Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum

Fisiologi Tumbuhan

PENGARUH ANGIN DAN SUHU TERHADAP TRANSPIRASI

NAMA : CHALIL GIBRAN MURYADI


NIM : G011181027
KELAS : FISIOLOGI TUMBUHAN E
KELOMPOK : 16
ASISTEN : ADYA NOVITA APRILYANI, S.P.

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Air merupakan salah satu faktor penentu bagi berlangsungnya kehidupan
tumbuhan. Banyaknya air yang ada di dalam tubuh tumbuhan selalu mengalami
fluktuasi tergantung pada kecepatan proses masuknya air ke dalam tubuh tumbuhan,
kecepatan proses penggunaan air oleh tumbuhan, dan kecepatan proses hilangnya air
dari tubuh tumbuhan. Proses kehilangan air pada tumbuhan ini disebut transpirasi.
Pada transpirasi, hal yang penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di
dalam daun ke udara kering di luar daun (Hamim, 2008).
Proses hilangnya air atau transpirasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik
faktor internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi daya hisap tanaman
terhadap air dan kapilaritas tanaman itu sendiri, sedangkan faktor eksternal meliputi
angin dan pergerakan udara, cahaya, kelembaban udara dan ketersediaan air dalam
tanah yang mampu diserap oleh tanaman. Hal ini yang banyak tidak diperhatikan bagi
para pelaku pertanian, bahwa jika proses ini terganggu ataupun terhambat akibat
suatu hal, maka proses pertumbuhan dan perkembangan yang diusahakan akan tidak
optimal sehingga memunculkan peluang untuk gagal (Fathur et al, 2015).
Pada pagi hari, laju transpirasi akan meningkat dengan cepat, puncak laju
transpirasi ini terjadi pada siang hari, sedangkan pada malam hari laju transpirasi
tidak terjadi sama sekali. Cepat lambatnya proses transpirasi ditentukan oleh faktor-
faktor yang mampu merubah air menjadi uap atau gas dan faktor yang mampu
menyebabkan pergerakan uap atau gas. Disamping itu, luas permukaan jaringan
epidermis atau luka tempat proses transpirasi berlangsung juga ikut berperan dalam
meningkatkan laju transpirasi (Izza et al, 2014).
Salah satu bentuk dalam usaha mengoptimalkan pertumbuhan dan
perkembangan melalui transpirasi yaitu memilih areal pertanaman yang
memungkinkan udara dapat bersirkulasi dengan baik dengan menghindari areal yang
dikelilingi oleh tanaman tinggi ataupun bangunan. Selain itu, cahaya yang jatuh pada
tajuk tanaman haruslah disesuaikan terhadap kebutuhan tanaman yang diusahakan
dan konsentrasi air dalam tanah harus dijaga dengan baik agar menstimulasi
pergerakan air dan hara dari tanah ke tanaman menjadi baik pula (Fathur et al, 2015).
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan praktikum angin dan suhu
terhadap transpirasi pada tanaman sampel dengan berbagai perlakuan, guna
mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan terhadap laju transpirasi pada
tanaman.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum pengaruh suhu dan angin terhadap transpirasi adalah
sebagai berikut.
1. Dapat menemukan fakta tentang terjadinya transpirasi.
2. Mengamati pengaruh angin, suhu, kelembaban dan cahaya terhadap laju
transpirasi.
3. Membuktikan perbedaan laju transpirasi pada setiap perlakuan.
4. Menghitung jumlah air yang digunakan oleh tanaman perluas daun tanaman.
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar kita dapat lebih memahami proses
terjadinya transpirasi dan pengaruh angin, suhu, kelembaban dan cahaya terhadap laju
transpirasi pada tanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daun
Daun merupakan Salah satu organ yang sangat memegang peranan penting
dalam kehidupan tumbuhan, Karena pada daun terjadi proses fotosintesis yang
menghasilkan berbagai bahan makanan untuk pertumbuhan. Fotosintesis dapat
berlangsung di daun karena daun memiliki jaringan parenkim yang mengandung
klorofil. Selain klorofil, pada daun terdapat kloroplas (sel pembentuk klorofil),
epidermis, dan berkas pembuluh angkut (xilem dan floem) (Bakhtiar, 2017).
Daun terdiri dari tiga sistem jaringan. Jaringan epidermis daun umumnya
tersusun atas selapis sel yang dilapisi oleh kutikula yang kedap air. Air, oksigen, dan
karbon dioksida masuk dan keluar dari dan ke daun melalui stomata yang terdapat
pada epidermis. Tepat di bawah epidermis terdapat jaringan yang kaya akan
kloroplast. Jaringan itu adalah jaringan palisade dan jaringan spons. Di bagian inilah
sebagian besar fotosintesis berlangsung. Jaringan pengangkut terdapat pada berkas
pembuluh pengangkut. Berkas pembuluh terdapat dalam urat daun. Jaringan
pengangkut daun merupakan kelanjutan dari jaringan pengangkut ranting tangkai
daun, dan berlanjut pada jaringan mesofil daun (Nurachmandani, 2010).
2.2 Transpirasi
Air merupakan salah satu faktor penentu bagi berlangsungnya kehidupan
tumbuhan. Banyaknya air yang ada didalam tubuh tumbuhan selalu mengalami
fluktuasi tergantung pada kecepatan proses masuknya air ke dalam tubuh tumbuhan,
kecepatan proses penggunaan air oleh tumbuhan, dan kecepatan proses hilangnya air
dari tubuh tumbuhan. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berupa cairan dan uap
atau gas. Proses keluarnya atau hilangnya air dari tumbuhan dapat berbentuk uap atau
gas ke udara disekitar tubuh tumbuhan dinamakan transpirasi (Lakitan, 2007 ).
Banyaknya air yang ditranspirasikan oleh tumbuhan merupakan kejadian
yang khas, meskipun perbedaan terjadi antara suatu species dan species yang lainnya.
Transpirasi dilakukan oleh tumbuhan melalui stomata, kutikula
dan lentisel. Sehubungan dengan transpirasi, organ tumbuhan yang paling utama
dalam melaksanakan proses ini adalah daun, karena pada daunlah kita menjumpai
stomata paling banyak. Transpirasi penting bagi tumbuhan karena berperan
dalam hal membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral,
mengatur suhu tubuh dan mengatur turgor optimum di dalam sel.
Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel mesofil kerongga antar sel
yang ada dalam daun (Loveless 2010).
Transpirasi bermanfaat bagi tumbuhan karena dapat menyebabkan terbentuknya
daya isap daun, membantu penyerapan air dan hara oleh akar, serta mempertahankan
suhu permukaan daun. Akan tetapi, transpirasi dapat juga membahayakan kehidupan
tumbuhan. Hal ini terjadi apabila uap air yang ditranspirasi melampaui jumlah air
yang diserap oleh akar. Akibatnya,tumbuhan akan kekurangan air. Kekurangan air
yang berlebihan dapat mengakibatkan kelayuan dan kematian (Dwiati, 2016).
2.3 Tipe-tipe Transpirasi
Menurut Izza et al. (2013) Ada tiga tipe transpirasi yaitu:
1. Transpirasi Kutikula
Transpirasi kutikula adalah evaporasi (penguapan) air yang tejadi secara
langsung melalui kutikula epidermis. Kutikula daun secara relatif tidak tembus
air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar
10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh
karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melalui stomata.
2. Transpirasi Stomata
Transpirasi Stomata adalah Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi
diantara sel-sel tersebut terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh
dinding-dinding sel mesofil yang jenuh air. Air menguap dari dinding-dinding
basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan uap air kemudian berdifusi melalui
stomata dari ruang-ruang antar sel ke atmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi
normal evaporasi membuat ruang-ruang itu selalu jenuh uap air. Asalkan stomata
terbuka, difusi uap air ke atmosfer pasti terjadi kecuali bila atmosfer itu sendiri
sama-sama lembab.
3. Transpirasi Lentikuler
Lentisel adalah daerah pada kulit kayu yang berisi sel-sel yang tersusun lepas
yang dikenal sebagai alat komplementer, uap air yang hilang melalui jaringan ini
sebesar 0,1 % dari total transpirasi.
2.4 Mekanisme Transpirasi Melalui Daun
Tumbuhan memiliki mekanisme untuk mengatur keluarnya air (transpirasi)
dengan menutup stomata sebagian. Penutupan stomata dapat menurunkan laju
transpirasi, khususnya pada keadaan udara bergerak.Ketika tumbuhan layu, biasanya
stomatanya akan menutup. Layu terjadi karena daun tumbuhan kehilangan tekanan
turgor akibat kehilangan banyak air (Hamim, 2008).
Membuka dan menutupnya stomata pada daun terjadi akibat adanya peristiwa
turgor pada guard Sel. Bergeraknya air dari epidermal sel ke dalam guard sel,
mengakibatkan turgor meningkat di dalm guard sel dan menimbulkan elastic
straccking pada dinding guard sel. Dengan berkembangnya kedua guard sel ini, hal
tersebut mengakibatkan menutupnya stomata. Namun apabila tekanan turgor itu
rendah, maka stomata tersebut akan membuka lagi. Hal ini berarti membuka dan
menutupnya stomata ditentukan oleh turgor yang terjadi pada guard sel.
Cahaya fotosintesis dalam sel-sel mesophil berkurangnya CO2 dalam ruang antar sel
menaikan pH dalam sel penutup perubahan enzimatik menjadi gula gula menaikkan
tekanan osmotik dari getah sel menaikkan turgor stomata membuka (Sitti, 2013).
Masuk dan keluarnya air dari dan ke sel penjaga biasanya diakibatkan oleh
adanya distribusi ion K+ keluar/masuk sel penjaga. Ion K+ sangat berperan besar
dalam proses membuka dan menutupnya stomata karena dengan masuknya ion K+ ke
sel penjaga maka sel penjaga mengalami penurunan potensial osmotik. Karena
potensial osmotik sel penjaga lebih rendah dari potensial osmotik sel-sel epidermis di
sekelilingnya, maka air akan masuk ke dalam sel penjaga. Sebaliknya jika ion K +
dipompa keluar dari sel penjaga maka sel penjaga akan meningkat (lebih tinggi dari
sel-sel epidermis) sehingga air akan keluar dari sel penjaga menuju selsel epidermis
yang ada di sekelilingnya sehingga stomata akhirnya akan menutup (Hamim, 2008).
2.5 Faktor-faktor yang Mempegaruhi Transpirasi
Menurut Fathur et al. (2015), Faktor-faktor yang mempengaruhi transpirasi
adalah sebagai berikut :
1. Faktor Internal
a) Penutupan stomata
Dengan terbukanya stomata lebih lebar, air yanghilang lebih banyak
tetapi peningkatan kehilangan air lebih sedikit untuk masing-masing
satuan penambahan pelebaran stomata. Banyak faktror yang mempengaruhi
pembukaan dan penutupan stomata, yang paling berpengaruh adalah tingkat
cahaya dan kelembapan. Pada sebagian besar tanaman, cahaya dan kelembapan
dalam daun yang rendah, sel-sel pengawal kehilangan tugornya mengakibatkan
penutupan stomata.
b) Jumlah dan ukuran stomata
Kebanyakan daun dan tanaman yang produktif mempunyai banyak stomata pada
kedua sisi daunnya. Jumlah dan ukuran stomata yang dipengaruhi oleh genotip
dan lingkungan.
c) Jumlah Daun
Semakin luas daerah permukaan daun, makin besar transpirasi terjadi.
d) Penggulungan atau pelipatan daun
Banyak tanaman yang mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan
pengurangan transpirasi apabila ketersediaan air terbatas.
e) Kedalaman dan Proliferasi Akar
Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air dan proliferasi akar
meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi
pelayuan tanaman.
2. Faktor Eksternal
a) Kelembapan
Pada kondisi cerah udara tidak banyakmengandung air. Pada kondisi tersebut
tekanan uap di dalam daun jauh lebih tinggi dibandingkan tekanan uap di luar
daun, sehingga molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi yang tinggi (di
dalam daun) ke konsentrasi rendah (di luardaun) sehingga melancarkan
transpirasi.Sebaliknya jika kondisi udara banyak mengandung awan maka
kebasahan antara bumi dengan awan itusangat tinggi. Dengan demikian maka
perbedaan kebasahan udara di dalam dan di luar akan berbeda;keadaan yang
demikian ini menghambat difusi uapair dalam sel ke lingkungan (luar daun)
dengan artian menghambat transpirasi.
b) Temperatur
Kenaikan temperatur menambah tekanan uap didalam dan di luar daun, namun
tekanan di dalamdaun jauh lebih tinggi dibandingkan di luar. Akibat dari
perbedaan tekanan ini maka uap air di dalamdaun lebih mudah berdifusi ke
lingkungan.
c) Sinarmatahari
Sinar matahari menyebabkan membukannya stomata dan gelap menyebabkan
menutupnya stomata, sehingga banyak sinar berarti mempercepat laju
transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung panas, maka banyak sinar berarti
juga menambah panas dengan demikian menaikkan temperatur. Kenaikan
temperatur sampai pada batas tertentu menyebabkan melebarnya stomata dengan
demikian memperbesar laju transpirasi. Cahaya mempengaruhi laju transpirasi
melalui dua cara, pertama cahaya akan mempengaruhi suhu daun sehingga dapat
mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua dapat mempengaruhi
transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka tutupnya stomata.
d) Angin
Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap
laju transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin
menurunkan kelembaban udara di atas stomata, sehingga meningkatkan
kehilangan neto air. Namun jika angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi
suhu daun. Suhu daun akan menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkat
transpirasi.Pada umumnya angin yang sedang menambah kegiatan transpirasi.
Hal ini dapat dimaklumi karena angin membawa pindah uap air yang bertimbun-
timbun dekat stomata. Dengan demikian maka uap yang masih ada di dalam
daun kemudian mendapat kesempatan untuk berdifusi ke luar.
e) Ketersedian air tanah
Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh ketersediaan air tanah dan laju absorbsi
air di akar.Pada siang hari biasanya air ditranspirasikan lebih cepat dari pada
penyerapan air dari tanah. Hal tersebut menyebabkan devisit air dalam daun
sehingga terjadi penyerapan yang besar, pada malam hari terjadi sebaliknya. Jika
ketersediaan air tanah menurun sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air
melalui tanah ke dalam akar menjadi lambat. Hal ini cenderung untuk
meningkatkan defisit air di dalam daun dan menurunkan laju transpirasi lebih
lanjut.
2.5 Mekanisme Toleransi Tanaman pada Proses Transpirasi
Mekanisme toleransi (drought tolerance) adalah kemampuan tanaman dalam
melakukan penyesuaian osmotik sel agar pada kondisi potensial air, sel yang
menurun disebabkan oleh kekeringan, turgiditasnya akan tetap tinggi. Turgiditas
sel dapat dipertahankan dengan cara meningkatkan potensial osmotik sel. Potensial
osmotik sel dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan kadar bahan larut di dalam
sel. Salah satu bahan larut yang kadarnya meningkatkan selama kekeringan adalah
asam amino prolin (Papuangan et al, 2014).
Stomata merupakan faktor penting terhadap mekanisme toleransi tanaman
terhadap kehilangan air. Stomata bervariasi mulai dari ukuran dan jumlahnya pada
setiap jenis tanaman. Selain itu, karakteristik stomata sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan. Saat tanaman berada pada cekaman kekeringan, stomatanya akan
merapatkan porinya atau dengan kata lain lebar bukaan stomatanya dikurangi, agar
jumlah air yang hilang juga berkurang. Tambahan pula, saat konsetrasi air dalam
tanaman dibawah ambang batas, maka frekuensi produksi daun dan jumlah stomata
akan juga dikurangi (Li, 2017).
Menurut Adisyahputra (2013), mekanisme toleransi pada tanaman sebagai
respon adanya cekaman kekeringan meliputi:
1. Kemampuan tanaman tetap tumbuh pada kondisi kekurangan air yaitu dengan
menurunkan luas daun dan memperpendek siklus tumbuh.
2. Kemampuan akar untuk menyerap air di lapisan tanah paling dalam.
3. Kemampuan untuk melindungi meristem akar dari kekeringan dengan
meningkatkan akumulasi senyawa tertentu seperti glisin, betain, gula alkohol
atau prolin untuk osmotic adjustment.
4. Mengoptimalkan peranan stomata untuk mencegah hilangnya air melalui daun.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum pengamatan Pengaruh Angin dan Suhu Terhadap Transpirasi
dilaksanakan di Laboratorium Ekofisiologi dan Nutrisi Tanaman, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin, Makassar, pada hari Sabtu tanggal 5 September 2019 pukul
08:00 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain spoit ukuran besar,
selang plastik transparan, pipet ukur 1 ml, lampu sorot, kipas angin kecil, plastik
transparan, hand sprayer, tiang penyangga, penjepit tabung ukuran sedang, lap halus,
lap kasar, dan pisau tajam atau cutter .
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah bibit tanaman cabai umur
1-2 bulan dengan dan tanpa akar, air PDAM, gabus sterofoam, plastik wrapping,
aluminium foil dan vaselin.
3.3 Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat yang akan digunakan untuk setting alat transpirometer;
2. Membersihkan alat dengan menggunakan lap kasar dan lap halus;
3. Merangkai atau mengatur alat resprometer;
4. Membuat penutup spoit dari sterofoam yang diberi lubang di tengahnya sesuai
diameter batang batang tanaman yang akan digunakan;
5. Mencabut tanaman preparat secara hati-hati dari media, kemudian bersihkan
tanah dari akar;
6. Memasang sumbat spoit pada pangkal batang dengan membelah sumbat spoit,
kemudian pasang pada spoit secara rapi;
7. Mengoleskan vaselin pada penutup spoit dan pastikan bahwa tidak ada
kebocoran atau udara yang bisa masuk melalui penutup gabus;
8. Membungkus rapi penutup dengan plastik wrapper sehingga betul-betul tidak
ada lagi kebocoran;
9. Memasukkan air dengan menggunakan spoit dari ujung selang sampai batas
sumbat gabus hingga akar seluruhnya terendam air kemudian jepit dengan
penjepit kertas;
10. Memasang pipet ukur dengan rapi pada ujung lain selang, kemudian oleskan
vaselin pada tempat pertemuan keduanya;
11. Pada pengukuran pengaruh angin, menggunakan kipas angin kecil yang
posisikan sejauh 50 sampai 75 cm dari tanaman;
12. Pada pengukuran pengaruh cahaya, menggunakan lampu sorot yang diposisikan
sejauh 40 cm dari tanaman;
13. Pada pengukuran pengaruh kelembaban, sungkup tanaman dengan plastik
transparan kemudian semprotkan air dengan hand sprayer pada daun, lalu ikat
kantong plastik sehingga kelembaban terjaga;
14. Mencatat posisi air dalam pipet ukur pada setiap percobaan sebagai data awal
(0 menit), lalu nyalakan semua alat penguji;
15. Mencatat posisi air setiap 10 menit selama 30 menit;
16. Melanjutkan percobaan tanpa akar;
17. Memotong akar dalam air agar xilem tidak terisi udara;
18. Melakukan kembali pengamatan seperti langkah 14 dan 15.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

0.0009
Laju Transpirasi (ml / menit)

0.0008
0.0007
0.0006
0.0005
0.0004 Akar
0.0003 Tanpa Akar
0.0002
0.0001
0
Kontrol Kelembaban Angin Cahaya
(RH) (Suhu)

Gambar 1. Grafik Laju Transpirasi Tanaman Cabai pada Beberapa Perlakuan.

4.2 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan transpirasi yang telah dilakukan pada komoditi
tanaman cabe dengan menggunakan akar dan tanpa akar dalam berbagai perlakuan
yaitu kontrol, kelembaban, angin, dan cahaya. Kami dapat menyimpulkan bahwa
pada tanaman yang masih mempunyai akar memiliki proses transpirasi yang tinggi
dibanding tanaman yang tidak memiliki akar. Pada perlakuan Cahaya, sangat
mempengaruhi proses transpirasi pada tanaman, semakin tinggi insensitas cahayanya
maka semakin besar pula uap air yang dikeluarkan pada suatu tanaman. Hal ini sesuai
dengan pendapat Fathur et al. (2015) yang menyatakan bahwa cahaya mempengaruhi
laju transpirasi melalui dua cara, pertama cahaya akan mempengaruhi suhu daun
sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua dapat
mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka tutupnya
stomata.Sehingga untuk pengamatan tanaman cabe dengan akar jumlah kehilangan
air terbesar pada perlakuan cahaya.
Jumlah kehilangan air terbesar terjadi pada perlakuan angin. Kita dapat melihat
pada tabel bahwa proses transpirasi sangat besar terjadi pada angin, tapi hal ini
betentangan dengan pendapat Fathur et al. (2015) yang menyatakan bahwa angin
mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju
transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin menurunkan
kelembaban udara di atas stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air.
Namun jika angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun
akan menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkat transpirasi. Pada umumnya angin
yang sedang menambah kegiatan transpirasi. Hal ini dapat dimaklumi karena angin
membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stomata. Dengan demikian
maka uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat kesempatan untuk
berdifusi ke luar.
Jika kelembaban udara tinggi maka laju transpirasi rendah sehingga aliran
fotosintat jadi terhambat. Hal ini sesuai dengan pendapat Wandana (2012),
menyatakan bahwa kelembaban berpengaruh terhadap laju transpirasi. Jika
kelembaban udara lingkungan di sekitar tumbuhan tinggi maka difusi air dalam ruang
udara pada tumbuhan akan berlangsung lambat. Sebaliknya, jika kelembaban di
sekitar tumbuhan rendah, difusi air dalam ruang udara pada tumbuhan berlangsung
cepat. Pada kondisi curah hujan yang relatif tinggi juga mempengaruhi pemberian zat
pengatur tumbuh triakontanol, karena pemberian zat pengatur tumbuh akan efektif
dilakukan pada saat curah hujan rendah.Berbeda dalam perlakuan kontrol pada
tanaman cabe tidak ada perubahan ( tidak terjadi transpirasi).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh
kesimpulan yaitu sebagai berikut.
1. Transpirasi adalah suatu proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berupa
cairan dan uap atau gas. Proses keluarnya atau hilangnya air dari tumbuhan dapat
berbentuk uap atau gas ke udara disekitar tubuh tumbuhan.
2. Berdasarkan hasil yang diperoleh, perlakuan pemberian angin sangat tinggi laju
transpirasinya dibanding perlakuan cahaya, kelembaban,kontrol.
3. Laju transpirasi pada tanaman yang memiliki akar lebih tinggi dibanding
perlakuan tanaman tanpa akar.
4. Jumlah air yang hilang pada proses transpirasi berjalan seacara bertahap untuk
setiap detiknya maupun menitnya.
5.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan dalam praktikum ini adalah praktikan harusnya
lebih teliti dalam melakukan praktikum sehingga data atau hasil yang didapatkan
sesuai dengan teori.
DAFTAR PUSTAKA

Adisyahputra. 2013. Pewarisan Sifat Densitas Stomata dan Laju Kehilangan Air
Daun (rate leaf water loss RWL) pada Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.).
Jurnal Pertanian. Vol. 1. No. 4

Dwiati, Murni. 2016. Hubungan Tumbuhan dengan Lingkungan. Medan: Universitas


Terbuka
Fathur et al. 2015. Transpirasi pada daun tanaman Rhoeo discolor dan
tanaman Equisetum debile. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh November.

Hamim.(2008). Fungsi Air dan Perannya pada Tingkat Selular dan Tumbuhan
secara Utuh. Jakarta: Universitas Terbuka.
Izza et al. 2014. Karakteristik Stomata Tempuyung (Sonchus arvensis L.) dan
Hubungannya dengan Transpirasi Tanaman. Malang : Universitas Islam
Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

Lakitan, Benyamin. 2007. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Rajawali Press


Li, Yuping dan Suiqi Zhang. 2017. Improving Water-Use Efficiency by Decreasing
Stomatal Conductance and Transpiration Rate to Maintain Higher Ear
Photosynthetic Rate in Drought Resistent. Crop Journal, 5(7): 231-239.

Loveless, A.R. 2010. Prinsip-prinsip Biologi Tmbuhan untuk Daerah Tropik. Jakarta
: PT. Gramedia.
Nurachmandani, Setya. 2010. Ilmu Pengetahuan Alam (Terpadu). Jakarta: Grahadi.
Papuangan.,N., Nurhasanah.,Mudmainnah. 2014. Jumlah Dan Distribusi Stomata
Pada Tanaman Penghijauan Di Kota Ternate. Jurnal Bioedukasi. Vol. 3 No
(1) September 2014.
Siti Fatonah, Dwijowati Asih, Dkk, 2013. Penentuan Waktu Pembukaan Stomata
Pada Gulma Melastoma malabathricum L. Di Perkebunan Gambir Kampar,
Riau .Biospecies Vol. 6 No.2.

Suaha,Bakhtiar. 2017. Biologi.Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan,


Kementerian Pendidikan Nasional

Wandana, Santri. 2012. Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar dengan Pemberian Pupuk
Kalium dan Triakontanol. Medan : Universitas Sumatera Utara.
LAMPIRAN

Tabel Lampiran 1. Pengamatan Jumlah Air dan Laju Transpirasi

Perlakuan
TanamanCabai WaktuPengamatan Kelembaban Cahaya
Kontrol Angin
(RH) (Suhu)
10 menit 0,3 0.4 0.1 0.2
20 menit 0,2 0.3 0.1 1.2
DenganAkar
30 menit 0,2 0.1 0.1 1,8
LajuTranspirasi 0,0003 0.0004 0.0003 0.0008
10 menit 0,5 0.1 0 0.1
20 menit 0,1 0.1 0 0.2
TanpaAkar
30 menit 0,1 0 0 0.4
LajuTranspirasi 0,0003 0.0001 0 0.0002

Anda mungkin juga menyukai