Anda di halaman 1dari 10

11

ZIRAA’AH, Volume 40 Nomor 1, Pebruari 2015 Halaman 11-20 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545

KARAKTERISASI TEPUNG TULANG IKAN BELIDA (Chitala sp.) SEBAGAI SUMBER


KALSIUM DENGAN METODE HIDROLISIS PROTEIN

(Properties of Belida (Chitala sp.) Fish Bone Powder As Calcium Source Based On Protein
Hydrolysis Method)
Hilman Fadhli Putranto1, Andi Noor Asikin2 dan Indrati Kusumaningrum2
1
Mahasiswa Konsentrasi Teknologi Hasil Perikanan Jurusan Budidaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman
2
Teknologi Hasil Perikanan Jurusan Budidaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Mulawarman
Jl. Gunung Tabur No. 1 Kampus Gunung Kelua Samarinda
E-mail: hilman.f.p@hotmail.com

ABSTRACT
Belida (Chitala sp.) bone is one of the waste from amplang processing which not treated
properly yet until now. The aim of this study were to determine the best condition of presto
processing time and boiling frequency by protein hydrolysis method based on based on highest
calcium obtained and to characterize properties of fish bone powder obtained. This study used
Completely Randomized Design (CRD) with four treatment and three replications. Observed
variable in this study were yield moisture content, protein content, fat content, ash content, and
calcium content. The condition of treatment were P2R1 (2 hour presto and once boiling), P2R2
(2 hour presto and twice boiling), P3R1 (3 hour presto and once boiling), and P3R2 (3 hour
presto and twice boiling). The results showed the treatment of P3R2 was the best treatment to
obtain highest calcium content of fish bone powder. The properties of belida bone powder that
P3R2 obtained were 27.77 % of yield, 3.12 % of moisture content, 0.26 % of protein
content,0.91 % of fat content, 88.13% of ash content, and 30.93 % of calcium content.

Keywords: Belida, Boiling Frequency, Calcium, Presto Processing, and Protein Hydrolysis.

PENDAHULUAN Tulang ikan merupakan salah satu limbah


dari industri perikanan yang belum
Ikan belida (Chitala sp.) merupakan
dimanfaatkan dengan baik. Salah satu unit
jenis ikan air tawar yang hidupnya di sungai,
usaha produksi perikanan yang menghasilkan
namun hanya terdapat di beberapa daerah di
limbah tulang ikan adalah unit usaha amplang
Indonesia termasuk Kalimantan Timur. Ikan
yang ada di Samarinda. Tulang ikan terdiri dari
belida merupakan ikan lokal yang cukup
senyawa organik dan senyawa anorganik
disukai oleh masyarakat yang selama ini
(mineral). Menurut Jung et al. (2005), tulang
hanya diperoleh dari usaha penangkapan untuk
ikan hoki (Johnius belengerii) mengandung
memenuhi kebutuhan masyarakat. Biasanya
bahan organik sekitar 30,54% (bk) yang terdiri
ikan belida dipasarkan dalam keadaan segar,
dari protein 28,04%, lipid 1,94% dan
baik untuk kebutuhan rumah makan maupun
karbohidrat 0,56%, sedangkan bahan mineral
untuk bahan baku pengolahan kerupuk dan
anorganiknya sekitar 69,46% (bk) terutama
amplang.
12
ZIRAA’AH, Volume 40 Nomor 1, Pebruari 2015 Halaman 11-20 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545

terdiri dari 59,69% kalsium (Ca) dan 35,81% Metode Penelitian


fosfor (P). Proses pengolahan tepung tulang dalam
Semua bagian dari ikan merupakan penelitian ini merupakan modifikasi dari
komponen organik yang seharusnya masih metode yang telah dilakukan oleh Trilaksani
bisa dimanfaatkan sebagai sumber bahan (2006). Proses pengolahan tulang dalam
pangan hewani. Penanganan limbah industri penelitian ini adalah sebagai berikut:
perikanan selama ini umumnya hanya dikubur
dan diolah menjadi pakan ternak. Tulang ikan a. Pencucian
Tulang ikan belida (Chitala sp.) dalam
merupakan salah satu limbah hasil industri
kondisi beku dilelehkan dengan air mengalir.
perikanan yang belum dimanfaatkan dengan
Selanjutnya tulang dicuci dan ditiriskan.
baik. Salah satu hasil perairan yang kaya akan
kalsium adalah ikan terutama bagian
b. Perebusan tulang
tulangnya. Kalsium dari tulang ikan memiliki Tulang yang diambil dari limbah
kualitas cukup bagus serta mudah diperoleh. pengolahan amplang dimasukkan ke dalam
Salah satu pemanfaatan tulang ikan yaitu panci aluminium pada saat suhu air mencapai
pengolahan menjadi tepung tulang. 80°C. Tulang direbus selama 30 menit.
Pemanfaatan tepung tulang dapat dijadikan Perebusan awal ini dilakukan untuk
suplemen dan obat pencegah osteoporosis mempermudah pembersihan tulang dari
(Jiancong et al. 2010). Selain itu, tepung daging, darah dan lemak yang masih
tulang dapat juga dimanfaatkan dalam menempel pada tulang.
pembuatan mie kering (Mulia 2004).
Penelitian ini bertujuan menentukan c. Pembersihan
kondisi terbaik pada proses pembuatan tepung Tulang yang telah direbus kemudian
tulang ikan belida (Chitala sp.) berdasarkan dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan
karakteristik dan kandungan kalsium tertinggi. daging-daging ikan yang masih menempel
Manfaat penelitian ini adalah bahan informasi pada tulang sampai cukup bersih. Selanjutnya
ilmiah mengenai kandungan kalsium yang tulang yang telah bersih ditiriskan dan
diperoleh dari tepung tulang ikan belida ditimbang sebanyak 200 gram untuk setiap
(Chitala sp.) sebagai sumber kalsium dalam perlakuan.
bidang pangan maupun non pangan.
d. Proses Presto
METODE PENELITIAN Proses presto merupakan proses
pemasakan menggunakan panci bertekanan
Preparasi Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan adalah yang dapat mempercepat lama waktu
tulang ikan belida (Chitala sp.). Tulang ikan pemasakan dibanding tanpa menggunakan
belida diperoleh dari salah satu industri panci presto. Proses presto ini berfungsi untuk
pengerikan ikan di Samarinda. Bahan lain menghilangkan lemak yang terdapat pada
yang digunakan antara lain NaOH, air,. tulang serta mendenaturasi protein. Selain itu,
Peralatan yang digunakan antara lain hotplate, proses presto juga bertujuan untuk
oven, panci aluminium, panci presto (merk mengempukkan tulang ikan sehingga
maxim), blender, timbangan analitik, freezer mempermudah proses penepungan. Tulang
dan termometer. ikan belida (Chitala sp.) yang telah ditimbang
13
ZIRAA’AH, Volume 40 Nomor 1, Pebruari 2015 Halaman 11-20 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545

(200 gram), selanjutnya dilakukan proses h. Pengeringan


presto (P) dengan dua perlakuan lama presto Tulang ikan belida (Chitala sp.)
yaitu 2 jam (P2) dan 3 jam (P3). selanjutnya diletakkan di atas tray yang telah
dilapisi terlebih dahulu dengan lembaran
e. Proses perebusan aluminium foil. Tulang tersebut dikeringkan
Proses perebusan merupakan kelanjutan menggunakan oven pengering selama 48 jam
perlakuan dari penelitian tersebut. Setelah pada suhu 65°C.
tulang ikan dipresto sesuai perlakuan, maka
dilanjutkan dengan proses perebusan (R) i. Penepungan
dengan dua perlakuan frekuensi perebusan, Tepung tulang yang telah kering
yaitu perebusan 1 kali (R1) dan perebusan 2 dihaluskan menggunakan blender dan diayak
kali (R2) dengan lama perebusan untuk setiap menggunakan ayakan tepung.
frekuensi perebusan selama 30 menit.
Perebusan tulang dilakukan dengan cara Rancangan Percobaan
mendidihkan 2 liter air dalam panci aluminium Penelitian ini menggunakan rancangan
dengan suhu 100°C. Selanjutnya, tulang ikan acak lengkap, terdiri dari 4 perlakuan dan 3
dimasukkan dan dibiarkan selama 30 menit. ulangan yaitu P2R1 (lama presto 2 jam,
Setelah direbus selama 30 menit, tulang frekuensi perebusan 1 kali), P2R2 (lama presto
ikan segera diangkat dan ditiriskan (R1). 2 jam, frekuensi perebusan 2 kali), P3R1 (lama
Sedangkan pada perlakuan 2 kali proses presto 3 jam, frekuensi perebusan 1 kali), dan
perebusan (R2), setelah proses perebusan pada P3R2 (lama presto 3 jam, frekuensi perebusan
perlakuan R1 dilanjutkan proses perebusan 2 kali). Data dianalisis keragamannya
kedua dengan cara mengganti air perebusan (ANOVA), dan bila hasilnya menunjukkan
pertama dan direbus dengan cara seperti pada ada beda nyata, dilanjutkan uji Beda Nyata
perlakuan R1. Tulang yang telah menjalani Terkecil (BNT) pada selang kepercayaan 95%
perebusan selama 2 kali, selanjutknya aplikasi Minitab® 17.1.0.
ditiriskan. Prosedur Analisis
Analisis penelitian ini meliputi rendemen,
f. Ekstraksi Basa NaOH komposisi proksimat (kadar air, kadar protein,
Proses ektraksi basa NaOH adalah proses
kadar lemak, kadar abu) dan kalsium. Analisis
perendamanan tulang di dalam larutan NaOH
kadar air menggunakan metode
1,5 N selama 2 jam pada suhu 60°C untuk
thermogravimetri dengan mengacu pada
masing-masing perlakuan. Proses ini bertujuan
AOAC (1995). Kadar protein dianalisis
untuk menghilangkan protein.
menggunakan metode semi mikro Kjeldahl
g. Pencucian berdasarkan AOAC (1995) dengan prinsip
Tulang ikan ditempatkan pada kain saring menghitung kandungan total nitrogen pada
selanjutnya dibilas menggunakan air mengalir. bahan yang selanjutnya dikonversi manjadi
Proses ini berujuan untuk menetralkan pH kadar protein. Analisi kadar lemak mengacu
tulang ikan. pada AOAC (1995). Analisis kadar abu
dihitung dari sisa hasil pembakaran organik
pada suhu 550oC berdasarkan AOAC (1995).
Adapun perhitungan kalsium dilakukan
14
ZIRAA’AH, Volume 40 Nomor 1, Pebruari 2015 Halaman 11-20 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545

menggunakan metode titrasi permanganometri perlakuan lama waktu proses presto dan
berdasarkan Sudarmadji (1984). frekuensi per ebusan terdapat ada beda
nyata(P<0,05). Penurunan rendemen tersebut
HASIL DAN PEMBAHASAN diduga karena semakin banyak komponen
Rendemen nonmineral (air, protein, dan lemak) dalam
Rendemen merupakan suatu parameter bahan akan larut dengan semakin lama waktu
yang paling penting untuk mengetahui nilai yang digunakan (Nabil 2005). Nilai rendemen
ekonomis dan efektivitas suatu proses produk ini jauh lebih tinggi dari nilai rendemen
atau bahan. Perhitungan rendemen tepung tulang ikan hasil penelitian Trilaksani
berdasarkan presentase perbandingan antara (2006) yang sebesar 28,85% dan Apriliani
berat akhir dengan berat awal proses. Semakin (2010) yang hanya sebesar 8,85%. Rendemen
besar rendemennya maka semakin tinggi pula yang tertinggi belum tentu akan menghasilkan
nilai ekonomis produk tersebut, begitu pula kadar kalsium tertinggi, tetapi ditentukan juga
nilai efektivitas dari produk tersebut (Amiarso oleh faktor-faktor lain seperti rendahnya
2003). Hasil pengamatan rendemen tepung kandungan protein dalam bahan
tulang ikan belida disajikan pada Gambar 1. (Murtiningrum 1997).
Hasil analisis ragam yang dilakukan
terhadap rendemen menunjukkan bahwa

70.00 63.66a
60.00
47.43b
Rendemen (%)

50.00
40.00
27.78c 27.77c
30.00
20.00
10.00
0.00
P2R1 P2R2 P3R1 P3R2
Perlakuan
Keterangan:
P2R1: Pemrestoan 2 jam perebusan 1 kali P3R1: Pemrestoan 3 jam perebusan 1 kali
P2R2: Pemrestoan 2 jam perebusan 2 kali P3R2: Pemrestoan 3 jam perebusan 2 kali
Angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan ada beda nyata (P<0,05)

Gambar 1. Histogram lama waktu proses presto dan frekuensi perebusan terhadap rendemen tepung
tulang ikan belida

Kadar Air pangan (Martinez et al. 1998). Hasil


Kadar air bahan pangan merupakan pengamatan kadar air tepung tulang ikan
jumlah air yang dikandung bahan pangan dan belida disajikan pada Gambar 2.
sangat berpengaruh pada mutu dan keawetan
15
ZIRAA’AH, Volume 40 Nomor 1, Pebruari 2015 Halaman 11-20 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545

4.50 3.99a 3.84a


4.00
3.50 3.30a 3.12a

Kadar Air (%)


3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
P2R1 P2R2 P3R1 P3R2
Perlakuan
Keterangan:
P2R1: Pemrestoan 2 jam perebusan 1 kali P3R1: Pemrestoan 3 jam perebusan 1 kali
P2R2: Pemrestoan 2 jam perebusan 2 kali P3R2: Pemrestoan 3 jam perebusan 2 kali
Angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan ada beda nyata (P<0,05)

Gambar 2. Histogram lama waktu proses presto dan frekuensi perebusan terhadap kadar air tepung
tulang ikan belida

Hasil analisis ragam yang dilakukan pembangun dan pengatur (Winarno 1997).
terhadap kadar air menunjukkan bahwa Dalam pembuatan tepung tulang ikan, kadar
perlakuan yang diberikan tidak menunjukkan protein dihilangkan semaksimal mungkin
beda nyata (P>0,05) dalam menurunkan kadar dengan proses hidrolisis protein. Penghilangan
air tepung tulang ikan. Tepung tulang ikan protein bertujuan untuk meningkatkan kadar
belida (Chitala sp.) yang dihasilkan mineral/abu yang terkandung dalam tepung.
mengandung kadar air yang lebih rendah dari Hasil pengamatan kadar protein tepung tulang
nilai tepung tulang tuna oleh Trilaksani ikan belida disajikan pada Gambar 3.
(2006), yaitu sebesar 5,60% bk namun, lebih Hasil analisis ragam yang dilakukan
tinggi dari tepung tulang nila pada penelitian terhadap rendemen menunjukkan bahwa
Hemung (2013), yaitu sebesar 2.46% bk. perlakuan lama waktu proses presto dan
Perbedaan kadar air yang diperoleh sangat frekuensi per ebusan terdapat ada beda
dipengaruhi oleh metode pembuatan tepung nyata(P<0,05). Kadar protein tepung tulang
dan teknik pengeringan tulang serta jenis ikan ikan yang diperoleh cukup rendah, berada di
yang digunakan. Kadar air tepung tulang ikan bawah kadar protein tepung tulang ikan tuna
belida masih berada pada kisaran standar yang yang diperoleh dalam penelitian Apriliani
ditetapkan SNI. Berdasarkan Standar Nasional (2010) sebesar 33,50% yang tidak
Indonesia (SNI 01-3158-1992), tepung tulang menggunakan metode hidrolisis protein dalam
memiliki kadar air maksimal 8%. Produk proses pembuatan tepung tulang. Namun,
dengan kadar air yang rendah akan Hemung (2013) yang juga menggunakan
mempunyai daya awet yang lebih lama. metode hidrolisis protein memperoleh kadar
protein sebesar 14,81% pada tepung tulang
Kadar Protein ikan nila. Walau demikian, kadar protein hasil
Protein merupakan suatu zat makanan penelitian ini masih lebih tinggi dibandingkan
yang penting bagi tubuh karena zat ini kadar protein yang diperoleh Trilaksani (2006)
disamping berfungsi sebagai bahan bakar sebesar 1,29% pada tepung tulang ikan tuna
dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat dengan metode hidrolisis protein.
16
ZIRAA’AH, Volume 40 Nomor 1, Pebruari 2015 Halaman 11-20 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545

16.00 14.25a
14.00

Kadar Protein (%)


12.00 11.00b
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00 0.22c 0.26c
0.00
P2R1 P2R2 P3R1 P3R2
Perlakuan
Keterangan:
P2R1: Pemrestoan 2 jam perebusan 1 kali P3R1: Pemrestoan 3 jam perebusan 1 kali
P2R2: Pemrestoan 2 jam perebusan 2 kali P3R2: Pemrestoan 3 jam perebusan 2 kali
Angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan ada beda nyata (P<0,05)

Gambar 3. Histogram lama waktu proses presto dan frekuensi perebusan terhadap kadar protein
tepung tulang ikan Belida

Kadar Lemak rancidity sebagai akibat oksidasi lemak


Kadar lemak yang rendah membuat mutu (Almatsier 2002). Sehingga, kadar lemak
relatif lebih stabil dan tidak mudah rusak. tepung tulang ikan, kadar lemak yang lebih
Kadar lemak yang tinggi dapat menyebabkan rendah lebih diharapkan. Hasil pengamatan
tepung mempunyai citarasa ikan (fish taste) kadar lemak tepung tulang ikan belida
dan menyebabkan terjadinya oxydative disajikan pada Gambar 4.

1.00 0.91a
0.86a
0.80
Kadar Lemak (%)

0.60 0.50b
0.38b
0.40

0.20

0.00
P2R1 P2R2 P3R1 P3R2
Keterangan: Perlakuan
P2R1: Pemrestoan 2 jam perebusan 1 kali P3R1: Pemrestoan 3 jam perebusan 1 kali
P2R2: Pemrestoan 2 jam perebusan 2 kali P3R2: Pemrestoan 3 jam perebusan 2 kali
Angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan ada beda nyata (P<0,05)

Gambar 4. Histogram lama waktu proses presto dan frekuensi perebusan terhadap kadar lemak
tepung tulang ikan Belida

Hasil analisis ragam yang dilakukan (P<0.05) terhadap kadar lemak tepung tulang
terhadap kadar lemak menunjukkan bahwa ikan yang diperoleh. Kadar lemak tepung
perlakuan lama waktu proses presto dan tulang ikan belida (Chitala sp.) pada penelitian
frekuensi perebusan menunjukkan ada beda ini rendah dibandingkan dengan penelitian
17
ZIRAA’AH, Volume 40 Nomor 1, Pebruari 2015 Halaman 11-20 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545

terdahulu, kadar lemak tepung tulang nila ikan merupakan asam lemak tak jenuh. Asam
(Hemung 2013) yang sebesar 5.82%, tepung lemak dalam tepung tulang ikan tersebut pada
tulang tuna (Trilaksani 2006) sebesar 4.13% beberapa spesies ditemukan mengandung
dan tepung tulang patin (Kaya 2008) yang asam lemak tak jenuh hampir 80%.
sebesar 2.09%. Standar Nasional Indonesia
(SNI 01-3158-1992) kadar lemak untuk Kadar Abu
tepung tulang ikan ditetapkan untuk mutu I Analisis kadar abu bertujuan untuk
adalah 3% bb dan mutu II sebesar 6% bb. menentukan kadar abu total dan kandungan
Merujuk dari standar tersebut, maka kadar masing-masing mineral yang terdapat dalam
lemak tepung tulang ikan belida hasil tepung tulang ikan. Kandungan abu dalam
penelitian ini termasuk ke dalam mutu I. bahan pangan menunjukkan jumlah bahan
Phleger (1975) dalam Hemung (2013) anorganik yang tersisa setelah bahan organik
menyatakan bahwa pada penelitian terdahulu didestruksi (Sulaeman et al. 1995). Hasil
telah melaporkan lemak mengisi tulang, pengamatan kadar lemak tepung tulang ikan
khususnya tulang utama rangka ikan, yang belida disajikan pada Gambar 5.
terdiri dari banyak sendi tulang. Bahkan lemak Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
tersebut tidak dapat dilepaskan dengan mudah, perbedaan perlakuan yang diberikan tidak
karena merupakan ikatan kompleks, dan susah berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap
dihilangkan hanya dengan merendam tulang meningkatkan kadar abu tepung tulang ikan
dalam larutan alkali (Lee et al. 1975 dalam belida (Chitala sp.). Hasil analisis ragam yang
Hemung 2013). Toppe (2007) menyatakan dilakukan terhadap kadar kalsium
bahwa kadar lemak dalam tulang erat menunjukkan bahwa perlakuan lama waktu
kaitannya dengan lemak tubuh setiap spesies, proses presto dan frekuensi perebusan
dan biasanya ikan yang besar dan dewasa memberikan hasil yang berbeda nyata
mengandung lemak yang tinggi. asam lemak (P<0,05) terhadap kadar kalsium.

100.00
88.52a 88.13a
76.79a 80.02a
Kadar Abu (%)

75.00

50.00

25.00

0.00
P2R1 P2R2 P3R1 P3R2
Perlakuan
Keterangan:
P2R1: Pemrestoan 2 jam perebusan 1 kali P3R1: Pemrestoan 3 jam perebusan 1 kali
P2R2: Pemrestoan 2 jam perebusan 2 kali P3R2: Pemrestoan 3 jam perebusan 2 kali
Angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan ada beda nyata (P<0,05)

Gambar 5. Histogram lama waktu proses presto dan frekuensi perebusan terhadap kadar abu tepung
tulang ikan belida

Berdasarkan hasil penelitian ini, kadar hasil penelitian sebelumnya. Sari (2013),
kaslsium masih lebih tinggi dibandingkan dalam penelitian tersebut menggunakan ikan
17
ZIRAA’AH, Volume 40 Nomor 1, Pebruari 2015 Halaman 11-20 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545

lele untuk pembuatan tepung tulang yang sebagai bahan baku pembuatan tepung tulang
menghasilkan kadar kalsium sebesar 13,48% ikan dengan kadar kalsium sebesar 16,50%.
dan Kuryanti (2010) menggunakan ikan gabus
Kadar abu hasil penelitian ini lebih tinggi Kadar Kalsium
dibandingkan kadar abu yang diperoleh Kalsium merupakan unsur kelima dan
Apriliani (2010) pada penelitiannya terhadap kation terbanyak di dalam tubuh, yaitu 1,5-2%
tepung tulang patin yaitu sebesar 33,5%.
dari seluruh tubuh. Lebih dari 99% kalsium
Sedangkan, Trilaksani (2006) pada tepung
tulang tuna dan Hemung (2013) pada tepung terdapat di dalam tulang rawan dan gigi,
tulang nila, berturut-turut memperoleh kadar sisanya di dalam cairan tubuh dan jaringan
abu sebesar 84,22% dan 75.83%. Kandungan lunak (Nasoetion et al. 1995). Hasil
abu yang tinggi dalam tepung tulang pengamatan kadar lemak tepung tulang ikan
disebabkan karena komponen utama penyusun belida disajikan pada Gambar 6.
tulang adalah mineral. Tulang mengandung
sel-sel hidup dan matriks intraseluler dalam
bentuk garam mineral.

40.00
29.00b 27.67c 28.84b 30.93a
30.00
Kadar Kalsium (%)

20.00

10.00

0.00
P2R1 P2R2 P3R1 P3R2
Keterangan: Perlakuan
P2R1: Pemrestoan 2 jam perebusan 1 kali P3R1: Pemrestoan 3 jam perebusan 1 kali
P2R2: Pemrestoan 2 jam perebusan 2 kali P3R2: Pemrestoan 3 jam perebusan 2 kali
Angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan ada beda nyata (P<0,05)

Gambar 6. Histogram lama waktu proses presto dan frekuensi perebusan terhadap kadar abu tepung
tulang ikan belida

Kadar kalsium yang diperoleh dalam KESIMPULAN DAN SARAN


penelitian ini sedikit lebih rendah dibanding Kesimpulan
dengan kadar kalsium tepung tulang ikan tuna Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
sebesar 39,24% hasil penelitian Trilaksani disimpulkan bahwa perlakuan P3R2 (lama
(2006). Standar Nasional Indonesia (SNI 01- proses presto 3 jam dan perebusan 2 kali)
3158-1992) kadar kalsium untuk tepung tulang merupakan perlakuan terbaik untuk
ikan ditetapkan untuk mutu I adalah 30% bb menghasilkan tepung tulang ikan belida
dan mutu II sebesar 20% bb. Merujuk dari (Chitala sp.) dengan kadar kalsium tertinggi
standar tersebut, maka kadar kalsium tepung yaitu sebesar 30,93% dengan rendemen
tulang ikan belida hasil penelitian ini termasuk sebesar 27,77%. Karakteristik kimiawi tepung
ke dalam mutu I dan mutu II. tulang yang dihasilkan pada perlakuan terbaik
19
ZIRAA’AH, Volume 40 Nomor 1, Pebruari 2015 Halaman 11-20 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545

meliputi kadar air 3,12%, kadar protein 0,26%, Jiancong, H., Shanggui, D., Chao, X.,
kadar lemak 0,91%, dan kadar abu 88,13%. Guozhong, T., 2010. Preparation and
biological efficacy of haddock bone
Saran calcium tablets. Chinese Journal of
Berdasarkan hasil penelitian ini perlu Oceanology and Limnology. Vol. 28(2):
adanya penelitian lanjutan mengenai aplikasi 371-378. DOI: 10.1007/s00343-010-
penggunaan tepung tulang ikan belida yang 9019-0
kaya kalsium sebagai fortifikasi dalam
Minitab, Inc., 2014. Minitab Statistical
pengolahan pangan maupun non pangan. Software, Release 17 for Windows,
State College, Pennsylvania. Minitab®
DAFTAR PUSTAKA
is a registered trademark of Minitab, Inc.
[AOAC] Association of Official Analytical
and Chemists. 1995. Official Methods of Mulia. 2004. Kajian potensi limbah tulang
Analysis the 16th ed. Virginia: Inc. ikan patin (Pangasius sp) sebagai
Arlington. alternatif sumber kalsium dalam produk
mi kering. Skripsi. Bogor: Fakultas
Amiarso., 2003. Pengaruh penambahan daging Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.
ikan kambing-kambing (Abalistes
steilatus) terhadap mutu kerupuk Murtiningrum. 1997. Ekstraksi kalsium dari
gemblong khas Kuningan Jawa Barat. tulang ikan Cakalang (Katsuwonus
Skripsi. Bogor: Fakultas Perikanan dan pelamis L) dengan teknik deproteinasi
Ilmu Kelautan, IPB [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi
Pertanian, IPB.
Apriliani, IS., 2010. Pemanfaatan Tepung
Tulang Ikan Patin (Pangasius Nabil, M. 2005. Pemanfaatan Limbah tulang
hypophtalmus) Pada Pembuatan Cone Ikan Tuna (Thunnus sp.) Sebagai
Es krim. Skripsi. Bogor: IPB. Sumber Kalsium Dengan Metode
Hidrolsis Protein. Skripsi. Bogor:
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1992. Program Studi Teknologi Hasil
Standar Nasional Indonesia 01-3158. Perikanan. IPB
Tepung tulang untuk bahan baku
makanan ternak. Jakarta. Trilaksani, W., Salamah E. & Nabil, M. 2006.
Pemanfaatan Limbah Tulang Ikan Tuna
Jung WK, Park PJ, Byun HG, Moon SH, Kim (Thunnus sp.)Sebagai Sumber Kalsium
SK. (2005). Preparation of hoki (Johnius Dengan Metode Hidrolisis Protein.
belengerii) bone oligophosphopeptide Buletin Teknologi Hasil Perikanan. Vol.
with a high affinity to calcium by 9(2): 34-45
carnivorous intestine crude proteinase.
Food Chem 91: 333-340. Toppe, S. Albrektsen, B. Hope, and Aksnes,
A., 2007. Chemical composition,
Hemung, B., 2013. Properties of Tilapia Bone mineral content and amino acid and lipid
Powder and Its Calcium Bioavailability profiles in bones from various fish
Based on Transglutaminase Assay. species. Comparative Biochemical and
International Journal of Bioscience, Physiology, vol. 146B: 395-401.
Biochemistry and Bioinformatics.
Vol.3(4)306-309. DOI: 10. 7763/IJBBB.
2013. V3.219
20
ZIRAA’AH, Volume 40 Nomor 1, Pebruari 2015 Halaman 11-20 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545

Sudarmadji,Slamet. 1984. Prosedur Analisa Diktat Jurusan Gizi Masyarakat dan


untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Kesehatan Keluarga. Bogor: Fakultas
Yogyakarta: Liberty. Pertanian, IPB.

Sulaeman A, Anwar F, Rimbawan, Marliyati


SA. 1995. Metode Penetapan Zat Gizi.

Anda mungkin juga menyukai