Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dhabit
Dari segi bahasa, kata dhabit memiliki beberapa pengertian. Dalam kitab lisanul ‘Arab, Ibnu
Mandzur menjelaskan:

‫ شديد البطش‬, ‫ لزوم شيئ ال يفرقه في كل شيئ والظبط الشيئ خفظه باالحزم والرجل الظبط اي حا زم‬: ‫لظبط‬

Sedangkan menurut Ibnu Hajar al-Asqalaniy, dhabit dapat dimaknai dengan sesuainya
sesuatu dan tidak bertentangan dengan lainnya, mengingat sesuatu secara sempurna, kuat
pegangannya.
Dhabit menurut lughat adalah “orang yang mengetahui dengan baik apa yang diriwayatkan,
selalu berhati-hati, menjaga dengan sungguh-sungguh kitabnya apabila ia meriwayatkan dari
kitabnya dan mengetahui mana yang bisa membiaskan makna suatu riwayat dari maksudnya
apabila ia meriwayatkan dengan ma’na”. Makna dhabit yaitu yang kokoh, kuat, yang ketat,
yang hafal dengan sempurna.
Dhabit menurut istilah adalah perhatian yang penuh seorang perawi terhadap apa-apa yang
didengarnya ketika ia menerima sebuah riwayat serta memahami apa yang didengarnya itu
hingga ia menyampaikannya kepada orang lain.
Menurut Muhammad ‘Ajaj Al-Khatib yaitu keterjagaan seorang perawi ketika menerima
hadits dan memahaminya ketika mendengar serta mengahafalnya sejak menerima sampai
menyampaikannya kepada orang lain.
Menurut Ibnu Hajar al-Asqalaniy dan al-Sahawiy yang disebut orang dhabit adalah orang
yang kuat hafalannya tentang apa-apa yang didengarnya dan mampu menyampaikan
hafalanya itu kapan saja dia menghendakinya.
Dhabit adalah orang yang mendengarkan pembicaraan sebagaimana seharusnya, dia
memahami pembicaraan itu secara benar, kemudian dia menghafalnya dengan sungguh-
sungguh dan dia berhasil hafal dengan sempurna, sehingga dia mampu menyampaikan
hafalannya itu kepada orang lain dengan baik.
Dhabit ialah orang yang mendengarkan riwayat sebagaimana seharusnya, dia memahaminya
dengan pemahaman yang mendetail kemudian dia menghafalnya dengan sempurna, dan dia
meyakini kemampuan yang demikian itu, sedikitnya mulai dari saat mendengar riwayat itu
sampai dia menyampaikan riwayat tersebut kepada orang lain.
Dari definisi di atas, kelihatannya memiliki versi dan format bahasa yang berbeda, namun
makna dan prinsip-prinsip pemahaman yang terkandung di dalamnya memiliki kesamaan.
Intinya adalah kuatnya hafalan periwayat dalam meriwayatkan hadits (mulai dari ia
mendengarnya sampi ia menyampaikan kepada orang lain dan ia memahami betul apa yang
disampaikannya itu).

B. Ragam Dhabit
1. Dabt Sudur
Sudur (‫ )صدور‬yaitu bentuk jamak dari kata Sadrun (‫ )صدر‬yang berarti dada, permulaan dari
tiap-tiap sesuatu. Menurut penulis adalah mampu menghafal dengan baik. Menurut para
ulama hadits yang dimaksud mempunyai daya hafal dan ingatan yang kuat serta daya faham
yang tinggi, sejak dari menerima sampai kepada yang menyampaikannya kepada orang dan
ingatannya sanggup dikeluarkan kapan dan di mana saja yang dikehendaki.

2. Dabt Kitab
Seseorang yang dhabit / cermat memelihara catatan atau buku yang ia terima. Atau dengan
kata lain mengungkapkan apa yang ditulisnya dengan baik dan benar. Yakni memelihara
kitabnya dengan baik dari apapun yang dapat mengurangi kualitas sebuah kitab, baik sebatas
sisipan atu sebagiannya.
Apabila pada seorang periwayat terkumpul dua sifat (adil dan dhabit), maka ia adalah hujjah
dan haditsnya harus di amalkan (Shahih). Dalam hal ini periwayat disebut Tsiqah karena
bersifat jujur dan kuat hafalan yang mampu menyampaikan hadits dengan lancer seperti ia
mendengarnya. Jika perawi cacat faktor ketsiqahannya, maka haditsnya dinilai cacat sesuai
tingkat kecacatannya.

3. Tamm Dabt
Berdasarkan literatur yang penuluis baca, istilah di atas mengandung arti kesempurnaan
hafalan yang diperuntukkan bagi para perawi yaitu : a) hafal dengan sempurna hadits yang
diterimanya, b) mampu menyampaikan dengan baik hadits yang dihafalnya itu kepada orang
lain, c) faham dengan baik hadits yang dihafalnya itu baik secara dhabit shudur dan dhabit
kitab.
Jadi Tamm Dabt adalah keterpaduan antara dabt shudur dengan dhabbt kitab sehingga
menjadi sempurna.
C. Sifat-Sifat Dhabit
Sifat dhabit ini ada dua macam, yaitu sebagai berikut :
1. Dhabit dalam dada, artinya memiliki daya ingat dan hafalan yang kuat sejak ia menerima
hadits dari seorang syaikh sampai dengan pada saat menyampaikan kepada orang lain, atau ia
memiliki kemampuan untuk menyampaikan kapan saja diperlukan kepada oran lain.
2. Dhabit dalam tulisan, artinya tulisan haditsnya sejak mendengar dari gurunya terpelihara
dari perubahan, pergantian, dan kekurangan. Singkatnya, tidak terjadi kesalahan-kesalahan
tulis kemudian diubah dan diganti, karena hal demikian akan mengundang keraguan atas
kedhabitan seseorang.
Kedhabitan seorang perawi, tidak berarti ia terhindar sama sekali dari kekeliruan atau
kesalahan. Mungkin saja kekeliruan atau kesalahan itu sesekali terjadi pada seorang perawi.
Hal itu tidak dianggap sebagai orang yang kurang kuat ingatannya.

D. Kedhabitan Ulama-Ulama Hadits


1. Sahabat
Penting untuk diketahui, bahwa para sahabat telah dianggap banyak meriwayatkan hadits bila
ia sudah meriwayatkan lebih dari 1000 hadits.Mereka itu adalah Abu Hurairah, Abdullah bin
Umar, Anas bin Malik,Sayyidah Aisyah, Abdullah bin Abbas, Jabir bin Abdullah, dan Abu
Said al-Hudri. Beberapa diantaranya dijelaskan di bawah ini.
a. Abu Hurairah
Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits di antara tujuh orang
tersebut.Baqi bin Mikhlad mentahrijkan hadits Abu Hurairah sebanyak 5374 Hadits. Di
antara jumlah tersebut 352 hadits disepakati oleh Bukhori Muslim, 93 hadits diriwayatkan
oleh Bukhori sendiri dan 189 hadits diriwayatkan oleh Muslim sendiri.Menurut keterangan
Ibn Jauzi dalam Talqih Fuhumi al Atsar bahwa hadits yang diriwayatkannya sebanyak 5374,
tapi menurut al Kirmani berjumlah 5364 dan barada dalam Musnad Ahmad terdapat 3848
buah hadits.
b. Abdullah bin Umar
Hadits yang beliau riwayatkan sebanyak 2630 hadits. Di antara jumlah tersebut yang
muttafaq alaihi sebanyak 170 hadits, yang dari Bukhori sebanyak 80 hadits dan yang dari
Muslim sebanyak 31 hadits.Abdullah bin Umar adalah putra khalifah ke dua yaitu khalifah
Umar bin Khattab dan saudara kandung sayyidah Hafsah Ummul Mukminin.
c. Anas bin Malik
Hadits yang beliau riwayatkan sebanyak 2286 hadits. Di antara jumlah tersebut yang
muttafaq alaihi sebanyak 168 hadits yang diriwayatkan Bukhori sebanyak 8 hadits dan yang
diriwayatkan Muslim sebanyak 70hadits. Nama lengkap Anas bin Malik adalah Anas ibn
Malik ibn an Nadzor ibn Damdam ibn Zaid ibn Harom Ibn Jundub ibn Amir ibnGonam ibn
Addi ibn an Najar al anshori. Ia dikenal juga dengan sebutan Abu Hamzah. Anas bin Malik
lahir pada tahun 10 sebelum hijrah dan wafat pada tahun 93 H di Basrah.Beliau adalah
sahabat yang paling akhir meninggal di Basroh.

2. Tabi’in
Ada beberapa orang yang meriwayatkan hadits cukup banyak, antara lain Abu Hurairah
(5374 buah), Abdullah bin Abbas (1660 buah), Jabir Ibn Abdillah (1540 buah), Abu Sa’id Al
Khudri (1170 buah), Abdullah bin Umar (2630 buah), Anas ibn Malik, dan Aisyah (2276
buah).
3. Tabi’ Tabi’in
Diantara ulama hadits pada masa tabi’ tabi’in diantara adalah Sofyan Ats-Tsauri, Abu Amru
Abdurrahman Al-Auza’i, Abu Hanifah dan masih banyak lagi. Abu Hanifah belajar fiqh dan
hadist dari ‘Atha’, Nafi’ ibn Hurmuz, Hammad bin Abi Sulaiman, Amr bin Dinar, dan
lainnya. Yang meriwayatkan darinya adalah para muridnya seperti Abu Yusuf, Zuhfar, Abu
Muthi’ al-Balkhi, Ibnul Mubarak, al-Hasan bin Ziyad, Dawud at-Tha’I dan Waki’.
Beliau seorang Ulama Tabi’it Tabi’in, menerima hadits dari golongan Tabi’in yaitu ‘Atha’
bin Abi Rabah, Qatadah, Nafi’, az Zuhry, Yahya bin Abi Katsir dan yang laiinya.Diantara
imam imam yang meriwayatkan hadits dari padanya yaitu: Sufyan, Malik, Syu’bah, Ibn
Mubarak, dan yang lainnya.Para ulama sepakat bahwa al Auza’iy seorang yang tinggi
ilmunya dalam bidang hadits dan fiqh.
Sofyan Ats-Tsauri beliau cermat dalam periwayatan hadist sehingga Syu’bah bin al-Hajjaj,
Sufyan bin Uyainah dan Yahya bin Ma’in menjulukinya “Amirul Mu’minin fi al-Hadits”,
gelar yang sama disandang oleh Malik bin Anas.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dhabit adalah perhatian yang penuh seorang perawi terhadap apa-apa yang didengarnya
ketika ia menerima sebuah riwayat serta memahami apa yang didengarnya itu hingga ia
menyampaikannya kepada orang lain.Dhabit adalah orang yang mendengarkan pembicaraan
sebagaimana seharusnya, dia memahami pembicaraan itu secara benar, kemudian dia
menghafalnya dengan sungguh-sungguh dan dia berhasil hafal dengan sempurna, sehingga
dia mampu menyampaikan hafalannya itu kepada orang lain dengan baik.
Ragam Dhabit terbagi tiga macam yaitu Dabt Sudur, Dabt Kitab dan Tamm Dabt. Sifat-sifat
dhabit antara lain Dhabit dalam dada, artinya memiliki daya ingat dan hafalan yang kuat
sejak ia menerima hadits dari seorang syaikh sampai dengan pada saat menyampaikan kepada
orang lain, atau ia memiliki kemampuan untuk menyampaikan kapan saja diperlukan kepada
oran lain dan Dhabit dalam tulisan, artinya tulisan haditsnya sejak mendengar dari gurunya
terpelihara dari perubahan, pergantian, dan kekurangan. Singkatnya, tidak terjadi kesalahan-
kesalahan tulis kemudian diubah dan diganti, karena hal demikian akan mengundang
keraguan atas kedhabitan seseorang.

Anda mungkin juga menyukai