Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Umumnya pengetahuan seseorang tentang sesuatu dimulai sebab adanya


rangsangan dari suatu objek, rangsangan itu menimbulkan rasa ingin tahu yang
mendorong seseorang untuk melihat, menyaksikan, mengamati, mengalami dan
sebagainya. Manusia sebagai makhluk yang berpikir akan dibekali rasa ingin tahu. Rasa
ingin tahu inilah yang mendorong untuk mengenal, memahami, dan menjelaskan gejala-
gejala alam, juga berusaha untuk memecahkan masalah atau persoalan yang dihadapi,
serta berusaha untuk memahami masalah itu sendiri, ini semua menyebabkan manusia
mendapatkan pengetahuan.

Rasa ingin tahu merupakan salah satu ciri khas manusia. Manusia mempunyai
kemampuan untuk berpikir sehingga rasa keingintahuannya tidak tetap sepanjang
zaman. Karena manusia akan selalu bertanya apa, bagaimana dan mengapa begitu.
Manusia juga mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk
dikombinasikan dengan pengetahuan yang baru sehingga menjadi pengetahuan yang
lebih baru.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka ditemukan rumusan masalah seperti :

1. Apa hakekat manusia yang sebenarnya?


2. Bagaimana sifat keingintahuan yang ada pada manusia?
3. Bagaimana perkembangan alam pikiran manusia?
4. Bagaimana cara manusia memperoleh ilmu pengetahuan?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Manusia

A. Pengertian Hakikat Manusia

Hakikat Manusia adalah makhluk yang sempurna, ada juga yang menyebutnya
makhluk paling cerdas dan kuat, dari semua dapat di jelaskan bahwa hakikat manusia
adalah mahkluk yang positif. Manusia dengan segala sifat dan karakternya, diciptakan
dengan sebegitu sempurnanya. Hakikat manusia adalah sebagai berikut :

a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya


untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah
laku intelektual dan sosial.
c. yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur
dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
d. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang
tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
e. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih
baik untuk ditempati
f. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan
ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
g. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung
kemungkinan baik dan jahat.
h. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan
sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat
kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.

2
B. Hakikat Manusia Sebagai Makhluk yang Kuat

Hakikat manusia sebagai mahluk yang kuat tentu karena manusia dicipta dengan
diberikan akal. Dengan akalnya manusia bisa mengalahkan terbangnya burung yang
terbang ke angkasa, dengan akalnya manusia bisa berenang di dasar laut seperti ikan.
Dibanding makhluk lainnya manusai mempunyai kelebihan-kelebihan yang
membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah kemampuan
untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik didarat, dilaut, maupun diudara.
Sedangkan binatang bergerak diruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang
bergerak didarat dan dilaut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa
melampaui manusia.

C. Hakikat Manusia Sebagai Makhluk yang Bertanggung Jawab

Sesungguhnya hakikat manusia adalah mahluk yang bertanggung jawab atas


tindakannya dan manusia diberi naluri. Naluri adalah semacam dorongan alamiah dari
dalam diri manusia untuk memikirkan serta menyatakan suatu tindakan. Setiap makluk
hidup memiliki dorongan yang dapat diekspresikan secara spontan sebagai
tanggapannya kepada stimulus yang muncul dari dalam diri atau dari luar dirinya.
Naluri ini tidak setiap waktu muncul yang baik tetapi kadang muncul naluri kejahata.
Namun pada hakikatnya atas tindakan kebaikan maupun kejahatan manusia memiliki
tanggung jawab.

D. Hakikat Manusia Dalam Wujud dan Sifatnya

Mengenai wujud sifat hakikat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan), akan
dipaparkan oleh paham eksistensialisme dengan tujuan agar menjadi masukan dalam
membenahi konsep pendidikan, yaitu:

1. Kemampuan Menyadari Diri


Kaum rasional menunjuk kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adanya
kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya kemampuan

3
menyadari diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya
memiliki ciri khas atau karakteristik diri. Hal ini menyebabkan manusia dapat
membedakan dirinya dengan yang lain dan dengan lingkungan fisik di sekitarnya.

2. Kemampuan Bereksistensi
Kemampuan bereksistensi adalah kemampuan menempatkan diri dan
menerobos. Justru karena manusia memiliki kemampuan bereksistensi inilah maka pada
manusia terdapat unsur kebebasan. Dengan kata lain, adanya manusia bukan ”berada”
seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan, melainkan “meng-ada” di muka bumi. Jika
seandainya pada diri manusia ini tidak terdapat kebebasan, maka manusia itu tidak lebih
dari hanya sekedar “esensi” belaka, artinya ada hanya sekedar “ber-ada” dan tidak
pernah “meng-ada” atau “ber-eksistensi”. Adanya kemampuan bereksistensi inilah
yang membedakan manusia sebagai makhluk human dari hewan selaku mahkluk infra
human, dimana hewan menjadi orderdil dari lingkungan, sedangkan manusia menjadi
manajer terhadap lingkungannya.
3. Kata Hati
Kata hati atau conscience of man juga sering disebut dengan istilah hati nurani,
lubuk hati, suara hati, pelita hati, dan sebagainya. Conscience ialah “pengertian yang
ikut serta” atau “pengertian yang mengikut perbuatan”. Manusia memiliki pengertian
yang menyertai tentang apa yang akan, yang sedang, dan yang telah dibuatnya, bahkan
mengerti juga akibatnya, bagi manusia sebagai manusia.
4. Moral
Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan,
maka yang dimaksud dengan moral (yang sering juga disebut etika) adalah perbuatan
itu sendiri. Disini tampak bahwa masih ada jarak antara kata hati dengan moral. Artinya
seseorang yang telah memiliki kata hatiyang tajam belum otomatis perbuatannya
merupakan realisasi dari kata hatinya itu. Untuk menjembatani jarak yang mengantarai
keduanya masih ada aspek yang diperlukan yaitu kemauan. Bukankah banyak orang

4
yang memiliki kecerdasan akal tetapi tidak cukup memiliki moral. Itulah sebabnya
maka pendidikan moral juga sering disebut pendidikan kemauan.
5. Tanggung Jawab
Kesedian untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang menuntut
tanggung jawab, merupakan pertanda dari sifat orang yang bertanggung jawab. Wujud
bertanggung jawab bermacam-macam. Ada tanggung jawab kepada diri sendiri,
tanggung jawab kepada masyarakat, dan tanggung jawab kepada Tuhan. Dengan
demikian tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa
sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntunan kodrat manusia, dan bahwa hanya karena itu
perbuatan tersebut dilakukan, sehingga sanksi apapun yang dituntutkan (oleh kata hati,
masyarakat, norma-norma agama), diterima dengan penuh kesadaran dan kerelaan.
6. Rasa Kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas (tidak merasa terikat oleh sesuatu), tetapi sesuai
dengan tuntunan kodrat manusia. Kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya memang
berlangsung dalam keterikatan. Artinya, bebas berbuat sepanjang tidak bertentangan
dengan tuntunan kodrat manusia. Kemerdekaan berkaitan erat dengan kata hati dan
moral. Seseorang mengalami rasa merdeka apabila segenap perbuatanya (moralnya)
sesuai dengan apa yang dikatakan oleh kata hatinya, yaitu kata hati yang sesuai dengan
kodrat manusia.
7. Kewajiban dan Hak
Pada dasarnya hak itu adalah sesuatu yang masih kosong. Artinya meskipun hak
tentang sesuatu itu ada. Belum tentu seseorang mengetahuinya (misalnya hak
memperoleh perlindungan hukum). Pemenuhan hak dan pelaksanaan kewajiban
bertalian erat dengan soal keadilan. Dalam hubungan ini dapat dikatakan bahwa
keadilan terwujud bila hak sejalan dengan kewajiban karena pemenuhan hak dan
pelaksaaan kewajiban dibatasi oleh situasi kondisi yang berarti tidak semua hak dapat
terpenuhi dan tidak segenap kewajiban dapat sepenuhnya dilakukan.

5
8. Kemampuan Menghayati Kebahagian

Pada saat orang menghayati kebahagian, aspek rasa lebih berperan dari pada aspek
nalar. Oleh karena, itu dikatakan bahwa kebahagian itu sifatnya irasional. Kebahagian
itu ternyata tidak terletak pada keadaanya sendiri secara factual (lulus sebagai sarjana,
mendapat pekerjaan dan seterusnya) atau pun pada rangkaian prosesnya, maupun
pada perasaan yang diakibatkannya tetapi terletak pada kesangguapan menghayati
semuanya itu dengan keheningan jiwa, dan mendudukkan hal-hal tersebut didalam
rangkaian atau ikatan tiga hal yaitu, usaha, norma-norma, dan takdir. Manusia yang
menghayati kebahagian adalah pribadi manusia dengan segenap keadaan dan
kemampuannya. Manusia menghayati kebahagaian apabila jiwanya bersih dan stabil,
jujur, bertanggung jawab, mempunyai pandangan hidup dan keyakinan hidup yang
kukuh dan bertekad untuk merealisasikan dengan cara yang realistis.

2.2 Sifat Keingintahuan Manusia

Menurut Purnama (2003:4) Ilmu Pengetahuan Alam bermula dari rasa ingin
tahu, yang merupakan suatu ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu
tentang apa yang ada di sekitarnya. Baik itu alam sekitarnya, bulan, bintang, dan
matahari yang dilihatnya, bahkan ingin tahu tentang dirinya sendiri.

Manusia memiliki rasa ingin tahu (curiousity) yang tinggi. Dengan rasa ingin
tahu ini pengetahuan manusia dapat berkembang. Meskipun makhluk bumi lainnya juga
mempunyai rasa ingin tahu, tetapi rasa ingin tahunya itu hanya dipergunakan untuk
memenuhi kebutuhan makanannya saja. Rasa ingin tahu mereka tidak untuk
menciptakan sesuatu yang melebihi kebutuhan makannya dan bersifat menetap (idle
curiousity). Berbeda dengan manusia yang mempunyai rasa ingin tahu yang terus
berkembang. Perkembangan rasa ingin tahu itu selalu dimulai dengan pertanyaan “apa”
(what) tentang segala sesuatu yang dilihatnya. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan
“bagaimana” (how) dan “mengapa” (why). Pertanyaan-pertanyaan seperti ini telah
tumbuh sejak anak-anak belajar di taman kanak-kanak.

6
Dengan adanya kemampuan berpikir pada manusia, membuat rasa ingin tahu
manusia terhadap segala sesuatu di semesta ini terus berkembang. Jawaban terhadap
berbagai pertanyaan manusia terhadap berbagai gejala atau peristiwa yang terjadi di
alam tersebut akhirnya menjaddi ilmu pengetahuan.

Dengan rasa ingin tahunya yang besar, manusia selalu berusaha mencari
keterangan tentang fenomena alam yang teramati. Untuk bisa menjawab pertanyaan dari
rasa ingin tahunya, manusia sering mereka-reka sendiri jawabannya. Meski jawaban
seperti ini kadang tidak logis, namun sering diterima masyarakat awam sebagai suatu
kebenaran. Pengetahuan semacam ini disebut pseudo science, yaitu pengetahuan mirip
sains tapi bukan sains. Cara memperoleh pengetahuan dengan pendekatan pseudo
science (sains semu) ini antara lain sebagai berikut.

 Mitos, merupakan gabungan dari pengamatan, pengalaman dengan dugaan,


imajinasi dan kepercayaan.
 Wahyu, merupakan komunikasi sang Pencipta dengan makhluk-Nya sebagai
utusan yang menghasilkan ilmu pengetahuan yang benar.
 Otoritas dan Tradisi, yaitu pengetahuan yang telah lama ada dan dipergunakan
oleh pemimpin atau secara tradisi untuk menyatakan kebenaran.
 Prasangka, yaitu berupa dugaan yang kemungkinannya bisa benar dan bisa
salah.
 Intuisi, merupakan kegiatan berpikir yang nonanalitik (tanpa nalar), tidak
berdasarkan pola pikir tertentu dan biasanya pendapat itu diperoleh dengan cepat
tanpa melalui proses berpikir terlebih dahulu.
 Penemuan Kebetulan, yaitu pengetahuan yang awalnya ditemukan secara
kebetulan dan beberapa di antaranya adalah sangat berguna.
 Cara Coba-Ralat (Trial and Error), adalah pengetahuan yang diperoleh melalui
cara coba-salah-coba-salah, tanpa dilandasi dengan teori yang relevan.
 Pada zaman Yunani (600-200 SM) pola pikir manusia menjadi lebih maju
dariada pola pikir mitos. Pada masa ini terjadi penggabungan antara

7
pengamatan, pengalaman, dan akal sehat atau logika. Aliran ini disebut
“rasionalisme”, yaitu pertanyaan akan dijawab dengan logika atau hal-hal yang
masuk akal.
 Selanjutnya juga dikenal metode deduksi, yaitu penarikan suatu kesimpulan
berdasarkan pada sesuatu yang bersifat umum. Bebarapa waktu setelahnya juga
dikenal metode induksi, yang intinya adalah pengambilan kesimpulan dilakukan
berdasarkan data pengamatan atau eksperinmentasi yang diperoleh.

2.3 Perkembangan Alam Pikiran Manusia

Mulai dari rahim ibu, masa setelah dilahirkan, sampai masa dewasa, tubuh
manusia mengalami pertumbuhan sedikit demi sedikit. Proses perubahan tersebut
dimulai dari bentuk sel yang sangat sederhana pada saat pembuahan, sampai ke bentuk
sel yang sangat kompleks. Janin di rahim induk terjadi dari hasil pembuahan sel telur
pejantannya. Sel telur yang telah dibuahi (zigot) tersebut akan mengalami pembelahan
sel, diferensiasi sel sehingga terbentuk janin, dan transformasi bentuk tubuh.
Bentuk tubuh manusia mengalami perubahan yang sistematis dan teratur sesuai
dengan kodratnya sejak bayi hingga dewasa. Pada masa puberitas, terjadi perubahan
fisik yang sangat signifikan, terutama pada tanda-tanda kedewasaan seperti tumbuhnya
rambut pada bagian tubuh tertentu dan fungsi genetaliannya. Pertumbuhan morfologi
wanita pada masa puberitas, yang tidak dialami laki-laki, adalah pinggul membesar,
pinggang meramping, terbentuknya payudara serta datangnya siklus haid. Perbedaan
bentuk tubuh dan genetalia tersebut dapat dimaklumi karena secara biologis laki-laki
dan perempuan mempunyai peran yang berbeda dalam kehidupannya.
Cara orang dewasa mencari pengetahuan umumnya sangat dipengaruhi oleh
pengembangan pegetahuan pada masa kanak-kanak :

- Masa bayi (0-2 tahun), disebut periode sensorimotorik. Pada periode ini
perkembangan kecerdasan bayi sangat cepat.

8
- Masa kanak-kanak (3-5 tahun), disebut periode praoperasional. Pada
periode ini dorongan keingintahuan anak sangat besar, sehingga banyak
orang mengatakan bahwa anak pad periode ini adalah “masa bertanya”.
- Masa Usia sekolah (6-12 tahun), disebut periode operasional nyata. Pada
masa anak sangat aktif, ditandai dengan perkembangan fisik dan motorik
yang baik. Masa ini juga merupakan “masa tenang” karena proses
perkembangan emosional anak telah mendapat kepuasan maksimal sesuai
dengan kemampuannya.
- Masa remaja (13-20 tahun), disebut periode preoperasional formal. Masa ini
merupakan masa pertentangan (konflik), baik dengan dirinya sendiri
maupun dengan orang dewasa.
- Masa dewasa (> 20 tahun), masa ini ditandai dengan kemampuan individu
untuk berdiri sendiri. Mereka mampu mengendalikan perilaku dengan baik,
menempatkan dirinya sebagai anggota dalam kelompok serta merupakan
individu yang bertanggungjawab (Tim, 2007:9).

2.4 Cara Manusia Memperoleh Ilmu Pengetahuan


Pengetahuan manusia dimulai dari rasa ingin tahu manusia itu sendiri. Rasa
ingin tahu ini sudah dimiliki manusia sejak kecil. Banyak cara untuk memuaskan rasa
ingin tahu manusia. Anak yang belum dapat bertanya senang mencoba-coba hal yang
tidak diketahuinya. Sebagai contoh, anak kecil senang memasukan barang-barang ke
dalam mulutnya hanya untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Di tahap selanjutnya
anak-anak akan banyak bertanya contohnya “itu apa ?”, “ini bagaimana?” itu hal yang
lumrah dilewati oleh manusia untuk pengembangan diri. Rasa ingin tahu tersebut akan
terpuaskan bila diperoleh pengetahuan yang dia pertanyakan dengan hal yang benar.
Pengetahuan dapat diperoleh kebenarannya dari dua pendekatan, yaitu
pendekatan non-ilmiah dan ilmiah. Pada pendekatan non ilmiah ada beberapa
pendekatan yakni akal sehat, intuisi, prasangka, penemuan dan coba-coba dan pikiran
kritis.

9
 Akal sehat
Menurut Conant yang dikutip Kerlinger (1973, h. 3) akal sehat adalah
serangkaian konsep dan bagian konseptual yang memuaskan untuk penggunaan
praktis bagi kemanusiaan
 Intuisi
Intuisi adalah penilaian terhadap suatu pengetahuan yang cukup cepat dan
berjalan dengan sendirinya.
 Prasangka
Pengetahuan yang dicapai secara akal sehat biasanya diikuti dengan kepentingan
orang yang melakukannya kemudian membuat orang mengumumkan hal yang
khusus menjadi terlalu luas. Dan menyebabkan akal sehat ini berubah menjadi
sebuah prasangka.
 Penemuan coba-coba
Pengetahuan yang ditemukan dengan pendekatan ini tidak terkontrol dan tidak
pasti. Diawali dengan usaha coba-coba atau dapat dikatakan trial and error.
Dilakukan dengan tidak kesengajaan yang menghasilkan sebuah pengetahuan
dan setiap cara pemecahan masalahnya tidak selalu sama.
 Pikiran Kritis
Pikiran kritis ini biasa didapat dari orang yang sudah mengenyam pendidikan
formal yang tinggi sehingga banyak dipercaya benar oleh orang lain, walaupun
tidak semuanya benar karena pendapat tersebut tidak semuanya melalui
percobaan yang pasti, terkadang pendapatnya hanya didapatkan melalui pikiran
yang logis.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pola alampikir manusia terus mengalami perkembangan yang dimulai dari rasa ingin
tahunya yang tinggi terhadap berbagai kejadian yang muncul pada alam semesta ini.Hal
semacam itu, sering kali menimbulkan berbagai kecemasan hingga dapat merangsang
manusia untuk terus mencari jawaban yang mengandalkan keyakinan untuk suatu
kepuasaan yang biasa disebut juga dengan berpikir mitos.

11
DAFTAR PUSTAKA

- http://budiwaluyo65.student.umm.ac.id/2010/04/05/ilmu-alamiah-dasar/
- http://ochelandking.blogspot.com/2010/04/ilmu-kealaman-dasar.html
- http://Sudjatinah.blogspot.com/2010/ilmu-kealaman-dasar.html/

12

Anda mungkin juga menyukai