ABSTRAK
Kata Kunci : Abstract : Hypertension is a chronic disease incurable but can be controlled.
Hypertension in the elderly increases around the world including indonesia, along
Lansia with aging and the process of degenerative.Urgency screening activities among
Hipertensi elderly needs to be done to detect early hypertension in elderly. This research
Screening aims to describe Screening Hypertension in Elderly. This study uses descriptive
Tekanan Darah analytic, crosssectional approach. Sample of 36 elderly with accidental sampling.
The research instruments used in used a questionnaire screening risk
hypertension and measurement of blood pressure by using sphygnomanometer.
Data analysis used Chi Square statistical test with a significance level of < 0.05.
From the results show respondents at risk of suffering from hypertension were 107
(52.2%) no-risk hypertensive and as many as 98 (47.8) at risk of developing
hypertension. There was no relationship between marital status, age, and sex,
with the risk of hypertension with p value 0.530, 0.434 and 0.508. Hypertension
Screening can be done as early detection to determine the patient's health status
in the elderly.
Abstrak : Hipertensi adalah kondisi penyakit kronis yang tidak dapat
disembuhkan namun dapat dikendalikan. Kejadian hipertensi pada lansia
meningkat di seluruh dunia termasuk Indonesia, seiring dengan bertambahnya
usia dan proses degeneratif. Urgensi kegiatan skrining di kalangan lanjut usia
(lansia) sangat perlu dilakukan untuk mendeteksi secara dini kejadian hipertensi
pada lansia. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran screening
hipertensi pada lansia. Desain penelitian menggunakan deskriptif analitik dengan
pendekatan studi crossectional, yang melibatkan 205 lansia dengan teknik
acidental sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner skrining risiko
hipertensi dan hasil pengukuran tekanan darah dengan menggunakan
sphygnomanometer. Uji statistik Chi Square digunakan untuk menganalisis hasil
dengan taraf signifikasi < 0,05. Hasil penelitian menunjukkan responden yang
berisiko menderita hipertensi sebanyak 107 (52,2%) tidak berisko menderita
hipertensi dan sebanyak 98 (47,8%) berisiko menderita hipertensi. Tidak terdapat
korelasi antara usia, jenis kelamin, status perkawinan dengan risiko terjadinya
hipertensi yang diikuti nilai p value berurutan 0,530, 0,434 dan 0,508. Screening
Hipertensi dapat dilakukan sebagai deteksi dini untuk mengetahui status
kesehatan pasien pada lansia.
journal.umpo.ac.id/index.php/IJHS
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.2, No.2, September 2018, Hal. 84-93
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah kondisi tekanan kesehatan. Hasil penelitian menunjukan
darah tinggi yang abnormal, yaitu kegiatan skrining terbukti efektif dalam
tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg menemukan kasus secara dini dan
dan tekanan darah diastolik di atas 90 menentukan penanganan dan diagnosis
mmHg yang diukur minimal pada tiga lebih lanjut lanjut (Pastakia, et al,2013;
kesempatan waktu yang berbeda Pongwecharak and Tarakamon , 2010).
(Smeltzer and Bare, 2010 ; Corwin, Pada tahun 2003 WHO dan the
2009). Di Indonesia hipertensi me- International Society of Hypertension
nempati urutan nomer tiga penyebab (ISH) mempublikasikan hasil risetnya
kematian setelah penyakit stroke dan bahwa dunia terdapat sekitar enam
tuberkulosis dengan proporsi kematian- ratus juta penderita hipertensi, dari
nya mencapai mencapai 6,7% jumlah tersebut diperkirakan setiap
(Departemen Kesehatan, 2010). tahun, tiga juta meninggal, bahkan
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 diprediksikan 7 dari setiap 10 penderita
mempublikasikan hasil risetnya tentang tersebut tidak memperoleh pengobatan
kejadian hipertensi di Indonesia yang mencukupi (WHO-ISH, 2003).
berdasarkan hasil pengukuran pada Kejadian hipertensi yang
umur ≥ 18 tahun yaitu 25,8%, hasil didasarkan pada hasil pengukuran
cakupan tenaga kesehatan 36,8% dan tekanan darah adalah 32,2%, selanjutnya
sekitar 63,2% kasus hipertensi tidak sekitar 7,8% prevalensi hipertensi
terdiagnosis. Lebih lanjut kejadian didiagnosis berdasarkan riwayat minum
hipertiroid, diabetes melitus, dan obat dan oleh tenaga kesehatan, hasil ini
hipertensi pada laki-laki lebih rendah hanya mewakili sekitar 24,2% dari kasus
dibanding perempuan. Berdasarkan hipertensi di masyarakat. Kondisi ini
laporan rumah sakit dan puskesmas di menjelaskan bahwa sekitar 75,8% kasus
Jawa Tengah, prevalensi kasus hipertensi di Indonesia belum dijangkau
hipertensi pada tahun 2010 yaitu oleh pelayanan kesehatan dan di-
562.117 kasus (64,2%), tahun 2011 diagnosis ( Rahajeng & Tuminah,
adalah 634.860 kasus (72,1%), tahun 2009). Sehingga diperlukan screening
2012 sebanyak 544.771 kasus (67,57%), lebih lanjut.
dan di tahun 2013 sebanyak 497.966 Hasil penelitian di negara lain di
kasus (58,6%) (Dinkes Jateng, 2013). India, juga meyebutkan bahwa
Penyakit ini merupakan kelompok prevalensi hipertensi diperkirakan
penyakit tidak menular dan dimasukan 39,5% (95% CI 35.2 – 49.0), 36,4% dan
dalam kelompok penyakit kronik yang 42,9% di antara pria dan wanita.
tidak dapat disembuhkan. Dampak Prevalensi hipertensi meningkat seiring
negatif yang cukup besar dapat terjadi bertambahnya usia. Dari mereka yang
akibat penyakit tidak menular yang memiliki hipertensi, 28,6% mengetahui
merupakan penyakit kronis. Hipertensi kondisinya; 60,7% dari mereka yang
merupakan penyakit kronis yang tidak menyadari sedang dalam perawatan, dan
dapat disembuhkan tetapi dapat di- 52,9% dibawah perawatan telah
kendalikan. Dampak yang ditimbulkan mengendalikan tekanan darah,
oleh hipertensi ini cukup berat sehingga kesimpulanya hipertensi umum terjadi
membutukan penanganan yang baik pada lansia di daerah kumuh perkotaan.
serta deteksi dini yang tepat oleh tenaga Besarnya kejadian hipertensi dan
85
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.2, No.2, September 2018, Hal. 84-93
86
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.2, No.2, September 2018, Hal. 84-93
prevalensi tinggi baik secara dunia lansia wilayah posyandu yaitu Beji,
maupun nasional, sehingga perlu Kedung Banteng, dan Windu Jaya
dilakukan penatalaksanaan atau terlibat dalam penelitian ini. Penelitian
manajemen penyakit hipertensi secara dilaksanakan bulan Januari sampai
komprehensif. Maret 2015. Variabel penelitian adalah
Pada kelompok masyarakat dengan variabel tunggal yaitu screening /deteksi
usia 45 tahun atau lebih, sangat dini hipertensi dan diabetes melitus pada
direkomendasikan melakukan skrining lansia. Instrumen Penelitian meng-
test terutama untuk mendeteksi dini gunakan instrumen skrining hipertensi
adanya gejala-gejala prediabetes, dari Heryudarini et al (2010) yang berisi
diabetes, dan hipertensi. Adapun pertanyaan-pertanyaan terkait faktor
program skrining hipertensi dapat risiko terjadinya hipertensi dan
dilakukan berdasarkan pedoman JNC dilakukan pengukuran tekanan darah.
(2007) ataupun Depkes. Lanjut usia Analisa data menggunakan distribusi
perlu mendapatkan perhatian dari orang frekuensi dan chi square analisis.
lain dan tenaga kesehatan khususnya,
terkait dengan terpaparnya faktor risiko HASIL DAN PEMBAHASAN
atau kondisi tubuhnya pada suatu 1. Karakteristik Responden
penyakit. Jumlah responden lansia di
Tindakan yang dapat dilakukan wilayah kerja Puskesamas Kedung
adalah dengan skrining dan pencegahan Banteng yang memenuhi kriteria inklusi
terjadinya penyakit hipertensi pada adalah 205 yang berasal dari 3 wilayah
lansia yang mempunyai faktor risiko posyandu. Berikut ini adalah data
tinggi. Tindakan skrining merupakan karakteristik responden yang terdiri dari
salah satu aktifitas dalam pencegahan jenis kelamin, umur, dan status
primer. Penelitian ini bertujuan untuk pernikahannya yang dapat dilihat pada
mengetahui gambaran screening tabel 1 (satu) berikut. Berdasarkan hasil
hipertensi pada lansia di wilayah kerja penelitian jumlah responden total yang
Puskesmas Kedung Banten, Kabupaten berpartisipasi adalah 205 responden
Banyumas. yang terdiri dari usia lansia (88,3%),
lanjut usia (10,2%) dan sangat tua
METODE PENETILIAN (3,5%). Responden laki-laki berjumlah
Merupakan penelitian kuantitatif 40 (19,5%) orang dan perempuan 165
dengan pendekatan cross sectional, (88,5%) orang, dari total 205 responden
teknik sampel menggunakan non 145 (69,3%) berstatus menikah dan 26
probability sampling dengan teknik (30,7%) berstatus janda/duda.
accidental sampling. Sebanyak 2015
87
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.2, No.2, September 2018, Hal. 84-93
Tabel 1.
Karakteristik Responden
Tabel 2
Tabel Risiko Menderita Hipertensi pada Lansia
Risiko Frekuensi (f) Persentase (%)
Tidak berisiko 107 52.2
Berisiko 98 47.8
Total 65 100.0
88
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.2, No.2, September 2018, Hal. 84-93
Tabel 3.
Klasifikasi Tekanan Darah Sitolik
Tabel 4.
Klasifikasi Tekanan Darah Diastolik
89
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.2, No.2, September 2018, Hal. 84-93
Tabel 5.
Hubungan Usia dan Risiko Hipertensi pada Lansia
90
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.2, No.2, September 2018, Hal. 84-93
Tabel 6.
Hubungan Status Perkawinana dan Risiko Hipertensi pada Lansia
Tabel 7.
Hubungan Jenis Kelamin dan Risiko Hipertensi pada Lansia
91
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.2, No.2, September 2018, Hal. 84-93
DAFTAR PUSTAKA
1. Bulpitt, C. J., Rajkumar, C., & 10. Pastakia, S. D., Akwanalo, C. O.,
Beckett, N. (1999). Clinician's Kamano, J. H., Ali, S. M., Ndege, S.
Manual [on] Hypertension and The K., Buckwalter, V. L., ... &
Elderly. Science Press. Bloomfield, G. S. (2013). Screening
2. Corwin, E. J. (2009). Buku Saku for diabetes and hypertension in a
Patofisiologi. EGC. Jakarta. rural low income setting in western
3. Dinkes Provinsi Jawa Tengah. Kenya utilizing home-based and
(2013). Profil Kesehatan Provinsi community based strategies.
Jawa tengah Tahun 2013. Dinas Globalization and health
Kesehatan Jawa Tengah. Semarang. journal, Vol:9 (1), page 21.
4. Departemen Kesehatan. (2006). 11. Peters, R., Pinto, E., Martin-Marero,
Pedoman Teknis Penemuan dan C., & Beckett, N. (2007).
Tatalaksana Hipertensi. DEPKES Hypertension in the very elderly.
RI Aging Health,vol.3 No.4.
5. Departemen Kesehatan. (2010). 12. Pongwecharak, J and Tarakamon T.
http://www.depkes.go.id/pdf.php?i (2010). Screening for pre-
d=180. hypertension and elevated
6. Feng, Y. J., Wang, H. C., Li, Y. C., cardiovascular risk factors in a Thai
& Zhao, W. H. (2015). community pharmacy. Pharm World
Hypertension screening and follow- Sci Vol: 32: page : 329–333
up management by primary health 13. Rahajeng, E., dan Tuminah, S.
care system among Chinese (2009). Prevalensi hipertensi dan
population aged 35 years and determinannya di
above. Biomedical and Indonesia. Majalah Kedokteran
Environmental Sciences,vol: 28(5), Indonesia. Vol: 59 (12), hal: 580 -
page:330-340. 587.
7. Heryudarini Harahap, Yekti 14. Rigaud, A. S., and Forette, B.
Widodo, Sri Muljati, Agus (2001). Hypertension in Older
Triwinarto dan Imam Effendi. Adults. The Journals of
(2010). Pengembangan Alat Gerontology Series A: Biological
Skrining untuk Hipertensi. Gizi Sciences and Medical Sciences.
Indon 2010, 33(2):96-107. Vol: 56(4): page: 217-M225.
8. Khatib, R., Schwalm, J. D., Yusuf, 15. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
S., Haynes, R. B., McKee, M., (2013). Badan Penelitian dan
Khan, M., & Nieuwlaat, R. (2012). Pengembangan Kesehatan
Patient and healthcare provider Kementerian Kesehatan RI Tahun
barriers to hypertension awareness, 2013.
treatment and follow up: a 16. Seow, L. S. E., Chong, S. A., Abdin,
systematic review and meta- E., Vaingankar, J. A., &
analysis of qualitative and Subramaniam, M. (2015).
quantitative studies. PloS one, vol: Hypertension and its associated
9 (1), e84238. risks among Singapore elderly
9. Kuswardhani, R. A. (2006). residential population. Journal of
Penatalaksanaan Hipertensi pada Clinical Gerontology and
lanjut usia. Journal of internal Geriatrics, vol;6(4), page;125-132.
medicine, 7(2). 17. Singh, A. K., Aggarwal, P.,
Krishnan, A., & Gupta, S. K.
92
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.2, No.2, September 2018, Hal. 84-93
93