TUGAS INDIVIDU
OLEH :
NAMA :BEJO
NIM : 08103244004
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah :
Pendidikan merupakan kebutuhan dan hak setiap manusia yang hidup di dunia, agar
dapat menjadi manusia yang lebih baik, lebih mandiri dan lebih sejahtera. Dengan
pendidikan manusia dapat mencapai kesejahteraan lahir maupun batin, bahagia di
duniamaupun di akherat kelak. Pendidikan harus diperoleh sejak manusiadalam rahim
ibu, masa bayi, masa balita, masa kanak, masa remaja, dewasa hingga lansia. Pendidikan
juga dibutuhkan dan merupakan hak bagi setiap manusia tanpa memandang
perbedaan/perkecualian dalam bentuk apapun.
Begitupula kondisi manusia yang mengalami kelainan fisik, mental maupun social yang
dalam istilah kita disebut Anak Berkebutuhan Khusus, yang merupakan istilah yang lebih
lebih halus, dibanding istilah penyandang cacat, Anak Luar Biasa dan sebagainya.
Mereka juga berhak atas pendidikan, agar dapat memperoleh perkembangan fisik, mental
dan social yang lebih baik. Sehingga setelah dewasa dapat hidup mandiri, sejahteralahir
dan batin, seinggadalam memperoleh kesejahteraannya mereka tidak tergantung pada
belas kasihan pada orang lain.
Menanggapi hal tersebut sebenarnya pada masa kini pemerintah di Negara Republik
Indonesia pada khususnya. Dan Negara-negara di dunia padaumumnya, sebenarnya telah
dilaksanakan pendidikan untuk semua orang, termasuk untuk Anak Berkekbutuhan
Khusus. Di Negara Kita Republik Indonesia juga telah ada beberapa bentuk Pendidikan
untuk ABK tersebut, baik secara formal maupun non formal. Di bidang Pendidikan Non
Formal diselenggarakan oleh Kementerial Sosial, di mana di Daerah dilaksanakan oleh
Dinas Sosial. Contoh : Balai Penyandang Cacat Terpadu di Pundong Bantul Yogyaarta,
BPanti Sosial Bina Grahita di Temanggung, Panti Sosial bina Netra di SewonBantul,
PRPTD dr. Soeharso di Solo, dan sebagaiya.
Adapun yang bertentuk pendidikan formal juga telah diselenggarakan dalam dua bentuk,
yaitu : Pendidikan Khusus dan Pendidikan Inklusi. Pendidikan Khusus untuk ABK
diselenggarakan melalui Sekolah Luar Biasa. Sekolah ini berjenjang dari tingkat Pra
Sekolah, (Taman anak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama sampai
Sekolah Menengah Atas). Adapun Pendidikan Inklusi diselenggarakan oleh Sekolah
umum yang menerima Anak Berkebutuhan Khusus sebagai peserta didik untuk belajar
bersama peserta didik lain yang normal.
Namun ta dapat dipungkiri bahwa ternyata Anak Berkebutuhan Khusus yang belajar di
sekolah umum banyak yang mengalami beberapa kendala, terhambat proses belajarnya.
Hak ini disebabkan oleh salah factor satu atau lebih di sekolah yang ia ikuti kurang
mendukung untuk perkembangan pendidikan bagi ABK tersebut. Antara lain, lingkungan
sekolah yang belum cocok untuk ABK . Media dan system pembelajaran belum
memperhatikan peserta didik yang ABK. Akibatnya anak yang ABK perkembangan
terhambat. Sehingga akhirnya sekolah merekomendasikan kepada peseta didik, orang
tuanya agar pendidikan anak lebih terjamin, maka disarakan untuk pindah ke Sekolah
Khusus/Sekolah Luar Biasa.
Sementara banyak orang tua yang merasa malu atau keberatan, jika anaknya bersekolah
di Sekolah Luar Biasa (SLB) dengan berbagai alasan. Di antarnya lokasinya lebi jauh
dibanding dengan sekolah umum. Biayanya yang lebih mahal. SEbaik SLB swasta lebih
banyak dari pada SLB Negeri. Orang tua yang anak nya tunagrahita merasa anaknya
bukan ABK. Sebaik fisiknya normal. (bukan tunanetra, bukan tunadaksa, bukan
tunarungu). Mereka terhambat kecerdasannya karena menganggap gurunya tidak bisa
engajar anaknya.
Oleh karena itu kebedaan pendidikan inklusi sudah sangat diperlukan di setiap tempat.
Yakni pada saat ini, diharapkan semua sekolah umum dapat menerima peserta didik
ABK.
Oleh karena itu Peulis dalam mendalami mata kuiah pendidikan inklusi, penulis ingin
mengadakan pengamatan pada satu sekolah inklusi yang mudah penulis kunjungi,
berdasakran mudahnya transportasi. Di sini Penulis mengunjungi Sd tumbuh 1
yogyakarta. Penulis ingin mengetahui, apakah Sekolah tersebut sudah memenuhi criteria
pendidikan inklusi atau belum?
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Agar penulis dapat mendiskripsikan bahwa sekolah yang penulis kunjungi sudah
memenuhi criteria sekolah inklusi atau belum.
D. Manfaat Pengamatan.
2. Sekolah inklusi yang penulis kunjungi juga dapat memperoleh evaluasi dari piahk
lain, agar dapat meamajukan sekolah inklusinya menjadi lebih baik. Lebih maju.
BAB II
Inklusi adalah memberikan kesempatan yang adil kepada anak untuk bisa mengikuti
pendidikan tanpa perbedaan gender, etnik, status sosial-ekonomi dan kemampuan (Ballard ,1999;
Corbett, 2001; Giorcelli, 1995 as cited in Foreman, 2005; Mitchell, 2005)
Tunanetra
Tunarungu
Tunawicara
Berkesulitan belajar
Lamban belajar
Autis/autistik
Anak dari keluarga yang tidak mampu dari segi ekonomi (a.l anak terlantar dan
jalanan).
Anak dari keluarga yang tidak mampu dari segi ekonomi (a.l anak terlantar dan
jalanan).
Normalization
Age-appropriateness
(Foreman, 2005)
Riset membuktikan bahwa pendidikan inklusi bermanfaat bagi semua anak dan guru
(1) Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat
kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental,
sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
(2) Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah
terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana
alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.
Pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus ini mengacu kepada “Tempat” mereka
bersekolah. Sehingga kita kenal dengan adanya sistem persekolahan:
Sesuai dengan:
Undang-Undang yang berkaitan dengan pemenuhan hak pendidikan anak berkebutuhan khusus
Karakteristik fisik sebuah kelas inklusif mencakup setting fisik kelas, setting tempat
duduk anak, dan prosedur-prosedur lain seperti tugas, emergensi, dan guru pengganti.
Karakteristik fisik sebuah kelas inklusif mencakup setting fisik kelas, setting tempat
duduk anak, dan prosedur-prosedur lain seperti tugas, emergensi, dan guru pengganti.
Setting Fisik
Setting fisik kelas harus menjadi pertimbangan penting dalam kelas inklusif
Agar dapat belajar dengan optimal, semua anak harus bisa mengakses kelas/lingkungan
belajarnya
Adalah tanggung jawab guru untuk memastikan setiap anak bisa mengakses fasilitas di
sekolah
Cara tradisional
Cara tradisional
Keuntungan: attensi anak secara natural akan tertuju ke guru. Guru lebih mudah
mengawasi apakah anak on-task atau off-task
Kelemahan: befokus pada guru, mempersempit kesempatan siswa untuk aktif (chalk and
talk)
Anak berkebutuhan khusus akan lebih terisolaso secara sosial dengan model duduk
seperti ini.
Keuntungan dan kelemahannya:
Keuntungan: guru bisa berkeliling meja dan membantu siswa, hal ini dapat meningkatkan
hasil belajar anak. Anak juga dapat belajar dari teman sebayanya.
Keuntungan:
Keuntungan: Anak dengan minat, kemampuan dan latar belakang bisa berinteraksi
dengan bebas. Guru bisa mengembangkan strategi pembelajaran konstruktivistis yang
berfokus pada anak seperti peer tutoring dan kooperatif learning.
Individual learning space plan
Dapat memberikan keleluasaan kepada anak dan guru untuk bisa belajar dan mengajar di
tempat yang dianggap paling tepat
Tugas
Setiap anak mempunyai tanggungjawab terhadap tugas tertentu yang sesuai dengan
keterampilan dan minatnya
Sekolah mempunyai skema emergensi apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana
Tugas
Setiap anak mempunyai tanggungjawab terhadap tugas tertentu yang sesuai dengan
keterampilan dan minatnya
Sekolah mempunyai skema emergensi apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana
Tugas
Setiap anak mempunyai tanggungjawab terhadap tugas tertentu yang sesuai dengan
keterampilan dan minatnya
Sekolah mempunyai skema emergensi apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana
Guru pengganti
*Harapan anda bahwa filosofi inklusi tersebut juga diterapkan oleh guru pengganti
Membantu anak yang memerlukan bantuan dalam toileting, makan dan mengkonsumsi
obat, termasuk didalamnya disediakan protokol apa yang harus dilakukan atau tidak
dilakukan.
BAB III
A. DATA SEKOLAH
TK I II III IV V VI Jml
Tunanetra
Tunarungu
Tunagrahita Ringan
Tunagrahita sedang
Tuna Daksa
Tunalaras
Autis
Tunaganda
Jumlah
Dari 20 peserta didik ABK tersebut yang penulis assesmen seorang anak tunagrahita.
Prasarana : terdiri dari : Pergedungan : Untuk Kantor : 1 unit, Ruang kelas 4 unit, Ruang
Perpustakaan 1 , ruang, Ruang Guru 1 lokal., Ruang Kantin, RUANG mck/Toilet, ada 2
jenis, yaitu : Toilet untuk anak normal dan toilet untuk difabel. Ruang Ketrampikan,
Ruang Musik Jawa/Kerawitan.. Semua ruang tersebut bersifat umum. Bukan merupakan
sarana khusus ABK.
SArana Pembelajaran :
Di dalam ruang kelas 2a, papan tulis white board menempel di dinding sebelah utara.
Di lantai terdapat deretan meja dan kursi murid di susun 4 kelompok. di sisi selatan, utara
dan timur. Kursi murid disusun mengelilingi meja. Di tengah-tengah dihamparkan karpet.
Karpet digunakan duduk peserta didik ketika mendengarkan penjelasan dari guru kelas
secara klasikal. Pada saat peserta didik mengerjakan tugas dari guru kelas, mereka duduk
di kursi menghadap meja di kelompoknya masing-masing. Bagi peserta didik yang telah
selesai mengerjakan soal lebih awal diperboleh ke luar ruangan kelas tapi Cuma di
serambi untuk bermain atau baca buku sambil menanti pelajaran berikutnya.
D. KETENAGAAN
Terdiri dari :
Tenaga Pendidik : Kepala Sekolah, Guru Kelas : tiap kelas disediakan 2 orang guru,
mengajarnya bergantian. Guru Mata Pelajaran : terdiri dari Guru Agama disediakan guru
agama yang sesuai agaa peserta didik. Yakni : GPA Islam. GPA Katholik, GPA
Kristen,GPA Hindu dan GPA Budha. Guru Bimbingan Konseling, Guru Pembimbing
Khusus (untuk Guru pembimbing Khusus 1 orang) melayani 26 ABK.
Semua Tenaga Pendidik sudah Sarjana (S1). Ada yang S1 Pendidikan dan S1 non
Pendidikan. Namun mereka sudah ikut program Akta IV.
1. Bersatus Guru Tidak Tetap dan Guru Tetap Yayasan ada 18 orang
Menurut pengamatan penulisan dan catatan arana prasarana yang ada di Sekolah Inlusi
ini sudah ada sarana khusus untuk abk. Walau masih sangat terbatas, yaitu resource room
dengan alat permainan edukatif.
Untuk pembelajaran di sekolah inklusi ini menggunakan kurikulum yang berlaku pada
SD pada umumnya menurut kententuan yang berlaku. Yaitu KTSP untuk SD. Dalam
pembelajaran belum menggunakan kurkukum khusus untuk SDLB dalam membina ABK.
Metode khusus diberikan kepada siswa yang lambat belajar yaitu dengan pemberian
remedial.
Untuk media belajar bagi anak low vision belum ada buku khusus yang diperbesar. Anak
yang low vision memakai kacamata lensanya agak tebal agar dapat membaca tulisan
pada jarak yang normal. (sebagaimana yang penulis pakai).
F. Sikap ANAK.
Tentang ABK /status ABK belum disadari sepenuhnya oleh ana. ABK yang lambat
belajar tidak merasakan bahwa dirinya ABK. Walaupun dalam mengiuti pelajaran,
sebetulnya mereka ketinggalan. Namun mereka tidak merasa menjadi ABK, sebab
fisiknya normal. Mereka tidak menyadari bahwa dirinya yang kurang cepat menguasai
mata pelajaran yang diberikan oleh gurunya, sehingga perlu di bina secara intensif.
Informasi ni berdasarkan wawancara penulis dengan BK tersebt.
Sedangkan bagi anak yang Low vison dan anak tuna daksa, mereka mengakui dan
menyadari bahwa dirinya adalah termasuk abk (ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS(.
Saat mengikuti pelajaran, perhatikan anak terhadap mata pelajaran yang diberikan oleh
guru mata pelajaran, sifatnya juga tidak ada perbedaan dengan teman yang lain.
Mayoritas penuh perhatian. SEdangkan siswa non ABK pun ada yang sambil bermain-
main dengan temannnya. ADa yang sambil bercakap-cakap dengan temannya.
G. Lan-lain :
BAB IV
A. LATAR BELAKANG
Istilah identifikasi dan asesmen sering dipergunakan secara bergantian. Secara harfiah
seseungguhnya identifikasi berbeda dengan asesmen . Identifikasi dini merupakan pada tahapan
awal yang masih bersifat global/kasar dari asesmen yang lebih rinci dan hal detail. Tujuan dari
identifikasi dini dan asesmen juga berbeda . Hal ini menyangkut kompetensi dan
profesionalisme. Identifikasi dini sering dimaknai sebagai proses penjaringan awal mungkin,
sedangkan asesmen dimaknai sebagai penyaringan. Identifikasi dini Anak Berkebutuhan Khusus
dimaksudkan sebagai suatu upaya seseorang (orang tua, guru, maupun tenaga kependidikan
lainnya) untuk melakukan proses penjaringan terhadap anak yang mengalami
kelainan/penyimpangan (phisik, intelektual, social, emosional/ tingkah laku) seawal mungkin
dalam rangka pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Hasil dari identifikasi adalah
ditemukannya anak-anak berkebutuhan khusus yang perlu mendapatkan layanan pendidikan
khusus melalui program inkulusi. Sesuai keperluan pembelajaran dan layanan khusus lain yang
sesuai dengan kebutuhan anak, dapat dilanjutkan dengan kegiatan asesmen. Dengan asesmen
akan diketahui kelemahan/ kesulitan anak dalam satu hal, kekuatan/potensi/kemampuan dan
kelebihan anak dalam satu hal, serta kebutuhan layanan khusus yang diperlukan utnuk mengatasi
satu hal.
B. TUJUAN
Secara umum tujuan identifikasi ini adalah untuk menghimpun informasi seawal munggkin
apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, intelektual, sosial, emosional,
dan atau sensoris neurologis) atau tidak. Disebut mengalami kelainan/ penyimpangan tentunya
harus dibandingkan dengan anak lain yang sebaya dengannya. Hasil dari identifikasi akan
dilanjutkan dengan asesmen, yang hasilnya akan dijadikan dasar untuk penyusunan program
pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan ketidakmampuannya.
IDENTIFIKASI ANAK TUNAGRAHITA
A. Pengertian
Tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dan keterbelakangan mental, jauh di
bawah rata- rata. Gejalanya tak hanya sulit berkomunikasi, tetapi juga sulit mengerjakan tugas-
tugas akademik. Ini karena perkembangan otak dan fungsi sarafnya tidak sempurna. Anak-anak
seperti ini lahir dari ibu kalangan menengah ke bawah. Ketika dikandung, asupan gizi dan zat
antibodi ke ibunya tidak mencukupi.
Banyak yang berasumsi bahwa anak tunagrahita sama dengan anak idiot. Asumsi tersebut
kurang tepat karena sesungguhnya anak tunagrahita terdiri atas beberapa klasifikasi. Tunagrahita
ialah istilah yang digunakan untuk anak yang memiliki perkembangan intelejensi yang terlambat.
Adapun cara mengidentifikasi seorang anak termasuk tunagrahita yaitu melalui beberapa
indikasi sebagai berikut:
1. Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar,
2. Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia,
3. Perkembangan bicara/bahasa terlambat,
4. Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong),
5. Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali),
6. Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler).
B. Klasifikasi Anak Tunagrahita
Ada beberapa klasifikasi anak Tunagrahita yang di ukur melalui IQ:
1) Tunagrahita Ringan (IQ 51-70)
Anak yang tergolong dalam tunagrahita ringan memiliki banyak kelebihan dan
kemampuan. Mereka mampu dididik dan dilatih. Misalnya, membaca, menulis, berhitung,
menjahit, memasak, bahkan berjualan. Tunagrahita ringan lebih mudah diajak berkomunikasi.
Selain itu kondisi fisik mereka tidak begitu mencolok. Mereka mampu berlindung dari bahaya
apapun. Karena itu anak tunagrahita ringan tidak memerlukan pengawasan ekstra.
2) Tunagrahita Sedang (IQ 36-51)
Tidak jauh berbeda dengan anak tunagrahita ringan. Anak tunagrahita sedang pun mampu
diajak berkomunikasi. Namun, kelemahannya mereka tidak begitu mahir dalam menulis,
membaca, dan berhitung. Tetapi, ketika ditanya siapa nama dan alamat rumahnya akan dengan
jelas dijawab. Mereka dapat bekerja di lapangan namun dengan sedikit pengawasan. Begitu pula
dengan perlindungan diri dari bahaya. Sedikit perhatian dan pengawasan dibutuhkan untuk
perkembangan mental dan sosial anak tunagrahita sedang.
3) Tunagrahita Berat (IQ dibawah 20)
Anak tunagrahita berat disebut juga idiot. karena dalam kegiatan sehari-hari mereka
membutuhkan pengawasan, perhatian, bahkan pelayanan yang maksimal. Mereka tidak dapat
mengurus dirinya sendiri apalagi berlindung dair bahaya. Asumsi anak tunagrahita sama dengan
anak Idiot tepat digunakan jika anak tunagrahita yang dimaksud tergolong dalam tungrahita
berat.
C. Kebutuhan Belajar ABK dengan Keterbelakangan Mental
Seperti diketahui bahwa anak penyandang keterbelakangan mental sangat berrvariasi
kemampuannya mulai dari ringan,sedang sampai berat. Anak-anak terbelakang mental
pada umumnyan masih memiliki kemampuan /potensi dalam belajar dan
mengembangkan seluruh hidup sesuai dengan tingkat kemampuannya.Namun karena
keterbatasannya maka mereka membutuhkan Layanan Pendidikan Khusus.
Ada beberapa bidang perkembangan yang diperlukan oleh siswa-siswi yang terbelakang
mental :
a) Pengembangan Kemampuan Kognitif
Anak-anak yang terbelakang mental pada umumnya memilii keterlambatan dalam bidang
kognitif.Oleh karena itu maka perlu adanya pengembangan kognitif yakni: 1) the pace of
learning Siswa Tunagrahita dalam belajar memerlukan waktu belajar lebih banyak dibandingkan
dengan teman sebaya yang normal. 2) levels of learning,anak-anak terbelakang mental
memerlukan dorongan untuk dapat memahami isi materi sesuai tingkat kemampuannya. 3) levels
of comprehension, pada umumnya mengalami kesulitan mempelajari materi yang bersifat abstrak
sehingga perlu adanya penggunaan media-media konkrit dalam pembelajaran.
b) Pengembangan Kemampuan Bahasa
Keterlambatan dalam bidang bahasa merupakan salah satu cirri dari anak terbelakang
mental. Keterlambatan pada bidang akademik pada umumnya juga bersumber dari keterlambatan
bahasa. Agar ketrampilan berbahasa memadai maka memerlukan bimbingan bahasa.
c) Pengembangan Kemampuan Sosial
Masalah utama yang dialami oleh anak terbelakang mental(Tunagrahita) adalah tidak
adanya kemampuan bersosial. Hambatan ini berakibat pada ketidakmapuan anak dalam
memahami kode atau aturan yang terdapay di sekolah,keluarga maupun masyarakat.Dalam
upaya pengembangan social anak Tunagrahita diperlukan beberapa kebutuhan misalnya: 1)
kebutuhan merasa menjadi bagian dari masyarakat. 2) Kebutuhan dari menemukan perlindungan
dari sikap yang negative. 3) Kebutuhan aan kenyamanan social. 4) Kebutuhan untuk
menghilangkan kebosanan.
D. Kesulitan Belajar Anak Tunagrahita
Kesulitan belajar merupakan bidang yang sangat luas, dan sangat komplek untuk dipelajari,
karena menyangkut sekurang-kurangnya aspek psikologis, neurologis, pendidikan dan aspek
kehidupan sosial anak dalam keluarga/ masyarakat. Setiap disiplin ilmu memiliki cara pandang
yang berebeda dalam memahami dan menjelaskan fenomena kesulitan belajar yang dialami oleh
seorang anak. Anak berkesulitan belajar adalah anak yang memiliki gangguan satu atau lebih dari
proses dasar yang mencakup pemahaman penggunaan bahasa lisan atau tulisan, gangguan
tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kemampuan yang tidak sempurna dalam
mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis,mengeja atau menghitung. Batasan
tersebut meliputi kondisi-kondisi seperti gangguan perceptual, luka pada otak, diseleksia dan
afasia perkembangan.
Ketika seorang anak belajar memerlukan kemampuan dalam beberapa aspek
yaitu: persepsi (perception), baik pendengaran, penglihatan, taktual dan kinestetik, kemampuan
mengingat (memory), proses kognitf (cognitive prcsess) dan perhatian (attention).Kemampuan-
kemampuan tersebut bersifat internal di dalam otak. Proses belajar akan mengalami
hambatan/kesulitan apabila kemampuan-kemampuan tersebut mengalami gangguan. Apabila ada
seorang anak yang mengalami kesulitan pada keempat aspek seperti itu ada kemungkinan anak
tersebut mengalai kesulitan belajar yang bersifat internal (learning disability)
Berikut adalah contoh beberapa kesulitan belajar yang dialami oleh anak Tunagrahita yaitu:
1) Kesulitan Membaca
Kesulitan belajar membaca sering disebut juga disleksia (dyslexia). Ada nama-nama lain yang
menunjuk kesulitan belajar membaca, yaitu corrective readers dan remedial readers, (Hallahan,
Kauffman, and Lloyd, 1985 : 202). Membaca mengandung beberapa pengertian. Di dalam
Karnus Besar Bahasa Indonesia, membaca diartikan (1) melihat dan memahami isi dari apa yang
tertulis (dengan melisankan atau dalam hati). (2) mengeja atau melafalkan apa yang tertulis. Hal
itu menunjukkan bahwa untuk dapat membaca diperlukan adanya keterarnpilan khusus, yang
dalam konteks ini adalah mengeja dan melafalkan apa yang tertulis. Dalam belajar membaca,
anak harus terampil dalam mempersepsi bunyi fonem, morfem, sematik dan sintaksis. Ini biasa
mdisebut dengan kemampuan berbahasa/ linguistik. Anak yang mempunyai kesadaran linguistik
dengan baik, tidak akan mengalami kesulitan dalam belajar membaca. Pada umumnya anak
Tunagrahita memiliki kemampuan yang kurang dalam hal mengingat (memory)yang merupakan
suatu kesulitan kronis yang diduga bersumber dari neurologis (syaraf) , sehingga dapat
disimpulkan bahwa kemampuan membaca anak Tunagrahita dipengaruhi oleh Aspek Persepsi
dan Aspek Memory yang merupakan proses mental yang terletak di otak . Persepsi diperlukan
dalam belajar utuk menganalisis informasi yang diterima. Misalnya, seorang anak diperlihatkan
bentuk /h/ dan /n/. atau angka /6/ dengan /9/. Anak yang persepsi penglihatannya baik, akan
dapat membedakannya. Sedangkan anak yang mengalami ganguan persepsi akan sangat sulit
untuk menemukan karakter yang membedakan kedua bentuk tersebut. Dapat dibayangkan betapa
sulitnya bagi seorang anak yang mengalami hambatan seperti ini untuk belajar
membaca. Mengingat (memory) adalah kemampuan untuk menyimpan informasi dan
pengalaman yang pernah dipelajari pada masa lalu dan dapat dimunculkan kembali jika
diperlukan. Kemampuan mengingat ini mempunyai dua tingkatan yaitu ingatan jangka pendek
(short term memory) dan ingatan jangka panjang (long term memory). Mengingat sesuatu, baik
yang dilihat maupun yang didengar dalam tempo yang sangat singkat, disebut ingatan jangka
pendek (short term memory). Belajar sangat erat hubungannya dengan ingatan jangka pendek.
Anak yang mengalami kesulitan dalam ingatan jangka pendek akan sangat sulit untuk
menyimpan informasi atau pengalaman belajar dalam ingatan jangka panjang.
Kesulitan membaca disebabkan karena kompetensi dasar membaca belum tercapai dengan baik
yaitu:
a. Mengenal huruf,
b. Menggabungkan dua huruf menjadi suku kata (peleburan bunyi),
c. Menggabungkan suku kata menjadi kata atau kesulitan dalam menyusun kata dalam kalimat.
2) Kesulitan Menulis
Anak Tunagrahita memiliki kesulitan dalam mengingat abjad,huruf atau simbol sehingga
mereka cenderung sulit untuk membaca tulisan,kata, bahkan kalimat. Kesulitan belajar menulis
sering disebut juga disgrafia (dysgraphia). (Jordon dikutip oleh Hallahan, Kauffman, & Lloyd,
1985 : 237). Kesulitan belajar menulis yang berat disebut juga afgrafia. Pada dasarnya disgrafia
menunjuk pada adanya ketidakkemampuan mengingat cara membuat huruf atau simbol – simbol
matematika yang biasanya dikaitkan dengan kesulitan membaca atau disleksia.
Ada beberapa aspek yang menyebabkan anak Tunagrahita berkesulitan dalam belajar
menulis yakni :
a. Memegang pensil (Psikomotorik)
1. Sudut pensil terlalu besar
2. Sudut pensil terlalu kecil
3. Menggenggam pensil seperti mau meninju
4. Menyangkutkan pensil di tangan atau menyeret pensil. Jenis memegang pensil seperti
ini yakni termasuk ciri – ciri bagi anak kidal.
b. Mengenal huruf
Anak Tunagrahita sulit dalam mengenal huruf, apabila sudah di acak-acak letaknya.
Sehingga untuk menuliskan huruf-huruf dengan rapi dan benar juga kesulitan. Dengan demikian
maka Daya Ingat (Memory) anak Tunagrahita sangat lemah, sehingga perlu pelayanan khusus
dalam pembelajaran.
c. Menulis ekspresif.
Yakni mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam suatu bentuk tulisan. Sehingga dapat
dipahami oleh orang lain yang sebahasa, menulis ekspresif disebut juga mengarang atau
komposisi.
4) Kesulitan Berhitung Matematika
Keterampilan proses kognitif dasar sangat erat kaitannya dengan keterampilan belajar
matematika. Anak yang telah memiliki keterampilan proses kognitif dasar akan lebih mudah
untuk belajar matematika, dan sebaliknya. Keterampilan kognitif dasar meliputi: keterampilan
dalam mengelompokkan objek menurut atribut tertentu, keterampilan mengurutkan objek
menurut besar/kecil atau panjang pendek, korespondensi, dan kemampuan dalam konservasi.
Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia (discalculis) (Lerner, 1988 : 430).
Istilah diskalkulia memiliki konotasi medis, yang memandang adanya keterkaitan dengan saraf
pusat.
Dalam pembelajaran matematika di lapangan, anak tunagrahita banyak mengalami
hambatan yang dapat dilihat dari beberapa aspek seperti:
a) Membilang : anak tunagrahita sulit untuk menyebutkan bilangan secara berurutan, seperti dari
bilangan 9 sampai ke 12, dan dari bilangan 15 sampai ke 17, ada yang lancar dari 1 sampai 19
akan tetapi bilangan 20 tidak disebut tetapi kembali kebilangan 10.
b) Mengoperasikan Penjumlahan,pengurangan,perkalian,pembagian
c) Memecahkan masalah Matematika
demikian maka dapat disimpulkan bahwa anak Tunagrahita ketika belajar mengalami
beberapa kesulitan yaitu: persepsi (perception), baik pendengaran, penglihatan, taktual dan
kinestetik, kemampuan mengingat (memory), proses kognitf (cognitive prcsess) dan perhatian
(attention).Kemampuan-kemampuan tersebut bersifat internal di dalam otak. Proses belajar akan
mengalami hambatan/kesulitan apabila kemampuan-kemampuan tersebut mengalami gangguan.
Identifikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu identification, yang berarti pengenalan.
Identifikasi yang dimaksud pada pembahasan ini adalah cara untuk mengenali anak
tunagrahita dengan membandingkan dengan anak-anak pada umumnya. Identifikasi
dimaksudkan bukan untuk labeling tapi untuk melihat hambatan-hambatan yang dialami
anak.
Ada beberapa cara untuk melakukan identifikasi anak tunagrahita, diantaranya adalah:
observasi, tes buatan, tes psikologi.
1. Observasi
Observasi merupakan metode yang tertua diantara metode-metode yang digunakan untuk
mengenali anak atau orang dewasa yang tunagrahita. Metode ini membutuhkan waktu yang
relative lama, tetapi memberikan hasil yang lebih lengkap dibandingkan dengan metode lain.
observasi bisa juga untuk melengkapi hasil tes dari psikolog, karena hasil tes belum tentu
menunjukkan keadaan anak yang sebenarnya. Sebelum melakukan observasi seorang observer
harus memahami dulu perkembangan rata-rata anak pada umumnya .
Ada dua macam bentuk observasi. Pertama membiarkan anak hidup dalam lingkungan
yang wajar, observer hanya mencatat gejala-gejala yang timbul selama observasi. Supaya
observasi lebih terarah harus memiliki pedoman observasi. Pedoman observasi ini dapat dibuat
dengan mengacu pada perkembangan rata-rata anak pada umumnya. Cara ini tidak selamanya
efektif karena memerlukan waktu yang cukup banyak. Kedua, supaya lebih efektif observer
menciptakan lingkungan kondisi lingkungan yang dapat menarik perhatian anak sehingga anak
mau bicara, melakukan sesuatu dan lain sebagainya.
2. Tes Buatan Guru
Tes buatan adalah tes yang dibuat oleh guru atau orang yang berkepentingan untuk
mengenali anak tunagrahita. Supaya hasil tes lebih lengkap dan akurat akan lebih baik bila
disertai dengan observasi. Tes bisa dibuat berdasarkan pada tugas-tugas perkembangan yang
harus dilalui anak pada masa-masa perkembangannya. Pada pelaksanaannya anak diminta untuk
mengerjakan tugas-tugas perkembangan yang sesuai dengan umurnya, apabila anak belum dapat
maka anak diberi tugas unuk umur sebelumnya sebaliknya apabila anak mampu untuk
mengerjakan tugas perkembangan yang sesuai dengan umurnya maka dilanjutkan pada tugas
perkembangan untuk umur di atasnya. Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka dalam
pelaksanaan tes harus diciptakan kondisi yang membuat anak nyaman dan tidak terbebani oleh
keberadaan tester sehinggan membuat anak gugup dan tidak melaksanakan tugasnya.
3. Tes Psikologi
Tes psikologi merupakan salah satu alat untuk mengenali apakah seorang anak
mengalami ketunagrahitaan atau tidak. Tes psikologi yang dipergunakan adalah tes
kecerdasasan. Tes ini lebih obyektif karena materi tes sudah diujicobakan sehingga 70
memenuhi persyaratan, prosedur pelaksanaannyapun diatur, termasuk cara pengolahan
hasil tes, sehingga akan mengurangi bias pada hasil tes.
Tes kecerdasan akan lebih baik apabila disertai dengan tes kematangan sosial, mengingat
kenyataannya bahwa seseorang dikatakan tunagrahita apabila mengalami keterlambatan dalam
kecerdasan dan disertai hambatan dalam prilaku adaptifnya. Tes kecerdasan yang ada dewasa ini
lebih banyak yang dikembangkan di luar negeri, oleh karena itu dalam penggunaanya harus hati-
hati, karena lingkungan fisik dan lingkungan sosial dan budaya serta kondisi ekonomi masing-
masing negara seringkali tidak sama. Supaya tes-tes yang dikembangkan di luar negeri bisa
digunakan maka perlu adaptasi dengan kondisi setempat. Diantara tes-tes psikologi yang banyak
digunakan adalah tes buatan Binet yang kemudian direvisi di Stanford University sehingga
disebut Test Stanford-Binet, Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC) dan Raven’s
Matrices.
ASESMEN ANAK TUNAGRAHITA
1. Pengertian Asesmen
Istilah asesmen berasal dari Bahasa Inggris yaitu assesment yang berarti penilaian suatu
keadaan.Jadi asesmen anak tunagrahita adalah penilain kemampuan anak tunagrahita. Penilaian
yang di maksud dalam hal ini berbeda dengan evaluasi.Jika evaluasi dilaksanakan setelah anak
itu belajar dan bertujuan untuk menilai keberhasilan anak dalam mengikuti pelajaran,akan tetapi
pada asesmen tidak demikian,dalam asesmen penilaian dilakukan pada saat anak belum
diberikan pelajaran atau setelah dari hasil deteksi di temukan bahwa ia diperkirakan
tunagrahita,dan atau sementara belajar untuk program selanjutnya.asesmen bukan pula tes,akan
tetapi tes merupakan bagian dari asesmen.sejalan dengan itu,Mulliken dan Buckely(1983)
mendefinisikan asesmen sebagai berikut: “Assesment refers to the gathering of relevan
information to help an individual make decisions.asessment in educational setting is a
multipaceted process that involves for more than the administration of a test”
Dari uraian tersebut maka jelaslah bahwa asesmen merupakan usaha untuk menghimpun
informasi yang relevan guna memahami atau menentukan keadaan individu.
2. Tujuan Asesmen
Tujuan dilakukan asesmen berkaitan erat dengan waktu mengadakannya. Berikut ini akan
diuraikan mengenai waktu pelaksanaan asesmen.
a. Asesmen yang dilakukan setelah deteksi
Kegiatan asesmen ini dilaksanakan setelah anak tunagrahita ditemukan.dengan demikian
Tujuan asesmen ini adalah:
1) Untuk menyaring kemampuan anak tunagrahita
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan anak dalam setiap
aspek.Misalnya,Bagaimana kemampuan bahasanya,kemampuan kognitipnya,kemampuan
gerak,dan kemampuan penyesuaian dirinya.
2) Untuk keperluan pengklasifikasian,penempatan,dan penetuan program pendidikan
Anak tunagrahita setelah diadakan penyaringan maka dapat diperkirakan apakah anak
tersebut termasuk kedalam kategori tunagrahita ringan,sedang,atau berat.pengambilan
kesimpulan dan penetapan sudah tentu harus didukung oleh data yang jelas.pengklasifikasian ini
kaitannya dengan usaha penempatan.sebab perbedaan kemampuan anak tunagrahita amat
berbeda.
3) Untuk menentukan arah dan kebutuhan pendidikan anak tunagrahita.
Arah atau tujuan anak tunagrahita pada adasarnya sama dengan tujuan pendidikan pada
umumnya hanya saja mengingat kemampuan anak tunagrahita yang terbatas,maka perlu
dirumuskan tujuan khusus yang disesuaikan dengan tingkat ketunagrahitaannya.dengan demikian
keluasan dan kedalaman tujuan pendidikan bagi mereka sangat erat kaitannya dengan tingkat
ketunagrahitaan.maka perumusan tujuan untuk masing-masing tingkat ketunagrahitaan sangat
diperlukan karena merupakan dasar pendangan atau acuan untuk menentukan arah ataupun
program pendidikannya.
4) Untuk mengembangkan program pendidikan yang diindividualisasakan atau biasa juga
disebut IEP (Individualized Educational Program).
Dengan data yang diperoleh sebagai hasil asesmen dapatlah diketahui kemampuan dan
ketidak mampuan anak tunagrahita.kemampuan-kemampuan itu menjadi dasar untuk
mengembangkan kemampuan berikutnya.akibat dari pengembangan program yang didasarkan
pada hasil asesmen,maka munculah rumusan program yang disesuiakan dengan kemampuan
setiap anak.
5) Untuk menentukan strategi,lingkungan belajar,dan evaluasi pengajaran.
Sama halnya dengan IEP bahwa dengan melihat hasil asesmen dapat ditentukan model
strategi,lingkungan belajar,evaluasi maupun tindak lanjut pengajaran.seperti contoh:
a. Strategi pengajaran
Strategi pengajaran klasikal kurang sesuai bila diterapkan pada anak tunagrahita,terutama
jika mengajarkan bidang-bidang yang membutuhkan konsentrasi atau pembahasan tentang
konsep-konsep.
b. Lingkungan belajar
Pengaturan lingkungan belajar baik berupa lingkungan fisik maupun lingkungan suasana
harus disesuaikan dengan keadaan tunagrahita.Lingkungan fisik seperti pengaturan meja dan
kursi,lemari,papan tulis maupun gambar-gambar.dan lingkungan suasana seperti:Peraturan-
peraturan,suara guru dalam mengajar,situasi lingkungan dan sebagainya.
c. Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi tentu harus dirumuskan sesuai dengan tingkat ketunagrahitaan
anak.Pada anak tunagrahita ringan pada umumnya dapat dihadapkan pada bentuk soal tertulis
dan lisan,sedangkan pada anank tunagrahita sedang atau berat sebaiknya evaluasi diberikan
dalam bentuk perbuatan.
Dari landasan teori di atas yang penulis pergunakan adalah : observasi dan evaluasi/assesmen.
Sedang test WISC tidak kami gunakan sebab test tersebut untuk anak normal.
Alat test dari soal-soal dari buku cetak.uku pelajaran untuk kelas SD 2 umum. Jika anak tidak dapat
mengerjakan penulis menggunakan buku kelas I SD umum.
AYAH KANDUNG
NAMA TJIAU LIANG
AGAMA KRISTEN
KEW WNI
PEKERJAAN KARY SWASTA
PERUM AMBARKETAWANG INDAH GANG BIMA 19 GAMPING SLEMAN
ALAMAT YOGYA
TELP 08122791295
IBU KANDUNG
B. KEMAMPUAN AWAL
aspek mampu
bahasa
indonesia 8 mendengarkan mendengar instruksi sederhana
aktualisasi
iman mengasihi Tuhan dan teman
serius dalam berdo'a
suka membantu orang lain
dan bersahabat dg orang lain.
mampu berdo;a
mampu berdoa dengan lagu ruhani
IPA 7 kerja ilmiah melakukan percobaan benda air
pemahaman menyebutkan anggota tubuh manusia, hewan dan
konsep tumbuhan serta fungsinya masing-masing.
Apresiasi nilai
Seni rupa pijakan kerapian dalam
mewarnaidan kerajinan
seni budaya dan menggambar dan
ketrampilan mewarnai.
perlu rajin berlatih untuk
meningkatkan kemampuan
motoriknya.
menyanyi menyanyi dengan artikulasi
yang jelas
bahasa jawa
membaca dan mengenal
tulisan singkat bahasa
bahasa inggris Inggris
mempraktek drag/drop
ICT mouse dengan benar
menggunakan Keybord
merapikan gambarnya
mempraktekkan memutar
dengan Window Media
Player
KOORDINASIPENGAMBILAN
NAFAS,
TANGAN DAN KAKI DALAM
GAYA BEBAS.
MENJAGA KESEIMBANGAN
TUBUH.
KEBERANIAN DALAM
RENANG MENYELAM.
KEMAMPUAN UMUM
RENCANA/TINDAK LANJUT
A. KESIMUPULAN
Sekolah Inklusi yang penulisan observasi sudah termasuk pendidikan inklusi, walau
sarana prasarana khusus ABK masih terbatas,. Tenaga Pendidik yang umum banyak
belum mengikuti Diklat kePLBan. Guru Pembimbing Khusus sudah ada.
Metode Khusus yang dilaksanakan oleh guru baru terbatas pada Remedial. Dan hal
ini juga berlaku pada siswa pada umumnya.
B. SARAN
1. Peulis menyaranan agar Sekolah melengkapi sarana khusus untuk ABK sesuai
ABK yang perlu dan belum ada. Adapun ujud sarana dan prasarana kordinasi
dengan Pemerintah maupun yayasan serta komite.sekolah.
5. Hal yang perlu diperhatikan tentang Peserta Didik yang penulis observasi
adalah :kemampuan konsentrasi, kemampuan membaca dan menulis, serta
menghitung dari penjumlahan dan pengurangan satu sampai dua digit.
C. PENUTUP
TUGAS INDIVIDU
NAMA :BEJO
NIM : 08103244004
2013
Lampiran : 1
Untuk memperoleh sarana prasarana yang khusus untuk siswa ABK upaya apa saja yang sudah
ditempuh sekolah?
Dana yang dikelola guna menambah sarana prasarana bagi siswa ABK
Berasal dari : : (
APBN, : ya, tidak
APBD Kota Yogyakart : ya, tidak
APBD DIY, : ya, tidak
Sumbangan masyarakat , : ya, tidak
Sumbangan Ortu/Komite. : ya, tidak
Proses Penerimaan :
Arsip Pengumuman Penerimaan Murid/Peserta Didik Baru (sejak pertama menjadi sekolah
Inklusi dan terakhir).
Pengumuman Penerimaan peserta didik baru
Data Siswa Inklusi :
Yogyakarta, ………………………….
Yang mengisi data :
Kepala SD TUMBUH 1 Yogyakarta
……………………………………………
NUPTK………………………………
6. Jenis ABKnya, tuna apa saja siswa ABK di kelas yang Bapak/Ibu ampu saat ini?
Jawab : tuna ……………………, …………………………………..
7. Dengan apa saja, Bapak/Ibu mengetahui, bahwa di kelas Bapak/Ibu ampu ada siswa yang
ABK?
( ) dari pengamatan sekilas terhadap fisik dan tingkah lakunya
( ) dari pengamatan fisiknya
( ) dari pengamatan tingkah lakunya
( ) dari hasil prestasi belajar yang telah diperoleh
( ) dari hasil test IQ
( ) dari surat keterangan dokter
( ) dari laporan orang tua/wali
( ) dari lainnya.
………………………………………………………………………………………………
……………………………
8. Menurut pendapat BapakIbu selaku pendidik, apakah kondisi ABK tersebut akan/dapat
mempengaruhi prestasi belajar ABK tersebut dalam mengikuti pelajaran yang Bapak//Ibu
ampu?
( ) sangat mempengaruhi
( ) dapat mempengaruhi
( ) tidak berpengaruh
9. Dengan adanya siswa ABK bagaimana pendapat Bapa/Ibu ?
( ) pekerjaan bertambah berat
( ) pekerjaan tidak bertambah berat
10. Apakah Bapak/Ibu menemui masalah dalam membina siswa tersebut ?
( ) ada, yaitu : …………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
( ) tidak ada masalah sama sekali.
11. Hikmah apa saja yang Bapak/Ibu dapatkan dengan membina/mengasuh siswa ABK
tersebut?
………………………………………………………………………………………………
12. Yang Bapak/Ibu ketahui, apakah di sekolah ini sudah ada Guru Pembimbing KHusus?
( ) sudah ada
( ) belum ada.
Jika sudah ada, jawab pertanyaan nomor 8 berikut ini!
13. Apa saja yang telah Bapak/Ibu dapatkan dengan adanya Guru Pembimbing Khusus
tersebut?
………………………………………………………………………………………………
………………………………………….
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
16. Berhubung di kelas yang Bapak Ibu ampu ada ABK-nya, apakah Bapak/Ibu sudah
menggunakan metode yang khusus untuk mendidik abk TERSEBUT?
( ) Sudah menggunakan metode khusus untuk mendidik abk
( ) Belum menggunakan metode khusus untuk mendidik ABK
17. Apakah Bapak /Ibu pernah mengikuti Diklat ke-PLB-an dan mendapat Sertiikasi Ke-
PLBan?
( ) sudah
( ) belum
18. Jika sudah pernah mengikuti Diklat ke-PLB-an, mohon dijawab pertanyaan ini! Diklat
ke-PLB-an yang saya ikuti diselenggarakan oleh :
( ) Pemerintah Pusat, Mendikbud atau Mendiknas.
( ) Pemerintah Provinsi (Dinas Pendidikan/Dikpora DIY)
( ) Pemerintah Kota (Dinas Pendidikan Kota Di yogyakarta)
19. Selain Kurikulum sekolah umum apakah Bapak/Ibu sudah menggunakan kurikulum
untuk sekolah khusus dalam membina ABK tersebut?
( ) sudah
( ) belum
20. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat Diklat tentang Materi Program Khusus,
sebagaimana tersebut di bawah ini?
Contoh :
Orientasi Mobilitas (OM) untuk mendidik Tunanetra
Cara menulis Braille untuk mendidik membaca dan menulis bagi peserta didik tunanetra
Bina Persepsi Bunyi dan Irama untuk mendidik Anak Tunarungu.
Sistem Bahasa Isyarat Indonesia untuk mendidik Anak tunarungu
Bina Diri dan Bina Gerak untuk mendidik Anak Tuna Daksa
Bina Diri untuk Anak Tunagrahita.
Jawab :
( ) belum pernah mendapatkan
( ) sudah pernah mendapat
21. Menurut pendapat Bapak/Ibu, apakah siswa ABK yang Bapak Ibu ampu sudah saatnya
memerlukan sarana prasaran khusus, agar dapat mengikuti pelajaran yang Bapak/Ibu
ampu?
( ) sudah perlu, sebab
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………
( ) belum perlu, sebab
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………….
22. Yangbapak/ibu ketahui, apakah sudah ada Sarana dan prasarana yang khusust digunakan
siswa ABK dalam mengikuti ateri yang Bapak/Ibu ampu?
a. Ya sudah ada :
b. Ya belum ada
23. Jika sudah ada, sarana prasarana apa yang khusus dapat digunakan siswa ABK tersebut?
………………………………………………………………………………………………
……………………….
………………………………………………………………………………………………
…………………………………..
24. Yang Bapak/Ibu ketahui, permasalahan apa saja yang timbul selama ABK di dalam kelas
yang Bapak/Ibu ampu?
1. …………………………………………………………………………………………
2. …………………………………………………………………………………………
3. …………………………………………………………………………………………
25. Untuk mengatasi masalah tersebut, langkah-langkahapa saja yang sudah Bapak/Ibu ambil
untuk mengatasi masalah tersebut?
………………………………………………………………………………………………
…………………………………
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………
27. Dalam mengikuti mata pelajaran yang Bapak/Ibu ampu, bagaimana posisi prestasi ABK
tersebut, di bandingkan dengan siswa yang lain padaumumnya? dan dibanding dengan
KKM?
( ) di atas rata-rat kelas
( ) rata-rata
( ) di bawah rata=rata
28. Setelah Bapak/Ibu mengetahui, tentang prestasi belajar yang diperoleh oleh siswa ABK
tersebut, bagaimana tentang kelanjutan sekolah bagi siswa ABK tersebut?
( ) siswa ABK tersebut tetap kami harapkan melanjutkan di sekolah ini.
( ) siswa ABK tersebut, masih diperbolehkan melanjutkan di sekolah ini, jika dapat
mengikuti pelajaran di sekolah dibutikan dengan meningkatnya nilai yang mencapai
KKM.
( ) kami sarankan untuk pindah ke sekolah khusus/SLB
29. Bagamaina kehadiran siswa ABK tersebut dalam mengikuti pelajaran yang Bapak Ibu
ampu?
( ) selalu hadir
( ), pernah tidak hadir karena sakit …. Hari, ijin : hari..
( ) pernah tidak hadir tanpa keterangan hari.
( ) sering tidak hadir tanpa keterangan
30. Bagamana sikap ABK di kelas, ketika mengkuti pelajaran yang Bapak/Ibu ampu?
( ) senantiasa aktif memperhatikan penjelasan dari guru.
( ) kurang perhatian terhadap pelajaran
( ) bermain-main sendiri
( ) membuat gaduh/mengganggu teman-teman
31. Bagamana sikap ABK tersebut jika mendapat tugas dari Bapak/ibu ?
( ) selalu mengerjakan
( ) mengerjakan setelah diingatkan
( ) tidak mengerjakan sama sekali.
32. Menurut pengamatan Bapak/Ibu selaku pendidik ABK tersebut, bakat apa saja yang
diperoleh ABK tersebut?
( ) ABK tersebut berbakat di bidang
…………………………………………………………
( ) tidak ada bakat yang menonjol.
33. Bidang aspek apa pada ABK tersebut yang paling bermasalah?
( ) aspek kognitif
( ) aspek afektif
( ) aspek psikomotor, kognitif, afektif, psikomotor
( ) ketiga-tiganya.
Yogyakarta, ……………………………..
Respnden,
Guru Mata Pelajaran ……………………………………..
………………………………………………………………….
NUPTK, ………..
Daftar Pertanyaan :
1. Selama Bapak/Ibu menjadi GPK padasekolah SD Tumbuh 1 Yogyakarta, sudah
membimbing ABK berapa anak? jawaban : anak, terdiri dari :
A : anak C anak Lain-lain : anak
B : anak D anak
2. Menurut pendapat Ibu, sekolah inklusi tempat ibu bekerja saat ini, apakah sudah sesuai
dengan standar sekolah Inklusi? Mohon diberi penjelasan/alasannya, agar penulis
mengetahui.
( ) sudah sesuai, buktinya telah ada …………………………………………………
………………………………………………………………………………………….
( ) belum sesuai, sebab …………………………………………………………….
……………………
………………………………………………………………………………………………
…
3. Yang Ibu ketahui, sarana prasarana yang khusus untuk ABK yang sudah ada, apa saja?
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………
5. Yang ibu ketahui, apakah sekolah inklusi ini juga sudah menggunakan kurikulum untuk
ABK, di samping kurikulum untuk sekolah umum?
( ) sudah
( ) belum
6. Jika sudah, kurukulum yang mana yang sudah dilaksanakan?
…………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………
..
7. Dan jika ada yang belum, kurikulum, pelajaran apa yang belum diberikan?
………………………………………………………………………………………………
……
………………………………………………………………………………………………
……….
8. Bagaimana peranan Guru Pembimbing Khusus di sekolah inklusi ini?
( ) sebagai konsultan semata
( ) ikut mendidik siswa ABK secara langsung
( ) ikut mendampingi siswa ABK di kelas.
9. Dalam satu minggu, Ibu berkunjung sebagai GPK pada sekolah inklusi ini, berapa kali,
untuk tiap anak?
Jawaba : kali/anak.
10. Sebagai Guru Pembimbing Khusus, apakah ibu juga memantau di kelas?
( ) ya
( ) tidak
11. Dalam memberikan bimbingan terhadap ABK, secara langsung terhadap AB, atau melalui
guru mata pelajaran masing-masing?
( ) langsung
( ) melaluiguru mata pelajaran
12. Jika mendidik langsung, Untuk mata pelajaran apa yang Ibu berikan untuk membimbing
ABK?
………………………………………………………………………………………………
.
13. Apakah setiap guru mata pelajaran yang punya peserta didik ABK selalu aktif menjumpai
GPK untuk menyampaikan permasalahan dari peserta didik yanga ABK?
( ) ya
( ) tidak pasti
14. Tolong tuliskan prestasi yang paling menonjol dan mata pelajaran yang paling
bermasalah yang dimiliki oleh ABK pada Sekolah Inklusi SD TUMBUH 1 Yogyakarta,
Di yogyakarta dengan mengisi tabel di bawah ini !
No. Nama Siswa ABK Jenis Kelas Prestasi yang Prestasi yang
Kelainan paling menonjol paling bermasalah
15. Selama Ibu bertugas sebagai Guru Pembimbing Khusus pada sekolah inklusi di SD
TUMBUH 1 Yogyakarta, apakah Guru Bimbingan Konseling juga seringelakukan
konsultasi dengan Guru Pembimbing Khusus mengenai peserta didik yang ABK?
( ) Ya, sering
( ) Ya, kadang-kdang
( ) tidak pernah
16. Tolong tuliskan kesan dan pesna, suka duka selama menjadi Guru Pembimbing Khusus
pada sekolah Inklusi di SD TUMBUH 1 Yogyakarta!
Yogyakarta, ………………….
Guru Pembimbing Khusus
……………………………….
NUPTK
( ) belum tahu
2. Menurut perasaan adik sendiri, adik termasuk ABK atau bukan?
( ) saya mengakui, saya termasuk ABK
( ) saya tidak merasa menjadi ABK.
3. Jika adik sudah mengaku termasuk ABK, kondisi apa yang adik rasakan, sehingga
termasuk ABK?
( ) keadaan kondisi fisik saya
( ) saya tidak tahu
4. Selama Adik sekolah di Sd tumbuh 1 yogyakarta ini, pelajaran apa yang adik rasakan
paling sulit?
Jawab :
………………………………………………………………………………………………
……………………….
5. Dan pelajaran apa yang adik rasakan paling mudah?
Jawab
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………..
6. Apakah semua pelajaran mudah adik ikuti dan adik pahami?
( ) semua mudah
( ) ada yang mudah, ada yang sulit
( ) semua sulit diikuti dan dipahami
7. Jika ada mata pelajran yang tidak dapat adik ikuti, sebutkan nama mata pelajaran
tersebut!
………………………………………………………………………………………………
…………………
10. Berapa jumlah Bapak dan Ibu guru di kelas adik saat in?
Jawab : orang
11. Bapak/Ibu guru siapa yang adik rasakan paling mudah dipahami dalam memberikan
pelajaran?
Yaitu : Bapak/Ibu ………………………………………………
12. BapakIbu guru siapa yang adik rasakan paling sulit dipahami dalam memberikan
pelajaran?
Yaitu : Bapak/Ibu …………………………………………………………
13. Adik saat ini tinggal di rumah siapa?
( ) di rumah sendiri
( ) di rumah saudara
( ) di rumah kost
( ) di asrama
14. Berapa jarak antara rumah yang adik diami dengan sekolah?
( ) kurang dari 1 km / meter
( ) lebih dari 1 km / km
17. Media pelajaran apa yang digunakan oleh Bapak/Ibu guru dalam memberikan pelajaran?
( ) dengan menulis di papan tulis
( ) dengan menggunakan OHP
( ) dengan menggunakan Laptop dan LCD Proyektor
( ) dengan membawa alat peraga
18. Saat pelajaran berlangsung, pernahkah saudara ngantuk?
( ) tidak pernah
( ) pernah ngantuk
( ) kadang-kadang ngantuk
( ) sering ngantuk
19. Saat Bapak/Ibuguru memberikan pelajaran, apakah adik dapat mendengarkan dengan
jelas?
( ) Ya
( ) tidak
20. Saat Bapak/Ibu guru menulis di papan tulis, apakah adik dapat membaca tulisan di papan
tulis dengan jelas?
( ) ya
( )) tidak
21. Jika nomor 19 dan 20 ada jawaban saudara yang tidak, tolong sebutkan alasanya.
Contoh : bicara kurang keras, bicara terlalu cepat, bahasa tidak dapat saya pahami, tulisan
terlalu kecil, tulisan kabur, tulisan jelek, dan sebagainya.
Suara Bapak/Ibu guru saat menerangkan pelajaran :
( ) kurang keras
( ) terlalu cepat
( ) bahasa tidak dapat saya pahami
Tulisan Bapak/Ibugur :
( ) terlalu kecil
( ) kabur
( ) tulisan jelek
22. Dengan melihat kondisi prestasi yang adi peroleh selama mengikuti materi tersebut, dan
juga melihat kondisi tubuh yang ada pada adik, bagaimana sikap teman-temanmu di
kelas?
( ) semua teman baik
( ) sebagian besar baik, namun ada yang suka menghina dan mengejek
( ) sebagian besar acuh tak acuh padaku.
23. Di sekolah maupun di kelas, siapakah temanmu yang paling akrab denganmu?
………………………………………………………………………………….
24. Di sekolah ini, siapa teman yang paling jauh darimu?
……………………………………………………………………………………………..
25. Selama mengikuti sekolah Inklusi pada SD Tumbuh 1 Yogyakarta ini, pernahkah kamu
diutus sekolah mengikuti perlombaan? Jika pernah sebutkan cabang lomba tersebut!
( ) pernah, yaitu lomba …………………………………………………………….
( ) belum pernah
26. Pernahkah saudara mengikuti Test IQ? Jika pernah sebutkan score IQ yang pernah kau
peroleh :
( ) pernah, yaitu :
( ) belum pernah
27. Selama kamu sekolah di SD TUMBUH 1 Yogyakarta, ini kamu pernah menduduki
rangking berapa?
Jawab :
28. Menurut kamu ApakahGuru BP itu?
Guru BP ialah ……………………………………………………………………..
30. Dan pernahkah kamu dipanggil BP? JIka pernah mengapa dipanggil BP tersebut?
( ) Belum pernah
( ) pernah, sebab ……………………………………………….
31. Pernahkah kamu mengunjungi guru BP atas inisiatifmu sendiri?
( ) pernah, yaitu menyampaikan …………………………………………….
( ) belum pernah
32. Tolong sebutkan kegiatan di rumah, sejak pulang sekolah sampai pagi sebelum berangkat
ke sekolah!
INSTRUMEN/ANGKET UNTUK GURU BIMBINGAN DAN KONSELING
Nama Guru BK :
NUPTK :
Pangkat/Golru :
Jabatan :
Unit Kerja : Sd tumbuh 1 yogyakartam Di yogyakarta.
Mulai menjadi Guru BP/BK sejak tanggal :
Mulai bekerja di SD TUMBUH 1 Yogyakarta sejak :
Pendidikan terakhir :
( ) S1 Jurusan
( ) D2/D3 Jurusan
( ) S2 Jurusan
Data Siswa perkelas :
3. Bagaimana upaya-upaya yang telah dilakukan pihak sekolah umumnya, dan Program
BP/NK pada khususnya, agar peserta didik yang ABK
4. Apakah siswa yang ABK pernah dipanggil petugas Bimbingan dan Konseling?
5. Apakah siswa yang ABK juga pernah konsultasi kepada Guru BP tanpa ada yang
menyuruhnya?
6. Kasus apa saja yang pernah terjadi, yang pernah dialami/dilakukan ABK tersebut?
7. Dalam kelompok belajar, apakah yang ABK pernah konsulltasi kepada Guru BP/Guru
BK untuk mengkoordinasikan hasil belajarnya?
9. Pernahkah Bapak/Ibu Guru BP/BK di sekolah ini pernah melihat peserta didik di sekolah
ini yang merokok di luar lingkungan sekolah?
11. Bakat apa saja yang sudah kelihatan menonjol, yang dimiliki siswa ABK pada sekolah di
SD TUMBUH 1 Yogyakartai?
12. Untuk siswa yang ABK selama bersekolah di SD TUMBUH 1 Yogyakarta, apakah
pernah tinggal kelas? Jika sudah berapa kali?
13. Kasus apa saja yang pernah terjadi di sekolah SD TUMBUH 1 Yogyakarta?
14. Untuk siswa yang ABK apakah pernah menjadi korban kasus yang terjadi di SD
TUMBUH 1 Yogyakarta
15. Apakah peserta didik ABK ada yang pernah menjadi pelaku, atau terlibat kriminalitas?
16. Siswa yang ABK apakah pernah tidak masuk kelas? Jika sudah pernah berapa kali, dan
apa sebabnya?
17. Apakah semua siswa ABK di SD TUMBUH 1 Yogyakarta juga pernah mendapat
beasiswa?
19. Apakah semua siswa ABK di SD TUMBUH 1 Yogyakarta juga menjadi anggota Program
Keluarga Harapan?
20. Penanganan terhadap ABK yang belum dapat ditangani oleh pihak sekolah SD TUMBUH
1 Yogyakarta apa saja?
21. Latar belakang ekonomi orang tua peserta didik ABK ialah ....
( ) semua peserta didik ABK berasal dari keluarga tidak mampu
( ) mayoritaspeserta didik abk di sekolah ini dari golongan tidak mampu.
( ) yang dari golongan mampu ………….anak.
22. Untuk peserta didik ABK apakah pernah dikirimkan oleh sekolah mengikuti lomba antar
sekolah?
( ) semua pernah
( ) ada yang pernah, dan ada yang belum
( ) semua belum pernah
23. Jika adayang pernah di kirim mengikuti lomba, siapa saja ABK yang pernah dikirim dan
dalam cabang apa saja yang pernah diikuti?
Contoh jawaban : Satriya, lomba Bulutangkis.
Jawab :
………………………………………………………………………, cabang
……………………………………
………………………………………………………………………, cabang
……………………………………
………………………………………………………………………, cabang
……………………………………
………………………………………………………………………, cabang
……………………………………
………………………………………………………………………, cabang
……………………………………
27. Apakah guru BK pernah melakukan kunjungan ke rumah ABK? Jika pernah untuk
menangani kasus apa?
( ) pernah, untuk konsultasi masalah
………………………………………………………………………
( ) tidak pernah
28. Apakah guru BP/BK pernah melakukan pemanggilan terhadap Orang tua/Wali murid
siswa ABK, atau siswa yang diduga ABK?
( ) pernah, untuk konsultasi masalah
………………………………………………………………………
( ) tidak pernah
29. Sebetulnya kita mengelompokkan sebagian peserta didik kita dalam kelompok Anak
Berkeutuhan Khusus (ABK) itu adalah dalam rangka meningkatkan pelayanan
pendidikan bagi peserta didik ABK tersebut, sebab mereka memang memerlukan
pelayanan khusus sehingga prestasi belajarnya dapat optimal. Namun kadang-kadang
pelabelan tersebut dapat menimbulkan perasaan yang tidak senang bagi peserta didik
yang bersangkutan. Misalnya : rendah diri, malu, merasa dibedakan, dan sebagainya.
Menurut pengamatan dari Bapak/Ibu Guru BK , apakah betul bahwa a mereka merasa
rendah diri, malu, merasa dibedakan?
( ) betul
( ) ada yang merasakan, ada yang tidak
( ) semua tidak merasakan apa-apa.
30. Setiap anak, termasuk ABK di samping ada kelemahan, sebetulnya juga ada bakat yang
masih terpendam. Maka penulis jga minta tolong informasinya tentang kelebihan dan
kelemahan peserta didik ABK di SD TUMBUH 1 Yogyakarta
Segala isian ini responden menyatakan menulis data secara benar dan dapat digunakan untuk
keperluan ilmiah.
Yangobservasi Responden
Mahasiswa PLB UNY Guru Bimbingan dan Konseling
SD TUMBUH 1 Yogyakarta
BEJO ……………………………………….
NIM 08103244004 NUPTK.
INSTRUMEN UNTUK DIISI GURU KELAS
No, NIS Nama Kelainan L/P Tgl. Agama Nama Alamat rumah
lahr Orang
Tua
DATA PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK ABK
Nama Peserta didik :
NIS :
1. Agama
2. PKN
3. Bhs.
Indonesia
4. Bhs.
Inggris
5. Matematika
6. IPA
7. IPS
8. Penjasorkes
9. SBK
10.TI
11.Bhs jawa
Mulok
Rata-rata
Tertinggi
Terendah
Rangking
1. Agama
2. PKN
3. Bhs.
Indonesia
4. Bhs.
Inggris
5. Matematika
6. IPA
7. IPS
8. Penjasorkes
9. SBK
10.TI
11.Bhs jawa
Mulok
Rata-rata
Tertinggi
Terendah
Rangking
5. Program apa saja untuk meningkatkan pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang
ABK, di samping untuk siswa yang lain?
7. Peran apa saja Guru Pembimbing Khusus di sekolah ini yang telah ibu ketahui dan
ibu GURU KELAS rasakan?
8. Manfaat apa saja yang telah diperoleh setelah ada Guru Pembimbing Khusus di
sekolah ini?
9. Jika masih ada, kekurangan apa yang terdapat pada Guru Pembimbing Khusus?
10. Bagaimana prestasi belajar peserta didik ABK setelah ada guru pembimbing khusus
dibanding sebelum ada guru pembimbing khusus?
Jawab :
BEJO
…………………………………………
Nim. 08103244004 NUPTK.