Anda di halaman 1dari 8

1 Spesifikasi metode

Seperti yang dikutip dalam buku “The Professional Management” oleh Louis A.
Alen Fungsi utama manajemen sebagai berikut:

1 . Memimpin (Leading)
1. Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan
yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang
sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan
kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-
kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa.
Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh
pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan
daya tarik yang amat besar.

2. Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik


Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan
dengan sifat-sifat sebagai berikut: (1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia
yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka
bersikap terlalu melindungi, (3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk mengambil keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah
memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan
atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk
mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu bersikap maha
tahu dan maha benar.
Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan
paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat
sikap over-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang
yang berlebih lebihan.

3. Tipe Kepemimpinan Militeristik


Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter.
Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah: (1) lebih banyak
menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali
kurang bijaksana, (2) menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3) sangat
menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang
berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya, (5)
tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya, (6)
komunikasi hanya berlangsung searah.

4. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)


Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (1) mendasarkan diri pada
kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu berperan
sebagai pemain tunggal, (3) berambisi untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan
kebijakan selalu ditetapkan sendiri, (5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang
mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan, (6) semua pujian dan
kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi, (7) adanya
sikap eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara absolut, (9) sikap dan prinsipnya
sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10) pemimpin ini akan bersikap baik pada
bawahan apabila mereka patuh.

5. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire


Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan
kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi
sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus
dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak
memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak
buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana
kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara
penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang
dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.

6. Tipe Kepemimpinan Populistis


Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal,
tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri.
Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.

7. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif


Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan
tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-
teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika
modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan
birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan
adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan
perkembangan sosial ditengah masyarakat.

8. Tipe Kepemimpinan Demokratis


Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang
efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan,
dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama
yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan
tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan
nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan
bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif
mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.

Tugas seorang manajer adalah agar orang lain bertindak untuk tujuan organisasi.
fungsi ini meliputi:

 mengambil keputusan (decision maker);


Di sisi lain, ada pula pembagian jenis keputusan berdasarkan pihak pengambil keputusan,
yaitu:

1. Keputusan strategis

Setiap organisasi melahirkan berbagai kebijakan atau keputusan organisasional. Kebijakan


dan arah organisasi merupakan keputusan strategis. Kebijakan dan arah yang dimaksud adalah
keputusan-keputusan apasaja yang telah diambil dalam organisasi yang membawa organisasi
tersebut mencapai arah tujuan bersama dalam organisasi.

2. Keputusan operasional

Adapun keputusan organisasional menyangkut pengelolaan organisasi sehari-hari. Keputusan


operasional sangat menentukan efektivitas keputusan strategis yang dimabil oleh para manajer
puncak (Drummond, 1995). Keputusan operasional ini dilakukan untuk menjalankan kegiatan
organisasi sehari-hari atau dilakukan dalam rutinitas organisasi demi berjalannya organisasi
tersebut.

Ada pula jenis keputusan yang berdasarkan masalah yang dihadapi, yaitu:

1. Keputusan yang diprogramkan (program decision)

Keputusan ini merupakan keputusan yang berulang dan telah ditentukan sebelumnya, dalam
keputusan terprogram prosedur dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang
dialami organisasi. Keputusan terprogram memiliki struktur yang baik karena pada umumnya
kriteria bagaimana suatu kinerja diukur sudah jelas, informasi mengenai kinerja saat ini
tersedia dengan baik, terdapat banyak alternatif keputusan, dan tingkat kepastian relatif yang
tinggi. Tingkat kepastian relatif adalah perbandingan tingkat keberberhasilan antara 2
alternatif atau lebih. Keputusan ini merupakan keputusan yang baik karena tedapat langkah-
langkah pengambilan keputusan yang tertata sehingga dapat memudahkan dalam pengambilan
keputusan.

2. Keputusan yang tidak diprogramkan (non-programmed decision)

Keputusan ini belum ditetapkan sebelumnya dan pada keputusan tidak terprogram tidak ada
prosedur baku yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Keputusan ini
dilakukan ketika organisasi menemui masalah yang belum pernah mereka alami sebelumnya,
sehingga organisasi tidak dapat memutuskan bagaimana merespon permasalahan tersebut,
sehingga terdapat ketidakpastian apakah solusi yang diputuskan dapat menyelesaikan
permasalahan atau tidak, akibatnya keputusan tidak terprogram menghasilkan lebih sedikit
alternatif keputusan dibandingkan dengan keputusan terprogram selain itu tingginya
kompleksitas dan ketidakpastian keputusan tidak terprogram pada umumnya melibatkan
perencanaan strategik. Jadi keputusan ini muncul dikarenakan adanya masalah baru yang
belum pernah terjadi atau belum terdapat pengalaman terhadap masalah tersebut.

Ada pula jenis keputusan yang berdasarkan gaya pengambilan keputusan, yaitu:

1. Gaya direktif
Pembuat keputusan gaya direktif mempunyai toleransi rendah pada ambiguitas, dan
berorientasi pada tugas dan masalah teknis. Pembuat keputusan ini cenderung lebih efisien,
logis, pragmatis dan sistematis dalam memecahkan masalah. Pembuat keputusan direktif juga
berfokus pada fakta dan menyelesaikan segala sesuatu dengan cepat. Mereka berorientasi
pada tindakan, cenderung mempunyai fokus jangka pendek, suka menggunakan kekuasaan,
ingin mengontrol, dan segan menampilkan gaya kepemimpinan otokratis. Keputusan ini
diambil dengan tujuan menyelesaikan masalah secepat mungkin dan seefektif mungkin dan
cenderung berlangsung dalam jangka pendek.

2. Gaya analitik

Pembuat keputusan gaya analitik mempunyai toleransi yang tinggi untuk ambiguitas dan
tugas yang kuat serta orientasi teknis. Jenis ini suka menganalisis situasi pada kenyataannya,
mereka cenderung terlalu menganalisis sesuatu. Mereka mengevaluasi lebih banyak informasi
dan alternatif darpada pembuat keputusan direktif. Mereka juga memerlukan waktu lama
untuk mengambil kepuputusan mereka merespons situasi baru atau tidak menentu dengan
baik. Mereka juga cenderung mempunyai gaya kepemimpinan otokratis. Keputusan dengan
gaya ini diambil dengan sebelumnya menganalisis informasi yang ada mengenai masalah
tersebut secara mendalam supaya keputusan yang akan diambil tepat walaupun dalam proses
analisisnya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

3. Gaya konseptual

Pembuat keputusan gaya konseptual mempunyai toleransi tinggi untuk ambiguitas, orang
yang kuat dan peduli pada lingkungan sosial. Mereka berpandangan luas dalam memecahkan
masalah dan suka mempertimbangkan banyak pilihan dan kemungkinan masa mendatang.
Pembuat keputusan ini membahas sesuatu dengan orang sebanyak mungkin untuk mendapat
sejumlah informasi dan kemudian mengandalkan intuisi dalam mengambil keputusan.
Pembuat keputusan konseptual juga berani mengambil risiko dan cenderung bagus dalam
menemukan solusi yang kreatif atas masalah. Akan tetapi, pada saat bersamaan, mereka dapat
membantu mengembangkan pendekatan idealistis dan ketidakpastian dalam pengambilan
keputusan. Dalam keputusan ini tersedia banyak pilihan keputusan yang dapat diambil
sehingga memudahkan proses pengambilan keputusan.

4. Gaya perilaku

Pembuat keputusan gaya perilaku ditandai dengan toleransi ambiguitas yang rendah, orang
yang kuat dan peduli lingkungan sosial. Pembuat keputusan cenderung bekerja dengan baik
dengan orang lain dan menyukai situasi keterbukaan dalam pertukaran pendapat. Mereka
cenderung menerima saran, sportif dan bersahabat, dan menyukai informasi verbal daripada
tulisan. Mereka cenderung menghindari konflik dan sepenuhnya peduli dengan kebahagiaan
orang lain. Akibatnya, pembuat keputusan mempunyai kesulitan untuk berkata ‘tidak’ kepada
orang lain, dan mereka tidak membuat keputusan yang tegas, terutama saat hasil keputusan
akan membuat orang sedih. Pada keputusan ini menitik beratkan pengambilan keputusan
dengan perasaan dimana keputusan ini menghormati berbagai aspirasi yang ada dalam proses
pengambilan keputusan.

Kesimpulannya menurut saya : dari jenis-jenis keputusan adalah jenis-jenis keputusan bisa
ditentukan dari banyak hal ada yang ditentukan berdasarkan waktu pelaksanaannya yaitu
sesuai dengan seberapa sering keputusan digunakan. Terdapat pula keputusan yang dilihat
brdasarkan pihak yang mengambil keputusan dimana dibutuhkan keputusan yang strategis
dan keputusan yang bersifat operasional dari manajemen tingkat atas supaya tujuan dari
organisasi dapat terealisasikan. Setelah itu keputusan yang dilihat dari masalah yang dihadapi
dengan keputusan yang telah diprogramkan yang memilki berbagai alternative pilihan
keputusan yang akan diambil dan keputusan yang tidak terprogram karena belum mempunyai
pengalaman terhadap permasalahan yang baru dihadapi, sehingga tidak terdapat banyak
pilihan dalam mengambil keputusan. Dan yang terakhir keputusan berdasarkan gaya
pengambilan keputusan yaitu pengambilan keputusan yang menggunakan gaya yang efisien,
logis, pragmatis dan sistematis sehingga keputusan dapat diambil dan diimplementasikan
dengan cepat namun tidak lupa sebelum menentukan keputusan yang akan diambil akan lebih
baik jika dapat menganalisis informasi yang ada terlebih dahulu. Jika informasi telah dianalisa
maka akan muncul banyak pilihan dalam pengambilan keputusan yang akan mempermudah
proses pengambilan keputusan. Namun dalam pengambilan keputusan dibutuhkan gaya yang
menjunjung rasa toleransi dan menghargai pendapat yang diajukan orang lain sebagai
langkah-langkah pengambilan keputusan supaya keputusan dapat sesuai dengan tujuan
organisasi.

 melakukan komunikasi (communicating);


 memberikan motivasi (motivating);
 memilih orang-orang (selecting people);
 mengembangkan orang lain (developing people)
melalui penilaian hasil kinerja, memberikan saran
dan pemberian latihan atau training.

2. Merencanakan (Planning)

Tugas dan kegiatan utama pencanaan meliputi :

 Forecasting atau meramalkan untuk waktu yang akan datang;


 Membuat target dan sasaran (seat goal or targeting);
 Programming (membuat acara) membuat rencana urutan kegiatan yang
diperlukan untuk pencapaian target;
 Schedulling (mengatur urutan waktu pelaksanaan atau time table);
 Budgeting (menyusun rencana anggaran biaya);
 Membuat Standard Operating Procedure (SOP) tentang pelaksanaan
pekerjaan;
 Estabilishing and Interpreting Policies (menetapkan dan menafsirkan
kebijakan-kebijakan pelaksanaan pekerjaan)

3. Menyusun (Organizing)

Kegiatan mengatur dan menghubungkan suatu pekerjaan sehingga dilaksanakan


lebih efektif dan efisien meliputi:

 Design Organization Structure (Desain Struktur Organisasi),


 Menentukan job description dari masing-masing jabatan untuk mencapai
sararan organisasi;
 Delegating Responsibility and Authority (mendelegasikan tanggung jawab
dan wewenang) menetapkan pertangungjawaban untuk hasil yang dicapai;
 Estabilishing Relationship (menetapkan hubungan-hubungan yang
membedakan antara atasan dan staff);
 Mendeskripsikan hal-hal yang dianggap efektif sehubungan dengan
pemanfaatan sumber daya manusia guna pencapaian sasaran.

4. Mengawasi (Controlling)

Melakukan pengawasan, pengendalian dan pengamatan meliputi:

 Developing Performance Standard (perkembangan pekerjaan);


 Measuring Performance (pengukuran hasil pekerjaan);
 Taking Corrective Action (melakukan tindakan perbaikan dan mengoreksi
kesalahan)

Setiap fungsi manajemen atau seorang manajer harus mempunyai keempat


keahlian diatas dan harus mampu menerapkannya dalam suatu kegiatan
organisasi yang terpadu untuk mencapai tujuan utama perusahaan sesuai dengan
prinsip manajemen.

Tingkatan Level Manajemen


Pada umumnya tingkatan atau level manajemen terdiri dari beberapa bagian
yaitu:

1. Top Management, terdiri dari Board of Director atau Chief of Executive, dan
Senior Executive
2. Midle Management; terdiri dari Departement of Division Head
3. Lower Management; terdiri dari Superintenden, General Foreman, dan
Supervisor

Jika dilihat dari sisi kemampuan berfikir dan manajerial maka semakin tinggi
tingkat kedudukan seseorang dalam suatu organisasi maka akan akan dituntut
kemampuannya dalam hal: Konseptual atau membuat konsep tentang arah dan
tujuan akhir organisasi yang ingin dicapai.

Menentukan Strategi, Menguasai dan memahami konsep secara Makro, demikian


sebaliknya semakin rendah kedudukan seseorang yang dituntut darinya adalah
kemampuan dalam hal : teknis operasional, dan kemampuan secara mikro.

2 Umum
 Kekuatan
Kelebihan dari organisasi?
Apa yang membuat organisasi lebih baik dari organisasi lainnya?
Keunikan dari organisasi?
Penyebab mendapatkan penjualan?
Apa yang konsumen lihat/rasakan?
 Kelemahan
Apa yang harus ditingkatkan dlm organisasi?
Apa yang harus dihindari?
Faktor yang menyebabkan kehilangan penjualan?
Kelemahan yang dilihat konsumen?
Pesaing yang lebih baik?
 Peluang
Kesempatan PT?
Perkembangan tren?
 Ancaman
Hambatan yang dihadapi?
Yang dilakukan pesaing organisasi?
3 M5 (Marketing)
Memiliki anak perusahaan di bidang kesehatan
Klinik yang sudah dikenal
Kegiatan promosi
Kebutuhan masyarakat
Teknologi/ promosi dalam bentuk internet
Adanya pesaing
Isu terhadap lingkungan

Anda mungkin juga menyukai