A. Pengantar
Sekolah diberi otonomi (kewenangan dan tanggung jawab)
yang lebih besar untuk mengelola sekolahnya. Namun, kewenangan
dan tanggung jawab yang lebih besar hanya dapat dilaksanakan
dengan baik apabila sekolah menerapkan prinsip-prinsip tata kelola
yang baik yaitu partisipasi, transparansi, akuntabilitas, efektivitas,
efisiensi, berwawasan ke depan, hukum dilaksanakan dengan baik,
keadilan, demokrasi/egaliterisme, prediktif, peka terhadap aspirasi
stakeholders, dan pasti dalam penjaminan mutu. Berikut uraian
singkat tentang partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas.
B. Materi Pokok
1. Partisipasi
a. Latar Belakang
MBS mensyaratkan adanya partisipasi aktif dari semua
pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan di
sekolah (stakeholders), baik warga sekolah seperti guru, kepala
sekolah, siswa, dan tenaga-tenaga kependidikan lainnya,
maupun warga di luar sekolah seperti orang tua siswa,
akademisi, tokoh masyarakat,dan pihak-pihak lain yang mewakili
masyarakat yang diwadahi melalui komite sekolah. Saat ini,
Komite Sekolah merupakan wadah formal bagi
25
stakeholdersuntuk berpartisipasi secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyelenggaraan sekolah.
b. Arti Partisipasi
Partisipasi adalah proses di mana stakeholders (warga
sekolah dan masyarakat) terlibat aktif baik secara individual
maupun kolektif, secara langsung maupun tidak langsung, dalam
pengambilan keputusan, pembuatan kebijakan, perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan/ pengevaluasian pendidikan sekolah.
Diharapkan, partisipasi dapat mendorong warga sekolah dan
masyarakat sekitar untuk menggunakan haknya dalam
menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan,
pembuatan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan/pengevaluasian yang menyangkut kepentingan
sekolah, baik secara individual maupun kolektif, secara langsung
maupun tidak langsung.
c. Tujuan Partisipasi
Tujuan utama peningkatan partisipasi adalah untuk: (1)
meningkatkan dedikasi/ kontribusi stakeholders terhadap
penyelenggaraan pendidikan di sekolah, baik dalam bentuk jasa
(pemikiran/intelektualitas, keterampilan), moral, finansial, dan
material/barang; (2) memberdayakan kemampuan yang ada
pada stakeholders bagi pendidikan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional; (3) meningkatkan peran stakeholders dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah, baik sebagai advisor,
supporter, mediator, controller, resource linker, and education
provider, dan (4) menjamin agar setiap keputusan dan kebijakan
yang diambil benar-benar mencerminkan aspirasi stakeholders
dan menjadikan aspirasi stakeholders sebagai panglima bagi
penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
26
d. Upaya-Upaya Peningkatan Partisipasi
Upaya-upaya yang perlu dilakukan oleh sekolah dalam rangka
meningkatkan partisipasi stakeholders adalah sebagai berikut.
(1) Menyediakan sarana partisipasi atau saluran komunikasi agar
stakeholders dapat mengutarakan pendapatnya,
keinginannya, dan aspirasinya melalui pertemuan umum,
temu wicara, konsultasi, dan penyampaian pendapat secara
tertulis.
(2) Melakukan advokasi, publikasi, komunikasi, dan transparansi
kepada stakeholders.
e. Indikator Keberhasilan Partisipasi
Keberhasilan peningkatan partisipasi stakeholders dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah dapat diukur dengan
enam indikator berikut.
(1) Kontribusi/dedikasi stakeholders meningkat dalam hal jasa
(pemikiran, keterampilan), finansial, moral, dan
material/barang.
(2) Meningkatnya kepercayaan stakeholders kepada sekolah,
terutama menyangkut kewibawaan dan kebersihan.
(3) Meningkatnya tanggungjawab stakeholders terhadap
penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
(4) Meningkatnya kualitas dan kuantitas masukan (kritik dan
saran) untuk peningkatan mutu pendidikan.
(5) Meningkatnya kepedulian stakeholders terhadap setiap
langkah yang dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan
mutu.
(6) Keputusan-keputusan yang dibuat oleh sekolah benar-benar
mengekspresikan aspirasi dan pendapat stakeholders dan
mampu meningkatkan kualitas pendidikan.
27
2. Transparansi
a. Latar Belakang
Sekolah adalah organisasi pelayanan yang diberi mandat
oleh publik untuk menyelenggarakan pendidikan sebaik-baiknya.
Mengingat sekolah adalah organisasi pelayanan publik, maka
sekolah harus transparan kepada publik mengenai proses dan
hasil pendidikan yang dicapai. Transparansi dicapai melalui
kemudahan dan kebebasan publik untuk memperoleh informasi
dari sekolah.Pengembangan transparansi sangat diperlukan
untuk membangun keyakinan dan kepercayaan publik kepada
sekolah.Dengan transparansi yang tinggi, publik tidak lagi curiga
terhadap sekolah dan karenanya keyakinan dan kepercayaan
publik terhadap sekolah juga tinggi.
b. Arti Transparansi
Transparansi sekolah adalah keadaan di mana setiap orang
yang terkait dengan kepentingan pendidikan dapat mengetahui
proses dan hasil pengambilan keputusan dan kebijakan sekolah.
Dalam konteks pendidikan, istilah transparansi sangatlah jelas
yaitu kepolosan, apa adanya, tidak bohong, tidak curang, jujur,
dan terbuka terhadap publik tentang apa yang dikerjakan oleh
sekolah. Ini berarti bahwa sekolah harus memberikan informasi
yang benar kepada publik. Transparansi menjamin bahwa data
sekolah yang dilaporkan mencerminkan realitas.
c. Tujuan Transparansi
Pengembangan transparansi bertujuan untuk membangun
kepercayaan dan keyakinan publik kepada sekolah bahwa
sekolah adalah organisasi pelayanan pendidikan yang bersih dan
berwibawa. Bersih dalam arti tidak KKN dan berwibawa dalam
arti profesional.
28
d. Upaya-Upaya Peningkatan Transparansi
Transparansi sekolah perlu ditingkatkan agar publik
memahami situasi sekolah dan dengan demikian mempermudah
publik untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah. Upaya-upaya yang perlu dilakukan dalam kerangka
meningkatkan transparansi sekolah kepada publik antara lain
melalui pendayagunaan berbagai jalur komunikasi, baik secara
langsung melalui temu wicara, maupun secara tidak langsung
melalui jalur media tertulis (brosur, leaflet, newsletter,
pengumuman melalui surat kabar) maupun media elektronik
(radio dan televisi lokal), serta handphone.
e. Indikator Keberhasilan Transparansi
Keberhasilan transparansi sekolah ditunjukkan oleh
beberapa indikator berikut: (a) meningkatnya keyakinan dan
kepercayaan publik kepada sekolah bahwa sekolah adalah bersih
dan wibawa, (2) meningkatnya partisipasi publik terhadap
penyelenggaraan sekolah, (3) bertambahnya wawasan dan
pengetahuan publik terhadap penyelenggaraan sekolah, dan (4)
berkurangnya pelanggaran terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku di sekolah.
3. Akuntabilitas
a. Latar Belakang
MBS memberi kewenangan yang lebih besar kepada
penyelenggara sekolah yaitu kewenangan untuk mengatur dan
mengurus sekolah, mengambil keputusan, mengelola,
memimpin, dan mengontrol sekolah. Agar penyelenggara
sekolah tidak sewenang-wenang dalam menyelenggarakan
sekolah, maka sekolah harus bertanggungjawab terhadap apa
29
yang dikerjakan. Untuk itu, sekolah berkewajiban
mempertanggungjawabkan kepada publik tentang apa yang
dikerjakan sebagai konsekwensi dari mandat yang diberikan oleh
publik/ masyarakat.
b. Arti Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan
pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan
kinerja dan tindakan penyelenggara organisasi kepada pihak
yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta
keterangan atau pertanggungjawaban.
Akuntabilitas meliputi pertanggungjawaban penyelenggara
sekolah yang diwujudkan melalui transparansi dengan cara
menyebarluaskan informasi dalam hal: (a) pembuatan dan
pelaksanaan kebijakan serta perencanaan, (b) anggaran
pendapatan dan belanja sekolah, (c) pengelolaan sumberdaya
pendidikan di sekolah, dan (d) keberhasilan atau kegagalan
pelaksanaan rencana sekolah dalam mencapai tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan.
Menurut jenisnya, akuntabilitas dapat dikategorikan menjadi 4:
(1) akuntabilitas kebijakan, yaitu akuntabilitas pilihan atas
kebijakan yang akan dilaksanakan, (2) akuntabilitas kinerja
(product/quality accountability), yaitu akuntabilitas yang
berhubungan dengan pencapaian tujuan sekolah, (3)
akuntabilitas proses, yaitu akuntabilitas yang berhubungan
dengan proses, prosedur, aturan main, ketentuan, pedoman, dan
sebagainya., dan (4)akuntabilitas keuangan (kejujuran) atau
sering disebut (financial accountability), yaitu akuntabilitas yang
berhubungan dengan pendapatan dan pengeluaran uang (cash
in and cash out). Sering kali istilah cost accountability juga
digunakan untuk kategori akuntabilitas ini.
30
c. Tujuan Akuntabilitas
Tujuan utama akuntabilitas adalah untuk mendorong
terciptanya akuntabilitas kinerja sekolah sebagai salah satu
prasyarat untuk terciptanya sekolah yang baik dan terpercaya.
Selain itu, tujuan akuntabilitas adalah untuk menilai kinerja
sekolah dan kepuasan publik terhadap pelayanan pendidikan
yang diselenggarakan oleh sekolah, untuk mengikutsertakan
publik dalam pengawasan pelayanan pendidikan, dan untuk
mempertanggungjawabkan komitmen pelayanan pendidikan
kepada publik.
Sekolah dikatakan memiliki akuntabilitas tinggi jika proses dan
hasil kinerja sekolah dianggap benar dan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan sebelumnya.
d. Indikator Keberhasilan Akuntabilitas
Keberhasilan akuntabilitas dapat diukur dengan beberapa
indikator berikut, yaitu: (a) meningkatnya kepercayaan dan
kepuasan publik terhadap sekolah, (b) tumbuhnya kesadaran
publik tentang hak untuk menilai terhadap penyelenggaraan
pendidikan di sekolah, (c) berkurangnya kasus-kasus KKN di
sekolah, dan (d) meningkatnya kesesuaian kegiatan-kegiatan
sekolah dengan nilai dan norma yang berkembang di
masyarakat.
C. Kasus
31
untuk disajikan di depan kelompok lain! Kelompok lain memberi
komentar-komentar dan saran-saran untuk masukan!
32
Akibatnya, anggota komite sekolah enggan atau tak mampu
menjalankan fungsi kontrolnya.
34
keterlibatan pengurus komite sekolah, orang tua, dan guru.
Pengawasan tidak hanya cukup oleh komite sekolah karena usianya
masih terbilang baru dan masih membutuhkan pencerahan.
35
kroni. Selanjutnya, Ani berkata, “jika UPS ingin dibisniskan, harus
jelas dasar hukumnya dan juga aturan mainnya”.
D. Rangkuman
MBS dapat dilaksanakan dengan baik apabila sekolah
menerapkan prinsip-prinsip tata kelola yang baik. Prinsip-prinsip tata
kelola yang baik meliputi partisipasi, transparansi, akuntabilitas,
efektivitas, efisiensi, berwawasan ke depan, hukum dilaksanakan
dengan baik, keadilan, demokrasi/egaliterisme, prediktif, peka
terhadap aspirasi stakeholders, dan pasti dalam penjaminan mutu.
Dalam materi pelatihan ini hanya diuraikan tiga tata kelola yang baik
yaitu partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas.
36
KEGIATAN BELAJAR 4
MONITORING DAN EVALUASI
37
B. Materi Pokok
1. Komponen-Komponen MBS yang Dimonitor dan Dievaluasi
MBS sebagai sistem, memiliki komponen-komponen yang
saling terkait secara sistematis satu sama lain, yaitu konteks, input,
proses, output, dan outcome.
Konteks adalah eksternalitas sekolah berupa demand and
support(permintaan dan dukungan) yang berpengaruh pada input
sekolah. Dalam istilah lain, konteks sama artinya dengan istilah
kebutuhan. Dengan demikian, evaluasi konteks berarti evaluasi
tentang kebutuhan. Alat yang tepat untuk melakukan evaluasi
konteks adalah penilaian kebutuhan (needs assessment).
Input adalah segala “sesuatu” yang harus tersedia dan siap
karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses.Secara garis
besar, input dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu harapan,
sumberdaya, dan input manajemen. Harapan-harapan terdiri dari
visi, misi, tujuan, sasaran. Sumberdaya dibagi menjadi dua yaitu
sumberdaya manusia dan sumberdaya selebihnya (uang, peralatan,
perlengkapan, bahan). Input manajemen terdiri dari tugas,
rencana, program, regulasi (ketentuan-ketentuan, limitasi, prosedur
kerja, dan sebagainya), dan pengendalian atau tindakan turun
tangan. Esensi evaluasi pada input adalah untuk mendapatkan
informasi tentang “ketersediaan dan kesiapan” input sebagai
prasyarat untuk berlangsungnya proses.
Proses adalah berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain.
Dalam MBS sebagai sistem, proses terdiri dari: proses pengambilan
keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan
program, proses belajar mengajar, proses evaluasi sekolah, dan
proses akuntabilitas. Dengan demikian, fokus evaluasi pada proses
adalah pemantauan (monitoring) implementasi MBS, sehingga
38
dapat ditemukan informasi tentang konsistensi atau inkonsistensi
antara rancangan/disain MBS semula dengan proses implementasi
yang sebenarnya. Dengan didapatkan informasi inkonsistensi
tersebut, segera dapat dilakukan koreksi/pelurusan terhadap
pelaksanaan.
Outputadalah hasil nyata dari pelaksanaan MBS. Hasil nyata yang
dimaksud dapat berupa prestasi akademik (academic achievement),
misalnya, nilai NUN, dan peringkat lomba karya tulis, maupun
prestasi non-akademik (non-academic achievement), misalnya,
IMTAQ, kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi olahraga, kesenian,
dan kerajinan. Fokus evaluasi pada output adalah mengevaluasi
sejauhmana sasaran (immediate objectives) yang diharapkan
(kualitas, kuantitas, waktu) telah dicapai oleh MBS. Dengan kata
lain, sejauhmana “hasil nyata sesaat” sesuai dengan “hasil/sasaran
yang diharapkan”. Tentunya makin besar kesesuaiannya, makin
besar pula kesuksesan MBS.
Outcome adalah hasil MBS jangka panjang, yang berbeda
dengan output yang hanya mengukur hasil MBS sesaat/jangka
pendek. Karena itu, fokus evaluasi outcome adalah pada dampak
MBS jangka panjang, baik dampak individual (siswa), institusional
(sekolah), dan sosial (masyarakat). Untuk melakukan evaluasi ini,
pada umumnya digunakan analisis biaya-manfaat (cost-benefit
analysis).ME dilakukan untuk mengetahui apakah ada perubahan
konteks, input, proses, output, dan outcome pada waktu sebelum
dan sesudah melaksanakan MBS. Selain memonitor dan
mengevaluasi komponen-komponen konteks, input, proses, output,
dan outcome sekolah, yang tidak kalah penting untuk dimonitor
dan dievaluasi adalah pelaksanaan prinsip-prinsip MBS yang baik
(tata pengelolaan yang baik), seperti disebut sebelumnya yaitu
39
meliputi: partisipasi, transparansi, tanggungjawab, akuntabilitas,
wawasan ke depan, penegakan hukum, keadilan, demokrasi,
prediktif, kepekaan, profesionalisme, efektivitas dan efisiensi, dan
kepastian jaminan hukum. Setiap tata pengelolaan harus dievaluasi
apakah sebelum dan sesudah MBS ada perubahan tata pengelolaan
sekolah.Berikut adalah visualisasi ME pada saat sebelum dan pada
saat sesudah melaksanakan MBS.
MBS
SEBELUM
SESUDAH
? ?
Konteks
Input
Proses
Output
Outcome
Tata Pengelolaan yang Baik
(Good Governance)
40
untuk mengetahui tingkat kemajuan dirinya sendiri (sekolah)
sehubungan dengan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.
Sedang yang dimaksud monitoring dan evaluasi eksternal adalah
monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh pihak eksternal
sekolah (external institution), misalnya Dinas Pendidikan,
Pengawas, dan Perguruan tinggi, atau gabungan dari ketiganya.
Hasil monitoring dan evaluasi eksternal dapat digunakan untuk:
rewards system terhadap individu sekolah, meningkatkan iklim
kompetisi antar sekolah, kepentingan akuntabilitas publik,
memperbaiki sistem yang ada secara keseluruhan, dan membantu
sekolah dalam mengembangkan dirinya.
3. Tonggak-tonggak Kunci Keberhasilan MBS
Untuk mengevaluasi keberhasilan MBS, sekolah-sekolah yang
melaksanakan MBS harus membuat tonggak-tonggak kunci
keberhasilan untuk kurun waktu tertentu. Tonggak-tonggak kunci
keberhasilan MBS merupakan target-target hasil MBS yang akan
dicapai dalam jangka menengah (5 tahun) dan jangka pendek (1
tahun). Target-target tersebut bersumber dari pemerataan kualitas
pendidikan, dan tata kelola sekolah yang baik (good governance)
yang meliputi: partisipasi, transparansi, tanggungjawab,
akuntabilitas, wawasan kedepan, penegakan hukum, keadilan,
demokrasi, prediktif, kepekaan, profesionalisme, efektivitas dan
efisiensi, dan kepastian jaminan hukum. Sebaiknya, tonggak-
tonggak kunci keberhasilan dibuat tabuler yang terdiri dari
program-program strategis dan tonggak-tonggak kunci
keberhasilan dari setiap program strategis.
41
C. Kasus
Tugas Individu untuk semua Kepala Sekolah
SMP Perdana menetapkan sasaran kinerja tahun 2014 antara lain:
a. Nilai UN = 7,50 ; b. Juara Olimpiade dan c. Guru Teladan Nasional
Susunlah Rencana Kerja berbasis MBS untuk mewujudkan sasaran
tersebut!, Gunakan format program berbasis Target, untuk dua tahun
yakni tahun 2012 dan tahun 2013
D. Rangkuman
Monitoring dan evaluasi (monev) merupakan bagian integral dari
pengelolaan pendidikan, baik di tingkat mikro, meso maupun makro.
Monev dapat mengukur tingkat kemajuan pendidikan pada tingkat
sekolah, dinas pendidikan kabupaten/kota, dinas pendidikan propinsi,
dan kementerian. Dengan monev, kita dapat menilai apakah MBS
benar-benar mampu meningkatkan mutu pendidikan. Monev MBS
bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk
memperbaiki/mengembangkan MBS. Ada dua jenis monev sekolah,
yaitu internal dan eksternal. Untuk mengevaluasi keberhasilan MBS,
sekolah-sekolah yang melaksanakan MBS harus membuat tonggak-
tonggak kunci keberhasilan untuk kurun waktu tertentu. Tonggak-
tonggak kunci keberhasilan MBS merupakan target-target hasil MBS
yang akan dicapai dalam jangka menengah (5 tahun) dan jangka
pendek (1 tahun).
42
REFLEKSI
Mata Diklat : Manajemen Berbasis Sekolah
Nama Peserta :_____________,Tanggal: _______________
2. Pengalaman penting apa yang Saudara peroleh setelah mempelajari materi ini?
3. Apa manfaat materi ini terhadap tugas Saudara sebagai kepala sekolah?
4. Apa rencana tindak lanjut yang akan Saudara lakukan setelah kegiatan ini?
43
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Ditjen Mandikdasmen.
Depdiknas (rujukan utama dari materi pelatihan ini).
Wohlstetter, P., Kirk, A.N.V., Robertson, P.J. & Mohrman (1997). Succesful
School-Based Management.Alexandria: Association for Supervision and
Curriculum Development.
44