SKENARIO 2 BLOK 2
OLEH : KELOMPOK E
FASILITATOR : drg. DANICA ANASTASIA
KETUA : EKA WAHYUNI (NIM. 04111004065)
SEKRETARIS : REISHA MERSITA (NIM. 04111004057)
ANGGOTA :
WIDYA ANGGRAINI (NIM. 04111004056)
FEBRISALLY PURBA (NIM. 04111004058)
FADLUN (NIM. 04111004059)
KARIMAH (NIM. 04111004060)
AMALIA VIRGITA (NIM. 04111004061)
ATIKA SAMY K. (NIM. 04111004062)
KHAIRUNNISA (NIM. 04111004063)
PUTRI AJRI M. (NIM. 04111004066)
ESSYA NOVA R. R. (NIM. 04111004067)
ATIEKA ULLI SANDRA (NIM. 04111004068)
MARIA SANDIKA P. (NIM. 04111004069)
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG :
Ibu Warsinem datang ke puskesmas karena giginya sakit bila dipakai mengunyah
makanan. Jadwal pelayanan poli gigi puskesmas hanya Senin, Selasa, dan Rabu.
Karena Ibu Warsinem datang hari Jumat maka perawat gugu hanya memberinya
obat pereda rasa sakit dan kembali hari Senin untuk bertemu dokter gigi. Pada hari
Senin, dokter gigi tersebut datang terlambat kurang lebih 3 jam. Dokter gigi panik
melihat pasien yang sudah menumpuk sehingga terburu-buru dalam melakukan
perawatan gigi Ibu Warsinem. Dokter gigi tidak melakukan komunikasi yang baik
terhadap pasien sehingga terburu-buru dalam melakukan perawatan gigi Ibu
Warsinem. Ibu Warsinem merasa menyesal menggunakan fasilitas pembiayaan
kesehatan gratis dari pemerintah daerah setempat melihat pelayanan dokter gigi
yang tidak empati.
I. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Obat pereda rasa sakit
2. Empati
3. Komunikasi
4. Fasilitas pembiayaan kesehatan gratis
5. Perwatan gigi
6. Pelayanan poli gigi
IV. HIPOTESIS
Dokter gigi dan puskesmas telah melakukan pelanggaran etika karena
kurangnya komunikasi dokter-pasien dan tidak sesuai dengan standar
pelayanan puskesmas.
V. LEARNING ISSUE
1. Puskesmas
a. Definisi
b. Struktur organisasi serta tugas dan wewenang
c. Visi dan misi
d. Standar pelayanan puskesmas
BAB II
PEMBAHASAN
1. PUSKESMAS
a. Pengertian puskesmas
Kewenangan puskesmas
- Kewenangan menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan, & evaluasi
pembangunan kesehatan diwilayah kecamatan yang disesuaikan dengan
situasi kondisi, kultur budaya, & potensi setempat.
- Kewenangan mencari menggali & mengelola sumber pembiayaan yang
berasal dari pemerintah, masyarakat, swasta, & sumber lain dengan
sepengetahuan dinas kesehatan kabupaten / kota yang kemudan
dipertanggung jawabkan untuk pembangunan kesehatan diwilayah
kerjanya.
- Kewenangan untuk mengangkat instusi / honorer, pemindahan tenaga, &
pendayagunaan tenaga kesehatan diwilayah kerjayadengan sepengetahuan
dinaskesehatan kabupaten / kota.
- Kewenangan untuk melengkap sarana / prasarana termasuk peralatan
medis & non medis yang dibutuhkan.
Fungsi puskesmas
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan
b. Memberdayakan masyarakat & memberdayakan keluarga
c. Memberikan pelayan kesehatan tingkat pertama
Azas puskesmas
Azas pertanggung jawaban wilayah
puskesmas harus bertanggung jawab atas pembangunan kesehatan
diwilaah kejanya. Untuk dapat memantau seluruh wilayah kerjanya,
puskesmas harus bekerja secara proaktif kelapangan mengadakan
pemantauan, pembinaan, & pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan.
Azas peran masyarakat
Dalam melakasanakan kegiatannya, puskesmas harus memandang
masyarakat sebagai subjek pembangunan kesehatan sehingga puskesmas
bukan hanya bekerja untuk mereka namun untuk masyarakat juga.oleh
karena itu, puskesmas harus bekerja sama dengan masyarakat mulai dari
tahap identifikasi masalah, menggali sumberdaya setempat, merumuskan
dan merencanakan penangulagannya, melaksanakan program kesehatan
tersebut, serta mengevaluasinya.
Azas keterpaduan
Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan pembangunan kesehatan
diwilayah kerjanya harus melakukan kerjasama dengan berbagi pihak
,bermitra dengan berbagai BPKM/BPP &organisasi masyarakat lainnya.
Berkoordinasi dengan bebagai sektor, agar terjadi perpaduan kegiatan
dilapangan sehingga leih berhasil & berdayaguna. Salah satu cara
memadukan berbagaimacam kegiatan untuk menyehatkan masyarakat.
Dari asalah kesehatan setempat akan diketu intervensi apasaja apa yang
perlu & program apa yang lebih dahulu masuk dan program apa yang
belakangan dilakukan.
Azas rujukan
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanaan kesehatan tigkat prtama , bila
tidak mampu mengatasi masalah karna berbagai keterbatasaan , bisa
melakukan rujukan baik secaa vertikal ketingkat yang lebih tinggi atau
secara horizontal ke Puskesmas lainnya.
PUSKESMAS/ PUSKESMAS
PEMBANTU
Bentuk-bentuk puskesmas
a. Puskesmas prkotaan
b. Puskesmas daerah wisata
c. Puskesmas daerah industri
d. Puskesmas daerah terpencil
Kegiatan puskesmas
a. Usaha pelayanaan rawat jalan
b. Usaha kesehatan ibu & anak
c. Usaha keluarga berencana
d. Usaha kesehatan gigi
e. Usaha kesehatan gizi
f. Usaha kesehatan sekolah
g. Usaha kesehatan lingkungan
h. Usaha ksehatan jiwa
i. Usaha kesehatan lanjut usia
j. Usaha pendidikan kesehatan
k. Usaha perawatan kesehatan masyarakat
l. usaha pencegahaan & pemberantasan penyakit menular
m. Usaha kesehatan olahraga
n. Usaha kesehatan mata
o. Usaha kesehatan kerja
p. Usaha pencatatan & pelaporan
q. Usaha laboratorium keshatan masyarakat.
b. Tata kerja puskesmas
BUPATI/
WALIKOTA
DINKES KAB /
KOTA RSUD
CAMAT
UNIT FUNGSIONAL
PUSTU / BDD
:Garis lini
: Garis konsultasi
Tata kerja puskesmas diatur sebagai berikut :
2. Model POAC
Fungsi dati model ini adalah :
P : planning (perencanaan)
O : organizing (organisasi)
A : Actuating (penggerakan)
C : controlling(konrol)
3. Model P1-P2-P3
Model ini digunakan oleh jajaran kesehatan, yang dijabarkan dengan:
P1 : perencanaan bentuk perencanaan tingkat puskesmas(PTP)
P2 : penggerakkanpelaksanaan berbentuk lokakarya mini
P3 : pengawasaan, penilaina, & pengendaliam yang berbentuk
stratifikasi permanen yang kelak berubah enjadi penilain kerja puskesmas.
4. Model ARRIF (Analisi, rumusan, rencana, implementasi, & foum
komunikasi)
Model ini digunakan oleh jajaran DEPKES khususnya yag bergerak
dalam bidang pertisipasi masyarakat. Menajemn arif menghasikan
model PSM baik tingkat kecamatan/ kabupaten/ provinsi maupun
pusat/ nasional.
5. Model ARRIME
Pada dasrnya arrime sama dengan arrif, hanya hasil monitoring da
evaluasi secara tegas terpsah, karna aspek yang dikelola meliput #
fungsi puskesmas, sehingga fungsi onitoring & evaluasi harus
terpisah.
1. Promosi kesehatan
a.Pelaksanaan posyandu dan Pembinaan kader
b.Penyuluhan kesehatan
c.Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
d.Advokasi program kesehatan dan program prioritas
e.Promosi kesehatan tentang narkoba
f.Promosi tentang kepesertaan jamkesmas
g.Pembinaan dana sehat/jamkesmas
2. Kesehatan Lingkungan
a.inspeksi sanitasi rumah sehat
b.pengawasan dan pembinaan tempat-tempat umum (ttu)
c.pengawasan dan pembinaan tempat pengolahan dan penyajian
makanan dan minuman/tpm
d.pengawasan dan pembinaan industri
e.pengawasan dan pembinaan pengolahan pestisida
f.inspeksi sarana air bersih (sab)
g.pemeriksaan jaga (inspeksi sanitasi jamban keluarga)
h.frekuensi pemeriksaan spal (sanitasi sarana pembuangan air
limbah)
i.pemeriksaan tps (tempat pembuangan sampah)
3. Pemberantasan penyakit menular
a.Program imunisasi
b.Program TB paru dengan kegiatan penemuan penderita TBC
c.Program malaria dengan angka insiden malaria (AMI)
d.Program ISPA dengan frekuensi penemuan dan penaggulangan
pneumonia
e.Program diare meliputi frekuensi penanggulangan diare
f.Program rabies
g.Program Surveilans
h.Pemberantasan P2B2 demam berdarah
5. Gizi
-Penyelenggaraan kegiatan penanggulangan masalah kurang gizi
-Penimbangan balita
-kelurahan UPGK
-Pembinaan pemanfaatan ASI untuk pemberian ASI eksklusif
-Penanggulangan gizi buruk
-Distribusi pemberian Fe1 dan Fe2
6. Pengobatan
- Pendistribusian vitamin dan obat-obatan
Komunikasi adalah sebuah kata seperti “organisasi”, semua orang tahu apa
artinya, namun apabila ada yang bertanya apa definisi formalnya, barulah dirasa
perlu untuk member batasan yang jelas.
Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk
mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih
memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien
bagi keduanya (Kurtz, 1998).
Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi
yang digunakan:
- Disease centered communication style atau doctor centered communication
style. Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan
diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan
gejala-gejala.
- Illness centered communication style atau patient centered communication style.
Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang
secara individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat
pasien, kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta
apa yang dipikirkannya.
Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan
komunikasi, yaitu SAJI (Poernomo, Ieda SS, Program Family Health Nutrition,
Depkes RI, 1999).
S = Salam
A = Ajak Bicara
J = Jelaskan
I = Ingatkan
a. Berdasarkan perjanjian
Timbulnya hubungan hukum antara dokter dengan pasien berdasarkan perjanjian
mulai terjadi saat pasien datang ketempat praktek dokter atau ke rumah sakit dan
dokter menyanggupinya dengan dimulai anamnesa (tanya-jawab) dan
pemeriksaan oleh dokter. Dari seorang dokter harus dapat diharapkan bahwa ia
akan berusaha sebaik mungkin untuk menyembuhkan pasiennya. Dokter tidak
bisa menjamin bahwa ia pasti akan dapat menyembuhkan penyakit pasiennya,
karena hasil suatu pengobatan sangat tergantung kepada banyak faktor yang
berkaitan (usia, tingkat keseriusan penyakit, macam penyakit, komlikasi dan lain-
lain). Dengan demikian maka perjanjian antara dokter - pasien itu secara yuridis
dimasukkan ke dalam golongan inspanningsverbitenis.
b. Berdasarkan Undang-Undang
UU Praktik Kedokteran No.29 tahun 2009 pasal 52 a dan c.
Hak dan kewajiban pasien
Pasal 52
Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak :
a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis
sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat (3)
b. Meminta pendapat dokter dan dokter gigi lain.
c. Mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis.
d. Menolak tindakan medis, dan
e. Mendapat isi rekam medis.
"Dalam satu kasus, bayi meninggal di ruang Neonatus Intensive Care Unit
(NICU). Pada saat itu, dokter hanya menyampaikan kepada keluarga pasien
bahwa telah terjadi kekurangan oksigen, sehingga keluarga pasien tidak terima.
Padahal maksud si dokter adalah ketidakmampuan paru-paru si bayi untuk
menerima oksigen."
Seandainya yang terjadi adalah pasokan oksigen di ruang NICU habis, maka
MKDKI bisa menilainya sebagai pelanggaran disiplin sehingga dokter yang
bersangkutan bisa dikenai sanksi mulai dari peringatan tertulis, rekomendasi
pencabutan Surat Tanda Registrasi (STR) atau Surat Ijin Praktik (SIP) sampai
dengan mengikuti pendidikan/pelatihan ulang atau reschooling. Namun karena
yang terjadi hanya kurang komunikasi, MKDKI hanya memberikan teguran dan
pembinaan.
3. SISTEM PEMBIAYAAN PELAYANAN KESEHATAN
a. Pembiayaan kesehatan
Tingginya biaya pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini merupakan masalah
yang sangat serius karena sangat membebani masyarakat pengguna jasa pelayanan
kesehatan , sehingga perlu dicarikan jalan keluarnya. Masalah tingginya biaya
pelayanan kesehatan ini semakin dirasakan setelah krisis ekonomi melanda
indonesia karena sebagian besar kemoponen perawatan seperti obat-obatan dan
teknologi kedokteran masih di inmpor sementara nilai tukar rupiah masih belum
tinggi. Disisi lain kemampuan dana pemerintah juga smakin terbatas sehingga
subsidi pemerintah kepada masyarakat yang kurang mampu akan terganggu.
Ada 4 (empat) sumber utama pembiayaan kesehatan :
1. Pemerintah
2. Swasta
3. Masyarakat dalam bentuk pembayaran langsung (free for serviors) dan
asuransi
4. Sumber-sumber lain dalam bentuk hibah atau pinjaman dari luar negeri
Pelayanan kesehatan yang bersumber dari asuransi kesehatan merupakan
salah satu cara yang terbaik untuk mengatasi mahalnya pelyanan kesehatan
. alasannya anatara lain karena :
Asuransi Kesehatan
Ada perjanjian
Ada pembelian perlindungan
Ada pembayaran premi oleh masyarakat
Diindonesia produk asuransi kesehatan komersial dibuat oleh lipo life ,BM life,
tugu mandiri
Asuransi kesehatan komersial kelompok (regulated privat health insurance)
Jenis asuransi ini merupakan alternatif lain sistem asuransi kesehatan komersial
dengan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut :
Keikut sertaannya bersifat sukarela tetapi berkelompok
Iuran/preminya dibayar berdasarkan atas angka absolut
Perhitungan premi bersifat comunity rating
Santunan (jaminan pemeliharaan kesehatan) diberikan sesuai kontrak.
Tidak diperlukan pemeriksaan
Peran pemerintah cukup besar dengan membuat peraturan
JAMKESMAS
merupakan program pemerintah untuk memberikan pelayanan / jaminan
kesehatan gratis bagi masyarakat miskin. Merupakan upaya untuk mempercepat
pencapaian sasaran pemmbangunan kesehatan dan peningkatan derajat kesehatan
yang optimal
Tujuan :
Tujuan Umum
Meningkatkan akses dan mutu kelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat
miskin dan tidak mampu agar tercapai kesehatan masyarakat yang optimal secara
efektif dan efesien
Tujuan Khusus
Meningkatkan cakupan masyarakat miskin dan tidak menigkatnya akses dan mutu
pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar
tercapai drajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efesien
Tujuan Khusus
1. Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang
mendapat pelayanan kesehatan di puskesmas serta jaringannya dan di rumah sakit
2. Meiningkatnya kualitas pelayan kesehatan bagi masyarakat miskin
3. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel
Program :
Merupakan bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat
miskin di seluruh Indonesia
Program JAMKESNAS merupakan kebijakan yang sangat tepat guna
meningkatkan aksebilitas masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan
Pelayanan kesehatan yang komperhensif promitive , prefentiv, kuratif ,
dan rehabilitative
Berjenjang a riwayat jalan , rawat inap di puskesmas, rawat jalan
spesialistik , rawat inap di rumah sakit
Kekurangan Program
a. Pendataan sasaran miskin belum tuntas
b. Peran/fungsi ganda dari penyelenggara, sebagai pengelola dan pembayar
c. Rumah sakit melakukan kendali mutu pelayanan dan kendali biaya
d. Verivikasi tidak berjalan optimal
e. Paket pelayanan belum diimbangi kebutuhan dana yang memadai
f. Penyelenggara tidak menanggung resiko
BAB III
RANGKUMAN
Praktik Kedokteran No.29 tahun 2004 pasal 52 a dan c karena terburu-buru dan
tidak berkomunikasi dengan baik terhadap pasien. Dokter gigi juga melanggar
Disiplin Kedokteran karena tugas & tanggung jawab profesional pada pasien tidak
RESENSI
1. http://dinkes.brebeskab.go.id/attachments/article/96/SOP%20Pelayanan%20Pu
skesmas.pdf
2. Sulaeman, Endang Sutisna. 2009. Manajemen Kesehatan Teori dan Praktik.
Surakarta : Universitas Negeri Solo.
3. http://ners.unair.ac.id/materikuliah/PUSKESMAS.pdf
4. Arrime Pedoman Manajemen Puskesmas. 2007. Jakarta : Dinas Kesehatan
5. http://inamc.or.id/download/Manual%20Komunikasi%20Efektif.pdf