LAPORAN III E
SISTEM UTILITAS
Pembimbing:
Dr. Padil, ST., MT
Koordinator:
Prof. Edy Saputra, ST. MT. Ph.D.
Kelompok IX
LAPORAN III A
Catatan
ii ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan
rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan LAPORAN III E SISTEM UTILITAS
dari Tugas Akhir yang berjudul “Pabrik Methanol dari Natural Gas dengan
Kapasitas 180.000 Ton/Tahun”. Tugas perancangan pabrik ini disusun untuk
melengkapi salah satu syarat dalam menyelesaikan perkuliahan pada Program
Studi Strata Satu (S1) Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau. Dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini, Penulis banyak menerima bantuan, bimbingan
dan fasilitas dari berbagai pihak.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, Penulis menyadari masih banyak
terdapat kekurangan kesalahan penulisan tugas akhir ini. Oleh karena itu Penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca sehingga tulisan
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tata Letak Pabrik ................................................................................... 2
1.3 Peranan Air dalam Industri .................................................................... 2
1.4 Peranan Listrik dalam Industri............................................................... 8
1.5 Peranan Pengolahan Limbah dalam Industri ......................................... 9
BAB II SISTEM UTILITAS
2.1 Unit Penyediaan ..................................................................................... 11
2.2 Unit Pembangkit Steam ......................................................................... 16
2.3 Unit Penyedia Air Pendingin (Cooling Tower) .................................... 20
2.4 Treatment Air pada Industri .................................................................. 25
2.5 Unit Penyedia Listrik ............................................................................ 30
BAB III PENGOLAHAN LIMBAH
3.1 Limbah Padat ......................................................................................... 32
3.2 Limbah Cair ........................................................................................... 40
3.3 Limbah Gas ............................................................................................ 42
BAB IV DASAR PERANCANGAN
4.1 Pompa .................................................................................................... 44
4.2 Tangki .................................................................................................... 53
4.3 Bak Pengolahan Limbah ........................................................................ 57
4.3 Boiler ..................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 61
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem utilitas merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan lokasi
pendirian pabrik. Hal ini dikarenakan sistem utilitas merupakan sara penunjang yang
di perlukan untuk operasi suatu proses. Sistem utilitas ini meliputi unit penyediaan
air, unit pengolahan air, unit penyediaan listrik dan pengolahan limbah.
Air dalam suatu industri harus memenuhi baku mutu tertentu agar dapat digunakan
sebagai utilitas. Pada Tabel 1.1 terdapat beberapa standar baku mutu air bersih dari
PERMENKES NO. 492/MENKES/Per/IV/2010.
Penggunaan air domestic pada pabrik ini seperti ditunjukkan pada tabel 1.2
sebagai berikut:
seperti O2, CO2, H2S dan NaHCO3 masuk karena aerasi maupun kotak dengan
udara luar.
Air bebas dari zat yang dapat menyebabkan scale forming Pembentukan kerak
disebabkan karena adanya kesadahan dan suhu tinggi, yang biasanya berupa
garam-garam karbonat dan silikat.
Air bebas dari zat yang dapat menyebabkan foaming Air yang diambil kembali
dari hasil pemanasan biasanya menyebabkan foaming pada boiler karena
adanya zat-zat organik dan zat-zat yang tidak terlarut dalam jumlah besar. Efek
pembusaan terutama terjadi pada alkalinasi tinggi.
Bukan merupakan air sadah Kesadahan pada air disebabkan oleh ion-ion,
Persyaratan kualitas air umpan boiler dapat dilihat pada Tabel 1.4.
Tabel 1.4 Baku Mutu Air Umpan Boiler
Parameter Satuan Ukuran
pH Unit 10,5-11,5
Conductivity µmhos/cm 5000, maks
TDS Ppm 3500, maks
P-Alkalinity Ppm -
M-Alkalinity Ppm 800, maks
O-Alkalinity Ppm 2,5 x SiO2, min
T Hardness ppm -
Silika ppm 150, maks
Besi ppm 2, maks
Phospat residual ppm -
Sulfite residual ppm 20-50
pH condensate Unit 8,0-9,0
(Sumber : Prasetyani, 2013)
Pra-Rancangan Pabrik Metanol dari Natural Gas Kelompok IX/S. Ganjil/2018-2019
Dibuat Diperiksa Disetujui
Adi Mulyadi Putra
Aris Aprianto Cahyono
Ummi Hasanah Pertiwi
7
Hal-hal yang mempengaruhi effisiensi boiler adalah bahan bakar dan kualitas
air umpan boiler. Parameter-parameter yang mempengaruhi kualitas air umpan boiler
antara lain sebagai berikut:
1. Oksigen terlarut, yang dalam jumlah yang tinggi dapat menyebabkan korosi
pada peralatan boiler.
2. Kekeruhan, dapat mengendap pada perpipaan dan peralatan proses serta
mengganggu proses.
3. pH, bila tidak sesuai dengan standart kualitas air umpan boiler dapat
menyebabkan korosi pada peralatan.
4. Kesadahan, merupakan kandungan ion Cadan Mg yang dapat menyebabkan
kerak pada peralatan dan perpipaan boiler sehingga menimbulkan local
overheating.
5. Fe, dapat menyebabkan air berwarna dan mengendap di saluran air dan boiler
bila teroksidasi oleh ksigen.
6. Asiditas; kadar asiditas yang tinggi dapat menyebabkan korosi.
BAB II
SISTEM UTILITAS
2.1.1 Screen
Screen merupakan penyaring awal padatan-padatan kasar seperti kayu, daun,
dan bebatuan yang kemungkinan terbawa pada saat air dialirkan dari sungai ke bak
Pra-Rancangan Pabrik Metanol dari Natural Gas Kelompok IX/S. Ganjil/2018-2019
Dibuat Diperiksa Disetujui
Adi Mulyadi Putra
Aris Aprianto Cahyono
Ummi Hasanah Pertiwi
12
pengendapan. Screen terdiri dari dua bagian, yaitu bar screen dan traveling screen.
Bar screen berbentuk seperti palang yang berbaris. Bar screen berfungsi untuk
menyaring padatan besar seperti batang dan ranting. Setelah melalui bar screen,
padatan kecil seperti potongan-potongan sampah yang masih terlewat disaring
kembali pada traveling screen. Penyaringan terakhir sebelum air dialirkan ke bak
pengendapan adalah strainer. Strainer berfungsi untuk menyaring solid yang
tersuspensi yang berdiameter sampai 1/16 inch, dimana solid ini tidak tersaring pada
bar screen dan traveling screen. Skema screen yang akan digunakan dapat dilihat
pada Gambar 2.1.
2.1.5 Clarifier
Clarifier tank merupakan tangki berbentuk silinder yang digunakan sebagai
tempat penampungan air yang dipompakan. Clarifier Tank berfungsi untuk
mengendapkan kotoran-kotoran yang tidak larut seperti lumpur. Alat ini bekerja
memisahkan partikel berat dengan aliran berputar. Partikel dengan berat jenis < 1
gr/m3 akan bergerak menuju permukaan air sedangkan partikel dengan berat jenis > 1
gr/m3 akan mengendap kedasar clarifier. Sebelum masuk ke clarifier tank, tawas
(Al2(SO4)3.18H2O) dan soda ash dengan konsentrasi masing-masing 50 gr/m3
diinjeksikan ke air yang bertujuan untuk menjernihkan dan menaikkan pH air.
Di dalam clarifier terjadi proses koagulasi oleh senyawa koagulan. koagulasi
yaitu proses netralisasi muatan sehingga partikel-partikel dapat saling berdekatan satu
sama lain. Partikel yang saling berdekatan ini kemudian membentuk flok-flok.
Setelah flok terbentuk, terjadilah proses flokulasi diantara flok-flok tersebut.
Flokulasi adalah proses penyatuan antar flok sehingga membentuk partikel dengan
ukuran yang lebih besar dan berpotensi untuk mengendap. Akumulasi endapan inilah
yang kemudian disebut sludge/lumpur. Range pH ideal pada proses ini adalah 6,0 –
7,5 (Nalco, 2007). Efek dari kinerja tawas adalah turunnya pH karena terbentuknya
asam. Oleh sebab itu, perlu ditambahkan soda ash (Na2CO3) untuk meningkatkan pH.
Di dalam air, koagulan akan mengalami proses disosiasi, hidrolisa dan polimerisasi.
Reaksi dissosiasi yang terjadi adalah:
Al2(SO4)3 → 2 Al3+ + 3 SO42-
Reaksi hidrolisa:
(SO4)3 + 6 H2O → 2 Al(OH)3+ 3 H2SO4
Reaksi polimerisasi ion kompleks:
{Al(H2O)6}3++ H2O → {Al(H2O)5OH}2++ H2O
b. Anion Exchanger
Anion exchanger berfungsi menghilangkan anion-anion (misal, Cl-, SiO22-,
CO32- dan SO42-) dalam air. Resin yang digunakan adalah weak and intermediate base
anion.
Reaksi pengikatan yang terjadi dipermukaan resin:
R-OH + H2SO4 → 2H2O + R2SO4
R-OH + HCl → H2O + RCl
b. Sistem Steam
Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam boiler.
Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada keseluruhan sistem,
tekanan steam diatur menggunakan kran dan dipantau dengan alat
pemantau tekanan. Air yang disuplai ke boiler untuk diubah menjadi steam
disebut air umpan. Ada dua sumber air umpan:
Kondensat atau steam yang mengembun yang mengembun ke proses.
Air make up (air baku yang sudah diolah) yang harus diumpankan dari luar
ruang boiler ke plant process.
hasil pembakaran bahan bakar. Pembakaran dilakukan secara kontinyu didalam ruang
bakar dengan mengalirkan bahan bakar dan udara dari luar.
Uap yang dihasilkan boiler adalah uap superheat dengan tekanan dan
temperatur yang tinggi. Jumlah produksi uap tergantung pada luas permukaan
pemindah panas, laju aliran, dan panas pembakaran yang diberikan.
b. Superheater
Berfungsi untuk memanaskan uap dari steam drum menjadi uap panas lanjut
(main steam). Main steam digunakan untuk melakukan kerja dengan ekspansi dalam
turbin. Superheater memiliki lima bagian utama, yaitu :
1. Superheater (SH) Vertical Platens
2. SH Division Panel
3. Low Temperature SH Pendant
4. Low Temperature SH Horizontal
5. Back Pass and Roof
c. Reheater
Berfungsi untuk memanaskan kembali uap yang telah mengalami ekspansi
dalam turbin. Uap keluaran turbin berupa cold steam sehingga perlu dipanaskan
kembali dan dimasukkan kembali ke dalam boiler.
e. Down Comer
Merupakan saluran air dari steam drum ke header (pengaman) yang berada di
bawah ruang bakar dimana dari header butir – butir air panas akan dipanaskan
melalui pipa – pipa yang tersusun di dinding furnace. Pada down comer bagian
bawah terdapat suatu pompa yang disebut dengan boiler water circulating
pump (BWCP) yang digunakan untuk mengatur sirkulasi air yang akan dipanaskan
atau diuapkan.
f. Furnace
Merupakan ruang bakar yang pada dindingnya tersusun pipa – pipa.
g. Blow Down
Untuk mengontrol kualitas air serta mengurangi kandungan zat padat (silika)
dalam air sehingga tidak terbentuk kerak hangus pada furnace. Alat ini akan bekerja
secara otomatis saat sensor menunjukkan kandungan silika dalam air melebihi
standar. Alat ini akan membuang sebagian kecil air dari drum (1% sampai 2% dari
tingkat penguapannya).
dikarenakan sebagian dari air tersebut menguap. Untuk cooling tower, besarnya
penguapan dapat dihitung bila diketahui kapasitas pompa sirkulasi (m3/jam).
b. Pada Air Cooling Tower Terjadi Pemekatan Garam
Dengan adanya penguapan maka lama kelamaan seluruh mineral yang tidak
dapat menguap akan berkumpul sehingga terjadi pemekatan. Dengan banyaknya
mineral yang terkandung pada air cooling tower perlu dilakukan proses bleed off dan
penambahan air make up. Air yang menguap adalah air yang murni bebas dari garam
–garam mineral dengan konsentrasi = 0.
Selain itu cooling tower dapat dibedakan menjadi dua tipe secara garis besar
berdasarkan penggunaan fan, yaitu natural draft cooling tower dan mechanical draft
cooling tower.
(a) (b)
Gambar 2.5 Tipe natural draf cooling tower (a) Cross flow natural draft cooling
tower (b) Counter flow natural draft cooling tower (Gulf Coast Chemical
Commercial Inc, 1995)
Pra-Rancangan Pabrik Metanol dari Natural Gas Kelompok IX/S. Ganjil/2018-2019
Dibuat Diperiksa Disetujui
Adi Mulyadi Putra
Aris Aprianto Cahyono
Ummi Hasanah Pertiwi
22
Ada dua jenis utama dari natural draft cooling tower yaitu: menara cross flow
(Gambar a): udara ditarik melintasi air yang jatuh dan mengisi berada luar menara,
dan Menara Counter flow (Gambar b): udara dihisap melalui air yang jatuh. Oleh
karena itu, fill terletak di dalam menara, walaupun desain tergantung pada kondisi
tempat yang spesifik.
Natural draft mempunyai ukuran besar yaitu berdiameter 250 ft dan tinggi 450
ft dengan ketebalan 5-8 in. Natural draft tidak ekonomis digunakan untuk
ketinggian70 ft (Walas, 1988). Rasio diameter dasar dengan tinggi adalah 0,75-0,85,
rasio throat dan basis diameter adalah 0,55-0,65, dan rasio kedalaman vertikal
pembukaan pesawat ke diameter dasar adalah 0,1-0,12. Kecepatan udara melalui
menara adalah 3-6 ft/ sec, Laju aliran air berkisar 600-1800 lb/ (hr) (sqft).
(a)
(b)
Gambar 2.6 Jenis Menara mechanical draft (a) jenis induced counter flow (b) jenis
induced cross flow (GEO4VA)
Konsumsi daya Fan sebagai biaya operasi utama dapat diimbangi investasi
yang lebih besar dalam konstruksi natural draf. Dalam sebagian besar aplikasi
proses, menara fan lebih disukai. Instalasi yang sangat besar digabungkan
menggunakan cerobong asap dibantu instalasi natural draft. Penggunaan menara
atmosfer yang merupakan jenis dari natural draft cocok dibuat di daerah di mana
biaya listrik yang sangat tinggi.
Masalah yang sering timbul dalam pada seluruh sistem air cooling adalah:
1. Korosif
Pada pH yang rendah menyebabkan terjadinya korosi pada logam. Begitu juga
nitrifying. Penyebab lain adalah dengan adanya bakteri yang dapat
menghasilkan asam sulfat. Bakteri yang memiliki kemampuan untuk mengubah
hydrogen sulfide menjadi sulfur kemudian mengubah menjadi asam sulfat.
Bakteri ini menyerang logam besi, logam lunak dan stainless steel, hidup
sebagai anaerobic ( tanpa udara )
2. Kerak
Pembentukan kerak diakibatkan oleh kandungan padatan terlarut dan material
anorganik yang mencapai limit control.
4. Demineralisasi
Demineralisasi berfungsi untuk membebaskan air dari unsur-unsur silika, sulfat,
chloride (klorida) dan karbonat dengan menggunakan resin
a. Cation exchenger
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan unsur-unsur logam yang berupa ion-
ion positif yang terdapat dalam air dengan menggunakan resin kation R-SO3H
(type Dowex Upcore Mono A-500). Proses ini dilakukan dengan melewatkan
air melalui bagian bawah, dimana akan terjadi pengikatan logam-logam tersebut
oleh resin. Resin R-SO3H ini bersifat asam kuat, karena itu disebut asam kuat
cation exchanger resin.
Proses ini menghasilkan asam seperti asam seperti HCl, H2SO4 dan asam-asam
lain. Keasaman berkisar antara Ph 2,8 – 3,5. Untuk memperoleh resin aktif
kembali, dilakukan regenerasi dengan menambahkan H2SO4 pada resin
tersebut.
b. Degasifier
Dari cation tower air dilewatkan ke degasifier yang berfungsi untuk
menghilangkan gas CO2 yang terbentuk dari asam karbonat pada proses
sebelumnya. Reaksi yang terjadi adalah:
H2CO3 H2O + CO2
Proses di degasifier ini berlangsung pada tekanan vakum 740 mmHg dengan
menggunakan steam ejektor, di dalam tangki ini terdapat netting ring sebagai
media untuk memperluas bidang kontak sehingga air yang masuk terlebih
dahulu diinjeksikan dengan steam. Sedangkan keluaran steam ejektor
dikondensasikan dengan menginjeksi air dari bagian atas dan selanjutnya
ditampung dalam seal pot sebagai umpan recovery tank, maka CO2 akan
terlepas sebagai fraksi ringan dan air akan turun ke bawah sebagai fraksi berat.
c. Anion Tower
Berfungsi untuk menyerap atau mengikat ion-ion negatif yang terdapat dalam
kandungan air yang keluar dari degasifier. Resin pada anion exchanger adalah
R = NOH (Tipe Dowex Upcore Mono C-600). Reaksi ini menghasilkan H2O,
Pra-Rancangan Pabrik Metanol dari Natural Gas Kelompok IX/S. Ganjil/2018-2019
Dibuat Diperiksa Disetujui
Adi Mulyadi Putra
Aris Aprianto Cahyono
Ummi Hasanah Pertiwi
27
oleh karena itu air demin selalu bersifat netral. Selanjutnya air outlet anion
tower masuk ke mix bed polisher dari bagian atas. Air keluar tangki ini
memiliki pH = 7,5 – 8,5. Untuk memperoleh resin aktif kembali, dilakukan
regenerasi dengan menambahkan NaOH pada resin tersebut.
d. Mix Bed Polisher
Berfungsi untuk menghilangkan sisa-sisa logam atau asam dari proses
sebelumnya, sehingga diharapkan air yang keluar dari mix bed polisher telah
bersihdari kation dan anion. Di dalam mix bed polisher digunakan dua macam
resin yaitu resin kation dan resin anion yang sekaligus keduanya berfungsi
untuk menghilangkan sisa kation dan anion, terutama natrium dan sisa asam
sebagai senyawa silika, dengan reaksi sebagai berikut :
Reaksi Kation :
Na2SiO3 + 2 R – SO3H 2 RSO3Na + H2SiO3
Reaksi Anion :
H2SiO3 + 2 R = N – OH 2 R=N-SiO3 + H2O
Air yang telah bebas mineral tersebut dimasukkan ke polish water tank dan
digunakan untuk air umpan boiler. Air yang keluar dari mix bed polisher ini memiliki
pH antara 6 – 7 (Anonymous, 1994).
5. Deaerasi
Dalam deaerasi, gas terlarut, seperti oksigen dan karbon dioksida, dibuang
dengan pemanasan awal air umpan sebelum masuk ke boiler. Seluruh air alam
mengandung gas terlarut dalam larutannya. Gas-gas tertentu seperti karbon dioksida
dan oksigen, sangat meningkatkan korosi. Bila dipanaskan dalam sistim boiler,
karbon dioksida (CO2) dan oksigen (O2) dilepaskan sebagai gas dan bergabung
dengan air (H2O) membentuk asam karbonat (H2CO3).
Penghilangan oksigen, karbon dioksida dan gas lain yang tidak dapat
terembunkan dari air umpan boiler sangat penting bagi umur peralatan boiler dan
juga keamanan operasi. Asam karbonat mengkorosi logam menurunkan umur
peralatan dan pemipaan. Asam ini juga melarutkan besi (Fe) yang jika kembali ke
B. Air Domestik
Secara garis besar proses pengolahan air melalui beberapa tahap, yaitu:
1. Klarifikasi
Klarifikasi merupakan proses penghilangan kekeruhan air. Proses ini dilakukan
pada alat yang disebut clarifier. Pada clarifier ini ditambahkan Al2(SO4)3 sebagai
flokulan untuk mengkoagulasikan dan mengikat partikel terlarut dan koloidkoloid
menjadi partikel tersuspensi, sedangkan Na2CO3 berfungsi untuk mempercepat
pengendapan dan penetralan pH air. Pada klarifikasi proses ini mencakup bak
pengendapan, tangki pelarutan Al2(SO4)3, tangki pelarutan (Na2CO3) dan juga
Clarifier. Penjelasan terperinci tentang deskripsi proses klarifikasi dapat dilihat pada
pembahasan diatas.
2. Filtrasi
Tahap selanjutnya setelah dilakukan proses koagulasi dan flokulasi di dalam
clarifier adalah proses filtrasi atau penyaringan. Sand filter merupakan saringan yang
digunakan untuk memisahkan padatan yang tersuspensi yang terdapat pada air
dengan menggunakan media penyaring berupa pasir, sehingga diharapkan hasil air
saringan ini sudah bebas dari padatan dan sudah bisa digunakan untuk keperluan
boiler, pengolahan, pendingin dan untuk kebutuhan domestik. Sand filter ini
berbentuk silinder tegak dengan tutup atas bawah torispherical dengan bahan
konstruksi carbon steel.
Air hasil penyaringan dari sand filter sebagian dialirkan ke tangki air domestik
sebagian lagi dialirkan untuk pengolahan air lanjutan untuk boiler. Tangki air
domestik berfungsi untuk menampung air untuk keperluan domestik, seperti untuk
kebutuhan karyawan, musholla, kantin, laboratorium, taman, perumahan, kantor dan
lain-lain. Untuk air yang digunakan sebagai umpan boiler diperlukan air yang lunak
dan mendekati murni (kadar silika dan hardness rendah) sehingga diperlukan proses
pengolahan air lanjutan, yaitu cation exchanger, anion exchanger, dan deaerator.
3. Ion Exchanger
Ion exchanger atau resin penukar ion dapat didefinisikan sebagai senyawa
hidrokarbon terpolierisasi yang mengandung ikatan silang (crosslinking) serta gugus-
gugus fungsional yang mempunyai ion-ion yang dapat dipertukarkan. Sebagai zat
penukar ion resin mempunyai karakteristik yang berguna dalam analisis kimia, antara
lain kemampuan menggelembung (selling), kapasitas penukuran dan selektivitas
penukaran. Prosesnya adalah menggunakan alat Cation Exchanger dan Anion
Exchanger untuk menghilangkan ion-ion di dalam air. Ion-ion, seperti: Ca+2 dan Mg+2
dapat menyebabkan kesadahan terutama pada alat-alat proses. Oleh sebab itu, ion-ion
pengganggu tersebut harus kihilangkan dari air (Nalco, 1988).
C. Air Pendingin
1. Pengendalian Pembentukan Kerak
Pembentukan kerak dipengaruhi oleh jumlah padatan terlarut yang ada di air.
CaCO3 merupakan kerak yang sering ditemui pada sistem air pendingin dan terbentuk
jika kadar Ca dan alkalinitas air terlalu tinggi. Pengendalian gangguan ini
dimaksudkan untuk mencegah pembentukan kerak CaCO3 dengan menjaga agar
kadar Ca dan alkalinitas dalam air sirkulasi cukup rendah, dan mencegah
pengendapan kerak pada permukaan logam. Untuk maksud pertama dapat ditempuh
dua cara, yaitu: Menurunkan siklus konsentrasi air yang bersirkulasi atau Menambah
asam, misalnya H2SO4, agar pH air di bawah 7.
Untuk maksud kedua dapat digunakan inhibitor kerak berupa chemicals seperti
polifosfat, fosfonat, ester fosfonat dan poliacrylat. Kecenderungan pembentukan
kerak dapat diperkirakan menggunakan Langelier Saturation Index (LSI) dan Ryznar
Stability Index (RSI). Fokus utama penggunaan kedua index ini adalah untuk
mengatur kondisi air pendingin agar tidak membentuk kerak dan tidak bersifat
korosif. Index LSI berharga positif (+) berarti air cenderung untuk membentuk kerak
CaCO3, dan jika berharga negatif (-) air tidak jenuh dengan CaCO3, cenderung untuk
melarutkan CaCO3 dan bersifat korosif. Identik dengan LSI,
2. Pengendalian Korosi
Pengendalian korosi dilakukan dengan cara menambahkan chemicals yang
berfungsi sebagai inhibitor (penghambat). Inhibitor yang umum dipakai adalah
polifosfat, kromat, dikromat, silikat, nitrat ferrosianida dan molibdat. Dosis inhibitor
yang digunakan harus tepat, karena suatu inhibitor hanya dapat bekerja efektif setelah
kadarnya mencapai harga tertentu. Kadar minimum yang dibutuhkan oleh suatu
inhibitor agar dapat bekerja secara efektif disebut batas kritis. Pemakaian inhibitor
yang melebihi batas kritis akan menambah biaya operasi. Jika kadar inhibitor turun di
bawah batas kritis, bukan saja menjadi tidak efektif, tetapi dapat pula menyebabkan
pitting.
3. Pengendalian Pembentukan Fouling dan Penghilangan Padatan
Tersuspensi
Pembentukan fouling yang disebabkan oleh mikroorganisme dapat dicegah
atau dikendalikan menggunakan klorin, klorofenol, garam organometal, ammonium
kuartener, dan berbagai jenis mikrobiosida (biosida). Klorin merupakan chemicals
yang paling banyak dipakai. Dosis pemakaian klorin yang efektif adalah sebesar 0,3
sampai 1,0 ppm. Pengolahan yang tepat diperoleh secara percobaan, karena
penggunaan beberapa biosida secara bersama-sama kadang-kadang memberikan hasil
yang lebih baik dan senyawa-senyawa tersebut acap kali digunakan bersama klorin.
Padatan tersuspensi dalam air merupakan masalah yang cukup serius.
D. Air Hydrant
Air hydrant merupakan air cadangan yang digunakan sewaktu terjadi musibah
kebakaran, baik untuk perumahan ataupun perkantoran. Pada umumya air jenis ini
tidak memerlukan persyaratan khusus.
listrik meliputi tenaga penggerak untuk pompa, pengaduk dan laboratorium dan
penerangan areal pabrik. Kebutuhan listrik tersebut disuplai dari PLN. Karena
besarnya daya yang akan digunakan maka untuk kemudahan operasi, di dalam area
pabrik akan dibangun gardu listrik internal. Sumber listrik lain adalah dengan adanya
UPS (Uniterruptible Power Supply) dan ditambah dengan 3 buah generator.
Generator hanya dijalankan sewaktu-waktu apabila suplai listrik PLN terganggu
(Hendrik, 2011)
Bahan bakar ialah bahan padat, cair atau gas yang dapat bereaksi dengan
oksigen (udara) secara eksoterm. Panas dari reaksi tersebut dapat langsung digunakan
untuk pemanasan atau diubah menjadi bentuk energy lain, seperti pada boiler. Dalam
Pemilihan bahan bakar perlu dipertimbangkan apakah nilai kalor bahan bakar cukup
untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan dan pertimbangan persediaan bahan
bakar serta nilai ekonomisnya serta kesesuaian dengan alat pembangkit listrik
(Hendrik, 2011).
Besaran yang penting pada bahan bakar adalah Nilai Kalor Bawahnya (Low
Heat Value) yang menyatakan banyaknya panas yang diperoleh dalam keadaan
normal. Berdasarkan pertimbangan diatas maka bahan bakar yang digunakan pada
boiler adalah fuel oil 20oAPI dengan Heating Value sebesar 17680 Btu/lb dengan BM
fuel oil adalah 160. Adapun reaksi pembakaran yang terjadi adalah:
C11H28 + 18 O2 11CO2 + 14 H2O
BAB III
PENGOLAHAN LIMBAH
Seiring dengan peningkatan industri, maka jumlah limbah pun akan meningkat.
Limbah yang dihasilkan dapat memberikan dampak negatif terhadap sumber daya
alam dan lingkungan, yang nantinya dapat menurunkan kualitas lingkungan antara
lain pencemaran tanah, air, dan udara jika limbah tersebut tidak diolah terlebih
dahulu.
Untuk menghindari dampak buruk pencemaran limbah terhadap lingkungan,
diperlukan upaya pengelolaan limbah yang baik. Agar dapat memenuhi baku mutu,
industri harus menerapkan prinsip pengendalian limbah secara cermat dan terpadu
baik di dalam proses produksi (in-pipe pollution prevention) dan setelah proses
produksi (end-pipe pollution prevention). Pengendalian dalam proses produksi
bertujuan untuk meminimalkan volume limbah yang ditimbulkan, juga konsentrasi
dan toksisitas kontaminannya. Sedangkan pengendalian setelah proses produksi
dimaksudkan untuk menurunkan kadar bahan pencemar sehingga pada akhirnya air
tersebut memenuhi baku mutu yang sudah ditetapkan.
Setelah dilakukan usaha-usaha minimalisasi limbah melalui modifikasi proses,
langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah pengolahan dan penanganan limbah
tersebut untuk menghindari pencemaran lingkungan. Secara umum, pengelolaan
limbah merupakan rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi (reduction),
pengumpulan (collection), penyimpanan (storage), pengangkutan (transportation),
pemanfaatan (reuse, recycling), pengolahan (treatment), dan atau penimbunan
(disposal).
pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu,
kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dll.
Sumber-sumber dari limbah padat sendiri meliputi seperti pabrik gula, pulp, kertas,
rayon, plywood, limbah nuklir, pengawetan buah, ikan, atau daging.
Secara garis besar limbah padat terdiri dari:
a. Limbah padat yang mudah terbakar.
b. Limbah padat yang sukar terbakar.
c. Limbah padat yang mudah membusuk.
d. Limbah yang dapat di daur ulang.
e. Limbah radioaktif.
f. Bongkaran bangunan.
g. Lumpur
a. Pembuangan Di Laut
Pembuangan limbah padat di laut, tidak boleh dilakukan pada sembarang
tempat dan perlu diketahui bahwa tidak semua limbah padat dapat dibuang
ke laut. Hal ini disebabkan:
2. Penguburan/landfill
Merupakan proses pengolahan dengan cara dikubur didalam tanah
3.1.3 Landfill
Landfill adalah fasilitas fisik yang digunakan untuk pembuangan residu
buangan padat di permukaan tanah pada suatu areal tertentu. Pada waktu sebelumnya,
istilah sanitary landfill digunakan untuk menunjukan suatu landfill dimana sampah
ditempatkan dan ditutup setiap operasi harian berakhir. Sedangkan saat ini sanitary
landfill memiliki pengertian sebagai suatu fasilitas yang dirancang sebagai tempat
pembuangan limbah padat perkotaan yang didesain dan dioperasikan untuk
meminimalkan dampak pembuangan sampah terhadap kesehatan masyarakat dan
lingkungan.
Klasifikasi landfill berdasarkan jenis perlakuan terhadap sampahnya:
a. Landfill sampah tercampur
Merupakan jenis landfill yang paling banyak ditemukan di Indonesia
maupun di negara lain. Digunakan untuk menampung segala jenis sampah yang
ada dalam timbulan sampah perkotaan maupun lumpur instalasi pengolahan air
limbah berbagai industri yang telah dikeringkan sehingga kadar solidnya
menjadi 51 % atau lebih. Material penutup intermediat dan penutup akhir
diambil dari tanah galian landfill.
b. Landfill sampah yang telah mengalami pengolahan
Sampah yang telah dipotong atau digiling dapat memperkecil ruang
pemakaian landfill hingga 35 % dibandingkan sampah yang tidak diolah.
Sampah olahan dapat dipadatkan membentuk suatu permukaan yang lebih
seragam dan rapat. Keuntungan lain yaitu sampah yang telah dipotong dapat
pula dimanfaatkan untuk memproduksi kompos yang dapat dipakai sebagai
material penutup intermediet. Kelemahan dari metoda ini adalah dibutuhkannya
fasilitas pemotongan (shredding) dan perlunya untuk mengoperasikan suatu
bagian konvensional landfill yang akan menampung sampah-sampah yang sulit
dipotong. Metoda ini sangat cocok untuk daerah dengan curah hujan sangat
rendah atau musiman.
c. Landfill sampah tertentu
Dikenal juga dengan istilah monofill, dimana abu hasil pembakaran,
asbestos, dan limbah lain yang sejenis (designated waste) umumnya
ditempatkan di monofill untuk mengisolasinya dari material-material sampah
yang diletakkan di landfill sampah tercampur.
d. Jenis landfill lainnya
i. Landfill yang didesain untuk memaksimalkan produksi gas
Landfill jenis ini perlu dirancang khusus apabila kuantitas gas landfill
yang dihasilkan dekomposisi anaerob material sampah akan dimaksimalkan.
Cara-cara yang umum dilakukan diantaranya penggunaan barisan sel secara
individu dengan kedalaman yang cukup tanpa menggunakan lapisan penutup
intermediat dan lindi akan direcycle untuk meningkatkan proses
dekomposisi. Kelemahan dari sistem ini adalah diperlukannya operasional
tambahan dimana timbulan lindi yang berlebihan harus dibuang.
ii. Landfill sebagai unit pengolahan terintegrasi
Metoda operasi yang diterapkan antara lain pemisahan sampah organik
dan meletakkannya di landfill terpisah sehingga laju biodegradasi dapat
meningkat seiring dengan pertambahan kadar air sampah, baik hasil dari
recycle lindi maupun melalui seeding dengan lumpur instalasi pengolahan
air limbah yang telah digesti. Material terurai akan digali dan digunakan
sebagai material penutup untuk area landfill baru, sel-sel yang digali
selanjutnya diisi dengan sampah baru.
iii. Landfill di daerah basah
Pada metoda ini area landfill dibagi menjadi sel-sel baru atau beberapa
lagoon dan dilakukan penjadwalan operasi pengisian sehingga 1 sel individu
atau lagoon akan terisi masing-masing 1 tahun. Seringkali sampah
diletakkan langsung di atas air. Alternatif lain, material pengisi bersih
ditambahkan sehingga mencapai atau sedikit diatas muka air sebelum
Pra-Rancangan Pabrik Metanol dari Natural Gas Kelompok IX/S. Ganjil/2018-2019
Dibuat Diperiksa Disetujui
Adi Mulyadi Putra
Aris Aprianto Cahyono
Ummi Hasanah Pertiwi
39
Berikut adalah tabel yang menunjukkan standar baku mutu limbah yang
diperbolehkan oleh suatu pabrik untuk dibuang ke lingkungan.
Tabel 3.1 Standar Baku Mutu Limbah Cair Industri
No. Parameter Satuan Kadar Maksimum
1 pH - 6–9
2 TSS mg/L 150
3 BOD mg/L 50
4 COD mg/L 100
5 Sulfida mg/L 1
6 Amonia (NH3-N) mg/L 20
7 Fenol mg/L 1
8 Minyak & Lemak mg/L 15
9 MBAS mg/L 10
10 Kadmium mg/L 0,1
11 Krom Heksavalen mg/L 0,5
(Cr6+)
12 Krom total (Cr) mg/L 1
13 Tembaga (Cu) mg/L 2
14 Timbal (Pb) mg/L 1
15 Nikel (Ni) mg/L 0,5
16 Seng (Zn) mg/L 10
17 Kuantitas Air Limbah 0,8 L perdetik per Ha Lahan
Sumber : Kep. MenLH No. 03 Tahun 2010
dari CO, CO2 dan sedikit uap air. Untuk limbah asap akan dibuang ke atmosfer
melalui stack (cerobong) yang dipasang suatu alat berupa catalytic converter
untuk menekan kadar emisi gas buang. Untuk mengetahui kadar gas dan
komponen lain yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut :
Tabel 3.2 Kadar gas dan komponen lain yang dihasilkan oleh pabrik
Standar hasil
No Parameter Satuan Nilai
Pembakaran
1 CO µg/m3 10.000 300
2 NO2 µg/m3 150 35
3 Debu µg/m3 230 200
4 Kebisingan dB 60 55
Sumber: KepMen LH, Kadar Gas dan Komponen Lain pada Pembakaran
Bahan Bakar Boiler 2003
BAB IV
DASAR PERANCANGAN
4.1 Pompa
Jenis pompa yang digunakan pada perancangan adalah pompa sentrifugal
dengan bahan commercial steel. Pompa sentrifugal ini lebih banyak digunakan
daripada jenis displacement karena memiliki kelebihan, seperti: harganya murah,
biaya pemeliharaan kecil, ruang yang dibutuhkan lebih sedikit dan aliran yang
dihasilkan lebih seragam. Pompa sentrifugal dilengkapi dengan valve berjenis globe
valve dan check valve. Pemilihan valve berjenis globe valve karena valve ini bisa
mengatur laju alir umpan dengan diperkecil dan diperbesar dari bukaan valve.
Sedangkan check valve digunakan untuk mengatur laju alir dari umpan yang bersifat
bolak balik sehingga terkontrol keluaran laju alirnya. Naiknya tekanan cairan oleh
pompa sentrifugal disebabkan oleh aksi gaya sentrifugal yang dikenakan pada cairan
tersebut. Persamaan perancangan pompa sentrifugal, yaitu:
1. Data Perancangan Fluida
a. Temperatur fluida, T (oC)
b. Densitas fluida (ρfluida), lb/ft3 atau kg/m3
c. Viskositas fluida (μfluida), cp
d. Laju alir fluida (Ffluida), Kg/jam
e. Over design
Over design pada pompa ini hanya 10-20% untuk estimasi biaya dalam
perhitungan ekonomi selanjutnya (Peters and Timmerhaus, 1991). Untuk over
design pada perancangan untuk pompa sentrifugal menggunakan over design
10% karena untuk pertimbangan cost (Peters and Timmerhaus, 1991).
2. Laju Alir Over Design
𝐹𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐹𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 + (𝑂𝑣𝑒𝑟𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 × 𝐹𝐿𝑢𝑖𝑑𝑎 ) .......................................... (4.1)
Dimana:
Ffluida : Laju alir fluida, kg/h
Overdesign : Faktor keamanan sebesar 10%
Pra-Rancangan Pabrik Metanol dari Natural Gas Kelompok IX/S. Ganjil/2018-2019
Dibuat Diperiksa Disetujui
Adi Mulyadi Putra
Aris Aprianto Cahyono
Ummi Hasanah Pertiwi
45
3. Kapasitas Fluida
𝐹𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑄= ................................................................................................ (4.2)
𝜌
Dimana:
Q : Kapasitas atau laju alir volumetrik, m3/h
Ftotal : Laju alir fluida, kg/h
ρ : Densitas fluida, kg/m3
4. Perhitungan Diameter Optimum untuk Pompa
Untuk perhitungan diameter pompa, dilakukan dengan asumsi aliran yang
terjadi pada perancangan pabrik triacetin dari gliserol. Asumsi terbagi menjadi dua
bagian, yaitu aliran laminer dan aliran turbulen (Peters & Richardson,1991).
Persamaan untuk perhitungan diameter optimum yaitu :
Untuk aliran turbulen :
𝐷𝑖𝑜𝑝𝑡 = 3.9 𝑄𝑝0.45 𝜌0.13 ........................................................................... (4.3)
Untuk aliran laminer :
𝐷𝑖𝑜𝑝𝑡 = 3.0 𝑄𝑝0.36 𝜇 0.18............................................................................ (4.4)
Dimana:
Di, optimum : diameter optimum, m
Qp : kapasitas pemompaan, kg/h
𝜌 : densitas fluida, kg/m3
𝜇 : viskositas, cp
5. Penentuan Spesifikasi Pipa
Menetukan spesifikasi dari alat dengan diketahui nilai diameter optimum pada
Tabel 13 (Peters and Timmerhaus, 1991). Dengan menggunakan materialnya yaitu
commersial steel dan schedule number yang digunakna yaitu 40 karena menngunakan
standard pipe untuk perancangan pabrik triacetin dari gliserol. Sehingga dari Tabel
13 (Peters and Timmerhaus, 1991), didapatkan :
a. ID (Inside Diameter), inch
b. OD (Outside Dimater), inch
c. At (Flow Area per Pipe), inch2
Dimana:
V = kecepatan aliran linier, m/s
Q = kapasitas, m3/s
At = flow area per pipe, m2
Menghitung nilai Bilangan Reynold menggunakan persamaan 2.5-1
(Geankoplis, 1997).
𝐼𝐷 𝑣 𝜌
𝑁𝑅𝑒 = ............................................................................................. (4.6)
𝜇
Dimana,
Nre = bilangan reynolds
ID = inside diameter, m
V = kecepatan aliran linier, m/s
µ = viskositas, kg/m.s
ρ = densitas fluida, kg/m3
Dimana :
f : friction factors
NRe : bilangan reynolds
* Mencari Panjang Pipa, ∆L
𝐿 = 0.0575 × 𝑁𝑅𝑒 × 𝐼𝐷 .............................................................................. (4.8)
∆𝐿 = 𝐿 + 𝐿. 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑝𝑖𝑝𝑒 ......................................................................... (4.9)
Dimana :
∆L = panjang pipa, m
Dimana :
Ff = friction losses, lbf.ft/lbm
f = friction factor
∆L= panjang pipa, ft
V = kecepatan aliran linier, ft/s
D = diameter pipa, ft
V = kecepatan aliran linier, ft/s
gc = gravity, 32,174 lbm.ft/lbf.s2
Jika aliran fulidanya memiliki bilangan reynold (Nre) > 2100 maka
tergolong pola aliran turbulen (Hal. 86 Geankoplis, 1997). Jika tergolong pola aliran
turbulen maka untuk digunakan fanning friction factor dalam penentuan friction
factor (Hal. 89 Geankoplis, 1997). Persamaan yang digunakan dalam perhitungan
friction factor dengan menggunakan data dari material of construction dengan inside
diameter (Geankoplis, 1997) dan perhitungan friction losses persamaan 2.10-6
(Geankoplis, 1997). Nilai untuk equivalent toughness for new pipe (ε) didapatkan
pada Figure 2.10-3 (Geankoplis, 1997).
* Mencari nilai friction factor (Geankoplis, 1997) :
𝜀
𝑓= ....................................................................................................... (4.11)
𝐷
Dimana :
f = friction factor
ε = equivalent toughness for new pipe, m
D = inside diameter, m
* Mencari Friction Losses Pada Pipa Lurus (Ff) (Geankoplis, 1997) :
∆𝐿 𝑣2
𝐹𝑓 = 4𝑓. . 2𝑔 ...................................................................................... (4.12)
𝐷 𝑐
Dimana:
Ff = friction losses, lbf.ft/lbm
f = friction factor
∆L = panjang pipa, ft
V = kecepatan aliran linier, ft/s
D = diameter pipa, ft
V = kecepatan aliran linier, ft/s
gc = gravity,32,174 lbm.ft/lbf.s2
b. Menghitung Friction Losses from contraction loss at tank exit
Dengan menggunakan persamaan 2.10-16 (Geankoplis, 1997) untuk kontraksi
dari besar (A1) dan kecil (A2).
𝐴
𝑘𝑐 = 0,55 [1 − 𝐴2 ] .................................................................................... (4.13)
1
Dimana :
kc = koefisien contraction losses
A2 = luas pipa, ft2
A1 = luas pipa, ft2
2 (𝑉 )2
ℎ𝑐 = 𝑘𝑐 [2𝑎𝑔 ] ........................................................................................... (4.14)
𝑐
Dimana,
hc = friction loss, ft.lbf/lbm
Kc = koefisien contraction losses
V2 = kecepatan di pipa 2, ft/s
α = 1 (for turbulen flow)
α = 0,55 (for laminar flow)
gc = gravittational, (32,174) lbm.ft/lbf.s2
c. Menghitung Friction in Ellbows
Dengan menggunakan Tabel 2.10-2 (Geankoplis, 1997) untuk
menentukan nilai Kf dan disubtitusi ke persamaan 2.10-7 (Geankoplis,
1997) sehingga didapatkan nilai friction in ellbows.
2 (𝑉 )2
ℎ𝑓 = 2𝑘𝑓 [2𝑎𝑔 ] ......................................................................................... (4.15)
𝑐
Dimana,
hf : friction loss, ft.lbf/lbm
kf : koefisien contraction losses dhitung dengan cara interpolasi dan
ekstrapolasi
V2 : kecepatan di pipa 2, ft/s
α : 1 (for turbulen flow)
α : 0,55 (for laminar flow)
gc : gravitational, (32,174) lbm.ft/lbf.s2
Gambar 4.2 Mencari nilai friction loss untuk laminer dan turbulen (Geankoplis,
1997)
d. Menghitung Friction Losses from expansion at the tank entrance
Dengan menggunakan persamaan 2.10-15 (Geankoplis, 1997) untuk
kontraksi dari besar (A1) dan kecil (A2).
𝐴2
𝑘𝑒𝑥 = [1 − ] .......................................................................................... (4.16)
𝐴1
Dimana :
kex : koefisien contraction losses
2
A2 : luas pipa, ft
2
A1 : luas pipa, ft
2 (𝑉 )2
ℎ𝑒𝑥 = 𝑘𝑒𝑥 [2𝑎𝑔 ] ....................................................................................... (4.17)
𝑐
Dimana,
hex = friction loss, ft.lbf/lbm
Kex = koefisien contraction losses
V2 = kecepatan di pipa 2, ft/s
α = 1 (for turbulen flow)
α = 0,55 (for laminar flow)
Dengan diasumsikan :
V1 = V2
P1 = P2, sehingga ∆P = 0
Z1 = 0 dan Z2 = diasumsikan
gc = 31,174 lbm.ft/lbf.s2
didapatkan persamaan untuk Ws :
Pra-Rancangan Pabrik Metanol dari Natural Gas Kelompok IX/S. Ganjil/2018-2019
Dibuat Diperiksa Disetujui
Adi Mulyadi Putra
Aris Aprianto Cahyono
Ummi Hasanah Pertiwi
52
𝑔
(𝑧2 − 𝑧1 ) + Σ𝐹 = −𝑊𝑠 .................................................................... (4.20)
𝑔𝑐
Dengan,
Ws = Energi mekanik, J/kg
ΣF = friction losses, lbf.ft/lbm
b. Menghitung flow rate (m)
m = Q.𝜌 ................................................................................................ (4.21)
Dengan :
m = flow rate, lbm/s
Q = kapasitas, ft3/s
ρ = densitas fluida, lbm.ft/s
c. Brake Horse Power dengan menggunakan persamaan 3.3-2 (Geankoplis,
1997) dan untuk mendapatkan nilai efisiensi pompa menggunakan Figure
5.9 (Coulson & Richardsons, 2005).
𝑠 𝑊 .𝑚
𝐵𝐻𝑃 = 𝜂.550 ......................................................................................... (4.22)
Dengan,
Ws = Energi mekanik, J/kg
m = flow rate, kg/s
η = efisiensi pompa
10. Perhitungan Daya Motor (P) dengan menggunakan Figure 14.38 (Peter &
Richardsons, 1991)
𝐵𝐻𝑃
𝑃= .................................................................................................... (4.23)
𝜂𝑚
Dengan,
P = daya motor, kWat
BHP = brake horse power, kWatt
ηm = efisiensi motor
4.2 Tangki
Ukuran tangki yang digunakan ditentukan berdasarkan laju alir bahan yang
masuk kedalam tangki, temperature, tekanan, densitas, dan lamanya penyimpanan
didalam tangki. Dalam perancangan ini, tangki yang digunakan yaitu tangki
alumina, tangki Na2CO3, tangki clarifier, tangki sand filter, tangki air bersih, tangki
cation exchanger, tangki anion exchanger, tangki air umpan boiler, tangki
deaerator, tangki air pendingin. Tangki yang digunakan adalah tangki silinder
vertikal dan horizontal debngan tutup (head) berbentuk conical head dan
torispherical head. Sementara untuk bagian bottom berbentuk flat dan
torispherical. Jenis conical head digunakan karena jenis head ini cocok digunakan
pada tekanan atmosferis dan suhu lingkungan serta jenis head ini lebih murah
dibandingkan jenis head lainnya. Sementara jenis torispherical head digunakan untuk
penyimpanan produk atau umpan yang berada diatas suhu lingkungan. Jenis flat pada
bottom yang digunakan karena tekanan umpan atau produk hanya berada pada
tekanan 1 atm dan untuk efisiensi biaya.
Jenis material yang digunakan untuk merancang tangki alumina, tangki
Na2CO3, tangki clarifier, tangki sand filter, tangki air bersih, tangki cation
exchanger, tangki anion exchanger, tangki air umpan boiler, tangki deaerator,
tangki air pendingin adalah Carbon Steel SA 283 Grade C. Pemilihan konstruksi
ini didasarkan pada sifat bahan yang akan disimpan, biaya yang lebih murah, dan
jenis Carbon Steel SA 283 Grade C ini paling banyak digunakan. Untuk pengelasan,
semua tangki menggunakan jenis single-welded butt joint. Jenis ini digunakan
agar pengelasan lebih kuat pada tekanan atmosferik. Dari jenis pengelasan ini maka
telah ditetapkan efisiensi energi yang digunakan adalah 85% untuk single-welded butt
joint.
1. Perhitungan Dimensi Tangki
a. Volume Liquid (VL) (Brownell and Young, 1959)
𝐹
𝑉𝐿 = 𝜌 𝑥 𝑡 ..............................................................................(4.24)
𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
Keterangan :
VL = Volue liquid (m3)
F = Laju alir alir massa (kg/jam)
𝜌𝑐𝑎𝑚 =Densitas campuran (kg/m3)
𝑡 = Waktu tinggal (jam)
b. Volume tangki (VT) (Brownell and Young, 1959
Keterangan :
D = Inside Diameter (m)
b. Tekanan Hidrostatik (PHidrostatik) (Brownell and Young, 1959)
𝑔
𝑃ℎ𝑖𝑑𝑟𝑜𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘 = 𝜌𝑥 𝑔 𝑥𝐻2 .................................................................(4.29)
𝑐
Keterangan :
Keterangan :
ts = Tebal shell (in)
P = Tekanan desain (psi)
R = Jari-jari (in)
S = Tegangan yang diizinkan (psi)
E = % Efisiensi
C = Faktor korosi (0,125 in)
3. Perhitungan Head
Keterangan :
F = Tegangan yang diizinkan (psi)
E = % Efisiensi
B. Jenis Torispherical Head
a. Tebal Head (th)
0,885𝑃
𝑡ℎ = 𝑆𝐸−0,1𝑃 + 𝐶..............................................................................(4.35)
Tower area:
Untuk memperoleh data tower area yang dibutungkan untuk membangun cooling
tower. Mula mula dihitung terlebih dahulu kecepatan aliran air dengan persamaan
berikut:
𝐹
𝑄 = 𝜌 ............................................................................................................. (4.41)
Gambar 4.5 Konsentrasi Air pada Cooling Tower Tipe Induced Draft (Perry, 1997)
Sehingga tower area dapat diperoleh dengan persamaan
𝑄
𝐴𝑡𝑜𝑤𝑒𝑟 = 𝐶 ............................................................................................. (4.42)
𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟
Power Fan:
Dari Fig. 12-15, Perry, untuk menentukan standar tower performance kita dapat
menghubungkannya ke titik turning point sehingga diperoleh power dari tower area.
Sehingga kita dapat menetukan alat yang akan digunakan dari nilai v pada Tabel 17.2
Alan Foust.
4.5 Boiler
Boiler adalah alat penghasil steam yang berguna untuk menaikkan temperatur
aliran proses dengan cara melepaskan kalor dari steam ke dalam aliran tersebut.
Terdapat 2 jenis boiler, yaitu fire tube boiler dan water tube boiler. Pada rancangan
ini, kami memilih jenis fire tube boiler, karena fire tube boiler didesain untuk
kapasitas rendah 9000 kg/jam dengan tekanan 150 psi. Umpan boiler berasal dari
tangki umpan boiler, diasumsikan bahwa 80% kondensat dapat digunakan kembali,
sedangkan 10% sisanya merupakan fresh water yang berasal dari anion exchanger.
Hitung dahulu energi untuk menaikkan suhu make up water segar dengan
persamaan:
𝑇2
∆𝑄𝑤 = 𝐹 ∫𝑇1 𝐶𝑝 𝑑𝑇 ......................................... (4.45)
Lalu hitung juga energi untuk menghasilkan saturated steam dengan persamaan:
𝑄 = 𝐻𝑓 × 𝐹𝑘𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑎𝑡 .......................... (4.46)
𝑠𝑎𝑡.𝑠𝑡𝑒𝑎𝑚
Untuk menentukan bahan bakar yang akan digunakan serta nilai NHP dapat dilihat
pada buku Perry, 1997, lalu kebutuhan bahan bakar dapat ditentukan dengan
persamaan:
𝑡𝑜𝑡𝑄
𝐹𝑓𝑢𝑒𝑙 = 𝑁𝐻𝑉 ............................................... (4.49)
Kemudian, pembakaran memerlukan gas oksigen pada prosesnya, sehingga kita dapat
menentukan total kebutuhan udara yang akan diumpankan ke boiler:
𝐹
𝑁𝑓𝑢𝑒𝑙 = 𝐵𝑀𝑓𝑢𝑒𝑙 ........................................... (4.50)
𝑓𝑢𝑒𝑙
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir, 1995, Energi Sumber Daya, Inovasi, Tenaga Listrik, Dan Potensi
Ekonomi. Jakarta. UI Press
Brownell, L.E and Young, E.H. 1959. Process Equipment Design. John Wiley &
Sons. New York.
Coulson, J.M and Richardson, J.F. 1993. Chemical Engineering
Design, Pergamon Press, Vol.2.
Geankoplis, C.J. 1997. Transport Process and Unit Operation 3rd edition. Prentice
Hall Inc. Englewood Cliffs. New Jersey.
Kurita. 2012. Kurita Handbook of Water Treatment. Kurita Water Industries Ltd.
McCabe, W.L., Smith, J.C and Harriot,P. 1985. Unit Operation of Chemical
Engineering 5th edition. McGraw-Hill Book Co. Inc. New York.
Metcalf and Eddy. 1991. Waste Water Engineering Treatment And Reuse.
America. Nalco.1988. The Nalco Water Handbook. 2nd Edition New York:
McGraw-Hill Book Company.
Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia. 2016. Peraturan Mentri Negara
Lingkungan Hidup Indonesia No.68 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.
Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Jakarta.
KepMenKes No. 492/MENKES/PER/1V/2010. Baku Mutu Air Minum.
KepMenLH No. 03 Tahun 2010. Baku Mutu Limbah Cair Industri.
Nalco, 2007, Proses Penjernihan Air Baku, PT. Kawasan Industri Dumai-Wilmar
Group ; Dumai.
Perry, J. H et al. 1997. Chemical Engineers' Handbook, 7th Edition, McGraw-Hill,
New York.
Peter, et all. 2003. Plant Design and Economics for Chemical Engineers, 5th ed. New
York : University of Colorado.
Setiadi, H, “Studi Karakteristik Konduktivitas Termal Paduan xSn-yAl Sebagai
Bahan Solder Alternatif Ramah Lingkungan”, Skripsi S1 Universitas Sebelas
Maret, 2006.
Pra-Rancangan Pabrik Metanol dari Natural Gas Kelompok IX/S. Ganjil/2018-2019
Dibuat Diperiksa Disetujui
Adi Mulyadi Putra
Aris Aprianto Cahyono
Ummi Hasanah Pertiwi
62
LAMPIRAN A
SPESIFIKASI PERALATAN
SISTEM UTILITAS
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN ALAT
SISTEM UTILITAS
LEMBAR PERHITUNGAN
Nama Alat Tangki Penampung Air Sungai Kode
Data Perancangan
Laju alir massa, F : 19730,012 kg/jam
Densitas air, : 1000 kg/m3
Waktu tinggal, t : 24 jam
Perhitungan Dimensi Bak
Laju alir volumetrik air, Q:
𝐹 19730,012 𝑘𝑔/𝑗𝑎𝑚
𝑄= = = 19,73001193 𝑚3 /𝑗𝑎𝑚
𝜌 1.000 𝑘𝑔/𝑚3
Volume bak, V:
19,73001193 𝑚3
𝑉=𝑄𝑥𝑡= 𝑥 24𝑗𝑎𝑚 = 473,5202 𝑚3
𝑗𝑎𝑚
Digunakan over desain = 10%
Maka volum bak menjadi : V = 473,5202 m3 x 1,1 = 520,8723 m3
Direncanakan dimensi bak : Panjang : Lebar : Tinggi = 7 : 5 : 1
Misal: Tinggi = H
Maka volume bak:
V = 7H x 5H x H
520,8723 m3 = 35 H3 => H = 2,4597 m
Sehingga diperoleh dimensi:
Panjang = 17,218 m
Lebar = 12,298 m
Tinggi = 2,4597 m
LEMBAR PERHITUNGAN
Nama Alat Tangki Pelarutan Alum Kode
Fungsi Tempat Melarutkan Al2(SO4)3
Jenis Alat Tangki silinder tegak dilengkapi pengaduk dan
tutup atas berjenis torispherical dan bawah plat
Data Perhitungan :
Temperatur, Tair = 30ºC
Densitas, ρ = 997,08 kg/m3
Viskositas air, μ = 0,00080 kg/m.s
Densitas Al2(SO4)3, ρ = 1363,1 kg/m3
Viskositas Al2(SO4)3, μ = 0,00042 kg/m.s
Densitas campuran, ρ = 1106,89 kg/m3
Viskositas Campuran, μ = 0,00069 kg/m.s
Laju alir air yang akan diolah = 16441,677 kg/jam
Waktu tinggal = 3 jam
1. Volume Tangki
Al2(SO4)3 yang digunakan = 50 ppm
Al2(SO4)3 yang digunakan berupa larutan 30% (w/w)
Laju massa Al2(SO4)3 = 42,5873 kg/jam
𝑘𝑔
(42,58730,82208383 )(3 𝑗𝑎𝑚)
𝑗𝑎𝑚
Volume larutan (V1) = = 0,00603099 m3
30% x 1363,1 kg/𝑚3
Hc = 0,01460733 𝑚
P hidrostatis = ρgHc
= (1.106,89 kg/m3) x (9,8 m/s2) x (0,01460733 m)
= 158,453331 N/m2
= 0,022976 Psi
Faktor keamanan untuk tekanan = 10%
P design = 1,1 x (0,022976 Psi + 14,7 Psi)
= 16,19 Psi
5,560265 in
(16,19 Psi) ( )
= 2 + 0,125
(18750 Psi x 0,8) − 0,6 (16,19 Psi)
= 0,128 in
Dari tabel 5.4 halaman 87 Brownell and Young, 1979, dipilih tebal tangki standar
3/16 in.
= 0,136467 in
Jadi dipilih tebal head, th = 3/16 in (Halaman 88 Brownell and Young, 1959).
Diperoleh:
Da = ID x (Da/Dt)
= 5,560265 m x (0,5)
= 0,07061 m = 2,780132 in
W = W/Da x Da
= 0,2 x 2,780132 in
= 0,55602 in
J = Da x (J/Dt)
= 2,780132 in x 0,083
= 0,23075 in
L = Da x 0.25
= 2,780132 in x 0,25
= 0,695 in
C = Da x (C/Dt)
= 2,780132 in x 0,33
= 0,91744 in
Dd = Da x (Dd/Da)
= 2,780132 in x 0,67
= 1,862688 in
Kecepatan Supervisial
V = 0,5 ft/s = 0,1525 m/s
Bilangan Reynold, NRe: (Gambar 2.10-3, Geankoplis, 1997).
Da2 vρ
NRe = 𝜇
𝑘𝑔
(2,780132 𝑚)2 (0,15)(1106,88 )
𝑚3
= 𝑘𝑔
0,00042 .𝑠
𝑚
= 4879,6123
Kecepatan Pengadukan
𝑁𝑅𝑒 𝑥 𝜇 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
N= 𝐷𝑎 𝑥 𝜌 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
LEMBAR PERHITUNGAN
Data Perhitungan :
Temperatur, Tair = 30ºC
Densitas, ρ = 997,08 kg/m3
Viskositas air, μ = 0,00080 kg/m.s
Densitas Na2CO3, ρ = 1327,4 kg/m3
Viskositas air, μ = 0,001 kg/m.s
Densitas campuran, ρ = 1077,52 kg/m3
Viskositas Na2CO3, μ = 0,00069 kg/m.s
Laju alir air yang akan diolah = 16441,6766 kg/jam
Waktu tinggal = 3 jam
1. Volume Tangki
Na2CO3 yang digunakan = 27 ppm
Na2CO3 yang digunakan berupa larutan 30% (w/w)
Laju massa Na2CO3 = 16441,6766 kg/jam
𝑘𝑔
(16441,6766 )(3 𝑗𝑎𝑚)
𝑗𝑎𝑚
Volume larutan (V1) = = 0,003344 m3
30% x 1363,1 kg/𝑚3
= 0,31644 𝑚
P hidrostatis = ρgHc
= (1327,4 kg/m3) x (9,8 m/s2) x (0,31644 m)
= 3341,5651 N/m2
= 0,484527 Psi
Faktor keamanan untuk tekanan = 10%
P design = 1,1 x (0,484527 Psi + 14,7 Psi)
= 16,7029 Psi
4,568 in
(16,7029 Psi) (
= 2 ) + 0,125
(18,750 Psi x 0,8) − 0,6 (16,7029 Psi)
= 0,12745 in
Dari tabel 5.4 halaman 87 Brownell and Young, 1979, dipilih tebal tangki standar
3/16 in.
= 0,13682 in
Jadi dipilih tebal head, th = 3/16 in (Halaman 88 Brownell and Young, 1959).
𝐼𝐷 4,568 in
𝑟= = = 2,284048 in
2 2
𝐴𝐵 = 𝑟 − 𝑖𝑟𝑐 = 2,284048 in − 0,75 in = 1,534048 in
BC = 𝑟𝑐 − 𝑖𝑟𝑐 = 12 in − 0,75 in = 11,25 in
W = W/Da x Da
= 0,2 x 2,284049 in
= 0,456809 in
J = Da x (J/Dt)
= 2,284049 in x 0,083
= 0,7067 in
L = Da x 0.25
= 8,5154 in x 0,25
= 2,1286 in
C = Da x (C/Dt)
= 8,5154 in x 0,33
= 2,8097 in
Dd = Da x (Dd/Da)
= 8,5154 in x 0,67
= 5,7047 in
Kecepatan Supervisial
V = 0,5 ft/s = 0,15 m/s
Bilangan reynold, NRe: (Gambar 2.10-3, Geankoplis, 1997).
Da2 vρ
NRe = 𝜇
= 44554,91
Kecepatan Pengadukan
𝑁𝑅𝑒 𝑥 𝜇 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
N= 𝐷𝑎 𝑥 𝜌 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
LEMBAR PERHITUNGAN
Nama Alat Bak Penampung Air Bersih Kode
Fungsi Menampung air bersih dan mengendapkan beberapa
BP-101
pengotor yang ada didalamnya
Jenis Alat Bak persegi tanpa tutup
Data perhitungan
Densitas air, ρair = 997,08 kg/m3 = 62,25 lb/ft3
V =𝑄 × 𝑡 = 851,7469 × 24 = 20441,93 m3
P:L:T=7:5:1
Tinggi bak = H
V = 7𝐻 × 5𝐻 × 𝐻 = 35 𝐻 3
H = 8,6287 m
P = 7 X 8,6287 m = 60,4013 m
L = 5 X 8,6287 m = 43,1438 m
LEMBAR PERHITUNGAN
Nama Alat Tangki Clarifier Kode Alat
Data Perhitungan :
Laju alir air, Fair : 851746,9 kg/jam
Densitas air, ρair : 997,08 kg/m3
Densitas alum, ρalum : 1363,1 kg/m3
Densitas soda ash, ρNa2CO3 : 1327,4 kg/m3
Laju alir massa alum, Falum : 22,9971 kg/jam
Laju alir massa soda ash, F Na2CO3 : 42,58735 kg/jam
Waktu tinggal : 2 jam [Walas,1990]
Volum air, Vair
Over desain = 10 %
Volume over desain = (10% + 1) x Volumetotal
Pra-Rancangan Pabrik Metanol dari Natural Gas Kelompok IX/S. Ganjil/2018-2019
Dibuat Diperiksa Disetujui
Adi Mulyadi Putra
Aris Aprianto Cahyono
Ummi Hasanah Pertiwi
106
Tinggi silinder Hs
Tinggi konikal, Hc
Hc = 0,27 x Hs
= Hs + Hc
LEMBAR PERHITUNGAN
Nama Alat Tangki Sand Filter Kode Alat
Dengan: Hs = 3 x Di
= 22,081 m
Volumecairan = Volumeair/ 15 = 854,2413/ 15
Volumecairan =56,9494 m3
Tekanan Hidrostatis = 𝜌 𝑥 𝑔 𝑥 𝐻𝐿
= 49,105𝑥 9,81 𝑥 1,3390
= 1,897 psi
Faktor Keamanan = 10%
Tekanan Desain = (1+10%) x ( Phidrostatis + 14,7)
= 18.257 psi
𝑃𝑑 𝑥 𝐷𝑡
Tebal Dinding Tangki = ( 2 𝑥 ( 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑖𝑧𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛 𝑥 𝑒 )(1,2 𝑥 𝑃𝑑) ) + 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑜𝑟𝑜𝑠𝑖
18,2577 𝑥 7,3604
= ( 2 𝑥 ( 12750 𝑥 0,85 )−(1,2 ) + 0,125
𝑥 18,2577)
= 0,3846 in
Dari buku Brownel, maka tebal tangki standar adalah 0,3125 in
(0,885( 18,25)(114 )
th 0,25 0,3056 in (dipilih t standar 7/16 0,4375 in)
(12750)(0, 8) (0,1)(68,25 )
h
AC = BC 2 AB 2 = 93,498 in
b = rc - AC = 20,501 in
sf = 3 in
OA = ts + b + sf = 23,7926 in
LEMBAR PERHITUNGAN
Untuk shell
D: H =1
4 A bed 4 x 344,7686ft 2
D= √ = √ = 20,9569ft = 251,4839 in
π 3,14
H = 251,4838 in = 6,3876 m
Perhitungan Tebal Shell (ts)
Dari Brownell (1959), spesifikasi bahan konstruksi yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Material = Carbon Steel SA334 Grade C
Tegangan diizinkan, S = 11700 psi
Jenis sambungan = Double-welded butt-joint
Efisiensi sambungan, E = 80%
Faktor korosi, C = 0,125 in/tahun
Densitas air = 62,2981
g
ρ H
gc
Tekanan desain = + P operasi
144
62,2981 𝑋 1 𝑋 251,4838
= + = 23, 7665psi
144
Tebal shell
PD
ts = +C
2SE − 1,2P
23,7665 𝑥 251,4839
ts = + 0,125 = 0,4447in
2 𝑥 11700 − 1,2 𝑥 23,7665
dari tabel 5.6 halaman 88 Brownell and Young, 1959 dipilih tebal shell standar 1/2 in.
Dari tabel 5.7 halaman 90, Brownell and Young, 1959 diambil standar diameter luar
in dan ketebalan shell diubah menjadi 240 in. diketahui data sebagai berikut.
Icr = 14,4375 in
rc = 180 in
LEMBAR PERHITUNGAN
Nama alat Anion Exchanger Kode Alat
Fungsi Pengolahan air untuk kebutuhan umpan boiler
dan cooler dengan mempertukarkan anion T-103
Tipe Silinder vertikal dengan tutup torishperical
dibagian atas dan bawah
Data Perhitungan :
Bahan Kostruksi : Carbon Steel SA334 Grade C
Tipe : Fixed bed ion exchanger
Jumlah : 1 unit
Temperatur, T : 30oC
Tekanan, P : 1 atm = 1,013 bar = 14,696 psia
Laju alir air, F : 851746,9 kg/jam
Untuk shell
D: H =1
4 A bed 4 x 344,7686ft 2
D= √ = √ = 17,6074 ft = 211,2888 in
π 3,14
H = 211,2888 in = 5,3667 m
Dari Brownell (1959), spesifikasi bahan konstruksi yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Material = Carbon Steel SA334 Grade C
Tegangan diizinkan,S = 11700 psi
Jenis sambungan = Double-welded butt-joint
Efisiensi sambungan, E = 80%
Faktor korosi, C = 0,125 in/tahun
Densitas air = 62,2981
g
ρg H
c
Tekanan desain = + P operasi
144
62,2981 𝑋 1 𝑋 211,2888
= + = 22, 3113 psi
144
Tebal shell
PD
ts = +C
2SE − 1,2P
22,3113 𝑥 211,2888
ts = + 0,125 = 0,3771 in
2 𝑥 11700 − 1,2 𝑥 22,3113
dari tabel 5.6 halaman 88 Brownell and Young, 1959 dipilih tebal shell standar 7/16
in.
Dari tabel 5.7 halaman 90, Brownell and Young, 1959 diambil standar diameter luar
in dan ketebalan shell diubah menjadi 216 in. diketahui data sebagai berikut.
Icr = 13 in
rc = 170 in
LEMBAR PERHITUNGAN
Nama Alat Tangki umpan boiler Kode Alat
Fungsi
Tipe Silinder vertikal dengan tutup jenis torispherical SF-100
bagian atas dan bawah
Data Perhitungan :
Perhitungan VolumeTangki
𝐹
𝑉𝑡 = 𝑥𝑡
𝜌
7536,714
𝑉𝑡 = 𝑥 24
997,08
𝑉𝑡 = 181,41 m3
𝑉𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 = (1 + 𝑜𝑣𝑒𝑟 𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 )𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖
𝑉𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 = (1 + 0,1 )𝑥 181,41
𝑉𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 = 199,551 m3
Volume𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖 𝑥 H𝑠
𝐻𝐿 =
V𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛
181,4108 𝑥 6,3347
𝐻𝐿 =
199,551
𝐻𝐿 = 5,7588 m
𝑃𝑑 𝑥 𝑟
Tebal Dinding Tangki = ( ( 𝑓 𝑥 𝐸 )(0,6 𝑥 𝑃𝑑) ) + 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑜𝑟𝑜𝑠𝑖
25,1547 𝑥 124,699
=( ( 213750 )−(0,6 𝑥 25,1574)
) + 0,125
= 0,4105 in
Dari Tabel 5.6 buku Brownel, maka tebal tangki standar adalah 0,4375 in
(0,885( 25,154)(180)
th 0,25 0,4893 in (dipilih t standar 7/16 0,4375 in)
(13750)(0, 8) (0,1)(68,25)
h
AC = BC 2 AB 2 = 123,04 in
b = rc - AC = 56,495 in
sf = 3 in
OA = ts + b + sf = 59,933 in
LEMBAR PERHITUNGAN
Nama Alat Boiler saturated water
Fungsi Tempat mengubah air menjadi steam
Jenis water Tube Boiler
Bahan Bakar Fuel Oil 20ᵒ API (C11H22)
Jumlah kebutuhan steam yaitu sebesar 75367,14 kg/jam yang berasal dari
heater. Boiler yang dipilih merupakan tipe water tube boiler. Boiler ini mempunyai
keuntungan yaitu mudah dalam perawatan. Selain itu, tipe ini juga menghasilkan
kapasitas dan tekanan steam yang tinggi. Umpan boiler berasal dari tangki
penyimpanan umpan boiler.
Diasumsikan 90% kondensat dapat digunakan kembali, sedangkan 10% sisanya
berasal dari umpan fresh water.
Data Perhitungan
Jumlah kebutuhan steam = 75367,14 kg/jam
Laju alir fresh water = 7536,714 kg/jam
Suhu umpan masuk = 30 ° C = 303 K
Suhu saturated steam = 110 ° C = 383 K
Hfg = 928, 21 btu/lb = 516,02 kkal/kg
= kJ/kg.K = btu/lb.K
Cp steam = 1,9 kJ/kg.K = 0,45 btu/lb.K
Energi untuk Menaikkan suhu umpan
𝑇𝑜𝑢𝑡
𝐶𝑃 𝑑𝑇
𝑄𝑤 = 𝐹𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛 ∫
𝑇𝑖𝑛
= 38890953 kkal/jam
= 57,412 kmol/jam
Kebutuhan oksigen yang dibutuhkan pada reaksi
= 18 x 57,412 = 1033,417 kmol jam
Komposisi udara
21 % oksigen
79 % nitrogen
79 %
Jumlah nitrogen = 21 % x 1033,417 kmol/jam = 3887,616 kmol/jam
LEMBAR PERHITUNGAN
= 587,047 kmol/jam
Kebutuhan oksigen yang dibutuhkan pada reaksi:
= 18 x 587,047 = 10566,858 kmol jam
Komposisi udara
21 % oksigen
79 % nitrogen
79 %
Jumlah nitrogen = 21 % x 10566,858 kmol/jam = 39751,515 kmol/jam
LEMBAR PERHITUNGAN
Nama Alat Tangki Hydrant Kode Alat
Perhitungan VolumeTangki
𝐹
𝑉𝑡 = 𝑥𝑡
𝜌
35000000/4
𝑉𝑡 = 𝑥 24
997,08
𝑉𝑡 = 210,614 m3
𝑉𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 = (1 + 𝑜𝑣𝑒𝑟 𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 )𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖
𝑉𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 = (1 + 0,1 )𝑥 210,614
𝑉𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 = 231,676 m3
D = 262,122 in
D = 21,843 ft
Volume𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖 𝑥 H𝑠
𝐻𝐿 =
V𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛
210,6149 𝑥 6,657
𝐻𝐿 =
231,676
𝐻𝐿 = 6,052 m
𝐻𝐿 = 262,122 m
𝐻𝐿 = 21,8435 ft
𝑃𝑑 𝑥 𝑟
Tebal Dinding Tangki = ( ( 𝑓 𝑥 𝐸 )(0,6 𝑥 𝑃𝑑) ) + 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑜𝑟𝑜𝑠𝑖
25,612 𝑥 131,961
=( ( 13750 )−(0,6 𝑥 25),612
) + 0,125
= 0,4305 in
Dari Tabel 5.6 buku Brownel, maka tebal tangki standar adalah 0, 4375 in
(0,885( 25,612)(180)
th 0,25 0,496 in (dipilih t standar 0,5 in)
(13750)(0, 8) (0,1)(25,612 )
h
AC = BC 2 AB 2 = 117,515 in
b = rc - AC = 62,484 in
sf = 3 in
OA = ts + b + sf = 65,921 in
Perhitungan Tinggi Tangki Seluruhnya, T
T = Hs + 2OA = 261,122 in + 2(65,921 in) = 393,965 in = 10,0067 m
LEMBAR PERHITUNGAN
Nama Alat Tangki Domestik Kode Alat
Perhitungan VolumeTangki
𝐹
𝑉𝑡 = 𝑥𝑡
𝜌
35000000/4
𝑉𝑡 = 𝑥 24
997,08
𝑉𝑡 = 210,614 m3
𝑉𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 = (1 + 𝑜𝑣𝑒𝑟 𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 )𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖
𝑉𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 = (1 + 0,1 )𝑥 210,614
𝑉𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 = 231,676 m3
Volume𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖 𝑥 H𝑠
𝐻𝐿 =
V𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛
210,6149 𝑥 6,657
𝐻𝐿 =
231,676
𝐻𝐿 = 6,052 m
𝐻𝐿 = 262,122 m
𝐻𝐿 = 21,8435 ft
= 0,4305 in
Dari Tabel 5.6 buku Brownel, maka tebal tangki standar adalah 0, 4375 in
Perhitungan Tebal Head (th)
Jenis head : torispherical
Persamaan untuk menentukan tebal head adalah:
0,885 P.rc
th C [Brownell, 1959]
(f. E 0,1P)
Diameter luar (OD):
OD = ID + 2ts = 262,122in + 2(0, 4375 in)
= 262,996 in (dipilih OD standar = 240 in)
Dari Tabel 5.7 [Brownell, Tabel 5.7], diperoleh:
icr = 14,4375 in
rc = 180 in
Maka,
(0,885( 25,612)(180)
th 0,25 0,496 in (dipilih t standar 0,5 in)
(13750)(0, 8) (0,1)(25,612 )
h
AC = BC 2 AB 2 = 117,515 in
b = rc - AC = 62,484 in
sf = 3 in
OA = ts + b + sf = 65,921 in
LAMPIRAN C
SPESIFIKASI PERALATAN
PENGOLAHAN LIMBAH
SPESIFIKASI PERALATAN
PENGOLAHAN LIMBAH DOMESTIK & PROSES
Jumlah limbah Domestik dan Proses yang dihasilkan pada industri metanol dari
gas alam yyaitu tersedia pada Tabel C.1
Tabel C.1 Limbah Domestik dan Proses yang Dihasilkan Industri Metanol
JumlahLimbah Per JumlahLimbah Per Hari
No. PenghasilLimbah
Orang (Liter/Hari) (Liter/Hari)
Limbah domestic
1. 50 39000
780 orang
2. Kantor 20 15600
3. Kantin 13,5 10530
4. Perumahan 90 70200
135330 liter/hari
Total
5638,75 liter/jam
Sumber: Metcalf dan Eddy, 1991
Jumlah Karyawan = 780 Orang
SPESIFIKASI ALAT
SPESIFIKASI ALAT
SPESIFIKASI ALAT
SPESIFIKASI ALAT
SPESIFIKASI ALAT
SPESIFIKASI ALAT
SPESIFIKASI ALAT
SPESIFIKASI PERALATAN
PENGOLAHAN LIMBAH LABORATORIUM
SPESIFIKASI ALAT
SPESIFIKASI ALAT
SPESIFIKASI ALAT
SPESIFIKASI ALAT
LAMPIRAN D
PERHITUNGAN ALAT
PENGOLAHAN LIMBAH
a) Bak Ekualisasi
LEMBAR PERHITUNGAN
Nama Alat Bak Ekualisasi Kode
Fungsi Menampung air limbah domestik dan proses
B-101
Jenis Alat Bak persegi tanpa tutup
Data perhitungan
Densitas air, ρair = 997 kg/m3
Laju alir air, = 6446,334 kg/jam
Waktu tinggal = 12 jam
Over design = 20% (Range 10-20 %) (Table 3-1. Peter &
Timmer haus, 1991 hal 37)
Perhitungan Dimensi Bak
Laju alir volumetrik air
𝐹 6446,334 𝑘𝑔/𝑗𝑎𝑚
Q=ρ= = 6,465731 m3/jam
997 kg/𝑚3
b) Bak Netralisasi
LEMBAR PERHITUNGAN
Nama Alat Bak Netralizer Kode
Fungsi Menetralkan ph limbah cair B-102
Jenis Alat Bak persegi tanpa tutup
Data perhitungan
V =𝑄 × 𝑡 = 6,465731 × 48 = 310,3551 m3
P:L:T=7:5:1
Tinggi bak = H
V = 7𝐻 × 5𝐻 × 𝐻 = 35 𝐻 3
H = 2,1995 m
P = 7 X 2,1995 m = 15,3965 m
L = 5 X 2,1995 m = 10,9975 m
c) Bak Aerasi
LEMBAR PERHITUNGAN
Nama Alat Bak Aerasi Kode
Fungsi Menyuplai oksigen ke air limbah B-103
Jenis Alat Bak persegi tanpa tutup
Data perhitungan
V =𝑄 × 𝑡 = 6,465731 × 48 = 310,3551 m3
P:L:T=7:5:1
Tinggi bak = H
V = 7𝐻 × 5𝐻 × 𝐻 = 35 𝐻 3
H = 2,1995 m
P = 7 X 2,1995 m = 15,3965 m
L = 5 X 2,1995 m = 10,9975 m
Pra-Rancangan Pabrik Metanol dari Natural Gas Kelompok IX/S. Ganjil/2018-2019
Dibuat Diperiksa Disetujui
Adi Mulyadi Putra
Aris Aprianto Cahyono
Ummi Hasanah Pertiwi
156
d) Bak Klorinasi
LEMBAR PERHITUNGAN
Nama Alat Bak Klorinasi Kode
Fungsi Tempat Proses penambahan Desinfektan pada Air B-104
Jenis Alat Bak persegi tanpa tutup
Data perhitungan
V =𝑄 × 𝑡 = 6,465731 × 48 = 310,3551 m3
P:L:T=7:5:1
Tinggi bak = H
V = 7𝐻 × 5𝐻 × 𝐻 = 35 𝐻 3
H = 2,1995 m
P = 7 X 2,1995 m = 15,3965 m
L = 5 X 2,1995 m = 10,9975 m
Pra-Rancangan Pabrik Metanol dari Natural Gas Kelompok IX/S. Ganjil/2018-2019
Dibuat Diperiksa Disetujui
Adi Mulyadi Putra
Aris Aprianto Cahyono
Ummi Hasanah Pertiwi
157
LEMBAR PERHITUNGAN
Nama Alat Bak Penampungan Akhir Kode
Fungsi Tempat Penampungan Air Terakhi Sebelum B-105
Dipompakan ke Sungai / Laut
Jenis Alat Bak persegi tanpa tutup
Data perhitungan
Densitas air, ρair = 997 kg/m3
Laju alir air, = 6446,334 kg/jam
Waktu tinggal = 48 jam
Over design = 20% (Range 10-20 %) (Table 3-1. Peter &
Timmer haus, 1991 hal 37)
Perhitungan Dimensi Bak
Laju alir volumetrik air
𝐹 6446,334 𝑘𝑔/𝑗𝑎𝑚
Q=ρ= = 6,465731 m3/jam
997 kg/𝑚3
LEMBAR PERHITUNGAN
Nama Alat Pompa Netralizer Kode Alat
Fungsi Mengalirkan air limbah ke bak netralizer
P-102
Tipe Single Stege Centrifuge Pumps
1. Jenis pompa
Pompa yang dipilah adalah pompa sentrifugal dengan pertimbangan
Dapat digunakan range kapasitas yang besar
Konstruksi sederhana sehingga harganya relatif lebih murah
Kecepatan putarannya stabil
Tidak memerlukan area yang luas
F = 3738,75 kg/jam
T = 30ᵒC
Densitas = 997 kg/m3 = 62,2128 lb/ft3
Viskositas = 0,8937 cP = 0,000601 lb/ft3
3738,75 𝑘𝑔/𝑗𝑎𝑚
Q= = 4,5 m3/jam
997 𝑘𝑔/𝑚3
Faktor keamanan = 10 %
Q perancangan = Q x (1+ Over design)
= 0,0441 ft3/s
= 19,8136 gpm
Dipakai pompa sejumlah 1 buah
Dari Tabel 10.17, p.379 Coulson untuk kapasitas perancagan pompa ini dapat
digunakan pompa sentrifugal
𝐼𝐷 𝑥 𝑣 𝑥 𝜌
𝑁𝑅𝑒 =
μ
1,6041 𝑥 0,0218 𝑥 62,2128
𝑁𝑅𝑒 = = 3632,597 (Aliran turbulen)
0,000601
Friction loss
1. Friksi di pipa lurus ( Ff )
Untuk pipa dipilih dari bahan : comercia steel
Nre = 3632,597
Dari figure 2.10.3 Geankoplis untuk comercial steel
Untuk pipa = 1
ΔL V 2
Ff = 4 f 𝐷 2𝑔𝑐
= 0,00000859
Untuk elbow 90, dari tabel 2.10-1 Geankoplis didapat harga Kf = 0,75
Untuk gate valve wide open, dari tabel 2.10-1 Geankoplis didapat harga
0,02182
kf= 0,17. Hf = (3 x 0,75) + (1 x 0,17) x 2 𝑥 32,174 = 0,0000179 ft.lbf/lbm
Dipakai pompa sentrifugal single stage karena head pompa < 1601 ft (Perry, p
6-8 )
f. Menghitung Daya Pompa ( BHP )
Qxρ
BHP =(- Ws ) x 550 𝑥 η
BHP = 1,421 Hp
Dipakai pompa dengan daya sebesar 1,5 Hp ; 3500 rpm (Figure 5.6 Coulson)
η𝑚 = 82%
P = BHP
= 1,734 Hp ≈ 2 Hp
η𝑚
a) Bak Ekualisasi
LEMBAR PERHITUNGAN
Nama Alat Bak Ekualisasi Kode
Fungsi Menampung Air Limbah Laboratorium
B-106
Jenis Alat Bak Persegi Tanpa Tutup
Data perhitungan
b) Bak Netralisasi
LEMBAR PERHITUNGAN
Nama Alat Bak Netralisasi Kode
Fungsi Menetralkan Ph Limbah Cair BF-107
Jenis Alat Bak Persegi Tanpa Tutup
Data perhitungan
V =𝑄 × 𝑡 = 3,75 × 12 = 45 m3
V =1,2 × 45 = 54 m3
P:L:T=7:5:1
Tinggi bak = H
V = 7𝐻 × 5𝐻 × 𝐻 = 35 𝐻 3
H = 1,1555 m
P = 7 X 1,1555 m = 8,0885 m
L = 5 X 1,555 m = 5,7775 m
c) Bak Aerasi
LEMBAR PERHITUNGAN
Nama Alat Bak Aerasi Kode
Fungsi Menyuplai oksigen ke air limbah B-108
Jenis Alat Bak persegi tanpa tutup
Data perhitungan
V =𝑄 × 𝑡 = 5,625 × 8 = 45 m3
V =1,2 × 45 = 54 m3
P:L:T=7:5:1
Tinggi bak = H
V = 7𝐻 × 5𝐻 × 𝐻 = 35 𝐻 3
H = 1,1555 m
P = 7 X 1,1555 m = 8,0885 m
L = 5 X 1,1555 m = 5,7775 m
V =𝑄 × 𝑡 = 3,75 × 12 = 45 m3
V =1,2 × 45 = 54 m3
P:L:T=7:5:1
Tinggi bak = H
V = 7𝐻 × 5𝐻 × 𝐻 = 35 𝐻 3
H = 1,1555 m
P = 7 X 1,1555 m = 8,0885 m
L = 5 X 2,1995 m = 5,7775 m