Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayatnya penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT”.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi Tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Sehubungan dengan tersusunnya Makalah ini penulis tentu mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang membantu dan membimbing penulisan ini.
Semoga makalah ini bermanfaat, khususnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan kelemahannya, oleh
karena itu, kritik dan saran para pembaca akan penulis terima dengan senang hati demi
penyempurnaan laporan ini di masa yang akan datang.

Kendari, November 2019

Penulis

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Epidemiologi berasal dari bahsa Yunani, epi berarti pada/tentang, demos berarti penduduk,
dan logos berarti ilmu . Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk. Menurut
WHO pada Regional Commite Meeting ke 42 tahun 1989 di Bandung epidemiologi yaitu ilmu
yang mempelajari distribusi dan determinan dari peristiwa kesehatan dan peristiwa lainnya yang
berhubungan dengan kesehatan yang menimpa sekelompok masyarakat, dan menerapkan disiplin
ilmu tersebut untuk memecahkan masalah masalah kesehatan.
Dari sekian banyak definisi mengenai epidemiologi dapat kita asumsikan bahwa penyakit
pada popoulasi manusia tidak terjadi dan tersebar begitu saja secara acak dan penyakit pada
manusia sesungguhnya mempunyai factor penyebab dan factor pencegahan yang dapat
diidentifikasi melalui penelitian(pengamatan) secara sistematik pada populasi, tempat dan waktu.
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi, determinan, frekuensi penyakit dan
factor yang memengaruhi status kesehatan pada populasi manusia. Distribusi adalah penyebaran
masalah kesehatan pada populasi. Determinan adalah factor penyebab suatu masalah kesehatan.
Frekuensi adalah besarnya masalah kesehatan yang ada pada sekelompok manusia.
Memahami riwayat penyakit adalah untuk mengenali atau mendeteksi penyakit atau
masalah kesehatan dengan mengenal gejala, tanda dan hasil pemeriksaan yang terkait atau
mengenal masalah kesehatan secara umum melalui indikator masalah tersebut.

Munculnya berbagai macam penyakit disebabkan oleh banyak faktor. Studi Riwayat
Alamiah Penyakit yakni Riwayat Alamiah Penyakit mempelajari bagaimana suatu penyakit dapat
timbul dan tersebar. Studi ini diduga mempunyai manfaat dalam mengetahui bagaimana
pencegahan penyakit yang seharusnya dilakukan. Jika ada sebab pastilah ada sumbernya. Maka,
pada makalah kali ini penyusun akan menjabarkan bagaimana proses suatu penyakit terjadi,
struktur kejadian seperti masa inkubasi bahkan mencoba menerapkan level of prevention dalam
penjabarannya, agar penyakit tersebut dapat tertangani dan teratasi tanpa mengabaikan dasar-dasar
ilmu epidemiologi yang telah ada.

2
Telah diketahui bahwa perkembangan zaman di bidang ilmu pengetahuan maupun
teknologi membawa dampak lingkungan yang besar terhadap lingkungan, maka dari situlah
penyakit yang pada umumnya bersifat biasa saja menjadi suatu penyakit yang lebih bersifat
patogen, dan adanya transisi epidemiologi merupakan salah satu buktinya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian riwayat alamiah penyakit?
2. Apakah tujuan pemahaman riwayat penyakit?
3. Bagaimana tahapan riwayat alamiah penyakit?
4. Menjelaskan konsep tingkat pencegahan penyakit (level of Prevention).
5. Apa manfaat mengetahui riwayat alamiah penyakit
6. Bagaimana contoh riwayat alamiah penyakit

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian riwayat alamiah penyakit
2. Memahami tujuan pemahaman riwayat penyakit
3. Menjelaskan tahapan riwayat alamiah penyakit
4. Mengidentifikasi riwayat alamiah perjalanan penyakit
5. Mengetahui manfaat mengetahui riwayat alamiah penyakit
6. Mengetahui contoh dari riwayat alamiah penyakit

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Riwayat Alamiah Penyakit

Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi tentang perjalanan
waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen
kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi
oleh suatu intervensi preventif maupun terapetik (CDC, 2010c). Riwayat alamiah penyakit
merupakan salah satu elemen utama epidemiologi deskriptif. Riwayat alamiah penyakit perlu
dipelajari. Pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit sama pentingnya dengan kausa penyakit
untuk upaya pencegahan dan pengendalian penyakit.

Dengan mengetahui perilaku dan karakteristik masing-masing penyakit maka bisa


dikembangkan intervensi yang tepat untuk mengidentifikasi maupun mengatasi problem penyakit
tersebut. Perkembangan secara alamiah suatu penyakit (tanpa intervensi/campur tangan medis)
sehingga suatu penyakit berlangsung secara natural.

2. Tujuan Pemahaman Riwayat Penyakit

Tujuan memahami riwayat penyakit adalah untuk mengenali atau mendeteksi penyakit atau
masalah kesehatan dengan mengenal gejala, tanda, dan hasil pemeriksaan yang terkait atau
mengenal masalah kesehatan secara umum melalui indicator dari masalah tersebut.

3. Tahapan Riwayat Alamiah Perjalanan Penyakit

1. Tahap Pre-Patogenesis
Pada tahap ini individuberada dalam keadaan normal (sehat), tetapi mereka pada dasarnya
peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen penyakit (stage of susceptibility).
Walaupun demikian, pada tahap ini telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit
penyakit. Tetapi interaksi ini masih diluar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar

4
tubuh penjamu dimana para kuman mengembangkan potensi infektivitas untuk siapmenyerang
penjamu. Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda – tanda penyakit dan daya tahan tubuh
pejamu masih kuat dan dapat menolak penyakit. Namun begitu penjamunya lengah ataupun bibit
penyakit menjadi lebih ganas ditambah dengan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan
penjamu, maka keadaan dapat segera berubah. Penyakit akan melanjutkan perjalanannya
memasuki fase berikutnya.

2. Tahap Patogenesis
Tahap ini meliputi tiga sub-tahap, yaitu Tahap Inkubasi, Tahap Dini, dan Tahap Lanjut.

a. Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi merupakan tenggang waktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam
tubuh yang peka terhadap penyebab penyakit sampai timbulnya gejala penyakit. Tiap-tiap
penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Jika daya
tahan tubuh tidak kuat, tentu penyakit akan berjalan terus yang mengakibatkan terjadinya
gangguan pada bentuk dan fungsi tubuh. Pada suatu saat penyakit makin bertambah hebat,
sehingga timbul gejalanya. Garis yang membatasi antara tampak dan tidak tampaknya gejala
penyakit disebut dengan horison klinik.

Pada tahap ini yang terjadi:

 Daya tahan tubuh tidak kuat, penyakit berjalan terus


 Terjadi gangguan pada bentuk dan fungsi tubuh
 Penyakit makin bertambah hebat dan timbul gejala

Sedangkan interval waktu antara pejamu yang terinfeksi oleh agent penyebab penyakit sampai
timbulnya gejala disebut masa tunas. Masa tunas setiap mikroorganisme dipenmgaruhi oleh :

 Kecepatan berkembangbiak
 Jumlah mikroorganisme
 Tempat masuknya mikroorganisme

5
 Derajat kekebalan
Pengetahuan tentang lamanya masa inkubasi ini sangat penting untuk informasi diagnosis.

b. Tahap Dini
Tahap penyakit dini dihitung mulai dari munculnya gejala-gejala penyakit yang
kelihatannya ringan. Umumnya penderita masih dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dan
karena itu sering tidak berobat. Selanjutnya, bagi yang datang berobat umumnya tidak
memerlukan perawatan, karena penyakit masih dapat diatasi dengan berobat jalan.
Tahap penyakit dini ini sering menjadi masalah besar dalam kesehatan masyarakat,
terutama jika tingkat pendidikan penduduk rendah, karena tubuh masih kuat mereka tidak datang
berobat, yang akan mendatangkan masalah lanjutan, yaitu telah parahnya penyakit yang di derita,
sehingga saat datang berobat sering talah terlambat.

c. Tahap Lanjut
Merupakan tahapan dimana penyakit bertambah jelas dan mungkin bertambah berat
dengan segala kelainan patologis dan gejalanya (stage of clinical disease). Pada tahap ini penyakit
sudah menunjukkan gejala dan kelainan klinik yang jelas sehingga diagnosis sudah relatif mudah
ditegakkan sehingga dapat diberikan pengonatan yang tepat untuk menghindari akibat lanjut yang
kurang baik.
3. Tahap Post-patogenesis
Setelah melalui proses patogenesis, penyakit akan memasuki tahap akhir atau post-patogenesis.
Perjalanan penyakit tersebut dapat berakhir dalam lima keadaan, yaitu :

 Sembuh sempurna, penyakit berakhir karena pejamu sembuh secara sempurna, artinya
bentuk dan fungsi tubuh kembali kepada keadaan sebelum menderita penyakit. Menjadi
sembuh setelah menderita suatu penyakit adalah harapan utama dan menjadi target utama
epidemiologis dalam menangani suatu penyakit. Jika penyakit tidak sembuh sempurna,
maka ada kemungkinan bibit penyakit masih tersisa dan penyakit berpotensi untuk
menular.

6
 Sembuh dengan cacat, penyakit yang diderita berakhir dan penderita sembuh. Sayangnya
kesembuhan tersebut tidak sempurna, karena ditemukan cacat pada pejamu. Adapun yang
dimaksudkan dengan cacat, tidak hanya berupa cacat fisik yang dapat dilihat oleh mata,
tetapi juga cacat mikroskopik, cacat fungsional, cacat mental dan cacat sosial.
 Karier, pada karier, perjalanan penyakit seolah-olah terhenti, karena gejala penyakit
memang tidak tampak lagi. Padahal dalam diri pejamu masih ditemukan bibit penyakit
yang pada suatu saat, misalnya jika daya tahan tubuh berkurang, penyakit akan timbul
kembali. Keadaan karier ini tidak hanya membahayakan diri pejamu sendiri, tetapi juga
masyarakat sekitarnya, karena dapat menjadi sumber penularan
 Kronis, perjalanan penyakit tampak terhenti karena gejala penyakit tidak berubah, dalam
arti tidak bertambah berat dan ataupun tidak bertambah ringan. Keadaan yang seperti tentu
saja tidak menggembirakan, karena pada dasarnya pejamu tetap berada dalam keadaan
sakit.
 Meninggal dunia, terhentinya perjalanan penyakit disini, bukan karena sembuh, tetapi
karena pejamu meninggal dunia. Keadaan seperti ini bukanlah tujuan dari setiap tindakan
kedokteran dan keperawatan.

Agens Penyakit
Agens penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan faktor mekanis. Agens penyakit dapat
diklasifikasikan menjadi lima kelompok, antara lain :
1. Agens biologis : virus, bakteri, fungi,
ricketsiae, protozoa, dan metazoan.
2. Agens nutrient : protein, lemak, karbohidrat,
vitamin, mineral, dan air.
3. Agens fisik : panas, radiasi, dingin,
kelembaban, tekanan, cahaya, dan
4. Agens kimia :
 Endogenous : asidosis, diabetes (hiperglikemia), uremia
 Exogenous : zat kimia, allergen, gas, debu, dan lain-lain.

7
5. Agens mekanis : gesekan, benturan atau
pukulan yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan tubuh pejamu (host).

Manusia (Host)
Factor manusia sangat kompleks dalam proses terjadinya penyakit. Factor tersebut bergantung
pada karakteristik yang dimiliki masing-masing individu, antara lain :

1. Usia
Usia menyebabkan adanya perbedaan penyakit yang diderita.
2. Jenis kelamin (seks)
Frekuensi penyakit pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan frekuensi penyakit pada
perempuan.

3. Ras
Hubungan antara ras dan penyakit bergantung pada perkembangan adat-istiadat dan
kebudayaan di samping terdapat penyakit yang hanya ijumpai pada ras tertentu seperti
anemia sickle cell pada ras Negro.
4. Genetik
Ada penyakit tertentu yang diturunkan secara herediter.
5. Pekerjaan
Suatu pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan penyakit akibat pekerjaan.
6. Nutrisi
Gizi buruk mempermudah seseorang menderita infeksi.
7. Status kekebalan
Reaksi tubuh terhadap penyakit bergantung pada kekebalan yang dimiliki sebelumnya
seperti kekebalan terhadap penyakit virus yang tahan lama dan seumur hidup.
8. Gaya hidup
Kebiasaan minum alcohol, narkoba, dan merokok dapat menimbulkan gangguan pada
kesehatan.
9. Psikis

8
Factor kejiwaan seperti stress dapat menyebabkan terjadinya penyakit hipertesi, ulkus
peptikum, depresi insomnia, dan lainnya.

Lingkungan
Lingkungan hidup manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian, internal dan eksternal.
Lingkungan hidup internal merupakan suatu keadaan yang dinamis dan seimbang yang disebut
dengan homeostasis, sedangkan lingkungan hidup eksternal merupakan lingkungan hidup di luar
tubuh manusia yang terdiri atas tiga komponen, antara lain :

1. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik ini berinteraksi secara konstan dengan manusia sepanjang waktu dan
masa serta memegang peranan penting dalam proses terjainya penyakit pada
masyarakat.
2. Lingkungan biologis
Lingkungan biologis bersifat biotik atau benda hidup, misalnya tumbuh-tumbuhan,
hewan, virus, jamur, parasite, serangga, dan lain-lain yang dapat berperan sebagai
agens penyakit, reservoir infeksi, vector penyakit, dan hospes intermediet.
3. Lingkungan sosial
Lingkungan social berupa kultur, adat istiadat, kebiasaan, kepercyaan, agama, sikap,
standar dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan, organisasi social, dan
politik.

Karakteristik Agent
Dalam epidemiologi penyakit infeksi, individu yang terpapar belum tentu terinfeksi. Hanya
jika agen kausal penyakit infeksi terpapar pada individu lalu memasuki tubuh dan sel (cell entry),
lalu melakukan multiplikasi dan maturasi, dan menimbulkan perubahan patologis yang dapat
dideteksi secara laboratoris atau terwujud secara klinis, maka individu tersebut dikatakan
mengalami infeksi.

Dalam riwayat alamiah penyakit infeksi, proses terjadinya infeksi, penyakit klinis, maupun
kematian dari suatu penyakit tergantung dari berbagai determinan, baik intrinsik maupun

9
ekstrinsik, yang mempengaruhi penjamu maupun agen kausal. Tergantung tingkat kerentanan
(atau imunitas), individu sebagai penjamu yang terpapar oleh agen kausal dapat tetap sehat, atau
mengalami infeksi (jika penyakit infeksi) dan mengalami perubahan patologi yang irreversibel.
Tabel Tahapan Riwayat Alamiah Penyakit
Status
Pre- Patogenesi Post-
Kesehata Upaya Epidemiologi
patogenesis s patogenesis
n
Interaksi
Status Normal Host-
Upaya Primordial
Sehat Agent-
Environment
Interaksi
Status
Kerentanan
Rentan Promosi Kesehatan
Host-Agent-
Sakit
Environment
 Tahap
Inkubas  Pencegahan
i Khusus
Status
 Tahap  Deteksi Dini
Klinis
Dini  Diagnosis Awal
 Tahap  Pengobatan Tepat
Lanjut
 Sembuh
 Karier
Status  Imun/keba  Pembatasan
Pasca- l kecacatan
klinis  Kronik  Rehabilitas
 Cacat
 Meninggal

10
4. KONSEP PENCEGAHAAN PENYAKIT

Pengetahuan tentang perjalanan penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi berguna untuk
menemukan strategi pencegahan penyakit yang efektif. Pencegahan penyakit adalah tindakan yang
ditujukan untuk mencegah, menunda, mengurangi, membasmi, mengeliminasi penyakit dan
kecacatan, dengan menerapkan sebuah atau sejumlah intervensi yang telah dibuktikan efektif.
menyajikan tiga tingkat pencegahan penyakit: pencegahan primer, sekunder, dan tersier
(Kleinbaum et al., 1982; Last, 2001).

 Pencegahan primer.

Pencegahan primer adalah upaya memodifikasi faktor risiko atau mencegah berkembangnya
faktor risiko, sebelum dimulainya perubahan patologis, dilakukan pada tahap suseptibel dan
induksi penyakit, dengan tujuan mencegah atau menunda terjadinya kasus baru penyakit (AHA
Task Force, 1998).

Termasuk yang berkaitan dengan pencegahan primer adalah “pencegahan primordial” dan
“reduksi kerugian”. Pencegahan primordial adalah strategi pencegahan penyakit dengan
menciptakan lingkungan yang dapat mengeliminasi faktor risiko, sehingga tidak diperlukan
intervensi preventif lainnya (Wallace, 2007). Contoh: (1) Program eliminasi global cacar (variola),
sehingga tidak diperlukan imunisasi cacar; (2) Penciptaan lingkungan bersih sehingga tidak
diperlukan pengabutan nyamuk Aedes agypti; (3) Program eliminasi garam dari semua makanan
yang jika tercapai sangat efektif untuk mencegah hipertensi.
Promosi kesehatan

 Pendidikan kesehatan
 Gizi yang cukup sesuai dengan
 Perumahan, rekreasi, tempat kerja
 Konseling perkawinan

11
 Genetika
 Pemeriksaan kesehatan berkala

Perlindungan khusus

 Imunisasi
 Kebersihan perorangan
 Sanitasi lingkungan
 Penggunaan gizi/suplemen tertentu

Pencegahan sekunder.

Pencegahan sekunder merupakan upaya pencegahan pada fase penyakit asimtomatis,


tepatnya pada tahap preklinis, terhadap timbulnya gejala-gejala penyakit secara klinis melalui
deteksi dini (early detection). Jika deteksi tidak dilakukan dini dan terapi tidak diberikan segera
maka akan terjadi gejala klinis yang merugikan. Deteksi dini penyakit sering disebut “skrining”.
Skrining adalah identifikasi yang menduga adanya penyakit atau kecacatan yang belum diketahui
dengan menerapkan suatu tes, pemeriksaan, atau prosedur lainnya, yang dapat dilakukan dengan
cepat. Tes skrining memilah orang-orang yang tampaknya mengalami penyakit dari orang orang
yang tampaknya tidak mengalami penyakit. Tes skrining tidak dimaksudkan sebagai diagnostik.
Orang-orang yang ditemukan positif atau mencurigakan dirujuk ke dokter untuk penentuan
diagnosis dan pemberian pengobatan yang diperlukan (Last, 2001).

Skrining yang dilakukan pada subpopulasi berisiko tinggi dapat mendeteksi dini penyakit
dengan lebih efisien daripada populasi umum. Tetapi skrining yang diterapkan pada populasi yang
lebih luas (populasi umum) tidak hanya tidak efisien tetapi sering kali juga tidak etis. Skrining
tidak etis dilakukan jika tidak tersedia obat yang efektif untuk mengatasi penyakit yang
bersangkutan atau menimbulkan trauma, stigma, dan diskriminasi bagi individu yang menjalani
skrining. Sebagai contoh, skrining HIV tidak etis dilakukan pada kelompok risiko tinggi jika tidak
tersedia obat antivir yang efektif, murah, terjangkau oleh individu yang ditemukan positif
mengidap HIV. Selain itu skrining HIV tidak etis dilakukan jika hasilnya mengakibatkan individu

12
yang ditemukan positif mengalami stigmatisasi, pengucilan, dan diskriminasi pekerjaan, asuransi
kesehatan, pendidikan, dan berbagai aspek kehidupan lainnnya
Deteksi dini pada tahap preklinis memungkinkan dilakukan pengobatan segera (prompt
treatment) yang diharapkan memberikan prognosis yang lebih baik tentang kesudahan
penyakit dari pada diberikan terlambat.

 Diagnosis dini dan pengobatan segera


 Penemuan kasus, individu dan masal
 Skrining
 Pemeriksaan khusus dengan tujuan:

• Menyembuhkan dan mencegah penyakit


berlanjut •Mencegah penyebaran penyakit
menular
•Mencegah komplikasi dan akibat lanjutan
•Memperpendek masa ketidak mampuan

Tingkat pencegahan tersier


Penanganan komplikasi & Pembatasan cacat

 Pengobatan yang cukup untuk menghentikan proses penyakit dan mencegah


komplikasi;
 Penyediaan fasilitas untuk membatasi ketidakmampuan dan mencegah kematian.

Rehabilitasi

 Penyediaan fasilitas untuk pelatihan hingga fungsi tubuh dapat dimanfaatkan sebaik-
baiknya.
 Pendidikan pada masyarakat dan industriawan agar menggunakan mereka
menggunakan yang telah direhabilitasi.

13
5. Manfaat mempelajari riwayat alamiah perjalanan penyakit

Dari riwayat alamiah penyakit diperoleh beberapa informasi penting seperti:


 Masa inkubasi atau masa latent, masa atau waktu yang diperlukan selama perjalanan
suatu penyakit untuk menyebabkan seseorang jatuh sakit.
 Kelengkapan keluhan (symptom) yang menjadi bahan informasi dalam menegakan
diagnosis.
 Lamanya dan beratnya keluhan dialami oleh seorang penderita.
 Kejadian penyakit menurut musim (season) kapan penyakit itu lebih frekuen
kejadiannya.
 Kecenderungan lokasi geografis serangan penyakit sehingga dapat dengan mudah
dideteksi lokasi kejadian penyakit.
 Sifat-sifat biologis kuman pathogen sehingga menjadi bahan informasi untuk
pencegahan penyakit, khususnya untuk pembunuhan kuman penyebab.

Pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit merupakan langkah awal yang perlu
dilakukan untuk mengetahui aspek-aspek lain yang terkait dengan penyakit. Dengan
mengetahui riwayat alamiah dapat ditarik beberapa manfaat seperti:

1. Untuk diagnostic, masa inkubasi dapat dipakai pedoman penentuan jenis penyakit,
misal dalam KLB (Kejadian Luar Biasa)
2. Untuk Pencegahan, dengan mengetahui rantai perjalanan penyakit dapat dengan
mudah dicari titik potong yang penting dalam upaya pencegahan penyakit.
3. Untuk terapi, terapi biasanya diarahkan ke fase paling awal. Pada tahap perjalanan
awal penyakit, adalah waktu yang tepat untuk pemberian terapi, lebih awal terapi
akan lebih baik hasil yang diharapkan.

14
6. CONTOH RIWAYAT PENYAKIT DIARE
A. Definisi Diare

Kata diare itu sendiri berasal dari bahasa Yunani (diarrola) yang berarti mengalir
terus. Silverman dan kawan-kawan mendefinisikan diare sebagai malabsorbsi air dan
elektrolit dengan ekskresi isi usus yang dipercepat. Sementara itu, diare secara umum adalah
buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam sehari, dan biasanya
berlangsung hingga dua hari atau lebih. Di negara berkembang, diare adalah penyebab
kematian paling umum pada balita, dan juga membunuh lebih dari 2,6 juta orang setiap
tahunnya.
B. faktor-faktor penyebab diare

Menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
a. Faktor infeksi
 Infeksi enteral

Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri,
infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus,
astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides)
protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur
(canida albicous).
 Infeksi parenteral

Adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut
(OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.
b. Faktor malabsorbsi meliputi malabsorbsi karbohidrat, lemak dan protein.
c. Faktor makanan makanan basi, beracun, terlalu banyak lemak, sayuran dimasak
kurang matang.
d. Faktor psikologisRasa takut, cemas

15
C. Masa Inkubasi Diare

Virus (salmonella, shigella, E,coli , V.cholerae, ) masuk kedalam tubuh dengan


menginfeksi usus baik pada jeyenum,ileum dan colon. Setelah virus menginfeki usus virus
menembus sel dan mengadakan lisis kemudian virus berkembang dan
memproduksi enterotoksin. Masa`inkubasi biasanya sekitar 2-4hari,pasien sudah buang air
bessar lebih dari 4x tetapi belum tanpa gejala-gejala lain.
D. Gejala Diare
a. Gejala klinis yang didapat pada diare antara lain sebagai berikut:
 Buang air besar cair lebih dari tiga kali dalam sehari.
 Volume tinja banyak, warna kuning-hijau, konsisten cair, tidak ada darah, tidak
berbau, tidak berbuih.
 Lamanya sakit ± 5 - 7 hari.
 Suhu tubuh meningkat
 Nyeri perut

Penderita dengan kasus ringan gejalanya berlangsung selama 3-5 hari, kemudian sembuh
sempurna. Diare karena Adenovirus cenderung ringan dan sembuh sendiri. Gejalanya
meliputi demam ringan, tinja cair, muntah dan kadang-kadang ada gejala-gejala pernafasan
E. Riwayat alamiah diare dan dampaknya

Riwayat alamiah penyakit meliputi beberapa tahap antara lain :


a. Tahap prepatogenesis

Pada tahap ini disebabkan oleh mikroorganisme baik bakteri, parasit, maupun virus
diantaranya rotavirus, E.coli, dan shigella. Penyebaran mikroorganisme ini dapat terjadi
melalui jalan fecal dan oral. Pada tahap ini belum di temukan tanda-tanda penyakit bila daya
tahan tubuh penjamu baik maka tubuh tidak terserang penyakit dan apabila daya tubuh
penjamu lemah maka sangat mudah bagi virus masuk dalam tubuh.

16
b. Tahap Patogenesis
 Tahap inkubasi

Virus (salmonella, shigella, E,coli , V.cholerae, ) masuk kedalam tubuh dengan


menginfeksi usus baik pada jeyenum,ileum dan colon. Setelah virus menginfeki usus virus
menembus sel dan mengadakan lisis kemudian virus berkembang dan
memproduksi enterotoksin. Masa`inkubasi biasanya sekitar 2-4 atau lebih dari tiga
hari,pasien sudah buang air bessar lebih dari 4x tetapi belum tanpa gejala-gejala lain.
 Tahap penyakit dini

Pada tahap ini terdapat beberapa dampak yang terjadi antara lain:
a) Kehilangan cairan 5% berat badan
b) Kesadaran baik (somnolen).
c) Mata agak cekung
d) Turgor kulit kurang dan kekenyalan kulit normal
e) Lemah dan lesu

 Tahap penyakit lanjut


a) Kehilangan cairan lebih dari 5-10% berat badan.
b) Keadaan umum gelisah
c) Rasa haus meningkat
d) Selaput lendir agak kering.

 Tahap akhir
a) Kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan.
b) Denyut nadi cepat sekali
c) Mata cekung sekali
d) Selaput lendir kurang

17
Pada tahap ini bila mendapat penanganan yang baik maka pasien dapat sembuh sempurna
tetapi bila tahap ini tidak mendapat penanganan yang baik maka dapat mengancam
jiwa(kematian)

F. Cara Pengobatan Diare

Dasar pengobatan pada diare karena virus pada umumnya sama dengan diare yang lain.
Pengobatan dengan suportif yaitu memperbaiki kehilangan cairan dan elektrolit yang dapat
menimbulkan dehidrasi, asidosis, syok dan kematian. Penatalaksanaan terdiri dari
penggantian cairan dan memperbaiki keseimbangan elektrolit secara oral atau intravena,
menurut keadaan masing-masing penderita. Selain pemberian cairan, pemberian makanan
juga harus diperhatikan. Terapi dietetik disesuaikan dengan status gizi penderita yang
didasarkan pada umur dan berat badan. Antibiotik tidak diperlukan pada diare karena virus.
Karena diare ini bersifat self limited (dapat sembuh sendiri).
Obat-obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat seperti anti
spasmodik/spasmolitik tidak dianjurkan untuk dipakai, karena akan memperburuk keadaan.
Obat ini dapat menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus, dilatasi usus, gangguan
digesti dan absorpsi lainnya. Obat ini hanya berkhasiat untuk menghentikan peristaltik usus
saja tetapi justru akibatnya sangat berbahaya. Diarenya terlihat tidak ada lagi tetapi perut
akan bertambah kembung dan dehidrasi bertambah berat.
Obat-obat absorben (pengental tinja) seperti kaolin, pectin, narit, dan sebagainya, telah
terbukti tidak bermanfaat. Obat-obat stimulans seperti adrenalin, nikotinamide dan
sebagainya, tidak akan dapat memperbaiki syok atau dehidrasi beratnya karena penyebabnya
adalah kehilangan cairan (hipovolemic shock), sehingga pengobatan yang paling tepat yaitu
pemberian cairan secepatnya.

G. Cara pencegahan Diare

Mencuci tangan merupakan cara paling sederhana untuk menghindari penyebaran


kuman. Infeksi virus lainnya yang dapat menyebabkan diare adalah virus-virus golongan
enterovirus. Sedangkan bakteri penyebab infeksi diare antara lain Salmonella, Shigella,

18
dan E. coli. Shigella, yang sering menyebar melaui orang ke orang, dapat merusak dinding
saluran pencernaan dan menyebabkan semacam luka yang berdarah. Sedikit saja jumlah
bakteri Shigella yang diperlukan agar terjadi infeksi.
Selain itu kamar mandi atau jamban yang bersih juga dapat membantu mencegah
penyebaran kuman. Air dan makanan juga dapat menyebarkan kuman, karena itu buah dan
sayuran harus dibersihkan dengan benar sebelum dimakan atau diolah. Alat-alat dapur juga
harus segera dibersihkan setelah selesai digunakan. Daging juga harus diolah dengan benar
akan kuman-kuman mati.

19
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Studi Riwayat Alamiah Penyakit merupakan bagian dari ilmu epidemiologi. Riwayat
Alamiah Penyakit menjelaskan bagaimana suatu penyakit dapat terinfeksi dan tersebar dalam
tubuh manusia, dengan adanya masa inkubasi yang berbeda dari berbagai macam penyakit
maka kita dapat memprediksi pencegahan penyakit tersebut agar tidak terlampau parah dan
tersebar luas. Memperhatikan beberapa faktor baik faktor penyebab dan risiko maka kami
penyusun melihat adanya hubungan sebab akibat yang terjadi di antara keduanya. Kita dapat
melakukan tahap pencegahan penyakit atau level of prevention jika kita mengetahui dengan
jelas bagaimana riwayat suatu penyakit tercebut dapat terjadi, dan kita bisa mengetahui
teknik atau pengobatan apa yang sesuai bagi penyakit tersebut.

B. SARAN

Setiap manusia tentunya tak luput dari kelupaan dan kehilafan, manusia dalam
masyarakat sangat membutuhkan nasehat atau ide-ide dari individu-individu yang lain yang
lebih memahami akan hal-hal yang belum dipahami. Apalagi hal ini menyangkut ilmu
pengetahuan itu sendiri. Untuk itu sebagai individu yang mengharapkan bimbingan demi
kesempurnaan makalah ini,maka penulis mengharapkan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Muda-mudahan dengan terselesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

20
DAFTAR PUSTAKA

http://generations1jr.blogspot.com/2016/10/riwayat-alamiah-penyakit-
berkasstugas.html
https://www.slideshare.net/sarianadowanx/makalah-kedua-kelompok-7-
pengantar-epidemiologi?from_action=save
https://www.academia.edu/35048189/DASAR_EPIDEMIOLOGI
https://nuranimahabbah.wordpress.com/2011/04/09/riwayat-alamiah-penyakit-
rap/
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2012/03/riwayat-alamiah-penyakit.html
http://repository.ung.ac.id/karyailmiah/show/1782/irwan-buku-epidemiologi-penyakit-
menular.html

21

Anda mungkin juga menyukai