Anda di halaman 1dari 11

Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 4, Desember 2015

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Melati (Jasminum sambac L. Ait) secara Topikal
terhadap Peningkatan Kontraksi Luka Bakar Derajat II A pada Tikus Putih
(Rattus norvegicus) Galur Wistar

Larasati Wibawani*, Endang Sri Wahyuni**, Yulian Wiji Utami*

ABSTRAK

Setiap tahun sekitar 2,5 juta kasus luka bakar terjadi di Indonesia dan kejadian luka bakar derajat II A
banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Penanganan luka bakar dengan penggunaan dressing atau obat
topikal masih mempunyai harga yang relatif mahal. Daun melati memiliki kandungan saponin, tanin, dan
flavonoid yang membantu proses penyembuhan luka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pemberian ekstrak etanol daun melati terhadap peningkatan kontraksi luka bakar derajat II A pada
tikus putih galur Wistar. Penelitian ini menggunakan design true-experiment dengan metode post test only
control group design. Ada 5 kelompok penelitian yaitu 2 kelompok kontrol menggunakan NS 0,9 %, SSD 1 %
dan 3 kelompok perlakuan menggunakan ekstrak daun melati 15 %, 30 %, dan 45 %. Variabel penelitian ini
adalah peningkatan kontraksi luka bakar derajat II A yang dihitung pada hari ke-15 dari perawatan luka. Uji
one way ANOVA menunjukan ada perbedaan yang signifikan pada peningkatan kontraksi luka antara NS
0,9 %, SSD 1 %, ekstrak daun melati 15 %, 30 %, dan 45 % dengan nilai p (0,023) < α (0,05). Hasil uji post
hoc menunjukan perbedaan yang signifikan antara NS 0,9 % dengan ekstrak daun melati 45 % dengan nilai
p (0,036) < α (0,05), tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan antara ketiga dosis ekstrak daun melati.
Kesimpulan penelitian ini adalah ekstrak daun melati 45 % mampu meningkatkan kontraksi pada luka yang
lebih optimal dibandingkan NS 0,9 %, SSD 1 %, ekstrak daun melati 15 % dan 30 %.

Kata kunci: Ekstrak daun melati konsentrasi 15 %, 30 %, dan 45 %, Kontraksi luka, Luka bakar derajat II A,
NS 0,9 %, SSD 1 %.

The Effect of Jasmine Leaf Ethanol Extract (Jasminum sambac L. Ait) in Topical to Increase
Wound Contraction on Second-Degree A Burns in Rat (Rattus norvegicus) Wistar Strain

ABSTRACT

It is about 2.5 million cases of burns occurred in Indonesia each year and the incidence of second-
degree A burns often happens in everyday life. Treatment of burns with the use of dressings or topical
medications is costly. Jasmine leaves contain saponins, tannins, and flavonoids that can help in healing
wounds. This study was to determine the effect of ethanol extract of jasmine leaves to increase wound
contraction in second-degree A burns in Wistar rats. This study was a true-experiment with post test only
control group design which consist of 5 groups: control group by using 0.9 % NS, 1 % SSD and 3 treatment
groups using jasmine leaf extract concentrations of 15 %, 30 %, and 45 %. The variable was the increasing
contraction of second degree A burns which measured on the 15th day of wound care. One way ANOVA
result showed no significant differences in wound contraction between NS 0,9 %, SSD 1 %, jasmine leaf
extract 15 %, 30 %, and 45 % with a p-value (0.023) < α (0.05). Post hoc test result showed a significant
difference between NS 0.9 % with jasmine leaf extract 45 % with p-value (0.036) < α (0.05). However, there
was no significant difference between the three doses of jasmine leaf extract. This study concluded that 45 %
jasmine leaf extract can increase wound contraction more optimal than NS 0.9 %, 1 % SSD, 15 %, and 30 %
jasmine leaf extract.

Keywords: Jasmine leaf extract 15 %, 30 %, and 45 %, NS 0.9 %, Second-degree II A burns, SSD 1 %,


Wound contraction.

* Program Studi Ilmu Keperawatan, FKUB


** Laboratorium Ilmu Faal, FKUB

196
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 4, Desember 2015

PENDAHULUAN luka.8 Sementara pemakaian silver


sulfadiazine 1 % (SSD 1 %) sudah menjadi
Luka bakar adalah rusaknya jaringan standar pada pengobatan luka bakar derjat II
yang diakibatkan adanya kontak tubuh A maupun II B.9 Saat ini telah dikembangkan
dengan bahan kimiawi, agen termal, maupun obat-obatan untuk membantu penyembuhan
listrik. Insiden luka bakar yang disebabkan luka bakar seperti hydrogel dan
agen termal paling sering terjadi di dapur.1 hydrocolloids sebagai absorptive dressings
Pada usia 5-29 tahun, trauma luka bakar atau mafenide acetate, Bioplacenton®, Silver
termasuk ke dalam peringkat 15 sebagai sulfadiazine, dan Bacitracin sebagai agen
penyebab utama kematian. Kejadian luka antimikroba.3 Penanganan luka bakar
bakar serius sekitar 95 % lebih banyak dengan penggunaan dressing atau obat-
terjadi di negara berpenghasilan rendah dan obatan topikal dikenal mempunyai biaya
menengah menurut data World Health yang cukup tinggi dan krim SSD 1 %
Organization (WHO) di tahun 2012.2 mempunyai harga yang masih cukup mahal,
Berdasarkan World Fire Statistics Centre banyak masyarakat tidak mampu
(2008), Singapura merupakan negara membelinya. Sehingga masyarakat kurang
9

dengan prevalensi luka bakar terendah 0,12 tertarik untuk memanfaatkannya dan mulai
% dan tertinggi adalah Hongaria dengan beralih menggunakan obat-obatan herbal.10
1,98 % per 100.000 orang.3 Luka bakar Salah satu obat alternatif yang dapat
paling sering terjadi di rumah dan ditemukan digunakan untuk terapi luka adalah daun
terbanyak adalah luka bakar derajat II.4 melati (Jasminum sambac L. Ait). Daun
Luka bakar derajat II terbagi menjadi melati banyak digunakan sebagai obat
luka bakar derajat II A (dangkal) dan II B tradisional untuk mengobati panas, batuk,
(dalam).5 Kejadian luka bakar derajat II A luka lebam, distensi abdomen, diare,
banyak terjadi dalam kehidupan sehari- menurunkan kadar gula darah, mengatur
hari.6. aliran menstruasi, membantu fungsi ginjal,
Kerusakan pada luka bakar derajat II A dan inflamasi. Daun melati membantu
hanya mengenai bagian superfisial dermis. penyembuhan luka insisi pada hewan coba
Apendises kulit seperti folikel rambut, dengan cara memberikan ekstrak secara
kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih topikal, dan didapatkan penyembuhan luka
utuh.5 Hasil yang baik untuk penyembuhan insisi lebih cepat daripada kelompok kontrol.
luka bakar yaitu apabila waktu Menurut studi eksplorasi dosis yang telah
penyembuhan yang minimal dengan dilakukan, didapatkan bahwa daun melati
komplikasi sedikit.6 Penyembuhan luka dapat dapat membantu penyembuhan luka dengan
dipercepat dengan memberikan lingkungan meningkatkan kontraksi luka. Didapatkan
yang lembab karena akan mencegah dosis 30 % merupakan dosis yang paling
terjadinya dehidrasi jaringan dan kematian optimal dalam peningkatan kontraksi luka
sel, mempercepat angiogenesis serta diantara dosis yang diujikan yaitu 10 %, 20
meningkatkan pecahnya fibrin dan jaringan %, 30 %, 40 %, 50 %, dan 60 %. Daun
mati.7 melati dapat digunakan untuk merawat luka
Penatalaksanaan luka bakar secara karena mengandung saponin, tanin, dan
umum menggunakan rendam normal salin.4 flavonoid.11
Normal salin adalah cairan isotonis yang Luka bakar mempunyai 3 fase
sering digunakan di rumah sakit sebagai penyembuhan, yaitu fase inflamasi, fase
perawatan konvensional untuk perawatan proliferasi, dan fase maturasi.6 Kontraksi
irigasi luka, pembersihan luka, dan hidrasi luka terjadi pada fase proliferasi atau

197
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 4, Desember 2015

fibroplasia.12 Kontraksi luka adalah proses derajat II A serta dapat digunakan sebagai
penyempitan ukuran luka.13 Proses dasar dalam penelitian selanjutnya.
penyembuhan dapat dilihat secara fisik
dengan menilai tingkat kontraksi luka.14 BAHAN DAN METODE
Saponin memiliki peran yang besar terhadap
proses penyembuhan.15 Saponin dapat Desain Penelitian
membantu penyembuhan luka karena dapat Penelitian ini merupakan penelitian true-
memacu pembentukan kolagen, yaitu protein experiment pasca tes dengan kelompok
struktur dalam proses penyembuhan luka.16 eksperimen dan kontrol. Sampel dipilih
Kolagen yang terbentuk akan menyebabkan dengan cara simple random sampling
munculnya kontraksi luka.12 Paparan kolagen berjumlah 25 ekor tikus putih jantan dengan
yang banyak akan menarik fibroblas dengan umur 2,5-3 bulan dan berat badan 150-250
cepat ke daerah luka. Fibroblas akan gram kemudian dibagi menjadi 5 kelompok,
mengalami perubahan fenotif menjadi yaitu kelompok A sebagai kelompok kontrol
miofibroblas yang bertanggung jawab pada pertama diberi NS 0,9 %, kelompok B
kontraksi luka.17 Sementara tanin merupakan sebagai kelompok kontrol kedua diberi SSD
antimikroba yang aktif, dapat memicu 1 % dan 3 kelompok perlakuan diberi ekstrak
kontraksi luka, dan meningkatkan daun melati konsentrasi 15 % (kelompok C),
pembentukan pembuluh darah kapiler serta 30 % (kelompok D) dan 45 % (kelompok E).
fibroblas.18 Tanin dan flavonoid mempunyai Masing-masing kelompok berjumlah 5 ekor
sifat astringen, yang dapat meningkatkan tikus.
laju epitelisasi dan kontraksi luka.19
Penelitian ini bertujuan untuk Pembuatan Luka Bakar Derajat IIA
mengetahui pengaruh pemberian ekstrak Styrofoam berbentuk balok dengan
etanol daun melati (Jasminum sambac L. ukuran 2x2 cm yang dilapisi dan dibungkus
Ait) secara topikal terhadap peningkatan kassa steril dan dicelupkan kedalam air
kontraksi luka bakar derajat II A pada tikus panas 98 °C selama 3 menit kemudian
putih (Rattus norvegicus) galur Wistar. ditempelkan pada punggung tikus selama 30
Manfaat penelitian ini bagi profesi detik yang sebelumnya dianestesi
keperawatan adalah menjadi dasar menggunakan lidokain non adrenalin.
pengetahuan untuk memahami daun melati
berguna sebagai perawatan luka bakar Perawatan Luka Bakar Derajat IIA
derajat IIA karena dapat mempengaruhi Pada kelompok perlakuan luka yaitu
peningkatan kontraksi luka dan dapat C,D, dan E dibersihkan dengan NS 0,9 %
menambah ilmu pengetahuan dalam bidang kemudian diberi ekstrak daun melati
keperawatan khususnya rawat luka berbasis konsentrasi 15 %, 30 %, dan 45 % yang
bahan alami yang ada di Indonesia. dibuat melalui prosedur ekstraksi dengan
Sementara manfaat bagi masyarakat pelarut etanol 96 % diberikan secara topikal
menjadi dasar bagi untuk memanfaatkan sebanyak 10 mg pada area luka kemudian
daun melati sebagai obat alternatif pada luka ditutup dengan kassa steril dan
proses penyembuhan luka bakar yang diplester. Sementara kelompok kontrol
alamiah, aman, efektif, dan terjangkau. pertama (A) dibersihkan dengan NS 0,9 %
Manfaat bagi peneliti adalah dapat menjadi kemudian ditutup dengan kompres NS 0,9 %
dasar pengetahuan dan pendalaman peneliti menggunakan kassa steril dan kelompok
tentang pengaruh daun melati terhadap kontrol kedua (B) dibersihkan dengan NS 0,9
peningkatan kontraksi luka pada luka bakar % kemudian diberi SSD 1 %, ditutup kassa

198
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 4, Desember 2015

steril dan diplester. Perawatan luka Identifikasi Kontraksi Luka


dilakukan sekali setiap hari pukul 09.00- Ukuran luka bakar derajat II A pada hari
10.00 WIB hingga hari ke-14. pertama setelah penginduksian luka bakar
dan hari terakhir pada hari ke–15 setelah
Pembuatan Ekstrak Daun Melati luka dibersihkan kemudian difoto kemudian
Proses ekstraksi menggunakan 100 diukur panjang luka dengan menggunakan
gram serbuk daun melati (Jasminum sambac penggaris sebagai skala ukur 1:100, 1 cm
L. Ait) kemudian direndam dengan etanol 96 pada penggaris dibandingkan 100 pada
% selama 3 hari, kemudian dikocok selama garis yang dibuat pada software AutoCad
30 menit lalu dibiarkan selama 24 jam 2009. Kemudian data ukuran luka bakar
sampai mengendap. Lapisan atas yaitu tikus dihitung dengan menggunakan rumus
campuran etanol dengan zat aktif diambil penghitungan kontraksi luka bakar:
dan dimasukkan dalam labu evaporasi 1 L,
isi water bath dengan air sampai penuh, % Kontraksi Luka = X 100
kemudian pasang semua alat termasuk
rotary evaporator, pemanas water bath (atur
sampai 70-80 °C) lalu disambungkan Analisis Data
dengan aliran listrik. Biarkan larutan etanol Data peningkatan kontraksi luka
memisah dengan zat aktif. Tunggu sampai dianalisis dengan SPSS version 20 dengan
aliran etanol berhenti menetes pada labu cara uji normalitas menggunakan uji Shapiro
penampung. Hasilnya kira-kira 1/3 dari Wilk (p > 0,05) dan uji homogenitas
serbuk daun melati. Hasil ekstraksi menggunakan uji test of homogeneity of
dimasukkan ke dalam botol plastik dan variances (p > 0,05). Uji one way ANOVA
disimpan dalam freezer. untuk mengetahui adanya perbedaan antar
kelompok uji coba (p < 0,05). Uji post hoc
Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Daun tukey HSD (p < 0,05) untuk mengetahui nilai
Melati tengah yang memiliki perbedaan yang
signifikan.
Ekstrak daun melati dicampurkan
vaseline dengan menggunakan rumus:
HASIL

Penelitian ini didahului dengan


serangkaian perlakuan percobaan dengan
memberikan ekstrak daun melati (Jasminum
Keterangan :
sambac L. Ait) sebagai kelompok
L : Konsentrasi larutan (%)
eksperimen dan normal saline sebagai
a : Massa zat terlarut (mg)
kelompok kontrol. Setelah melakukan
b : Massa zat pelarut (mg)
perlakuan berupa pemberian ekstrak daun
melati untuk meningkatkan kontraksi luka
- Konsentrasi 15 % : 25,5 mg ekstrak etanol
bakar derajat IIA pada tikus putih galur
daun melati dalam 170 mg vaselin
Wistar, maka didapatkan data dengan
- Konsentrasi 30 % : 42 mg ekstrak etanol
melakukan penghitungan peningkatan
daun melati dalam 140 mg vaselin.
kontraksi luka. Hasil penghitungan
- Konsentrasi 45 % : 49.5 mg ekstrak etanol
peningkatan kontraksi luka bakar derajat IIA
daun melati dalam 110 mg vaselin.
setelah diberikan ekstrak daun melati,

199
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 4, Desember 2015

normal saline 0,9 %, dan SSD 1 % dapat jaringan nekrotik sudah mengelupas,
dilihat pada Tabel 1. jaringan granulasi dan epitelisasi sudah
terbentuk banyak dengan rata-rata luas luka
Tabel 1. Persentase kontraksi luka bakar 0,7 cm2, dan pada kelompok E (ekstrak daun
derajat II A pada tikus putih pada berbagai melati 45 %) jaringan nekrotik tampak sudah
kelompok perawatan luka mengelupas, luka sudah tertutup, rata-rata
Kelompok Kontraksi luka (%)
pada hari ke-15 luas luka 0,03 cm2. Hal ini menunjukkan
bahwa luka bakar derajat II A mengalami
A (NS 0,9 %) 80,16 ± 9,39
penyembuhan luka dengan ukuran luka
semakin menyempit, jaringan nekrotik
B (SSD 1 %) 88,14 ± 10,84
mengelupas, terjadi granulasi dan epitelisasi
C (Ekstrak daun melati 15 %) 81,08 ± 9,95 yang menunjukan terjadinya peningkatan
D (Ekstrak daun melati 30 %) 91,72 ± 5,14 kontraksi luka.

E (Ekstrak daun melati 45 %) 96,54 ± 2,63


A B
Pada Tabel 1 di atas dapat dilihat
persentase kontraksi luka yang terbesar
adalah pada kelompok E (ekstrak daun
melati 45 %). Persentase terbesar kedua C D
adalah kelompok D (ekstrak daun melati 30
%), diikuti oleh kelompok kontrol B (SSD 1
%) kemudian kelompok C (ekstrak daun
melati 15 %) dan terakhir kelompok A (NS E
0,9 %). Nilai standar deviasi menunjukan
besar rentang penyimpangan nilai, seperti
hasil persentase peningkatan kontraksi luka
kelompok E yaitu 96,54 ± 2,63, artinya
kelompok E mempunyai rentang Gambar 1. Pengukuran area luas luka bakar
penyimpangan nilai persentase peningkatan derajat II A pada tikus putih pada hari ke-15
kontraksi luka antara 93,91 (96,54 - 2,63) Keterangan: (A) Kelompok kontrol NS, (B)
Kelompok kontrol SSD 1 %, (C) Kelompok
sampai 99,17 (96,54+2,63). Nilai SD pada
perlakuan ekstrak daun melati 15 %, (D)
tiap kelompok yang menunjukan angka
Kelompok perlakuan ekstrak daun melati 30 %,
mendekati 0 akan semakin bagus karena (E) Kelompok perlakuan ekstrak daun melati 45
menunjukan variansi data yang semakin %.
homogen.
Pada hari ke-15, kelompok A yaitu ANALISIS DATA
kelompok kontrol NS tampak jaringan Uji normalitas data menggunakan uji
nekrotik dengan rata-rata luas luka 1.8 cm2, Shapiro-Wilk terhadap luas luka bakar
kelompok B yaitu kontrol SSD 1 % derajat II A sebelum diberi perlakuan pada
mempunyai rata-rata luas luka 0,78 cm2. hari ke-1 dan hasil persentase kontraksi luka
Pada kelompok C (ekstrak daun melati 15 bakar derajat II A pada hari ke-15
%) tampak jaringan nekrotik belum didapatkan nilai sginifikasi p > α (0,05) yang
terkelupas, sudah terlihat epitelisasi dengan menunjukan data terdistribusi normal. Uji
rata-rata luas luka 1,6 cm2, kelompok D homogenitas menggunakan uji Levene
(ekstrak daun melati 30 %) dapat diamati didapatkan hasil perhitungan luas area luka

200
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 4, Desember 2015

awal pada hari ke-1 dan peningkatan Tabel 2. Homogenous subsets


kontraksi luka pada hari ke-15 didapatkan p KELOMPOK N Subset for alpha =
0.05
> α (0,05) yang menunjukan data memiliki
1 2
keseragaman yang homogen. (A) NS 5 80,1600
Uji one way ANOVA didapatkan hasil F
hitung sebesar 3,604 dengan p = 0,023 < α (B) MELATI 15% 5 81,0800 81,0800
(0,05), yang artinya pemberian ekstrak daun (C) SSD 5 88,1400 88,1400
melati konsentrasi 15 %, 30 %, 45 %, NS 0,9
%, dan SSD 1 % memberikan pengaruh (D) MELATI 30% 5 91,7200 91,7200
yang signifikan terhadap peningkatan (E) MELATI 45% 5 96,5400
kontraksi luka bakar derajat II A pada tikus
putih di hari ke-15.
Uji post hoc Tukey HSD dengan selang
kepercayaan 95 % (α = 0,05) didapatkan PEMBAHASAN
hasil bahwa perbedaan rata-rata
peningkatan kontraksi luka bakar derajat II A Tujuan dari penelitian ini adalah
pada hari ke-15 antara kelompok A (kontrol mengetahui pengaruh pemberian ekstrak
NS 0,9 %) berbeda secara signifikan dengan etanol daun melati (Jasminum sambac L.
kelompok E (ekstrak daun melati 45 %) Ait) terhadap peningkatan kontraksi luka
dengan p = 0,036 < α (0,05). Kelompok A, B, bakar derajat II A pada tikus putih (Rattus
dan C (ekstrak daun melati 15 %, 30 %, dan novergicus) galur Wistar. Penggunaan
45 %) tidak berbeda signifikan dengan ekstrak daun melati untuk merawat luka
kelompok B (SSD 1 %). Kelompok A, B, dan dalam penelitian ini karena daun melati
C (ekstrak daun melati 15 %, 30 %, dan 45 mengandung saponin, tanin, dan flavonoid.
%) tidak berbeda signifikan yang Saponin, tanin, dan flavonoid dapat
menunjukan semua konsentrasi ekstrak membantu dalam penyembuhan luka.
daun melati memiliki pengaruh yang sama Saponin memicu adanya kolagen,
bagusnya terhadap kontraksi luka bakar semakin banyak adanya kolagen akan
derajat II A, karena tidak didapatkan semakin cepat menarik fibroblast ke tepi luka
perbedaan rata-rata peningkatan kontraksi dan fibroblast akan mengalami perubahan
luka bakar derajat II A secara signifikan fenotif menjadi miofibroblast yang
seiring dengan peningkatan konsentrasi bertanggung jawab terjadinya proses
ekstrak etanol daun melati. kontraksi luka sehingga kontraksi luka akan
Pada Tabel 2 ditampilkan bahwa meningkat.20 Selain itu, saponin dan tanin
kelompok E (ekstrak daun melati 45 %) memiliki sifat antimikroba yang dapat
adalah yang paling optimal dibandingkan mencegah dan mengendalikan infeksi luka
kelompok lainnya. Kemudian konsentrasi 30 dengan cara langsung menghancurkan
% adalah konsentrasi optimal setelah patogen serta dapat mengurangi
konsentrasi 45 %. Kelompok C (ekstrak peradangan lokal dan kerusakan jaringan.21
daun melati 15 %) adalah konsentrasi Dengan dicapainya luka yang bersih,
optimal setelah konsentrasi 45 %, 30 %, dan jaringan akan menjadi steril dan siap
SSD 1 %, sedangkan kelompok A (kontrol memasuki fase proliferasi.22 Fase proliferasi
normal saline 0,9 %) adalah kelompok adalah fase penyembuhan dan perbaikan
optimal yang terakhir. luka yang ditandai dengan proses
reepitelisasi, fibroplasia, angiogenesis, dan
kontraksi luka.23

201
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 4, Desember 2015

Pada luka, tanin melakukan Sedangkan pada kelompok perlakuan


penangkalan radikal bebas, meningkatkan ekstrak etanol daun melati 15% menunjukan
oksigenasi, meningkatkan kontraksi luka, peningkatan kontraksi luka yang lebih
meningkatkan pembentukan pembuluh rendah dari pada kelompok perlakuan
darah kapiler dan fibroblast sehingga dapat ekstrak etanol daun melati 45%, 30%, dan
membantu penyembuhan luka.18 Sementara SSD 1%. Hal ini dikerenakan ada beberapa
flavonoid memilki sifat astringen sehingga jaringan nekrotik yang belum mengelupas,
mencegah perdarahan yang terjadi dan sehingga tepi-tepi luka terhambat untuk
dapat menutup luka, sifat astringen juga tertarik ke tengah karena jaringan
dimilki oleh tanin.24 Flavonoid dapat bekerja dibawahnya belum mengering.
secara optimal untuk membatasi pelepasan Normal salin mempunyai sifat moist
mediator inflamasi. Aktivitas antiinflamasi yang dapat membantu proses pembentukan
flavonoid berperan menghambat COX-2, pembuluh darah yang baru lebih cepat
lipooksigenase dan tirosin kinase, sehingga sehingga dapat meningkatkan proses
terjadi pembatasan jumlah sel inflamasi yang oksigenasi jaringan dan suplai nutrisi yang
bermigrasi ke jaringan luka. Selanjutnya banyak.10 Peningkatan proses oksigenasi
reaksi inflamasi akan belangsung lebih jaringan dan suplai nutrisi ke jaringan yang
singkat dan kemampuan proliferaitf dari mengalami kerusakan akan menyebabkan
TGF-β tidak terhambat, sehingga proses proses epitelisasi jaringan yang lebih cepat
proliferasi segera terjadi.25 Aktivitas flavonoid sehingga meningkatkan kontraksi luka lebih
dalam meningkatkan kontraksi luka juga cepat karena proses penyembuhan luka
didukung oleh mekanisme antioksidan yang terjadi secara simultan.10 Normal salin
menghambat peroksidasi lipid, melindungi digunakan sebagai kontrol dalam penelitian
kulit dari radikal bebas dan melindungi ini karena secara umum penatalaksanaan
jaringan dari stres oksidatif akibat cedera.26 luka bakar menggunakan rendam normal
Kontraksi luka juga dipengaruhi oleh salin.4 Selain itu, normal salin merupakan
senyawa SSD 1 %. SSD 1 % merupakan cairan isotonis yang sering digunakan di
standar pada pengobatan luka bakar derjat II rumah sakit sebagai perawatan
A.9 Luka bakar adalah tempat ideal untuk konvensional untuk perawatan irigasi luka,
pertumbuhan mikroorganisme, serum, dan pembersihan luka, dan hidrasi luka.8 .
debris menyediakan nutrien, dan cedera luka Walaupun normal salin sering digunakan
sendiri mengakibatkan gangguan aliran untuk perawatan luka dan aman bagi tubuh,
darah sehingga respon peradangan tidak normal salin 0,9 % tidak memilki kandungan
efektif dengan pemberian silver sulfadiazine, antimikroba seperti silver sulfadiazine
kelompok sampel kontrol dengan SSD 1% sehingga kemungkinan terjadinya infeksi
bisa terhindar dari infeksi karena silver lebih besar pada kelompok kontrol
sulfadiazine merupakan agen antibakteri. menggunakan NS 0,9 %. Pada semua
Pada kelompok kontrol menggunakan SSD 1 sampel kelompok kontrol yang dirawat
% di hari ke-15. Hal ini karena SSD 1 % hanya menggunakan NS 0,9 % pada hari ke-
mengandung zat bioaktif yang terbukti efektif 15 masih terlihat jaringan nekrotik.
menunjukan khasiat bakterisida terhadap Persentase kontraksi luka bakar derajat
Pseudomonas aeruginosa dan II A terbesar adalah pada kelompok E, D,
Staphylocaccus aureus. Pseudomonas dan C (ekstrak daun melati 45 %, 30 %, dan
aeruginosa adalah organisme yang dominan 15 %). Dosis 15 % memberikan pengaruh
menyebabakan infeksi luka yang cukup fatal yang paling minimal terhadap peningkatan
pada luka bakar.17 kontraksi luka dibandingkan dengan dosis 30

202
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 4, Desember 2015

% maupun 45 %. Hal ini diperkuat oleh terhadap peningkatan kontraksi luka bakar
penelitian eksperimen yang dilakukan derajat II A. Tidak ada perbedaan yang
Shabarwal (2012) tentang ekstrak etanol signifikan juga antara kelompok B (kontrol
daun melati pada luka insisi dengan SSD 1 %) dengan kelompok C, D, dan E (
menggunakan dosis 200 mg/kgBB dan 400 ekstrak daun melati 15 %, 30 %, dan 45 %).
mg/kgBB. Kedua dosis tersebut membantu Berdasarkan uji post hoc Tukey HSD antara
proses penyembuhan luka dan hasil proses 3 kelompok C, D, dan E tidak terdapat
penyembuhan luka yang paling cepat perbedaan yang signifikan pula.
didapatkan pada kelompok dosis 400 Pada hari ke-15 masih terdapat luka
mg/kgBB.11 yang terbuka pada beberapa sampel. Pada
Semakin tinggi dosis daun melati akan kelompok B (SSD 1 %), D (ekstrak daun
semakin tinggi pula kandungan senyawa- melati 30 %), dan E (45 %) kondisi luka yang
senyawa saponin, tanin, dan flavonoid. masih terbuka tampak jaringan granulasi,
Semakin banyak kandungan senyawa dan epitelisasi sudah terbentuk. Sementara
saponin, tanin, dan flavonoid maka akan pada kelompok B (NS 0,9 %) dan C (ekstrak
menjadikan daya antibakteri semakin kuat, daun melati 15 %) tampak jaringan nekrotik
dan membantu proses penyembuhan luka yang belum mengelupas pada beberapa
semakin cepat serta peningkatan kontraksi sampel. Sampel dimatikan pada hari ke-15
luka yang semakin bagus. Penelitian bahan setelah dilakukan pengambilan gambar
herbal lain yang mengandung senyawa ukuran luka. Hal ini karena pada hari ke-15
saponin, tanin, dan flavonoid untuk adalah puncaknya fase proliferasi pada luka
perawatan luka yang telah dilakukan yaitu bakar derajat II A.
formulasi krim ekstrak etanol daun kirinyuh
menggunakan dosis 2,5 %, 5 %, dan 10 %. KESIMPULAN
Didapatkan luka pada sampel dengan
perawatan formula krim ekstrak etanol daun Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
kirinyuh dengan dosis 10 % sembuh total.24 1. Perawatan luka bakar derajat II A pada
Ekstrak daun melati cukup efektif dalam kelompok kontrol menggunakan normal
peningkatan kontraksi luka karena saline 0,9 % dan silver sulfadiazine 1 %
mempunyai kandungan senyawa saponin, (SSD 1%) berpengaruh terhadap
tanin, dan flavonoid. Kandungan senyawa peningkatan kontraksi luka bakar derajat
saponin, tanin, dan flavonoid pada ekstrak II A.
tetap tinggi karena pengeringan daun melati 2. Perawatan luka bakar derajat II A pada
dalam pembuatan ekstrak meggunakan cara kelompok perlakuan ekstrak daun melati
diangin-anginkan dalam ruangan dengan dengan dosis 15 %, 30 %, dan 45 %
suhu kamar. Pengeringan daun dengan cara berpengaruh terhadap peningkatan
diangin-anginkan memiliki kandungan kontraksi luka bakar derajat II A.
saponin, tanin, dan flavonoid yang jauh lebih 3. Ekstrak daun melati 45 % memberikan
tinggi daripada pengeringan menggunakan hasil paling baik terhadap peningkatan
oven ataupun dijemur dibawah sinar kontraksi luka bakar derajat II A
matahari langsung.27 dibandingkan kelompok perlakuan
Berdasarkan hasil uji statistik, tidak ada eksrak daun melati 15 % dan 30 %.
perbedaan yang signifikan antara kelompok Serta kelompok kontrol NS 0,9 %, dan
C dan D (ekstrak daun melati 15 % dan 30 SSD 1 %.
%) dengan kelompok A (kontrol NS 0,9 %),
sehingga memiliki pengaruh yang sama

203
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 4, Desember 2015

SARAN antara Perawatan Luka Menggunakan


Virgin Coconut Oil (Cocos nucifera) dan
Saran untuk penelitian di masa yang Normal Salin pada Tikus Putih (Rattus
akan datang: nrovegicus) Strain Wistar. 2008.
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk Fakultas Kedokteran Univesitas
menentukan dosis optimum dan dosis Brawijaya. (Online).
toksik penggunaan ekstrak etanol daun http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/123456
melati untuk perawatan luka bakar 789/18039/1/Perbedaan-kecepatan-
derajat II A. penyembuhan-luka-bakar-derajat-II-
2. Diperlukan pengawasan balutan kassa antara-perawatan-luka-menggunakan-
yang lebih baik pada perawatan luka virgin-coconut-Oil-(Cocos-nucifera)-dan-
bakar derajat II A secara topikal dengan normal-salin-pada-tikus-putih-(Rattus-
balutan tertutup untuk mempercepat norvegicus)-strain-wistar.pdf. Diakses 4
penyembuhan luka bakar derajat II A. November 2013.
3. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk 5. Simanjuntak MR. Ekstraksi dan
mengetahui tingkat kadar kandungan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun
masing-masing senyawa kimia dalam Tumbuhan Senduduk (Melastoma
daun melati. malabathricum L.) serta Pengujian Efek
Sediaan Krim terhadap Penyembuhan
DAFTAR PUSTAKA Luka Bakar. 2008. Skripsi. Medan:
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
1. Betz L dan Sowden L. Buku Saku Utara.
Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC. 6. Martyarini SA. Efek Madu dalam Proses
2009. Epitelisasi Luka Bakar Derajat Dua
2. Purnama D et al. Perbandingan Dangkal. Karya Tulis Ilmiah. 2011.
Pemberian Krim Ekstrak Etanol Daun 7. Yuliani SH. Formulasi Sediaan Hidrogel
Senduduk (Melastoma malabathricum Penyembuhan Luka Ekstrak Etanol
L), Moist Exposed Burn Ointment Daun Binahong (Anredera cordifolia
(MEBO) dan Moist Dressing secara (Ten)Steenis). 2012. (Online).
Topikal terhadap Penyembuhan Luka http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/3129_
Bakar Derajat II Pada Tikus Putih RD1212006-srihartatiyuliani.pdf.
(Rattus norvegicus). 2013. Fakultas Diakses 27 Mei 2013.
Kedokteran Universitas Riau. (Online). 8. Alexander H. Heparin Versus Normal
http://repository.unri.ac.id/bitstream/123 Saline as a Flush Solution. International
456789/2220/1/repository%20dedy%20 Journal for The Advancement of
purnama.pdf. Diakses 27 Mei 2013. Science and Arts. 2010. No 1. Issues 1.
3. Yuliani I. Pengaruh Pemberian Coconut 9. Widagdo TD. Perbandingan Pemakaian
Oil secara Topikal terhadap Aloe Vera 30 %, 40 %, dan Silver
Penyembuhan Luka Bakar Termal pada Sulfadiazine 1 % Topikal pada
Kulit Tikus Putih (Rattus norvegicus). Penyembuhan Luka Bakar Derajat II.
2007.Tesis. (Online). Laporan Penelitian. Fakultas
http://digilib.fk.umy.ac.id/gdl.php?mod=b Kedokteran Universitas Diponegoro.
rowse&op=read&id=yoptumyfkpp-gdl- 2004. (Online).
fitriapusp-250. Diakses 27 Mei 2013. http://eprints.undip.ac.id/21436/2/700-ki-
4. Nurdiana et al,. Perbedaan Kecepatan fk-2005.pdf. Diakses 4 November 2013.
Penyembuhan Luka Bakar Derajat II

204
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 4, Desember 2015

10. Imansyah BA. Pengaruh Pemberian Principle of Surgery. 7th Edition. USA:
Ekstrak Daun Melati (Piper betle L) Mc Graw-Hill Health Proffessions
terhadap Peningkatan Kontraksi Luka Divisions. 1999. p 233-288.
Fase Proliferasi pada Perawatan Luka 18. Li Li K, Diao Y, Zhang H, Wang S,
Bakar Derajat IIA pada Tikus Putih Zhang Z, Yu B, Huang S, Yang H.
(Rattus norvegicus) Galur Wistar. Tugas Tannin Extracts from Immature Fruits of
Akhir. Tidak Diterbitkan. Malang: Terminalia chebula Fructus Retz.
Fakultas Kedokteran Universitas Promote Cutaneous Wound Healing in
Brawijaya. 2013. Rats. Research Article. 2011. (Online).
11. Sabharwal S. Preliminary Phytochemical http://www.biomedcentral.com/1472-
Investigation and Wound Healing 6882/11/86. Diakses 27 Mei 2013.
Activity of Jasminum sambac (linn) Ait. 19. Reddy BKP, Shivalange G, Arora AK.
(Oleaceae) Leaves. International Study of Wound Healing Activity of
Journal of Pharmacognosy and Aqueous and Alcoholic Bark Extract of
Phytochemical Research. 2012. 2(3). Acacia catechu on Rats. Journal of
12. Perdanakusuma D. Anatomi Fisiologi Pharmaceutical Sciences. 2011; 1(3):
Kulit dan Penyembuhan Luka. Artikel 220-225.
Ilmiah. 2007. 20. Schwartz et al. Intisari Prinsip-prinsip
13. Ama F. Studi Pengaruh Stimulasi Ilmu Bedah. Laniyati (Penerjemah).
Elektrik (ES) pada Proses Percepatan Volume 6. Jakarta: EGC. 2000.
Penyembuhan Luka Kulit Marmut (Cavia 21. Suriadi. Perawatan Luka. Edisi 1.
cobaya). ITS Paper. 2012. (Online). Jakarta: Sagung Seto. 2004. Hlm 8-15.
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper- 22. Arun M et al. Herbal Boon for Wounds.
20126-Paper.pdf. Diakses 27 Mei 2013. International Journal of Pharmacy and
14. Widya. Pengaruh Ekstrak Daging Lidah Pharmaceutical Sciences. 2013; 5(2).
Buaya (Aloe vera L.) terhadap Panjang 23. Argamula G. Aktivitas Sediaan Salep
Luka pada Mukosa Rongga Mulut (Studi Ekstrak Batang Pohon Pisang Ambon
Eksperimental pada Tikus Wistar). (Musa paradisiaca var sapientum)
Skripsi. Tidak diterbitkan. Bandung: dalam Proses Persembuhan Luka pada
Program Studi Kedokteran Gigi Mencit (Mus musculus albinus). Skripsi.
Universitas Kristen Maranatha. 2012. Tidak diterbitkan Bogor: Fakultas
15. Almira RM. Kajian Aktivitas Fraksi Kedokteran Institut Pertanian Bogor.
Hexan Rimpang Kunyit (Curcuma longa 2008.
Linn.) terhadap Proses Persembuhan 24. Yenti R et al. Formulasi Krim Ekstrak
Luka pada Mencit (Mus musculus Etanol Daun Kirinyuh (Euphatorium
Albinus.). Skripsi. Tidak Diterbitkan. odoratum L) untuk Penyembuhan Luka.
Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan Majalah Kesehatan Pharma Medika.
Institut Pertanian Bogor. 2008. 2011; 3(1).
16. Wardani. Efek Penyembuhan Luka 25. Nijveldt RJ, Nood EV, Hoorn DV,
Bakar Gel Ekstrak Etanol Daun Melati Boelens PG, Norren KV, Leewen PV.
(Piper betle) pada Kulit Punggung Flavonoids: a review of probable
Kelinci. Skripsi. Tidak Diterbitkan. mechanism of action and potential
Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas applications. American Society Journal
Muhammadiyah. 2010. Clinical Nutrition. 2001; 74:418-25.
17. Schwarts SI, Shires GT, Spencer FC, 26. Ponnusha BS, Subramaniyam S,
Daly JM, Fischer JE, Galloway C. Pasupathi P, Subramaniyam B,

205
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 4, Desember 2015

Virumandy R. Antioxidant and


Antimicrobial Properties of Glycine max-
A review. Interbnational Journal of
Current Biological and Medical Sciece.
2011; 1(2):49-62.
27. Widyastuti Y et al. Pengaruh Cara
Pengeringan terhadap Perubahan
Fisikokimia Daun Kumis Kucing
(Orthosipon stamineus Benth). Jurnal
Tumbuhan Obat Indonesia. 2009; 2(1).

206

Anda mungkin juga menyukai