Anda di halaman 1dari 353
Menuusun RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMATIK TERPADU Implementasi Kurikulum 2013 untuk SD/MI MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PENBELAJARAN (RPP) TENATIK TERPADU IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 UNTUK SD/Mil Copyright @ 20:5 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) ISBN 9786021186169 375 18.5x23em wil, 412 bien Cataken ke2, Januari 2017 Kencana. 2015.0521 Fenulis Ani Prastowo, SPd.|, M.Pd.l Desain Sampul tanbraz3 Penata Lotak Satucanayaore Peicetakan PT Fajar Interpratamna Mangini Penerbit KENCANA J. Tambra Raya No. 23 Ramemangun -Jakerta 13220 Telp: (021) 47864657 Faks: (021) 475-4138 Divi dari PRENADAMEDIA GROUP e-mail: pmg@prenadamedia.com vow prenadamedia.com INDONESIA, Ovary mengutpSabagion aa slur is buku ie dengan cara aga termasx dengan cara penggunaan resin otkops,tanpa ian sh dart genet ‘Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu C. Perbedaan Penulisan Identitas RPP pada Pembelajaran Tematik Terpadu .D. Langka-langkah Penulisan Identitas RPP Tematik Terpadu dengan Microsoft Word. BAB3 KOMPETENSIINTI 117 A. Pengertian Kompetenti Inti neon - ~ Fungs' dan Kegunaan Kompetensi Inti Macam-macam Kompetensi Inti. Kompetens Inti untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Langkah Pengembangan dan Penulisan Kompetensi Inti. Contoh Penulisan KI dalam RPP Tematik Terpadu avn rrigos BAB4 KOMPETENSI DASAR .... A. Pengertian Kompetensi Dasar B.__Fungsi dan Kegunaan Kompetensi Dasa isinsnsssninsnsnsititinsininsnsnininnsnnnsnnsnes 12D ‘G Ruang Lingkup Kompetensi Dasar untuk SD/MI dalam Kurikulum 2013 ... een D.__Karakteristik Mata Pelajaran di SD/MU snsennennnnnnnnninnnnnnnnnanen 142 E._ Relasi Kompetensi Dasar dengan Komponen Pembelajaran yang Lain . 145 f._Nongleah Fvighinhinjon Retuanan ompaters Oasar ubtuk RO YoansicTehpadal 408 BABS MENGEMBANGKAN INDIKATOR A. Pengertian Indikator Hasil Belajar ... Fungsi dan Kegunaan Indikator dalam Keglatan Pembelajara Fungsi dan Peran Kata Kerja Operasional dalam Penyusunan Indikator ... 161 Langkah Pengembangan dan Penyusunan Indikator Hasil Belajar Tematik Terpadu moos Cara Mengevaluasi Rumusan Indikator 181 BAB6 MENYUSUN TUJUAN PEMBELAJARAN ....susssessssssseeesenssssseeeeeusnsnsessssseerensesee 185, Pengertian Tujuan Pembelajaran .. Fungs' dan Kegunaan Tujuan Pembelajaran ... Berbagai Jenis Tujuan Pembelajaran Prinsip-prinsip Penyusunan Tujuan Pembelajaran exncnvneunnnen mooe> Langkah-langkah Penyusunan Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu BAB7 MENYUSUN MATERI PEMBELAJARAN A. Pengertian Materi Pembelajaran .. B. Fungsi dan Kegunaan Materi Ajar Tematik Terpadu C. Macam-macam Materi Pembelajaran Tematik Terpad .. D. Materi Ajar den Strategi Pembelajaran .. & E G. Daftar si 203 205 231 Sumber Materi Ajar Tematik Terpadu un. Langkah Pemilihan dan Penyusunan Mater Ajar dalam RPP Tematik Terpadu Cara Pemanfaatan Materi Ajar BAB8 MENENTUKAN PENDEKATAN, MODEL, STRATEGI, METODE, POO RP DAN TEKNIK PEMBELAJARAN 237 Pengertian Pendekatan, Model, Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran on... 238 Perbedaan Pendekatan, Model, Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran 241 ‘Macam-macam Pendekatan untuk Pembelajaran Tematik Terpadu dan Cara Memilinnya...243 246 Model Pembelajaran untuk Pembelajaran Tematik Terpadu dan Cara Memilihaya Macam-macam Strategi Pembelajaran untuk Pendekatan Tematik Terpadu dan Cara Memilihnya nnn . 7 casa GT Macam-mmacam Metode Pembelajaran untuk Pendekatan Pembelajaran Tematik Terpadu dan Cara Memilihnya esc . 272 Macam-macam Teknik Pembelajaran untuk Pembelajaran Tematik Terpadu 283 Cara Merumu:kan Pendekatan, Model, Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran dalam RPP Tematik Terpadu .. BAB9 PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN, SUMBER BELAJAR mone> DAN ALAT PERAGA .. Pengertian Media Pembelajaran, Sumber Belajar dan Alat Peraga Perbedaan Media Pembelajaran, Sumber Belajar dan Alat Peraga ei 297 Fungsi dan Kegunaan Media Pembelajaran .... Macam-macam Jenis Sumber Belajar, Media Pembelajaran, dan Alat Peraga .. Langkah Pemilihan Sumber Ajar, Bahan Ajar, Media Pembelajaran, dan Alat Peraga untuk RPP Tematik Terpadu .. Cara Menuliskan Sumber Ajar, lat, Media Pembelajaran, dan Alat Peraga RPP Tematik Terpadu 330 BAB 10 MENYUSUN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAIARAN ™monS> DALAM RPP TEMATIK TERPADU .. Pengertian Langkah-langkah Pembelajaran .. Komponen Utama Langkah-langkah Pembelajaran dalam RPP Tematik Terpadu Karakteristik Langkah-langkah Pembelajaran dalam RPP Tematik Terpadu dan Saintifik m.341 Cara Mengembangkan Langkah-langkah Pembelajaran dalam RPP Tematik Terpadu ....... 353 ‘Alokasi Waktu dalam Langkah-langkah Pembelajaran Cara Menuliskan dan Menyusun Langkah-langkah Pembelajaran dalam RPP Tematik Terpadu xi Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu BAB 11 MERANCANG PENILAIAN AUTENTIK .. A. Pengertian Penilaian Autentik onnnen a B. Ruang Lingkup Penilaian Autentik dalam Kurikulum 2013 SD/Mi von 369 C. Karakteristik Penilaian Autentik dalam Kurikulum 2013 SD/MI ~ 371 D. Macam-macam Teknik Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik Terpadu 373 E._Langkah Pengembangan dan Penyusunan Instrumen Penilaian Autentik . 376 F. Cara Menyusun Komponen Penilaian dalam RPP Tematik Terpadu BAB 12 PENGESAHAN RPP .. A. Pengertian Pengesahan RPP .. B. Fungsi dan Kegunaan Pengesahan RPP C._ Komponen Pengesahen RPP .. cs D. Langkah Menuliskan Pengesahan RPP ~ 401 DAFTAR PUSTAKA ........ BIOGRAFI PENULIS . mornntnneeten AOE: 409 xi m Tabel 1.5 Tabel 6 Tabel 1.7 abel 1.8 Tabel 1.9 Tabel 1.10 Tabel.i1 Tabel 1.12 Tabel1.t Tabel 2.1 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel3.3 Tabel3.4 Tabel 4.4 Tabel42 Tabel 4.3 “Relasi Tujuan Pembelajaran dan Aktivitas Pembelajacan .. Tiga Tahapan Perencanaan Pembelajaran dan Pengambilan Keputusan .. Jumlah Sekolah 8erdasarkan Tingkatan Mutu Pendidikan Tahun 2008 Perkembangan Jumlah Madrasah di indonesia Mata Pelajaran Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Kurikulur 2013 Daftar Tema Setiap Kelas di SD/MI .. Aspek-aspek Mata Pelajaran yang Dapat Dipadukan .. Pemetaan Kompetensi Dasar. Hasil Belajar Antarmata Pelajaran Materi Pokok Keterhubungan KD, Hasil Belajar, dan Indikator .. Perbandingan Alokasi Waktu Pembelajaran untuk SD/MI pada Tiga Kurikulum (KBK, KTSP, dan Kurikulum 2013) .. Silabus Pembelajaran Tematik Terpadu untuk SD/MI Rubrik Penilaian Kemampuan Menyusun Silabus Daftar Tema dan Alokasi Waktu Kompetensi inti Kelas I-lIl SD/MI Kompetensi Inti Kelas IV-VI SD/MI .. Standar Kompetensi Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A Contoh Pengembangan KI dari SKL untuk Kelas ! SD/MI.. Revisi Taksonomi Bloom Jenis Isi Mata Pelajaran dalam Ranah Pengetahuan Metode Pembelajaran Dikaitkan dengan Tujuan Pembelajaran Metode Pembelajaran dan Hasil yang Diharapkan dalam Pembelajaran ‘Conioh Kata Kerja Operasional Ranah Kompetensi Kognitif Contoh Kata Kerja Operasional Ranah Kompetensi Afektif ‘Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu Tabel 5.3 Tabel 5.6 Tabel 6.1 Tabel7.1 Tabel 7.2 Tabel 7.3 Tabel 7.4 Tabel 7.5 Tabel 7.6 Tabel 7.7, Tabel 8.4 Tabel Tabel 9.4 Tabel 9.2 Tabel 9.3 Tabel 9.4 Tabel 9.5 Tabel 9.6 Tabel 97 Tabel 10.1 Tabel 10.2 Tabelt xiv Contoh Kata Kerja Operasional Ranah Kompetensi Psikomotorik .. Tingkat Kompetensi Kata Kerja Operasional 77 Kata Kerja Sesuai Karakteristik Mata Pelajaran Format Pengembangan Indikator Penilaian 182 Kompetensi Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A «10m - 189 Jenis Isi Mata Pelajaran dalam Ranah Pengetahuan ... 198 Matriks Analisis Kurikulum ei soba sininnitnstne 22. 229 229 Struktur Bahan Ajar Cetak dan Model/Maket .. Struktur Bahan Ajar Audio Struktur Bahan Ajar Audiovisual... sue 230 Struktur Bahan Ajar Interaktif . 230 Struktur Bahan Ajar Lingkungan . 230 Relasi Mode! Pembelajaran dengan Tujuan Pembelajaran 254 1 267 soon 274 277 on 277 Strategi Pembelajaran dan Metode Pembelajaran yang Terkait Macam-macam Metode Pembelajaran dan Tahapan Pembelajarannya Metode-metode Pembelajaran yang Dikaitkan dengan Tujuan Pendidikan . Metode-metode Pembelajaran yang Dikaitkan dengan Hasil Pembelajaran Metode-metode Pembelajaran yang Dikaitkan Kemampuan Mengembangkan, Menguji, dan Menggunakan Ide 278 Matriks Kemampuan Media Pembelajaran dalam Pencapaian Berbagai Jenis Tujuan 308 Pembelajaran .. Klasifikasi Media . 320 Pemilihan Media Menurut Sifat Tugas Pembelajaran ..... 326 Pemilihan Media Menurut Sifat Respons Pembelajaran asian BZ Pemilihan Media Menurut Konteks Pembelajaran 7 rane 327 Karakteristik Media Merurut Sifat Respons wc 28 Visualisasi Konsep 1329 Subkomponen “Pendahuluan” 336 Subkomponen Kegiatan Inti 339 Subkomponen Penutup un : inant 339 DAFTAR GAMBAR : Gambar 4.1 Gambar 1.2 -Gambar 13 Gambar 14 Gambar 1.5 Gambar 1.6 Gambar 1.7 Gambar 18 Gambar 1.9 Gambar 1.13 Gambar 1.14 Gambar 1.15 Gambar 1.16 Gambar 1.17 Gambar 1.18 Gambar 1.19 Gambar 1.20 Gambar 1.21 Gambar 1.22 Gambar 1.23 Gambar 1.24 -Gambar 1.25 Strategi Implementasi Kebijakan Kurikulum 2013 wnnannsnan 9 Rencana inplamnentast Rsitlime 019 onal AD ‘Proses Pelaksanaan Kusikulim 2073 sennsnsnsninsinnnnininssansnnssnnsnne LL Continuum Kurikulum Terpadw 2 Contoh Integrasi Multidisipline? tutus 22 Contoh Model Perencanaan untuk Disiplin Parale] vissstitnsnssinnnsniinsnssne 24 Integrast Interdisipline enn : . 3 ‘Contoh Model Perencanaan untuk Kurikulum Interdisipliner 26 Contoh 27 Model Perencanaan untuk Kurikulum Transdisipliner ‘Contoh 2: Model Perencanaan untuk Kurikulum Transdisipliner 28 Pendekatan Berbeda terhadap Integrasi sebagai Hierarki 29 Model DSI-PK 31 Model Sistem Pembelajaran 38 Perencanaan dan Siklus Pembelajaran 40 52 Konsekuensi dari Perencanaan Pembelajaran yang Jela: Keseimbangan antara Sikap, Keterampilan, dan Pengetahuan untuk Membangun Softskill dan Hardskill Struktur dan Komponen RPP Tematik Terpadu Alur Perencanaan Pembelajaran Tematik 55 71 83 87 8B 89 89 90 A ‘Macam-macam Sumber Tema ‘Alur Penjabaran Tema Bagan Penyusunan Tema Pembelajaran Langkah Pengembangan Tema Pengembangan Tema untuk Perancangan Aktivitas Pembelajaran Kegiatan-kegiatan yang Dapat Dikembangkan dalam Pembelajaran Tematik Pota Keterhubungan KD dengan TemaPemorsatu ‘Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu Gambar 2.4 Gambar Gambar 2.3 Gambar 2.6 Gambar 2.5 Gambar 2.6 mbar 3.1 Gambar 3.2 Gambar Gambar 8.4 Gambar 8.5 Gambar 8.6 Gambar BZ Gambar 8.8 Gambar 8.2 -Gambar 8.10 Gambar 9.1 Gambar 9.2, Gambar 9.3 Gambar 9.4 Gambar 9.5, Gambar 9.5a Gambar 9.56 xvi Pengembangan Tema Membuka Aplikasi Microsoft Word .. Membuat Blank Documen : Membuat Tabel untuk Isian Identitas RPP 115 ‘Menghilangkan Garis pada Tabel Isian Identitas RPP .... icetasiciee 1B Menformat Type Font dan Lebar Spasi Tabel Kasar Isian Kompetensi Inti Proses Pengetikan Kompetens! Inti Karaktoristik Isi (Materi) Pelajaran 3 s Jaringan Tema”“Aku dan Tema Baru” untuk KD Kelompok Sikap Spiritual dan Sikap Sosial 156 Jaringan Tema”“Aku dan Tema Baru” untuk KD Kelompok Kompetensi Pengetahuan dan Keterampilan 197 Isi (Materi) Bahan Ajar 197 Struktur Hierarkis Materi Pengetahuan... 199 Jenis Materi Keterampilan 200 Proses Pemilihan Materi Pelajaran 2 Kerucut Pengalaman Dale ——- zi 219 Ruang Lingkup Pendekatan, Model, Strategi, Metode, Teknik, dan Taktik Pembelajaran ... . 2M Rentang Operasionalisasi lstilah-istilah Pembelajaran .. 2A Sintaks Model Pembelajaran Saintifik Proses sven 250 Dampak Model Pembelajaran Saintifik Proses .. 7 250 Konfigurasi Model Pembelajaran Reciprocal ... . scoters Hel-hal yang Menjadi Pertimbangan dalam Memilih Strategi Pembelajaran 267 Metode-metode Pembelajaran yang Dikaitkan dengan Variasi Gaya Belajar 278 Keterhubungan antara Pendekatan Konstruktivis, Metode Inkuiri, dan Beberapa Teknik Pembelajaran yang Relevan 1 288 Keterhubungan antara Pendekatan Kooperatif, Metode Jigsaw, dan Beberapa Teknik Pembelajaran yang Relevan enone sina 88 Contoh Hierarki Pendekatan, Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran .. 289 Kedudukan Media Pembelajaran Komponen Sistem Pembelajaran wi 292 Perbedaan Media Pembelajaran dan Sumber Belajar . 298 Relasi antara Pesan Pembelajaran, Alat Peraga, Guru, dan 1300 Relasi antara Pesan Pembelajaran, Media, Guru, dan Siswa .. Gambaran Menyeluruh Proses Pemilihan Media ven a Langkah Pertama Pemilihan Media: Menentukan Apakah Program Pembelajaran atau Program Informasi? oe Alat Bantu Pembelajaran: Langkah Ketiga Menentukan Cir-ciri Khas Pelajaran Mempertimbangkan Tujuan dan Isi Pelajaran Gambar 9.5¢ Gambar 9.54 Gambar 9.5¢ Gambar 9.6 Gambar 9.7 Gambar 10.1 Gambar 10.2 Gambar 11.1 Daftar Gambar Langkah Ketiga (Lanjutan): Pelajaran Melibatkan Objek atau Benda-benda yang Masih Asing bagi Siswa 317 Media Pembelajaran: Langkah Ketiga Menentukan Ciri-ciri Pelajat Mempertimbangkan Tujuan dan Isi Pelajaran Belajar 318 ‘Media Pembelajaran: Langkah Ketiga Lanjutan . . 319 Informasi Mengenai Pemilihan Media: Media Individual Didaftar Menurut Urutan Prioritas Berdasarkan Biaya Si 7 eee: sie 32D Informas! Mengenal Pemilihan Media (Lanjutan) Disarankan Menggunakan Media Individual dengan Urutan Sesuai dengan Prioritas Berdasarkan Biaya 1 323 Penulisan Langkah-langkah Pembelajaran dengan Format Tabel .. ponents 36) Penulisan Langkah-langkah Pembelajaran dengan Format List (Daftar) 363 Keseimbangan antara Sikap, Keterampilan, dan Pengetahuan untuk Membangun Soft Skills dan Hard Skills, os 369 xvii Bahan dengan hak cipta Bab 1 KURIKULUM 2013 DAN DESAIN BARU RENCANA PEMBELAJARAN A. PERUBAHAN KURIKULUM DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN Perubahan ialah suatu keniscayaan, Siapa saja yang tidak mau berubah, termasuk dunia pendidikan, maka akan tergilas oleh arus perubahan. Dan, ia akan tertinggal dengan perkem- bangan di sekitarnya. 1a pun akan semakin terasing dengan kemajuan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, seperti diungkapkan Alison Harding bahwa “Hidup adalah siklus. Selalu bergerak, selalu berubah. Tak ada yang tetap, kecuali perubahan itu sendiri k ada yang dapat kita lakukan untuk menghambat perubahan; yang dapat kita lakukan hanyalah meng- arahkan perubahan atau mengantisipasi perubahan.”* Maka, “Rangkullah perubahan, jangen takut terhadapnya,” saran Robert Slater, Jack Welch, dan the GE Way.’ Jadi, kita tidak periu reaktif terhadap perubahan tetapi yang lebih penting bersikap adaptif dan antisipatif. Lantas, kekuatan apakah yang begitu hebat menyebabkan perubahan tersebut? Dikataken oleh Tilaar, da tiga kekuatan yang sangat besar yang telah mengubah kehidupan bersama umat manusi dewasa ini, yait pertama, demokrasi; kedua, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi komunikasi dan informasi; dan ketiga, globslisasi.> Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, "Alison Harding, Jangan Takut Berubal: Memetik Keunsungan di Balik Perabahan, diterjemabkan oleh: Delon Mareta, (Surabaya: Liris, 1992), lm. 1 2HLA.R. Tilsor, Perubalan Sosial dan Pendidikan: Pengantar Pedagogik Trunsfermaif untuk Indonesia, (Jakartae Rine ka Cipva, 2012), him. 15, SHLA.R, Tilaar, Perubahan Sostal ..,hlm, 32. Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu dan bernegara di Indonesia sebagai dampak dari pengaruh perubahan global, perkembangan imu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional. Hal inilah, salah satu alasan dan dasar pertimbangan, pemerintah me- lakukan penyempurnaan kurikulum, yaitu dengan kebijakan kurikulum baru untuk pendi- dikan desar dan menengah melalui Kurikulum 2015 sebagai pengganti dan penyempurna Kurikulum 2006 (KTSP). ‘Tujuannya yakni untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang mampu dersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.* Perubahan kurikulum, dari Kurikulum 2000 ke Kurikulum 2015 ini, kiranya cukup re- levan karena mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya masih rendah dan cukup jauh tertinggal dengan negara-negara tetangga terdekat, seperti dengan Malaysia dan Singapura, Berikut ii sejumlah gambaran problem pendidikan dasar dan menengah di Indonesia, yaitu: Pertama, berdasarkan hasil survei "Trends in International Math and Science" tahun 2007, yang dilakukan oleh Globel Institute, menunjukkan hanya lima persen peserta didik Indonesia yang mampu mengerjaken soal penalaran berkategori tinggi; padahal peseria aliknya, 78 pers mengerjakan soal hafalan berkategori rendah, sementara siswa Korea 10 persen. Data lain didik Korea dapat meneapai 71 persen. S n peserta didik Indonesia dapat diungkapkan oleh Programme for International Student Assessment (PISA), hasil studinya tahun 2009 menempatkan Indonesia pada peringkat bawah 10 besar, dari 65 negara peseria PISA. Hampir semua peserta didik Indonesia ternyata cuma menguasai pelajaran sampai level tiga, sementara banyak peserta didik dari negara lain dapat menguasai pelajaran sampai level empat, lima, bahkan enam, Hasil dari kedua survei ini merujuk pada suetu simpulan bahwa prestasi peserta didik Indonesia tertinggal dan terbelakang.? Kedua, dalam kehidupan di masya seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam ujian, tindaken anarkis dan berbagai tindakan tidak baik lainnya. Hal ini kalau dibjarkan maka keberadaan bangsa dan negara Indonesia terancam eksistensinya. Para pakar pendidikan mengkhawatirkan bangsa Indonesia sedang menuju kehancuran dengan ditandai sikap dan perilaku scbagian masyarakat yang cenderung amoral dan kureng menghargai nilai-nilai kemanusizan, Minimal ada sepuluh kecenderungan perilaku masyarakat Indonesia yang kalau tidak segera diatasi menyebabkan bangsa Indonesia akan menuju jurang kehancuran, yaitu:® rakat ada kecenderungan terjadinya dekadensi moral, “Abiul Majid, Pembetalaraa Temartk Terpautu, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hm. 19. > E, Mulyasa, Pengembangar dan Implementasi.., him. 60, " Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peseria Didik Bentasarkan Kurikelumn 2013), (Jakarta: Raja Gratindo Persada, 2013), lm. 17-18. 2 m fab 1 | Kurikulum 2013 dan Desain Baru Rencana Pembalajaran Meningkataya kekerasan di kalangan remaja. Membudayanya ketidakjujuran. ap fanatik terhadap kelompok. Rendahnya rasa hormat kepada orangtua dan guru. Semakin kaburnya moral baik dan buruk. Awe Penggunaan bahasa yang memburuk. Meningkatnya perilaku merusak citi, seperti penggunaan narkoba, alkohol, dan seks bebas. Rendahnya rasa tanggung jawab sebagai individu dan sebagai warga negara. Menurunnya etos kerja dan adanya rasa saling curiga, a re (0. Kurangnya kepedulian di antara sesame. Ketiga, di sekolah anak didik belam mendapatkan internalisasi nilai-nilai secara matang dan bermakna. Hal ini disebabkan dalam proses belajar meng: ratkan pada aspek kognitif, sehingga aspek afektif dan psikomotorik yang bermuatan karak- ter kurang diperhatikan. Hal ini diperparah lagi pembelajaran di sekolah masih berorientasi pada penguasaan materi untuk persiapan menghedapi ujian nasional. Dan ditambah lagi kemampuan anak didik di Indonesia dalam menjawab soal-soal yang meauntut kemampuan berpikir tinggi juga masih rendah.? Sementara itu, persoalan lainnya (keempat), yaitu berkaitan dengan globalisasi dan pa- sar bebas, masalah lingkungan hidup, pesatnya kemajuan teknologi informasi, konvergensi pengetahuan, kebangkitan industri kreatif dan buda pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains, mutu, dan dan transformasi pada sektor pendidikan, serta materi TIMSS dan PISA yang harus dimili- ki oleh peserta didik.® Problem kelima, sejumlah kelemahan pada Kurikulum ingkat Satuan Pendidikan (KTSP), terdiri dari: (1) konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan ¢ masih terlalu menitikbe- ilmu dan teknologi, ekonomi berbas aitu adanye kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak; (2) kurikulum belum s penuh- ional (3) kompetensi belum menggambarkan secera holistik domain sikap, keterampilan, dan penge- tahuan; (4) beber (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan nya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan na pa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum; (5) kurikulum belum bid. hm, 18. © E, Muljasa, Pengombangan dan Iinplementasi Kurikulam 2015, (Bendung: Remaja Resdakarya, 2073), bli. 83-64, a 3 Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjedi pada tingkat lokal, nasional, mau- pun global; dan (6) standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembel- ajaran yang perinci, sehingga membuka peluang penalsiran yang beraneka ragam dan ber- ujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.’ Perubahan merupakan hal yang mutlak terjadi di mana pun tempatnya."” Maka dari itu, dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum hacus memiliki karakter yang dinamis dan selalu bisa dilakukan perubahan dan pengembangan agar dapat mengikuti perkembangan dan wntangan zaman, Menurut Ralph W. Tyler, ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam proses pengembangan kurikulum dan pengajaran, yaitu: Pertama, tujuan yang hen- dak dicapai Ketiga, bagaimana pengalaman belajar itu diorganisasikan secara efektif? Dan keempat, ba- Kedua, pengalaman belajar apa yang perlu disiapkan untuk mencapai tujuan? gaimana menentukan keberhasilan pencapaian tujuan?!! Meskipun demikian, perubahan ‘a harus dilakukan secara sistematis dan terarah, tidak asal berubah. dan pengembanga Perubahan dan pengembangan kurikulum tersebut harus memiliki visi dan arah yang jelas, mau dib; ke mana sistem pendidikan nasional dengan kurikulum itu.'? Adapun. Kurikulum 2013 ini telah dikembangkan dan diimplementasikan secara sistematis dan ter- arah dengan orientasi dan tujuan perubahan yang jelas. Orientasi Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan_keseimbangan antara kompetensi sikap (aititude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Adapun tujuannya untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang ber- iman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia."* Dengan demikian, perubahan kurikulum di sekolah dan madrasah yang sudah dimulai sejak 2013 pada beberapa sekolah secara terbatas dan akan diimplementasikan secara lebih luas mulai 2014 ini, diharapkan akan dapat membawa angin segar perubahan begi dunia pendidikan di Tanah Air, utamanya bagi peningkatan mutu pendidikan di sekolah/madrasah. Di samping itu, Kurikulum 2015 ini memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan kuri- kulum sebelumnya. Seperti diungkapkan oleh Mulyasa, bahwa Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut: Pertama, Kuriku- "Abdul Majid, Perbelojaraa Tematik Terpadu, (Bandung: Remaja Resdakarya, 2014), Hm. 28-28. "HLA, Rusdisna, Komep Inovasi Pondiditan (Bandung: Pustaks Setia, 2014), hm. 15 " Loeloek Endah Poerwati dan Sofan Amri, Panduat Memahani Kurikulun 2015, (Jakarta: Prestast Pustaka Pub: Isher, 2015), him. 4 Pengembangan dan Inplementasi.., bln. 38, Pambeiajaran Tenatk .., him. 28. ' Kanandar, Pilar Autor im. 16. fab 1 | Kurikulum 2013 dan Desain Baru Rencana Pembalajaran lum 2013 menggunaken pendekatan yang bersifat alamiah (kontekstual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakikat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kom- petensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Kedua, Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan lain. Ketiga, yaitu ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih te- pat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan.° Sebagai penutup dari segmen pertama bab ini, kiranya refleksi dari Belen berikut ini penting untuk kita perhatikan bersama bagi keberhasilan upaya peningkatan mutu pendidik- an di Tanah Air melalui implementasi Kurikulum 2013, Belen mengatakan: Kurikulum memang bukan satu-satunya penentu mutu pendidikan. la juga bukan perangkat tunggal penjabaran visi pendidikan, Fungsi kurikulum dalam peningketan mutu pendidikan dan pe ulum dalam buku jabaran visi tergantung kecakapan guru, ketercakupan substansi ku pelajaran, dan evaluasi proses belajar.!® B. KEBIJAKAN IMPLEMENTASI! KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH/MADRASAH Implementasi Kurikulum 2013 di sekolah/madrasah yang sudah dimulai di sejumlah sekolah dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas, secara terbatas, merupakan salah satu bentuk inovasi pendidikan yang dilakukan pemerintah, Dalam pandangan Ridwan Abdullah Seni, pengembangan Kurikulum 2013 ini merupakan upaya peningkatan mutu pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang kreatif dan mampu menghadapi kehidupan di masa yang akan datang."” Hal serupa juga diungkapkan Abdul Madjid, pengembangan Kurikulum 2015 adalah bagian dari strategi meningkatkan capaian pendidikan. Di samping kurikulum, sesungguhnya ada sejumlah faktor lain yang punya peran penting di antaranya Jama siswa bersekolah; lama siswa tinggel di sekolah; pembelajaran siswa aktif berbasis kor petensi; buku pegangan dan peranan guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan.™ Ori ntasi Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Hal ini se ® E, Mulyasa, Pengembangan daw Iraplementasi., hm. 163-164 "© S. Belon, “Mensinergiken Ebtanes, Karikulum, dan Buk Pelajaran", dalam Sindhanste (EW), Membuke Masa Depan Anak-arak Kita: Mencari Kurikulum Pendidikan Abad XXI, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), him. 49-65; Agus Suwignyo, “Kuskkulum dan Politik (Kebijakan) Pendidikan”, dalam A. Fery T. Indratno (Fd.}, Kurikulunt yang Mencer daskan: Visi 2050 don Pendidikan Allternatif, Cet. H, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2008), him. 38 Ridwan Abdullah Sani, Irovas’ Pembelajaran (Jakarte: Bumi Aksara, 2013), bli. vii- "8 Abdul Madiid, Rombelajaran Temarik Terpadu, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), blm. 27-28. a 5 Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu jalan dengan amanat UU No. 20 Tahun 2005 sebagaimana tersurat dalam penjelasan Pasal 35, yaitu kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepaka Begitu pula dengan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis oleh pemerintah pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan kete- rampilan secara terpadu. " Pengembangan Kurikulum 2015 ini tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang di- hadapi oleh Kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Adapun beberapa problem yang menjadi pokok persoalan pelaksanaan Kurikulum 2006 selama ini, yaitu; per tama, konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengen banyaknya mata pel ajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak; kedua, kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional; ketiga, kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan; keempat, beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, meto- dologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum; kelima, kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global; keenam, stan- dar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang perinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru; ketujh, standar penilaian belum mengarahkan kepada penilaian berba- (sikap, keterampilan, dan pengetahuan) dan belum tegas menuntut adanya dan kedelapan, dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum remediasi secara berkall yang lebih perinci agar tidak menimbulkan multitafsir.° Kurikulam 2013 berbeda dengan Kurikulum 2006 maupun kurikulum sebelumnya yang pernah digunakan di Indonesia. Ada sejumlah inovasi, pembaruan dan penyempurnaan di dalamnya. Dalam kurikulum baru ini, menurut Mulyasa, Kurikulum 2015 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:2 1. Mengembangkan keseimbangan aniara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan iniclektual dan psikomotorik. 2. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar te- bid, him, 28. >: Ibid. hm. 28-29, 2 Kunandar, Penlaian Auten. Hm, 24-25 fab 1 | Kurikulum 2013 dan Desain Baru Rencana Pembalajaran rakat rencana di mana peserta didik menerapkan apa yang dipelaj dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berhagai situasi di sekolah dan masyarakat. 4, Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengeta- huan, dan keterampilan. 5. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang diperinei lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran. 6, Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi ri di sekolah ke masy dasar, di mana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk meneapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti, 7. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling mem- perkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched)antarmata pelajaran dan jenjang pendi- dikan (organisasi horizontal dan vertikal). Dengan demikian, setelah Kurikulum 2013 ini diimplementasikan di sekolah/madrasah diharapkan perubahan yang akan diperoleh sebagai berikut:” Pertama, dari aspek peserta didik. Mereka dapat lebih produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Selain itu, para peserta didik juga dapat lebih bergairah dan senang di sekolah/madrasah. Kedua, dari aspek pendidik dan tenaga kependidikan. Dengan perubahan kurikulum ini, mereka dapat lebih bergairah dalam mengajar dan lebih mudah dalam memenuhi ketentuan 24 jam mengajar per minggu. Ketiga, dari aspek manajemen satuan pendidikan. Pengelolaan sckolah atau madrasah dapat lebih mengedepankan layanan pembelajaran termasuk bimbingan dan penyuluhan, Sekaligus, pengelolaan sekolah atau madrasah mampu mengantisipasi atas semaraknya variasi kegiatan pembelajaran, Keempat, dari aspek masyarakat umum, Mereka dapat memperoleh Tulusan sekolah yang kompeten. Kebutuhan pendidikan juga dapat dipenuhi oleh sekolah. Terakhir, mercka dapat meningkatkan kescjahtcraannya. Kelima, dari aspek negara dan bangsa. Me- Jalui penerapan Kurikulum 2013 diharapkan dapat meningkatkan reputasi internasional dalam bidang pendidikan. Kemudian, penerapan kurikulum baru ini di sekolh/madraseh dapat meningkatkan daya saing dan berkembangnya peradaban bangsa. Untuk mencapai semua harapan itu, secara operasional langkah-langkah implementasi Kurikulum 2013 dilakukan melalui beberapa agenda, y produk hukum baru yang dapat menaungi pelaksanaan Ku itu: pertama, menerbitkan produk- ikulum 2013 di sekolah/madrasah Tid, hon. 30, a 7 Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu secata nasional. Beberapa kebij kulum baru ini, yaitu: 1, Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerin- tah No. 19 Tahun 2005 tenteng Standar Nasional Pendidikan. 2. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 54 Tahun 2013 tentang Standar kan baru pemerintah berkaitan dengan implementasi kuri- Kompetensi Lulusan. 5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 65 Tahun 2015 tentang Standar Proses 4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian 5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. 6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No, 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Karikulum Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah 7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 69 Tahun 2013 tent Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. 8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Da- sar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan dan Madrasah Aliyah Kejuruan. 9, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 71 Tahun 2013 tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. 10, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No, 81a Tahun 2013 tentang Imple- mentasi Kurikulum. jsanawiyah. ng Kerangka Indonesi 11. Surat Edaran Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Repul No. SE/Dj.1/ PP.00/50/2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013 di Madrasah yang baru akan dimulai pada tahun ajaran 2014/2015. Keduct, menyusun strategi implementasi Kurikulum 2013 di sckolah dan madrasah, Da- lam strategi tersebut dirancang sebagai berikut: tahap pertaa, dilaksanakan mulai [uli 2013 khusus untuk kelas I, IV, VII dan X; takap kedua, dilaksanakan mulai Juli 2014 untuk kelas I, 11, 1M, VIL, VIII, X, dan XI; dan tahap ketiga, dilaksanakan Juli 2015 untuk kelas 1, I, 11, 1M, \V, VI, VIL, VIII, IX, X, XI, dan X1L”* Jadi, pada tahun 2015 semua sekolah di bawah naungen Kemendikbud direncanakan sudah melaksanakan Kurikuhum 2015. * Badan Pengembangen Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjamiran Mutu Pendidikan Ke smondikbud, Strateg! Implemeatas! Kurikuleon 2015, (Jalkerta: Kemondikbud, 2013), kim. 5 8 m fab 1 | Kurikulum 2013 dan Desain Baru Rencana Pembalajaran Adapun menurut Surat Edaran Dirjen Pendis Kementerian Agama Republik Indonesia No. SE/Dj.l/PP.00/50/2015 yang ditandatangani Dirjen Pendis pada tanggal 8 Juli 2013, yang menetapkan bahwa pelaksanaan implementasi Kurikulum 2013 di madrasah baru dimulai pada tahun pelajaran 2014/2015, Untuk tahun itu, implementasi kurikulum 2013 direncanakan akan dilaksanakan hanya untuk kelas 1, IV, VII, dan X. Adapun pada tahun 2013/2014, Kementerian Agama baru melakukan persiapan implementasi kurikulum 2013 dalam bentuk pelatihan kepala madrasah, pengawas madrasah, pendidik, serta pengadaan bahan ajar dan buku pedoman guru.** Untuk skema strategi implementasi Kurikulum 2013 dapat dilihat seperti pada Gambar KEBIJAKAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013, ee DPR, DPRD, GUBERNUR, BUPATI/WALIKOTA, DEWAN PENDIDIKAN, DINAS PENDIDIKAN PROVINSI, KABUPATEN/KOTA, MASYARAKAT SD, SMP, SMA, SMK DIKLAT KURIKULUM 2013 J KEPALA SEKOLAH PENGAWAS Gambar 1.1 Strategi Implementasi Kebijakan Kurikulum 20132° Dari Gambar 1.1 di atas dapat diketahui bahwa implementasi kurikulum adalah usaha ber ten/kota, Menurut Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebuda- yaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kemendikbud, tugas dan tanggung jawab masing- ‘ama antara pemerintah dan pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupa- % Admin, Kurikulum 2015, Kenag Latih 140.000 Gurs Madrasslt, Diupload Tanggal 12 Agustus 20/3 Pukul 9.45 di sw suarapembaruan.com/home/kurikulum-201 5-kemag-latin-14000-guru-medrasah/39819, dan diakses pada Tang gal 1April 2014 Pukul 23.29 WIB. > Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Ke- smondikbud, Strsteg! Implemeatas! Kurikuleon 2015, (Jakerta: Kemondikbud, 2013), kim. 3 a 9 Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu masing pihak tersebut dalam implementasi Kurikulum 2013 yaitu: pertama, pemerintah bertanggung jawab dalam mempersiapkan guru dan kepala sekolah untuk melaksanaken kurikulum; kedua, pemerintah bertanggung jawab dalam melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum secara nasional; ketiga, pemerintah provinsi bertanggung jawab dalam melaku- kan supervisi dan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum di provinsi terkait; dan keempat, pemerintah kabupaten/kota bertanggung jawab dalam memberikan bantuan profesional ke- pada guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan kurikulum di kabupaten/kota terkait.2° Adapun strategi yang disiapkan oleh pemerintah dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 di sckolah/madrasch yaitu: pertama, pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan, dari tahun 2013-2015; kedua, pengembangan buku siswa dan buku pegangen guru dari tahun 2012-2014; ketiga, pengembangsn manaj dan pengembangan budaya sekolah (budaya kerja guru) terutama untuk SMA dan SMK, dimulai dari bulan Januari—Desember 2013; dan keempat, pendampingan dalam bentuk monitoring dan evaluasi untuk menemukan kesulitan dan masalah implementasi dan upaya penanggulangan, yaitu mulai Juli 2013-2016." Rangkaian implementasi Kurikulum 2013 dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Skema untuk rencana implementasi Kurikulum 2013 dapat dilihat pada Gambar 1.2 berikut ini emen, kepemimpinan, sistem administrasi, Palatina Guru [esiapan Delath Nasional [oath Rsiona | Guruinti t Sunt PELAKSANAAN, Pendampingan | : EVALUAS! PERSIAPAN (Jan-Jun) IMPLEMENTASI (Jul) Gambar 1.2 Rencana Implementasi Kurikulum 20132° ® jd, him.2. bid Mn, 3 2 Md Nn 6 10 a fab 1 | Kurikulum 2013 dan Desain Baru Rencana Pembalajaran Dari Gambar 1.2 di atas dapat dijelaskan bahwa implementasi Kurikulum 2015 pada ta- hap pertama terbagi menjadi dua fase, yaitu fase persiapan dan fase implementasi. Pada fase persiapan ini pemerintah melakukan pelatihan kepada guru yang terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu pelatihan bagi pelatih nasional, pelatihan bagi guru inti, dan pelatihan ke- pada guru." Proses pelaksanaan implementasi 2015 melibatkan berbagai pihak agar dapat terlaksana sesuai tujuan. Skema proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.5 berikut ini PENDAMPINGAN 2 GuruInti KepalaSekolah Pengawas Gambar 1.3 Proses Pelaksanaan Kurikulum 2013. Dari Gambar 1.3 di atas dapat diketahui bahwa dalam tahep pelaksanaan Kurikulum 2015, sejumlah sekolah sasaran dari semua jenjang secara terbatas mulai bulan Juli 2015 sudah menggunakan kurikulum baru ini, Untuk madrasah, Kurikulum 2013 baru dilaksana- kan mulai bulan Juli 2014, Dalam proses pelaksanaan kurikulum baru ini, para guru sebagai ujung (ombak dari pelaksanaan kurikulum ini mendapatkan pendampingan dari sejumlah pihak, yaitu meliputi: guru inti, kepala sekolah, dan pengawas. Dengan pendampingan ini diharapkan pelaksanaan kurikulum 2015 dapat terlaksana sesuai tujuan yang diharapkan. C. ELEMEN PERUBAHAN DALAM KURIKULUM 2013 Dalam Undang-Undang RI tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2005, Bab I, Pasal | ayat 19, kurikulum diartikan: 'Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai ® Anonim, Karikuduye 2013, Kenay Latik 140.000 Guns Madrasal, Diupload Tanggal 12 Agustus 2013 Pukul 9.45 di ‘wow suarapembaruan.com/home/kurikulum-201-Lemag-latin-140000-guru-madrasaih/398 1, dan diakses pada Te gal 10 APril 2014 Pukul 23.29 WIB, Badan Pengembangan Sumber Deya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Ke vendikbud, Strutegi Implemeatasi Kurikulun 2015, (Jakerta: Kemendikbud, 2013), hm. 7. a " Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu tujuan, isi, dan bahan pelajaran kogiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.” erta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan Penjelasan ini_me- negaskan bahwa konsep kurikulum yang berlaku di Indonesia sebagaimana dikemukaken pada UU Sisdiknas tersebut, lebih menckankan pada konsep kurikulum sebagai suatu ren- cana pembelajaran. Definisi kurikulum di atas menjadi pedoman bagi konsep kurikulum setiap jenis dan jenjang Jembaga pendidikan di Indonesia. Sebagai rencana dan pengaturan kegiatan pembelajaran yang berwujad dokumen tertulis, kurikulum juga sekaligus sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Perwujudan dari kedudukan dan fungsi kurikulum seperti itudi ma- sing-masing jenis dan jenjang lembaga pendidikan, telah dilengkapi dengan seperangkat kuri- kulum. Lazimnya perangkat kurikulum itu terdiri dari: pedoman umum penyelenggaraan pem- belajaran; isi dan program pembelajaran; dan berbagai pedoman implementasi atau proses pembelajaran, evaluasi, administrasi, dan pedoman bimbingan pembelajaran.>! Nana Syaodih Sukmadinata mengatakan, bahwa kurikulum sebagai suatu rencana tertulis juga dapat dipandang sebagai sebuah dokumen yang berisi rumusan tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Kurikulum juga dapat dipandang se- bagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum, pemegang kebijakan pen- hat dari lingkup atau tingkat didikan, dan masyarakat. Terakhir kurikulum juga dapat di kurikulum seperti: kurikulum tingkat bidang studi, sekolah, lokal, nasional.®” Konsekuensi dari kurikulum sebagai sebuah dokumen yang menjadi rencana pem- belajaran, baik tertulis maupun tidak tertulis melahirkan adanya istilah "idea! curriculum (kurikulum diidealkan) dan real/actual/functional/operational curriculum (kurikulum yang nakan), Kurikulum ideal adalah kurikulum yang direncanakan secara idee! nyata/dila Sebagai suatu rencana, bisa dalam bentuk tertulis (written document) maupun yang tidak tertulis. Adapun kurikulum aktual adalah kurikulum yang terlaksana atau dioperasionalkan. nya mendekat Kurikulum aktual seyogianya sama dengan kurikulum ideal atau setida i yang ideal, meskipun kenyataannya tidak selalu demikian. Dalam kenyataannya dapat saja sesuatu yang direncanakan tidak bisa dilaksanakan atau terlaksane.> Selanjutnya, untuk menelusuri lebih jauh apa saja elemen perubahan dalam Kurikulum 51 Loelovk Endah Poerwati dim Sofan Ami, Panduian Memahani Kurieulunt 2015, (lskarta: Prestast Pustake Pub lisher, 2015), him. 22. © Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulun: Teori daw Pratik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), him. 29-30, © Loeloek Endah Poerwati dan Sofan Ami, Puriduan Mermahani Kurikultun 2013, (Jakarta: Prestasi Pustaka Pub: lisher, 2015), him, 21 12 a fab 1 | Kurikulum 2013 dan Desain Baru Rencana Pembalajaran 2015, kiranya perlu kita pahami bersama bahwa kurikulum terdiri dari sekumpulan komponen. Poerwati dan Amri mencatat ada empat komponen kurikulum, yaitu:** 1. Tujuan sasaran yang hendak dituju oleh proses penyelenggaran pendidikan. 2. Isi kurikulum, yaitu pengalaman belajar yang diperoleh murid di sekolah. Pengalaman ini dirancang dan diorganisasikan sedemikian rupa sehingga apa yang diperoleh murid sesuai dengan tujuan. 3. Metode proses belajar mengajar, yaitu cara peserta didik memperoleh pengalaman bela- jar untuk mencapai tujuan, 4. Evaluasi, yaitu cara untuk mengetahui apakah sasaran yang ingin dituju dapat tercapai 1u arah/| atau tidak. Kurikulum 2013 memiliki sejumlah perubahan dibandingkan kurikulum sebelumnya. Karena perubahan ini, maka diperlukan sejumlah persiapan yang harus dilakukan oleh tiap- tiap pengelola satuan pendidikan, mulai dari kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan. Secara umum, elemen perubahan dalam Kurikulum 2013 meliputi: pertanaa, standar kom- petensi lulusan; kedua, standar proses; ketiga, standar isi; dan keempat, standar penilaian.® Secara khusus, elemen perubahan pada kurikulum madrasah ibtidaiyah (terutama pada mata pelajaran non-pendidikan agama Islam dan budi pekerti)® lebih ditekankan pada aspek af- ektif, dengan penilaian yang ditekankan pada jenis penilaian nontes dan portofolio, Dalam implementasi kurikulum yang berbasis kompetensi dan karakter ini, murid MI idealnya tidak lagi banyak menghafal, karena kurikulum ini dirancang untuk mempersiapkan peserta didik memiliki budi pekerti atau karakter yang baik, sebagai bekal untuk mengikuti pendidikan pada jenjang berikutnya. Berikut perbedaan lebih lanjut Kurikulum 2013 dibandingkan rasah ibtidaiyah:*” Kurikulum 2006 khusus untuk mat 4. Tematik Integrat Pembelajaraan tematik integratif sebelumnya hanya dilaksana kelas tinggi setiap mata pelajaran terkesan terpisah atau berdiri sendiri, Dalam implementasi Kurikulum 2013, murid madrasah ibtidaiyah tidak lagi mempelajari: masing-m: pelajaran secara terpisah, Pembelajeran berbasis tematik integratif yang diterapkan pada n pada kelas rendah, dan sing mata * Thi, hn. 35. > Abdul Majid, Pembelajaran Temavik.., lm. 39. ° Dasarnya aaah kurikulom MI untuk mata pelsjaran umam atau bukan Pendidikan Agama Is sama dengan kurikulum sekolah dasar. 5° Diolah dari E, Mulyesa, Pengenrbangan dar Innplemntasi., hm. 169-171 a 13 sm dan Budi Pekerti Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu tingkatan pendidikan dasar ini menyuguhkan proses belajar berdasarkan tema untuk kemu- dian dikombinasikan dengan mata pelajeran lainnya 2. Tujuh Mata Pelajaran Umum Untuk tingkat Sekolah Dasar, pada Kurikulum 2006 (KTSP) ada 10 mata pelajaran yang diajarkan, yaitu Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan, serta Muatan Lokal dan Pengembangan Diri. Adapun untuk madrasah ibtidaiyah pada Kurikulum 2006 ada 13 mata pelajaran yang diajarkan, yaitu Akidah Akblak, Al-Qur'an Hadis, Figih, dan Sejarah Kebudayaan Islam, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indo- nesia, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani Olahraga, dan Kesehatan, serta Muatan Lokal dan Pengembangan Diri. Untuk Kurikulum 2013, mata pelajaran untuk anak SD yang semula berjumlah 10 mata pelajaran dipadatkan menjadi enam mata pelajaran untuk kelas 1, (I, dan IIL, yaitu: Pendidik- an Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni Budaya dan Prakarya, Pendidikan Jasmani, Olabraga, dan Keschatan; dan menjadi delapan mata pelgjaran untuk kelas IV, V, dan VI; yaitu dari enam mata pelajaran di kolas I-III tersebut ditambah dengan mata pelajaran IImu Pengetahuan Alam dan imu Pen- getahuan Sosial.*¥ Adapun untuk madrasah ibtidaiyah, dari segi komposisi dan jumlah mata pelajaran umum sama dengan di sckolah dasar. Adapun perbedaannya terletak pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekertinya, karena dijabarkan dalam empat mata pela- jaran, yaitu:® Al-Qur’an Hadis, Akidah Akhlak, Figih, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) 3. Pramuka sebagai Ekstrakurikuler Wajib Dalam implementasi Kurikulum 2013, Pramuka merupakan ekstrakurikuler wajib dan itu diatur dalam undang-undang—Pramuka ini menjedi ekstrakurikuler wajib pada satuan pendidikan dasar dan menengah, untuk berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Untuk me- ningkatkan layanan secara profesional, maka dalam bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Olehraga. mplementasi Pramuka, Kemendikbud ® Lampican Permondikbud RI No. 67 Tahun 2013 teniang Kerangks Dasar dan Siruktar Karikolurn Sekolah Dass Madrasa lbtidaiyah, © Merujuk pada Lampiran Sa Permenang RI No. 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Ist Pendicikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah. Untuk kebijakan bara dari Kementerian Agama Republik Indone- sia berkaitan dengan perubahan Kurikulum PAL dan Bahasa Arab yang berbasis Kurikuluin 2015 belum diterbitkan hingga artikel ini diselesailin, maka sebagai pertimbangan aval adalah Kebijakan yong masih berlaky, 14 a fab 1 | Kurikulum 2013 dan Desain Baru Rencana Pembalajaran 4. Bahasa Inggris hanya Ekstrakurikuler Sebelumnya terjadi polemik mengenai bahasa Inggris di SD/MI, yaitu bahasa Inggris akan dihapus dari kurikulum, Reneana penghapusen bahasa Inggris dari kurikulum SD/MI ini dida i kekhawatiran akan membebani siswa dan memprioritaskan terhadap pengua- saan Bahasa Indonesia, Ternyata untuk tingkat SD/MI ini, dalam kurikulum baru 2013 Ba~ hasa Inggris termasuk dalam kegiatan ekstrakurikuler bersama dengan palang merah remaja (PMR), UKS, dan Pramuka. 5. Belajar di Madrasah Lebih Lama Pemadatan mata pelajaran dalam Kurikulum 2015 bukan mengurangi jam belajar, justra membuat lama belajar anak di sekolah bertambah, Metode baru pada kurikulum ini meng- haruskan anak-anak untuk ikut aktif dalam pembelajaran dan mengobservasi sctiap tema yang menjadi bahasan, Untuk kelas I-III yang awalnya belajar sclama 26-28 jam dalam per minggu ber b mbah menjadi 30-34 jam per minggu. Adapun untuk kelas [V-VI yang semula 32 jam per minggu di sekolah bertambah menjadi 36 jam per minggu. D. KURIKULUM TERPADU MENJAWAB TANTANGAN ABAD KE-21 Dunia secara dramatis menjadi sesuatu yang menantang ketika kita bergerak lebih jauh memasuki abad ke-21. Ketika pendidikan beradaptasi dengan perubahan tersebut, tiga tema berlaku. Tiga hal itu meliputi akuntabilitas, relevansi, dan konteks abadke-21. Dan, kurikulum interdisipliner-terstandar adalah kurikulum yang menghormati dan mengakomodasi ketiga hal tersebut."° Abad ke-21 adalah zaman akuntabilitas, Esensi dari akuntabilitas yaitu menetapkan bahwa para guru mengajarkan apa yang scharusnya mereka ajarkan, dan siswa mempelajari apa yang seharusnya mereka pelajari. Standardisasi yaitu cara menetapkan akuntabilitas tersebut. Kesuksesan siswa umumnya diukur dengan testing berskala besar yang dibakuken apakah pada level lokal, regional, nasional, atau internasional. Data ini dapat bermanfaat dalam menetapkan langkah-langkah berikut pada sistem. Akan tetapi kata Drake merujuk dari pandangan Volante (2006), ada banyak kritik tentang konsekuensi yang tidak sengaja dari testing berskala besar, seperti peayempitan kurikulum, mengajar untuk tes, dan bahkan Susan M. Drake, Menciptakan Kurikuluo Teri Kitiga, Diterjomabkan oleh: Denyamin Molan, (Jat a 15 si yang Berbuasis Standar Seri Standar Kurikudum fut, Eats Indes, 201 3), him. sv Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu memanipulasi situasi untuk menghasilkan skor yang lebih baik, Namun bagaimana kita dapat memastikan bahwa para guru mengajarkan apa yang diharuskan untuk diajarkan? Conteh kasus di Amerika, standar negara bagian adalah tempat memulai peran ini, Namun standar negara bagian sudah tidak merata di seluruh Amerika Serikat, dengan beberapa negara bagian memiliki standar yang jauh lebih ketat daripada yang lainnya. Maka tidak mung- kin bagi siswa untuk berpindah dari satu negara bagian ke negara bagian lain, misa dan dipastikan bahwa mereka menuntut keterampilan dan pengetahuan yang sama, seperti teman-teman sebaya mereka di tempat mereka yang baru.‘ Dalam era yang menuntut akuntabilitas tantangan dengan kurikulum, bahwa para siswa termotivasi oleh kebutuhen akan nilai yang tinggi, dibanding belajar untuk kepentingan pemelajoran. Paradoksnya, ini terjadi pada saat ketika ada lebih banyak hal yang harus dipelajari daripada yang pernah terjadi dalam sejarah planet ini, dan pengetahuan yang semakin eksponensial, Mengingat pelajaran dan kemudian menysbutkannya kembali sudsh tidak cukup lagi. P peru: mendapatkan keterampilan abad ke-21, misalnya, yang mencakup 3R (reading, writing, and arithmetic), namun lebih jauh lagi dari itu. Maka penting bahwa kurikulum itu relevan dan bermakna untuk memastikan bahwa para siswa meneapai potensi pemelajaran mereka secara penuh. Juga, kultur penilaian perlu diganti dengan kultur belajar.? Mengadopsi Standar Kurikulum Inti (Common Core State Standards) dapat menim- bulken satu keseimbangan antara akuntebilitas dan relevansi. Standar-standar ini umumnya mendapatkan tinjaun positif sebagai standar yang ketat (rigorous) dan semakin memadai, mengingat bahwa mereka didasarkan pada riset dan telah mendapatkan masuken dari suatu Konteks internasional. Peran standar ini mempertahankan pendidikan bermutu tinggi yang konsisten, Pada saat yang sama, tidak ada satu orang yang mendikte, bagaimana standar itu dicapai. Pada prinsipnya, para guru itu bebas untuk menjadi kreatif dalam hal bagaimana siswe memenuhi standar. Kebebasan untuk menjadi kreatif ini memungkinkan para guru merancang kurikulum yang relevan dengan siswa dalam konteks lokal.> Namun Drake menegaskan bahwa akuntebilitas itu tidak datang dengan sendirinya. Menurutnya, relevansi itulah yang sentral dalam suatu kegiatan pemebelajaran. Jika kurikulum tidak relevan, para siswa tidak akan belajar. Jika siswa tidak betajar, tidak banyak poin dalam mengajar. Ini adalah aksioma sederhana, tetapi merupakan aksioma yang sangat sama." © fbi, en sv. © id, hl. xiv © Ibid. bln. “id, i 1 16 a fab 1 | Kurikulum 2013 dan Desain Baru Rencana Pembalajaran Beberapa lembaga keilmuan telah mendukung kurikulum integratif (terpadu), di anta- ranya Asosiasi Nasional untuk Kurikulum Inti dan National Middle School Association (2004). Pada 1989, Carnegie Corporation berjudul Turning Point melaporkan bahwa para siswa tidak cukup berusaha untuk menjadi warga negara abad ke-21 yang produktif. Kesalahan sebagian terletak dalam Kurang relevansinya kurikulum. Orang muda tidak bel tidak dapat menemukan makna personal dalam studi mereka. Selama akhir 1980-an dan awal 1990-an, Amerika Serikat berpaling ke perangkat pendekatan yang lebih terintegrasi dalam konteks dunia nyata untuk menyediakan kurikulum yang lebih relevan.”? Adapun satu alasan yang kuat bagi pemerintah Amerika Serikat untuk menggunakan ord jar, karena mereka pendekatan pliner, yaitu untuk merebut minat siswa, kurikulum harus ditetapkan dalam dunia nyata. Karena dunia nyata itu tidak dipisahkan ke dalam disiplin-disiplin, juga tidak bisa dipisahkan ke dalam kurikulum. Suatu pendekatan interdisipliner akan meniadaken duplikasi yang ditemukan sepanjang area mata pelajaran. Riset tentang bagaimana siswa belajar paling baik, tampaknya juga karena penerapan kurikulum yang terpadu, Menurut riset otak, otak bertumbuh subur pada keanekaragaman dan proses paling efektif ketika ia melakukan koneksi.!® Pendekatan interdisipliner juga memberikan ruang dan kesempatan yang begitu luas terhadap kemungkinan mengaplikasikan teori pembelajaran populer seperti kecerdasan multipel dan gaya pemelajaran. Pendekatan terpadu memungkinkan kreativitas guru dan menghormati mereka sebagai agen inteligen pendidikan.” Di samping itu, sudah waktunya ketika potensi internet direalisasi eksponensial dari pengetahuan menawarkan alesan lain untuk mengadopsi suatu pendekat- n. Namun ledakan an yang tidak berupaya untuk mengajarkan “segala sesuatu’, Para pendukung mengklaim bahwa pendekatan interdisipliner memungkinkan untuk memelajari suatu konsep mendalam dan bukannya secara luas. Juga menjadi semakin jelas bahwa pengetahuan tidak termasuk dalam kotak yang didefinisikan secara cermat yang disebut ‘disiplin". Beberapa kotak siap untuk membanjiri dan dibagi ke dalam subdivisi, seperti dalam bioteknologi, fisika kedokteran, dan astrofisika dalam iimu pengetahuan. Sesungguhnya pengetahuan dalam disiplin tampaknya bertumpang-tindih (overlap) ke dalam kekaburan yang kacau, saling ter~ hubung dan saling tergantung."* Menurut Drake, tantangan utama dewasa ini ialh merancang suatu kurikulam yang relevan sekaligus akuntabel. Akuntabilitas dapat dicapai, sebagian, dengan pencocokan kuti- ra eid, hen. © Dalam Caine & Caine, 1997; Jensen, 2005, © Susan M. Drake, Mencipakan Kuikulurs lerintegeasé.., km. 11-12, © Did, blo. 12 a 7 Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu kulum. Pencocokan berarti bahwa standar, konten, penilaian, dan strategi pengajaran itu koheren, dan menciptakan satu kecocokan komplementer. Suatu kurikulum yang disesuaikan kadang-kadang disebut kurikulum yang mulus (seamless curriculum). Perencanaan kuti- kulum perlu dipikirkan matang-matang, dengan satu proses pengecekan terus-menerus yang sistematis, untuk memastikan bahwa semua bagian itu saling terkoneksi. Pencocokan adalah strategi yang diidentifikasi bersama untuk meningkatkan prestasi siswa, Untuk itu, demi mencocokkan kesuksesan siswa, kurikulum dari hari ke hari harus dicocokkan sekaligus relevan. Untuk menciptakan suatu kurikulum, para guru perlu bekerja dalam dua dimensi pada saat yang sama. Martin (2007) menyebut hal ini dengan istilah “pemikiran integratif. Yakni perancang perlu berfokus pada “Gambar Besar” seka gus disiplin. Sementara itu, fenomena yang terjadi dalam abad ke-21 ini, yeitu banyak ruang kelas dan sekolah beradaptasi dengan realitas yang muncul di abad ke-21. Disiplin-disiplin itu eksis dan jelas dapat diidentifikasi, tetapi ada juga banyak aspek ruang kelas dan sekolah ini merupaken interdisipliner. Deskripsi ruang kelas abad ke-21 cenderung memiliki karakteristik beriku periama, konteks dunia nyata; kedua, penilsian kulmin: i berbasis-proyek; ketiga, penilaian formatif yang berlanjut; keempat, keterampilan abad ke-21; kelima, pendidikan karakter/ kepemimpinan; keenam, pembelajaran berbasis konsep; kerujuut, perspektif global; kedelapan, sikan.® . dapat dipahami bahwa kurikulum integratif yaitu kurikulum yang mampu membangkitkan minat siswa, mampu meniadakan duplikasi pada berbagai mata pelajaran, mampu mendorong kerja sama siswa, mampu memberikan ruang yang lebar bagi pengaplikasian teori pembelgjaran populer, mampu menghargai kreativitas pembelajaran kolaboratif; dan kesembilan, pembelajaran yang dipersonali Dari uraian di ata guru sebagai agen intelligen pendidikan, mampu menciptakan akuntabilitas dan relevansi dengan dunia nyata, mampu memberikan pengelaman bermakna kepada siswa, dan memungkinkan untuk mempelajari suatu konsep secara mendalam dan bukannya secara las. Melalui kurikulum integratif, siswa dapat belajar untuk memahami fenomena dalam dunia modern dengan lensa yang bersudut pandang Iuas, yang menangkap dunia dari banyak perspektif yang berbeda. Dan, sekaligus dalam konteks sebagai seorang guru, kurikulum integratif menuntut kita fokus pada mata pelajaran tertentu, dan pada saat yang sama kita juga melangkah ke luar batas diti kita untuk menangkap dunia nyata. Dengan cara inilah kurikulum iniegratif yang akuntabel dan relevan inilah dapat menjawab tantangan abad ke-21. Tid, Hen. 40-41 8 Ti... 14 18 a fab 1 | Kurikulum 2013 dan Desain Baru Rencana Pembalajaran —. KURIKULUM 2013 DAN PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DI SD/MI Scbagaimana telah discbutkan pada segmen scbelumnya, bahwa salah satu implikasi yang ps Jah dasar/madrasah ibtida Meskipun pada dua kurikulum sebelumnya, Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum 2006 (KTSP), pembelajaran tematil ing menonjol dari diterapkannya Kurikulum 2013, utamanya untuk jenjang seko- iyah (SD/MD), yaitu penggunaan pembelajai an tematik terpadu. juga sudah dikonsepkan dan dirancang. Namun realitasnya kebijakan tersebut tidak bisa terwujud dengan baik, alias hanya menjadi konsep dan doku- men. Bukti di lapangan menunjukkan masih sangat sulit ditemukan pelaksanaan pembela- jaran tematik sebagaimana yang diharapkan dalam kurikulum tersebut, Para guru di SD/ MI, di kelas bawah (I-IID, tetap saja menggunakan cara pembelajaran konvensional, yaitu berbasis mata pelajaran, Dan, menurut pengamatan dan wawancara yang dilakukan penu- lis dengan beberapa guru yang mengajar di SD/MI, baik yang tempatnya di kota maupun di desa, mereka secara umum memiliki pendapat yang sama. Para guru SD/MI, selama ini (maksudnya ketika pelaksanaan KBK dan KTSP), mengalami kesulitan memahami dan mengaplikasikan pembelajaran tematik tersebut dengan segala kendala dan keterbatasan yang dihadapi di lapangan. Dukungan dari pemerintah dan sekolah pun dirasa sangatlah minim daripada cukup untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan pembelajaran tematik. Walhasil, daripada bingung dan membuang banyak waktu, pikiran, dan energi untuk mem- pelajari dan melaksanakan pembelajaran tematik yang miskin dukungan ini, para guru itu kemudian cenderung kembali menggunakan pola pembelajaran lama dengan pendekatan bidang studi, Inilah satu-satunya cara yang mereka tempuh untuk menyelamatkan proses pembelajaran di SD/ML. ‘Toh, dengen cara seperti ini, menurut mereka peserta didik juga dapat belajar dan meraih prestasi yang tidak jelek-jelek juga. Jadi, format pembelajaran tematik untuk SD/MI sebenarnya pernah diterapkan, namun tingkat keberhasilannya masih rendah. Beberapa kendala di antaranya: dukungan dari peme- rintah masih minim, beik dalam bentuk pelatihan, pendampingan, dana, maupun sarana dan prasarana. Utamanya, dalam mendukung keberhasilan pembelajaran tematik yaitu keberadaan buku teks pelajaran bagi para peserta didik. Secara konseptual, pembelajaran tematik pada kts P dan KBK masih cukup banyak kelemahannya. Miselnya, pembelajaran tematik hanya dilaksanakan pada kelas rendah, sedangkan untuk kelas tinggi menggunakan pembelajaran berbasis bidang studi. Kondisi ini menjadikan proses pembelajaran di SD/MI seperti terpisch atau berdiri sendiri-sendiri. Ini maksudnya antara pembelajaran kelas rendah dan pembel- ajaran kelas tinggi tidak ada keberlanjutannya. Hal seperti inilah yang cobs diperbaiki dan disempurnakan dalam Kurikulum 2013 dengan konsep tematik yang berbeda. a 19 Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu Berikut ini dipeparkan gambaran konsep pembelajaran tematik terpadu dalam Kurikulum 2015 untuk SD/MI. Pertama, diungkapkan dalam Peraturan Pemeriniah No. 32 Tahun 2013 Pasal 19 ayat (1) bahwa, “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan disclenggarakan se- cara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpar- tisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativi sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.” Kemudi- an secara lebih spesifik dalam Permendikbud RI No.67 Tahun 2015 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibridaiyal pada lampirannya disebutken s, dan kemandirian bahwa kurikulum 2015 dikembangkan dengan penyempurnaan pola salah satunya sebagai berikut, “Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajar- an imu pengetahuan jamek (multidisciplines).” Adapun pada Bab III Poin E dalam lampir- an Permendikbud RI No.67 Tahun 2013 ini dijelaskan, “Polaksanaan Kurikulum 2013 pada sekolah dasar/madrasah ibtidsiyah dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan tema- tik terpadu dari kelas I sa Pendidi pai kelas VI. Mata pelaj an Agama dan Budi Pekerti dikecualikan untuk tidak menggunakan pembelajaran tematik terpadu.” Dalam penjelasan Poin E tersebut diungkapkan pula, bahwa maksud dari pende tematik terpadu yaitu pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelaiaran ke dalam berbagai tema, Pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan kompetensi dasar dari berbagai mata pelajaran yaitu intradisipliner, in- terdisipliner, multidisipliner, dan transdisipliner. Integrasi intradisipliner dilakukan dengan cara mengintegrasikan dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan menjadi satu kesa- tuan yang utuh di setiap mata pelajaran. Integrasi interdisipliner dilakukan dengan meng- gabungkan kompetensi dasar beberapa mata pelajaran agar terkait satu dengan yang lainnya, sehingga dapat saling memperkuat, menghindari terjadinya tumpang-tindih, dan menjaga keselarasan pembelajaran. Integrasi multidisipliner dilakukan tanpa menggabungkan kom- petensi dasar tiap mata pelajaran, schingga tiap mata pelajaran masih memiliki kompetensi dasarnya sendiri. Integrasi transdisipliner dilakukan dengan mengaitkan berbagai mata pe- lajaran yang ada dengan permasalahan-permasalahan yang dijumpai di sckitarnya schingga pembelajaran menjadi kontekstual Lebih lanjut menurut lampiran Permendikbud RI No.67 ‘Tahun 2015 tersebut juga dite- tidak be- jarannya memberikan makna tan gaskan bahwa tema merajut makna berbagai konsep dasar, sehingga peserta di lajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian, pembel yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia. ‘Tematik terpadu disusun berdasarkan gabungan proses integrasi seperti dijelaskan di atas, sehingga berbeda dengan pengertian tematik seperti yang diperkenalkan pada kurikulum sebelumnya. 20 a fab 1 | Kurikulum 2013 dan Desain Baru Rencana Pembalajaran Selain itu, pembelajaran tematik terpadu ini juga diperkaya dengan penempatan mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas 1, 11, dan IIT sebagai penghela mata pelajaran lain. Mela~ lui perumusan kompetensi inti sebagai pengikat berbagai mata pelajaran dalam satu kelas dan tema sebagai pokok bahasannya, sehingga penempatan mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagai penghela mata pelajaran lain menjadi sangat memungkinkan. Penguatan peran mata pelajaran Bahasa Indonesia dilakukan secara utuh melalui penggabungan kompetensi dasar mata pela || dan mu Pengetahuan Alam ke dalam mata pela- jaran Bahasa Indonesia. Kedua ilmu pengetahuan ini menyebabkan pelajaran Bahasa Indo- nesia menjadi kontekstual, sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi lebih menarik (Lampiran Permendikbud RI No.67 Tahun 2013) Pendekatan sains seperti itu terutama di Kelas I, II, dan III menyebabkan semua mata pelajaran yang diajarkan akan diwarnai oleh mata pelajaran Imu Pengetahuan Sosial dan Iimu Pengetahuan Alam. Untuk kemudahan pengorganisasiannya, kompetensi dasar kedua mata pelajaran ini diintegrasikan ke mata pelajaran lain (integrasi interdisipliner). Kom- dasar mata pelajaran mu Pengetahuan Alam diintegrasikan ke kompete ran Timu Pengetahuan Sos dasar peter mata pelajaran Bahasa Indonesia dan kompetensi dacar mata pelajaran Matematika kom- petensi dasar mata pelajaran IImu Pengetahuan Sosial diintegrasikan ke kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia, ke kompetensi dasar mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, dan ke kompetensi dasar mata pelajaran Matematika. Adapun untuk kelas IV, V, dan Vi, kompetensi d ‘a pelajaran [mu Pengetahuan Sosial dan IImu Pengetahuan Alam masing-masing berdiri sendiri, schingga pendekatan integrasinya ialah multidisipliner, walaupun pembelajarannya tetap menggunakan tematik terpadu (Lampiran Permendikbud RI No.67 Tahun 2015). Prinsip pengintegrasian interdisipliner untuk mata pelajaran [mu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial seperti diuraikan di atas dapat juga diterapkan dalam pengin- ma tegrasian muatan lokal. Kompetensi Dasar muatan lokal yang berkenaan dengan seni, bu- daya, keterampilan, dan bahasa daerah diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya. Kompetensi Dasar muatan lokal yang berkenaan dengan olahraga serta per- mainan daerah diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (Lampiran Permendikbud RI No.67 Tahun 2013) Dalam penjelasan Abdul Majid mengutip pendapat Drake, ia menyatakan bahwa dari tiga Klasifikasi kurikulum terpadu, yaitu pendekatan multicisipliner, interdisipliner, dan transdi- sipliner, integrasi yang paling dalam adalah transdiciplinary karena melampaui batas-batas bidang studi. Selanjutnya, untuk continuum kurikulum terpadu dapat dilihat pada Gambar 1.4 berikut ini. * Abdul Majid, Pombelajarane Teneatik.. hn, 58. a 2 Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu Integrated Curriculum . . watinsubpectreay | | econ sutectarecs | | aeyondsumecrres! Dalam bang stuci_| | Amtarebidang tac | | Melampadi dang stuck a i Multidisci- Intadiscipinary uti | nerscpinan | Tandon Gambar 1.4 Continuum Kurikulum Terpadu.” Secara sckilas, ciri-ciri dari masing-masing pngintegrasian tersebut dijelaskan oleh Dra~ ke sebagai berikut: 1. Karakteristik Pendekatan Intradisipliner Karakteristik pendeketan intradisipliner setidaknya ada empat macam, sebagai berikut: a, Pengetahuan dan keterampilan yang terhubung dalam satu bidang studi/keilmuan. ing. b. Pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari melalui mata pelajaran masing-m: c. Sifat khas dari pembelajaran diakui dalam setiap mata pelajaran, d. Kebermaknaan personal dan sosial siswa ditingkatkan dengan integrasi kogni ', afektif, dan sosial domain dengan pengetahuan dan keterampilan bidang stu 2. Karakteristik Pendekatan Multidisipliner Karakteristik pendekatan multidispliner mencakup sekurang-kurangnya enam macam sebagai berikut a. Topik, tema, isu, atau ide-ide besar mempertemukan hasil lebih dari bidang studi. b. Hasil tiap bidang studi tetap berbeda. c. Pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari melalui masing-masing bidang studi pada waktu yang bersamaan terhubung ke topik lintas kurikuler, tema, isu, atau ide-ide besar. "Ibid, hm. 38. Wid hl, 5 Standar Kurikuhum ln, Edisi Ketiga, Diter 22 a 62; Bandingkan Susan M. Drake, Menciplakan Kurikulum Meriwegrasi yang Rerbasis Standar Seri ihkan olch: Bonyarsin Molan (Jakarta: Indeks, 201), him. 19-33. fab 1 | Kurikulum 2013 dan Desain Baru Rencana Pembalajaran d.__Sifat khas dari pembelajaran diakui dalam setiap mata pelajaran: e. Kebermaknaan personal dan sosial siswa ditingkatkan dengan integrasi kognitif: afektif, dan sosial domain dengan pengetahuan dan keterampilan bidang studi. Para siswa dipandu untuk melihat hubungan antara bidang studi. Dengan menggunakan pendeketan multidisipliner ini, Drake mengungkapkan fakia bahwa di Harmony Magnet School di Strathmore, California, yakni setelah tiga tahun seko- leh dibuka, setiap anak kelas X lulus pada California High School Exit Exam dalam Matema- tika, dan 98% lulus dalam seni Bahasa Inggris.®* Secara visual karakteristik dari pendekatan multidisipliner dapat dilihat pada Gmbar 1.5 berikut ini, Kemudian, untuk contoh model (iemplate) untuk disiplin paralel dapat dilihat pada Gambar 1.6 ( ~ (‘vata —, ff \ x \ {Bahasa \ f {Pn ff 71 Indonesia} Nw ~ (=) } ae, Gambar 1.5 Contoh Integrasi Multidisiplines’* 3. Karakteristik Pendekatan Interdisipliner/Antardisipliner Karakteristik pendekatan multidispliner mencakup sekura sebagai berikut kurangnya enam macam > Diadaplasé dari Susan M, Drake, Menciptakan Kurita Terintegeas., hm. 21 Tid... 22. a 23 ‘Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu TITIK BERANGKAT: Standar Disipliner Terpisah a - Keyakinan 7 . yor NY Makay > y MENGHAYATI NN IdeBesar Rene ttantan kKeteramplan Pemahamon MENGETAQUI NELAKSANAKAN Abad ke = 4 \ TEMA x ‘Sain Bahasa Matematika Mempertahankan Mempertahankan Mempertahankan Pemahaman: Pemaheman: Pemahaman: Ide Besar: IdeBesar: Ide Besar Keterampilan Sains: Keterampilan Bahas: Keterampilan Matematika Tugas Penilaian Sains Tugas Penilaian Sains “Tugas Penilaian Sains Puncak yang Kaya Puncakyang Kaya Puncak yang Kaya Pertanyaan Pokok Pertanyaan Pokok Pertanyaan Pokok rae Penilafan Penilatn \ t \ Stahdor Aku Stindar Aktivit staigar ae tahdar Aktvitas tahdar Aktivitas standar Aktivitas RT ae Fa Gambar 1.6 Contoh Model Perencanaan untuk Disiplin Paralel.®° a, Topik, tema, isu, atau ide-ide besar yang digunakan herdasarkan pada hasil yang saling terkait antara pengetahuan dan keterampilan lebil dari satu bidang studi. b. Hal-hal yang sama dan dipelajari pada mata pelajaran sudah terintegrasi dan teridentifikasi. "Susan M. Drake, Menciptakan Kucikulun Terintegrast .., lm. 23 24 fab 1 | Kurikulum 2013 dan Desain Baru Rencana Pembalajaran c. Saling ketergantungan atau kesamaan pengetahuan dan keterampilan pada bidang studi yang terintegrasi dalam topik lintas kurikuler, tema, isu, atau ide-ide besar. 4d. Kebermaknaan personal dan sosial siswa ditingkatkan dengan integrasi kognitif, afektif, dan sosial domain dengan pengetahuan dan keterampitan bidang studi. ¢. Para siswa dibimbing untuk mengembangkan dan menerapkan pengetahuan interdisipliner yang bermakna dan relevan, dan keterampilan pada bidang studi dengan kehidupan nyata Drake mengungkapkan bahwa implementasi kurikulum interdisipliner di John Hersey High School di Chichago dan Chichago International Charter School Northtown Academy Campus menunjukkan dampak yang luar biasa, yakni skor tes ACT rata-rata Hersey naik dari persentil 60 pada tahun 2000 ke 75 pada tahun 2005, Pertumbuhan siswa berdasarkan prestasi tolok ukur, naik hampir 71%, Untuk rata-rata 100 siswa yang memasuki kelas 9 menuntut bantuan remedial, lebih dari 30% mendaftar untuk mata pelgjaran persiapan atau honor untuk masuk perguruan tinggi pada kelas 11, Sebagian besar keuntungan adalah dalam membaca dan menu- lis di mana model sepenuhnya dikembangkan, Para siswa Northtown sama-sama sukses.*” A IPs b Tema/'su, Standar Lintas Disppliner, IPA |) Keterampilan Abad ke-21, Pemahaman ‘yang Bertahan, Ide Besar Gambar1.7 IntegrasiInterdisipliner® Secara visual karakteristik dari pendekatan multidisipliner dapat dilihat pada Gambar 1.5. Adapun contch model (template) untuk kurikulum interdisipliner dapat dilihat pada Gambar 1.8. Tid, Hm. 27. 9 BB. bl. 25, a 25 ‘Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu ‘TEMA: Dari Standar 1 yor Meyatinan Tagg, MENGHAYAT > A Ide Besar Mompertahankan Keterampllan MENGETAHUI MELAKSANAKAN Abad ke-21 Pemahaman x S oN Pertanyaan. Hakiki \ 4 } A Stahdar Aktivitas Sa Gambar 8 Contoh Model Perencanaan untuk Kurikulum interdisipliner.°? » Tid, him. 26. 26 Bab 1 | Kurikulum 2013 dan Desain Baru Rencana Pembelajaran 4. Karakteristik Pendekatan Transdisipliner Karakteristik pendekatan multidispliner yakni kurikulum ditata atas dasar perhatian dan pertanyaan para siswa. Mereka mengembangkan life skills scbagaimana mereka menerapkan keterampilan disiplin dan antardisiplin dalam konteks kehidupan nyata. Ada dua jalur untuk melaksanakan integrasi transdisiplin ini, yaitu project-based learning dan negosiasi kuriku- lum. Contoh untuk project-based learning berikut ini. Dalam kegiatanproject base leaming, siswa diajak oleh guru untuk memecahkan suatu masalah. Dalam hal ini seseorang meng- ajukan proposal penelitian dengan topik tertentu, mengajak 4-5 penelitian dan masing-masing siswa bertanggung jawab atas subtopik tertentu yang bergayut dengan topik utama, Dari subiopik yang diselesaikannya, siswa bersangkutan telah menyele- saikan tugasnya. Dengan kata lain, pendekatan transdisipliner mengaw: nyata, Hal ini tidak dimulai dengan disiplin atau dengan konsep atau keterampilan bersama: ‘Apa yang biasanya paling dipertimbangkan yaitu releva nsi yang dipahami siswa.® Berikut ini wa dalam seluruh proses dengan konteks kehidupan (Gambar 1.9 dan 1.10) adalah model perencanaan untuk kurikulum transdisipliner. KONTEKS, KEHIDUPAN NYATA + Berbasis-Masalah + Siswa sebagai Penanya + Siswa sebagai Periset a Gambar 1.9 Contoh 1: Model Perencanaan untuk Kurikulum Transdisipliner.* Td. bm. 27. © bid bl. 29, a7 image not available image not available Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu an Permendikbud RI No. 63 Tahun 2013, yakni “Penyusunan silabus dan RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan.” Hal ini menegaskan bahwa rencana pembelajaran di SD/MI pada Kurikulum 2013 menggunaken RPP Tematik Terpadu dari kelas I-VI Namun dilihat dari model desain pembelajarannya, RPP ‘Tematik ‘Terpadu masih meng- gunakan Model Desain Sistem Instruksional Berorientasi Pencapaian Kompetensi (DSI-PK). Hal ini mengingat Kurikulum 2015 tetap berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi adalah “outcomes-based curriculwn”, dan oleh karena itu pengembangan kurikulum diarah- kan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari Standar Kompetensi Lulusan.* Dan, merujuk pendapat Wina Sanjaya bahwa desain sistem instruksional hasil penelitian yang kemudian dinamakan DSI-PK (Desain Si merupakan model desain yang diharapkan dapat digunakan oleh setiap guru sebagai pedo- tem Instruksional-Pencapaian Kompetensi), man untuk mengembangan sistem instruksional sesuai dengan karakteristik kurikulum yang berorients i pada pencapaian kompetensi. Model ini bukan hanya berisi tentang komponen- Komponen yang harus ada dalam desain model, melainkan sekaligus memandu guru ba- gaimana cara mengembangkan setiap kemponen.7 Dalam DSI-PK, rancangan pembelajaran bukan hanya menyangkut rancangan kom- petens .esuai dengan standar isi kurikulum melainkan juga merancang kompetensi non-akademis, yaitu kompetensi sesuai dengan tuntutan dan kondis! daerah di mana siswa tinggal. Selain itu, kerangka berpikir DSI-PK menggunakan pendekatan sistem. Sistem da- pat diartikan sebagai keseluruhan dari bagian yang saling berkaitan dan bekerja sama untuk mencapai hasil yang diharapkan berdasarkan kebutuhan yang telah ditentukan. Setiap sistem pasti mempunyai tujuan, Proses yang melibatkan berbagai komponen dalam kerangl diarahkan untuk mencapai tujuan itu, Penelaahan setiap bagian yang dapat memengaruhi proses sangat diperlukan untuk menjamin pencapaian hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, sistem erat kaitannya dan berguna untuk menyusun s akademis lat perencenazn. Perencanaan (planning) adalah suatu proses dan cara berpikir yang dapat membantu meneiptakan ha- sil yang diharapkan. Melalui proses perencanaan dapat ditentukan berbagai hal yang dapat mendukung ketercapaian tujuan, termasuk memprediksi setiap hambatan yang mungkin muneul selama proses berlangsung. Dengan demikian, bekerja dengan sistem dapat terhin- dar dan keberhasilan secara kebetulan, sebab melalui perencanaan dalam suatu sistem para ian Autenti .., bm, 26. © Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelujaran, Cet. VI, (skarta: Keneana Prenadamedia Group, 2015), him, 88, 30 a image not available image not available image not available Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu Model PPSI adalah model yang dikembangkan di Indonesia untuk mendukung pelak- sanaan Kurikulum 1975. Dalam model ini, prosesnya terdiri dari lima tahap, yaitu meru- muskan tujuan mengembengkan alat evaluasi, mengembangkan kegiatan belajar mengajar, mengembangkan program kegiatan pembelajaran, dan pelaksanaan program. Dan, berkaitan dengan Model Briggs, Model Gerlack and Ely, dan Model Instructional Development Insti- tute dijelaskan oleh Fatah Syukur NC berikut ini: Model Brigs berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran guru yang akan bekerja sebagai perancang kegiatan pembelajaran maupun tim pengembangan pembelajaran. Model ini bersandarkan pada prinsip keselarasan antara tujuan yang akan dicapai, strategi untuk mencapainya, dan evaluasi keberhasilanny Model Gerlack dan Ely dimaksudkan untuk pedoman perencanaan mengajar. Langkah- langkahnya sebagai berikut: merumuskan tujuan pembelajaran, menentukan isi materi pelajaran, menentukan kemampuan awal peserta didik, menentukan teknik dan srategi, pengelompokan belajar, menentukan media pembelajaran yang sesuai, menentukan ruang, memilih media ih alisis umpan belik Adapun model Instructional Development Institute (IDI) terbagi ke dalam tiga tahapan pembelajaran yang sesuai, mengevaluasi hasil belajar, dan mengs besar, yaitu pembatasan (define), pengembangan (develop), dan evaluasi (evaluate). Ketiga tahapan ini dihubungkan dengan umpan balik (feedback) untuk mengadakan revisi G. PENGERTIAN RENCANA PEMBELAJARAN Perlu kita ketahui bersama, bahwa_perencanaan pembelajaran dan desain pembelajaran itu merupakan dua hal yang berbeda. Merujuk kepada penjelasan Wina Sanjaya yang me- nyatakan bahwa tidaklah sama antara perencanaan pembelajaran (lesson plans) dan desain pembelajaran (instructional design), meskipun keduanya memiliki hubungan yang sangat erat sebagai program pembelajaran. Selengkapnya diuraikan oleh Wina Sanjaya berikut ini.” Perencanaan pembelajaran disusum untuk kebatuhan guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Dengan demikian, perencanaan merupakan kegiatan menerjemahkan kuriku- Jum sekolah ke dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Perencanaan program pembe- ljaran dapat berupa perencanaan untuk kegiatan sehari-hari, kegiatan mingguan, bahkan rancangan untuk kegiatan tahunan sesuai dengan tujuan kurikulum yang hendak dicapai. Dengan demikian, isinya bisa terdiri dari tujuan khusus yang spesifik, prosedur kegiatan * Fatah Syukur N.C., lekwologi Pendidikan, (Semarang: Rasail Media Group, 2008), hm. 35-40 " Wina Sanya, Perencarans can Desai. lm, 69-70. 34 a image not available image not available image not available Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu pencapaian tujuan pembelajaran. Selanjutnya, siapa yang diharapkan dapat mencapai tajuan tersebut? Yang harus mencapai tujuan adalah siswa sebagai subjek belajar. Maka dengan demikian, tujuan utama sistem pembelajaran adalah keberhasilan siswa mencapai tujuan.®° Perencanaan pembelajaran adalah suatu cara yang memuaskan yang disertai langkah- langkah antisipastif sebagai upaya penjabaran kurikulum (yang diberlakukan) sekolah ke dalam kegiatan pembelajaran di kelas melalui. proses berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yakni perubahan perilaku serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan pembelajaran dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada, guna menghasilkan dokumen tertulis vang d: pat dijadikan sebagai acuan dan pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran, Jika perencanaan pembelajaran dianggap sebagai suatu sistem, maka di dalamnya harus memiliki komponen-komponen yang berproses sesuai dengan fungsinya hingga tujuan pembelajar- an tercapai secara optimal. Dalam hal ini, Wina Sanjaya dengan mengutip pendapat Brown menyatakan bahwa komponen sistem pembelajaran meliputi siswa, tujuan, kondisi, sumber belajar, dan hasil belajar (lihat Gambar 1.15). sumber- A.TUJUAN B.KONDISI Tujuan apa yang harus dicapai? Dalam kondisi yang bagaimana siswa dapat mencapaitujuan TUJUAN KHUSUS PENGALAMAN BELAJAR Pengetahuan Sikap Dengan menekankan secara Keterampilan individu isi MODEL BELAJAR MENGAJAR ———{ ss siswa } EVALUASI DAN BAHAN PENGEMBANGAN DAN ALAT FASILITAS FISIK D.HASIL C.SUMBER Bagaimana pencapaian tujuan? Apa sumber yang diperlukan Apa yang perlu diubbah? untuk menambah pengalaman belajar? Gambar 1.13 Model Sister Pembelajaran. Tid, Hn. 6. eBid ln, 11 38 a image not available image not available image not available Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu nya masing-masing. Dua hal itulah selanjutnya dibutuhkan perencanaan yang matang untuk mengerjakan sesuatu.”” Perlunya perencanaan pembelajaran sebagaimana disebutkan di atas dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran. Dalam pandangan Hamzah B. Uno, upaya perbaiken pembelajaran ini dilakukan dengan delapan asumsi sebagai berikut:” pertama, untuk mem- perbaiki kuslitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwu- judkan dengan adanya desain pembelajaran; kedua, untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem; ketiga, perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar; keempat, untuk merencanakan suatu desain pembela- jeran diacukan pada siswa secara perorangan; kelfina, pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan pengiring dari pembelajaran; keenam, sasaran akhir dari peren- canaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar; ketujuh ,perencanaan pembel aran harus melibatkan semua variabel pembelajaran; dan kedelapan, inti dari desain pembelajaran yang dibuat yaitu penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mene pai tujuan yang telah ditetapkan Hal senada diungkapkan pula oleh Dede Rosyada, bahwa dalam upaya meningkatkan efektivitas proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar terbaik sesuai harapan, peren- canaan pembelajaran merupakan sesuatu yang mutlak harus dipersiapkan setiap guru, setiap akan melaksanakan proses pembelajaran, walaupun belum tentu semua yang direncanakan akan dapat dilaksanakan, karena bisa terjadi kondisi kelas merefleksikan suatu permintaan yang berbeda dari rencana yang sudah dipersiapkan, khususnya tentang strategi yang si- fatnya opsional. Namun demikian, guru tetap diharapkan mampu menyusun perencanaan yang lebih sempurna, sesuai dengan kebutuhan siswa, sehingga semua siswa bisa mengikuti proses kegiatan belajar sesuai harapan, semua siswa bisa memahami bahan-bahan ajar yang ditawarkan, semua siswa bisa memperoleh berbagai pengalama petensinya sesuai hasil belajar mereka. Schingga dapat pula dikatakan bahwa perencanaen pembelajaran yang baik tidak menjadi jaminan akan mampu meneiptakan kelas atau pembe- lejaran yang efektif, karena sangat tergantung pada berbagai variabel yang akan berkontti- busi terhadap pelaksanaan perencanaan tersebut secara efektif. Namun pembelajaran yang baik atau yang efektif tidak akan pernah terwujud tanpa suatu perencanaan yang baik. °* baru dan menambah kom- % Wina Sanjaya, Perentcanaaa dan Desai... hlm. 30. ® Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelaiaran, Cet. II], Gakarta: Bumi Aksaren, 2008), him. 3-4, °* Dede Rosyada, Paradigm Pendidikan Demokrats: Sebuat Model Pelibatan Masyarakat dalane didikan, Cet. I], (Jakarta: Kescana Prenadamedia Group, 2007), him. 120-121 42 a Penyelengaraan Per image not available image not available image not available Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu dalam menyiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang diseleng- garakannya bagi siswa.® Ibnu Hajar juga menyatakan, perencanaan sangat menentukan keberhasilan pembelajaran tematik. Pada tahap ini, guru tidak boleh melakukan kesalahan sedikit pun. Sebab, kesalahan sekecil apa pun dalam perencanaan akan terbawa pada proses berikutnya. Seluruh rangkaian proses pembelajaran tematik mengacu pada proses perene: naan, Di sinilah, seorang guru dituntut membuat perencanaan yang cermat, Perencanaan yang cermat akan menyediakan lingkungan yang merangkul kepribadian siswa (anak), serta keahlian yang perlu ditingkatkan,"° Jadi, menurut Andi Prastowo, perencanaan pembelajaran sekurang-kurangnya memiliki dua fungsi utama yang dapat dijalankan, yaitu fungsi perencanaan dan fungsi pelaksana- an, Perencanaan pembejaran bermanfaat untuk acuan atau gambaran atau cetak bira da- lam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik kepada siswa. Semua yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran sudah harus tergambar dalam rencana tersebut; sehingga ia memberikan detail apa saja yang akan dilakukan, apa saj aang akan dibawa, apa saja yang akan diberikan guru untuk menciptakan kondisi lingkungan yang mampu membuat si belajar. Maka bisa pula dikatakan, adanya perencanaan pembelajaran yang memuaskan sama artinya 50% proses pembelajaran telah berhasil dilaksanakan dengan baik."®! Adapun dilihat dari fungsinya, perencanaan pembelaja .yaitu fungsi kreatif, fungsi inovatif, fungsi selektif, fungsi komunikatif, fungsi prediktif, fangsi akurasi, fungsi pencapaian tujuan, dan fangsi kontrol. Dalam penjelasan Wina Sanjaya me- ngenai kedelapan fungsi tersebut diperoleh keterangan sebagai berikut:!® Pertama, yaitu fungsi kreatif, Pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang matang akan dapat memberikan umpan balik yang dapat menggambarkan berbagai kele- mahan yang terjadi, Melalui umpan balik itulah guru dapat meningkatkan dan memperbaiki program, Secara kreatif, guru akan selalu memperbaiki berbagai kelemahan dan menemukan hal-hal baru. Kedua, yaitu fungsi inovatif. Mungkinkah suatu inovasipembelajaran akan muncul tanpa direncanakan, atau tanpa diketahui terlebih dahulu berbagai kelemahan? Tidak, bu- kan? Suatu inovasi hanya akan mungkin muncul seandainya kita memahami adanya kesen- jangan entara harapan dan kenyataan. Kesenjangan itu hanya mungkin dapat ditangkap, manakala kita memahami proses yang dilaksanakan secara sistematis. Proses pembelajaran -an memiliki delapan fung: © Abdorakhman Gintings, Esersi Prakuls: Belalar dan Pemtetajeran, Cet. 1N, (Bandung: Humaniora, 2010), him. 4 "Thm Hajar, Pandan Leagkap Kurikutur Tematik, (Yogyakarta: Diva Press, 2013), hl. 83. 151 Andi Prastowo, Pengambungan Balan Ajar Temaik, (Yogyakarta: Diva Press, 2015), ln. 234-238. "2 VFina Sanjaya, Pereneancan dat Desai .., hm. 35-37 image not available image not available image not available Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu pembelajaran dengan lebih objektif. Adapun manfaat bagi siswa, yaitu dengan adanya pe- rencanaan pembelajaran yang matang maka siswa bisa mendapatkan pembelajaran yang bermakna dan menarik. Sesuai hierarkis belajar, siswa dapat belajar secara lebih fokus dan runtut, kebutuhan perkembangan psikologis dan fisiknya dapat terpenuhi secara proporsional, dan dengan perencanaan yang matang maka siswa dapat terus terjaga motivasi dan minat agar tetap tinggi. cempiris, banyak manfaat belajarny Sementara itu, seca ngan adanya perencanaan pembelajaran. Seperti diungkapkan oleh Karen Zumwalt (1989) ng dapat diperoleh guru dan siswa de- dalam Arends, la membuat pengamatan mengenai perencanaan guru dan bagaimana peren- canaan tersebut memengaruhi pembelajaran siswa: sputusan yang dibuat secara eksplisit maupun implisit interaktif mengajar, memengaruhi dan dipengaruhi oleh visi siswa). Ketika seseorang membuat keputusan pengajaran (misal, menggunakan pengajaran kelompok keseluruhan dalam pelajaran matematika; menggunakan buku kerja membaca untuk melatih komponen keterampilan terpisah, menggunakan tes yang menyertai buku teks IPS), sifat dasar kurikulum bagi siswa ... terpengaruh. Piihan-pilihan mengenai "bagaimana’ lebih dari sokadar instrumen; pilihan-pilihan tersebut memengaruhi kurikulum, sering kali dengan eseorang (untuk pembelajaran cara yang mendalam ... para guru perlu memahami interrelasi ini apabila para siswa menjadi bijaksana dan reflektif mengenai praktiknya Kemudian, Arends mengungkapkan pula bahwa Duchastes dan Brown (1974) juga melakukan penelitian tentang perencanaan pembelajaran. Namun mereka memfokuskan penelitiannya pada efek tujuan-tujuan pembelajaran terhadap prestasi hasil belajar maha- Dalam penelitian yang dilakukan kepada mahasiswa yang mengambil mata kuliah Florida, Duchastes dan Brown membagi mahasiswa se- siswa. Komunikasi di Universitas Negeri & menjadi dua bagian. Lalu kedua peneliti ini membagi topik “Jamur” menjadi 24 cara ac: subtopik pembelajaran. Tiap-tiap topik tersebut kemudian ditulis tujuan pembelajaran yang diharapkan dan suatu tes untuk tiap-tiap tujuan, Dari dua kelompok mahasiswa tersebut, satu kelompok mahasiswa diberitahu 12 dari 24 tujuan pembelajaran yang telah dibuat dan satu kelompok yang lain tidak diberitahu sama sekali tentang tujuan pembelajaran tersebut. Hasil penelitian keduanya menunjukkan bahwa setelah mereka mengikuti proses pembelajar- an dan kemudian di akhir periode pembelajaran di tes, hasilnya menunjukkan bahwa kedua kclompok mendapatkan skor yang sama pada kescluruhan tes. Namun yang menarik, fakia bahwa para mahasiswa yang diberitahu 12 dari 24 tujuan pembelajaran (guna memfokuskan "0" Richaed L Arends, Relajar untuk Mengajar., lm. 103, 50 a image not available image not available image not available Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu makhluk sosial; keemspat, belajar hidup menyesuaikan di kelima, meningkatkan kreativitas. i dengan berbagai perubahan; dan Tabel 1.2 Jumlah Sekolah Berdasarkan Tingkatan Mutu Pendidikan Tahun 2008.""" SatuanPendidikan| SPM | -RSSN | SSN SBI se | Jumlah sD 35.995 | 108.469 | 3.430 126 at 148.109 smP 2azss 2098 | 2.191 230 a7 22.859 SMA 2795 4070 | 2.465 | 200 59 9519 sMK nea 2.140 | 00 300 2 6922 Jumiah 66698 116774 | 889% | B56 too | 193.421 % 34426036 | 459 043 | 10 100,00 Keterangan SPM : Sekolah Standar Pelayanan Minimal ASSN; Rintisan Sekolah Standar Nasional SSN : Sekolah Standar Nasional RSBI : Rintisan Sekolah Bertaraf Internacional S81. : Sekolah Bertaraf Internasional Tabel 1.3 Perkembangen Jumlan Madrasah di Indonesia." Tahun Jenjang Madrasah 2005 2011 Madrasa ibtidaiyah 22.803 23518 Madrasah Tsanawiyah 10.792 12057 Madrasab Aliyah 3772 4687 Pendidikan dasar memiliki dua fungsi, yaitu: Periama, melalui pendidikan desar yang terkait dengan kemampuan berpikir kritis, membaca, menulis, bethitung, penguasaan dasar- dasar untuk mempelajari sainstek, dan kemampuan berkomunikasi yang merupakan tuntutan kemampuan minimal dalam kehidupan masyarakat. Kedua, pendidikan dasar memberikan dasar-dasar untuk mengikuti pendidikan pada jenjang pendidikan berikutnya, Keberhasila "SLAKIP Depdiknas ‘Tahun 2008 dan Pembangunan Pendidikan Nasional 2009-2008 dalam Suparlan, M.Ed., Mar: Jemen Berbasis Sekolah dari Teori Sampai denga Proktik, (lakarta: Buri Aksara, 2013), hm. 48. NY Agyumard: Azra, Pendidikan Islan Tiadisi dan Modemnisasi dé Teagah Tawiangan Mileniem 11, (Jakarta: Ken« adamesia Group, 2012), hm, 82. 54 a image not available image not available image not available Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu riculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awel peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, se- dangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.” Ciri khas lain dari Kurikulum 2015 untuk SD/MI yaitu meliputi: kompetensi inti, mata pelajaran, beban belajar, kompetensi dasar, dan muatan pembelajaran, Penjelasan selengkap- nya tentang kelima aspek tersebut diuraikan dalam Permendikbud RI No. 67 Tahun 2013 sebagai berikut:'? 1. Kompetensi Inti Kompetensi inti adalah istilah baru yang muncul dalam Kurikulum 2013. Apa dan bagaimana pengembangan kompetensi inti? Berikut ini penjelasannya secara ringkas. Kom- petensi inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang siswa pada setiap tingkat kelas atau program.'2> Kompetensi inti ibaratnya anak tangga yang harus ditapak peserta didik untuk sampai pada kompetensi lu- lusan jenjang SD/MI. Kompetensi inti meningkat seiring dengan meningkatnya usia peserta didik yang dinyatakan dengan meningkatnya kelas. Penjelasan lebih detailnya tentang kom- petensi inti bisa Anda_baca di Bab 5 2. Mata Pelajaran Berdasarkan kompetensi inti disusun mata pelajaran dan alokasi waktu yang sesuai de- ngan karakteristik satuan pendidikan. Susunan mata pelajaran dan alokasi sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah sebagaimana Tabel 1.4 berikut in Dari Tabel 1.4 dapat diketahui bahwa ada scjumlah perubahan signifikan berkenaan dengan mata pelajaran di SD/MI. Pada Kurikulum 2006 untuk tingkat SD, ada 10 mata pelajaran yang diajarkan, yaitu Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani, Olah- raga, dan Kesehatan, serta Muatan Lokal dan Pengembangan Diri. Dalam Kurikulum 2013, mata pelajaran untuk anak SD yang semula berjumlah 10 mata pelajaran dipadatkan menjadi PPKn, Matematika, Ba- akiu untuk delapan mata pelajaran, yaitu Pendidikan Agama dan Budi Peker "2 Pormendikbud RI No. 67 Tahun 2015 tentang Kerangka Dasar don Sruktor Kurikalim Sekolah Dasar/Madrasah Iitidaivah. "= Pormendikbud RI No. OF ‘uhun 2015 tentang Kerangka Dasar don Struktur Kurikulum Sekolat Dasar/Madrasal Ibtidaivah. uturan Pemerintah No, 32‘Tahun 2015 tentang Puruhaltan Alas Peraiuran Pewerieuah No, £9 tahun 2005 tentang Siandar Nesional Pendidikan 58 a image not available image not available image not available Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu Tabel 1.5 Daftar Tema Setiap Kelas di SD/MI™* KELASI KELASI KELAS II KELASIV | KELASV | KELASVI V.bin Sendi _|1.HidupRukun |, SayangiHewan | 1.indahnya _|1,Bermain |, Selamatkan dan Tumbuhan di | Kebersama- | dengan | makhiuk Sekitar an Benda: hidup benda di sekitar 2. Kegemaranku |2. Bermain di 2. Pengalaman yang |2.Selaiu Berhe- | 2.Peristiwe | 2. Persatuan Lingkunganku | Mengesankan matEnergi | dalamKe- | dalamper hidypan | bedaan 3.Kegiatanku [3.Tugasku Sehari- 3. Mengenal Cuaca_[3.Peduli 3.Hidup 3. Tokohdan hari dan Musim terhadap Rukun Penemu Makhluk Hidup 4 Keluargaku [4 Akudan Seko- /4.Ringan Sama | 4.Berbagai__ | 4.Sehatitu | 4. Globalisasi lehku Dijinjing Pekerjaan | Penting 5.Pengalam-|5. Hidup Bersih dan |5. Mari Kita Bermain |5.Menghargai |S.8angga _ S.Wirausaha anku Sehat dan Berolahraga | JasaPahla- | sebagai wan Bangsa Indonesia 6-Lingkungan |6.Air,Bumi,dan 6. IndehnyaPersaha- | 6. Indahnya 6. Kesehatan’ Bersih, Sehat, | Matahari batan Negariku masyarakat dan Asti 7. Benda, 7. Merawat Hewan 7. Mari KitaHemat _|7. Cita-citaku Binatang, dan | dan Tumbuhan Energi untuk Maso Tanaman di Depan sekitarku 8. Peristiwa _|8.Keselamatan 8. Berperilaku Baik | 8. Daerah Alam dRumahdan | dalam Kehidupan | TempatTing- Perjalanan Sehati-hari galku 9. Menjaga Kelestari-[9. Makanan an Lingkungan | Sehat dan Bergizi Selain itu, dalam Kurikulum 2013, tema merajut makna berbagai konsep dasar se- hingga siswa tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian, pembelejarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia. Tematik terpadu disusun berdasa n_gabungan proses integrasi seperti di- TF Permenditbud RI No. 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Siruktur Kurikulum pada Sekolals Dasar/Ma- drasah Totidaiyeh. 62 image not available image not available image not available Met nyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajacan (RPP) Tematik Terpadu tukan sendiri alokasi waktu berdasarkan situasi dan kondisi di sekolah dan pendekatan tematik terpadu. Kompetensi inti sebagai pengikat untuk organisasi vertikal dan horizontal kompetensi dasar. Indikator dikembangkan dari kompetensi dasar pada Kelompok Kompetensi Inti 3 (Kompetensi Inti Aspek Pengetahuan) dan Kelompok Kompetensi Inti 4 (Kompetensi Inti Aspek Keterampilan) yang termasuk dalam jaringan tema. Sementara itu, KD dari Kelompok Kompetensi Inti | (Sikap Spiritual) dan Kelompok Kompetensi [nti 2 (Sikap Sosial) tidak (menjadi keharusan) dikembangkan menjadi indikator. Namun_ selalu menjadi perhatian guru untuk ditanamkan dalam setiap kegiatan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan penjelasan Tim Penyusun Dokumen Kurikulum 2013 dari Kemendikbud yang menyatakan bahwa kompetensi dasar dalam kelompok kompetensi inti sikap (KI-1 dan KI-2) bukanlah untuk siswa karena kompetensi ini tidak diajarkan, tidak dihafal- kan, dan tidak diujikan, tetapi sebagai pegangan bagi guru bahwa dalam mengajarkan mata pelajaran tersebut ada pesan sosial dan spiritual sangat penting yang terkandung dalam materinya. Dengan kata lain, kompetensi dasar yang berkenaan dengan sikap spiritual (mendukung Kl-1) dan individual-sosial (mendukung KI-2) dikembangkan ‘a tidak langsung (indirect teaching), yaitu pada waktu peserta didik belajar ten- tang pengetahuan (mendukung KI-3) dan keterampilan (mendukung KI-4), Untuk memastikan keberlanjutan penguasaan kompetensi, proses pembelajaran dimulai dari kompetensi pengetahuan, kemudian dilanjutkan menjadi kompetensi keterampilan, dan berakhir pada pembentukan sikap. Dengan demikian, proses penyusunan maupun pe- mahamannya (dan bagaimana membacanya) dimulai dari kompeten: dasar kelompok 3. hasil rumusan kompetensi dasar kelompok 3 digunakan untuk merumuskan kompe- tensi dasar kelompok 4. Hasil rumusan kompetensi dasar kelompok 3 dan 4 digunakan untuk merumuskan kompetensi dasar kelompok | dan 2. Proses berkesinambungan ini yaitu untuk memastikan bahwa pengetahuan berlanjut ke keterampilan dan bermuara ke sikap, sehingga ada keterkaitan erat yang mendekati linier antara kompetensi dasar pengethuan, keterampilan, dan sikap." Materi ajar telah disediakan dalam buku ajar siswa dan buku pegangan guru sebagai acuan bagi pandun guru untuk kegiatan pembelajaran. Diharapkan para guru mengem- bangkan materi yang telah ada di buku ajar tersebut TOTim Pengusun Kemendikbud, Dokuonen Kurikulian 2015: Kempeteusi Dasar Sekolal: Desar (SDV/Madeaseht Uni- daiyah (MD), (Jakarta: Kemendikbdu, 2013), him. 24 66 image not available image not available image not available Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu tentang Implementasi Kurikulum. Dengan demikian, para praktisi pendidikan di SD/MI dapat mengembangkan lebih lanjut struktur RPP Tematik Terpadu dalam buku ini secara kreatif dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi di SD/MI masing-masing. Berikut ini (ihat Gambar 1.17) visualisasi dari struktur dan komponen RPP Tematik Terpadu secara utuh. Uraian secara lebih detail mengenai masing-masing struktur dan komponen tersebut akan dikemukakan dalam bab-bab selanjutnya. Adapun penjelasan secara singkat dan seder- hana untuk masing-masing komponen RPP ‘Tematik Terpadu tersebut dapat diuraikan beri- Kut ini. 1. Identitas RPP Identitas RPP di sini merupakan data yang menyajikan informasi tentang nama sekolah/ madrasah, tema/subtema, kelas/semester, materi pokok, dan alokasi waktu. Sebagai catatan penting, alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai."* Penjelasan tentang alokasi waktu juga akan dijelaskan tersendiri dalam subbab ini, karena merupakan bagian dari langkah-langkah penyusunan RPP. 2. Kompetensi Inti Kompeiensi Inti merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan kete npilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, Kelas, dan mata pelajaran. Kompetensi inti menyatakan kebutuhan kom- petensi siswa untuk sampai pada kompetensi lulusan jenjang SD/MI. Kompetensi inti ber- fungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising element) kompetensi dasar. Kompetensi inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal kompetensi dasar. Kompetensi inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills. Khusus untuk kompetensi sikap dipecah menjadi dua, yaitu kompetensi sikap spiritual dan kompetensi sikep sosial. Kompetensi inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait, yaitu KI-1 adalah Kompetensi inti Sikap Spiritual, KI-2 adalah Kompe- tensi Inti Sikap Sosial, KI-3 adalah Kompetensi Inti Pengetahuan, dan KI-4 adalah Kompe- KI-1 dan KI-2 dikembangkan se- tensi Inti Keterampilan sebagai penerapan pengetahuan. Tormendilbud RI No. 63 Tahun 2015 tentang Stanéar Proses. 2» Pormendifbud RI No. 81a Tahun 2015 tentang Impleme esi Kurikulum, Lampiran IV, 70 | image not available image not available image not available Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu 5. Materi Pembelajaran Materi pembelajaren adaleh materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelaja Hal yang harus diketahui yaitu bahwa materi dalam RPP merupakan pengembangan dari materi n. pokok yang terdapat dalam silabus. Oleh karena itu, materi pembelajaran dalam RPP harus dikembangkan secara terperinei bahkan jika perlu guru dapat mengembangkannya menjadi Buku Siswa.! Namun perlu diperhatikan bahwa dalam Kurikulum 2013, Buku Teks Pelajaran adalah sumber pembelajaran utama untuk mencapai kompetensi dasar dan kompetensi inti.!* Hal senada juga ditegaskan oleh Wina Sanjaya, bahwa bahan atau materi pembelajaran (earning materials) adalah segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan kompetensi desar dalam rangka pencapaian kompetensi inti jenjang pendidikannya. Adapun materi pelajaran dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude). Pengetahuan menunjuk pada informasi yang disimpan dalam pikiran (eind) siswa, dengan demikian pengetahuan berhubungan dengan berbagai informasi yang harus dibafal dan dikuasai oleh siswa, schingga manakala diperlukan siswa dapat mengungkapkan kembali. Keterampilan (skill) menunjuk pada tindakan (isik dan nonfisik) yang dilakukan seseorang dengan cara yang kompeten un- tuk meneapai tujuan tertentu. Sikap menunjuk pada kecenderungan seseorang untuk bertin- dak sesuai dengan nilai dan norma yang diyakini kebenarannya oleh siswa."* Adapun beberepa hal yang bisa dijadikan pertimbangan dalam mengidentifikasi materi pembelajaran agar dapat menunjang pencapaian KD yaitu: perfama, potensi peserta didik; kedua, relevansi dengan karakteristik daerah; ketiga, tingkat perkembangan fisik, intelektuz emosional, sosial, dan spritual peserta didik; keempat, kebermanfaatan bagi peserta didi kelima, struktur keilmuan; keenam, aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; ketujult, relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan kedelapan, alokasi waktu.'* sesuai dengan 6. Metode Pembelajaran Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran. Penetapan ini diambil bergantung pada karakteristik Tid. Feraturan Pemerintsh No 52 Tahun 2015 tentang Perubalan Atas PP No. 19 Tahun 2003 tentang Pendicikan, © Wina Sanjaya, Pereneanaan dan Desain Siena, him, V41-142. 18 Pormendikbud RI No, Sa Tahun 2015 tentang Inpleme 7 | sada Nasional esi Kurikulum, Lampiran IV, image not available image not available image not available Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu perkiraan waktu rata-rata untuk menguesai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peseria didik yang beragam.'® Adapun dalam RPP, alokasi waktu adalah jumlah waktu yang dibu- tuhkan oleh siswa guna mencapai beberapa indikator dari satu kompetensi dasar dalam satu kali pertemuan. 10. Penilaian Dj dalam silabus telah ditentukan jenis penilaiannya. Penilaian pencapaian KD peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisen, pengamatan kinerja, pengukuran sikap,penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diti. Oleh Karena pada setiap pembelajaran peserta didik didorong untuk menghasilken karya, maka penyajian portofolio merupakan cara penilaian yang harus dilakukan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.'*! Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, mengenalisis, dan menefsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara siste- matis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambil- an keputusen.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang penilaian yaitu sebagai berikut: Pertama, penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian. Kedua, kompetensi yaitu KD-KD pada KI-3 dan KI-4, Ketiga, penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan apa yang bisa dilaku- kan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan- posisi seseorang terhadap kelompoknya; Keempat, stem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagi hasilnya dianalisis untuk menentukan KD yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk , kemudian mengetahui kesulitan peserta Kelima, hasil tuk menentukan tindak lanjut. Tindak 1 penilaian dianalisi perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang penca- paian kompetensinya di bawah ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi ketuntasan. Keenan, sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran mengguna- kan pendekatan tugas observasi lapangen, maka evaluasi harus diberikan baik pada proses jut berupa 1 Abdul Majid, Pnbeajanan Termask espa. im. 118-11. ‘= Pormenditbud RI No. 81a Tahun 2015 tentang Implementasi Kurikulum, Lampiran [V 1: Pormenditbual RI No, 81a Tahun 2013 tentang Implementas! Kurikulum, Lampiran 1 7 | image not available image not available image not available Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu kapkan bahwa model pembelajaran tematik ini bertolak dan dikembangkan dari kurikulum yang sudah tematik (integrated curriculum), Namun dalam pendidikan di Indonesia, biasa- nya kurikulum itu sudah dikembangkan ke dalam berbagai mata pelajaran yang terpish satu dengan lainnya.'® Seperti yang Anda lihat dalam struktur kurikulum SD/MI dari KBK 2004, KTSP 2006, dan Kurikulum 2013; terdiri dari kisaran 10 sampai 8 mata pelajaran yang berbeda. Mengingat kondisinya seperti itu, maka hal pertama yang perlu mendapat perhatian guru dalam merancang pembelajaran tematik di SD/MI yaitu kejelian dalam mengiden- tifikasi dan menetapkan kompetensi dasar dan indikator setiap mata pelajaran yang akan dipadukan, Hal betul kandungan isi dari masing: i bukan merupakan pekerjaan yang mudah, sebab guru harus memahami nasing kompetensi dasar dan indikator tersebut sebelum, dilakukan pemaduan. Keuntungen dalam pelaksanaan pembelajaran_ tematik pada tingkat SD/MI yai nya mengajarkan seluruh mata pelajaran, guru bisa lebih cepat meliha keterhubungan kom- dengan adanya penerapan sistem guru kelas, di mana dengan pengalaman- petensi dasar dan indikator antarmata pelajaran, Dan, keberhasilan pelaksanaan pembelajar- an tematik ini sangat ditentukan oleh bagaimana guru mampu menyusun perancangan dan skenario pembelajaran yang tepat dan dikemas dengan memperhatikan karakteristik siswa, Adapun dalam merencanakan pembelajaran tematik di SD/MI terdapat tujuh langkah yang harus dilakukan (perhatikan Gambar 1, 18), yaitu: perfama, menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan; kedua, menetapkan kompetens! dasar yang sama dalam setiap mata pelajaran; ketiga, menetapkan hasil belajar dan indikator pada setiap mata pelajaran; keem- pat, menetapkan tema; kelima, memetakan keterhubungan kompetensi dasar dengan tema pemersatu; keenam, menyusun silabus pembelajaran tematik; dan kefujult, menyusun satuan pembelajaran (RPP) tematik."”” © Asep Herry Hernawan dan Novi Resmini, Pembelojaraa Terpadu (Tematit), (lskarta: Dirjen Pendis Depag Rl 2009), im. 115. "0 Joi, hl. 116-123, 82 a image not available image not available image not available Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu 4, Menetapkan Tema Tahap berikutnya yaitu menetapkan tema yang dapat mempersatukan kompetensi dasar setiap mata pelajaran yang akan dipadukan pada jenjang kelas dan semester yang sama. ‘Tema adalah pokok pikiran atau gagasan yang menjadi pokok pem! lam model pembelajaran tematik, tema memiliki peran penting. Sebagai gambaran sederhana, tema da- pat untuk menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif melalui beberapa hal sebagai berikut: pertama, adanya tema dapat mempermudah siswa dalam memusatkan perhatian pada suatu tema atau topik tertentu. Kedua, adanya tema dapat mempermudah siswa dalam mempelajari pengetahuan, sekaligus mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran melalui tema yang sama, Ketiga, keberadaan tema dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi pembelajaran secara lebih mendalam, Keempat, keberadaan tema dapat mengembangkan kompetensi komunikasi (bahasa) siswa secara lebih baik. Sebab, pada saat yang bersamaan siswa akan mengaitkan mata pelajaran dengan pengelaman pribadinya. Keliima, adanya temadapat meningkatkan rasaakan kemanfaatan dan makna belajar dalam diri siswa. Sebab materi disajikan dalam konteks yang Khusus dan tema yang jelas. Keenam, adanya tema dapat meningkatkan gairah belajar siswa. Karena mereka bisa berkomunikasi dalam situasi yang nyata, misalnya bertanya, bercerita, menulis deskripsi, dan menulis surat, Ketuiuh, kehadiran tema dapat memperhemat waktu pembelajaran guru. Karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapken secara sekaligus dan diberikan hanya dalam dua atau tiga kali pertemuan. Kedelapan, ke- hadiran tema dapat menjadikan proses pembelajaran siswa menjadi realistik. Karena tema yang dipilih sesuai dengan konteks, lingkungan, dan yang lebih penting dekat dengan jang- kauan pemikiran mereka, Kesembilan, yaitu adanya tema dapat meningkatkan kualitas pem- belajaran melalui terjalinnya komunikasi dan kerja sama antarguru di lintas bidang studi (mata pelajaran). Dan kesepulult, adanya tema dapat melatih kepekaan siswa dan guru untuk meningkatkan kepekaan terhadap lingkungan, baik fenomena alam maupun realitas sosial yang terjadi di sekitar mereka. Dalam proses pemilihan tema, Mamat S. dkk, mengungkapkan bahwa setidaknya ada dua faktor yang harus diperhatikan, yeitu: pertama, kesesuaian tema dengan struktur kurikulum lintas disiplin; dan kedua, kesesuaian tema dengan perkembangan usi minat, peristiwa yang paling dekat dengan kehidupan siswa, bahkan konteks lingkungan "9 Asep Herry Hernawan dan Novi Resmini, Pembelajaran Terpadu (Temetik) "© Mamat 8.8., Padoman Pelakianaan Pembelajaraa Tematk, (jakarta: Dirjen 2005), hm. $3.35, 86 a him. 119. lembegean Agema Islam Depag Rl image not available image not available image not available Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu Langkah pertama tersebut menjadi pijakan dan garis perkembangan dari perspektif spektrum kurikulum atas tema yang telah dipilih. Untuk langkah kedua, ilustrasi pada Gambar 1.23 dapat membantu memudahkan pemahaman ki terhadap pengembangan tema dan perancangan aktivitas pembelajaran. Untuk mengetahui kegiatan yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran tematik, kita dapat melihat bagan yang tercantum dalam Gambar 1.24. Sementara itu, ada sejumlah hal yang dilakukan dalam proses penyusunan pembelajaran tematik yang perlu kita ketahui, yaitu:!”? Pertama, menghitung berapa waktu yang tersedia dan dibutuhkan untuk setiap kom- petensi. Pada langkah ini yang pokok ialah memperhatikan berapa jumlah kompetensi atau indikator, kedalaman materi, dan jumlah tatap muka. (Tuvan mengapa . _meminopik a ae Refeksi sejauh /~ Bahan apa yang a tujuan? |\ murah dan iimiah ((sunnbe daya apa \ “Tema Ss / Poadan ng dguralkan? yang pengalaman apa \ sradigunatan? Dipiin h yangatan dipetaari_/ /~ strategi penilaian \ iY A angaltentukon Gambar 1.23 Pengembangan Tema untuk Perancangan Aktivitas Pembelajaran.!" Kedua, menempatkan materi secara urut dan logis, berkaitan dengan kompetensi yang akan dicapai. Dalam hal ini, hal yang perlu diperhatikan yaitu ketercapaian kompetensi lain- nya, sumber belajar yang relevan, dan pertimbangan strategi belajar mana yang digunakan. Ketiga, menyusun rencana pembelajaran. Yang perlu dipersiapkan dalam rencana kegiatan pembelajaran yaitu kesesuaian dengan silabus yang disusun. Perlu diingat, bahwa silabus hanya buat hal-hal yang dilakukan oleh siswa untuk menuntaskan kompetensi secara utuh, T Mamat SB, Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran bli. 41 > Andi Prastowo, Pengembungar Bolas ., him. 258. 90 a image not available image not available image not available Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu lanjutan Matematika | Mengurutkan bilangan_|Membandingkan ‘= Menyebutkan jumlah benda, sampai 550. bilangen. *Membaca dan menulis lambang bi- langen dalam kata-kata dan angke. + Menentukan bahwa kumpulan barang lebih banyak dan lebih sedikit 1A Mengidentifikasi benda- | Mendeskripsikan + Membuat daftar nama barang di bbenda yang dikenal dan | benda-benda di sekitar | sekitar rumah dan sekolah, kegunaznnya melalui rumah dan sekolah, | * Mengindentifikasi jenis benda pa pengamatan, dat di sekitar rumah dan sekolah. Menjelasken kegunaan | + Memberikan contoh kegunaan benda-benda disekitar | benda-benda di sekitar rumah dan rumah dan sekolah, sekolah, Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan standar isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta panduan penyusunan Kurikulum ‘ingkat Satuan Pendi- dikan (KTSP). Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam satu sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembanga silabus di SD/MI disusun di bawah supervis kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP atau de~ partemen yeng menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk ML"? ‘Terdapat beberapa prinsip yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan silabus, yaitu:?® Pertama, disusun berdasarkan prinsip ilmiah, dalam arti materi pembelajaran tematik yang disajikan dalam silabus harus memenuhi kebenaran dan dapat dipertanggungjawabkan se 2 belajaran dalam silabus, termasuk kedalaman dan tingkat kesulitannya, disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan siswa serta cukup memadai (adequate) untuk menunjang tercapainya penguasaan KD. Ketiga, penyusunan silabus dilakukan secara sistematis, artinya semua komponen yang ada dalam silabus itu harus merupakan sat kesatuan yang saling terkait untuk mencapai KD yang telah ditetapkan. Keempat, silabus disusun berdasarkan bagan/matriks keterhubungan KD dan tema pemersatu yang telah dikembangkan. Kelima, dalam memilih aktivitas dasar dan tema pemersatu, misalnya mengadakan kunjungan ke asjid, dan museum. Keenam, KD setiap mata pelajaran yang tidak bisa dikeitkan ilmiah. Kedua, ruang lingkup (scope) dan urutan penyajian (sequence) materi pem- pase T Todleek Fndah Poerwati, Panduan Memahanai Kurikulu .., him, 150. 2 Asop Horry Hernawain dan Novi Resmini, Rembelajarait Terperdu (Femtotile)., him. 128-129, 94 a image not available image not available image not available Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu Sementara itu, jika kita ingin memvalidasi apakah silabus yang telah kita buat sesuai dengan rambu-rambu penyusunan silabus atau belum, rubrik penilaian pada Tabel 1.13 da- pat kita gunakan.2%* Tabel 1.13 Rubrik Penilaian Kemampuan Menyusun Silabus.” Nama Guru Mata Pelgjaran No. Aspek Deskriptor Ya Tidak | Penjelasan Penilaian 0 a) @ 6) © Kelengkapan 1. | Telah mencakup seluuh standar isi dalam mapel. Standar Ist 2. | Penataan dan pengurutan standarisi logis. 2. Kegiatan Pem- 3. | Kegiatan pembelajaran memuat aktivitas belajar belgjaran yang berpusat pada siswa. 4, |Langkah-langkah kegiatan pembelajaran mendu- kung tercapainya KD. 5. | Kegiatan pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kecakapan hidup personal (kriti, sosial, akacemik. 3. Ketepatan Materi pembelajaran benar secara keilmuan, Materi Pembe- lajeran 7. |Materi pembelajaran mendukung pencapaian KD (selaras dengan KO). 4, Indikator 8, |Rumusan indikator berisi jabaran perilaku untuk mengukur tercapainya KO. 9. | Rumusan indikator berupa kata kerja operesional 10, Satu KD dapat dikembangkan lebih dari satu in dikator. 5. Alokasiwaktu 11. | Alokasi waktu sesuai dengan kedalaman, keluasan dan tingkat kesulitan KD. 12, [Jumiah alokasi waktu sesuai dengan program se- mester yang telah disusun, © Tim Pengembangan Kurikulum Program Pendidikan Dasar Kemittaan Australia-Indonesia Departemen Agama Re publik Indonesia, Panduan Tenis Pengembangan Kucikulue Madrasah Tsanawivals (Dokumen Utama), (Jakarta: Kemi {raan Australia-Indonesia, 2009), him. 77. 2% Andi Prastowo, Pengembanger Baltar.., Bm, 271-272. 98 a image not available image not available image not available Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu ce. Bahan dan alat yang dapat dimanfaatkan f. Fasilitas fisik yang tersedia. Terakhir, sctelah kita berhasil mengembangkan RPP Tematik ‘Terpadu ini, satu perta- nyaan besar lain mungkin akan muncul dalam benak kita, yaitu seperti apakah kriteria RPP yang bemilai (bervaliditas) tinggi? Diadaptasi dari penjelasan Sa’dun Akbar, bahwa RPP yang berniloi tinggi adalah RPP yang komponen-komponennya memenuhi delapan kriteria sebagai berikuut:2 a Ada rumusan tujuan pembelajaran yang jelas, lengkap, disusun secara logis, mendorong siswa untuk berpikir tingkat tinggi b. Deskripsi materi jelas, sesuai dengan tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, dan perkembangan keilmuan c. Pengorganisasian materi pembelajaran jelas cakupan materinya— kedalaman dan kelu- asannya, sistematik, runtut, dan sesuai dengan alokasi waktu d. Sumber belajar sesuai perkembengan siswa, materi ajar, lingkungan—kontekstual de- ngan siswa dan bervariasi. e. Ada skenario pembelajarannya (awal, inti, akhir), secara perinci, lengkap, dan langkah pembelajaran mencerminkan metode/model pembelajaran yang digunakan f. Langkah pembelajaran sesuai tujuan, menggambarkan metode dan media yang diguna- kan, memungkinkan siswa terlibat secara optimal, memungkinkan terbentuknya dampak pengiring, memungkinkan terjadinya proses inkuiri bag tiap langkah, g. Teknik pembelajaran tersurat dalam langkah pembelajaran, sesuai tujuan pembelajaran, mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif, memotivasi, dan berpikir aktif h, Tercantum kelengkapan RPP berupa prosedur dan jenis penilaian sesuai tujuan pembe- lajaran, ada instrumen pen 1g bervariasi (tes dan nontes), rubrik penila siswa, dan ada alokasi waktu Demikianlah gambaran secara umum alur pengembangan RPP ‘Tematik Terpadu berba- sis Kurikulum 2015. Penjelasan lebih detail berkenaan dengan pengembangan semua kom- ponen itu silakan disimak pada bab-bab berikutnya dalam buku ini Selanjutnya, perlu dipahami bahwa paradigma yang digunakan dalam penjelasan buku ini lebih cenderung menggunakan paradigma pragmatis-strukturalis. Ini artinya, alur penjelas- an tentang pengembangan RPP Tematik Terpadu per struktur dan komponen dimulai dari 8 Sadun Akbar, Instrumen Porangkat Ponbelajaran, Cot. II (Bandung: Remaja Resdakarya, 2013), hm. 144-145. 102 a image not available image not available image not available Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu A. PENGERTIAN IDENTITAS RPP Identitas dokumen merupakan komponen yang menjadi penciti dari suatu dokumen. Identitas memudabkan kita untuk menelusuri dan mengenali rekam jejak dan juga isi dari dibedakan de- suatu dokumen. Dengan adanya identitas inilah maka suatu dokumen bisa ngan dokumen lainnya. Pada Bab 2 ini ki akan belajar tentang apa, bagaimana, dan mengapa identitas dibu- tuhkan dalam penyusunan dokumen perangkat pembelajaran yang disebut RPP Tematik Ter padu, Untuk menjawab ketiga pertanyan itu tentu tidak cukup jika hanya dijelaskan sekaligus dalam satu segmen, Untuk itu, penjelasan ketiga hal itu akan diuraikan dalam beberape seg- men dalam bab ini Kata “identitas” berasal dari bahasa Inggris identity, yang bermakna identitas, ciri-ciri, tanda-tanda (khas).! Dengan demikien, identitas RPP Tematik Terpadu merupakan identitas atau petunjuk yang terdapat dalam suatu dokumen RPP. [dentitas atau petunjuk itu setidaknya meliputi informasi tentang tempat RPP tersebut digunakan (SD/MI), untuk kelas berapa, un- tuk semester berapa, tema dan subtema tentang pa, dan pertemuan yang keberapa RPP terse- but digunakan.? Hal ini sejalan dengan penjelasan Dede Rosyada, bahwa informasi tentang mata pelajaran (untuk SD/MI dalam Kurikulum 2013 diganti dengan tema/subtema), kelas alau semester, dan pertemuan keberapa, ketiga hal ini merupakan identitas mata pelajaran.* Di samping itu, pada umumnya, alokasi waktu pembelajaran juga dicantumkan dalam kolom identitas RPP tersebut. Alokasi waktu adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk ketercapaian suatu kompetensi dasar tertentu dengan memperhatikan: pertama, minggu cfektif per semester; kedua, alokasi waktu mata pelajaran per minggu; dan ketiga, jumlah kompetensi per semester. B. FUNGSI DAN KEGUNAAN IDENTITAS RPP Secara metodologis, identitas RPP mungkin tidak begitu penting. Namun identitas RPP menjadi persoalan yang krusial dan penting s s bak merujuk pada Permendikbud RI No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses maupun Per- ‘a yuridis, Dalam artian, secara yu Jota. M, Eehols dan Hassan Shadily, Kaus hnggris Indonesia, Cet, XXIV, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010), him. 310. Ani Prastowo, Pengembaigan Batan Ajar Tematik, (Yogyakarta: Diva Press, 2013), hli.275. > Dede Rosyada, Paradiguna Pendidikan Demokrasi: Sebualt Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pet- didikea, Cet. I}, (Jakarta: Kenan Prenadamedia Group, 2007), him, 159. “Abdul Majid, Penubelejarae Tematik Terpadu, (Bandung: Remaja Resdakarya, 2015), hm. 118-119. 106 a image not available image not available aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. image not available image not available image not available Bab3 | Kompetensi lati D. KOMPETENSI INTI UNTUK SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH. Ada empat macam kompetensi inti yang herus dibelaja kan di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah. Dan, keempat macam KI inilah yang bakal dicantumkan dalam RPP Tematik Ter- padu, Adapun uraian tentang kompetensi inti untuk tiap-tiap tingkatan/kelas pada jenjang sekolah dasar/madrasch ibtidaiyah dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 berikut. KOMPETENSIINTI KELAS | Tabel 3.1 Kompetensi Inti Kelas Hill SO/Ml? KOMPETENS! INTI KELAS I KOMPETENS! INTI KELAS Ii 1 Menerima dan menjalarkan ajaran agama yang dianutnya, 1. Menerima dan menjalankan ‘ajaran agama yang dianutnya, 1 Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 2. Memilikiperilaku jujur disiplin, | 2. Menunjukkan perilaku jujur,di- |2. Menunjukkan periaku juju, di- tanggung jawab, santun, peduli, | _siplin, tanggungjaweb, santun, | — siplin, tanggung jawab, santun, dan percaya diri dalam berir- peduli, dan percaya diri dalam | _pedull, dan percaya diri dalam teraksidengan keluarga,teman, | berinteraksidengan keluarga, | _berinteraksi dengan keluarga, dan guru teman, dan guru. teman, guru, den tetangganya 3, Memahami pengetahuan faktual | 3. emahami pengetahuan faktual |3. Memahami pengetanuan dengan cara mengamati [men- dengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijum: painyadi rumah dan di sekolah. dengan cara mengamati [men- dengar, melihat, membacal dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijum painya di rumah dan di sekolah. faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, memba ca] den menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, ‘makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan disekolah, Menyaiikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam katya yang estetis, dalam gerakan yang mencer- minkan anak sehat, dan dalam ‘tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan ber- akhlak mula, 4.Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, dan logis, dalam karya yang estetis. dalam gerakan yang mencerminkan anak sehet, dan dalam tiadakan yang mencer: minkan perilaku anak beriman dan berakhlak mali, A Menyaliken pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam arya yang estetis, dalam gerak an yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perlaku anak beriman dan berakhlak mula, TPormendikbud RI No, 67 Tahun 2015 tentang Kerangka Daser dan Stuktur Kurikulum Sekolah Dasae/Msdrasah Iidail 121 image not available image not available image not available Bab3 | Kompetensi lati 3. Agar pengetikannya rapi, dapat Anda ikuti beberapa teknis penulisan KI dengan aplikasi Microsoft Word berikut ini a, (Setelah proses penulisan identitas selesai) Letakkan kursor di bawah komponen identitas. b. Lanjutkan dengan klik tab Insert>klik Tabel > klik Insert Table>setelah muncul kotak dialog Insert Table, aturlah Numberof Columns: 3 sedangkan Number of Rows: 5. Lalu klik OK. ¢. Atur kolom pertama dan kolom kedua agar lebih dekat dan lebih pendek dibanding- kan kolom ketiga (lihat hasil pada Gambar 3.1). RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah/Madrasah MIAL-Hikmah Tema/Subtema | Kegiatanku/Kegiatan Pagi Han KelasiSemester 1A (atu) Pertemuan Ke- if) Alokasi Waktu 2X 35 Menits . | | | | | Gambar3.1 Tabel KasarIsian Kompetens! Inti dd. Lanjutkan dengan memblok baris pertama pada kolom kedua dan ketiga. Lalu klik kanan dan diteruskan dengan klik Merge Cells. Kemudian ketiklah pada baris per- tama kolom pertama dengan huruf kepital yang di-bold“A”. Adapun pada kolom kedua dan ketiganya ketikken “KOMPETENSI INTI”. Lalu blok tabe! untuk isian kompetensi inti, dan dilenjutkan dengan klik Home > klik No Border pada group Paragraph. Langkah-langkah ini terlihat seperti pada Gambar 3.2 berikut ini e. Masukkan pada masing 1, KI-2 nomor rut 2, KI-3 nomor urut 3, dan KI-4 nomor urut 4. Contchnya, KI kelas | SD/MI sebagai berikut: 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru nasing nomor sesuai dengan nemor urut KI-1 nomor urut a 125 image not available image not available image not available Bab 4 | Kompetensi Dasar harus dicantumkan dalam RPP Tematik Terpadu merupakan kemampuan spesifik yang dikembangkan dari kompetensi inti yang mencakup sikap, pengetabuan, dan keterampilan yang terkait muatan pelajaran dan diperoleh melalui pembelajaran. Ini artinya, kompetensi dasar merupakan modal dan syarat pokok bagi terkuasainya dan dimilikinya kompetensi inti pada setiap siswa. Dalam konteks pembelajaran tematik terpadu di SD/MI, pada tiap topik dikembangkan 4 KD sesuai dengan aspek KI (sikap kepada ‘Tuhan, sikap diri dan terhadap lingkungan, pengetahuan, dan keterampilan). Dan, KD pada setiap RPP Tematik Terpadu meliputi KD dari beberapa mata pelajaran yang termasuk dalam jaringan tema. B. FUNGSI DAN KEGUNAAN KOMPETENSI DASAR Dalam Kurikulum 2013, kompetensi dasar memiliki beberapa fungsi dan kegunaan. Sebagaimana sedikit telah disebutkan di sabbab sebelumnya, bahwa KD menjadi modal dan syarat nenting bagi terktrasainya kompetensi inti. Kompetensi dasar dirumuskan untuk nti Hal serupa juga dijelaskan Mulyzsa_bahwa dalam mendukung mencapai kompetens Kompetensi Inti, capaian pembelajaran mata pelajaran diuraikan menjadi kompetensi dasar. Pencapaian kompetensi inti yakni melalui pembelajaran kompetensi dasar yang disampaikan melalui mata pelajaran. Di mana rumusannya dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Adapun sebagai pendukung pencapaian kompetensi inti, kompetensi dasar dikelompokkan menjadi empat sesuai dengan rumusan kompetensi inti yang didukungnya, yaitu: periaina, kelompok kompetensi dasar sikap spiritual (mendukung KI-1) atau kelompok 1; kedua, kelompok kompetensi dasar sikap sosial (mendukung KI-2) atau kelompok 2; ketiga, kelompok kompetensi dasar pengetahuan (mendukung KI-3) atau kelompok 3, dan keempat, kelompok kompetensi dasar keterampilan (mendukung KI-4) atau kelompok 4. Uraian kompetensi dasar yang perinci ini adalah untuk memastikan bahwa capaian pembelajaran tidak berhenti sampai pengetahuan saja, tetapi harus berlanjut ke keterampilan, dan bermuara pada sikap.° Melanjutkan dari penjelasan di atas, Abdul Majid menerangkan bahwa kompetensi da- sar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari kompetensi inti, Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai pe- > Permendikbud RI Ne, 67/2015 tentang Kerangka Dasar dan Strukrur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasal lbtidel- yah. SE, Mulvasa, Pengembangart dev Implementast Karikuluan 2015, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hm. 174 15, a 129 image not available image not available image not available Bab 4 | Kompetensi Dasar misalnya tingkatan pertama yang disebut dengan pengetahuan (knowledge) diubah men- jadi mengingat (remembering). Demikian juga dengan pemahamen (comprehension) diubah menjadi memahami (understand). Selain itu, revisi juga dilakukan dengan menarik aspek pengetahuan (knowledge) dari tingkatan kognitif menjadi aspek knowledge (pengetahuan) secara tersendiri menjadi empat aspek pengetahuan (lihat Tabel 4.1), yakni: perfama, penge- tahuan tentang fakta (factual knowledge); kedua, pengetahuan tentang konsep (conceptual knowledge); ketiga, pengetahuan tentang prosedur (procedural knowledge); dan keempat, pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge). Tabel 4.1 RevisiTaksonomi Bloom.” ASPEK DIMENSIKOGNITIE PENGETAHUAN Mengingat Memahami| Menerapkan| Menganalisis | Mengevaluasi | Mencipta Pengetahuan Fakta Pengetahuan Konsep Pengetahuan Prosedlural Pengetahuan Metakognitit Oleh karena itu, dalam kesimpulan Wina Sanjaya diungkapkan bahwa revisi atau perbaik- an dalam dimensi kognitif pada Taxonomy Bloom di antaranya: pertarta, adanya penggantian posisi tingkatan, yakni evaluasi yang pada awalnya ditempatken pada posisi puncak menjadi posisi kelima mengganti tingkatan sintesis yang digantikan dengan mencipta (create) sebagai tingkatan aspek kognitif yang paling tinggi; kedua, mengeluarkan aspek pengetahuan (know! edge) dari tingkatan kognitif digantikan dengan mengingat (remember); sedangkan penge- tahuan itu sendiri dijadikan aspek tersendiri yang harus menaungi enam tingkatan meliputi pengetahuan (knowledge) tentang fakta, konsep, prosedural, dan pengetahuan metakognitif; dan ketiga, dimensi kognitif yang cnam tingkatan diubah dari kata benda menjadi kata kerja, yakni yang asalnya pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis sintesis dan evaluasi menjadi mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.'® "© Wina Sanjaya, Perencanaan dar Desain .. lm. 129-130. bid., Hm. 130. "Pbid., Hm. 130. a 133 image not available image not available Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu dan penyelesaian atau gagasan serta menunjukkan hubungan antarbagian itu. Dalam pem- belajaran domain ini dapat ditunjukkan melalui: mengidentifikasi faktor penyebab, meru- muskan masalah, mengajukan pertanyaan untuk memperoleh informasi, membuat grafik, dan mengkaji ulang. Dengan kata lain, menurut Wina Sanjaya analisis adalah kemampuan menguraikan atau memecah suatu bahan pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungan antarbagian bahan itu. Analisis merupakan tujuan pembelajaran yang kompleks yang hanya mungkin dipahami dan dikuasai oleh siswa yang telah dapat menguasai kemampuan memahami dan menerapkan. Analisis berhubungan dengan kemampuan nalar, Oleh karena itu, biasanya analisis diperuntukkan bagi pencapaian tujuan pembelajaran untuk siswa tingkat atas.?* Kelimna, sintesis (syrtthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagi an atau unsur-unsur secara logis, schingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur au berbentuk pola baru. Berpikir sintesis merupakan proses berpikir setingkat lebih tinggi dari berpikir analisis. Kemampuan melakukan sintesis juga at diartikan menggabungkan berbagai informasi menjadi satu kesimpulan atau konsep, meramu atau merangkai berbagai gagasan menjadi sesuatu hal yang baru, Dalam kegiatan pembelajaran dapat ditunjukkan melalui: membuat desain, menemukan penyelesaian atau solusi masalah, mempredi rancang model produk tertentu, dan menciptakan produk tertentu, Itu artinya, sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian ke dalam suatu keseluruhan yang bermakna, seperti merumuskan tema, rencana, atau melihat hubungan ab- strak dari berbagai informasi yang tersedia. Kemampuan menganalisis dan sintesis merupakan kemampuan dasar untuk dapat mengembangkan atau menciptakan inovasi dan kreasi baru. Keenam, evaluasi (evaluation) adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertim- bangan terhadapsuatu situasi, nilai, atau ide. Misalnyajikaseseorangdihadapken padabeberapa pilihan, maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan atau kriteria tertentu. Kemampuan melakukan evaluasi juga dapat diartikan mempertimbangkan dan menilai benar atau salah, baik atau buruk, bermanfaat atau tidak bermanfaat. Dan, dalam pembelajaran domain ini dapat ditunjukkan melalui: mempertahankan pendapat, beradu atgumentasi, memilih solusi terbaik, menyusun kriteria penilaian, menyarankan perubahan, ‘menulis laporan, membahas suatu kasus, dan menyarankan strategi baru. Sebagai tujuan yang paling tinggi dalam domain kognitif, tujuan yang bersifat evaluasi *Tbid., Wim, 127. 2d, li. 127 136 | Bab 4 | Kompetensi Dasar berkenaan dengan kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu. Dalam tujuan ini, terkandung pula kemampuan untuk memberikan suatu keputusan dengan berbagai pertimbangan dan ukuran tertentu, misalnya memberiken keputusan bahwa sesuatu yang diemati itu baik, buruk, indah, dan jelek, Untuk dapat memiliki kemampuan memberikan penilaian dibutuhkan kemampuan sebelumnya.? Dari keenam tingkatan kemampuan berpikir (kogniti) tersebut, tiga tingkatan tujuan kognitif yang pertama yaitu pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi, dikatakan tujuan kog- nitif tingkat rendah; sedangkan tiga tingkatan berikutnya yaitu analisis, sintesis, dan evaluasi, dikatakan sebagai tujuan kognitif tingkat tinggi. Dikatakan tujuan tingkat rendah oleh karena tujuan kognitif ini hanya sebatas kemampuan untuk mengingat, mengungkapkan apa yang diingatnya, seria menerapkan sesuai dengan aturan-aturan tertentu yang silatnya pasti; se- dangkan tujuan kognitif tingkat tinggi seperti menganalisis dan menyintesis bukan saja be- rupa kemampuan mengingat, melainkan di dalamnya termasuk kemampuan berkreasi dan kemampuan mencipta, Oleh karenanya, tujuan ini sifatnya lebih kompleks dari hanya sekadar mengingat.> Adapun dilihat dari cara berpikirnya, maka menurut Kunandar kemampuan berpikit tingkat tinggi dibagi menjadi dua, yaitu berpikir kritis dan herpikir kreatif, Berpikir kritis adalah kemampuan_membe! si terhadap sesuatu dan mampu_ memberikan penilaian terhadap sesuatu tersebut. Adapun berpikir kreatif adalah kemampuan melakukan generalisasi dengan menggabungkan, mengubah, atau mengulang kembali keberadaan ide- ide tersebut. Kemampuan peserta didik dalam berpikir tingkat tinggi kritis dan kreatif perlu dilatih dan dikondisikan dengan baik oleh guru melalui pembelajaran dan penilaian.” an rasional 2. Ranah Keterampilan (Psikomotorik) Ranah psikomotorik adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan atau skill seseorang. Atau, pengertian lainnya meliputi semua tingkah Jaku yang menggu- nakan saraf dan otot badan.28 Untuk ranah keterampilan, ada lima tingkatan yang termasuk it dalam domain ini, (1) imitasi, (2) manipulasi, (3) presisi, (4) artikulasi, dan (5) natu- ralisasi. Berikut ini penjelasan masing-masing proses berpikir keterampilan (psikomotorik), yakni:? Wid, i. 127. 2 qbid., tim. 127, Kunandar, Pendaian Autensik .. hm. 165. *Wina Sanjaya, lerencaaaare dan Desai .., hl. 132. © Kanandlar, Penilaian Autre... lm 233-254, a 137 Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu Pertama, imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Contohnya, seorang peserta didik dapat memukul bola dengan tepat karena pernah melihat atau memperhatikan hal yang sama sebe- lumnya. kedua, manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum per- nah dilihat, tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja. Sebagai contoh, seorang peserta didik dapat memukul bola dengan tepat hanya berdasarkan pada petunjuk guru atau teori yang dibacanya, Keriga, kemampuan tingkat presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang akurat schingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat. Contoh, peserta didik dapat meng- arahkan bola yang dipukulnya sesuai dengan target yang diinginkan. Keempat, kemampuan pada tingkat artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang kompleks dan tepat schingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh, Sebagai contoh, peserta didik dapat mengejar bola kemudian memukulnya dengan cermat sehingga arah bola sesuai dengan target yang diinginkan. Dalam hal ini, peserta didik sudah dapat melakukan tiga kegiatan yang tepat, yaitu lari dengan arah dan kecepatan tepat seria memu- kul bola dengan arah yang tepat pula Kelima, kemampuan pada tingkat naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni kegiatan yang melibatkan fisik saja schingga efektivitas kerja tinggi. Se- bagai contoh, tanpa berpikir panjang peserta didik dapat mengejar bola kemudian memukul- nya dengan cermat sehingga arah bola sesuai dengan target yang diinginkan. Menurut Kunandar, dalam kurikulum 2015 ranah psikomotorik tercantum dalam kom petensi inti 4 (KI-4), yakni keferampilan, Semua mata pelajaran memiliki aspek keterampi sebagai kelanjutan dari aspek pengetahuan (kompetensi inti 3 atau KI-) yang telah dikuasai peserta didik. Dengan demikian, kompetensi inti 3 (pengetahuan) itu untuk menggambarkan bahwa peserta didik telah tahu tentang kompetensi pengetahuan yang dipelajari, sedangkan kompetensi inti 4 (keterampilan) itu menggambarkan bahwa peserta didik telah bisa ten- tang kompetensi keterampilan yang dipelajari. Jadi, kompetensi pengetahuan mencerminkan "tahu', sedangkan kompetensi keterampilan mencerminkan "bisa", Dengan demikian, ada perubahan yang cukup signifikan dalam Kurikulum 2015, yakni kalau kurikulum sebelum- nya (KTSP) ranah psikomotorik atau keterampilan itu ditekankan pada mata pelajaran ter- tentu, seperti pendidikan jas olahraga, dan kesehatan, seni budaya, dan beberapa maia pelajaran sejenisnya,” tetapi dalam kurikulum 2015 semua mata pelajaran mengakomodasi an al SWina Sanjaya, Pereneanaare dam Devan. hho. 132. 138 | Bab 4 | Kompetensi Dasar ranah psikomotorik (keterampilan) yang merupakan satu kesatuan dengan aspek kognitif (pengetahuan). 3. Ranah Sikap (Afektif) Menurut Wina Sanjaya, domain afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan apre- siasi, Domain ini merupakan bidang tujuan pendidikan kelanjutan dari domain kognitif. Arti- nya, seseorang hanya akan memiliki sikap tertentu terhadap sesuatu objek manakala telah memiliki kemampuan kognitif tingkat tinggi.®'Dengan kata lain, kompetensi ini mensyarat- kan penguasaan kompetensi kognitif tinggi. Maksudnya, kompetensi pengetahuan (kogni- ti) menjadi dasar dan pondasi bagi kepemilikan kompetensi sikap. Tanpa siswa mengusai kompetensi pengetahuan (pada level tinggi), maka sulit bagi siswa menguasai dan memili kompetensi sikap dengan baik. Kompetensi pada ranah sikap (afektif) terdri dari lima jenjang atau tingkatan. (1) menerima atau memperhatikan (receiving atau attending), (2) merespons atau menanggapi (responding), (3) menilai atau menghargai (valuing), (4) mengorganisasi atau mengelola (organization), dan (3) berkarakter (characterization). Penjelasan masing-masing tingkatan kompetensi ranah_afektif ini, diuraikan oleh Kunandar sebagai berikut:* Pertama, kemampuanmenerima atau memperhatikan (receiving). Kemampuan menerima adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan atau stimulus dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain, Kemampuan menerima juga dapat diartikan kemampuan menerima fenomena (gejala atau sesuatu hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra) dan stimulus (rangsangan) atau kemampuan menunjukken perhatian yang terkontrol dan terscleksi. Kemampuan menerima atau memperhatikan ter- lihat dari kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Munculnya ke mampuan ini, dikatakan Wina Sanjaya, manakala seseorang memiliki kesadaran tentang gejala, kondisi atau objek yang ada, kemudian mereka juga menunjukkan kerelaan untuk me- nerima, bersedia untuk memperhatikan gejala, atau kondisi yang diamatinya itu yang pada akhirnya mereka memiliki kemauan untuk mengarahkan segala perhatiannya tethadap objek itu? Pada tingkat menerima atau memperhatikan (eceiving atau attending), siswa memiliki keinginan memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus, misalnya kelas, kegiatan, Tid, ho. 150. » Kunandar, Penlaian Auenti., hm, 105-108, Winn Sanjaya, Reranaan dan Desa. him. 131 a 139 Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu musik, dan buku, Di sini, tugas guru mengarahkan perhatian siswa pada fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif. Misalnya guru mengarahkan siswa agar senang membaca buku, senang bekerja sama, dan sebagainya. Kesenangan ini akan menjadi kebiasaan, dan hal ini yang diharapkan, yaitu kebiasaan yang positif. Dalam kegiatan belajar hal itu dapat ditunjukkan dengan adanya suatu kesenangan dalam diri siswa terhadap suatu hal yang menyangkut belajar, misalnya senang mengerjakan soal-soal, senang membaca, dan senang menulis. Kedua, kemampuan merespons (responding). Kemampuan merespons adalah ke- mampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara, Jenjang. ini setingkat lebih tinggi dari jenjang kemampuan menerima. Kemampuan merespons juga dapat diartikan kemampuan menunjukkan perhatian yang aktif, kemampuan melakukan sesuatu, ipasi aktif siswa, yaitu sebagai dan kemampuan menenggapi. Responding merupakan partis bagian dari perilakunya. Pada tingkat ini siswa tidak saja memperhatikan fenomena Khu tetapi ia juga bereaksi. Menurut Wina Sanjaya, responding biasanya diawali dengan a diam, kemudian dilakukan dengan sungguh-sungguh dan kesadaran setelah itu baru respons dilakukan dengan penuh kegembiraan dan kepuasan.* Hasil pembelajaran pada ranah member’ respons, atau kepuasan dalam memberi respons, Tingkat yang tinggi pada kategori menekankan pada pemerolehan respons, berkeinginan ini adalah minat, yaitu hal-hal yang menekankan pada pencarian hasil dan kesenangan pada aktivitas khusus, Misalnya senang membaca buku, senang bertanya, senang membantu teman, dan senang dengan kebersihan dan kerapian.Dalam kegiatan belajar hal itu dapat ditunjukan antara lain melalui: bertanggung ja ti aturan, mengungkapkan perasaan, menanggapi pendapat, meminta maaf atas suatu kesalahan, men- damaikan perselisihan pendapat, menunjukkan empati, melakukan perenungan dan me- ib dalam mengerjakan tugas, men Jakukan introspeksi. Ketiga, kemampuan menilai (valuing). Kemampuan menilai (valuing) adalah kemam- puan memberikan nilai atau penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehing- ga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penye- salan, Kemampuan menilai juga dapat diartikan menunjukkan konsistensi perileku yang mengandung nila, mempunyai motivasi untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai, menunjukkan komitmen terhadap suatu nilai. Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikep yang menunjukkan derajat internalisesi dan komitmen. Derajat rentangannya mu- Sid, hm. 131. 140 a Bab 4 | Kompetensi Dasar Jai dari menerima suatu nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan keterampilan, sampai pada tingkat komitmen. Valuing atau penilaian berbasis pada internalisasi dari seperangkat nilai yang spesifik. Hasil belajar pada tingkat ini berhubungan dengan perilaku yang konsis- ten dan stabil agar nilai dikenal secara jelas. Dalam tujuan pembelajaran, penilaian ini dikla- sifikasikan sebagai sikap dan apresiasi. Dalam kegiatan belajar dapat ditunjukkan antara lain melalui: mengapresiasi, menghar- gai peran, menunjukkan keprihatinan, mengoleksi sesuatu, menunjukkan rasa simpatik dan empati kepada orang lain, menjelaskan alasan sesuatu yang dilakukannya, bertanggung jawab terhadap perilaku, menerima kelebihan dan kekurangan diri, membuat rancangan hidup masa depan, merefleksikan pengalaman pada suatu hal, membahas cara-cara melakukan sesuatu, merenungkan nilai-nilai bagi kehidupan. Dalam kegiatan belajar dapat ditunjukkan melalui rajin, tepat waktu, disiplin, mandiri, objektif dalam melihat dan memecahkan masalah. Valuing adalah merupakan tingkatan afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan responding. Keempat, kemampuan mengatur (organization). Kemampaan mengatur atau mengorga- nisasikan (organization) artiny 7 perbedaan nilai schingga ter- kemampuan mempertemul bentuk nilai baru yang lebih universel, yang membawa kepada perbaikan umum. Mengatur asikan merupakan pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisa in, pemantapan dan prioritas ni alau mengorgani: si, termasuk di dalamnya hubungan satu nilai dengan nila lai yang telah dimilikinya. Kemampuan mengorganisasi, dalam arti mengorganisasi nilai-nilai memantapkan nilai yang relevan ke dalam suatu sistem, menentukan hubungan antarnila yang dominan dan diterima, Kemampuan mengorganisasikan merupakan tingkatan afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving, responding dan valuing. Kelima, kemampuan berkarakter (characterization), Kemampuan berkarakter (charac: terization) atau menghayati adalah kemampuan memedukan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang memengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Dalam hal ini nilai itu telah tertanam tinggi secara konsisten pada sistemnya dan telah memengaruhi emo- sinya, Kemampuan berkarakter merupakan tingkatan afektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar- benar bijaksana dan memiliki sistem nilai yang mengontrol tingkah Jekunya untuk suatu waktu yang cukup lama serta membentuk karakter yang konsisten da- Jam berperilaku. Dengan kata lain, menurut Wina Sanjaya, nilai-nilai yang telah dibangunnya itu dijadikan sebagai pandangan (falsafah) hidup serta dijadikan pedoman dalam bertindak dan berperilaku.’ 3 Tb, blo. 132. a 141 Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu D. KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN DI SD/MI Kompetensi dasar yang diajarkan di SD (sckolah dasar)/MI (madrasah ibtidaiyah) juga berbeda-beda jika dilihat dari mata pelajarannye. Misalnya, KD untuk mata pelajaran PPKa, KD untul ran IPA, KD untuk mata pela fa pelaje jaran IPS, dan KD untuk mata pelajaran Matematika itu berbeda. Jadi, kompetensi dasar, selain berbeda dari aspek dimensi tujuan pembelajarannya juga berbeda menurut mata pelaj an yang diajarkan di SD/ML Seperti kita ketahui bahwa dalam straktur Kurikulum 2013 SD/MI, mata pelajaran yang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia: Matematika; IImu Pengetahuan Alam (IPA); Iimu Pengetahuan Sosial (IPS); Seni Budaya dan Prakarya; dan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan.’® Dari delapan jenis mata pelajaran ini muncul setidaknya delapan jenis kelompok KD yang berbeda. Perbedaan ini adalah suatu ke p mata pelaj Jng-masing. Untuk itu, pada segmen kali ini akan dijelaskan mengenai karakteristik masing-masing mata pelajaran di SD/MI, schingga kita dapat memahami perbedaan tiap kelompok KD per mata pelajaran. Namun sebelum dijelaskan lebih lanjut tentang karakieristik masing-masing mata pela- jaran SD/MI. Pada subbab ini terlebih dahulu akan dijelaskan tentang karakteristik materi pembelajaran, Menurut substansi materi ajar, ada tiga jenis materi ajar, yaitu materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.”” Dari penjelasan di atas dapat dipahami pula bahwa bahan ajar mengandung isi yang substansinya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu penge- tahuan (fakta, konsep, prinsip, dan prosedur), keterampilan, dan sikap/nilai (lihat Gambar 4.1)" disuguhkan meliputi delapan jenis, yaitu: Pendidikan Agama dan Budi Pekerti aan, karena an memiliki karakteristiknya ma 1, Pengetahuan Pengetahuan meliputi fakta, konsep, prinsip, dan prosedur, Kadang-kadang kita su- lit memberi pengertian pada keempat materi pembelajaran ini, Oleh sebab itu, perhatiken perbedaan-perbedaan pada Tabel 4.2 % Permendikbad RI No, 67/2015 tentang Kerangka Dasar dan Straktar Kurikulum untuk Sekolah Dasar dan Mada: sah Ibuidaiyal “Tim Penyusun, Pedoman Pemilthar dan Pemanfaatan Bahan Ajar, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Petar Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas RI, 2004), him. 8.9, 28 Tid, hrm. 9-12, 142 a aaa Pengetahuan | | Keterampilan Bab 4 | Kompetensi Dasar isi (Mater Bahan Ajar ikap atau Nilai Fakta Konsep Prinsip Prosedur Gambar 4.1 Kerakteristik Isi (Materi) Tabel 4.2 Pelejarai Jenis si Mata Pelajaran dalam Ranah Pengetahuan, No.| Jenis Pengertian Contoh 1. [Fakta | Segalahal yang bewujud kenyataandan _ | RI merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. kebenaran, meliputi nama cbjek, peristiva |. Seminggu ada tujuh hari sejarah, lambang, namatempat,nama |. bu kota Negara Rl Jakarta, ‘orang, nama bagian atau Komponen suatu |, yjung pandang terletak di Sulawesi Selatan. benda, dan sebagainya. 2. |Konsep | Segala yang berwujud pencertian-penger- | Hukum ialah peraturan yang harus dipatuh- tian baru yang bisa timbul sebagai hasil pe-|taati, dan jika dilanggar dikenai sanksi berupa mikiran, meliputi definis, pengertian,ciri | denda atau pidana, khusus, hakikat. inti si, dan sebagainya 3. |Prinsip | Hol-hal utma, pokok, dan memiliki posisi_| Air mengalir daritempat yang lebih tinggi terpenting, meliputi dalil,rumus, adagium, | ke tempat yang lebih rendah. Maka dari itu, postulat, paradigma, teorema, serta hu- | jka membust selokan pembuangan air harus bbungan antarkonsep yang menggambar-_|menurun, tidak boleh datar atau naik. kan implikasi sebab akibat. 4, | Prosedur Langkah-lengkah sistematis atau berurut- | Langkat-lanakah membuat bahan ajar, P Andi Prastawo, Pengembangon Ran Ajar Temak an dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronolagi suatu sistem, kart meliputilangkah pertama, menyusun analisis kebutuhan bahan ajar yang di dalamnya terdiri dari anaiisis kurikulum, analisis sumber belajar, ‘dan memilih dan menentukan bahan ajar. Langkah kedua, yaitu membuat peta bahan ajar. Kemudian langkah terakhir,yaitu membuat bahan ajar sesuai dengan struktumya. Keneana Prenadamedia Group, 2014), hn 143 Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu 2. Keterampilan Keterampilan adalah materi atau bahan pembelajaran yang berhubungan dengan an- tara lain kemampuan mengembangkan ide, memilih, menggunakan bahan, menggunakan peralatan, dan teknik kerja. Ditinjau dari level terampilnya seseorang, aspek keterampilan dapat dibedakan menjadi gerak awal, semi rutin, dan rutin (‘erampil). Keterampilan perlu disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dengan memperhatikan aspek bakat, minat, dan hi apan peserta didik tersebut, Tajuannya supaya mereka mampu mencapa penguasaan keterampilan bekerja (pre-vacatianal skill), yang secara integral ditunjang oleh keteram hidup (life skill) 3. Sikap atau Nilai Bahan ajar jenis sikap atau nilai adalah bahan untuk pembelajaran yang berkenaan de- ngan sikap imiah, antara lain: pertanta, nilai jlai kebersamaan, mampu bekerja berkelom- pok dengan orang lain yang berbeda suku, agama, dan strata sosial; kedua, nilai kejujuran, mampu jujur dalam melaksanakan observasi, eksperimen, tidak memanipulasi data hasil pengamatannya; ketiga, nilai kasih sayang, tak membeda-bedakan orang lain yang mempun- yai karakter sama dan kemampuan sosial ekonomi yang berbeda semua sama-sama makhluk Tuhan; keempat, tolong-menolong, mau membantu orang lain yang membutuhkan tanpa meminta dan mengharapkan imbalan apa pun; kelina, semangat dan minet belajar, mem- punyai semangat, minat, dan rasa ingin tahu; kena, semangat bekerja, mempunyai rasa untuk bekerja keras, belajar dengan gial; dan ketujul, bersedia menerima pendapat orang lain bersikap legowo, tidak alergi tethadap kritik, menyadari kesalahannya schingga saran dari teman/orang lain dapat diterima dan tidak sakit hati. Adapun dilihat dari karakteristik mata pelajaran yang terdapat pada mata pelajaran yang disajikan di SD/MI pada Kurikulum 2013 dapat diuraikan berikut ini. Pertama, Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Mata pelajaran ini memiliki karakteristik menekankan pada pem belajaran untuk kompetensi sikap dan nilai-nilai religius sekaligus psikomotorik. Kedua, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegarsan. Mata pelajaran ini lebih menekankan pada kom- petensi sikap dan nilai-nilai sosial, Ketiga, Bahasa Indonesia, Beda halnya dengan mata pela- jeran Bahasa Indonesia, dalam meta pelajaran ini lebih menekankan pada aspek psikomotorik dan aspek pengetahuan. Keempat, Matematika, Mata pelajaran ini menekankan pada kom- petensi pengetahuan (kognitil) dengan karakteristik materi bersifat abstrak. Kelima, lmu Pengetahuan Alam (IPA). Untuk Tmu Pengetahuan Alam, mata pelajaran ini memberikan penekanan pada aspek kognitif dan psikomotorik. Adapun karakteristik materinya cenderung 144 & Bab 4 | Kompetensi Dasar konkret dan observable, Keenam, imu Pengetahuan Sosial (IPS). Dalam mata pelajaran IPS, penekanannya lebih kepada aspek kognitif yang abstrak dan konseptual. Meskipun begitu, materi ini juga memiliki tujuan pada aspek afeksi yag tidak kecil. Ketujutt, Seni Budaya dan Prakarya. Mata pelajaran ini lebih menekankan pada aspek psikomotorik. Kedelapan, Pen- didikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan, Adapun pada mata pelajaran Penjasorkes ini lebih menekankan pada aspek psikomotorik dengan materi yang cenderung prosedural. Adapun kompetensi dasar yang diajarkan di SD/MI secara tematik mencakup semua mata pelajaran kecuali mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Karena menurut Permendikbud RI No. 67/2013, khusus mata pelajaran PAL dan Budi Pekert) tidak termasuk yang dibelajarkan dengan pendekatan tematik terpadu. lika kita ingin mengetahui kompetensi dasar per mata pelajaran di SD/MI dapat men-download Permendikbud RI No. 67/2013 kolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum —. RELASI KOMPETENSI DASAR DENGAN KOMPONEN PEMBELAJARAN YANG LAIN Seperti apakah KD dalam suatu rencana pelaksanaan pembelajaran menentukan berb- agai komponen pembelajaran yang lain. Beberapa komponen yang dipengaruhi oleh jenis atau karakteristik kompetensi dasar meliputi: pertama, jenis penilaian basil belajar; kedua, strategi pembelajaran yang digunakan; ketiga, pengajar atau guru; dan keempat, manajemen sekolah/ madrasah. Mengapa KD bisa menentukan dan memengaruhi komponen pembelaja nya? Tentu saja, Karena kompetensi dasar merupakan tujuan yang ingin diraih dalam suatu kegiatan pembelajaran, Dan, tujcan ini memiliki karakteristik yang bermacam-macam dan menuntut jenis penilaian, strategi pembelajaran, karakteristik guru, dan manajemen seko- Jah/madrasah yang tidak sama, Maka komponen KD menjadi hal yang begitu penting untuk dicermati dan dipahami dengen benar dalam penyusunan RPP tematik tespadu. an lain- 4. Relasi Kompetensi Dasar dengan Penilaian Hasi Belajar Salah satu hal terpenting yang diharapkan dalam bidang pendidikan yaitu prestasi hasil bolajar. Prestasi hasil belajar di sini diperoleh dari hasil penilaian melalui proses pengukur- an terhadap sejauh mana siswa mampu mencapai dan mampu menguasai apa yang menja- di tujuan pembelajaran,"” yakni yang tercantum dalam kompetensi dasar. Untuk itu, kata Saparman, Desai lusiruksional Moder: Puneluan Para Pengafar dant Inovator Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 2012), him. 72, a 145 Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu Abwi Suparman, seorang guru harus mampu merencanakan jenis, bentuk, dan instrumen penilaian yang dapat mengukur kompetensi yang dimaksudkan dalam tujuan pembelajaran. Dengan demikian, penilaian dapat dinyatakan valid karena alat pengukuran dapat mengukur apa yang semestinya diukur."’ Seperti telah dijelaskan di muka, bahwa kompetensi dasar yang menjadi tujuan pem- belajaran pada Kurikulum 2013 untuk SD/MI meliputi tiga kelompok besar, yaitu KD pada kelompok ranah sikap (yang dibagi menjadi sikap spiritual dan sikap sosial), KD pada kelompok ranah pengetahuan, dan KD pada kelompok ranah keterampilan. Untuk mengukur secara valid semua jenis KD ini, mungkin pertanyzan yang muncul dalam benak kita yakni penilaian seperti apakeh yang scharusnya digunakan? Kunandar menjelaskan bahwa sesuai Permendikbud RI No. 66 tentang Standar Penilaian Pendidikan, maka penilaian yang cocok untuk digunakan yaitu penilaian autentik. Penilaian autentik adalah kegiatan menilai siswa yang menekankan pada apa yang schorusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di (KD). Penilaian autentik memperhatikan keseimbangan antara penilian kompetensi sikap, standar kompetensi (SK), kompetensi inti (KI), dan kompetens pengetahan, dan_keterampilan akteristik perkembangan fai dengan jenjangnya. Sebagaimana telah dijelaskan di Bab 1, semakin tinggi tingkat perkembangan dan jenjang pendidikan siswa penguasaan kompetensi pengetahuan an keterampilan semakin besar (luas), tetapi penguasaan kompetensi sikap semakin kecil (diasumsikan kompetensi sikap sudah tertanam di jenjang sebelumnya, baik TK/RA maupun SD/MI). Dengan demikian, pada jenjang yang dasar, seperti SD/MI dan SMP/M'Ts penanaman kompetensi sikap harus benar-benar menjadi penekanan dan perhatian, sehingga ketika siswa kelak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sudah memiliki fondasi sikap yang kuat dan di jenjang yang lebih tinggi tinggal memperdalam kompetensi pengetahuan dan keterampilannya. Dengan demikian, pemilihan teknik penilaian, para guru di jenjang PAUD, TK/RA, SD/MI lebih banyak porsinya menggunakan teknik penilaian soft skill (misalnya, kemampuan yang perlu dilatih dan diukur antara lain: mengamati, motivasi berpretasi, kemauan bekerja keras, tata krama, bekerja sama, disiplin, berkomunikasi meng- ajukan ide kepada teman, dan lain-lain terkait pendidikan karakter) daripada penilaian hard skill (pengukuran penguasaan pengetahuan dan keierampilan).° ang disesuaikan dengan ka siswa s Thi, 72. © Kanandar, Penilaian Autentik.., hm, 35-56. © Mid, ho. 38. 146 a Bab 4 | Kompetensi Dasar Berikut ini disajiken berbagai jenis teknik dan instrumen penilaian untuk masing-masing jenis kompetensi (penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan):" a, Penilaian kompetensi sikap dapat dinilai dengan teknik observasi, penilaian diri, penilai- an “teman sejawat” (peer evaluation) siswa, dan jurnal. Adapun instramennya untuk observasi, penilaian diri dan penilaian teman sejawat siswa adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pen- didik. b. Penilaian kompetensi pengetahuan dapat dinilai dengan teknik tes tulis, tes lisan, dan penugasan. Instrumen tes tulis dapat berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian, Insirumen uraian dilenghapi pedoman penskor- an Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan. Instrumen penugasan berupa peker- jaan rumah (RPR) dan/atau proyek yang dikerjakan secara individu atau kelompok se- suai karakteristik tugas. ¢. Penilaian kompetensi keterampilan dapat dinilai dengan teknik penilaian kinerja, baik dengan praktik, proyek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang dapat digunakan da- pat berupa dafiar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik, Jadi, intinya masing-masing jenis kompetensi dasar (KD) memiliki teknik penila yang berbeda. Oleh karena itu, guru harus mampu mengidentifikasi secara tepat kompetensi dasar yang ingin diajarkan itu tergolong pada kompetensi pada ranah sikap, pengetahuan, atau keterampilan sehingga dapat menentukan alat pengukuran (maksudnya teknik dan in strumen penilaian) yang cocok dan tepet. Untuk itu, kekelirvan yang besar jika guru ingin mengukur kompetensi pada ranah sikap dengan teknik penil san. Karena ketiga teknik ini hanya cocok untuk penilaian kompetensi pada ranah iannya n tes tulis, tes lisan, atau pen pengetahuan. Begitu pula sebaliknya, kompetensi pengetahuan jangan dinilai dengan teknik dan instrumen penilaian kompetensi sikap. Kompetensi keterampilan juga sama tidak boleh dinilai dengan teknik dan instrumen penilaian kompetensi sikap ataupun kompetensi penge- tahuan Hal tersebut bisa kita analogikan dalam dunia perbengkelan elektronika dengan peng- gunaan alat pengukur listrik, Pada jenis pekerjaan ini, seorang teknisi mengenal berbagai alat pengukuran yang dapat membantunya bekerja untuk mengelahui besar-kecilnya tegangan listrik menggunakan voltmeter, untuk mengetahui besar-kecilnya hambatan menggunakan ohmmeter, dan untuk mengetahui besar-kecilnya arus yang mengalir pada suatu rangkaion “Dbid., Fim. 32. a 147 Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu elektronik menggunakan amperemeter. Tiap-tiap jenis alat pengukur itu memiliki jenis dan fungsi masing-masing. Oleh karena itu, seorang teknisi harus berhati-hati dan tepat dalam memilih dan menggunakan alat pengukur tersebut. Apabila hal itu tidak diperhatikan, misal teknisi menggunakan amperemeter untuk mengukur tegangan listrik, maka alih-alih menda- patkan besaran tegangan listrik yang digunakan pada sebuah rangkaian listrik, ia justru bakal menemukan alat pengukurnya itu rusak dan terbakar karena tidak digunakan sebagaimana fungsinya, Dalam kasus pembelajaran di SD/MI, jika scorang guru secara serampangan tidak ‘memperhatikan jenis dan karakteristik KD (termasuk dalam kategori sikap, pengetahuan, atau keterampilan) yang mau diajarkan, tent saja ia tidak akan dapat mengukur dengan tepat se- jeuh mana kompetensi yang diajarkannya bisa dikuasai oleh siswa. Apabila hal ini terjadi, maka gagallah proses pembelajaran, Tentu hal ini tidak kita inginkan. Oleh Karena itu, mulai sekarang dan seterusnya sebagai guru kita harus cermat dan memperhatikan jenis KD yang mau diajarkan (apakah termasuk dalam ranah sikap, pengetahuan, stau keterampilan), dan kemudian reneanakan sejak awal jenis penilaian yang sesuai dengan KD tersebut, 2. Relasi Kompetensi Dasar dengan Strategi Pembelajaran Dari pengertian strategi pembelajaran, yakni tahapan dan langkah kegiatan pembelajaran untuk mempresentasikan isi pmbelajaran secara runtut, dengan menggunakan metode, me- dia, dan alat pembelajaran yang sesuai dalam rentang waku tertentu sampai siswa mencapai kompetensi yang diharapkan," dapat dimengerti bahwa kompetensi dasar memiliki keter- kaitan crat dengan strategi pembelajaran. Hubungan KD dengan strategi pembelajaran juga terlihat dari karakteristik tujuan pembelajaran dalam kompetensi dasar, meliputi kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan, yang membutuhkan strategi dan metode pembelajaran sendiri-sendiri, Hal ini diperkuat oleh Ridwan Abdullah Sani, bah wa aktivitas pembelajaran seharusnya di ih sesuai dengan tujuan (kompete dan dampak Tabel 4.5). Beri kat ini (ihat Tabel 4.3) diberikan beberapa contoh metode atau aktivitas pembelajaran yang (outcome) yang diharapkan dari satu proses belajar mengajar (Tabel 4.4 dai disesuaikan dengan tujuan pembelajaran berdasarkan taksonomi Bloom yang direvisi."® ‘Atwi Suparman, Desain Instruksioal Mode .. hlm. 74 © Ridwan Abdulla Sani, uovasi Pembolajarar, (Jakarta: Buri Aksara, 2013), hla. 59. 148 a Bab 4 | Kompetensi Dasar Tabel 4.3 Relasi Tujuan Pembelgjaran dan Aktivitas Pembelajaran.” ‘Tujuan Pembelajaran Attivitas Pembelajaran Pengetahuan (C1 Mendefinisikan, mengulang, mencatat. Pemahaman (C2) Ceramah, visualisasi, memberikan cantoh, ilustrasi, analogi Diskusi, memaparkan, menjelaskan, mengenal, mengidentifikasi, meryatakan kerball Penugasan, telaah/review, menulis, presentasi ber- tanya, diskusi, membuat laporan. Aplikasi (C3) Interpretasi, menerapkan, menggunakan, mende- monstrasikan, mengilustrasikan. Bermain peran, melakukan simulasi latihan, demon- strasi, mengeriakan proyek latinan menerapkan. Analisis (C4) Membedakan, menghitung, membandingkan, mengkritk, menguraikan, Studi kasus, Penyelesaian masalah, diskusi, debat. Evaluasi (C5) Memilih (setelah dianalisis), merevisi, menila Studi kasus membuat proyek simulasi. | Kreasi (C5) Merencanakan, merancang, merumuskan, memper- siapkan, mengorganisasikan, mengonstruksi Penyelesaian masalah kontekstual, membuat simu- lasi, membuat proyek kompleks. Tabel 4.4 Metode Pembelajaran Dikaitkan dengan Tujuan Pembelajaran.** Tujuan Pendidikan/Pembelajaran Metode Pembelajaran Transfer Memahami Fakta | Menerapkan | Pembentukan Pengetahuan dan Teori Konsep ikap Kuliah oe ~ 7 a Diskusi oo 7 - = Studi kasus * - ” Tid, i. 39-60. © TB lin. 17. 149 Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu lanjutan ... sei Tujuan Pendidikan/Pembelajaran letode 7 Heiebaigpaisa Transfer Memahami Fakta | Menerapkan | Pembentukan Pengetahuan dan Teori Konsep sikap [seminar * ca ” | * Tutorial = = = | = Mengunjungi * - | = |perusahaan | Keterangan: vem = Bagus Sekai = Bagus "= Cukup Bagus + = Kurang Bagus = =Tidak memadai Tabel 4.5 ‘Metode Pembelajaran dan Hasil yang Diharapkan dalam Pembelajaran: [Hasit Belajer yang Diharapkan Metode Pembelajaran | En ah RE inca helo oR, | | Member Keteramsttan ee | [rerabanan step Diskus Kelompok,Kunjungan sos | pete a untuk tiap-tiap je Lebih detailnya mengenai strategi pembe!: kompetensi (kom- L., Silberman sebagai berikut: dasar) diuraikan oleh Mel ku mereka Strategi membantu siswa untuk mengui (kompetensi sikap), meliputi: seeing how itis, bilboard ranking (papan ranking), what? so what? now what? (refleksi pengalaman), active self-assesment (penilaian diti secara aktif), dan role models (figur-figur peran). Strategi membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan (kompetensi pengetahuan), meliputi enam kelompok yaitu terdiri dari kelompok strategi untuk kelas penuh (strate- ginya meliputi: inquiring minds what to know, listening team, guided note-taking, lecture bingo, synergetic teaching, guided teaching, meet the guest, acting out, what's my line, video critic); kelompok strategi untuk diskusi kelas (strategi-strateginya meliputi: active debate, town meeting, three-stage fishbowl decision, expanding panel, point counterpoint, perasaan, nilai-nilai, dan peri © Tid, Blo, 175-174 150 Bab 4 | Kompetensi Dasar reading aloud, trial by jury), kelompok strategi untuk pertanyaan singkat (strateginya meliputi: learning starts with a question, planted questions, role revearsal questions), ke- lompok strategi untuk belajar secara kolaboratif (strateginya meliputi: information search, the study group, card sort, learning tournament, the power of two, quiz team), kelompok strategi untuk teman sebaya (strateginya meliputi: group to group, jigsaw learning, every one is a teacher here, pear le se siudies; in the news, poster session), dan kelompok strategi untuk belajar mandiri (strateginya meliputi: imagine, writing in the here and now, mind maps, action learning, learning journals, learning contrats) son, studentcreated c ¢. Strategi membantu siswa mempelajari dan mempraktikkan keterampilan, baik yang ber- sifat teknis maupun nonteknis, yaitu: firing line, active observation and feedback, non threatening role playing, trip| role playing, rotating roles, modelling the way, silent de- monstration, practice-rehearsel pairs, i am the..., curveballs, dan advisory group. Dari uraian di atas, baik merujuk dari pandangan Atwi Suparman, Ridwan Abdullah Sani, Edgar Dale, maupun Melvin L. Silberman, dapat ditarik kesimpulan bahwa kedudukan kompetensi dasar (sebagai tujuan pembelajaran) memiliki hubungan erat dengan metode dan strategi pembelajaran. Tiap jenis KD, baik yang tergolong dalam kelompok kompetensi sikap (spiritual dan sosial), kelompok kompetensi pengetaluan, maupun kelompok kompetensi keterampilan, memiliki metode dan strategi pembelajaran sendiri KD dan metode atau strategi pembelajaran yang digunakan menentukan efektivitas®® maupun elisiensi* pembelajaran Seperti dikatakan Ridwan Abdullah Sani, yakni pembelajaran yang efektif tidak terlepas dari peran guru yang efektif, kondisi pembelajaran yang efektif, keterlibatan peserta didik, dan sumber belajar/lingkungan belajar yang mendukung. Kondisi pembelajaran yang efektif harus mencakup tiga faktor penting, yakni: pertama, motivasi belajar (kenapa perlu belajar); endiri, Keselarasan antara kedua, tujuan belajar (apa yang dipelajari); dan ketiga, kesesuaian pembelajaran (bagaimana cara belaj ® Menueut Popham dan Baker, proses pembelajaran yang efektif pada hakiketnya terjadijika guru dapat mengubah kemampuan dan persepsi siswa dari yang sulit mempelajeri sesuatu menjadi mudah mempelajarinya. Suyanto dan Asep Tisad, Moniadi Guns Profesional: Strategi Meningkathan Kuaikasi dan Kuitas Gur di Era Global, (akearta: Erlang 2015) him. 101 > MeWhorter mendefinisikan eflsiens! sebagal Kemampuan untuk menunjukkan sesuatu dengan sedikit usaha, biay, dan pengeluaran untuk mencapai hasil yang maksimal. Efisiensi mencakup penggunsan waktu dan sumber daya secara efektif untuk menyelesaikan tugas tertentu. Suyanto dan Asep Jihad, Menjadé Gurw Profesional .., hm. 101 = Ridwan Abdullah Sani, fnorasé Pembelajarai hina, 41 a 151 Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu 3. Relasi Kompetensi Dasar dengan Profil Guru yang Dibutuhkan Dalam hubungannya dengan kompetensi dasar dan profil guru yang dibutuhkan, Atwi Suparman mengungkapkan bahwa untuk membelajarkan kompetensi tertentu kepada para siswa dibutuhkan sosok guru yang memiliki_sejumlah kemampuan sebagai berikut:' tik. De- Pertama, guru perlu menguasai bahan pembelajaran dengan baik atau sangat ngan penguasaan bahan pembelajaran itu ia akan mampu tampil dengan meyal pada saat mempresentasikan isi bahan itu maupun pada saat menjawab pertanyaan siswa. Kedua, guru perlu terampil merancang dan melaksanakan strategi pembelajaran, di dalamnya meliputi tahapan dan langkah-langkah pembelajaran yang runtul pada saat menyajikan isi pembelajaran, menggunakan berbagai metode, media, dan alat, mengelola waktu yang telah dialokasikan dengan efisien, dan melakukan upaya-upaya motivasi penguatan dan penghar: gaan (rewards) sepanjang proses pembelajaran. Keterampilan pembelajaran ini diperoleh dari berbagai sumber seperti pelatihan, pengalaman, mencontoh, dan belajar secara manditi Ketiga, guru perlu mampu menggunakan sumber belajar yang tersedia di perpustakaan, peralatan yang tersedia di laboratorium, di ruang pembelajaran, dan/atau mampu men- ciptakan sendiri sumber-sumber belajar lain bila sumber belajar yang ideal tidak tersedi Keempatguru mampu merancang dan menggunakan akat pengukuran yang baik sesuai dengan kompetensi dalam tujuan pembelajaran, Alat pengukuran yang baik dilihat dari va- liditas, reliabilitas, dan kepraktisan penggunaannya.Dan kelima, guru mampu memperoleh dukungen dari tenaga kependidikan dan pengelola satuan pendidikan di tempatnya bekerja. Dukungan dari tenaga kependidikan berupa penyediaan ruangan pembelajaran dan peralat- an yang tersedia, sedangkan dari pimpinan satuan pendidikan mendapatkan keleluasaan berkreasi dan berinovesi (melalui berbagai kebijakan di internal sekolah/madrasah) dalam melaksanakan pembelajaran. Dukungan dari pengelola satuan pendidikan ini sangat penting, sehingga pengajar dapat menggunakan hasil pelatihan dan pengalamannya dalam meneipta- kan secara kreatif berbagai metode, media dan peralatan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Turut menambahkan, Suyanto dan Asep Jihad bahwa untuk bisa membelajarkan kom- petensi kepada para siswa dengan efektifdan efisien dibutuhkan guru dengan sejumlah kom- petensi sebagai berikut: pertama, guru mampu mengajar dan mengembangkan kompetensi siswe; kedua, guru mampu merancang pembelajaran yang menarik;*' ketiga, membangun (oui Suparman, Desain hasteuksional Moder... bln. 75-76, % Menurat Suyanto dan Jihad, pembelojaran menarik adalah pombslajaran yang di dalamaya ada cerite, nya 152 | Bab 4 | Kompetensi Dasar pembelajaran yang menarik berbasis kepercayaan, rasa hormat, optimisme, dan kesengajaan; dan mampu memahami gaya mengajar guru ialah gaya belajar siswa.** 4. Relasi Kompetensi Dasar dengan Manajemen Sekolah/Madrasah Sel lajaran, dengan strategi dan metode pembelajaran, dan dengan guru, kompetensi dasar juga berkaitan dengan manajemen sekolah/madraseh, Menurut Atwi Suparman, hal itu terjadi karena pengajar membutuhkan dukungan dan fasilitasi dari pimpinan satuan pendidikan dengan ketiga hal tersebut, yaitu dengan teknik dan instrumen penilaian pembe- serta layanan dari tenaga kependidikan agar ia mampu membantu peserta didik mencapai kompetensi yang diharapkan.° Atwi Suparman juga mengatakan bahwa manajemen satuan pendi kan sesungguhnya telah mendapat lampu hijau dari kebijakan pendidikan nasional dengan pemberlakuan kuriku- Jum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kebijakan itu bermaksud memberikan kewenangan dan kesempatan berkreasi bagi setiap satuan pendidikan untuk menciptakan kurikulum dan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi masing-masing. Di samping itu, manajemen satuan pendidikan sesungguhnya diberi peluang untuk kreatif dengan pemberlakuan kebijakan na- sional melalui desentralisasi dan otonomi daerah, Otonomi itu memberikan keleluasaan bagi daerah, kabupaten, dan kotamadya untuk melakukan berbagai inovasi dalam penyelenggaraan pendidikan, Dengan kedua kebijakan nasional itu, yaitu kebi nas Pendidikan dan kebijakan KTSP melalui kepala sekolah secara bersama mendapat kesem- kan otonomi daerah melalui Di patan untuk menampilkan kreativitas dan daya inovatifnya untuk melakukan pembaharuan dalam dunia pendidikan termasuk pembaharuan dalam pembelajaran.®? F. LANGKAH PENGEMBANGAN DAN PENYUSUNAN KOMPETENSI DASAR UNTUK RPP TEMATIK TERPADU Dalam segmen terakhir ini akan dijelasken tentang langkah-langkah pengembangan kom- petensi dasar dalam konteks pendekatan tematik-integratif dan cara penyusunan kompetensi tantangan, dan pemenuhan resa ingin ‘ahu siswa, Gurunya santai dan humeris, namun memiliki kesungguhan menjem: btani dan menolong siswa delam mengusassi materi p i menyersnsn Guranya mengerti dan memahami kendisi kami, serta memberikan perhatian penuh pada kelas. Selain ita, gan juga smemberikan kesempatan kepada selurul siswa untuk malu dan berkembang, tidak hanya pada siswa tertenta, ® Suyanto dan Asep jihad, Mend Guru Profesional. lm, 46> 34 Saparman, Desist lasteuksional... hl. 76. Him, 76, sjaram melalui cara-cara sang mudah, copst a 153 Menyusua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu dasar dalam RPP Tematik Terpadu. Dengan demikian, setelah membaca subbab ini Anda dapat memahami sekaligus menguasai tentang prosedur dan mekanisme penyusunan KD dalam RPP Tematik Terpadu, Untuk itu, satu per satu dari pokok bahasan tersebut diuraiken berikut ini. Kompetensi dasar sebagai tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk perilaku yang bersifat umum, sehingga masih sulit diukur ketercapaiannya. Oleh sebab itu, tugas guru dalam mengembangkan program perencanaan salah satunya menjabarkan kompetensi dasar menjadi indikator hasil belajar. Indikator hasil belajar inilah yang menjadi kriteria keberhasilan pencapaian kompetensi dasar.** Dalam menyusun kompetensi dasar yang baru (Kurikulum 2013), dilakukan dengan Jangkab-lar kah sebagai berikut: periama, menyusun kompetensi lulusan yang baru; kedua, n dan mengevaluasi standar kompetensi dan kompetensi dasar lama setiap mata pelaj setiap kelas; ketiga, berdasarkan hasil evaluasi, standar kompetensi dan kompetensi dasar lama harus sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan yang baru dipertahankan; keempat, merevisi standar kompetensi dan kompeten: dasar lama disesuaikan dengan standar kom- petensi lulusan yang baru; keliia, menyusun standar kompetensi dan kompetensi dasar yang baru; dan keenam, menyustin kompetensi ma tensi inti dan kompetensi dasar yang baru. Adapun untuk menyusun kompetensi dasar dalam RPP Tematik Terpadu, langkah- Jangkahnya sebagai berikut: ‘a pelajaran setiap kelas bersumber dari kompe- 1, Melakukan Pemetaan Kompetensi Dasar yang Masuk dalam Jaringan Tema/Subtema Sebagaimana telah disinggung pada Bab 1, tema yang dimaksud di sini yaitu alat atau wahana pemersatu dari kompetensi dasar dari set iap mata pelajaran yang dipadukan.® ‘Tema- tema untuk SD/MI tercantum di dalam Lampiran Permendikbud RI No. 67/2013, misalnya untuk kelas | seperti, Diri Sendiri, Kegemaranku, dan Kegiatanku. ‘Tema ini dipilih dengan beberapa pertimbangan, di antaranya: pertama, kesesuaian tema dengan struktur kurikulum lintas disiplin; kedua, kesesuaian tema dengan perkembangan usia siswa, minat, peristiwa yang paling dekat dengan kehidupan siswa, bahkan konteks lingkungan masyaraket (sosial, ™Wina Sanjaya, Perencanaad dan Desai .., bln. 137, » Sholeh Hidayat, Pengembangatt Kurikudwn Bara .., bm. 144-149. © Menurut Permendikoud RI No, 67/2015 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Daser dan Me. drasah Ibtidaiyah, diseburkan bahwa mata pelajaran yang tidak termasuk dipadukan yaitu Pendidikan Agama dan Budi Poko 154 | aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book.

Anda mungkin juga menyukai