Anda di halaman 1dari 30

DUKUNGAN KOMISI IX DPR RI

DALAM ISU MISMATCH PEMBIAYAAN JKN


DISAMPAIKAN OLEH :
DEDE YUSUF MACAN EFFENDI, ST, M.I.Pol
(KETUA KOMISI IX DPR RI)

1
Sila Ke-5 Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia
Pancasila

Resolusi setiap negara perlu mengembangkan UHC melalui


World Health
Assembly ke-58
mekanisme asuransi kesehatan sosial untuk menjamin
WHO pembiayaan kesehatan yg berkelanjutan

Deklarasi PBB Setiap orang berhak atas tingkat hidup yang memadai
untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan
1948 tentang
keluarganya, termasuk hak atas pangan, pakaian,
HAM Pasal 25 perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan
ayat (1) sosial yang diperlukan..

2
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup
Pasal 28 H ayat (1)
yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan

Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang


Pasal 28 H ayat (3) memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh
sebagai manusia yang bermartabat

Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi


seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang
Pasal 34 ayat (2)
lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan

3
 UU No 40 tahun 2004 tentang SJSN
 UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
 UU No.24 Tahun 2011 tentang BPJS
 PP No.101 Tahun 2012 tentang PBI
 Perpres No 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan
 Roadmap JKN, Rencana Aksi Pengembangan Pelayanan
Kesehatan, Permenkes, Peraturan BPJS

4
187.982.949
ORANG

2.109

9.857

Total Fasilitas Pelayanan Kesehatan


26.775
5
6
PERSYARATAN IMPLEMENTASI JKN

7
JKN adalah sistem asuransi
sosial yang bersifat gotong
royong
Dapat menyelamatkan
financial risk penduduk
yang sakit.

Menyelenggarakan prinsip
kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan,
kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas,
kepesertaan bersifat wajib, dana amanat.

8
PERAN DPR RI
Atas dasar Peta Jalan tersebut, Komisi IX melakukan pendampingan
terhadap isu JKN melalui 3 (tiga) fungsi yang dimiliki yaitu Fungsi
Legislasi, Fungsi Anggaran, dan Fungsi Pengawasan kepada mitra kerja
Komisi IX yang terkait

FUNGSI FUNGSI FUNGSI


PENGAWASAN ANGGARAN PLEGISLASI

9
MITRA KERJA KOMISI IX
KEMENTERIAN KESEHATAN
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN
BKKBN
BNP2TKI
BPOM
BPJS KESEHATAN
BPJS KETENAGAKERJAAN
10
 Menaikkan anggaran dan jumlah PBI
 Menaikkan anggaran kesehatan sebesar 5% sejak
APBN TA 2016 sesuai amanat UU Kesehatan.
 Mendesak Kemkes meningkatkan anggaran
perbaikan fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes)
baik fasyankes dasar maupun rujukan.
 Mendesak Kemkes meningkatkan anggaran bagi
peningkatan kualitas tenaga kesehatan.

11
ANGGARAN KESEHATAN

Mulai tahun 2016, sesuai dengan amanah UU


Kesehatan bahwa anggaran bidang
kesehatan sebesar 5% dari total APBN TA
2018 sebesar Rp.2.220,7 Triliun

12
13
14
15
IURAN BPJS PER 1 APRIL 2016

IURAN LAMA IURAN BARU BESAR KENAIKAN

Kelas 1 59.500 80.000 20.500 (l.k 34%)

Kelas 2 42.500 51.000 8.500 (l.k 20%)

Kelas 3 25.500 30.000 4.500 (l.k 16%)

Kenaikan iuran ini merupakan salah satu hasil advokasi yang


dilakukan oleh Komisi IX kepada Kementerian Kesehatan dan
pemangku kepentingan terkait
16
Penyebab Mismatch
PPOPB <
BPOPB
Iuran Tidak Sesuai
dengan Hitungan
Perubahan
aktuaria Morbiditas

Mismatch

17
Tahun Nilai Defisit
2014 Rp3,3 T
2015 Rp5,7 T
2016 Rp9,7 T
2017 Rp9 T
Total Rp27,7 T

18
Laporan Laporan Laporan Tahun 2017
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 (semester 1)
(audited) (audited) (audited)
Kunjungan Peserta
JKN ke FKTP 66,8 juta 100,6 juta 120,9 juta 72,8 juta
Kunjungan rawat jalan
di Poliklinik RS 21,3 juta 39,8 juta 49,3 juta 29,2 juta

Kasus rawat inap di 4,2 juta 6,3 juta 7,6 juta 4,02 juta
RS
Jumlah
Kunjungan/Kasus 92,3 Juta 146,7 juta 177,8 juta* 106,1 juta

*) Bila ditambah angka rujukan sebesar 15,1 Juta, maka total pemanfaatan JKN-KIS adalah
192,9 Juta.

19
Catatan:
PPOPB = Premi per Orang per Bulan
BPOPB = Biaya Orang per Bulan

20
Semakin tingginya biaya penyakit katastropik

Jumlah biaya penyakit katastropik pada tahun 2016 sebesar


Rp14.692.565.337.776
21
 Penyempurnaan regulasi terkait JKN
 Mempercepat capaian UHC
 Pencegahan Fraud dalam pelayanan kesehatan
 Penyempurnaan terhadap Program Rujuk Balik dalam
pelayanan kesehatan
 Efisiensi dana operasional BPJS Kesehatan
 Meningkatkan Iuran PBI
 Mengoptimalkan Peran Pemerintah Daerah

22
6 Rekomendasi Panja
BPJS Kesehatan
4 Panja BPJS Kesehatan dan PBI mendesak
kepada Kementerian Kesehatan untuk
melakukan evaluasi menyeluruh terhadap
sistem tarif INA CBGs:
• melakukan rasionalisasi terhadap tarif INA-
CBGs, yaitu dengan cara mempersempit
kesenjangan tarif antar tipe RS pemerintah,
• memberikan perbedaan standar tarif RS
1 Panja meminta pemerintah untuk melakukan swasta, dan
audit investigasi secara menyeluruh, antara lain • reklasifikasi kasus penyakit pada setiap
terhadap dana kapitasi, biaya operasional casemix group secara berkesinambungan
BPJS Kesehatan, Dana Jaminan Sosial yang
berasal dari APBN, dan kepesertaan PBI 5 Panja BPJS Kesehatan dan PBI meminta
Kementerian Kesehatan untuk melakukan
2 Panja meminta pemerintah untuk melaksanakan
pengawasan secara intensif kepada daerah
UU SJSN secara konsisten, dengan menerapkan
yang belum melakukan integrasi jamkesda ke
sistem iuran dan manfaat tunggal bagi seluruh
dalam program JKN.
peserta program JKN dengan memperhatikan
pada prinsip-prinsip SJSN 6 Panja BPJS Kesehatan dan PBI mendesak
3 Panja meminta Pemerintah untuk meninjau PP Kementerian Kesehatan untuk bekerjasama
Nomor 76 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas dengan pemerintah daerah agar
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 memberdayakan potensi daerah untuk
tentang PBI Jaminan Kesehatan, khususnya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di
terkait alur pendataan peserta PBI. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. 23
Penyempurnaan regulasi terkait JKN merupakan salah satu
cara dalam mengatasi defisit BPJS Kesehatan.
Beberapa regulasi yang perlu untuk diperbaiki antara lain:
1. Terkait dengan pelayanan yang dijamin dalam program JKN.
2. Pelayanan promotif dan preventif seperti:
a. penyuluhan kesehatan perorangan
b. Imunisasi rutin
c. KB
d. Skrining kesehatan

24
• Memaksimalkan kepesertaan dari Peserta Penerima
Upah (PPU) yang membayar 5 persen (4 persen dari
pengusaha dan 1 persen dari pekerja).
• Memaksimalkan kepesertaan dari sektor informal
yaitu Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU)
• Integrasi Jamkesda ke JKN

25
• Berdasarkan laporan BPJS Kesehatan, pencegahan
fraud di fasilitas pelayanan kesehatan, berhasil
mengendalikan Defisit sebesar Rp5,298 T.

• Perlu upaya lebih optimal lagi dalam pencegahan


fraud di fasilitas pelayanan kesehatan sehingga tidak
membebani keuangan BPJS Kesehatan.

26
 Pasien-pasien di rumah sakit, khususnya yang
menderita penyakit kronis yang sudah
terkontrol/stabil namun masih memerlukan
pengobatan atau asuhan keperawatan dalam
jangka panjang, bisa dikelola di tingkat FKTP.

 Jika hal ini dilakukan maka akan mengurangi beban


FKRTL dan terjadi efisiensi biaya serta efektivitas
pelayanan

27
 Berdasarkan perhitungan aktuaria, iuran yang
dibayar oleh peserta program JKN masih jauh dari
nilai ideal.
 Kenaikan iuran PBI dapat menjadi salah satu
alternatif dalam mengatasi defisit BPJS Kesehatan.
 Apakah keuangan negara memiliki kemampuan
untuk menaikkan anggaran PBI?

28
Salah satu peran Pemerintah Daerah adalah mengalokasikan
dana APBD untuk membayar peserta PBI yang ditanggung oleh
daerah.
Selain itu Pemerintah Daerah dapat “berpartisipasi” dengan
mengalokasikan hasil dari pajak rokok dan Dana Bagi Hasil
Cukai Tembakau (DBHCT) untuk program JKN.
Alokasi pajak rokok dan DBHCT berpotensi menyumbang
Rp 5-7 T.

29
TERIMAKASIH

30

Anda mungkin juga menyukai