Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I ......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................4
Landasan Teori..........................................................................................................................4
2.5 Peralihan wujud struktur baja bukan paduan akibat panas .................................................8
2.9 Rangkuman........................................................................................................................20
BAB III....................................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
Materi ini membahas tentang proses perlakuan panas pada baja. Tujuan instruksional khusus
yang ingin dicapai adalah (1) Menjelaskan defenisi dari proses perlakuan panas, (2)
Menyebutkan perubahan struktur baja yang mengalami pemanasan dan pendingin, (3)
Menjelaskan diagram fasa / diagram paduan besi dan baja, (4) Menjelaskan diagram waktu-
suhu dan alih wujud, (5) Menjelaskan jenis-jenis perlakuan panas dan tujuannya.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Perlakuan panas adalah suatu proses pemanasan dan pendinginan logam dalam keadaan
padat untuk mengubah sifat-sifat fisis logam tersebut. Baja dapat dikeraskan sehingga tahan
aus dan kemampuan memotong meningkat, atau baja dapat dilunakkan untuk memudahkan
permesinan lebih lanjut. Melalui perlakuan panas yang tepat, tegangan dalam dapat
dihilangkan, besar butir diperbesar atau diperkecil, ketangguhan ditingkatkan atau dapat
dihasilkan suatu permukaan yang keras di sekeliling inti yang ulet. Untuk memungkinkan
perlakuan panas yang tepat, susunan kimia baja harus diketahui karena perubahan komposisi
kimia, khusunya karbon dapat mengakibatkan perubahan sifat-sifat fisis. Di samping karbon,
baja paduan umumnya mengandung nikel, chromium, mangan, molibden, tungsten, silicon,
vanadium dan tembaga. Karena sifat-sifatnya lebih unggul, baja paduan memiliki kegunaan
yang lebih luas dibandingkan dengan baja karbon biasa. Dalam bab ini akan dibahas dasar-
dasar perlakuan panas baja karbon. Laju pendinginan merupakan faktor pengendali;
pendinginan yang cepat, lebih cepat dari pada pendinginan kritis akan menghasilkan struktur
yang keras, pendinginan yang lambat akan mengghasilkan struktur yang lebih lunak
Struktur semua logam terdiri atas kristal-kristal butiran yang bergandengan kuat satu sama
lain dalam wujud dan ukuran yang berlainan. Kristal-kristal itu terdiri atas bagian-bagian
terkecil suatu unsur atom-atom. Atom besi tersusun di dalam sebuah “kisi ruang” yaitu
sebuah wujud garis ruang yang titik-titik potongnya diduduki atom-atom besi ( gambar 1a).
Kisi ruang ini terdiri atas mata jaringan berbentuk dadu. Dalam hubungan ini ditemukan
perletakan atom menurut tiga jenis.
Pada 911OC, ikatan kisi terpusat ruang menjelma menjadi besi terpusat bidang; Pada
setiap pojok dadu berada sebuah atom dan 6 atom lainnya berada di pertengahan ke-6
bidang bujur sangkar permukaan dadu. Karena sebuah dadu menampung 14 atom,
sedangkan jumlah keseluruhan atom besi tentunya tidak akan bertambah akibat
pemanasan, maka dadu lebih besar dari dadu (gambar 1c).
3. Besi delta (besi ). Pada 1392OC, besi yang terpusat bidang berubah wujud
kembali menjadi besi terpusat ruang yang disebut besi (gambar 1d). Besi berbeda
dari besi dalam jarak atomnya yang lebih besar.
Jika besi diberi panas, maka suhu akan naik. Pada penyaluran panas yang sama per satuan
waktu, tinggi suhu akan bergantung pada lama penyaluran panas. Kebergantungan ini dapat
ditampilkan secara lukisan dalam bentuk diagram (gambar 2).
Gambar 2.2 Titik perhentian pada pemanasan dan pendinginan besi murni.
Titik penghentian Ac2 pada 768 OC; Titik magnet, besi menjadi tidak megnetis (besi ).
Titik penghentian Ac3 pada 911 OC; Besi menjadi besi . Titik penghentian Ac4 pada 1392
OC; Besi menjadi besi . Titik penghentian 1536 OC ; Besi padat menjadi cair (panas
peleburan). Di dalam garis liku suhu dapat diamati jenjang pada suhu tertentu yang
dinamakan titik hentian, yaitu tempat berdaulatnya suhu yang tetap sama walaupun
berlangsung penyaluran panas. Pada pendinginan besi, garis liku temperatur membentuk
lintasan yang hampir sama; walaupun berlangsung pengeluaran panas pada titik penghentian,
tetapi suhu tetap sama sesaat, karena pada peralihan wujud dibebaskan panas. Karena besi
yang kimiawi murni baru meleleh pada 1536 OC, peralihan wujud berlangsung di bawah
suhu ini dalam keadaan padat.
Baja yang memperoleh sifatnya seperti kekerasan, kekuatan, dan kesudian regang terutama
berkat zat arang, disebut tidak dipadu (bukan paduan). Tidak hanya intensitas zat arang,
melainkan juga cara mengadakan ikatan dengan besi mempengaruhi sifat baja. Di dalam baja
yang didinginkan sangat lambat menuju suhu ruangan (keadaan baja pada waktu pengiriman
dari pabrik baja) dibedakan 3 bentuk utama kristal ;
a) Ferrit, kristal besi murni (ferrum = Fe). Mereka terletak rapat saling mendekap. Tidak
teratur, baik bentuk maupun besarnya. Ferrit merupakan bagian baja yang paling
lunak. Ferrit murni tidak akan cocok andaikata digunakan sebagai bahan untuk benda
kerja yang menampung beban karena kekuatannya kecil (gambar 3a).
b) Karbida besi (Fe3C). suatu senyawa kimia antara besi (fe) dengan zat arang (C).
Sebagai unsur struktur tersendiri, ia dinamakan sementit dan mengandung 7,6% zat
arang (C). Rumus kimia Fe3C menyatakan bahwa senantiasa ada 3 atom besi yang
menyelenggarakan ikatan dengan sebuah atom zat arang (C) menjadi sebuah melekul
karbida besi. Dengan meningkatnya kandungan C, maka memperbesar pula
kandungan sementit (gambar 3). Sementit dalam baja, merupakan unsure yang paling
keras (Fe3C 270 kali lebih keras dari besi murni). Zat arang bebas hanya terdapat
dalam besi tuang (grafit).
a).ferrit …0,0%C; b).ferrit + perlit …0,10%C; c).ferrit + perlit …0,06%C; d).ferrit + perlit
…0,45%C; e).ferrit + perlit …0,60%C; f).perlit lamillar …0,85%C; g).perlit + sementit
…1,1%C; h).perlit + sementit …1,5%C.
c) Perlit, kelompok campuran erat antara ferrit dan sementit dengan kandungan zat
arang seluruhnya sebesar 0,8%. Dalam struktur perlitis, semua kristal ferrit dirasuki
serpih sementit halus yang memperoleh penempatan saling berdampingan dalam
lapisan tipis mirip lamel. Tampak pengasahan perlit menunjukkan jalur hitam (Fe)
dan terang (Fe3C) dengan kilapan mirip mutiara, dari asal penyebutan perlit (gambar
3f).
Menurut kadar kandungan zat arang dibedakan tiga kelompok utama baja bukan
paduan ;
a) Baja dengan kandungan karbon 0,8% (baja bawah eutektoid), himpunan ferrit
dan perlit (bawah perlitis).
b) Baja dengan 0,8%C (baja eutektoid atau perlitis), terdiri atas perlit murni.
c) Baja dengan kandungan karbon 0,8% (baja atas eutektoid), himpunan perlit dan
sementit (atas perlitis)
Zat arang yang kadarnya melampaui 0,8% mengendap sebagai karbid besi terang
membentuk kulit pada batas butiran kulit perlitis yang lebih gelap dan
menyelebunginya menyerupai jaringan (sementit sekunder). Baja demikian
mempunyai sifat keras dan berbutir kasar. Jika kandungan C melampaui 2,06%, maka
kulit karbid tidak menjadi lebih tebal, melainkan karbid besi yang berlebih
membentuk butir karbid keras berbentuk bola (ledeburit) yang tersebar tidak beraturan
dalam struktur dasar (ikatan besi zat arang ledeburit). Ikatan besi-zat arang ini
kehilangan kesudian 9-6 tempanya karena butir karbid yang keras itu tidak larut
hingga titik lebur. Mulai 2,06% C terbentuk besi tuang
bagaimana halnya pada pemanasan dan pendinginan besi murni, muncul juga pada baja titik
perhentian yaitu tempat tetap samanya suhu sesaat walaupun ada pemasukan atau
pengeluaran panas. (gambar 2.6).
Gambar 2.6. Diagram besi zat arang seluruhnya dengan titik perhentian pada pemanasan dan
pendinginan lambat laun.
Ac2…Titik magnet, terletak antara 0…0,5% kandungan C pada 768O C (menurut garis
OSK). Di sini baja menjadi tidak magnetis.
Ac3…Titik austenit, terletak sepanjang garis GSE dan bergantung pada kadar kandungan C.
Penjelmaan menjadi kristal gamma berlangsung di sini tanpa sisa dan struktur terdiri
seluruhnya atas austenit. 9-9 Titik perhentian pada pendinginan lambat laun ditandai dengan
Ar1, Ar2,
Ar3. Titik perhentian pada Ac1 dan Ac3 memegang peranan dalam pengerasan karena titik-
titik ini menunjukan saat peralihan wujud struktur (bentuk kisi) dan dengan demikian
merupakan suhu pengejutan yang paling optimal. Titik perhentian selanjutnya pada suhu
yang lebih tinggi namun untuk pengerasan tidak memainkan peranan, muncul pada
pembentukan besi delta
(Ac4) dan selama proses peleburan. Titik lebur menurun dengan naiknya kandungan C dari
1536O C (besi murni hingga 1147O C (baja dengan 2,06% kandungan C).
Untuk perlakuan panas yang praktis terhadap baja diperlukan suatu kecepatan penyejukan
tertentu demi terbentuknya struktur yang dikehendaki. Kaitan seperti ini dapat dilukiskan
oleh diagram waktu-suhu-alih wujud (gambar 2.7). Diagram ini memiliki skala suhu tegak
dan waktu mendatar.
Gambar 2.7. Diagram alih wujud (garis liku S) suatu baja zat arang dengan kadar
kandungan C sebesar 0,9%.
C. Hardening
Tujuan: Merubah struktur baja sedemikian rupa sehingga diperoleh struktur martensit
yang keras.
Proses: Baja dipanaskan sampai suhu tertentu antara 770—830OC (tergantung dari kadar
karbon) kemudian ditahan pada suhu tersebut, beberapa saat, kemudian didi
nginkan secara mendadak dengan mencelupkan dalam air, oli atau media
pendingin yang lain.
Dengan pendinginan yang mendadak, tak ada waktu yang cukup bagi austenit
untuk berubah menjadi perlit dan ferit atau perlit dan sementit. Pendinginan yang
cepat menyebabkan austenit berubah menjadi martensit.
Hasil; Kekerasan tinggi, kakenyalan (ductility) rendah.