Anda di halaman 1dari 8

Economics Development Analysis Journal 7 (1) (2018)

Economics Development Analysis Journal


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj

Strategi Penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)


Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

Siti Salamah

Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Fenomena penumpukan penyerapan anggaran pada bulan Desember yang menyebabkan
Diterima Oktober 2017 ketidakmerataan penyerapan anggaran merupakan salah satu problematika yang dihadapi oleh
Disetujui Desember 2017 Provinsi Jawa Tengah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor penyebab
Dipublikasikan Februari ketidakmerataan penyerapan APBD serta menentukan strategi penyerapan APBD Pemerintah
2018 Provinsi Jawa Tengah. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik
________________ analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan AHP (Analytical
Keywords: Hierarchy Process). Informan dari penelitian ini terdiri dari 13 keyperson yang terdiri dari unsur
Strategy, APBD, Analitycal akademisi/peneliti dan dinas pemerintah yaitu pihak Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
Hierarchy Process, Central Provinsi Jawa Tengah dan pihak Biro Administrasi Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah.
Java Hasil penelitian dengan menggunakan AHP yaitu kriteria pertama adalah faktor regulasi, kedua
__________________ kriteria faktor perencanaan anggaran, dan ketiga kriteria faktor Sumber Daya Manusia (SDM).
Alternatif prioritas program yakni diadakan sosialisasi mengenai mekanisme pencairan anggaran.
Selanjutnya yaitu adanya RAB (Rencana Anggaran Biaya), serta adanya kebijakan penyerapan
anggaran.

Abstract

The phenomenon of budget absorption in December that caused inequality of budget absorption is one of the
problems being experienced by Central Java Province. The purpose of this study is to analyze the factors causing
inequality absorption of APBD and the speed of absorption of Central Java Provincial Government's APBD.
This type of research is descriptive qualitative research with data analysis technique used in this research is
descriptive analysis and AHP (Analytical Hierarchy Process). Informants from this research consists of 13
keyperson consisting of academician/researcher and government institution that is Financial and Asset
Management Board of Central Java Province and the Regional Administration Bureau of CentralJavaProvince.
The result of research using AHP is first criterion is regulation factor, second criterion of budgetplanningfactor,
and resource factor. Alternative program of socialization program on budget disbursement mechanism.
Furthermore, the existence of RAB (Budget Plan), and the budget absorption budget..

© 2018 Universitas Negeri Semarang


 Alamat korespondensi: ISSN 2252-6965
Ruang Jurnal Gedung L FE UNNES, Sekaran Gunungpati
Semarang, 50229, Indonesia
E-mail: sitisalamah399@gmail.com

45
Siti Salamah/ Economics Development Analysis Journal 7 (1) (2018)

PENDAHULUAN klasik. Akan tetapi, permasalahan ini tidak dapat


dianggap “remeh” karena jelas permasalahan ini
Fenomena penumpukan penyerapan
dapat menghambat proyek yang ada dan pada
anggaran pada bulan Desember yang
akhirnya dapat mengganggu laju pertumbuhan
menyebabkan ketidakmerataan penyerapan
ekonomi di daerah tersebut. Rendahnya
anggaran mengakibatkan polanya tidak optimal
penyerapan anggaran menjadi perhatian serius
karena penyerapan anggaran rendah pada awal
(agenda setting) pemerintah karena telah
dan menumpuk pada akhir tahun. Rendahnya
berdampak kepada perlambatan perekonomian
penyerapan anggaran merupakan masalah
nasional.

Gambar 1. Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Tahun 1997 -
2016
Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Tengah, diolah

Berdasarkan grafik 1 dapat disimpulkan dengan kemampuan finansial yang cukup


bahwa antara anggaran dan realisasi belanja memadai oleh pemerintah daerah (Pujiati, 2008).
daerah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Permasalahan lemahnya perencanaan
cenderung mengalami peningkatan setiap anggaran bukan merupakan satu-satunya
tahunnya. Akan tetapi, jika dilihat pada tahun permasalahan di penyerapan anggaran akan
2015 APBD Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tetapi ada permasalhan regulasi. Permasalahan
memiliki selisih terbesar antara anggaran dan regulasi ini terkait dengan peraturan pemerintah
realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi pusat maupun peraturan daerah. Pada tahun
Jawa Tengah. Hal itu menunjukkan Pemerintah 2015 ada permasalahan regulasi yang terjadi di
Provinsi Jawa Tengah tidak mampu mencapai Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah yaitu pada
anggaran pendapatan yang telah ditetapkan pada pasal 298 ayat 5 Undang-Undang Nomor 23
tahun sebelumnya dan hal tersebut juga Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang
menunjukkan lemahnya perencanaan anggaran menggantikan regulasi yang sama yaitu Undang-
yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Jawa Undang 32/199 sehingga untuk bisa mencairkan
Tengah. Perimbangan keuangan antara dana hibah ini maka lembaga atau organisasi
pemerintah pusat dan daerah adalah suatu sistem kemasyarakatan harus mengurus legalitas di
pembiayaan pemerintah dalam rangka negara Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
kesatuan yang mencakup pembagian keuangan (Kemenkumham). Regulasi tersebut jelas
antara pemerintah pusat dan daerah, serta mengganggu pencairan anggaran karena yang
pemerataan antar daerah secara proporsional, seharusnya dana hibah tersebut sudah dapat
adil, demokratis dan transparan. Desentralisasi direalisasikan pada awal tahun tetapi karena ada
fiskal tidak akan berguna jika tidak diikuti regulasi tersebut maka pencairan dana menjadi
46
Siti Salamah/ Economics Development Analysis Journal 7 (1) (2018)

terhambat dan menunggu lembaga atau Penumpukan penyerapan anggaran di


organisasi kemasyarakatan sampai sudah Provinsi Jawa Tengah yang menyebabkan
berbadan hukum. Semenjak ada regulasi tersebut ketidakmerataan penyerapan anggaran tidak
maka pemerintah daerah tidak bisa berbuat apa- hanya disebabkan oleh lemahnya perencanaan
apa selain mematuhi ketentuan yang sudah anggaran dan regulasi saja akan tetapi kualitas
dibuat dan ditetapkan oleh pemerintah pusat sumber daya manusia (SDM) juga menjadi salah
daripada harus tersangkut persoalan hukum. satu penyebab ketidakmerataan penyerapan
Menurut Ganjar Pranowo, sebenarnya syarat anggaran. Salah satu cara untuk melihat kualitas
penerima dana hibah relatif mudah tetapi sejak SDM Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yaitu
penerapan UU No. 23/2014 ada syarat dengan melihat kualifikasi pendidikan umum
tambahan yang harus dipenuhi, yaitu penerima yang ditempuh oleh PNS Pemerintah Provinsi
dana hibah adalah badan, lembaga, dan Jawa Tengah. Berdasarkan Badan Kepegawaian
organisasi kemasyarakatan yang berbadan Daerah Provinsi Jawa Tengah, dominasi
hukum (bisnis.com, Senin 27-07-2015). pendidikan yang ditempuh oleh PNS Pemerintah
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo Provinsi Jawa Tengah terbanyak yaitu S1 (Strata
pada saat itu mengeluarkan Peraturan Menteri 1) sebanyak 27.451 orang atau hampir 61%
Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016 tentang sedangkan hampir 5.799 orang atau sekitar 13%
Pedoman Pemberian Bantuan Hibah dan merupakan lulusan SLTA (Sekolah Lanjutan
Bantuan Sosial (Bansos) yang bersumber pada Tingkat Atas) bahkan masih ada lulusan SD
APBD. Menurut Anggota DPRD Jawa Tengah (Sekolah Dasar) sebanyak 546 orang yang
Akhsin Makruf mengharapkan agar Gubernur bekerja sebagai PNS di Pemerintah Provinsi
Jawa Tengah Ganjar Pranowo tidak perlu ragu Jawa Tengah. Hal tersebut menunjukkan bahwa
dalam menyalurkan Hibah dan Bansos masih ada PNS yang berpendidikan rendah yang
mengingat petunjuk teknis berupa Peraturan bekerja sebagai PNS di Provinsi Jawa Tengah.
Menteri Dalam Negeri sudah ada. Berdasarkan PNS yang hanya menempuh jenjang pendidikan
Peraturan Menteri Dalam Negeri dijelaskan sampai tingkat SD ada kemungkinan bahwa PNS
bahwa untuk organisasi masyarakat atau tersebut memiliki usia diatas 40 tahun dan
yayasan harus berbadan hukum, sedangkan termasuk dalam golongan usia yang kurang
untuk mushola dan masjid cukup dengan produktif jika dibandingkan dengan PNS yang
pengesahan yang dilakukan oleh kepala daerah lulusan S1 dan termasuk dalam golongan usia
setempat. Sedang untuk dua organisasi besar yang masih produktif.
seperti Muhammadiyah dan NU tidak perlu lagi Kenyataan bahwa masih banyak PNS
berbadan hukum. Penyaluran bantuan yang memiliki usia diatas 40 tahun tetapi masih
kemasyarakatan dalam bentuk Hibah dan dipekerjakan maka dapat disimpulkan bahwa
Bansos Pemprov Jateng sejak keluarnya UU No rendahnya penyerapan anggaran juga dapat
23/2014 mengalami penyusutan. Hal tersebut disebabkan karena masih rendahnya kualitas
dikarenakan masih sedikit kelompok masyarakat SDM pada bagian pelaksana kegiatan di
yang mengajukan proposal bantuan belum Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang
memiliki badan hukum yang disyahkan oleh disebabkan karena jenjang pendidikan PNS
Kementrian Hukum dan HAM (beritajateng.net, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang masih
Kamis 28-07-2016). Berdasarkan hal tersebut rendah sehingga dikhawatirkan etos kerja dari
dapat disimpulkan bahwa banyaknya dana hibah PNS yang belum menunjukkan semangat
yang tidak bisa dicairkan karena adanya profesional. Demokratisasi menurunkan
overlapping regulasi antara pemerintah pusat pengeluaran untuk pertahanan, walaupun hasil
dengan pemerintah daerah yang menyebabkan estimasi faktor instrumental tidak signifikan
penyaluran dana hibah yang terhambat sehingga (Kotera & Keisuke, 2017)
penyerapan anggaran Pemerintah Provinsi Jawa Pihak Badan Kepegawaian Daerah
Tengah menjadi rendah. Provinsi Jawa Tengah mengatakan bahwa
47
Siti Salamah/ Economics Development Analysis Journal 7 (1) (2018)

dominasi usia PNS yang ada di Pemerintahan Permasalahan penumpukan anggaran ini
Provinsi Jawa Tengah berusia 51 tahun sampai tidak terlepas dari penyerapan anggaran yang
dengan 55 tahun sejumlah 12.054 orang. Hal kurang optimal yaitu penyerapan anggaran
tersebut menunjukkan bahwa ada 12.054 orang pemerintah daerah yang cenderung rendah di
atau 27% dari keseluruhan jumlah PNS di awal tahun dan menumpuk di akhir tahun
Provinsi Jawa yang sudah memasuki usia yang anggaran merupakan penyerapan anggaran yang
kurang produktif tetapi masih dipekerjakan kurang baik dilihat dari sisi perencanaan
sebagai PNS. Apabila dibandingkan antara PNS pemerintah daerah. Selain itu tidak sesuai
yang termasuk dalam golongan usia yang masih dengan harapan pemerintah bahwa proses
produktif dengan PNS yang sudah memasuki pelaksanaan pembangunan dan pencairan
usia kurang produktif yaitu sebanyak 9.965 orang anggaran seharusnya dapat berlangsung tepat
atau 22,4% merupakan PNS yang berusia waktu, lebih merata dan memberikan multiplier
produkif sedangkan sebanyak 34.511 orang atau effect yang besar kepada kegiatan perekonomian.
77,6% PNS sudah memasuki usia kurang Kegagalan target penyerapan anggaran memang
produktif. Sehingga perlu adanya regenerasi PNS berakibat hilangnya manfaat belanja, karena
yang ada di Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah dana yang dialokasikan ternyata tidak semuanya
karena terkait dengan ketidakmerataan dapat dimanfaatkan, yang artinya terjadi iddle
penyerapan APBD sebagai akibat dari money. Menurut pihak Badan Pengelola
rendahnya penyerapan APBD pada bulan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Jawa
Januari dan menumpuknya penyerapan APBD Tengah bahwa batasan idle money yang dapat
ketika menjelang akhir tahun yaitu dari bulan ditoleransi yaitu sebesar 5% sehingga terjadi
Juli sampai dengan bulan Desember. siklus penumpukan penyerapan anggaran pada bulan
anggaran politik dapat dihasilkan dari lembaga Desember. Penyerapan anggaran yang rendah
fiskal yang menciptakan batasan anggaran yang menunjukkan adanya permasalahan yang serius
lunak: yaitu, di mana calon dan pemilih rasional di kalangan pengguna anggaran, yang selalu saja
dapat memperkirakan bahwa biaya pra- terulang setiap tahun, khususnya persoalan di
pemilihan akan ditutup sebagian oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah (Rozai,
pemerintah pusat (Baskaran, et al., 2017) 2015).

Gambar 2. Penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)


Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012-2015
Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia, diolah
48
Siti Salamah/ Economics Development Analysis Journal 7 (1) (2018)

Berdasarkan grafik 2 terdapat tahun 2012-2015 yang menyebabkan


permasalahan penyerapan APBD yang ketidakmerataan penyerapan APBD pada tahun-
cenderung fluktuatif setiap bulannya yang tahun tersebut.
menunjukkan bahwa perencanaan yang kurang Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka
matang dalam penentuan anggaran yang akan dapat diulas kembali bahwa pemerataan
dialokasikan akan berdampak pada minimnya penyerapan APBD dapat memberikan multiplier
penyerapan anggaran disetiap bulannya. Selain effect yang besar kepada kegiatan perekonomian.
itu, pada grafik 2 juga terlihat permasalahan lain Namun pada pelaksanaannya penyerapan
yaitu penumpukan penyerapan APBD pada APBD Pemerintah Provinsi Jawa Tengah masih
akhir tahun atau pada bulan Desember dari mengalami permasalahan ketidakmerataan.
penyerapan APBD yang berakibat pada Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi
hilangnya manfaat belanja karena dana yang Jawa Tengah.
dialokasikan ternyata tidak semuanya dapat Teknik pengumpulan data yang
dimanfaatkan secara merata artinya terjadi iddle digunakan dalam penelitian adalah observasi,
money yang menurut pihak BPKAD Provinsi wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. 1)
Jawa Tengah memiliki batas toleransi sebesar Observasi yaitu mengumpulkan data melalui
5%. Tujuan penelitian ini adalah untuk pengamatan secara langsung terhadap obyek
menganalisis faktor-faktor penyebab yang diteliti dengan cara survey ke lapangan. 2)
ketidakmerataan penyerapan APBD dan Wawancara yaitu melakukan komunikasi secara
menentukan strategi penyerapan APBD langsung dengan pihak instansi yang berwenang
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang sesuai mengenai pelaksanaan penyerapan anggaran
untuk mengatasi permasalahan terkait instansi. 3) Kuesioner adalah mengumpulkan
penyerapan APBD tersebut. Selain itu, data dengan cara memberikan pertanyaan
perbedaan yang signifikan muncul pada tertulis berupa kuesioner AHP kepada keyperson
perubahan tingkat pengeluaran dan struktur untuk dijawab. 4) Dokumentasi yaitu
tergantung pada lokasi rumah tangga (Nicholas mengumpulkan data berupa data-data dari
& Pele, 2017) laporan bulanan penyerapan anggaran yang
berhubungan dengan obyek yang diteliti.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan tenik analisis
Jenis penelitian ini yaitu penelitian deskriptif dan teknik Analytical Hierarchy
deskriptif kualitatif dan data yang digunakan Process (AHP). Teknik analisis deskriptif
dalam penelitian ini adalah data primer dan data digunakan untuk menjawab rumusan masalah
sekunder. Data primer adalah data yang pertama yaitu mengetahui faktor-faktor
dikumpulkan langsung dari informan kunci penyebab ketidakmerataan penyerapan APBD
(keyperson) yaitu dari pihak Badan Pengelola Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sehingga
Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Jawa melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi
Tengah, pihak Biro Administrasi Pembangunan maka diperoleh data-data mengenai
Daerah Provinsi Jawa Tengah, dan pihak permasalahan tersebut. Sedangkan metode
akademisi dari Fakultas Ekonomi Universitas Analitycal Hierarchy Process (AHP) untuk
Negeri Semarang. Data sekunder yaitu data yang menjawab rumusan masalah yang kedua yaitu
diperoleh dengan melakukan penelaah studi- menentukan strategi penyerapan APBD
studi dokumen yang berhubungan dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui
masalah-masalah yang diteliti yang bersumber kuesioner yang diberikan kepada keyperson yang
dari Kementerian Keuangan Republik telah ditentukan dan memiliki pengetahuan dan
Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan keahlian untuk mengatasi permasalahan terkait
Keuangan Republik Indonesia, dan Badan penyerapan APBD..

49
Siti Salamah/ Economics Development Analysis Journal 7 (1) (2018)

HASIL DAN PEMB AHASAN komitmen dari pejabat pelaksana anggaran, dan
adanya sanksi bagi pejabat yang tidak
Setelah melakukan pengumpulan data
menyelesaikan tugas tepat waktu.
dapat diketahui faktor-faktor penyebab
Faktor-faktor tersebut merupakan faktor
ketidakmerataan penyerapan APBD Pemerintah
yang akan dijadikan kriteria dan dari kriteria
Provinsi Jawa Tengah yaitu dari faktor
tersebut kemudian dijadikan beberapa alternatif
perencanaan anggaran, faktor regulasi, dan
untuk menentukan strategi penyerapan APBD
faktor Sumber Daya Manusia (SDM). Sehingga
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Melalui
dari faktor-faktor tersebut dibuat strategi untuk
bantuan dari keyperson yaitu pihak Badan
pemerataan penyerapan APBD yaitu: (1)
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi
Faktor perencanaan anggaran terdiri dari adanya
Jawa Tengah dan pihak Biro Administrasi
adanya RAB (Rencana Anggaran Biaya), adanya
Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
KAK (Kerangka Acuan Kerja), dan diadakan
dalam memberikan rating dan pembobotan pada
pelatihan pembuatan RAB (2) Faktor regulasi
setiap kriteria dan alternatif yang telah dibuat,
meliputi adanya kebijakan penyerapan anggaran,
maka dapat dilakukan analisis AHP (Analitycal
diadakan sosialisasi mengenai mekanisme
Hierarchy Process) untuk strategi penyerapan
pencairan anggaran, dan adanya kebijakan yang
APBD Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Setiap
mengatur penerbitan SK (3) Faktor Sumber Daya
faktor yang dipertimbangkan dalam program
Manusia (SDM) terdiri dari adanya pelatihan
pemerataan penyerapan APBD beserta nilai
rutin untuk pejabat pelaksana anggaran, adanya
bobotnya disajikan pada tabel 1 berikut:.

Tabel 1. Kriteria Penyerapan APBD Pemerintah Provinsi Jawa Tengah


No Program Nilai Bobot Keterangan
1 Faktor Perencanaan Anggaran 0,386 Inconsistency Ratio =
2 Faktor Regulasi 0,434 0,01

3 Faktor Sumber Daya Manusia 0,181


Sumber: Data Primer diolah, 2017
bahwa adanya kebijakan penyerapan anggaran
Hasil AHP (Analitycal Hierarchy Process) merupakan alternatif prioritas utama jika
pada tabel 1 diperoleh dari keyperson yang telah yakni faktor-faktor yang menjadi kriteria
dipilih. Hasil olah data AHP digunakan untuk dari yang paling prioritas hingga yang tidak
menentukan faktor mana yang menjadi prioritas prioritas akan diuraikan ke dalam sebuah
dan memberikan informasi mengenai faktor apa alternatif-alternatif dari masing-masing faktor.
saja yang harus diperbaiki atau dikembangkan Berdasarkan pendapat gabungan dari para
guna strategi penyerapan APBD Pemerintah keyperson menunjukkan bahwa kriteria faktor
Provinsi Jawa Tengah. Langkah selanjutnya regulasi (Nilai bobot 0,434) merupakan kriteria
strategi penyerapan APBD Pemerintah paling penting yang perlu diperhatikan
Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan berikutnya dalamdibandingkan dengan alternatif-alternatif
adalah kriteria faktor perencanaan anggaran lain guna strategi penyerapan APBD Pemerintah
(Nilai bobot 0,386), dan di tempat terakhir Provinsi Jawa Tengah. Secara keseluruhan hasil
merupakan kriteria faktor Sumber Daya analisis AHP dapat dilihat pada tabel 2
Manusia (Nilai bobot 0,181). Nilai inconsistency Berdasarkan tabel 2 maka dapat dibuat
ratio 0,01<0,1 (batas maksimum) yang berarti strategi untuk penyerapan APBD Pemerintah
hasil analisis tersebut dapat diterima. Provinsi Jawa Tengah yaitu: (1) Diadakan
Hasil analisis AHP dari alternatif- sosialisasi mengenai mekanisme pencairan
alternatif secara keseluruhan menunjukkan anggaran yang selama ini kebijakan mengenai
mekanisme pencairan anggaran dari pemerintah

50
Siti Salamah/ Economics Development Analysis Journal 7 (1) (2018)

provinsi atau pemerintah daerah sering atau Pejabat Pelaksana Anggaran (PPA) atau
mengalami perubahan tetapi belum pernah Pejabat Pembuat Komitmen (PPKom) akan
diadakan sosialisasi mengenai mekanisme menyebabkan keterlambatan penerbitan SK
pencairan anggaran yang menyebabkan pejabat pejabat tersebut (6) Adanya komitmen dari
pelaksana anggaran kurang mengetahui cara pejabat pelaksana anggaran disebabkan
mencairkan anggaran (2) Adanya RAB (Rencana seringnya pejabat tersebut berpindah-pindah
Anggaran Biaya) disebabkan karena ada OPD (7) Diadakan pelatihan pembuatan RAB
beberapa OPD yang tidak membuat RAB untuk karena kenyataan bahwa seringnya OPD
melaksanakan kegiatan atau program (3) Adanya melakukan revisi RAB setiap tahunnya dan
kebijakan penyerapan anggaran karena selama pelatihan pembuatan RAB tersebut juga belum
ini tidak ada kebijakan yang mengatur mengenai pernah dilakukan (8) Adanya pelatihan rutin
besaran atau persentase penyerapan anggaran untuk pejabat pelaksana anggaran karena pejabat
setiap bulan/triwulan/kuartal/semester yang pelaksana anggaran memiliki kompetensi,
harus dicapai oleh OPD (4) Adanya KAK pengetahuan, dan keahlian teknis dalam proses
(Kerangka Acuan Kerja) disebabkan masih ada penatausahaan keuangan daerah yang berbeda-
beberapa OPD yang tidak berpedoman pada beda (9) Adanya sanksi bagi pejabat yang tidak
KAK dalam melaksanakan kerjasama menyelesaikan tugas tepat waktu disebabkan
kegiatan/program kerja dengan pihak ketiga (5) banyak pejabat pelaksana anggaran yang sering
Adanya kebijakan yang mengatur penerbitan SK menunda-nunda pekerjaan dan kurang disiplin
karena masih seringnya terjadi keterlambatan dalam menyelesaikan tugasnya.
penetapan Pejabat Pengelola Keuangan (PPK)

Tabel 2. Urutan Alternatif Strategi Penyerapan APBD dari yang Paling Prioritas
Kriteria Program Nilai Bobot Keterangan
Diadakan sosialisasi mengenai mekanisme 0,183 Faktor Regulasi
pencairan anggaran
Adanya RAB (Rencana Anggaran Biaya) 0,162 Faktor Perencanaan Anggaran
Adanya kebijakan penyerapan anggaran 0,150 Faktor Regulasi
Adanya KAK (Kerangka Acuan Kerja) 0,148 Faktor Perencanaan Anggaran
Adanya kebijakan yang mengatur penerbitan 0,123 Faktor Regulasi
SK
Adanya komitmen dari pejabat pelaksana 0,076 Faktor Sumber Daya Manusia
anggaran
Diadakan pelatihan pembuatan RAB 0,064 Faktor Perencanaan Anggaran
Adanya pelatihan rutin untuk pejabat pelaksana 0,052 Faktor Sumber Daya Manusia
anggaran
Adanya sanksi bagi pejabat yang tidak 0,042 Faktor Sumber Daya Manusia
menyelesaikan tugas tepat waktu
Sumber : Data Primer diolah

Tengah yaitu berkaitan dengan faktor


SIMPULAN
perencanaan anggaran, faktor regulasi, dan
Berdasarkan hasil penelitian dan faktor Sumber Daya Manusia (SDM). Strategi
pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: yang diberikan terkait permasalahan pada faktor
(1) faktor-faktor penyebab ketidakmerataan perencanaan anggaran yakni adanya RAB
penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja (Rencana Anggaran Biaya), adanya KAK
Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Jawa (Kerangka Acuan Kerja), dan diadakan pelatihan

51
Siti Salamah/ Economics Development Analysis Journal 7 (1) (2018)

pembuatan RAB. Sedangkan pada faktor l-dana-hibah-kemendagri-minta-masukan-


regulasi adalah adanya kebijakan penyerapan pemprov-jateng/. (diakses tanggal 9 Agustus
2017)
anggaran, diadakan sosialisasi mengenai
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Laporan
mekanisme pencairan anggaran, dan adanya
Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Jawa
kebijakan yang mengatur penerbitan SK.
Tengah Tahun 2012-2016. Jakarta.
Kemudian pada faktor Sumber Daya Manusia Kotera, Go and Keisuke Okada, 2017. How does
(SDM) yaitu adanya pelatihan rutin untuk democratization affect the composition of
pejabat pelaksana anggaran, adanya komitmen government expenditure?. Journal of Economic
dari pejabat pelaksana anggaran, dan adanya Behavior & Organization, Volume 137, Pages
sanksi bagi pejabat yang tidak menyelesaikan 145-159.
tugas tepat waktu (2) Hasil analisis melalui AHP Nicholas, Jean-Pierre and NicolasPelé. 2017.
Measuring trends in household expenditures
maka kriteria faktor regulasi sebagai prioritas
for daily mobility. The case in Lyon, France,
utama yang perlu diperhatikan dalam strategi
between 1995 and 2015. Transport Policy,
penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Volume 59, Pages 82-92
Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Jawa Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun
Tengah. Prioritas selanjutnya adalah kriteria 2016 tentang Pedoman Pemberian Bantuan
faktor perencanaan anggaran dan ditempat Hibah dan Bantuan Sosial (Bansos).
terakhir merupakan faktor Sumber Daya Pujiati, Amin. (2008). Analisis Pertumbuhan
Manusia (SDM). Adapun alternatif program Ekonomi di Karesidenan Semarang Era
guna strategi penyerapan Anggaran Pendapatan Desentralisasi Fiskal. Jurnal Ekonomi
Pembangunan, Volume 13 No. 2. Hlm 61-70
dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah
Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Provinsi Jawa Tengah yaitu diadakan sosialisasi
Rozai, Muhrom A., & Lilik Subagiyo. (2015).
mengenai mekanisme pencairan anggaran
Optimalisasi Penyerapan Anggaran dalam
merupakan alternatif program prioritas pertama. Rangka Pencapaian Kinerja Organisasi (Studi
Selanjutnya yaitu adanya RAB (Rencana Kasus pada Inspektorat Kabupaten Boyolali).
Anggaran Biaya) serta adanya kebijakan Jurnal Manajemen Sumberdaya Manusia,
penyerapan anggaran.. Volume 9 No. 1. Hlm 72-89 Boyolali:
Inspektorat Kabupaten Boyolali.
DAFTAR PUSTAKA Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah..
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah. (2012).
Laporan Realisasi Anggaran Provinsi Jawa
Tengah Tahun 1997-2016. Jawa Tengah.
Badan Kepegawaian Daerah. (2016). Profil PNS
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Tahun
2016. Jawa Tengah.
Baskaran, Thushyanthan, et al,. 2017. Revenue
decentralization, central oversight and the
political budget cycle: Evidence from Israel.
European Journal of Political Economy, Volume
42, March 2016, Pages 1-16
Berita Jateng. (2016). Pemprov Jateng Pilih Hati-Hati
Dalam Penyaluran Hibah dan Bansos.
https://m.beritajateng.net/berita/2016/07/28
/pemprov-jateng-pilih-hati-hati-dalam-
penyaluran-hibah-dan-bansos/. (diakses
tanggal 9 Agustus 2017)
Bisnis. (2015). Soal Dana Hibah, Kemendagri Minta
Masukan Pemprov Jateng.
https://m.bisnis.com/berita/2015/07/27/soa

52

Anda mungkin juga menyukai