Anda di halaman 1dari 18

Pengaruh unsur paduan terhadap bahan berbasis Ferro

0
http://catatanabimanyu.wordpress.com/2011/05/07/pengaruh-beberapa-unsur-paduan-dalam-
baja/

Paduan besi-karbon, setelah proses-proses metalurgi yang membentuknya, selain unsur


karbon sebagai paduan utama, masih mengandung berbagai unsur yang masing-masing
memiliki pengaruh terhadap struktur mikronya, Pengaruh-pengaruh tersebut dapat saling
menguatkan maupun melemahkan.

Secara umum unsur-unsur tersebut adalah Silikon (Si), Mangan (Mn), Fosfor (P), Sulfur (S),
Nitrogen (N2), Tembaga (Cu), Nikel (Ni), Chrom (Cr), Oksigen (O2), Aluminium (Al),
Hidrogen (H2) dan unsur lainnya dalam jumlah sangat sedikit  serta senyawa-senyawa bukan
logam lainnya baik berwujud sulfida, oksida maupun silikat.

Unsur-unsur tersebut baru akan memberikan manfaat terhadap kualitas paduan besi-karbon
bila terpadu dalam suatu komposisi yang harmonis serta penyebaran yang merata. Unsur-
unsur inilah yang bertanggung jawab atas perbedaan kualitas paduan besi-karbon yang sama
namun melalui proses yang berbeda, misalnya pengecoran, hot/cold working proses,
heattreatment dan sebagainya.

Berikut ini akan disampaikan pengaruh masing-masing unsur tersebut terhadap paduan besi-
karbon baik secara sendiri-sendiri ataupun sebagai senyawa dengan unsur lainnya, sehingga
akan diperoleh suatu gambaran umum tentang bahan berbasis besi (paduan besi-karbon) baik
dalam lingkup baja baupun besi cor.

Pengaruh Silikon (Si)

Pada proses peleburan baja, Silikon (Si) biasanya berasal dari lining tanur, terutama tanur
asam dan terak sebagai hasil reduksi SiO2 yang terkandung didalamnya. Namun demikian Si
dalam bentuk Ferosilikon (FeSi) digunakan pula sebagai media deoksidasi dan reduksi besi
oksida (FeO) kembali menjadi Fe dan sisanya terak SiO2.

Kandungan Si sebesar 0,2 – 0,5% berguna sebagai unsur paduan yang mengakibatkan
peleburan baja menjadi tenang (tidak bergejolak). Sedangkan kandungan Si = 0,1% akan
menyebabkan proses peleburan baja masih cukup bergejolak. Proses peleburan baja akan
sangat bergejolak bila kandungan Si dibawah 0,02%, kecuali kedalamnya dipadukan unsur
lain yang juga berfungsi sebagai deoksidator seperti Aluminium ataupun Titanium.

Kemampuan besi α (ferit) dalam melarutkan Si sangat tinggi dan pada temperatur kamar
masih sebesar 14%. Oleh karena itulah pada struktur baja karbon polos dengan kandungan Si
dibawah 0,5% tidak ditemukan fasa-fasa selain yang terkandung dalam baja pada umumnya.
Si dalam jumlah kecil akan larut sempurna didalam kristal campuran α-silikon (silikoferit).

Pada baja karbon sebagian dari Si juga akan membentuk karbida (silikonkarbid), sehingga
secara umum bila dibandingkan dengan unsur karbon, Si hampir tidak memiliki pengaruh
terhadap perubahan struktur baja.
Si memiliki afinitas yang sangat tinggi terhadap O2. Reaksi-reaksi yang terjadi selama proses
peleburan menjadi senyawa SiO2 akan bereaksi dengan oksida-oksida lain menjadi berbagai
jenis silikat, seperti (FeO)2.SiO2, (MnO)2.SiO2, MnO.SiO2, (MnO)2.FeO.SiO2 dan
3Al2O3.2SiO2. Senyawa-senyawa silikat inilah yang menyebabkan baja dengan kandungan
silikon tinggi akan berserabut ketika mengalami deformasi plastis.

Si akan menurunkan titik lebur baja secara drastis dengan temperatur interfal liquidus –
solidus sangat kecil sehingga segregasi Si tidak sempat terjadi. Namun demikian pada
kandungan 2%, Si akan menyebabkan terjadinya zona peralihan kristal
(transkristalisationszona) pada coran masif.

Si termasuk dalam golongan unsur yang mengecilkan daerah γ (austenint)  pada sistim besi-
karbon sedemikian rupa sehingga pada kandungan Si lebih dari 3,5% akan memiliki struktur
feritik sejak mulai beku hingga temperatur kamar. Pengecilan daerah γ ini juga akan
menaikkan temperatur transformasinya dimana untuk setiap 1% Si akan menaikkan
temperatur transformasi γ sebesar 50 oC, hal mana akan berakibat terhadap pertumbuhan
butiran yang kasar pada proses anil, rekristalisasi dan pengerasan.

Pada baja dengan kandungan Si tinggi, atom-atom yang menyusun unit sel akan tertata secara
merata dan membentuk struktur jenuh yang memiliki karakteristik seragam. Tatanan ini akan
meningkatkan sifat hantar listrik serta sekaligus juga tingkat kerapuhan bahan sehingga
proses pengerjaan dingin hanya mungkin dilakukan terhadap baja dengan kandungan Si
maksimum 3%, bahkan pada kandungan Si lebih dari 7%, proses pengerjaan panaspun hanya
dapat dilakukan dengan hasil yang buruk. Pada kandungan Si diatas 10%, paduan sudah
kehilangan kemampuan bentuknya.

Pengaruh umum dari unsur Si terhadap paduan besi karbon dapat dilihat pada gambar.
Dengan adanya Si ini maka baik titik eutektoid maupun eutektik akan bergeser kearah
kandungan C yang lebih rendah.

Pembentukan struktur baja akibat unsur Si

Si merupakan unsur yang akan menurunkan kelarutan C didalam ferit serta mengurangi
tingkat stabilitas dari sementit sehingga pada proses anil akan mudah terurai menjadi Fe dan
C dalam bentuk grafit, khususnya pada kandungan Si yang cukup tinggi. Sebagai contoh, baja
dengan kandungan C=0,8% dan Si=2% sudah akan menampakan struktur patahan berwarna
kehitaman. Mudahnya penguraian C ini juga akan berdampak terhadap kecenderungan
dekarburisasi pada permukaan produk.

Terhadap kekuatan tarik dan batas pemuluran, setiap 1% Si akan mampu meningkatkan
hingga 100 N/mm2 tanpa pengaruh berarti terhadap kekerasan dan elongasinya. Elongasi baru
akan berkurang cukup banyak pada kandungan Si lebih besar dari 2,2%. Sedangkan
kekerasan dan ketahanan gesek yang lebih baik baru akan tampak setelah melalui proses
pengerasan.

Pengaruh teknis penting lainnya dari unsur ini adalah meningkatnya sifat tahanan listrik
spesifik. Dibandingkan dengan baja biasa yang memiliki tahanan listrik spesifik 0,1 W mm2
m-1, dengan penambahan Si sebesar 4% akan meningkat menjadi 0,6 W mm2 m-1. Sehingga
sebagai bahan dasar pada trafo, kerugian enerji akibat arus putar dapat dikurangi secara
signifikan.
Pengaruh Belerang (S)

Besi (Fe) dan Belerang (S) akan membentuk senyawa FeS (besisulfida). Antara besi dengan
besisulfit terbentuk eutektikum pada kandungan S 30,5% serta temperatur 985 oC. Besi δ
pada temperatur 1365 oC, mampu melarutkan S sebesar 0,17%, sedangkan besi γ sebesar
0,07%. Masih dipertanyakan apakah besi α juga mampu melarutkan unsur S ini. Yang pasti
adalah bahwa besi α memiliki kemampuan yang sangat rendah dalam melarutkan S.

Diagram biner Fe-S

Namun demikian, berbeda dengan unsur-unsur pendamping besi lainnya, walaupun S pada
kandungan yang sangat sedikit justru akan membetuk fasa-fasa dengan karakteristik tertentu
dalam ikiatannya dengan unsur Si, Mn dan P disamping senyawa FeS. Fasa-fasa ini berupa
bercak-bercak kotoran non logam yang telah dapat dikenali pada sampel poles yang belum
dietsa.

Berdasarkan diagram biner Fe–S seharusnya pada kandungan S yang rendah, eutektikum Fe
+ FeS yang memiliki titik cair rendah sudah akan ditemukan pada batas-batas butiran kristal
besi. Namun, karena terjadi penguraian eutektikum, hal tersebut tidak terjadi. Besi yang
terdapat didalam eutektikum terkristalisasi pada kristal-kristal besi primer, sedangkan besi
sulfida yang tertinggal kemudian terbentuk sebagai lapisan-lapisan yang agak tebal pada
batas-batas butiran.

Besisulfida pada batas butiran Kristal besi (Non Etsa)

Mangansulfida ( MnS ) pada baja cor

Hal ini mengakibatkan besi pada temperatur tempa menjadi rapuh, sehingga menurun
kemampuan tempanya. Hal ini disebabkan karena fasa yang memiliki titik lebur rendah dan
terdapat pada batas-batas butiran akan segera mencair, sehingga antara setiap butiran kristal
tidak terdapat lagi kristal-kristal padat yang menjadi media ikatannya.

Sebagian besar baja hanya memiliki kandungan S sangat rendah. Maksimum sampai 0,06%.
Walaupun pada temperatur 985 oC belum terdapat eutektikum (Fe–FeS) cair, namun bahaya
terjadinya kerapuhan tetap harus diwaspadai, terutama bila baja hanya mengandung unsur Mn
yang sangat rendah.

Unsur Mn dalam baja dapat mengurangi risiko terjadinya perapuhan panas, karena Mn akan
bersenyawa dengan S menjadi mangansulfida (MnS) yang memiliki titik lebur 1610 oC dan
terbentuk primer bahkan pada baja cair. Dibawah mikroskop MnS tampak sebagai pulau-
pulau berwarna biru kelabu (gambar 15) diantara matriks baja. Bentuk-bentuk seperti ini
merupakan bentuk khas dari kristal-kristal yang terbentuk secara primer, dimana
pembentukannya dipengaruhi oleh tegangan permukaan cairan. MnS ini tersebar didalam
struktur baja dan juga besi cor tanpa memberikan pengaruh terhadap sifat-sifat mekaniknya.

Berbeda dengan pada umumnya pengotor non logam didalam baja, seperti silikat dan
alumina, maka sulfida baik pada waktu dingin maupun panas, memiliki plastisitas yang baik.
Sulfida-sulfida ini tidak menjadi hancur akibat deformasi plastis terhadap material, namun
akan menjadi pipih dan memanjang serta akan kembeli kebentuk-bentuk bulat setelah baja
mengalami proses pemanasan yang disertai pendinginan sangat lambat.
Belerang (S) sebagaimana fosfor (P) memiliki kecenderungan untuk segregasi sebagai
segregasi blok maupun gas. Hal ini akan terjadi terutama apabila proses peleburan khususnya
baja dilakukan secara tidak cermat serta terjadi banyak sekali gejolak. Dengan demikian
unsur ini juga dimasukan dalam golongan unsur yang tidak dikehendaki. Mn (0,5% – 0,9%)
merupakan unsur yang ditambahkan untuk mencegah efek buruk yang disebabkan oleh S.

Pengaruh Fosfor (P)

Besi dengan fosfor akan membentuk senyawa fosfid Fe3P dan Fe2P. Antara Fe3P dengan besi
a akan membentuk eutektikum pada temperatur 1050 oC dan  kandungan P 10,5%. Paduan
Besi – Fosfor membeku secara stabil walaupun pendinginan dilakukan dengan cepat. Pada
pendinginan yang lambat (sekitar 50 K/menit) akan terbentuk Fe2P yang tidak stabil dan
membentuk eutektikum pada temperatur 945 oC dan kandungan P = 12,5%.

Diagram biner Fe-P

P termasuk dalam golongan unsur paduan yang mempersempit daerah γ paduan besi-fosfor.
Pada kandungan P = 0,6%, struktur paduan besi-fosfor yang bebas karbon sudah akan feritis
penuh.

Pada paduan baja-karbon, kandungan P umumnya adalah 0,06%. Hanya pada beberapa baja
khusus saja yang memiliki kandungan P sampai 0,3%. Karena pada temperatur kamar P dapat
larut sampai 0,6% didalam besi α, maka sampai dengan kandungan ini tidak akan
menghasilkan fasa-fasa khusus didalam baja. Terutama karena Fe3P tidak terbentuk didalam
baja (tidak seperti pada besi cor).

Perlu diperhatikan, bahwa karena perbedaan temperatur yang besar antara likuidus dan
solidus, juga karena lambatnya kecepatan difusi P kedalam besi, maka kristal campuran γ
(austenit) akan memiliki kecenderungan yang kuat untuk terjadinya segregasi kristal.

Dendrit-dendrit γ yang terbentuk pada awal proses kristalisasi akan memiliki kandungan P
jauh lebih sedikit dari kristal γ yang terbentuk dari sisa cairan, dimana disini terjadi
pengayaan kandungan P. Perbedaan kandungan P pada struktur kristal ini tidak dapat diubah
dengan mudah baik pada proses pengerjaan panas maupun pada saat perlakuan panas biasa
terhadap baja. Segregasi P ini baru dapat dihomogenkan melalui suatu proses pemanasan
yang lama dan mahal pada temperatur yang sangat sedikit dibawah temperatur solidusnya
(diffusions heattreatment). Untuk mencegah segregasi ini, maka stu-satunya cara yang
dianjurkan adalah dengan mengendalikan kandungan P didalam baja serendah-rendahnya.

Disamping segregasi P secara primer tersebut diatas, terdapat kemungkinan terjadinya


segregasi P secara sekunder, dimana pada saat pendinginan, ferrit yang terbentuk dari austenit
memiliki kemampuan melarutkan P lebih tinggi dari austenit. Sehubungan dengan kecepatan
larut P yang sangat rendah dan temperatur pembentukan α yang juga lebih rendah, maka
segregasi P ini tidak dapat dihindari. Maka pada struktur, kristal-kristal α akan memiliki
kandungan P yang berbeda-beda.

Segregasi P primer juga akan berpengaruh terhadap pembentukan struktur perlit-ferit.


Kelarutan C didalam austenit akan menurun akibat adanya P. Apabila segregasi P ini terjadi
pada kristal campuran γ (austenit), maka atom-atom C akan terdesak dan menumpuk pada
bagian kristal yang miskin P, sehingga sudah sejak fasa austenit dan pada temperatur tinggi
dapat terjadi pembentukan struktur karbon.

Pada proses pendinginan, kristal α (ferit) akan terbentuk pada struktur yang miskin C yang
notabene kaya akan P. Pada saat yang sama perlit terbentuk pula pada bagian struktur yang
kaya dengan unsur C yang miskin P. Akibatnya akan terjadi inhomogenitas struktur perlit-
ferrit yang hanya dapat dihilangkan melalui peningkatan temperatur proses normalisasi.

Hal lain yang sangat perlu diperhatikan adalah kemungkinan akan terjadinya segregasi
rongga gas pada produk baja. Proses pendinginan baja cair akan selalu terjadi pelepasan gas
dalam bentuk rongga-rongga yang mengapung kepermukaan atas. Pergerakan rongga gas ini
semakin melambat bersama  dengan turunnya temperatur cairan sehingga lambat-laun akan
tinggal diam didalam cairan yang semakin kental. Pada saat ini, tekanan udara didalam
rongga-rongga gas juka akan ikut menurun dan bergerak kearah sisa cairan yang kaya dengan
kandungan P (dan S) serta berkumpul menjadi koloni rongga-rongga gas didaerah ini.

Rongga gas di dalam produk bantalan dari bahan baja

Atas: Tanpa etsa. Dengan metode Oberhoffer. Segregasi P terlihat berwarna terang.

SeSegregasi gas pada produk tempa dari baja 40Mn5

Etsa: Oberhoffer.

Segregasi P pada baja-baja teknik sangat dihindari mengingat inhomogenitas struktur yang
disebabkannya, dimana hal ini juga akan mengakibatkan perbedaan kekerasan, kekuatan
maupun keuletan. Perbedaan kekuatan dan keuletan pada struktur mikro akan menimbulkan
tegangan dalam yang besar yang akhirnya mengakibatkan terjadinya keretakan.

Retakan pada bagian produk baja tempa 37MnSi5

P juga menjadi penyebab perapuhan baja pada keadaan dingin yang ditunjukkan dengan
peningkatan kekuatan namun dengan demikian menurunkan mampu takiknya sebagaimana
ditunjukkan pada tabel berikut:

Baja dengan σs [N/mm2] σs [N/mm2] HB d [%] Impack [J/cm2]


0% P 280 340 100 30 340
0,2% P 360 410 125 30 200
0,4% P 440 480 155 25 0

Penurunan harga impak akibat pengaruh kandungan P pada Baja

Kandungan P tinggi (sampai dengan 0,6%) didalam baja hanya dilakukan pada kasus-kasus
tertentu saja khususnya pada produk-produk tipis, sebab P meningkatkan fluiditas cairan
sehingga mampu alirnya meningkat cukup tinggi.

Pengaruh Mangan (Mn)
Baja karbon polos dapat mengandung unsur mangan (Mn) sampai dengan 0,8%, yang sengaja
dibubuhkan kedalam cairan untuk tujuan deoksidasi dan khususnya sebagai pengikat unsur
belerang (S).

Pada temperatur kamar, besi α mampu melarutkan unsur Mn sampai dengan 10%, dengan
demikan kandungan Mn yang kecil tidak akan memunculkan fasa-fasa yang khusus pada
struktur mikro baja karbon polos, kecuali mangansulfida (MnS). Oleh karenanya, kandungan
mangan pada baja karbon polos tidak dapat diperkirakan jumlahnya melalui gambar struktur
mikronya.

Sebagian dari mangan akan bersenyawa dengan sementit dan membentuk karbida
besimangan (Fe, Mn)3C yang pada proses pemanasan akan sangat cepat terurai kedalam
austenit (γ) sehingga kristal campuran γ akan memuai tanpa dapat dicegah. Baja dengan
kandungan Mn lebih tinggi akan sangat sensitip terhadap perlakuan pemanasan serta
cenderung memiliki butiran-butiran yang kasar.

Suatu karakter khas dari baja paduan Mn tinggi adalah strukturnya yang berserat.
Perbandingan hasil uji takik antara potongan memanjang dengan melintang dapat sampai 5 :
1. Serat-serat ini terjadi karena Mn memiliki kemampuan reaksi yang tinggi dengan berbagai
unsur nonmetalik menjadi MnO, MnS, MnO.SiO2 dan (MnO)2.SiO2 yang terbentuk sebagai
serat-serat memanjang.

Juga akibat dari persenyawaannya dengan unsur belerang (S) menjadi mangansulfid (MnS)
yang memiliki temperatur lebur tinggi, baja dengan kandungan Mn tinggi tidak mudah patah
pada temperatur tinggi. Perbandingan kandungan Mn dengan S yang ideal menurut Pigott
adalah sebagai berikut:

CMn = 0,3 + 1,72 . CS

Dimana:

CMn = Kandungan mangan.

CS = Kandungan belerang.

Contoh adalah, suatu baja dengan kandungan S = 0,06%, bila didalamnya terdapat pula Mn =
0,4%, maka bahan tersebut memiliki ketahanan cukup terhadap takikan panas.

Pengaruh Beberapa Unsur Paduan dalam Baja


07 Mei
http://catatanabimanyu.wordpress.com/2011/05/07/pengaruh-beberapa-unsur-paduan-dalam-
baja/

1.    #   Silisium (Si)


-          Meningkatkan : Kekuatan, kekerasan, kemampuan diperkeras, tahan aus,
ketahanan terhadap panas dan korosi.

-          Menurunkan : Regangan, kemampuan ditempa dan di las.

2.      #  Mangan (Mn)

-          Meningkatkan  : Kekuatan, kekerasan, kemampuan ditemper, ketahanan terhadap


aus.

-          Menurunkan : Kemampuan dikerjakan dengan mesin-mesin perkakas.

1.       # Krom (cr)

-          Meningkatkan: Kekerasan, kekuatan, ketahanan aus, kemampuan diperkeras,


ketahanan panas, kerak, karat dan asam, kemudahan dipoles.

-          Menurunkan : Regangan

2.       # Nikel (Ni) —> Baja dengan paduan ini dapat dimagnetasikan. (magnet permanen : 15-28%
Ni)

-          Meningkatkan : Keuletan, kekuatan, ketahanan karat, tahanan listrik.

-          Menurunkan : Kecepatan pendinginan dan regangan panas.

1.       # Molibdenum (Mo)—> Biasanya dipadu dengan baja dalam ikatan bersama-sama Cr, Ni
dan V.

-          Meningkatkan : Kekuatan tarik, ketahanan panas, batas lelah.

-          Menurunkan : Regangan

2.       # Vanadium (V) —> Mempunyai dampak mirip Mo dalam baja, namun tanpa mengurangi
regangan

-          Meningkatkan : Kekuatan, keuletan, ketahanan lelah

-          Menurunkan : Kepekaan terhadap sengatan panas yang melewati batas pada
perlakuan panas

3.       # Wolfram (W) —> titik lebur tinggi sehingga digunakan untuk kawat pijar

-          Meningkatkan : Kekerasan, kekuatan pada suhu tinggi

-          Menurunkan : Regangan

4.       # Kobalt(Co) —> magnet permanen mengandung unsur ini juga


-          Meningkatkan : Kekerasan, ketahanan aus, ketahanan karat dan panas, daya
hantar listrik.

5.       # Titanium ( Ti )

-          Tahan sampai suhu 400° C, oleh karena itu digunakan untuk paduan kawat las

6.       # Tantalum (Ta)

-          Sangat tahan karat ( hanya diserang oleh asam flour). Baja krom anti karat
menjadi dapat dilas baik dengan Ta. Titik lebur 3150°C

PENGARUH UNSUR PADUAN TERHADAP BAJA

PENGARUH UNSUR PADUAN TERHADAP BAJA

Unsur paduan pada baja sangat berpengaruh terhadap nilai

kekerasan,keuletan serta kelelahan suatu baja

Unsur Utama penyusun baja adalah Carbon (C)


Karbon merupakan unsur 'pengeras utama' pada baja. Jika kadar Carbon
ditingkatkan maka akan meningkatkan kekuatannya akan tetapi nilai impact baja
tersebut akan menurun.
Ada 3 jenis pembagian baja : Baja Construksi (kandungan Karbon antara 0,1-
0,6%), baja karbon perkakas (0,5-1,4%), baja Case hardening (0,005- 0,25%).

Mangan juga sangat berperan dalam meningkatkan

kekuatan dan kekerasan suatu logam baja,

menurunkan laju pendinginan sehingga mampu meningkatkan

mampu keras baja dan kekuatan terhadap tahanan abrasi.

Hal ini dikarenakan mampu mengikat belerang yang mampu

memperkecil terbentuknya sulfida besi yang bisa menyebabkab

abrasi (HOT-Shortness)

dapat diminimalkan.Mangan banyak dipakai untukkontruksi rel kereta api.


Silikon mampu menaikkan kekerasan dan elastisitas

akan tetapi menurunkan kekutan tarik dan keuletan dari baja

(baja pegas dan material tahan asap di perusahaan petro kimia

banyak menggunakan jenis baja ini).


Cromium (Cr) didalam Baja cromium ini dapat digunakan untuk meningkatkan

mampu las dan mampu panas baja. Kekuatan tarik,

ketangguhan serta ketahanan


terhadap abrasi juga bisa meningkat. Bisa juga meningkatkan Harden Ability
material

jika mencapai kandungan 50%.


Nikel (Ni) nikel sangat penting untuk kekuatan dan ketangguhan dalam baja

dengan cara mempengaaruhi proses tranformasi fasanya.

Jika Ni banyak maka austenit akan stabil hingga mencapai temperatur kamar.
Molibden (Mo) Meningkatkan kadar kekerasan,ketangguhan,

keuletan,ketahanan baja terhadap temperatur yang tinggi. Mo juga bisa


menurunkan temper

embritment.
Wolfram (Wo) Senyawa ini akan membentuk senyawa Carbidda di dalam
material.

Sehingga akan menyebabkan material menjadi lebih kuat,

tahan abrasi serta memperlambat pertumbuhan butir di dalam kawasan HAZ


Vanadiun (Va) Memeberikan pengaruh positf terhadap kekuatan tarik,

kekuatan dan kekerasan pada tmperatur tinggi seta meningkatkan batas mulur
juga.

Baja Tahan Karat (Stainless Steel)

Baja tahan karat dapat diartikan sebagai material yang sebagian besar
mengandung

besi dan sedikitnya mengandung 11% kromium. [3] Penambahan kromium ini

bertujuan untuk membentuk lapisan krom oksida yang berfungsi sebagai lapisan
pasif

unsur paduan lain yang sering ditambahkan adalah nikel, molibdenum, mangan,

tembaga, titanium, aluminium, silikon, sulfur, niobium, nitrogen dan selenium.

Untuk jenis dan tipe baja tahan karat

sesuai dengan penambahan dan


pengurangan paduan.

Baja tahan karat

terbagi menjadi bebera

kelompok berdasarkan mikrostrukturnya yaitu:

1. Baja tahan karat feritik.

2. Baja tahan karat austenitik

3. Baja tahan karat martensitik

4. Baja tahan karat dupleks

5. Baja tahan karat dengan pengerasan

presipitasi

Coran Baja Tahan Karat (Cast

Stainless Steel)

Merupakan stainless steel yang dibuat

dengan proses pengecoran (foundry), lebih

umum dikenal sebagai coran tahan karat

yang telah berkembang pesat dalam

teknologi dan keperluan komersial selama

40 tahun terakhir. Aplikasi utama baja ini

adalah sebagai material konstruksi untuk

proses kimia dan peralatan pembangkit

tenaga yang termasuk operasi korosi dalam

lingkungan cairan atau larutan-uap pada

temperatur biasanya dibawah 315 °C (600


°F). Paduan ini juga dapat digunakan dalam

operasi khusus pada temperatur sampai 650

°C (1200 °F)

[3]

Kemampuan operasi coran baja tahan

karat sangat bergantung pada

ketidakhadiran karbon, dan khususnya

endapan karbida, dalam struktur mikro

paduan. Namun, coran paduan tahan karat

umumnya mempunyai kadar karbon rendah

(<>

coran baja tahan karat dibanding dengan

baja tahan karat tempa (wrought stainless

steel) adalah dapat membuat produk dengan

kadar karbon yang tinggi, untuk

mendapatkan ketahanan aus yang tinggi.

Sedangkan wrought stainless steel tidak

bisa, karena produknya adalah benda

setengah jadi yang harus menjalani proses

metalurgi seperti: pengelasan, cold forming,

machining dan lain sebagainya.

Baja Tahan Karat Austenitik


Baja tahan karat austenitik adalah baja

tahan karat yang pada temperatur kamar

berfasa austenit. Baja jenis mi mengandung

6-25 % Cr ditambah Ni, Mn, atau N. Unsur-

unsur tersebut merupakan unsur terpenting

yang dapat membuat baja tahan karat ini

berfasa austenit pada temperatur kamar.

Material ini memiliki struktur kristal FCC

(face centered cubic). Struktur ini diperoleh

dengan adanya penambahan unsur paduan

yang mampu menstabilkan fasa austenit

pada beberapa kondisi temperatur

kriogenik. Oleh karena memiliki fasa

tunggal maka baja tahan karat austemtik

hanya dapat ditingkatkan kekuatannya

melalui solid solution alloying atau dengán

work hardening.

Karena struktur FCC yang dimiliki oleh

austenit, maka baja tahan karat jenis ini

bersifat non-magnetic dan mempunyai

ketangguhan yang cukup tinggi pada

temperatur rendah.

Minggu, 21 Februari 2010


Pengaruh Unsur Paduan
Pengaruh unsur paduan pada Microstructure Steel

Ini adalah tradisi lama untuk mendiskusikan berbagai elemen paduan


dalam hal properti mereka menganugerahkan pada baja. Sebagai contoh,
aturan adalah bahwa Kromium (Cr) membuat baja keras sedangkan Nikel
(Ni) dan Mangan (Mn) membuat itu sulit. Dalam mengatakan hal ini,
orang harus beberapa jenis baja dalam pikiran dan mentransfer sifat
baja khusus kepada elemen paduan yang dianggap memiliki pengaruh
terbesar pada baja yang sedang dipertimbangkan. Metode penalaran ini
dapat memberikan kesan palsu dan contoh-contoh berikut akan
menggambarkan hal ini.
Ketika kita mengatakan bahwa Kr membuat baja keras dan memakai-
mungkin kita menolak mengaitkan hal ini dengan 2% C, 12% Cr alat
kelas baja, yang pada kenyataannya tidak pengerasan menjadi sangat
keras dan sulit mengenakan. Tapi jika, di sisi lain, kita memilih
baja mengandung 0,10% C dan 12% Cr, kekerasan pada pengerasan
diperoleh sangat sederhana.
Memang benar bahwa baja Mn meningkatkan ketangguhan jika kita ada
dalam pikiran yang 13% mangan baja, yang disebut Hadfield baja.
Dalam konsentrasi antara l% dan 5%, namun, Mn dapat menghasilkan
efek variabel pada sifat-sifat itu baja paduan dengan. Ketangguhan
mungkin baik meningkat atau menurun.
Sebuah properti yang sangat penting adalah kemampuan unsur-unsur
paduan untuk mempromosikan pembentukan fasa tertentu atau untuk
menstabilkan itu. Unsur-unsur ini dikelompokkan sebagai pembentuk
austenit, ferit-membentuk, karbida-membentuk dan nitrida-elemen
pembentukan.

Unsur pembentuk austenit

Unsur-unsur C, Ni dan Mn adalah yang paling penting dalam kelompok


ini. Jumlah cukup besar atau Mn Ni membuat austenitik baja bahkan
pada suhu kamar. Contoh dari hal ini adalah apa yang disebut
Hadfield baja yang mengandung 13% Mn, 1,2% Cr dan l% C. Dalam hal
ini baik baja Mn dan C mengambil bagian dalam menstabilkan austenit.
Contoh lain adalah stainless steel austenitik mengandung 18% Cr dan
8% Ni.
Diagram kesetimbangan besi-nikel, Gambar 1, menunjukkan bagaimana
rentang stabilitas austenit meningkat dengan meningkatnya Ni-konten.
1. Fe-Ni diagram kesetimbangan
Paduan yang mengandung 10% Ni menjadi sepenuhnya austenitik jika
dipanaskan sampai 700 ° C. Pada pendinginan, transformasi dari g
untuk yang terjadi dalam rentang temperatur 700-300 ° C.

Unsur-unsur pembentuk ferit

Unsur yang paling penting dalam kelompok ini adalah Cr, Si, Mo, W
dan Al. Rentang stabilitas ferit dalam paduan besi-kromium
ditunjukkan pada Gambar 2. Fe-Cr paduan dalam keadaan padat berisi
lebih dari 13% Cr adalah feritik sama sekali baru jadi suhu hingga
meleleh. Feritik contoh lain dari baja adalah salah satu yang
digunakan sebagai bahan lembar trafo. This is a low-carbon steel
containing about 3% Si . Ini adalah baja karbon rendah mengandung
sekitar 3% Si.
Gambar 2. Cr-Fe diagram kesetimbangan

Multi-paduan baja

Sebagian besar baja berisi minimal tiga komponen. Konstitusi baja


tersebut dapat disimpulkan dari diagram fasa terner (3 komponen).
Interpretasi diagram tersebut relatif sulit dan mereka nilai
terbatas kepada orang-orang yang berhubungan dengan perawatan panas
praktis karena mereka hanya mewakili kondisi kesetimbangan. Lebih
jauh lagi, karena kebanyakan paduan mengandung lebih dari tiga
komponen itu perlu untuk mencari cara lain untuk menilai efek
dihasilkan oleh paduan elemen pada transformasi struktural yang
terjadi selama perlakuan panas.
Salah satu pendekatan yang cukup baik adalah penggunaan Schaeffler
diagram (lihat Gambar 3). Pembentuk austenit ditetapkan di sepanjang
ordinat dan pembentuk ferit sepanjang absis. Diagram asli hanya
berisi Ni dan Cr tetapi yang dimodifikasi diagram mencakup unsur-
unsur lain dan memberikan mereka koefisien yang mengurangi mereka ke
setara Ni atau Cr masing-masing. Diagram berlaku untuk tingkat
pendinginan yang hasil dari pengelasan.

Gambar 3. Diubah Schaeffler Diagram


12% Cr baja yang mengandung 0,3% C adalah martensit, yang 0,3% C
memberikan baja nikel setara dengan 9. Sebuah 18 / 8 baja (18% Cr,
8% Ni) adalah austenitik jika mengandung 0-0,5% C dan 2% Mn. Ni isi
dari baja seperti biasanya disimpan antara 9% dan 10%.
Hadfield baja dengan 13% Mn (disebutkan di atas) adalah austenitik
karena kandungan karbon yang tinggi. Hal ini harus dikurangi menjadi
sekitar 0,20% menjadi martensit baja.

Unsur-unsur pembentuk karbida

Beberapa pembentuk ferit juga berfungsi sebagai pembentuk karbida.


Mayoritas juga pembentuk karbida pembentuk ferit sehubungan dengan
Fe. Kedekatan dari unsur-unsur dalam baris di bawah ini untuk karbon
meningkat dari kiri ke kanan.
Cr, W, Mo, V, Ti, Nb, Ta, Zr. Cr, W, Mo, V, Ti, Nb, Ta, Zr.
Beberapa karbida mungkin akan disebut sebagai karbida khusus, yaitu
non-besi karbida mengandung, seperti Cr7C3 W2C, VC, Mo2C. Ganda atau
kompleks karbida mengandung Fe dan unsur pembentuk karbida, misalnya
Fe4W2C.
Berkecepatan tinggi dan hot-alat kerja baja biasanya mengandung tiga
jenis karbida, yang biasanya ditujukan M6C, M23C6 dan MC. Huruf M
mewakili kolektif semua atom logam. Jadi Fe4W2C atau M6C mewakili
Fe4Mo2C; M23C6 mewakili mewakili Cr23C6 dan MC VC atau V4C3.

Carbide stabilizer

Stabilitas karbida tergantung pada kehadiran elemen lain dalam baja.


Bagaimana karbida yang stabil tergantung pada bagaimana elemen
dipartisi antara sementit dan matriks. Rasio persentase, menurut
beratnya, dari unsur yang terkandung dalam masing-masing dari kedua
tahap disebut koefisien partisi K.
Perhatikan bahwa Mn, yang dengan sendirinya adalah mantan karbida
sangat lemah, adalah relatif kuat penstabil karbida. Dalam
prakteknya, Cr adalah elemen paduan paling sering digunakan sebagai
penstabil karbida.
Malleable cast iron (yaitu besi cor putih yang dianggap lunak oleh
perlakuan panas graphitizing disebut malleablizing) harus tidak
mengandung Cr. Baja yang hanya berisi Si atau Ni rentan terhadap
grafitisasi, tapi ini paling hanya dicegah oleh paduan dengan Cr.

Unsur-unsur pembentuk nitrida

Semua pembentuk karbida juga nitrida pembentuk. Nitrogen dapat


diperkenalkan ke dalam permukaan baja oleh nitriding.
Dengan mengukur kekerasan baja paduan berbagai Nitrided adalah
mungkin untuk menyelidiki kecenderungan dari berbagai elemen paduan
untuk membentuk nitrida sulit atau untuk meningkatkan kekerasan baja
oleh suatu mekanisme yang dikenal sebagai pengerasan presipitasi.
Hasil yang diperoleh oleh penyelidikan seperti ditunjukkan dalam
Gambar 4, dari yang dapat dilihat bahwa hasil hardnesses sangat
tinggi dari baja paduan dengan Al atau Ti dalam jumlah sekitar 1,5%.

Gambar 4. Efek dari penambahan unsur paduan pada kekerasan setelah


nitriding komposisi: 0,25% C, 0,30% Si, 0,70% Mn 0,25% C, 0,30% Si,
0,70% Mn
Pada nitriding bahan dasar dalam Gambar 4, kekerasan sekitar 400 HV
diperoleh dan menurut diagram kekerasan tidak berubah jika baja
paduan dengan unsur Ni karena ini bukan merupakan mantan nitrida dan
karenanya tidak memberikan sumbangan terhadap kekerasan pun
meningkat.

Diposkan oleh kholiel wahono di 06.09

Anda mungkin juga menyukai