Anda di halaman 1dari 33

Amoxicillin Sebagai Terapi Pnemonia

1. I Komang Gede Widiatmika 08700172


2. Shelly Stephanie Bintoro 08700174
3. Siti Naimah 08700176
4. Bagus Pattiwael 08700180
5. Gede Bagus Subha Jana Giri 08700244
6. IGusti Agung Ngurah Rai J.W 08700285

Surabaya : 8 Mei 2012

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

TAHUN AKADEMIK 2012/2013


KATA PENGANTAR

Atas Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami bersyukur telah menyelesaikan tugas makalah
ini, sebagaimana untuk persyaratan dalam mengikuti perkuliahan Kefarmasian Kedokteran .
Semoga dari apa yang kami tulis ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa
khususnya, tentunya lebih memahami dari topik “Amoxicillin Sebagai Terapi Pnemonia”
seperti dari apa yang kami uraikan dalam penulisan tugas makalah ini.

Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada para dosen Farmasi Kedokteran yang telah
memberikan kami ilmu yang begitu bermanfaat.

Adapun pepatah mengatakan “Tiada Gading yang Tak Retak”, jika ada kesalahan dari penulisan
tugas paper ini, kami mohon maaf sebelumnya dan kami terbuka atas kritik dan saran Anda.

Sekian dan terimakasih.

Surabaya, 26 Januari 2012

Penulis
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan

Bab II Farmasi-Farmakologi :

a. Sifat fisika kimo-kimia obat dan rumus kimia obat

b.Farmasi umum : dosis, preparat-preparat, cara penggunaan

c. Farmakologi umum : khasiat , kegunaan terapi/indikasi dan kontra indikasi

Bab III Farmakokinetik

a. Mekanisme kerja obat

Bab IV Farmakokinetik

a. Pola ADME (absorbs,distribusi, metabolism, ekskresi)

b. Waktu paruh

c. Ikatan protein

d. Bioavailability

Bab V Toksisitas

a. Efek samping dan toksisitas

b.Gejala toksisitas dan penanggulannya

Bab VI Penyelidikan/Penelitian yang telah/pernah dilakukan orang lain

a. “Clinical trial”

b. “ Case history”

c. Eksperimen-eksperimen lain

Bab VII Diskusi/Pembahasan

a.Kritik, koreksi, analisa kuantitatif/komaparatif

Bab VIII Ringkasan ( dan kesimpulan )

Bab IX Summary ( conclusion )

Bab X Daftar Kepustakaan.


BAB I
PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

Pada tahun 1928 Alaxander Fleming menemukan antibiotik pertama yaitu penisilin .Dan
satu decade kemudian hal ini dikembangkan oleh Florey dari biakan Pennicillium notatum
untuk penggunaan sistemik.Kemudian digunakan P.chrysogenum yang meghasilkan banyak
penisilin(1).Dan salah satu antibiotic dari golongan ini yang sering dipergunakan adalah
amoksisilin. Bila dilihat pembagian antibilotik berdasarkan cara kerjanya amoksisilin
termasuk antibiotik yang memiliki aktivitas broad spectrum yang luas.Amoksisilin merupakan
antibiotik yang menghambat kerja antimikroba melalui sintesis dinding sel dan memiliki
struktur kimia seperti beta lactam.Amoksisilin merupakan antibiotik yang memiliki struktur
90% C16H19N3O5S,dihitung terhadap anhidratnya,dan mempunyai potensi yang setara dengan
tidak kurang dari 900 μg dan tidak lebih dari 1050 μg per mg(2).Amoksisilin digunakan sebagai
pengobatan infeksi pada saluran nafas,saluran empedu,saluran seni,
gonnorhea,gastroenteritis,meningitis karena infeksi dari salmonella dan juga pada penyakit
pneumonia.Pnemonia adalah penyakit yang merupakan infeksi pada paru yang disebabkan
oleh virus,bakteri ,jamur dan juga beberapa organisma parasit.Penyakit ini memiliki ciri utama
yakni adanya proses inflamasi pada alveoli pada paru atau pada alveoli yang terisi oleh
cairan.Pnemonia pada keadaan gawat darurat bisa menyebabkan masalah yang cukup parah
sampai dengan kematian.walaupun penyakit ini bisa muncul pada umur berapapun dan paling
berbahaya mengenai orang tua,bayi dan orang yang memiliki penyakit yang berkaitan dengan
imunitas(3).

1.1 Tujuan

Mengetahui bagimana pengaruh dari antibiotic amoxicillin terhadap terapi


pneumonia,dan bias meresepkannya secara rasional
1.2 Manfaat

1. mengetahui efektivitas amoksisilin terhadap pnemonia


2.bisa meresepkan antibiotic amoksisilin secar tepat kepada pasien dengan pneumonia

1.3 Metode

Metode yang kami gunakan adalah metode studi pustaka yakni mengumpulkan
berbagai informasi baik dari buku,jurnal,dan situs-situs internet yang ada kaitannya dengan
topic kami,lalu mendiskusikannya dengan dosen pembimbing

BAB II
FARMASI FARMAKOLOGI

A.Pneumonia

Pneumonia merupakan peradangan dari paru-paru, terutama pada alveolus (organ di dalam
paru-paru yang berfungsi untuk memindahkan oksigen ke dalam sel darah). Pada keadaan
radang, terjadi penumpukan cairan oleh karena proses radang itu sendiri yang menyebabkan
terganggunya perpindahan oksigen ini, selain itu juga di produksinya banyak cairan di dalam
rongga alveoli. Penderita akan mengeluh sulit untuk bernafas (sesak) sehingga penderita akan
bernafas dangkal dan cepat. Keluhan lain berupa demam (akibat proses peradangan) dan batuk

(akibat produksi cairan (sekret) yang berlebihan).

Penyebab dari pneumonia ini adalah infeksi dari bakteri, virus, parasit, dan juga zat-zat lain yang
dapat menyebabkan iritasi dan peradangan dari paru-paru (zat kimia, logam, asbes, asap rokok
dll). Peradangan yang disebabkan oleh infeksi, bersifat ringan sampai berat. Pada kondisi infeksi
yang berat akan menyebabkan gangguan yang hebat pada pernafasan yang disebut respiratory
distress syndrome. Selain itu infeksi yang tidak ditanggulangi dengan tepat dapat menyebar
keseluruh tubuh dan menyebabkan peradangan dan gangguan fungsi dari organ-organ lainnya,
kondisi ini disebut sebagai sepsis, yang dapat berakhir dengan kematian.

Berdasarkan tempat asal penyebabmua, pneumonia dapat dibagi menjadi pneumonia berasal dari
Rumah Sakit dan pneumonia berasal dari lingkungan).

1. Hospital Acquired Pneumonia (HAP)

Pneumonia yang didapatkan dari rumah sakit, didefinisikan sebagai pneumonia yang
terjadi setetalh 48 jam perawatan di rumah sakit, tanpa inkubasi. Terjadinya infeksi ini
disebabkan ketidak seimbangan antara kemampuan pertahanan tubuh penderita dibandingkan
kemampuan bakteri untuk tumbuh dan berkembang. Rute utama adalah melalui cairan
pernafasan seseorang yang terinfeksi (ludah, bersin, udara pernafasan) terhisap oleh
penderita.Bakteri yang paling sering menyebabkan HAP ini adalah bakteri aerob gram negative
seperti streptococcus pneumonia, H. influenza, S.aureus, dll
Faktor resiko terjadinya pneumonia nosokomial dapat dikelompokkan atas 2 golongan
yaitu (1) hal yang tidak dapat dirubah (laki-laki, penyakit paru kronik, gangguan fungsi organ)
dan terkait tindakan yang harus dilakukan di rumah sakit (pemasangan selang pernafasan, selang
lambung), (2) faktor yang dapat dirubah yaitu mengontrol infeksi, disinfeksi dengan alkohol,
pengawasan bakteri resisten terhadap antibiotika. Pneumonia nosokomial terjadi dalam 4 hari
pertama masuk RS, biasanya disebabkan oleh bakteri yang sensitif terhadap antibiotika, kecuali
bila penderita sebelumnya sudah mendapatkan antibiotika atau dirawat di RS dalam 90 hari
sebelumnya. Pneumonia nosokomial yang terjadi setelah lebih dari 5 hari, lebih mungkin
disebabkan oleh bakteri yang tahan terhadap antibiotika

2. Pneumonia Komunitas

Penyebab terjadinya pneumonia komunitas ini dijumpai cenderung penderita dengan faktor
resiko tertentu, misalnya H. Influenza pada pasien perokok, patogen atipikal pada lansia, gram
negatif pada pasien dari rumah jompo.

Faktor resiko terjadinya pneumoni komunitas adalah (1) usia > 65 th, (2) infeksi pada paru yang
multilobuler / nekrotikans, (3) penyakit penyerta seperti (infeksi paru kronis, DM, gagal ginjal
kronik, gagal jantung, gangguan hati), (4) gangguan fungsi organ lainnya.

Beberapa indikasi rawat RS, dari American Thoracic Sociaty, penderita dengan sakit berat bila
didapatkan 1 dari 2 kriteria mayor atau 2 dari 3 kriteria minor. Kriteria mayor adalah kebutuhan
akan ventilator dan syok septik, kriteria minor adalah tekanan darah sistolik < 90 mmHg, terkena
multilobular. Indikasi rawat ICU adalah frekuensi nafas > 30 x/mnt, tensi diastolik < 60 mmHg
dan adanya gangguan kesadaran.

Patologi Pneumonia

Pada saat infeksi paru, inflamasi akut akan menyebabkan migrasi dan pengumpulan
neutrofil dari kapiler menuju ruang udara. Neutrofil tersebut akan memfagosit mikroba dan
mematikannya dengan bantuan spesies oksigen reaktif, protein antimikroba dan enzim-enzim
degradatif. Berbagai reseptor membran dan ligan terlibat dalam suatu interaksi yang kompleks
antara mikroba, sel paru dan sel-sel imun.

Secara anatomis/radiografis pneumonia dapat digolongkan menjadi:

- Pneumonia lobaris, yaitu pneumonia focal yang melibatkan satu/beberapa lobus paru.

- Bronkopneumonia, disebut juga pneumonia multifocal merupakan pneumonia dengan


gambaran berbercak dengan penebalan peribronchial.

- Pneumonia interstisial, pneumonia interstisial dapat dikatakan sebagai pneumonia


fokal/difus, di mana terjadi infiltrasi edema dan sel-sel radang terhadap jaringan interstisial paru.

DIAGNOSIS

Anamnesis

Ditujukan untuk memperkirakan kemungkinan sumber infeksi berhubungan dengan


faktor resiko, seperti : (a) adanya penyakit sebelumnya : PPOK (penyakit paru obstruktif kronis)-
(H.influenzae), kejang / tidak sadar-(kuman gram negatif dari pencernaan), penurunan
kemampuan pertahanan tubuh / kecanduan obat-obatan terlarang – (gram negatif, jamur), usia
bayi – (virus), muda – (M. pneumoniae), perjalanan penyakit cepat dengan dahak yang kotor
berwarna kemerahan – (S. pneumoniae), perjalanan penyakit perlahan dengan dahak sedikit –
(M. pneumoniae)

Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

- Peningkatan sel darah putih (leukositosis)

- Pemeriksaan analisa gas darah untuk mengetahui seberapa berat perjalanan penyakit dan
kondisi penderita saat itu.
- Pemeriksaan perkembang biakan bakteri (kultur bakteri)

2. Pencitraan

Pemeriksaan x-ray dada masih menjadi andalan untuk menegakkan diagnosis pneumonia ini.
Dari gambaran x-ray dapat ditemukan gambaran bercakan keras (infiltrat) pada segmen apikal
lobus bawah atau di daerah tengah paru, diperkirakan akibat aspirasi kuman di saluran
pencernaan. (5)

B. Sifat fisiko kimia dan rumusan kimia obat

Amoksisilin yang memiliki struktur kimiawi C16H19N3O5S atau (2S, 5R, 6R)-6-[(R)-2-
amino-2-(4-hydroxyphenyl) acetamido]-3, 3-dimethyl-7-oxo-4-thia-1-azabicyclo[3.2.0] heptane-
2-carboxylic acid (jangan dibaca deh!) ditemukan tahun 1972 merupakan antibiotik yang umum
dipakai karena cukup manjur dalam menyerap bakteri dan mudah diminum karena berbentuk
kapsul. Hak paten amoksilin sudah habis dan kini banyak merek dagang amoksilin seperti
Actimoxi®, Amoxibiotic®, Amoxicilina®, Pamoxicillin®, Lamoxy®, Polymox®, Trimox® dan
Zimox®

Menurut Ditjen POM (1995), sifat FISIKA KIMIA Dan amoksisilin adalah sebagai berikut
Amoxicillin

Rumus molekul C 16 H 19 N 3 O 5 S.3H 2 O

Berat molekul 419, 45

365, 9 dalam bentuk anhidrat

Pemberian serbuk, halus, putih, praktis, berbau

Kelarutan Sukar larut dalam udara Dan metanol, larut dalam


benzen , dalam karbon tetraklorida dan dalam
kloroform

Tabel 1 Rumus, berat Molekul, pemberian, dan kelarutan Aminiphilin

Deskripsi :
Nama & Struktur Kimia Asam (2S,5R,6R)-6[ (R)-(-)-2-amino-2-(p-hidroksifenil)asetamido]-3-3-
dimetil-7-okso-4-tia-1-azabisiklo[3,2,0]-heptana-2-karboksilat trihidrat .
C16N19N3NaO5S
Sifat Fisikokimia Mengandung tidak kurang dari 90.0% C16N19N3NaO5S dihitung
sebagai anhidrat. Amoksisilin berwarna putih, praktis tidak berbau. Sukar
larut dalam air dan methanol; tidak larut dalam benzena, dalam
karbontetraklorida dan dalam kloroform. Secara komersial, sediaan
amoksisilin tersedia dalam bentuk trihidrat. serbuk hablur, dan larut
dalam air. Ketika dilarutkan dalam air secara langsung, akan berbentuk
amoksisislin suspensi oral dengan pH antara 5 - 7.5.
Keterangan Amoksisilin adalah aminopenisilin yang perbedaan strukturnya dengan
ampisilin hanya terletak pada penambahan gugus hidroksil pada cincin
fenil. pH larutan 1% dalam air = 4.5-6.0.1
Tabel 2 Deskripsi Aminophilin

Golongan/Kelas Terapi Anti Infeksi Nama Dagang


- Abdimox - Aclam - Amobiotic - Amocomb
- Amosine - Amoxan - Amoxil - Amoxillin
- Ancla - Arcamox - Athimox - Auspilin
- Ballacid - Bannoxillin - Bellamox - Biditin
- Bimoxyl - Bintamox - Broadamox - Bufamoxy
- Clacomb - Claneksi - Claxy - Comsikla
- Corsamox - Danoxillin - Dexymox - Erphamox
- Etamox - Farmoxyl - Goxallin - Hiramox
- Hufanoxil - Ikamoxyl - Improvox - Inamox
- Intemoxyl - Kalmoxillin - Kamox - Kemosillin
- Kenoko - Kimoxil - Lactamox - Leomoxyl
- Liskoma - Medimox - Mestamox - Mexylin
- Mokbios - Moxaxil - Moxigra - Moxtid
- Novax - Nufamox - Omemox - Opimox
- Ospamox - Palentin - Penmox - Primoxil
- Pritamox - Protamox - Ramoxlan - Ramoxyl
- Robamox - Sammoxil F - Scannoxyl - Sirimox
- Solpenox - Ssilamox - Supramox - Surpas
- Topcillin - Varmoxillin - Vibramox - Vulamox
- Widecillin - Yefamox - Yusimox - Zemoxil
- Zumafen
Tabel Golongan dan Nama dagang Amoksilin

C. Farmasi umum

C.1. DOSIS

Dosis Oral Anak Umum: Anak <>3 bulan dan <40kg;>


Tabel Dosis Amoksisilin Anak

Dosis Dewasa Rentang dosis antara 250 – 500 mg setiap 8 jam atau 500 – 875 mg dua kali
sehari.

Infeksi saluran nafas bawah: 875 mg setiap 12 jam atau 500 mg setiap 8 jam
Tabel 3 Dosis amoksisilin Dewasa
C.2. CARA PENGGUNAAN

Pemberian dan lama pemberian

Antibiotik amoksisilin termasuk antibiotik time deppendent sehingga untuk menjaga


konsentrasi obat dalam plasma tetap berada pada kadar puncak, maka obat diberikan sesuai
dengan jadwal waktu yang telah dibuat. Obat dapat diberikan bersamaan dengan makanan.

Tergantung pada jenis dan tingkat kegawatan dari infeksinya, juga tergantung pada respon klinis
dan respon bakteri penginfeksi. Sebagai contoh untuk infeksi yang persisten, obat ini digunakan
selama beberapa minggu. Jika amoksisilin digunakan untuk penanganan infeksi yang disebabkan
oleh grup A ß-hemolitic streptococci, terapi digunakan tidak kurang dari 10 hari guna
menurunkan potensi terjadinya demam reumatik dan glomerulonephritis. Jika amoksisilin
digunakan untuk pengobatan ISK (infeksi saluran kemih) maka kemungkinan bisa lebih lama,
bahkan beberapa bulan setelah menjalani terapi pun, tetap direkomendasikan untuk diberikan.

C.3 STABILITAS PENYIMPANAN

Stabilitas obat: amoksilin 125 dan 250 mg kapsul, chewable tablet, dan serbuk suspensi oral harus
disimpan dalam suhu 20°C atau lebih rendah. Amosisilin 200 dan 400 mg chewable tablet dan salut tipis
disimpan pada suhu 25°C atau lebih rendah

C.4 Interaksi

Interaksi dengan obat Lain

Meningkatkan efek toksik 1. Disulfiram dan probenezid kemungkinan meningkatkan kadar


amoksisilin.

2. Warfarin kemungkinan dapat meningkatkan kadar amoksisilin

3. Secara teori, jika diberikan dengan allopurinol dapat


meningkatkan efek ruam kulit.

Menurunkan efek toksik 1. Kloramfenikol dan tetrasiklin secara efektif dapat menurunkan
kadar amoksisilin

2. Dicurigai amoksisilin juga dapat menurunkan efek obat


kontrasepsi oral.

Tabel 4 Interaksi amoksisilin dengan obat lain

Terhadap kehamilan Faktor risiko : B, Data keamanan penggunaan pada ibu hamil belum
diketahui.

Terhadap ibu menyusui Karena amoksisilin terdistribusi kedalam ASI (air susu ibu) maka
dikhawatirkan amoksisilin dapat menyebabkan respon hipersensitif untuk
bayi, sehingga monitoring perlu dilakukan selama menggunakan obat ini pada
ibu menyusui.

Terhadap anak-anak Data tentang keamanan masih belum diketahui.

Terhadap hasil lab Berpengaruh terhadap hasil pengukuran : Hematologi dan hepar.

Tabel 5 interaksi amoksisilin terhadap makanan

Parameter Monitoring Pengamatan rutin terhadap: Fungsi ginjal (ClCr), Fungsi


Hepar (SGPT, SGOT), Henatologi. (Hb), Indikator infeksi.
(Suhu badan, kultur).

Tabel 6 parameter monitoring amoksisilin

C. farmakologi umum

C. 1 Indikasi

Amoksisilin digunakan untuk mengatasi infeksi Yang disebabkan Oleh Bakteri gram
negatif saling melengkapi Haemophilus Influenza, Escherichia coli, Proteus mirabilis,
Salmonella. Amoksisilin juga dapat digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan Oleh
Bakteri gram positif saling melengkapi: Streptococcus pneumoniae, enterococci, nonpenicilinase
penghasil staphylococci, Listeria. Tetapi walaupun demikian, amoksisilin secara Umum MEDIA
NUSANTARA dapat digunakan secara sendirian untuk pengobatan yang disebabkan Oleh
infeksi streprtococcus Dan staphilococcal. Amoksisilin diindikasikan untuk infeksi saluran
pernapasan, infeksi saluran kemih, infeksi klamidia, sinusitis, bronkitis, pneumonia, abses gigi
Dan infeksi rongga mulut lainnya.

Amoksisilin digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif
(Haemophilus Influenza, Escherichia coli, Proteus mirabilis, Salmonella). Amoksisilin juga dapat
digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri positif (seperti; Streptococcus
pneumoniae, enterococci, nonpenicilinase-producing staphylococci, Listeria) tetapi walaupun
demikian, aminophenisilin, amoksisilin secara umum tidak dapat digunakan secara sendirian
untuk pengobatan yang disebabkan oleh infeksi streprococcus dan staphilococcal.

C. 2 Farmakologi

Amoksisilin adalah antibiotik spektrum moderat-aktif terhadaplebar kisaran Gram-positif,


dan yang terbatas Gram-negatif organisma.Biasanya obat ini di pilih karena lebih cepat diserap,
setelah pemberian oral, dari lain beta-laktam antibiotik. amoksisilin adalah rentan terhadap
degradasi oleh β-laktamase bakteri, dan mungkin diberikan dengan asam klavulanat untuk
meningkatkan susceptability nya. Insiden β-laktamase yang menghasilkan organisme resisten,
termasuk E. coli, tampaknya meningkat. Amoksisilin kadang dikombinasikan dengan asam
klavulanat, β-laktamase inhibitor, untuk meningkatkan spektrum tindakan terhadap Gram-negatif
organisme, dan untuk mengatasi dimediasi resistensi bakteri antibiotik melalui β-laktamase
produksi.

Amoksisilin adalah antibiotik Spektrum Luas, digunakan untuk pengobatan saling


melengkapi Yang tertera Diatas, yaitu untuk infeksi saluran napas pada, saluran empedu, Dan
saluran Seni, gonorhu, gastroenteris, meningitis dan infeksi karena Salmonella sp, saling
melengkapi Demam tipoid.. Amoksisilin adalah turunan penisilin yang tahan asam tetapi Tahan
terhadap penisilinase (Siswandono, 2000). Amoksisilin aktif melawan bakteri gram positif Yang
menghasilkan β-laktamase Dan Aktif Melawan Bakteri gram negatif karena Obat tersebut dapat
Pori-Pori menembus membran fosfolipid dalam luar.

Untuk pemberian oral, amoksilin merupakan pilihan. Karena obat di absorpsi lebih baik
daripada ampisilin, yang seharusnya diberikan secara parental.

Amoksisilin merupakan turunan bahasa Dari penisilin setengah sintetik dan stabil dalam suasana
asam lambung. Amoksisilin diabsorpsi cepat dan baik pada saluran pencernaan, Tergantung
adanya makanan. Amoksisilin terutama diekskresikan dalam bentuk berubah di dalam urin.
Ekskresi amoksisilin dihambat saat pemberian bersamaan probenesid sehingga memperpanjang
Efek Terapi (Siswandono, 2000).

Amoksisilin mempunyai Spektrum antibiotik ampisilinl serupa.Beberapa keuntungan


amoksisilin dibanding ampisilin adalah absorbsi Obat dalam saluran Cerna lebih Sempurna,
sehingga kadar darah dalam plasma Dan saluran Seni lebih Tinggi. Efek terhadap Bacillus
disentri amoksisilin lebih rendah dibanding ampisilin karena banyak lebih obat yang diabsorbsi
dibuat saluran cerna (Siswandono, 2000).

Namun, resistensi terhadap amoksisilin dan ampisilin merupakan suatu masalah, karena
adanya inaktifasi Dibuat plasmid yang diperantai penisilinase. Pembentukan penghambat β-
laktamase saling melengkapi asam klavunat atau sulbaktam melindungi amoksisilin atau
ampisilin bahasa Dari hidrolisis enzimatik dan meningkatkan spektrum antimikrobanya.

Absorbsi cepat dan hampir sempurna, tidak dipengaruhi oleh makanan.

Distribusi secara luas terdistribusi dalam seluruh cairan tubuh serta tulang; penetrasi
lemah kedalam sel mata dan menembus selaput otak; konsentrasi tinggi dalam
urin; mampu menembus placenta; konsentrasi rendah dalam air susu ibu.

Ikatan protein 17-20%


Metabolisme secara parsial melalui hepar.

Bayi lahir sempurna 3,7 jam


Anak 1-2 jam.
Dewasa fungsi ginjal normal 0.7-1,4 jam.

Time peak kapsul 2 jam; suspensi 1 jam

Ekskresi urin (80% bentuk utuh); pada neonates eksresi lebih rendah

Dialysis Moderat diálisis melalui Hemo atau peritonial diálisis: 20-50%

Diálisis melalaui Arteriovenous atau venovenous mampu memfilter 50mg/ liter


amoksisilin

Tabel 7 farmakologi amoksisilin

C. 3 Interaksi obat

Menurut Widodo (1993), amoksisilin dapat memberikan Interaksi Baru senyawa lain bila
diberikan dalam terbalik yang bersamaan. Interaksi tersebut antara lain :

1. Eliminasi amoksisilin diperlambat pemberian Uricosurika (Misal Probenesid),


diuretika, Dan Asam-asam Lemah (Misal asam Acetylsalicylat Dan Phenilbutazon).

2. Pemberian antasida bersamaan-Alumunium menurunkan ketersediaan biologik bahasa


Dari amoksisilin.

3. Pemberian bersamaan Allopurinol dapat memudahkan timbulnya Reaksi- Reaksi kulit


alergik.

4. Menurunkan keterjaminan kontrasepsi preparat hormon.

5. Kemungkinan terjadi alergik Silang Sepalosporin Antibiotik.

6. Antibiotik bacteriostatik mengurangi bakterisida amoksisilin bahasa Dari.


7. Inkompabilitas Cairan / larutan dekstrosa

C. 4 Efek samping

Kemungkinan efek samping


• Mual, muntah
• Diare
• Ruam
• Kehilangan nafsu makan
• Sakit kepala
• Sakit perut
• Reaksi alergi dengan gejala sebagai berikut: ruam, gatal-gatal, gatal, panas dingin, demam,
sesak napas,nyeri otot, pembengkakan wajah atau leher, sesak di tenggorokan, atau batuk.
Ini adalah efek samping yang paling umum, tapi mungkin ada orang lain. Silahkan
melaporkan semua efek samping ke dokter atau perawat.

Amoxicillin bisa diminum baik sebelum maupun setelah makan dan obat ini sangat
jarang ditemukan berinteraksi dengan obat obat yang lain. Amoxicillin juga aman diberikan
untuk ibu hamil dan menyusui walaupun ada beberapa kasus diare yang terjadi pada bayi yang
disusui oleh ibu yang minum Amoxicillin.

Efek samping dari Amoxicillin antara lain : diare, gangguan tidur, rasa terbakar di dada,
mual, gatal, muntah, gelisah, nyeri perut, perdarahan dan reaksi alergi lainnya

C. 5 Kontra indikasi obat

Kontraindikasi untuk pasien yang hipersensitif terhadap amoksisilin, penisilin, atau


komponen lain dalam obat.(4)
BAB III

FARMAKODINAMIK

A. Mekanisme kerja

Amoksisilin mengikat terhadap penisilin - mengikat protein 1A (PBP-1A) terletak di


dalam sel bakteri juga. Penisilin acylate penisilin-transpeptidase domain C-terminal sensitif
dengan membuka cincin laktam. Inaktivasi enzim ini mencegah pembentukan hubungan lintas
dari dua linier peptidoglikan helai, menghambat tahap ketiga dan terakhir dari dinding sel bakteri
sintesis. Lisis sel ini kemudian dimediasi oleh enzim dinding sel bakteri autolytic seperti
autolysis; ada kemungkinan bahwa amoxicllin mengganggu autolysis sebuah inhibitor.

B. Mekanisme Aksi

Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat satu atau lebih pada ikatan
penisilin-protein (PBPs – Protein binding penisilin’s), sehingga menyebabkan penghambatan
pada tahapan akhir transpeptidase sintesis peptidoglikan dalam dinding sel bakteri, akibatnya
biosintesis dinding sel terhambat, dan sel bakteri menjadi (4)
BAB IV

FARMAKOKINETIK OBAT

A. Pola ADME

Absorbsi cepat dan hampir sempurna, tidak dipengaruhi oleh makanan.

Distribusi secara luas terdistribusi dalam seluruh cairan tubuh serta tulang; penetrasi
lemah kedalam sel mata dan menembus selaput otak; konsentrasi tinggi dalam
urin; mampu menembus placenta; konsentrasi rendah dalam air susu ibu.

Ikatan protein 17-20%


Metabolisme secara parsial melalui hepar.

Bayi lahir sempurna 3,7 jam


Anak 1-2 jam.

Dewasa fungsi ginjal normal 0.7-1,4 jam.

Time peak kapsul 2 jam; suspensi 1 jam


Ekskresi urin (80% bentuk utuh); pada neonates eksresi lebih rendah

Dialysis Moderat diálisis melalui Hemo atau peritonial diálisis: 20-50%

Diálisis melalaui Arteriovenous atau venovenous mampu memfilter 50mg/ liter


amoksisilin

Tabel 8 farmakologi amoksisilin

B.Waktu paruh

Waktu paruh dari amoksisilin adalah sekitar 61,3 menit, bila tidak adanya fungsi ginjal
adalah 7 sampai 10 jam. Waktu paruh dapat lebih lama pada neonatus dan orang tua. Secara
umum, dibutuhkan 5-6 jam untuk amoksisilin untuk meninggalkan sistem.

C.Bioavailabilty
bioavailabilitas absolut amoksisilin tergantung pada dosis dan rentang antara 75 dan 90%.
Pada kisaran dosis antara 250 mg dan 1000 mg bioavailabilitas (parameter: AUC dan Cmax)
adalah linear sebanding dengan dosis. Pada dosis yang lebih tinggi tingkat absorpsi menurun.
Penyerapan tidak dipengaruhi oleh asupan makanan secara bersamaan. Oral pemberian dosis
tunggal 500 mg amoksisilin hasil dalam konsentrasi plasma dari 6 - 11 mg / l. Setelah pemberian
dosis tunggal 3 g amoksisilin, konsentrasi plasma mencapai 27 mg / l. konsentrasi puncak plasma
yang hadir sekitar 1-2 jam setelah pemberian.

Distribusi:
Protein mengikat untuk amoksisilin adalah sekitar 17% (albumin). Tingkat obat terapeutik
dengan cepat dicapai dalam serum, jaringan paru-paru, sekresi bronkial, telinga cairan tengah,
empedu dan urin. Dalam meningen sehat amoksisilin berdifusi buruk di cairan cerebrospinalis.
Amoksisilin melintasi plasenta dan sebagian kecil diekskresikan ke dalam ASI.

Biotransformasi daneliminasi:
Rute utama ekskresi amoksisilin adalah ginjal. Sekitar 60-80% dari dosis oral diekskresikan
amoksisilin dalam bentuk aktif tidak berubah dalam urin dalam waktu 6 jam dari administrasi,
dan sebagian kecil diekskresikan dalam empedu. Sekitar 7 - 25% dari dosis yang dimetabolisme
menjadi asam penicilloic tidak aktif. Waktu paruh pada pasien dengan fungsi ginjal normal
adalah sekitar 1 - 1,5 jam. Pada pasien dengan stadium akhir gagal ginjal waktu paruh berkisar
antara 5 sampai 20 jam. Substansi adalah haemodialysable.
Pada bayi prematur dengan usia kehamilan 26-33 minggu, pembersihan total tubuh setelah
pemberian dosis intravena amoksisilin, hari ke 3 kehidupan, berkisar antara 0,75-2 ml / menit,
sangat mirip dengan bersihan inulin (GFR) pada populasi ini. Setelah pemberian oral, pola
penyerapan dan ketersediaan hayati amoksisilin pada anak-anak kecil mungkin berbeda dengan
orang dewasa. Akibatnya, karena CL menurun, paparan ini diharapkan akan meningkat pada
kelompok pasien ini, meskipun hal ini peningkatan paparan mungkin sebagian dikurangi dengan
bioavailabilitas menurun bila diberikan secara lisan.(9)

BAB V

TOKSISITAS

A. Efek samping

Organ Efek
Hiperaktif, agitasi, ansietas, insomnia,
Susunan Saraf Pusat
konfusi, kejang, perubahan perilaku, pening.

Acute exanthematous pustulosis, rash,


Kulit
erytema multiform, sindrom stevens-
johnson, dermatitis, tixic ephidermal
necrolisis, hypersensitif vasculitis, urticaria.

Mual, muntah, diare, hemorrhagic colitis,


Gastro Intestinal
pseudomembranous colitis, hilangnya warna
gigi.

Anemia, anemia hemolitik, trombisitopenia,


Hematologi
trombositopenia purpura, eosinophilia,
leukopenia, agranulositosi.

Hepatic AST (SGOT) dan ALT (SGPT) meningkat,


cholestatic joundice, hepatic cholestatis,
acute cytolitic hepatitis
Tabel 9 Toksisitas obat

Pernah dilaporkan: Reaksi hipersensitifitas, meliputi reaksi anaphilaksis dapat mengakibatkan


efek yang fatal (kematian). Penggunaan jangka panjang, kemungkinan dapat mengakibatkan
terjadinya suprainfeksi termasuk Pseudomembranous collitis. Pada pasien gagal ginjal, perla
penyesuaian dosis. Kasus diare merupakan kasus terbanyak jika amoksisilin digunakan sendiri.

Interaksi :

Allupurinol Meningkatkan risiko ruam saat amoxicillin atau


ampicillin diberikan bersama allupurinol
Antibakterial Absorbsi phenoxymetilpenicilin berkurang oleh
neomycin
Antikoagulan INR dapat terganggu dengan pemberian penisilin
spectrum luas seperti ampicillin, meskipun studi
gagal menunjukkan interaksi dengan coumarin
atau phenindione
Citotoksik Penisilin mengurangi pengeluaran metotrexate
(meningkatkan risiko toksisitas)
Probenesid Pengeluaran/ekskresi penisilin dikurangi oleh
probenesid (risiko kecil)
Estrogen Mungkin mengurangi efek kontrasepsi dari
estrogen
Table 10 Interaksi obat

Efek yang tidak di inginkan :

Mual dan muntah, diare, ruam, reaksi hipersensitifitas termasuk urtikaria, angioedema,
anafilaksis, reaksi menyerupai serum sickness anemia hemolitik, nefritis interstitialis; Jarang :
colitis berhubungan dengan antibiotik neutropenia, trombositopenia, gangguan pembekuan
darah, pusing, sakit kepala, kejang (khususnya pada dosis tinggi atau pada gangguan ginjal)
hepatitis, jaundis kolestasis, sindrom steven johnson, nekrolisis epidermal toksisk, dermatitis
eksfoliatif, vaskulitis (dilaporkan) pewarnaan permukaan gigi dengan penggunaan suspense
phlebitis pada tempat injeksi. (10)

BAB VI
PENYELIDIKAN YANG DILAKUKAN OLEH ORANG LAIN
A. Clinical Trial
Metoda Pemilihan Antibiotika pada Terapi Empiris Infeksi Saluran Pernapasan Bawah
Akut (ISPBA)

Abstrak

Infeksi Saluran Pernapasan Bawah Akut (ISPBA) terutama penumonia masih merupakan
masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini menjadi
penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di Indonesia. Dalam upaya
memperbaiki tingkat dan derajat kesehatan masyarakat keadaan ini perlu segera diperbaiki.

Metoda pemilihan antibiotik pada terapi empiris Saluran Pernapasan Bawah (ISPBA) yang
secara kronologis terdiri dari patogenesis, pendekatan diagnostik dan terapeutik bertujuan
memberikan mengatur tatalaksana terapi empirik pada penderita ISPBA, dengan berdasarkan
pemilihan antibiotika yang paling cocok dan ampuh terhadap kuman yang diperkirakan menjadi
penyebab infeksi.
Penggunaan metoda ini di Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam FK Unpad/RS Hasan Sadikin telah
menunjukkan hasil yang memuaskan. Dengan demikian kiranya akan dapat dijadikan acuan
untuk memilihan antibiotik yang paling tepat dalam usaha mengatasi penyakit penderita ISPBA
menjelang diketahuinya kuman penyebab dari hasil pemeriksaan bakteriologik.Metoda ini
diharapkan dapat menjadi alat yang ampuh dalam penanganan ISPBA pada khususnya,
penanggulangan penyakit infeksi dan peningkatan taraf kesehatan rakyat Indonesia pada
umumnya.

Metode Pemilihan Antibiotik


Pemilihan antibiotik berdasarkan efektifitas obat terhadap kuman, kadar serum dan di
jaringan, efek samping yang kecil, tak ada gangguan lokal, daya tahan tubuh. Faktor penetrasi
obat bukan masalah pada pneumonia tetapi penting pada ISPBA seperti asbes, bronkiektasis
terinfeksi atau bronkitis kronik.Perlu dipikirkan kemungkinan resistensi dan pola resistensi ini
bervariasi pada berbagai kuman yang berbeda, dan berlainan pada kelompok masyarakat, RS
atau negara yang berlainan. Kepekaan kuman tertentu terhadap berbagai antibiotika perlu
diketahui. Keputusan pemilihan antibiotik ditentukan oleh diagnosis klinik bentuk pneumonia
yang dijumpai dan perkiraan kuman yang paling mungkin menjadi penyebab.

Kedua pengobatan oxacillin/ceftriaxone dan amoksisilin / asam klavulanat efektif dalam


mengobati CAP yang sangat parah dalam 2 bulan sampai 5 tahun yang dirawat di rumah sakit
anak-anak. Hasil dari analisis hanya antibiotik amoksisilin / asam klavulanat yang banyak
dipilih, pengobatannya diperlukan untuk perbaikan takipnea

Pada penderita yang asalnya sehat dan gambaran kliniknya suggestif disebabkan oleh tipe
kuman tertentu, dapat dipertanggung jawabkan pemberiann antibiotik tunggal yang paling cocok
dan hanya meluaskan cakupan antibiotik bila kemajuan pengobatan tidak memuaskan. Tetapi
pada penderita yang mengalami infeksi lebih berat atau mungkin disebabkan oleh berbagai
kuman penyebab dianjurkan pemberian regimen antibiotik yang dapat mencakup semua kuman
yang mungkin menjadi penyebab; misalnya pemberian antibiotik yang mencakup berbagai
kuman penyebab pada CAP tingkat sedang/berat. Perlu pula diingat pentingnya drainage sputum
.misalnya pada bronkiektasis terinfeksi atau PPOM.

KESIMPULAN
Metoda pemilihan antibiotik pada terapi empriis Infeksi Saluran Pernapasan Bawah Akut
(ISPBA) merupakan metoda yang dapat digunakan dalam upaya memberikan pengobatan yang
tepat pada ISPBA ataupun pneumonia secara empiris. (7)

B. Case history

Pola pengobatan infeksi saluran pernapasan (Pneumonia) akut anak usia bawah lima
tahun (balita) rawat jalan di Puskesmas I Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara tahun
2004.
Djoko Wahyono, Indri Hapsari dan Ika Wahyu Budi Astuti
1) Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
2) Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Abstrak
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan utama.
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA oleh pemarintah dimaksudkan untuk
penanggulangan pneumonia pada balita. Angka kematian balita karena pneumonia di Indonesia
masih cukup tinggi, yaitu 6 kasus per 1000 balita pada tahun 2000. Penelitian ini dimaksudkan
untuk mengetahui pola pengobatan infeksi saluran pernafasan akut pasien balita di Puskesmas I
Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara. Data diperoleh secara retrospektif terhadap kartu
rekam medik seluruh pasien infeksi saluran pernafasan akut balita di Puskesmas tersebut selama
tahun 2004. Analisa dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif non analitik, kemudian
dibandingkan dengan standar penatalaksanaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 120
kasus yang terjadi pada balita usia 0 – 59 bulan, seluruhnya terdiagnosa sebagai penderita infeksi
saluran pernafasan akut pneumonia, terdiri dari 55,8% anak laki-laki dan 44,2% anak
perempuan. Antimikroba yang digunakan adalah dalam bentuk tunggal, yakni kotrimoksasol
sebanyak 86,7%, dan amoksisilin sebanyak 13,3%. Sebagian besar (91,7%) dalam bentuk
sediaan sirup dan sisanya tablet (8,3%) yang disajikan dalam bentuk serbuk terbagi. Penggunaan
antimikroba tersebut sudah sesuai dengan standar penatalaksanaan menurut Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Kata kunci: infeksi saluran pernafasan akut (ispa), balita, antimokroba, Puskesmas I Purwareja
Klampok Banjarnegara(11)

C.Eksperimen eksperimen lain


1.Studi sampel

Ini adalah prospektif acak studi klinis dari 2 bulan sampai 5 tahun anak-anak dirawat di
bangsal anak São Paulo State University Hospital ("University Hospital") di Botucatu, São
Paulo, Brasil, antara April 2007 dan Mei 2008 dengan CAP yang sangat parah, didiagnosis
menurut kriteria WHO CARI Program. Menurut untuk kriteria ini, CAP didefinisikan sebagai
parah radang paru parenkim, mempengaruhi ruang alveolar dan interstisial jaringan, yang
disebabkan oleh infeksi masyarakat agen, terkait dengan tanda dan gejala pneumonia, disertai
oleh paru menyusup di dada X-ray atau auskultasi paru kompatibel dengan pneumonia (kenaikan
atau pengurangan murmur vesikuler), pada pasien rawat jalan atau pasien yang telah lebih dari
14 hari sebelum onset gejala . CAP dianggap parah ketika takipnea (napas frekuensi ≥ 60 mpm
untuk anak yang di bawah 2 bulan, ≥ 50 mpm untuk anak 2-bulan sampai 1 tahun, dan ≥ 40
mpm pada mereka antara 1 dan 5 tahun) didampingi oleh retraksi subkostal, lubang hidung
melebar, atau mendengus. Keadaan penyakit seperti ini dianggap sangat parah ketika klinis
gambaran yang dijelaskan di atas dikaitkan dengan satu atau lebih dari tanda-tanda berikut atau
gejala: kejang, mengantuk, ekspirasi mengi saat tidur, parah gizi buruk, ketidakmampuan untuk
memberi makan, atau pusat sianosis. Hasil dianalisis adalah:
 waktu untuk perbaikan klinis (demam dan takipnea),
 waktu pada saat oksigenasi,
 panjang terapi pada saat tinggal di rumah sakit,
 perlu memperluas spektrum antimikroba, dan
 komplikasi.
Studi ini disetujui oleh Rumah Sakit kelembagaan penelitian komite etik, dan persetujuan
tertulis diperoleh dari orang tua masing-masing pasien atau wali sebelum dimasukkan dalam
studi. Bentuk A selesai untuk setiap pasien dan termasuk data tentang identitas, jenis kelamin,
tanggal penerimaan, komorbiditas, diagnosis saat masuk rumah sakit, durasi penyakit.
Diperkirakan University Hospital melayani 1,5 juta orang dari 68 kota dan daerah. Rumah sakit
ini memiliki 415 tempat tidur, dengan 52 dalam perawatan intensif. Para anak bangsal memiliki
80 tempat tidur. Pasien dikeluarkan dari penelitian jika mereka:

1. memiliki immunodeficiency (primer atau sekunder) atau insufisiensi ginjal (akut atau
kronis),
2. dirujuk kerumah sakit sementara sudah menerima usulanantibiotik, atau
3. adalah alergi terhadap diusulkan perawatan. randomisasi
2. Randomisasi

Pasien secara acak ditugaskan untuk membentuk dua kelompok yang berbeda menurut
jenis pengobatan: kelompok oksasilin / ceftriaxone (OCG) dan amoksisilin / klavulanat asam
kelompok (ACG). Sebuah komputer acak urutan generator (Penelitian Randomizer versi 3.0,
www.randomizer.Org). Digunakan untuk menetapkan pasien ke dua kelompok tersebut. Urutan
ditempatkan dalam amplop buram, sehingga tidak mungkin untuk memprediksi kelompok pasien
mana yang akan dialokasikan. Dokterterlibat dalam penilaian untuk pengobatan. Pengobatan
Antibiotik dan skema waktu: Pasien OCG mendapat infus(IV) oksasilin (Staficilin ®) pada dosis
200 mg / kg /hari tiap 6 jam selama 10 hari dan ceftriaxoneIV (Rocefin ®) pada 100 mg / kg /
hari setiap 12 jam selama 10 hari (12). ACG pasien menerima amoksisilin / klavulanat asam IV
(Clavulin ®) pada 100 mg / kg / hari setiap 8 jam pada awalnya amoksisilin dasar pengobatan
(27, 28). Jika ada klinis, perbaikan setelah 48 jam, yang didefinisikan sebagai takipnea
ditingkatkan dengan turun paling sedikit 20% pada awal pernapasan, frekuensi, dan demam
remisi, ACG pasien diubah dengan memberi antibiotik yang sama dengan rute oral (OR) pada
50 mg / kg / hari (Dibagi menjadi tiga dosis) sampai 10 hari pengobatan selesai (29, 30). jika
perbaikan gejala klinis dipertahankan untuk 24 jam berikutnya.

Antibiotik OCG diberikan secara parenteral seluruh rute pengobatan. Setiap kebutuhan
untuk mengubah antibiotik awal pengobatan dievaluasi pada individu dasar, menurut gejala
klinis, laboratorium, dan data radiologi. Antibiotik diberikan sesuai rumah sakit anak bangsal
keperawatan standar dan resep dokter. Pengobatan oksigen ditentukan menurut kriteria
internasional berikut: Pasien dengan pneumonia sangat parah dengan pusat sianosis,
ketidakmampuan untuk makan, subkostal retraksi, frekuensi pernapasan > 70 mpm, mengi , atau
SaO2 <92%, diukur dengan saturometer Dixtal BioMedica Industria e Comercio Ltda, Manaus,
Brasil)., Menerima oksigen dengan kateter nasal pada 3 L / menit, menyediakan fraksi
terinspirasi oksigen (FiO2) dari 28% -35%, atau dengan masker wajah menyediakan 35% -50%
FiO2. Jika ada perbaikan, pasien memakai masker dengan reservoir (FiO2 = 100%) sampai
stabilisasi (Penurunan tingkat pernapasan dan subkostal retraksi, dan meningkatkan SaO2).
Oksigen pengobatan dipertahankan sampai pasien menunjukkan perbaikan gejala klinis.

BAB VII
DISKUSI

A. Analisis
Dari hasil penelitian diatas menyebutkan bahwa penmonia merupakan penyakit utama
Infeksi saluran nafas akut di Indonesia dan untuk menggulangi itu pemerintah dalam hal ini
adalah departemen kesehatan RI membuat sebuah procedure penatalaksanaan terapi di
puskesmas yakni dengan menggunakan pemberian antibiotic amoksisilin dan clotrimoxazole
atau bisa campuran keduanya dan penelitian yang dilakukan diatas yang dilakukan di
puskesmas purwareja I,Klampok,Banjarnegara,pengambilan data yang dilakukan adalah
dengan cara retrospektif studi yakni dengan mengumpulkan data dari periode januari
-Desember 2004. Dan dari penelitian diatas didapatkan bahwa penganan pneumonia di
puskesmas tersebut sudah sesuai dengan system procedural yang ditetapkan pemerintah.
BAB VIII
RINGKASAN

A.Ringkasan
Amoksisilin merupakan antibiotic dengan spectrum yang luas dan merupakan obat
yang merupakan terapi pilihan untuk pneumonia.Amoksisilin dapat mengatasi bakteri gram
negatif seperti Haemophilus influenza dan juga dapat mengatasi bakteri gram psotif seperti
streptococcus pnemonie. Dan berdasarkan hasil penelitian yang didapat juga
mengindikasikan bahwa amoksisilin yang merupakan anggota antibiotic beta laktam
merupakan obat yang direkomendasikan oleh who untuk pengobatan CAP(Comunnity
acquired pneumonia)dan juga direkemendasikan oleh departemen kesehatan sebagai obat
terapi pneumonia

A.2 Saran-saran
Pemberian antibiotic amoksisilin merupakan obat terapi yang direkomendasikan
banyak WHO dan Departemen kesehatan RI,namun
BAB IX

Summary (Conclusion)

Amoxcicillin is a large spectrum antibiotic and it’s one of the drug of choice of
pneumonia.And based on the research said that amoxicillin is one of the recommended drug
by WHO and also Health Departement of Indonesia.But one of the reseach that held by
Sanglah Hospital try to see are there any differences giving monotherapy and dual therapy
for pneumonia and the result is there are’t specifics results that proved giving dual therapy is
more effective that monotherapi.Based on the data the conclusion in these paper is
amoxsisilin giving good result for patien that get pneumonia

BAB X
DAFTAR PUSTAKA

1. Gan Gunawan,Sulistiana.Setiabudi ,Rianto.Nafriadi.Elysabeth:FARMAKOLOGI


DAN THERAPI.ed 5.jakarta.2011
2. Anonym.amoksisilin.Universitas sumatera utara
3. Pnemonia symptom treatment and vaccine available
from:http/www.medicinet/pnemonia,accesed at 30 april 201 2
4. farmakologi umum amoksisilin.available from :from http/
translate.google.com/translate?hl=en&sl=en&tl=id&u=http%3A%2F
%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream%2F123456789%2F18820%2F4%2FChapter
%2520II.pdf
5. Shah PB, Gludice JC, Griesback R, Morley TF, Vasoya A. The newer guidelines for
the management of community-acquired pneumonia. JAOA 2004;104(12):5510-26.
6. Mirjam CC. Procalcitonin guidance of antibiotic therapy in community acquired
pneumonia. Am J Respir Crit Care Med 2006;174:84-93.
7. Zul Dahlan, Soeria Soemantri E. Subunit Pulmonologi Lab/UPF Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RS Hasan Sadikin,
Bandung http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=penelitian%20antibiotik
%20amoxicillin%20untuk
%20pneumonia&source=web&cd=23&ved=0CCkQFjACOBQ&url=http%3A%2F
%2Fwww.kalbe.co.id%2Ffiles%2Fcdk%2Ffiles
%2F11_MetodePemilihanAntibiotika.pdf
%2F11_MetodePemilihanAntibiotika.pdf&ei=P5eaT_WHHdTViAL-
qDUDg&usg=AFQjCNH8wJ8L7FhAPaEEVpyHwefB2YiY0Q&cad=rja
accesed at 3 April 2012
8. Weiss K, Tillotson GS. The controversy of combination vs monotherapy in the
traeatment hospitaized community-aquired pneumonia. CHEST 2005;128:940-6
9. anonymous.Farmakodinamik dan farmakokinetik.available at
http://www.scribd.com/doc/58524335/8/Farmakokinetik-dan-Dinamik-Amoksisilin,accesed
at 30 april 201 2
10. anonymous.toksisitas amoksisilin.availble at
http://apps.who.int/emlib/Medicines.aspx?Language=ENBritish National Formulary
ed.57 M arch 2009.accesed at 1 May 2012
11. Wahyono,djoko.Hapsari,indra.dkk.Pola pengobatan infeksi saluran pernapasan
(Pneumonia) akut anak usia bawah lima tahun (balita) rawat jalan di Puskesmas I
Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara tahun 2004.available at
http://mfi.farmasi.ugm.ac.id/files/news/3._Pak_djoko.pdf.accesed at 1 May 2012

Anda mungkin juga menyukai