Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN ILMIAH KELOMPOK TUTORIAL

SKENARIO 2 BLOK 2

OLEH : KELOMPOK E
FASILITATOR : drg. DANICA ANASTASIA
KETUA : EKA WAHYUNI (NIM. 04111004065)
SEKRETARIS : REISHA MERSITA (NIM. 04111004057)
ANGGOTA :
WIDYA ANGGRAINI (NIM. 04111004056)
FEBRISALLY PURBA (NIM. 04111004058)
FADLUN (NIM. 04111004059)
KARIMAH (NIM. 04111004060)
AMALIA VIRGITA (NIM. 04111004061)
ATIKA SAMY K. (NIM. 04111004062)
KHAIRUNNISA (NIM. 04111004063)
PUTRI AJRI M. (NIM. 04111004066)
ESSYA NOVA R. R. (NIM. 04111004067)
ATIEKA ULLI SANDRA (NIM. 04111004068)
MARIA SANDIKA P. (NIM. 04111004069)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG :

Ibu Warsinem datang ke puskesmas karena giginya sakit bila dipakai mengunyah
makanan. Jadwal pelayanan poli gigi puskesmas hanya Senin, Selasa, dan Rabu.
Karena Ibu Warsinem datang hari Jumat maka perawat gugu hanya memberinya
obat pereda rasa sakit dan kembali hari Senin untuk bertemu dokter gigi. Pada hari
Senin, dokter gigi tersebut datang terlambat kurang lebih 3 jam. Dokter gigi panik
melihat pasien yang sudah menumpuk sehingga terburu-buru dalam melakukan
perawatan gigi Ibu Warsinem. Dokter gigi tidak melakukan komunikasi yang baik
terhadap pasien sehingga terburu-buru dalam melakukan perawatan gigi Ibu
Warsinem. Ibu Warsinem merasa menyesal menggunakan fasilitas pembiayaan
kesehatan gratis dari pemerintah daerah setempat melihat pelayanan dokter gigi
yang tidak empati.

I. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Obat pereda rasa sakit
2. Empati
3. Komunikasi
4. Fasilitas pembiayaan kesehatan gratis
5. Perwatan gigi
6. Pelayanan poli gigi

II. IDENTIFIKASI MASALAH


1. Karena dokter gigi datang terlambat selama tiga jam, sehingga terburu-
buru dalam melakukan perawatan sehingga tidak melakukan komunikasi
yang baik dan tidak menunjukkan sikap empati terhadap pasien.
2. Jadwal pelayanan poli gigi puskesmas yang terbatas dan tidak sesuai
standar.

III. ANALISIS MASALAH


1. Bagaimana komunikasi antara pasien dan dokter gigi yang baik
2. Bagaimana standar pelayanan puskesmas yang baik?
3. Apa sanksi dan bagaimana prosedur penanganan pelanggaran pelayanan
puskesmas?

IV. HIPOTESIS
Dokter gigi dan puskesmas telah melakukan pelanggaran etika karena
kurangnya komunikasi dokter-pasien dan tidak sesuai dengan standar
pelayanan puskesmas.

V. LEARNING ISSUE
1. Puskesmas
a. Definisi
b. Struktur organisasi serta tugas dan wewenang
c. Visi dan misi
d. Standar pelayanan puskesmas

2. Etika komunikasi dokter-pasien


a. Definisi
b. Komunikasi efektif
c. Landasan hukum
d. Sanksi pelanggaran Disiplin Kedokteran

3. Sistem Pembiayaan Pelayanan Kesehatan

BAB II
PEMBAHASAN
1. PUSKESMAS
a. Pengertian puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana pembngunaan kesehatan pada wilayah


kecamatan.

 Unit pelaksana adalah unit pelaksan teknis yang disebut UPTD.


 Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, & kemampuan untuk meningkatkan &
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal .
 Wilayah kecamatan adalah batas wilayah kerja puskesmas hasil dari
analisis diatas bahwa puskesmas adalah satu- satuan organisasi yang
diberikan kewenangan kemandirian oleh dinas kesehatan kabupaten/ kota
untuk melaksanakan tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan
diwilayah kecamatan.

Kewenangan puskesmas
- Kewenangan menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan, & evaluasi
pembangunan kesehatan diwilayah kecamatan yang disesuaikan dengan
situasi kondisi, kultur budaya, & potensi setempat.
- Kewenangan mencari menggali & mengelola sumber pembiayaan yang
berasal dari pemerintah, masyarakat, swasta, & sumber lain dengan
sepengetahuan dinas kesehatan kabupaten / kota yang kemudan
dipertanggung jawabkan untuk pembangunan kesehatan diwilayah
kerjanya.
- Kewenangan untuk mengangkat instusi / honorer, pemindahan tenaga, &
pendayagunaan tenaga kesehatan diwilayah kerjayadengan sepengetahuan
dinaskesehatan kabupaten / kota.
- Kewenangan untuk melengkap sarana / prasarana termasuk peralatan
medis & non medis yang dibutuhkan.
Fungsi puskesmas
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan
b. Memberdayakan masyarakat & memberdayakan keluarga
c. Memberikan pelayan kesehatan tingkat pertama

Azas puskesmas
 Azas pertanggung jawaban wilayah
puskesmas harus bertanggung jawab atas pembangunan kesehatan
diwilaah kejanya. Untuk dapat memantau seluruh wilayah kerjanya,
puskesmas harus bekerja secara proaktif kelapangan mengadakan
pemantauan, pembinaan, & pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan.
 Azas peran masyarakat
Dalam melakasanakan kegiatannya, puskesmas harus memandang
masyarakat sebagai subjek pembangunan kesehatan sehingga puskesmas
bukan hanya bekerja untuk mereka namun untuk masyarakat juga.oleh
karena itu, puskesmas harus bekerja sama dengan masyarakat mulai dari
tahap identifikasi masalah, menggali sumberdaya setempat, merumuskan
dan merencanakan penangulagannya, melaksanakan program kesehatan
tersebut, serta mengevaluasinya.
 Azas keterpaduan
Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan pembangunan kesehatan
diwilayah kerjanya harus melakukan kerjasama dengan berbagi pihak
,bermitra dengan berbagai BPKM/BPP &organisasi masyarakat lainnya.
Berkoordinasi dengan bebagai sektor, agar terjadi perpaduan kegiatan
dilapangan sehingga leih berhasil & berdayaguna. Salah satu cara
memadukan berbagaimacam kegiatan untuk menyehatkan masyarakat.
Dari asalah kesehatan setempat akan diketu intervensi apasaja apa yang
perlu & program apa yang lebih dahulu masuk dan program apa yang
belakangan dilakukan.
 Azas rujukan
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanaan kesehatan tigkat prtama , bila
tidak mampu mengatasi masalah karna berbagai keterbatasaan , bisa
melakukan rujukan baik secaa vertikal ketingkat yang lebih tinggi atau
secara horizontal ke Puskesmas lainnya.

DEPATEMEN RUMAH SAKIT


KESEHATAN KELAS A

KANTOR / RUMAH SAKIT


WILAYAH KELAS B
/DINKES PROVINSI

KANTOR RUMAH SAKIT


DEPARTEMEN/ KELAS C
DINKESKABUPATE
N/ KOTAMADYA

PUSKESMAS/ PUSKESMAS
PEMBANTU

Kedudukan puskesmas dari segi fungsional


 Dibidang pelayanaan masyarakat
pusksmas merupakan unit pelaksana pelayanaan kesehatan masyarakat
tingkat pertama yang dibina oleh kesehatan kabupaten/ kota.
 Dibidang pelayanaan medik
pusksmas merupakan unit pelaksana pelayanaan kesehatan masyarakat
tingkat pertama yang secara teknis dapat berkoordinasi & kerjasama
dengan RSUD kabupaten/ kota.
 Dibidang sistem kesehatan nasional
pusksmas merupakan unit pelaksana pelayanaan kesehatan masyarakat
tingkat pertama merupakan ujung tombak sistem pelayanaan kesehatan

Bentuk-bentuk puskesmas
a. Puskesmas prkotaan
b. Puskesmas daerah wisata
c. Puskesmas daerah industri
d. Puskesmas daerah terpencil

Kegiatan puskesmas
a. Usaha pelayanaan rawat jalan
b. Usaha kesehatan ibu & anak
c. Usaha keluarga berencana
d. Usaha kesehatan gigi
e. Usaha kesehatan gizi
f. Usaha kesehatan sekolah
g. Usaha kesehatan lingkungan
h. Usaha ksehatan jiwa
i. Usaha kesehatan lanjut usia
j. Usaha pendidikan kesehatan
k. Usaha perawatan kesehatan masyarakat
l. usaha pencegahaan & pemberantasan penyakit menular
m. Usaha kesehatan olahraga
n. Usaha kesehatan mata
o. Usaha kesehatan kerja
p. Usaha pencatatan & pelaporan
q. Usaha laboratorium keshatan masyarakat.
b. Tata kerja puskesmas

BUPATI/
WALIKOTA

DINKES KAB /
KOTA RSUD

CAMAT

BKPM/ BPP PUSKESMAS

UNIT FUNGSIONAL
PUSTU / BDD

:Garis lini

: Garis koordinasi fungsional

: Garis konsultasi
Tata kerja puskesmas diatur sebagai berikut :

 Koordinasi fungsional antara PUSKESMAS dengan RSUD dalam bidang


pelayanaan medik.
 Koordinasi fungsional antara PUSKESMAS dengan camat dalam bidang
pembangunan kesehatan diwilayah kecamatan.
 Koordinasi fugsional antara PUSKESMAS & BPP dalam pemberdayaan
masyarakat & keluarga dalam rangka meningkatkan program
PUSKESMAS.

Model manajemen puskesmas


1. Model PIE
Model ini merupakan model yang paling sederhana, karna meliputi 3
fungsi yaitu :
 P : Planning (perencanaan)
 I : implementing (implementasi)
 E : Evaluatin (evaluasi)

2. Model POAC
Fungsi dati model ini adalah :
 P : planning (perencanaan)
 O : organizing (organisasi)
 A : Actuating (penggerakan)
 C : controlling(konrol)

3. Model P1-P2-P3
Model ini digunakan oleh jajaran kesehatan, yang dijabarkan dengan:
 P1 : perencanaan bentuk perencanaan tingkat puskesmas(PTP)
 P2 : penggerakkanpelaksanaan berbentuk lokakarya mini
 P3 : pengawasaan, penilaina, & pengendaliam yang berbentuk
stratifikasi permanen yang kelak berubah enjadi penilain kerja puskesmas.
4. Model ARRIF (Analisi, rumusan, rencana, implementasi, & foum
komunikasi)
Model ini digunakan oleh jajaran DEPKES khususnya yag bergerak
dalam bidang pertisipasi masyarakat. Menajemn arif menghasikan
model PSM baik tingkat kecamatan/ kabupaten/ provinsi maupun
pusat/ nasional.

5. Model ARRIME
Pada dasrnya arrime sama dengan arrif, hanya hasil monitoring da
evaluasi secara tegas terpsah, karna aspek yang dikelola meliput #
fungsi puskesmas, sehingga fungsi onitoring & evaluasi harus
terpisah.

b. Struktur Organisasi serta Tugas dan Wewenang


Dinas Kesehatan kabupaten/kota memiliki tugas untuk menetapkan struktur
organisasi puskesmas dengan pertimbangan beban kerja dan sumber daya
yang tersedia di tiap puskesmas di daerah. Struktur organisasi tersebut adalah
sebagai berikut.

1. Unsur pimpinan (Kepala Puskesmas)


Tugas pokok :
Memimpin, mengawasi, dan mengoordinasi seluruh kegiatan puskesmas.
2. Unsur Pembantu pimpinan
Tugas pokok :
Bidang kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat-menyurat,
pencatatan, dan pelaporan.
3. Unsur Pelaksana
Tugas pokok :
Merupakan unit-unit yang terdiri dari tenaga pegawai.
Jumlah unit tergantung pada kegiatan, tenaga, dan fasilitas di tiap daerah.
Secara umum unsur pelaksana terdiri atas unit I, II, III, IV, V, VI, dan VII.
Keterangan Unit Pelaksana Teknis

 Unit I : mempunyai fungsi dan tugas pokok melaksanakan kegiatan


kesejahteraan ibu dan anak, program keluarga berencana, dan
perbaikan gizi.
 Unit II : mempunyai fungsi dan tugas pokok melaksanakan kegiatan
pencegahan dan pemberantasan penyakit khususnya imunisasi
dan penjagaan kesehatan lingkungan.
 Unit III : Mempunyai fungsi dan tugas pokok untuk melaksanakan
kegiatan kesehatan gigi dan mulut serta kesehatan tenaga kerja
dan lanjut usia.
 Unit IV : mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk melaksanakan
kegiatan perawatan kesehatan masyarakat, kesehatan sekolah
dan olahraga, kesehatan jiwa, kesehatan mata, dan kesehatan
khusus lainnya.
 Unit V : mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk melaksanakan
kegiatan di bidang pembinaan dan pengembangan upaya
kesehatan masyarakat dan penyuluhan kesehatan masyarakat.
 Unit VI : Mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk melaksanakan
Kegiatan pengobatan rawat jalan dan rawat inap.
 Unit VII : mempunyai tugas poko dan fungsi untuk melaksanakan
Pengelolaan farmasi.

c. Visi dan Misi Puskesmas


Visi puskesmas ialah :
Tercapainya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat
Adapun indikator kecamatan sehat :
1. Lingkungan sehat
2. Perilaku sehat
3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan
Misi puskesmas ialah :
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu , pemerataan, dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
4. Memeliharan dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan
masyarakat beserta lingkungannya.

STANDAR PELAYANAN PUSKESMAS

1. Promosi kesehatan
a.Pelaksanaan posyandu dan Pembinaan kader
b.Penyuluhan kesehatan
c.Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
d.Advokasi program kesehatan dan program prioritas
e.Promosi kesehatan tentang narkoba
f.Promosi tentang kepesertaan jamkesmas
g.Pembinaan dana sehat/jamkesmas

2. Kesehatan Lingkungan
a.inspeksi sanitasi rumah sehat
b.pengawasan dan pembinaan tempat-tempat umum (ttu)
c.pengawasan dan pembinaan tempat pengolahan dan penyajian
makanan dan minuman/tpm
d.pengawasan dan pembinaan industri
e.pengawasan dan pembinaan pengolahan pestisida
f.inspeksi sarana air bersih (sab)
g.pemeriksaan jaga (inspeksi sanitasi jamban keluarga)
h.frekuensi pemeriksaan spal (sanitasi sarana pembuangan air
limbah)
i.pemeriksaan tps (tempat pembuangan sampah)
3. Pemberantasan penyakit menular
a.Program imunisasi
b.Program TB paru dengan kegiatan penemuan penderita TBC
c.Program malaria dengan angka insiden malaria (AMI)
d.Program ISPA dengan frekuensi penemuan dan penaggulangan
pneumonia
e.Program diare meliputi frekuensi penanggulangan diare
f.Program rabies
g.Program Surveilans
h.Pemberantasan P2B2 demam berdarah

4.Kesehatan ibu dan anak


a.Kesehatan Ibu
-Pembinaan kesehatan ibu
-Pelayanan ibu hamil resti berupa cakupan pelayanan (konseling,
penanganan dan rujukan)
-Persalinan oleh nakes
-Cakupan peserta KB aktif
-Perawatan ibu nifas
b.Kesehatan anak
-Cakupan neonatus
-Penyelenggaraan deteksi dini tumbuh kembang

5. Gizi
-Penyelenggaraan kegiatan penanggulangan masalah kurang gizi
-Penimbangan balita
-kelurahan UPGK
-Pembinaan pemanfaatan ASI untuk pemberian ASI eksklusif
-Penanggulangan gizi buruk
-Distribusi pemberian Fe1 dan Fe2
6. Pengobatan
- Pendistribusian vitamin dan obat-obatan

2. ETIKA KOMUNIKASI ANTARA DOKTER DAN PASIEN


2.1 Pengertian Komunikasi Efektif Dokter-Pasien

Komunikasi adalah sebuah kata seperti “organisasi”, semua orang tahu apa
artinya, namun apabila ada yang bertanya apa definisi formalnya, barulah dirasa
perlu untuk member batasan yang jelas.

Definisi secara umum:

“Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau informasi


dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain
tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau
informasi.” (Kommarudin, 1994:schermerhom, Hunt & Osborn.1994:koontz
&weihrich, 1988)

Selanjutnya definisi tersebut menjadi dasar model proses komunikasi yang


berfokus pada pengirim pikiran-pkiran atau informasi (sender/source), saluran
yang dipakai (channel) untuk menyampaikan pikitan-pikiran atau informasi dan
penerima pikian-pikiran atau informasi (receiver).
Model tersebut juga bisa mengilustrasikan adanya penghambat pikiran-pikiran
atau infomasi sampai menerima (noise) dan umpan balik (feedback) yang
memfasilitsi kelancaran komunikasi itu sendiri. Sender, channel, receiver, noise
dan feeback akan dibahas pada subbab elemen-elemen komunikasi.

2.2 Aplikasi Komunikasi Efektif Dokter-Pasien

Komunikasi efektif dokter pasien merupakan pengembangan hubungan


dokter-pasien secara efektif yang berlangsung secara efisien, dengan tujuan utama
penyampaian informasi atau pemberian penjelasan yang diperlukan dalam rangka
membangun kerja sama antara dokter dengan pasien. Komunikasi yang dilakukan
secara verbal dan non-verbal menghasilkan pemahaman pasien terhadap keadaan
kesehatannya, peluang dan kendalanya, sehingga dapat bersama-sama dokter
mencari alternatif untuk mengatasi permasalahannya. Komunikasi yang dilakukan
secara verbal dan non-verbal menghasilkan pemahaman pasien terhadap keadaan
kesehatannya, peluang dan kendalanya, sehingga dapat bersama-sama dokter
mencari alternatif untuk mengatasi permasalahannya.

Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak


memerlukan waktu lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan lebih sedikit
waktu karena dokter terampil mengenali kebutuhan pasien (tidak hanya ingin
sembuh). Dalam pemberian pelayanan medis, adanya komunikasi yang efektif
antara dokter dan pasien merupakan kondisi yang diharapkan sehingga dokter
dapat melakukan manajemen pengelolaan masalah kesehatan bersama pasien,
berdasarkan kebutuhan pasien.

Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk
mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih
memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien
bagi keduanya (Kurtz, 1998).

Berdasarkan hari penelitian, manfaat komunikasi efektif dokter-pasien di


antaranya:
1) Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari
dokter atau institusi pelayanan medis.
2) Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan dasar
hubungan dokter-pasien yang baik.
3) Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis.
4) Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal
dalam menghadapi penyakitnya.

Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi
yang digunakan:
- Disease centered communication style atau doctor centered communication
style. Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan
diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan
gejala-gejala.
- Illness centered communication style atau patient centered communication style.
Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang
secara individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat
pasien, kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta
apa yang dipikirkannya.

Sementara, Bylund & Makoul (2002) mengembangkan 6 tingkat empati yang


dikodekan dalam suatu sistem (The Empathy Communication Coding System
(ECCS) Levels).

Sesi penggalian informasi terdiri dari:


1. Mengenali alasan kedatangan pasien
2. Penggalian riwayat penyakit (Van Thiel, 2000)

Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan
komunikasi, yaitu SAJI (Poernomo, Ieda SS, Program Family Health Nutrition,
Depkes RI, 1999).
S = Salam
A = Ajak Bicara
J = Jelaskan
I = Ingatkan

Secara rinci penjelasan mengenai SAJI adalah sebagai berikut.


Salam:
Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan waktu untuk
berbicara dengannya.
Ajak Bicara:
Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri. Dorong agar
pasien mau dan dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya. Tunjukkan bahwa
dokter menghargai pendapatnya, dapat memahami kecemasannya, serta mengerti
perasaannya. Dokter dapat menggunakan pertanyaan terbuka maupun tertutup
dalam usaha menggali informasi.
Jelaskan:
Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin
diketahuinya, dan yang akan dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh
pikirannya sendiri. Luruskan persepsi yang keliru. Berikan penjelasan mengenai
penyakit, terapi, atau apapun secara jelas dan detil.
Ingatkan:
Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin memasukkan berbagai
materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya kembali. Di bagian akhir
percakapan, ingatkan dia untuk hal-hal yang penting dan koreksi untuk persepsi
yang keliru. Selalu melakukan klarifikasi apakah pasien telah mengerti benar,
maupun klarifikasi terhadap hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua belah
pihak serta mengulang kembali akan pesan-pesan kesehatan yang penting.

2.3 Landasan Hukum Komunikasi Efektif Dokter-Pasien


Secara yuridis timbulnya hubungan hukum antara dokter dengan pasien bisa
berdasarkan dua hal, yaitu :
a. Perjanjian
b. Undang-undang

a. Berdasarkan perjanjian
Timbulnya hubungan hukum antara dokter dengan pasien berdasarkan perjanjian
mulai terjadi saat pasien datang ketempat praktek dokter atau ke rumah sakit dan
dokter menyanggupinya dengan dimulai anamnesa (tanya-jawab) dan
pemeriksaan oleh dokter. Dari seorang dokter harus dapat diharapkan bahwa ia
akan berusaha sebaik mungkin untuk menyembuhkan pasiennya. Dokter tidak
bisa menjamin bahwa ia pasti akan dapat menyembuhkan penyakit pasiennya,
karena hasil suatu pengobatan sangat tergantung kepada banyak faktor yang
berkaitan (usia, tingkat keseriusan penyakit, macam penyakit, komlikasi dan lain-
lain). Dengan demikian maka perjanjian antara dokter - pasien itu secara yuridis
dimasukkan ke dalam golongan inspanningsverbitenis.

b. Berdasarkan Undang-Undang
UU Praktik Kedokteran No.29 tahun 2009 pasal 52 a dan c.
Hak dan kewajiban pasien
Pasal 52
Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak :
a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis
sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat (3)
b. Meminta pendapat dokter dan dokter gigi lain.
c. Mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis.
d. Menolak tindakan medis, dan
e. Mendapat isi rekam medis.

2.4 Bentuk Pelanggaran Disiplin Kedokteran dan Sanksi Pelanggaran


Disiplin Kedokteran

Pelanggaran disiplin adalah pelanggaran terhadap aturan aturan dan/atau


ketentuan penerapan keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan yang seharusnya
diikuti oleh dokter dan dokter gigi. Sebagian dari aturan dan ketentuan tersebut
terdapat dalam UU Praktik Kedokteran, dan sebagian lagi tersebar didalam
Peraturan Pemerintah, Permenkes, Peraturan KKI, Pedoman Organisasi Profesi,
KODEKI, Pedoman atau ketentuan lain.

Pelanggaran disiplin pada hakikatnya dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Melaksanakan praktik kedokteran dengan tidak kompeten.


2. Tugas dan tanggung jawab profesional pada pasien tidak dilaksanakan
dengan baik.
3. Berperilaku tercela yang merusak martabat dan kehormatan profesi
kedokteran.
Sanksi Pelanggaran Disiplin Kedokteran

Sesuai UU Praktik Kedokteran, sanksi yang diberikan kepada dokter/dokter gigi


yang dinyatakan melanggar disiplin kedokteran/ kedokteran gigi dalam keputusan
MKDKI dapat berupa:

a. Pemberian peringatan tertulis


b. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi (STR) atau Surat Izin
Praktik (SIP); dan/atau
c. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan
kedokteran atau kedokteran gigi (reschooling)

Sanksi-sanksi yang diberikan juga disesuaikan dengan derajat kesalahan yang


dilakukan oleh seorang dokter/dokter gigi dalam pelanggaran disiplin kedokteran.

Contoh kasus yang berhubungan dengan kurang efektifnya komunikasi yang


dilakukan dokter/dokter gigi :

"Dalam satu kasus, bayi meninggal di ruang Neonatus Intensive Care Unit
(NICU). Pada saat itu, dokter hanya menyampaikan kepada keluarga pasien
bahwa telah terjadi kekurangan oksigen, sehingga keluarga pasien tidak terima.
Padahal maksud si dokter adalah ketidakmampuan paru-paru si bayi untuk
menerima oksigen."

Seandainya yang terjadi adalah pasokan oksigen di ruang NICU habis, maka
MKDKI bisa menilainya sebagai pelanggaran disiplin sehingga dokter yang
bersangkutan bisa dikenai sanksi mulai dari peringatan tertulis, rekomendasi
pencabutan Surat Tanda Registrasi (STR) atau Surat Ijin Praktik (SIP) sampai
dengan mengikuti pendidikan/pelatihan ulang atau reschooling. Namun karena
yang terjadi hanya kurang komunikasi, MKDKI hanya memberikan teguran dan
pembinaan.
3. SISTEM PEMBIAYAAN PELAYANAN KESEHATAN
a. Pembiayaan kesehatan
Tingginya biaya pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini merupakan masalah
yang sangat serius karena sangat membebani masyarakat pengguna jasa pelayanan
kesehatan , sehingga perlu dicarikan jalan keluarnya. Masalah tingginya biaya
pelayanan kesehatan ini semakin dirasakan setelah krisis ekonomi melanda
indonesia karena sebagian besar kemoponen perawatan seperti obat-obatan dan
teknologi kedokteran masih di inmpor sementara nilai tukar rupiah masih belum
tinggi. Disisi lain kemampuan dana pemerintah juga smakin terbatas sehingga
subsidi pemerintah kepada masyarakat yang kurang mampu akan terganggu.
Ada 4 (empat) sumber utama pembiayaan kesehatan :

1. Pemerintah
2. Swasta
3. Masyarakat dalam bentuk pembayaran langsung (free for serviors) dan
asuransi
4. Sumber-sumber lain dalam bentuk hibah atau pinjaman dari luar negeri
Pelayanan kesehatan yang bersumber dari asuransi kesehatan merupakan
salah satu cara yang terbaik untuk mengatasi mahalnya pelyanan kesehatan
. alasannya anatara lain karena :

 Pemerintah dapat mendiverifikasikan sumber-sumber pendapatan dari


sektor kesehatan
 Meningkatkan efesiensi dengan membeikan kepada masyarakat dalam
pembiayaan pelayanan kesehatan
 Memeratakan beban biaya kesehatan menurut waktu dan populasi yang
lebih luas sehingga dapat mengurangi resiko secara individu

Asuransi Kesehatan

Adalah suatu mekanisme pengalihan resiko (sakit) dari resiko perorangan


menjadi resiko kelompok. Dengan cara mengalihkan resiko individu menjadi
resiko kelompok, beban ekonomi yang harus dipikul oleh masing-masing peserta
asuransi akan lebih ringan tetapi mengandung kepastian karena memperoleh
jaminan.

Unsur-unsur asuransi kesehatan

 Ada perjanjian
 Ada pembelian perlindungan
 Ada pembayaran premi oleh masyarakat

Asuransi Kesehatan di Indonesia dan Pengelolahannya

Secara universal, beberapa jenis asuransi kesehatan berkembang di Indonesia

a. Asuransi kesehatan sosial (social health)


Asuransi kesehatan sosial memegang teguh prinsipnya bahwa kesehatan adalah
sebuah pelayanan sosial,pelayanan kesehatan tidak boleh semata-mata diberikan
berdasarkan status sosial masyarakat seingga semua lapisan berhak untuk
memperoleh jaminan pelayanan kesehatan. Asuransi kesehatan sosial
dilaksanakan dengan menggunakan prinsip sebagai berikut
 Keikut sertaan bersifat wajib
 Menyertakan tenaga kerja dan keluarganya
 Iuran/premi berdasarkan persentasi gaji/pendapatan
 Premi tidak ditemukan oleh resiko perorangan
 Tidak di perlukan pemeriksaan kesehatan awal
 Jaminan pemeliharaan kesehtana yang diperoleh bersifat menyeluruh
 Peran pemerintah sangat besar
Di indonesia, asuransi kesehatan bagi pegawai negeri sipil dan penerima pensiun
dikelola oleh PT.Askes. asuransi kesehatan bagi tenaga kerja dikelola oleh
PT.Jamsostek

a. Asuransi kesehatan komersial (private volextory health insurance)

Model asuransi kesehatan ini juga berkembang di indonesia, dapat di beli


preminya baik oleh individu maupun masyarakat kelas menengah keatas.

Asuransi kesehtan komersial perseorangan mempunyai prinsip kerja sebagai


berikut :

 Kepesertaannya bersifat perseorangan dan sukarela


 Iuran/premi berdasarkan angka absolut
 Premi didasarkan atas resiko perorangan
 Dilakukan pemeriksa kesehatan awal
 Peranan pemerintah relatif real

Diindonesia produk asuransi kesehatan komersial dibuat oleh lipo life ,BM life,
tugu mandiri
Asuransi kesehatan komersial kelompok (regulated privat health insurance)
Jenis asuransi ini merupakan alternatif lain sistem asuransi kesehatan komersial
dengan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut :
 Keikut sertaannya bersifat sukarela tetapi berkelompok
 Iuran/preminya dibayar berdasarkan atas angka absolut
 Perhitungan premi bersifat comunity rating
 Santunan (jaminan pemeliharaan kesehatan) diberikan sesuai kontrak.
 Tidak diperlukan pemeriksaan
 Peran pemerintah cukup besar dengan membuat peraturan

JAMKESMAS
merupakan program pemerintah untuk memberikan pelayanan / jaminan
kesehatan gratis bagi masyarakat miskin. Merupakan upaya untuk mempercepat
pencapaian sasaran pemmbangunan kesehatan dan peningkatan derajat kesehatan
yang optimal

Tujuan :
 Tujuan Umum
Meningkatkan akses dan mutu kelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat
miskin dan tidak mampu agar tercapai kesehatan masyarakat yang optimal secara
efektif dan efesien
 Tujuan Khusus
Meningkatkan cakupan masyarakat miskin dan tidak menigkatnya akses dan mutu
pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar
tercapai drajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efesien
 Tujuan Khusus
1. Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang
mendapat pelayanan kesehatan di puskesmas serta jaringannya dan di rumah sakit
2. Meiningkatnya kualitas pelayan kesehatan bagi masyarakat miskin
3. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel
Program :
 Merupakan bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat
miskin di seluruh Indonesia
 Program JAMKESNAS merupakan kebijakan yang sangat tepat guna
meningkatkan aksebilitas masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan
 Pelayanan kesehatan yang komperhensif promitive , prefentiv, kuratif ,
dan rehabilitative
 Berjenjang a riwayat jalan , rawat inap di puskesmas, rawat jalan
spesialistik , rawat inap di rumah sakit

Kelebihan dan Kekurangan Jamkesmas


 Kelebihan Program
a. Dana amanah dan dikelola secara nirlaba
b. Portabilitas dan ekuitas
c. Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara terstruktur
d. Iuran dijamin pemerintah
e. Dikelola secara transparan dan akuntabel

 Kekurangan Program
a. Pendataan sasaran miskin belum tuntas
b. Peran/fungsi ganda dari penyelenggara, sebagai pengelola dan pembayar
c. Rumah sakit melakukan kendali mutu pelayanan dan kendali biaya
d. Verivikasi tidak berjalan optimal
e. Paket pelayanan belum diimbangi kebutuhan dana yang memadai
f. Penyelenggara tidak menanggung resiko
BAB III

RANGKUMAN

Dokter gigi telah melakukan pelanggaran hukum terhadap Undang-Undang

Praktik Kedokteran No.29 tahun 2004 pasal 52 a dan c karena terburu-buru dan

tidak berkomunikasi dengan baik terhadap pasien. Dokter gigi juga melanggar

Disiplin Kedokteran karena tugas & tanggung jawab profesional pada pasien tidak

dilaksanakan dengan baik.


BAB IV

RESENSI

1. http://dinkes.brebeskab.go.id/attachments/article/96/SOP%20Pelayanan%20Pu
skesmas.pdf
2. Sulaeman, Endang Sutisna. 2009. Manajemen Kesehatan Teori dan Praktik.
Surakarta : Universitas Negeri Solo.
3. http://ners.unair.ac.id/materikuliah/PUSKESMAS.pdf
4. Arrime Pedoman Manajemen Puskesmas. 2007. Jakarta : Dinas Kesehatan
5. http://inamc.or.id/download/Manual%20Komunikasi%20Efektif.pdf

Anda mungkin juga menyukai