Anda di halaman 1dari 22

Clinical Science Session

* Program Studi Profesi Dokter/G1A218060/ November 2019

**Pembimbing/ dr. Ade Tan Reza, Sp. B

Ileus Obstruksi

Oleh :

Syukri, S.Ked

G1A218060

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER JAMBI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

1
2019

LEMBAR PENGESAHAN

Clinical Science Session (CSS)

Ileus Obstruksi

Oleh :

Syukri

G1A218060

Sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik senior

Departemen Bedah RSUD Raden Mattaher

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

2019

Jambi, November 2019

Pembimbing,

dr. Ade Tan Reza, Sp. B

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat
yang berjudul “Ileus Obstruksi”. Dalam kesempatan ini saya juga mengucapkan terima kasih
kepada dr. Ade Tan Reza, Sp. B, sebagai dosen pembimbing yang memberikan banyak ilmu
selama di Departemen Ilmu Bedah.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini jauh dari sempurna. Penulis sedang dalam
tahap pendidikan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar lebih baik
kedepannya.

Akhir kata, saya berharap semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat
menambah informasi dan pengetahuan kita.

Jambi, November 2019

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

Ileus obstruksi merupakan salah satu kasus yang dapat menimbulkan komplikasi serius
sehingga sangat memerlukan penangangan dini dan adekuat. Ileus obstruksi yang disebabkan
karena adanya sumbatan pada usus halus maupun usus besar dan terdiri dari 2 tipe yaitu
obstruksi yang terjadi secara mekanik maupun non mekanik. Obstruksi mekanik terjadi
karena usus terblok secara fisik sehingga isi dari usus tersebut tidak bisa melewati tempat
obstruksi. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak faktor salah satunya seperti volvulus (usus
terpuntir) yang dapat terjadi karena hernia, pertumbuhan jaringan abnormal, dan adanya
benda asing dalam usus.1

Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau oleh gangguan
peristaltis. Obstruksi usus disebut juga obstruksi mekanik. Penyumbatan dapat terjadi dimana
saja di sepanjang usus. Pada obstruksi usus harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dan
obstruksi strangulata. Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi dan
volvulus mungkin sekali disertai strangulasi, sedangkan obstruksi oleh tumor adalah
obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan strangulasi. Istilah obstruksi digunakan untuk
suatu kemacetan mekanik yang timbul akibat suatu kelainan struktural yang menyebabkan
suatu penghalang fisik untuk majunya isi usus. Istilah ileus dimaksudkan untuk suatu
paralitik atau variasi obstruksi fungsional.2

Ileus obstruktif tidak hanya dapat menghasilkan perasaan yang tidak nyaman, seperti:
keram perut, nyeri perut, kembung, mual, dan muntah, bila tidak diobati dengan benar, ileus
obstruktif dapat menyebabkan sumbatan dan menyebabkan kematian jaringan usus. Kematian
jaringan ini dapat ditunjukkan dengan perforasi usus, infeksi ringan, hingga kondisi shock.3

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI
Duodenum4
Duodenum atau juga disebut dengan usus 12 jari merupakan usus yang berbentuk
seperti huruf C yang menghubungkan antara gaster dengan jejunum. Duodenum
melengkung di sekitar caput pancreas. Duodenum merupakan bagian terminal/muara dari
system apparatus biliaris dari hepar maupun dari pancreas. Selain itu duodenum juga
merupakan batas akhir dari saluran cerna atas. Dimana saluran cerna dipisahkan menjadi
saluran cerna atas dan bawah oleh adanya ligamentum Treitz (m. suspensorium duodeni)
yang terletak pada flexura duodenojejunales yang merupakan batas antara duodenum dan
jejunum. Di dalam lumen duodenum terdapat lekukan-lekukan kecil yg disebut dengan
plica sircularis. Duodenum terletak di cavum abdomen pada regio epigastrium dan
umbilikalis. Duodenum memiliki penggantung yg disebut dengan mesoduodenum.
Duodenum terdiri atas beberapa bagian yaitu:
a) Duodenum pars Superior
b) Duodenum pars Descendens
c) Duodenum pars Horizontal
d) Duodenum pars Ascendens

Gambar 1. Anatomi Usus Halus

5
Jejunum dan Ileum4

Jejunum dan ileum juga sering disebut dengan usus halus/usus penyerapan
membentang dari flexura duodenojejunales sampai ke juncture ileocacaecalis. Jejunum
dan ileum ini merupakan organ intraperitoneal. Jejunum dan ileum memiliki penggantung
yang disebut dengan mesenterium yang memiliki proyeksi ke dinding posterior abdomen
dan disebut dengan radix mesenterii. Pada bagian akhir dari ileum akan terdapat sebuah
katup yang disebut dengan valvulla ileocaecal (valvulla bauhini) yang merupakan suatu
batas yang memisahkan antara intestinum tenue dengan intestinum crassum. Selain itu,
juga berfungsi untuk mencegah terjadinya refluks fekalit maupun flora normal dalam
intestinum crassum kembali ke intestinum tenue, dan juga untuk mengatur pengeluara zat
sisa penyerapan nutrisi. Berikut adalah perbedaan antara jejunum dan duodenum.4

Gambar 2. Bagan Perbedaan Jejunum dan Ileum

6
Gambar 3. Perbedaan Jejunum dan Ileum

Usus besar besar lebih panjang dan lebih besar diameternya dari pada usus halus.
Panjang usus besar mencapai 1,5 m dengan diameter rata-rata 6,5 cm. Semakin mendekati
anus diameter semakin mengecil. Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum.
Pada sekum terdapat katup ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum.
Sekum menempati sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileocaecaal
mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum.5

Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens, transversum, desendens, dan sigmoid.
Kolon ascendens berjalan ke atas dari sekum ke permukaan inferior lobus kanan hati,
menduduki regio iliaca dextra. Setelah mencapai hati, kolon ascendens membelok ke kiri,
membentuk fleksura koli dekstra (fleksura hepatik). Kolon transversum menyilang
abdomen pada regio umbilikalis dari fleksura koli dekstra sampai fleksura koli sinistra.
Kolon transversum, waktu mencapai daerah limpa, membengkok ke bawah, membentuk
fleksura koli sinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi kolon descendens. Kolon
sigmoid mulai pada pintu atas panggul. Kolon sigmoid merupakan lanjutan kolon
descendens. Ia tergantung ke bawah dalam rongga pelvis dalam bentuk lengkungan.
Kolon sigmoid bersatu dengan rektum di depan sakrum. Rektum menduduki bagian
posterior rongga pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan oleh kolon sigmoid dan berjalan
turun di depan sekum, meninggalkan pelvis dengan menembus dasar pelvis. Di sisi
rektum melanjutkan diri sebagai anus dalan perineum.4

7
B. FISIOLOGI
Pada duodenum pars superior secara histologis terdapat adanya sel liberkeuhn yang
berfungsi untuk memproduksi sejumlah basa. Basa ini berfungsi untuk menaikkan pH
dari chymus yang masuk ke duodenum dari gaster, sehingga permukaan duodenum tidak
teriritasi dengan adanya chymus yang asam tadi. 5
Selain itu, pada duodenum terjadi proses pencernaan karbohidrat secara enzymatic
yang telah berbentuk disakarida. Duodenum merupakan muara dari ductus pancreaticus,
dimana pada pancreas diproduksi enzyme maltase, lactase dan sukrase. Dimana enzyme
maltase akan berfungsi untuk memecah 1 gugus gula maltose menjadi 2 gugus gula
glukosa. Sedangkan lactase akan merubah 1 gugus gula laktosa menjadi 1 gugus glukosa
dan 1 gugus galaktosa. Sementara itu, enzyme sukrase akan memecah 1 gugus sukrosa
menjadi 1 gugus fruktosa dan 1 gugus glukosa.5
Sementara itu,di dalam duodenum juga terjadi pencernaan lipid secara enzymatic.
Dimana lipid dalam bentuk diasilgliserol akan teremulsi oleh adanya getah empedu yang
dialirkan melalui ductus choledocus dari vesica fellea dan hepar. Setelah itu, emulsi
lemak tersebut akan diubah oleh enzyme lipase pancreas menjadi asam lemak dan 2
diasilgliserol.5
Dilihat secara histologik, jejunum dan ileum memiliki vili vhorialis. Dimana vili
chorialis ini berfungsi utk menyerap zat2 gizi hasil akhir dr proses pencernaan spt
glukosa, fruktosa, galaktosa, peptide, asam lemak dan 2 asilgliserol.5

8
Gambar 4. Traktus Digestivus

C. ILEUS OBSTRUKSI
Definisi
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus
akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus Obstruktif adalah
kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik
sehingga isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena ada
sumbatan/hambatan yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar
usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang
menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.6

Epidemiologi
Obstruksi usus halus menempati sekitar 20% dari seluruh pembedahan darurat, dan
mortalitas dan morbiditas sangat bergantung pada pengenalan awal dan diagnosis yang
tepat. Apabila tidak diatasi maka obstruksi usus halus dapat menyebabkan kematian pada
100% pasien.1
Hampir seluruh obstruksi pada usus besar atau kolon memerlukan intervensi
pembedahan. Mortalitas dan morbiditas sangat berhubungan dengan penyakit yang
mendasari dan prosedur pembedahan yang digunakan. Obstruksi kolon sering terjadi pada
usia lanjut karena tingginya insiden neoplasma dan penyakit lainnya pada populasi ini.

9
Pada neonatus, obstruksi kolon bisa disebabkan karena adanya kelainan anatomi seperti
anus imperforata yang secara sekunder dapat menyebabkan mekonium ileus.7

Etiologi

Penyebab dari obstruksi yaitu:

 Adhesi intestinal : adanya jaringan fibrosa pada usus yang ditemukan saat lahir
(kongenital).Namun jaringan fibrosa ini paling sering terjadi setelah operasi
abdominal. Usus halus yang mengalami perlengketan akibat jaringan fibrosa ini akan
menghalangi jalannya makanan dan cairan.
 Hernia inkarserata : bila sudah terjadi penjepitan usus, maka dapat menyebabkan
obstruksi usus.
 Tumor (primer, metastasis) : dapat menyebabkan sumbatan terhadap jalannya
makanan dan cairan.
 Divertikulum Meckel
 Intussusception (masuknya usus proximal ke bagian distal)
 Volvulus (terpuntirnya usus)
 Striktur yang menyebabkan penyempitan lumen usus
 Askariasis
 Impaksi faeces (faecolith)
 Benda asing. 3

Kira-kira 15% obstruksi usus terjadi di usus besar. Obstruksi dapat terjadi di setiap
bagian kolon tetapi paling sering di sigmoid. Penyebabnya adalah :

 Karsinoma
 Volvulus
 Kelainan divertikular (Divertikulum Meckel)
 Penyakit Hirschsprung
 Inflamasi
 Tumor jinak
 Impaksi fekal.2

10
Patofisiologi
Pada obstruksi mekanik, usus bagian proksimal mengalami distensi akibat adanya
gas/udara dan air yang berasal dari lambung, usus halus, pankreas, dan sekresi biliary.
Cairan yang terperangkap di dalam usus halus ditarik oleh sirkulasi darah dan sebagian ke
interstisial, dan banyak yang dimuntahkan keluar sehingga akan memperburuk keadaan
pasien akibat kehilangan cairan dan kekurangan elektrolit. Jika terjadi hipovolemia
mungkin akan berakibat fatal.

Obstruksi yang berlangsung lama mungkin akan mempengaruhi pembuluh darah


vena, dan segmen usus yang terpengaruh akan menjadi edema, anoksia dan iskemia pada
jaringan yang terlokalisir, nekrosis, perforasi yang akan mengarah ke peritonitis, dan
kematian. Septikemia mungkin dapat terjadi pada pasien sebagai akibat dari
perkembangbiakan kuman anaerob dan aerob di dalam lumen. Usus yang terletak di
bawah obstruksi mungkin akan mengalami kolaps dan kosong .

Gambar 3.3 Gangguan pada usus

Secara umum, pada obstruksi tingkat tinggi (obstruksi letak tinggi/obstruksi usus
halus), semakin sedikit distensi dan semakin cepat munculnya muntah. Dan sebaliknya,
pada pasien dengan obstruksi letak rendah (obstruksi usus besar), distensi setinggi pusat
abdomen mungkin dapat dijumpai, dan muntah pada umumnya muncul terakhir sebab
diperlukan banyak waktu untuk mengisi semua lumen usus. Kolik abdomen mungkin

11
merupakan tanda khas dari obstruksi distal. Hipotensi dan takikardi merupakan tanda dari
kekurangan cairan. Dan lemah serta leukositosis merupakan tanda adanya strangulasi.
Pada permulaan, bunyi usus pada umumnya keras, dan frekuensinya meningkat, sebagai
usaha untuk mengalahkan obstruksi yang terjadi. Jika abdomen menjadi diam, mungkin
menandakan suatu perforasi atau peritonitis dan ini merupakan tanda akhir suatu
obstruksi.8

Klasifikasi
Klasifikasi obstruksi usus berdasarkan:

 Kecepatan timbul (speed of onset)


Akut, kronik, kronik dengan serangan akut
 Letak sumbatan
a. Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus (dari gaster sampai ileum
terminal)
b. Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar (dari ileum terminal sampai
anus)
 Sifat sumbatan
a. Simple obstruction : sumbatan tanpa disertai gangguan aliran darah
b. Strangulated obstruction : sumbatan disertai gangguan aliran darah sehingga
timbul nekrosis, gangren dan perforasi
 Etiologi
Kelainan dalam lumen, di dalam dinding dan di luar dinding usus.9

Manifestasi Klinis
Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual, muntah,
perut distensi dan tidak bisa buang air besar (obstipasi). Mual muntah umumnya terjadi
pada obstruksi letak tinggi. Bila lokasi obstruksi di bagian distal maka gejala yang
dominan adalah nyeri abdomen. Distensi abdomen terjadi bila obstruksi terus berlanjut
dan bagian proksimal usus menjadi sangat dilatasi.7

Obstruksi pada usus halus menimbulkan gejala seperti nyeri perut sekitar umbilikus
atau bagian epigastrium. Pada pasien dengan suatu obstruksi sederhana yang tidak
melibatkan pembuluh darah, sakit cenderung menjadi kolik yang pada awalnya ringan,

12
tetapi semakin lama semakin meningkat, baik dalam frekuensi atau derajat kesakitannya.
Sakit mungkin akan berlanjut atau hilang timbul. Pasien sering berposisi knee-chest, atau
berguling-guling. Pasien dengan peritonitis cenderung kesakitan apabila bergerak.5,7,8

Pasien dengan obstruksi partial bisa mengalami diare. Kadang – kadang dilatasi dari
usus dapat diraba. Obstruksi pada kolon biasanya mempunyai gejala klinis yang lebih
ringan dibanding obstruksi pada usus halus. Umumnya gejala berupa konstipasi yang
berakhir pada obstipasi dan distensi abdomen. Muntah adalah suatu tanda awal pada
obstruksi letak tinggi atau proksimal. Bagaimanapun, jika obstruksi berada di distal usus
halus, muntah mungkin akan tertunda. Pada awalnya muntah berisi semua yang berasal
dari lambung, yang mana segera diikuti oleh cairan empedu, dan akhirnya muntah akan
berisi semua isi usus halus yang sudah basi. Muntah jarang terjadi. Pada obstruksi bagian
proksimal usus halus biasanya muncul gejala muntah. Nyeri perut bervariasi dan bersifat
intermittent atau kolik dengan pola naik turun. Jika obstruksi terletak di bagian tengah
atau letak tinggi dari usus halus (jejenum dan ileum bagian proksimal) maka nyeri
bersifat konstan/menetap. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tampak
distensi, terdapat darm contour (gambaran usus), dan darm steifung (gambaran gerakan
usus), pada auskultasi terdapat hiperperistaltik berlanjut dengan Borborygmus (bunyi usus
mengaum) menjadi bunyi metalik (klinken) / metallic sound. Pada tahap lanjut dimana
obstruksi terus berlanjut, peristaltik akan melemah dan hilang. Pada palpasi tidak
terdapat nyeri tekan, defans muscular (-), kecuali jika ada peritonitis.8,9

Pada tahap awal, tanda vital normal. Seiring dengan kehilangan cairan dan elektrolit,
maka akan terjadi dehidrasi dengan manifestasi klinis takikardi dan hipotensi postural.
Suhu tubuh biasanya normal tetapi kadang – kadang dapat meningkat. Hipovolemia dan
kekurangan elektrolit dapat terjadi dengan cepat kecuali jika pasien mendapat cairan
pengganti melalui pembuluh darah (intravena). Derajat tingkat dan distribusi distensi
abdominal dapat mencerminkan tingkatan obstruksi. Pada obstruksi letak tinggi, distensi
mungkin minimal. Sebaliknya, distensi pusat abdominal cenderung merupakan tanda
untuk obstruksi letak rendah.6,9

Tidak ada tanda pasti yang membedakan suatu obstruksi dengan strangulasi dari suatu
obstruksi sederhana: bagaimanapun, beberapa keadaan klinis tertentu dan gambaran
laboratorium dapat mengarahkan kepada tanda-tanda strangulasi9

a. Obstruksi sederhana

13
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya
disertai dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen
usus bagian oral dari obstruksi, maupun oleh muntah. Gejala penyumbatan usus
meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Pada obstruksi usus halus
proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang menjadi muntah
fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa berat dan menetap.
Nyeri abdomen sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian
atas. Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen.

Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan
dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal
sampai demam. Distensi abdomen dapat dapat minimal atau tidak ada pada
obstruksi proksimal dan semakin jelas pada sumbatan di daerah distal. Bising
usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat didengar sesuai dengan
timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.

b. Obstruksi disertai proses strangulasi


Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai
dengan nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas
operasi atau hernia. Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri iskemik
dimana nyeri yang sangat hebat, menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan
tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.

Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat


sumbatan biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus
menunjukkan adanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat keras dan
timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum
obstruksi komplit. Muntah lebih sering terjadi pada penyumbatan usus besar.
Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu
mencegah refluks. Bila akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus,
akan tampak gangguan pada usus halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian.
Pada keadaan valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan sering
mengakibatkan perforasi sekum karena tekanannya paling tinggi dan dindingnya
yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi abdomen
dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yang kurus, dan akan

14
terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya
massa menunjukkan adanya strangulasi.9,10

Diagnosis
Pada anamnesis obstruksi tinggi sering dapat ditemukan penyebab misalnya berupa
adhesi dalam perut karena pernah dioperasi atau terdapat hernia. Gejala umum berupa
syok, oliguri dan gangguan elektrolit. Selanjutnya ditemukan meteorismus dan kelebihan
cairan di usus, hiperperistaltis berkala berupa kolik yang disertai mual dan muntah. Kolik
tersebut terlihat pada inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang usus dan pada
auskultasi sewaktu serangan kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada
tinggi. Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu kolik dan setelah satu dua kali
defekasi tidak ada lagi flatus atau defekasi. Pemeriksaan dengan meraba dinding perut
bertujuan untuk mencari adanya nyeri tumpul dan pembengkakan atau massa yang
abnormal.11

Gejala permulaan pada obstruksi kolon adalah perubahan kebiasaan buang air besar
terutama berupa obstipasi dan kembung yang kadang disertai kolik pada perut bagian
bawah. Pada inspeksi diperhatikan pembesaran perut yang tidak pada tempatnya misalnya
pembesaran setempat karena peristaltis yang hebat sehingga terlihat gelombang usus
ataupun kontur usus pada dinding perut. Biasanya distensi terjadi pada sekum dan kolon
bagian proksimal karena bagian ini mudah membesar.10

Nilai laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan terjadi hemokonsentrasi,


leukositosis, dan gangguan elektrolit. Pada pemeriksaan radiologis, dengan posisi tegak,
terlentang dan lateral dekubitus menunjukkan gambaran anak tangga dari usus kecil yang
mengalami dilatasi dengan air fluid level. Pemberian kontras akan menunjukkan adanya
obstruksi mekanis dan letaknya. Pada ileus obstruktif letak rendah jangan lupa untuk
melakukan pemeriksaan rektosigmoidoskopi dan kolon (dengan colok dubur dan barium
in loop) untuk mencari penyebabnya. Periksa pula kemungkinan terjadi hernia.11

Diagnosis Banding

Pada ileus paralitik nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan difus, dan terjadi
distensi abdomen. Ileus paralitik, bising usus tidak terdengar dan tidak terjadi ketegangan
dinding perut. Bila ileus disebabkan oleh proses inflamasi akut, akan ada tanda dan gejala

15
dari penyebab primer tersebut. Gastroenteritis akut, apendisitis akut, dan pankreatitis akut
juga dapat menyerupai obstruksi usus sederhana.4

Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan diagnosis, tetapi


sangat membantu memberikan penilaian berat ringannya dan membantu dalam resusitasi.
Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal. Selanjutnya ditemukan
adanya hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal. Peningkatan
serum amilase sering didapatkan. Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau
strangulasi, tetapi hanya terjadi pada 38% - 50% obstruksi strangulasi dibandingkan 27%
- 44% pada obstruksi non strangulata. Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada
dehidrasi. Selain itu dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah
mungkin terganggu, dengan alkalosis metabolik bila muntah berat, dan metabolik asidosis
bila ada tanda – tanda shock, dehidrasi dan ketosis.7

Radiologis

Posisi supine (terlentang): tampak herring bone appearance. Posisi setengah duduk
atau LLD: tampak step ladder appearance atau cascade. Adanya dilatasi dari usus disertai
gambaran “step ladder” dan “air fluid level” pada foto polos abdomen dapat disimpulkan
bahwa adanya suatu obstruksi. Foto polos abdomen mempunyai tingkat sensitivitas 66%
pada obstruksi usus halus, sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi kolon.7,8

a. Foto polos abdomen 3 posisi


Ileus obstruktif letak tinggi
Tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan (sumbatan paling distal di
iliocaecal junction) dan kolaps usus di distal sumbatan. Penebalan dinding usus
halus yang mengalami dilatasi memberikan gambaran herring bone appearance,
karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel membentuk
gambaran vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai kosta. Tampak air
fluid level pendek-pendek berbentuk seperti tangga yang disebut step ladder
appearance karena cairan transudasi berada dalam usus halus yang terdistensi.7,8

16
Gambar5. Gambaran Herring bone appearance

Ileus obstruktif letak rendah


Tampak dilatasi usus halus di proksimal sumbatan (sumbatan di kolon) dan
kolaps usus di distal sumbatan. Penebalan dinding usus halus yang mengalami
dilatasi memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua dinding
usus halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra dan
muskulus yang sirkuler menyerupai kosta. Gambaran penebalan usus besar yang
juga distensi tampak di tepi abdomen. Tampak gambaran air fluid level pendek-
pendek berbentuk seperti tangga yang disebut step ladder appearance karena
cairan transudasi berada dalam usus halus yang terdistensi dan air fluid level
panjang-panjang di kolon.7,8

17
Gambar 6. Gambaran air fluid level

b. CT–Scan harus dilakukan dengan memasukkan zat kontras kedalam pembuluh


darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.
c. USG. Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan penyebab dari
obstruksi.
d. MRI. Walaupun pemeriksaan ini dapat digunakan. Tetapi tehnik dan kontras
yang ada sekarang ini belum secara penuh mapan. Tehnik ini digunakan untuk
mengevaluasi iskemia mesenterik kronis.
e. Angiografi. Angiografi mesenterik superior telah digunakan untuk
mendiagnosis adanya herniasi internal, intussuscepsi, volvulus, malrotation, dan
adhesi.7,8

Komplikasi
Strangulasi menjadi penyebab dari keabanyakan kasus kematian akibat obstruksi usus.
Isi lumen usus merupakan campuran bakteri yang mematikan, hasil-hasil produksi
bakteri, jaringan nekrotik dan darah. Usus yang mengalami strangulasi mungkin
mengalami perforasi dan menggeluarkan materi tersebut ke dalam rongga peritoneum.
Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada sekum yang berakhir dengan
perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran rongga perut dengan akibat peritonitis
umum. Tetapi meskipun usus tidak mengalami perforasi bakteri dapat melintasi usus yang

18
permeabel tersebut dan masuk ke dalam sirkulasi tubuh melalui cairan getah bening dan
mengakibatkan shock septic.10

Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi
untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan. Menghilangkan
penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh
dengan sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan.
Penderita penyumbatan usus harus di rawat di rumah sakit.
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan
syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi
usus kembali normal.
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda – tanda vital,
dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan
gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti ringer
laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda – tanda vital dan
jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan juga pemasangan
nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan lambung, mencegah
aspirasi pulmonum bila muntah dan mengurangi distensi abdomen.
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah
sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik
bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi.
a. Operasi
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah
sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan
teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi. Operasi
dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital berfungsi secara
memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah pembedahan sesegera
mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila terjadi:
1. Strangulasi
2. Obstruksi lengkap
3. Hernia inkarserata

19
4. Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan pemasangan
NGT, infus, oksigen dan kateter).
b. Pasca Operasi
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan elektrolit.
Harus dicegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup.
Perlu diingat bahwa pasca bedah, usus pasien masih dalam keadaan paralitik.
Tujuan pengobatan yang paling utama adalah dekompresi kolon yang mengalami
obstruksi sehingga kolon tidak perforasi, tujuan kedua adalah pemotongan bagian
yang mengalami obstruksi.2,6

Prognosis
Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur, etiologi, tempat
dan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun tua maka toleransinya
terhadap penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan sangat rendah sehingga
meningkatkan mortalitas. Pada obstruksi kolon mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan
obstruksi usus halus.
Obstruksi usus halus yang tidak mengakibatkan strangulasi mempunyai angka
kematian 5 %. Kebanyakan pasien yang meninggal adalah pasien yang sudah lanjut usia.
Obstruksi usus halus yang mengalami strangulasi mempunyai angka kematian sekitar 8 %
jika operasi dilakukan dalam jangka waktu 36 jam sesudah timbulnya gejala-gejala, dan
25 % jika operasi diundurkan lebih dari 36 jam. Pada obstruksi usus besar, biasanya
angka kematian berkisar antara 15–30 %. Perforasi sekum merupakan penyebab utama
kematian yang masih dapat dihindarkan.11

20
BAB III
KESIMPULAN
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus
akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Etiologi ileus obtruksi adalah
adhesi, hernia inkaserata, neoplasma, volvulus, cacing askaris, radang usus. Gejala yang
sering ditemukan pada ileus adalah nyeri kolik, mual, muntah, perut distensi, obstipasi. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan hipotensi, takikardi, adanya distensi abdomen, hiperperistaltik,
borborigmus, methallic sound. Pada pemeriksaan foto polos abdomen ditemukan adanya
dilatasi pada proksimal sumbatan, herring bone appearance, air fluid level. Penanganan pada
ileus adalah koreksi keseimbangan cairan dan menghilangkan obstruksi dengan laparotomi.
Komplikasinya adalah strangulasi, perforasi, shock septic. Prognosis ileus jika > dari 36 jam
tidak segera ditangani 25 % menyebabkan kematian.

21
DAFTAR PUSTAKA
1. Manaf M, Niko dan Kartadinata, H. Obstruksi Ileus. 1983. Accessed June 2, 2010.
2. Mansjoer A., Suprohaita, Wardhani WI., Setiowulan W. Ileus Obstruktif. Dalam:
Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Penerbit Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2000; 318 – 20.
3. Brunicardi, F.C., et all, Schwartz’s Principles of Surgery, volume II, 8th edition,
McGraw-Hill, New York, 2005, hal 1031-1032
4. Scanlon, Valerie., 2007. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi Edisi 3. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
5. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi II. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
6. Sjamsuhidajat r, De Jong W. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC.
7. Sloane, Ethel., 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Penerbit buku kedokteran
8. J.Corwin, Elizabeth.,2001. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
9. Price, S.A. 1994. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Editor: Price,
S.A., McCarty, L., Wilson. Editor terjemahan: Wijaya, Caroline. Jakarta: EGC
10. Badash, Michelle. 2005. Paralytic Ileus (Adynamic Ileus, Non-mechanical Bowel
Obstruction). EBSCO Publishing.
11. Khan AN., Howat J. Small-Bowel Obstruction. In:
Http://www.yahoo.com/search/cache?/ileus_obstructif/Article:By:eMedicine.com.

22

Anda mungkin juga menyukai